tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

29
TATA CARA PELAPISAN ULANG DENGAN CAMPURAN ASPAL EMULSI NO. 05/T/BNKT/1992 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

Upload: ketut-swandana

Post on 30-May-2015

902 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

TATA CARAPELAPISAN ULANG DENGAN CAMPURAN ASPAL EMULSI

NO. 05/T/BNKT/1992

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

Page 2: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

PRAKATA

Dalam rangka mengembangkan jaringan jalan perkotaan yang efisiendengan kualitas yang baik, perlu diterbitkan buku-buku standar mengenaiperencanaan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan.Untuk maksud tersebut Direktorat Pembinaan Jalan Kota, DirektoratJenderal Bina Marga, selaku pembina pengembangan jalan-jalan di kawasan perkotaan berusaha menyusun standarstandar yang diperlukan sesuai dengan prioritasdan kemampuan yang ada.

Sesuai dengan ketentuan-ketentuan Dewan Standarisasi Indonesiayang diberikan oleh Panitia Tetap Standarisasi Departemen PekerjaanUmum, standar-standar bidang konstruksi di kelompokan kedalam standar mengenai Tata Cara Pelaksanaan, Spesifikasi dan Metode Pengujian.

Buku standar "Tata Cara Pelapisan Ulang dengan Campuran AspalEmulsi" ini ah satu konsep dasar yang dihasilkan oleh DirektoratPembinaan Jalan Kota yang masih memerlukan persetujuan MenteriPekerjaan Umum untuk menjadi Standar Konsep Nasional Indonesia(SKSNI) dan persetujuan Dewan Standarisasi Nasional Indonesia untukmenjadi Standar Nasional Indonesia (SNI).

Namun demikian sambil menunggu persetujuan tersebut, kiranyastandar ini dapat diterapkan di dalam melaksanakan kegiatan-kegiatanpenataan pelapisan ulang aspal emulsi. Dan kami harapkan dari penerapandilapangan, dapat kami peroleh masukan-masukan kembali berupa saran dan tanggapan guna penyempurnaan selanjutnya.

Jakarta, Januari 1993

DIREKTUR PEMBINAAN JALAN KOTA

SUNARYO SUMADJI

i

Page 3: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ......................................... iDaftar Isi .........................................ii

I. DESKRIPSI ........................................... 1

1.1 Maksud dan Tujuan ............................ 1 1.2 Ruang Lingkup ................................ 1 1.3 Pengertian ................................... 1

II. PERSYARATAN - PERSYARATAN ......................... 4

III. KETENTUAN-KETENTUAN ............................... 5

3.1 Peralatan Produksi Campuran Dingin............. 53.2 Peralatan Untuk Pelaksanaan Perkerasan Aspal

Dingin ....................................... 5 3.3 Peralatan Untuk Pelaksanaan Perkerasan Burtu dan Burda .................................... 5 3.4 Bahan Untuk Burtu dan Burda ................... 5 3.5 Bahan Untuk Aspal Dingin ...................... 7

IV. PELAKSANAAN ..................................... 10

4.1 Pelaksanaan Pekerjaan Burtu dan Burda ....... 10 4.2 Pelaksanaan Pekerjaan Campuran Dingin ....... 21

LAMPIRAN .................................................24

ii

Page 4: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

I. DESKRIPSI

1.1. Maksud dan Tujuan

Buku Tata Cara ini dimaksudkan untuk menjadi pegangan bagi pelaksana pekerjaan dan pengawas dalam melakukan pelapisanulang dengan menggunakan campuran emulsi, dengan tujuanagar dapat melaksanakan pelapisan ulang dengan baik danmenghasilkan pekerjaan yang tepat dan benar.

1.2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup buku Tata Cara ini yaitu

a. Jenis pekerjaan untuk lapis perkerasan yang menggunakanaspal emulsi, seperti : Burtu, Burda, dan CampuranDingin (Cold Mix) yang pada buku ini hanya diuraikanCampuran Emulsi Bergradasi Terbuka dan Campuran EmulsiBergradasi Rapat.

b. Langkah-langkah pekerjaan dimulai dari tahap persiapan,pencampuran bahan, pengaturan lalu-lintas, pelaksanaanpenghamparan serta pemadatan.

1.3. Pengertian.

a. Burtu (Laburan Aspal Satu Lapis) merupakan lapis penutupyang terdiri dari lapisan aspal emulsi yang ditaburiagregat berukuran nominal 13 mm atau 20 mm.

b. Burda (Laburan Aspal Dua Lapis) merupakan lapis penutupyang terdiri dari lapisan aspal emulsi yang ditaburiagregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengantebal maksimum 35 mm.

c. Chips atau batuan yaitu agregat pecah atau batu berukurantunggal (single size) yang digunakan untuk menutupi aspal.

1

Page 5: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

d. Campuran Dingin (cold mix), yaitu campuran batuan denganaspal tanpa memerlukan proses pemanasan.

e. Aspal Emulsi yaitu aspal yang dilarutkan dalam air me-lalui proses teknologi tertentu, berwarna coklatkehitaman dan encer.

f. Emulsi Kationik merupakan aspal emulsi yang partikelpartikel aspalnya bermuatan listrik positif, cara peng-uraian air dan aspal dengan proses reaksi, mempunyaivariabilitas yang luas, baik untuk kelekatan terhadapbatuan asam dan dapat disimpan (stock).

g. Aspal Emulsi dibagi atas 3 jenis, yaitu :

- Rapid Setting Emulsions Aspal emulsi ini mempunyai waktu setting yang singkat

sehingga hanya cocok untuk pelaburan seperti Burtu,Burda, Buras, Penetrasi Makadam, Lapis Resap Pengikat(Prime Coat) atau Lapis Pengikat (Tack Coat).

- Medium setting Emulsions Aspal emulsi ini mempunyai waktu setting yang sedang

sesuai untuk digunakan dalam campuran dengan agregatkasar.

- Slow Setting Emulsions Aspal emulsi ini mempunyai waktu setting yang lambat

sehingga memungkinkan untuk digunakan pada pencampurandengan agregat halus yang tinggi atau agregat ber-gradasi menerus.

h. Setting yaitu pemisahan aspal dari air dan melekatnyapada permukaaan agregat telah sempurna.

i. Campuran Emulsi Bergradasi Terbuka (open Graded EmulsionMix) yaitu campuran emulsi dengan agregat bergradasitunggal yang digunakan sebagai lapis pondasi atau lapispermukaan, serta untuk penambalan.

2

Page 6: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

j. Campuran Emulsi Bergradasi Rapat (Dense Graded EmulsionMix) yaitu campuran emulsi dengan agregat bergradasimenerus dan digunakan sebagai lapis pondasi atau lapispermukaan, serta penambalan.

3

Page 7: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

II. PERSYARATAN-PERSYARATAN

Dalam pelaksanaan pelapisan ulang dengan pengikat emulsiharus diperhatikan beberapa hal, antara lain yaitu :

a. Saluran samping harus terpelihara dengan baik agar kadarair pada campuran tidak terganggu.

b. Distributor aspal telah dikalibrasi sehingga mampumenyemprotkan aspal secara merata sesuai takaranrencana.

c. Penggunaan peralatan harus tepat sesuai dengan perun-tukan dan kebutuhannya.

d. Agregat agar dijaga jangan sampai mengandung kadar air yang tinggi, karena dengan penambahan kadar air yangberasal dari emulsi maka menyebabkan tingkat kepadatantidak maksimum.

e. Air yang digunakan harus bersih.f. Pemakaian batuan kapur hendaknya memenuhi

spesifikasi Bina Marga.g. Agar mendapatkan kualitas pekerjaan yang baik perlu

dilakukan desain campuran dan pengujian di laboratorium.h. Untuk mengetahui tebal hamparan gembur dilakukan

percobaan terlebih dahulu di laboratorium agar tebalpadat yang diinginkan tercapai.

i. Sebelum melakukan penghamparan dilakukan penambalanterhadap lubang-lubang.

j. Penghamparan sebaiknya dilakukan pada waktu cuaca baik,atau paling terpaksa diperbolehkan pada waktu gerimis.

k. Pelaksanaan penghamparan tidak boleh di atas perkerasanyang basah, serta bebas dari debu.

l. Untuk melindungi pekerjaan dari hujan, maka pelaksanamenyiapkan penutup konstruksi (terpal/plastik)

m. Jalan dibuka untuk lalu-lintas dua jam setelah pemadatanakhir pada pekerjaan Burtu/Burda dan enam jam pada campuran dingin, dengan catatan kecepatan kendaraandiusahakan rendah (30 km/jam).

4

Page 8: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

III. KETENTUAN-KETENTUAN

3.1. Peralatan Produksi Untuk Campuran Dingin

a. Beton Molen kapasitas 250 liter atau Asphalt MixingPlant tanpa proses pembakaran atau Batching Plant tipePugmill.

b. Wheel loader. c. Alat bantu (sekop, cangkul, gerobak dorong).

3.2. Peralatan Untuk Pelaksanaan Perkerasan Campuran Aspal Dingin

a. Dump Truck.b. Asphalt Finisher.c. Asphalt Sprayer.d. Compressor.e. Tandem Roller 6 - 8 ton.f. Pneumatic Tire Roller 8 - 12 ton.g. Tangki Air.h. Alat Bantu Lainnya.

3.3. Peralatan Untuk Pelaksanaan Pekerasan Burtu atau Burda

a. Compressorb. Distributor Aspal.c. Dump Truck.d. Pneumatic Tyre Roller 8-12 ton.e. Chip Spreader.f. Alat Bantu (sapu lidi, sikat baja, sikat ijuk kasar)

3.4. Bahan Untuk Burtu dan Burda

a. Agregat yang digunakan harus berupa batu pecah/kerikilyang bersih, kuat, kering, bebas kotoran, lempung ataudebu.

b. Gradasi agregat pada lapis pertama lebih besar dari padagradasi pada lapis kedua.

5

Page 9: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

c. Ukuran nominal Burtu atau lapis pertama Burda yaitu 13mm, dengan ukuran terkecil rata-rata antara 6,4 -9,5mm.Sedangkan ukuran nominal lapis kedua Burda yaitu 6 mm.Agregat untuk lapis kedua Burda berbentuk kubus danharus dapat saling mengunci ke dalam rongga - ronggapermukaan lapis pertama.

d. Aspal emulsi yang dipakai yaitu jenis Cationic RapidSetting (tipe CRS-1 atau CRS-2).

Tabel III-1. Persyaratan Ukuran Agregat.

Ukurannominal(mm)

Ukuran terkecilrata rata (ALD)

Presentasiukuran ter-kecil rata-rata dian-tara 2,5 mm

Presentasemaksimumlolos sa-ringan4,75 mm

13 6-4 – 9,5 65 2

Tabel III-2. Gradasi Agregat Lapis Penutup Kedua Burda

Ukuran ayakanASTM (mm)

Presentase Lolosmenurut berat

9,506,252,361,18

10095 – 1000 - 150 - 8

6

Page 10: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

3.5. Bahan Untuk Campuran Aspal Dingin

3.5.1 Campuran Emulsi Bergradasi Terbuka (OGEM)

a. Agregat yang dihasilkan oleh Crushing Plant harusbersih, keras dan awet.Tidak kurang dari 75 %beratagregat harus mempunyai sekurang-kurangnya dua bidangpecah. Agregat harus mempunyai nilai abrasi Los Angeleslebih kecil dari 35 % untuk lapisan base, dan lebihkecil dari 25 % untuk lapis aus. Agregat gabungan lolosayakan no 4 tetapi di luar bahan pengisi yang ditambahkan harus mempunyai nilai setara pasir lebihbesar 45 % jika diuji dengan metode ASTM 02419. Agregatharus mempunyai indeks kepipihan lebih kecil 30 jikadiuji dengan BS 812.

b. Aspal Emulsi yang digunakan tipe CMS-2 atau CMS-2h yangmemenuhi AASHTO M 208-81.

3.5.2 Campuran Emulsi Bergradasi Rapat (DGEM)

a. Agregat yang dihasilkan oleh Crushing Plant harusbersih, keras dan awet. Agregat berupa batu pecah, kerikil bercampur pasir, abu batu atau terak.Nilai abrasi Los Angeles agregat kasar lebih kecil dari40 %, kecuali untuk lapis aus mempunyai nilai lebih besardari 35 % pada 500 putaran.

b. Agregat halus terdiri dari salah satu atau lebih pasirhasil pecahan batu atau pasir alam yang bebasdari gumpalan atau butiran lempung atau tanah.

c. Bahan pengisi jika 'dibutuhkan untuk menghasilkancampuran harus berupa Semen PC maksimum 2 %.

7

Page 11: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

Tabel 111-3. Batasan Komposisi Campuran Emulsi BergradasiTerbuka (OGEM)

Sifat SatuanLapisan

Pengasar

Lapisan

Base

Ukuran 25,00 mm 100 10019,00 mm 100 80 - 100

12,50 mm persen 100 -

9,50 mm lewat 80 - 100 20 - 55

6,75 mm 10 - 40 5 - 30

2,36 mm 0 – 10 0 – 5

1,18 mm 0 – 5 -

75 mikron 0 - 2 0 - 2

Tebal lapisan nominal mm 25 -

Kadar aspal efektif % berat 3,9 3,3

total

Minimum kadar emulsi % berat 6,6 5,7

total

campuran

Tabel 111-4. Persyaratan Sifat Campuran Emulsi BergradasiTerbuka (OGEM).

Sifat Satuan Lap.Binder Lap. Aus

Penyelimutan I % > 75 > 75

Jumlah Penga-liran Air

% Bitumen sisaterhadap beratagregat

< 0,5 < 0,5

Jumlah tercuci % Bitumen sisa terhadap beratagregat

< 0,5 < 0,5

Tebal minimumEfektif FilmBitumen

mikron 20 20

8

Page 12: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

Tabel III-5. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar Untuk CampuranEmulsi Bergradasi Rapat (DGEM).

Saringan(mm)

Ukuran(ASTM)

Presentase Berat Yang LewatUntuk Semua DGEM

50,0 2" 10037,5 1 1/2 90 - 10025,0 1 20 - 100

12,5 1/2 5 - 100 9,5 3/8 0 - 100

4,75 #4 0 - 30 2,36 #8 0 - 10

0,075 #200 0 - 5

Tabel 111-6. Persyaratan Gradasi Agregat Halus UntukCampuran Aspal Bergradasi Terbuka.

Saringan(mm)

Ukuran(ASTM)

Presentase Berat Yang LewatUntuk Semua DGEM

9,5 3/8 100

4,75 #4 90 - 100

2,36 #8 20 - 100 0,60 #30 5 - 100

0,075 #200 1 - 11

9

Page 13: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

IV. PELAKSANAAN

4.1 Pelaksanaan Pekerjaan Burtu dan Burda

4.1.1 Penyemprotan Bahan Pengikat

Ketidakrataan penggunaan aspal cenderung akan mengurangiumur pelaburan (batuan akan terlepas karena

kekurangan aspal atau permukaan akan licin karenakelebihan aspal). Oleh karena itu diperlukan seorang

operator yang berpengalaman. Distributor harus dikalibrasi terlebih dahulu dan diuji sebelum dibawa ke

lapangan. Untuk mencapai keberhasilan pelaburan makaperalatan yang dibawah standar harus ditolak. Harus

dimonitor jumlah penggunaan yang dicapai setiap lintasan penyemprotan (volume dipstick dalam liter /luas area dalam m2) dan menjaga agar tinggi batang penyemprot serta

sudut nozel disetel secara tepat pula.

Takaran penggunaan untuk pelaburan lapis pertama:

SR = (0,138 ALD + e) x Tf (liter/m2)

Dimana :

ALD = ukuran rata-rata terkecil (mm) dari setiap stockpilee = jumlah emulsi yang diperlukan untuk mengisi

rongga tekstur di bawahnya (lihat Tabel IV-1).Tf = angka faktor yang tergantung pada volume lalulintas

(lihat Tabel IV-2)

Takaran lapis kedua

SR = 0,8 liter/m2, untuk Burda-1 dan

SR = 0,6 liter/m2, untuk Burda-2.

Takaran yang dicapai harus dimonitor setiap lintasanpenyemprotan seperti halnya pada pelaksanaan lapisresap.Panjang lintasan penyemprotan minimum 100 metersehingga takaran dapat dimonitor secara tepat.

10

Page 14: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

11

Page 15: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

12

Page 16: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

13

Page 17: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

14

Page 18: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

15

Page 19: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

16

Page 20: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

Tabel IV-1. Jumlah Emulsi Yang Diperlukan Untuk Mengisi Tekstur Di Bawahnya.

Tabel IV-2. Angka Faktor Yang Tergantung Pada Lalu-lintas

17

Page 21: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

Rumus untuk pengendalian mutu volume penyemprotan

W = N x S, dimana :

W = lebar efektif yang disemprotW = jumlah lubang nozzle pada batang penyemprotW = jarak setiap nozzle yang digunakan (0,1 m)

Luas efektif yang disemprot = L x W= L x N x 0,1 (m2)

Volume pemakaian = volume awal - volume akhirL x N x 0,1

Sebelum penyemprotan dipasang lembaran kertas tebal penutup(misal: kertas semen) pada tempat awal dan akhirpenyemprotan guna mendapatkan batas permukaan yang rapih.Pasang tanda (misal: dengan benang/tambang) pada batastepi pengaspalan untuk pedoman operator.Asphalt Distributor dijalankan di atas kertas penutupawal dan pipa penyiraman dibuka. Asphalt Distributordijalankan dengan kecepatan konstan sampai batas akhir.Penyemprotan emulsi kedua dilakukan setelah pemadatan lapispertama.

4.1.2 Penghamparan BatuanAgregat penutup (chip) harus dihampar segera setelahpenyemprotan lapis pengikat dan harus selesai dalam waktu5 menit (maksimum 25 m di belakang Aspal Sprayer)terhitung selesainya penyemprotan.Takaran penggunaan batuan yang tepat ditetapkan secaravisual. Pada saat pertama batuan dihampar, permukaanlapis binder (hingga 30 % luas hamparan) akan tampakdi antara permukaan batuan tersebut. Bila kemudianhamparan batuan digilas seluruh permukaan bitumen tadi harustertutup. Jika lebih dari 5 % batuan tidak melekat padabinder maka berarti jumlah batuan yang digunakanberlebihan. Agregat di-

18

Page 22: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

1919

Page 23: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

CHIP SESUDAH DILEWATI KENDARAAN ( SUATU PEMECAHAN DAN PEMBENAMAN )

Gambar 7 Contoh hasil penghamparan agregat dengan ukuran agregrat danpenghomparan yang benar.

20

Page 24: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

hampar merata di atas lapisan yang telah disemprot dengan menggunakan Chip Spreader. Setiap bagian yang tidak ter tutup hamparan agregat harus segera ditutup kembali.

Penghamparan agregat agar sesuai dengan spesifikasi. Pelaburan yang menggunakan agregat penutup berukuran lebih kecil sebaiknya digunakan bila lapisan bawahnya adalah campuran aspal HRS atau Aspal Beton, karena batuan yang berukuran lebih besar jika dipasang di atas permukaan

yang licin akan mudah lepas akibat lalu-lintas.

4.1.3 Penggilasan dan Penyapuan

Penggilasan dengan Pneumatic Tyre Roller harus segera dimulai setelah batuan Burtu atau lapis pertama Burda ditaburkan, dan Pneumatic Tyre Roller dengan kecepatan 5 km/jam harus melakukan enam lintas di seluruh area. Batuan yang telah dipadatkan ini harus disapu dalam

waktu 24 - 48 jam setelah pemadatan untuk membuang kelebihan batuan dan sebelum lapisan kedua dimulai

sehingga tidak memecahkan kaca kendaraan yang lewat.

4.2 Pelaksanaan Pekerjaan Campuran Dingin 4.2.1 Pengendalian Lalu-lintas

Keamanan pekerja maupun pemakai jalan pada saat pekerjaan harus dijaga. Pengaturan arus lalu-lintas dilakukan

dengan menempatkan rambu-rambu atau kerucut lalu- lintas pada daerah kerja.

Lalu-lintas dijaga agar tidak lewat di atas pekerjaan barusebelum 3 kali lintasan pemadatan. Jika keadaan memaksaharus diberi rambu dengan tulisan "Aspal Cair" dan "20km/jam". Kerucut lalu-lintas ditempatkan guna membatasiperkerasan yang belum dipadatkan. Pengawasan dan pengen-dalian penuh lalu-lintas dilakukan selama 48 jam.

21

Page 25: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

4.2.2 Pekerjaan Persiapan

- Lubang-lubang atau tonjolan-tonjolan dari bahan-bahan perusak dikeluarkan dengan memakai penggarukbaja.

- Bersihkan permukaan perkerasan lama dengan sapuatau peniup debu atau sikat kawat sebelum diberikanlapis resap pengikat dengan luas area yang dibersihkandilebihkan 20 cm dari tiap-tiap tepi.

- Semprotkan aspal emulsi jenis Rapid Setting sebagailapis resap pengikat sebanyak 0,8 liter per meterpersegi.

4.2.3 Pencampuran Emulsi Campuran Dingin Menggunakan Beton Molen

- Pertama-tama bersihkanlah Beton Molen dari sisa-sisa campuran aspal yang masih tertinggal dari sisapekerjaan terdahulu dengan menggunakan air.

- Putarlah Beton Molen dengan kecepatan yang rata antara 25sampai 30 putaran per menit.

- Takarlah agregat sesuai dengan jumlah yang diperlukanuntuk masing-masing fraksi batuan .

- Masukkan batuan secara berurutan dimulai daribatuan kasar, sedang dan halus.

- Periksa dengan tangan kelembaban batuan yang sedangdicampur. Bila batuan terlalu kering beri tambahan airsecukupnya.

- Setelah batuan tercampur merata maka tuanglahaspal emulsi sesuai dengan takaran secaraperlahanlahan dan penuangannya tidak terlalu tinggi dari bibir Beton Molen.

- Kontrol keadaan Campuran dan Usahakan agarproses pencampuran sekitar 6 menit.

- Agar pencampuran berhasil baik, untuk satu Beton Molentahap penuangan bahan dilakukan dalam 3 tahap dan setelahmelakukan 10 kali pencampuran alat Beton Molendibersihkan kembali.

22

Page 26: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

4.2.4 Pengangkutan, Penghamparan dan Pemadatan Perkerasan Campuran Dingin

Pengangkutan campuran ke lokasi penghamparandilakukan dengan menggunakan Dump Truck. Truck untukmengangkut campuran harus mempunyai alas logam, bersihdan rata. Badan Truck disemprotkan air sedikit, minyakbakar encer atau larutan kapur untuk mencegah campuranmelekat pada alas Truck. Campuran yang akan dihamparhendaknya masih berwarna coklat. Mengingat bahan ini bersifat permeable maka penting bahwa permukaan yang adabebas aliran air dan harus kedap air sebelum bahancampuran dihampar. Penghamparan dilakukan memakai AsphaltFinisher.

Pemadatan dilakukan dengan Tandem Roller dan PneumaticTyre Roller. Pemadatan awal dilakukan dengan TandemRoller sebanyak 2 - 4 kali lintasan dengan kecepatan 5km/jam. Penggilasan harus dimulai dari tepi yang lebihbawah dan berpindah ke arah bagaian tengah. Abu batu ataupasir dapat diberikan secara merata dengan takaran 2 -4 k/m2. Pemadatan lanjutan dengan menggunakanPneumatic Tyre (Pemadatan Akhir) Roller sebanyak 2 - 10lintasan. Hasil pemadatan perkerasan masih berwarnacoklat. Sebelum jalan dibuka untuk dilalui oleh lalu-lintas hendaknya permukaan perkerasan ditaburi denganpasir halus guna melindungi kontak langsung antaraban kendaraan dengan permukaan perkerasan. Apabila turun hujan pada saat setting belum sempurna, makaperkerasan dilabur dengan aspal dan pasir. Untukmengetahui kapan proses penguapan air dalam campuranperkerasan telah 100% atau mendekati 100 %, maka diambilcontoh dengan berbagai kadar emulsi diudara terbuka namunterlindung dari sinar matahari. (kurang lebih sekitar 9hari). Proses setting telah sempurna apabila perkerasantelah berubah menjadi warna hitam.

Pembukaan jalan dilakukan setelah 6 jam penghamparandengan kecepatan rendah. Pemberian lapisan pasir yangagak kasar akan melindungi perkerasan dari rodakendaraan.

23

Page 27: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

LAMPIRAN

Page 28: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

DAFTAR BUKU STANDARDIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

NO. JUDUL BUKU NO. REGIRTRASI1. Peta Klasifikasi Fungsi Jalan Seluruh Indonesia

(Tentative)Desember 1986

2. Produk Sandar Untuk Jalan Perkotaan Februari 19873. Standar Specification For Geometric Design Of

Urban RoadsJanuari 1988

4. Standar Perencanaan Geometrik Untuk JalanPerkotaan

Januari 1988

5. Manual Pemeliharaan Jalan 03/MN/B/19836. Panduan Survai dan Perhitungan Waktu Perjalanan

Lalu-lintas001/T/BNKT/1990

7. Panduan Survai Wawancara Rumah 002/T/BNKT/19908. Petunjuk Perambuan Sementara Selama Pelaksanaan

Pekerjaan003/T/BNKT/1990

9. Petunjuk Tertib Pemanfaatan Jalan 004/T/BNKT/199010. Petunjuk Pelaksanaan Pemasangan Utilitas 005/T/BNKT/1990

11. Petunjuk Pelaksanaan Pelapisan Ulang JalanPadaDaerah Kereb Perkerasan dan Sambungan

006/T/BNKT/1990

12. Petunjuk Perencanaan Trotoar 007/T/BNKT/199013. Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan 008/T/BNKT/1990

14. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku(Beton Semen) 009/T/BNKT/199015. Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan

di Wilayah Perkotaan010/T/BNKT/1990

16. Standar Spesifikasi Kereb 011/S/BNKT/199017. Petunjuk Perencanaan Marka jalan 012/S/BNKT/199018. Petunjuk Lokasi dan Standar Spesifikasi Bangunan

Pengaman Tepi Jalan013/S/BNKT/1990

19. Tata Cara Perencanaan Pemisah 014/T/BNKT/1990

20. Tata Cara Perencaanaan Peberhentian Bus 015/T/BNKT/1990

21. Tata Cara Pelaksanaan Survai Inventarisasi Jalandan Jembatan Kota

016/T/BNKT/1990

22. Tata Cara Pelaksanaan Survai Perhitungan Lalu-lintas Cara Manual

017/T/BNKT/1990

23. Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota

018/T/BNKT/1990

24. Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan

001/T/BNKT/1991

25. Tata Cara Perencanaan Persimpangan SederhanaJalan Perkotaan

002/T/BNKT/1991

26. Standar Perencanaan Geometrik UntukJalanPerkotaan

003/T/BNKT/1992

27. Tata Cara Survai Pendahuluan Jembatan di Daerah Perkotaan

004/T/BNKT/1991

28. Tata Cara Survai Kondisi Jalan Kota 005/T/BNKT/1991

29. Tata Cara Penomoran Ruas dan Simpul Jalan Kota 006/T/BNKT/199130. Tata Cara Menyusun RPL dan RKL AMDAL Jalan

Perkotaan007/T/BNKT/1991

31. Tata Cara Perencanaan Lansekap jalan 008/T/BNKT/1991

Page 29: Tatacara pelapisan ulang_dengan_campuran_aspal_emulsi

No. JUDUL BUKU NO. REGISTRASI 32. Spesifikasi Tanaman Lansekap Jalan 009/T/BNKT/1991 33. Tata Cara Pemeliharaan Perkerasan Kaku Rigit

Pavement)010/T/BNKT/1991

34. Spesifikasi Penguatan Tebing 011/T/BNKT/1991

35. Spesifiksasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan 012/T/BNKT/1991

36. Standar Specification For Geometric Design of Urban Roads

Maret 1992

37. Petunjuk Praktis Penataan Penghijauan Jalan dan Lingkungan

001/BNKT/1992

38. Tata Cara Pemasangan Blok Beton Terkunci untuk Permukaan Jalan

SNI03-2403-1991 (SK SNI T-04 1990-F)

39. Tata Cara Pelaksanaan Teluk Bis SK SNI T-40 1991-03

40. Tata Cara Pemasangan Ultilitas di Jalan SK SNI T-18 1991-03

41. Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SK SNI T-22 1991-03

42. Spesifikasi Kurb Beton untuk Jalan SNI-03-2442-1991 SK SNI S-02 1990-F)

43. Spesifikasi Trotoar SNI-03-2442-1991 SK SNI S-03 1990-F)

44. Spesifikasi Bukan Pemisah Jalur SNI-03-2442-1991 SK SNI S-04 1990-F)

45. Spesifikasi Bangunan Pengaman Tepi Jalan SNI-03-2442-1991 SK SNI S-07 1990-F)

46. Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sebidang Jalan Perkotaan

001/T/BNKT/1992

47. Spesifikasi Perencanaan Lansekap Jalan pada Persimpangan

002/T/BNKT/1992

48. Tata Cara Penanaman Tanaman Lansekap Jalan Perkotaan

003/T/BNKT/1992

49. Standar Produk untuk Jalan Perkotaan Volume II 004/T/BNKT/1992

50. Tata Cara Pelapisan Ulang dengan Campuran Aspal Emulsi

005/T/BNKT/1992