tingkat kejadian methicillin resistant staphylococcu aureus - kti metpen.docx

32
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu ±50 tahun ini telah terjadi peningkatan kejadian infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap berbagai antibiotik, salah satunya adalah Staphylococcus aureus yaitu Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). MRSA adalah golongan Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik golongan beta lactam seperti metisilin, oksasilin, penisilin, dan amoksilin. Resistensi multi obat akan banyak menyebabkan banyak masalah dalam lingkungan perawatan kesehatan dan bahkan dalam masyarakat (1,4). Insiden infeksi MRSA terus meningkat di berbagai belahan dunia. Prevalensi di Asia, infeksi MRSA kini mencapai 70%. Sementara di Indonesia pada tahun 2006

Upload: liani-fiza

Post on 26-Nov-2015

92 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

15

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu 50 tahun ini telah terjadi peningkatan kejadian infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap berbagai antibiotik, salah satunya adalah Staphylococcus aureus yaitu Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). MRSA adalah golongan Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik golongan beta lactam seperti metisilin, oksasilin, penisilin, dan amoksilin. Resistensi multi obat akan banyak menyebabkan banyak masalah dalam lingkungan perawatan kesehatan dan bahkan dalam masyarakat (1,4).Insiden infeksi MRSA terus meningkat di berbagai belahan dunia. Prevalensi di Asia, infeksi MRSA kini mencapai 70%. Sementara di Indonesia pada tahun 2006 prevalensinya sebanyak 23,5%. Infeksi S.aureus diantaranya yang menyebabkan bakteremia, 72% berupa MRSA. Salah satu penyakit kronis yang paling signifikan terhadap faktor terjadinya kolonisasi MRSA adalah Diabetes Mellitus (DM) (5,6).Prevalensi penderita DM pada orang dewasa di dunia berkisar 8,7%, tahun 2002 sebagian besar tergolong diabetes tipe 2 (ADA, 2004). World Health Organizatiton (WHO) memprediksi data DM di seluruh dunia akan meningkat menjadi 333 juta dalam 25 tahun mendatang. Sedangkan menurut WHO dalam PERKENI 2011, jumlah penyandang DM di Indonesia mengalami kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 diperkirakan ada 133 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun. Sedangkan menurut laporan hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi DM di daerah urban pada usia diatas 15 tahun sebesar 5,7% . Prevalensi terkecil terdapat di Papua sebesar 1,7%. Prevalensi DM di Provinsi Kalimantan Selatan diperkirakan sebesar 11,1 % (6,7).Infeksi kaki diabetik merupakan suatu komplikasi dari infeksi atau suatu proses peradangan, luka atau perubahan degeneratif yang dikaitkan dengan penyakit kronis seperti DM. Infeksi pada kaki diabetik dapat terjadi pada kulit, otot, dan tulang yang umumnya dapat disebabkan oleh kerusakan dari pembuluh darah, syaraf dan menurunnya aliran darah kedaerah luka. Infeksi kulit dan struktur kulit didominasi oleh bakteri gram positif, termasuk bakteri gram positif resisten seperti MRSA. Sekitar 30% ulkus kaki diabetik (terinfeksi atau tidak terinfeksi) terkolonisasi MRSA (8).Cari data kindra????????????????. !!!!!!!!!!!!!!!!!!!Sampai saat ini belum diketahui gambaran MRSA pada penderita ulkus kaki diabetik. Untuk mengetahui hal tersebut, pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi in vitro MRSA secara mikrobiologis dari swab luka penderita ulkus kaki diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik RSUD Banjarmasin.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana MRSA pada penderita infeksi kaki diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik RSUD Ulin Banjarmasin periode April - Juni 2013?B. Tujuan PenelitianTujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Staphylococcus aureus sebagai bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) pada penderita infeksi kaki diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik RSUD Ulin Banjarmasin.Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi MRSA secara in vito pada penderita infeksi kaki diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik RSUD Ulin Banjarmasin.C. Manfaat PenelitianDengan diketahuinya gambaran MRSA pada penderita infeksi kaki diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik RSUD Ulin Banjarmasin, maka dapat memberikan informasi mikrobiologis terutama mengenai resistensi terhadap S.aureus sebagai bakteri methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Sehingga dapat ditentukan penanganan lebih lanjut untuk mengatasi MRSA tersebut.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Ciri-ciri dan Daya Tahan Staphylococcus aureus (S. Aureus)Bakteri Staphylococcus aureus adalah pertama kali ditemukan oleh Pasteur (1880) dan Ogston (1881) dari pus seorang pasien. S. aureus termasuk bakteri yang paling kuat daya tahannya diantara bakteri lain yang tidak berspora. Pada agar miring dapat tetap hidup sampai berbulan-bulan, baik dalam lemari es maupun pada suhu kamar. Dalam keadaan kering dapat tetap hidup selama 6-14 minggu. Daya tahannya terhadap berbagai zat kimia yaitu: Tinc. Lodii 2%(1 menit), H2O2 3% (3 menit), HgCl2 1% (10 menit), dan terhadap Fenol 2% (15 menit) (2,3,9).B. Epidemiologi dan patogenitas Staphylococcus aureusManusia merupakan koloni alamiah dari S. aureus. 30-50% manusia dewasa sehat terkolonisasi bakteri ini, dengan 10-20% terkolonisasi secara persisten. Seseorang yang terkolonisasi oleh S. aureus akan terjadi peningkatan resiko untuk mendapat infeksi lainnya. Rerata kolonisasi Stafilokokus terjadi tinggi pada pasien-pasien dengan Diabetes Mellitus (DM) tipe 1, pengguna obat intravena, menjalani hemodialisis rutin, menjalani pembedahan, Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), sirosis hati dan defek pada kualitas atau kuantitas leukositnya (10,11,12,13).S. aureus merupakan penyebab infeksi nasokomial utama di rumah sakit. Jalan masuk bakteri ini dapat melalui luka yang terbuka dan jarum suntik. Bakteri stafilokokus Gram positif dalam keadaan normal ditemukan di hidung dan kulit pada 20-30% orang dewasa. Bisa juga ditemukan di mulut, saluran kemih dan kelamin, saluran pencernaan dan saluran pernapasan bagian atas. Stafilokokus kebanyakan tidak berbahaya, tetapi luka di kulit atau luka lainnya bisa menyebabkan bakteri menyusup ke dalam pertahanan tubuh manusia dan menyebabkan infeksi (14).C. Mekanisme Resistensi AntibiotikResistensi antibiotik adalah kemampuan mikroorganisme untuk bertahan dari pengaruh suatu antibiotik. Resistensi antibiotik merupakan tipe spesifik dari resistensi obat. Keadaan ini terjadi secara ilmiah melalui seleksi alam lewat mutasi acak, namun dapat juga melalui pemaksaan dengan evolusi stres pada suatu populasi. Ketika sebuah gen berubah, maka bakteri dapat mengirimkan informasi genetik secara horisontal ke bakteri lainnya melalui pertukaran plasmid. Bakteri yang membawa beberapa gen resistensi disebut multiresistant atau superbug (15).Mikroorganisme dapat memperlihatkan resistensi terhadap obat-obatan melalui berbagai mekanisme, yaitu (2) :1. Mikroorganisme menghasilkan enzim yang merusak obat aktif. Contoh Stafilokokus yang resisten terhadap penisilin G menghasilkan -laktamase yang dihasilkan oleh batang Gram negatif. Bakteri Gram negatif yang resisten terhadap aminoglikosida (karena bantuan plasmid) menghasilkan enzim adenilase, fosforilase, atau asetilase yang merusak obat tersebut.2. Mikroorganisme mengubah permeabilitasnya terhadap obat tersebut. Contoh tetrasiklin tertimbun dalam bakteri yang peka tetapi tidak dalam bakteri yang resisten. Resistensi terhadap polimiksin dihubungkan pula dengan perubahan permeabilitas terhadap obat tersebut.3. Mikroorganisme mengembangkan jalur metabolisme lain yang memintas reaksi yang dihambat oleh obat. Contoh bakteri yang resiten terhadap sulfonamidatidak memerlukan Para Amino Benzoat Acid (PABA) ekstra sel tapi sama seperti mamalia, dapat memamfaatkan folat yang sudah terbentuk.4. Mikroorganisme membentuk suatu enzim yang telah mengalami perubahan tetapi enzim tersebut masih dapat menjalankan fungsi metabolismenya serta tidak begitu dipengaruhi oleh obat seperti enzim pada bakteri peka.

E. Epidemiologi Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)Kebanyakan infeksi MRSA adalah terkait kesehatan, angka kejadian di masyarakat memiliki onset hampir 60% dan kejadian tahunan, sekitar 17 per 100.000 orang, serta angka kesakitan memiliki onset sebesar 25% atau sekitar 9 per 100.000. Insiden masyarakat terkait infeksi ini adalah sekitar 5 per 100.000. Tingkat infeksi MRSA invasif yang tertinggi yaitu pada laki-laki yang lebih tua yang berusia 65 tahun, dan tingkat terendah adalah pada orang berusia muda yaitu 5 -17 tahun.. Pada tahun 2007, sebagian besar MRSA yang diisolasi dari darah adalah sekitar 82%, dan sekitar 23% atau dari kasus 21/93 meninggal dunia. Dari isolat invasif yang mengalami subtyping molekul, sekitar 79% atau dari kasus 45/57 adalah dari tipe HA-MRSA yang dikenal pulsed-field types (PFT) (16).F. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)MRSA adalah golongan S. aureus yang resisten terhadap metisilin. Metisilin merupakan penicillinase resistant semisynthetic penicillin, yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1959. Metisilin digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh S. aureus resisten terhadap penisilin. Namun, di Inggris pada tahun 1961 telah dilaporkan adanya isolat S. aureus yang resisten terhadap metisilin. Kemudian infeksi ini secara cepat menyebar di seluruh negara-negara Eropa, Jepang, Australia, Amerika Serikat, dan seluruh dunia selama berpuluh-puluh tahun serta menjadi infeksi yang multidrug resistant (13,17,18).Resistensi kromosomal MRSA disebabkan antimikroba/antibiotik yang tidak tepat dosis (dosis tinggi), sehingga bakteri akan memproduksi protein pengikat penisilin atau penicillin binding protein (PBP 2a) yang mengganggu afinitas antibiotik terhadap PBP sebenarnya. Reaksi antibiotik dengan PBP yang sebenarnya dapat menghambat sintesis peptidoglikan dan formasi dinding sel bakteri lisis. Sebaliknya, reaksi antimikroba dengan PBP 2a tidak menimbulkan efeki tersebut (19,20).S. aureus telah menunjukkan kemampuan untuk menolak antibiotik selama 40 tahun terakhir. Strain dari organisme berbeda dalam sensitivitas mereka terhadap antibiotik. Ketika ada resistensi terhadap metisilin, bakteri itu merupakan MRSA. Beberapa strain MRSA yaitu dikenal sebagai strain epidemi atau EMRSA karena lebih mudah menyebar. Sampai saat ini, 16 strain epidemi telah diidentifikasi di Inggris. Sejauh ini, jenis yang paling umum mempengaruhi rumah sakit adalah EMRSA-15 dan EMRSA-16. Individu dapat memperoleh strain resisten antibiotik sebagai akibat dari paparan terhadap antibiotik, atau dari paparan organisme, misalnya, melalui kontak dengan orang yang terkolonisasi dengan MRSA selama wabah rumah sakit atau semakin dalam pergaulan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah penularan, terutama pada kelompok pasien yang rentan terhadap infeksi (21).Ada 2 macam infeksi MRSA, yaitu Healtcare associated MRSA (HA-MRSA) dan Community associated MRSA (CA-MRSA). HA-MRSA adalah infeksi MRSA yang terdapat pada individu yang pernah dirawat di rumah sakit atau menjalani operasi dalam setahun terakhir, memiliki alat medis permanen dalam tubuhnya, bertempat tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang, atau individu yang menjalani dialisis. HA-MRSA memiliki resistensi yang sangat tinggi dan merupakan penyakit nasokomial yang penting. Sedangkan infeksi MRSA yang terdapat pada individu yang sebelumnya tidak ada hubungan dengan infeksi rumah sakit dikenal sebagai CA-MRSA (22, 23).F. Diabetes Mellitus dan Ulkus Kaki DiabetikDiabetes melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme karbohidrat yang ditandai oleh hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh kekurangan insulin secara relatif maupun absolut (31).Komplikasi yang paling penting dari diabetes mellitus adalah neuropati dan kaki diabetik. Manifestasi komplikasi yang dihasilkan berkisar dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks, termasuk ekstremitas amputasi dan infeksi yang mengancam jiwa. Infeksi kaki pada penderita diabetes umum, hal ini menimbulkan masalah sosial yang kompleks karena beban keuangan akibattingginya biaya pengobatan dan penyembuhan. Faktor faktor yang merupakan resiko timbulnya infeksi yaitu: faktor neuropati, trauma, dan penyakit vaskuler (24,25,30). Selain berat, kaki morbiditas Infeksi menyebabkan rumah sakit yang berkepanjangan dan masalah psikologis dan sosial bagi pasien dan keluarganya. Meskipun patologi kaki pada pasien diabetes memerlukan medis yang tinggi biaya, hal itu juga menyebabkan hilangnya produktivitas pada pasien. Prediksi mengenai prevalensi DM telah gagal karena diharapkan 300 juta orang di seluruh dunia dengan diabetes pada tahun 2025 itu melebihi tahun 2011, beberapa penulis yang mencari meningkat menjadi 347 juta, namun di Lisbon, Portugal Internasional Diabetes Federation (IDF) mengatakan bahwa prevalensi DM di seluruh dunia adalah 366 juta. Selain itu, diperkirakan bahwa dalam waktu 15 tahun (2025) akan ada 500 juta di seluruh dunia dengan diabetes orang jika kita tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Di sisi lain, penyebab paling umum non-traumatik amputasi adalah diabetes mellitus, dan sebesar 80% dari ini dapat dicegah melalui memadai pencegahan dan intervensi awal (24,25,26).Ulkus kaki diabetik merupakan 85% dari seluruh amputasi. Oleh karena itu, hubungan antara bisul dan amputasi tungkai bawah yang terang-terangan jelas. Dengan mempertimbangkan bahwa faktor risiko utama amputasi adalah ulserasi, sekitar 15% dari semua ulkus kaki akhirnya akan memerlukan amputasi di beberapa titik. Faktor risiko lain untuk amputasi termasuk sejarah panjang diabetes, neuropati perifer dan perubahan dari struktural, kontrol kaki pembuluh darah perifer, penyakit glikemik yang buruk, riwayat kaki, bedah ulkus kaki sebelumnya dan / atau amputasi, retinopati dan nefropati (24,25).

G. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dengan Ulkus Kaki DiabetikInfeksi kaki diabetik adalah prekuel umum untuk amputasi. Sifat merusak dari infeksi ini diawali proses immunopathic seperti diabetes. Tentu resistensi bakteri memperburuk hasilnya sejak terapi empirik mungkin tidak efektif, serta menunda antibiotik yang tepat. Diabetes bertindak sebagai proses imunosupresif, predisposisi pasien terhadap infeksi, dan menyebabkan infeksi yang lebih parah ketika salah satu terjadi. Infeksi struktur kulit dan kulit (SSSI) yang penyebabnya didominasi oleh bakteri Gram positif. Terutama bakteri Gram positif resisten seperti methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Sekitar 30% dari ulkus kaki diabetik (terinfeksi dan tidak terinfeksi) terkolonisasi MRSA. The Manchester Inggris melaporkan Prevalensi MRSA pada ulkus kaki diabetik meningkat antara 1999 dan 2003 (8).MRSA diidentifikasi telah muncul sebagai penyebab paling umum infeksi kulit dan jaringan lunak di daerah metropolitan beberapa di seluruh Amerika Serikat. Sekitar lebih dari 80% pasien dengan infeksi kulit dan jaringan lunak yang berhubungan dengan MRSA. Temuan ini menunjukkan pentingnya untuk mempertimbangkan kembali pilihan antibiotik empiris untuk infeksi kulit dan jaringan lunak dimana MRSA sudah lazim di masyarakat (27).Hasil yang lebih buruk ketika luka terinfeksi dengan resistenbakteri. Pada seseorang dengan infeksi kaki diabetik disebabkan oleh amputasi dengan MRSA, tingkat kematian lebih tinggi (43% vs 9% MRSAnon-MRSA) (8).

BAB III LANDASAN TEORI

A. Landasan TeoriStaphylococcus aureus (S. aureus) merupakan salah satu bakteri gram positif yang sering menyebabkan penyakit infeksi. S. aureus pada tubuh selain berperan sebagai flora normal juga dapat menimbulkan infeksi, diantaranya adalah infeksi kulit ringan sampai berat yang mengancam jiwa dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses (2,3,29).Ulkus kaki diabetik merupakan suatu komplikasi kronis dari diabetes melitus yang paling ditakuti. Infeksi sering menjadi penyulit dari ulkus kaki diabetik. Ulkus kaki diabetik ini merupakan penyebab masuknya bakteri dan sering polimikrobial yang menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kerusakan berat dari jaringan.MRSA adalah S. Aureus yang resisten terhadap antibiotik laktam, termasuk penicillinase resistant penicillins (metisilin, oksasilin, nafcilin). Infeksi MRSA telah menjadi suatu masalah dalam dunia kesehatan di seluruh dunia selama beberapa dekade. Beberapa faktor dapat menyebabkan timbulnya resistensi ini, diantaranya adalah salah pemilihan dan penggunaan dari agen antibiotik (28).

Ulkus kaki diabetik adalah infeksi, ulserasi, dan atau dekstruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah. Hiperglikemia pada diabetes mellitus yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi kronis yaitu neuropati perifer dan angiopati. Dengan adanya neuropati perifer dan angiopati, trauma ringan dapat menimbulkan ulkus pada penderita diabetes melitus. Ulkus diabetes melitus mudah terinfeksi karena respon kekebalan tubuh pada penderita diabetes melitus biasanya menurun. Ketidaktahuan pasien dan keluarga membuat ulkus bertambah parah dan menjadi gangren yang terinfeksi.Penelitian pada tahun 2009 tentang MRSA terhadap ulkus kaki diabetik pemilihan antibiotik biasanya melibatkan kultur luka dan antimikroba berdasarkan pengujian sensitivitas. Namun terkadang kultur luka tidak digunakan untuk mendiagnosa infeksi. Ini membuat pilihan awal antibiotik sangat penting untuk resolusi cepat dari infeksi. Pilihan terapi antibiotik empirik didasarkan pada beberapa faktor: faktor risiko untuk MRSA, keparahan infeksi, alergi pasien dan pengobatan bersamaan dan rawat inap / rawat jalan terapi (8).

Diabetes Mellitus (DM)

Faktor neuropatiTraumaPenyakit vaskuler

KOMPLIKASIUlkus Kaki Diabetik

Terapi Antibiotik Tidak Rasional (indikasi, dosis, durasi)Kontaminasi(terpapar oleh alat atau prosedur yang invasif)

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)

Gambar 1. Kerangka Teori

BAB IVMETODE PENELITIAN

A. Rancangan PenelitianPenelitian ini menggunakan metode dekskriptif, yaitu observasi yang dilakukan terhadap pola kepekaan Staphylococcus aureus terhadap MRSA pada penderita ulkus kaki diabetik.B. Instrumen Penelitian1. Bahan penelitianBahan penelitian yang digunakan adalah cairan ulkus atau pus yang diambil dengan kapas lidi steril dan dibawa dengan media kultur yang juga steril dan isolat Staphylococcus aureus yang spesifik terhadap Methicillin Resistent Staphylococcus Aureus (MRSA).Alat penelitianAlat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain kapas lidi steril, tabung reaksi dan raknya, inkubator (Carbolite), autoclave (All American), laminary flow (Holten Maxisafe), aluminium foil (Total Wrap), kapiler skala milimeter, ose bulat, cawan petri, lampu bunsen, pinset, pipet tetes, gelas beker, hot plate, dan termos es.

C. Variabel Penelitian1. Variabel BebasVariabel bebas pada penelitian ini adalah jenis antibiotik yang digunakan dan ruangan/poli tempat peneliti mendapatkan sampel.2. Variabel TerikatVariabel terikat pada penelitian ini adalah Infeksi ulkus kaki diabetik dengan MRSA positif atau negatif. Untuk S. aureus positif selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan antibiotik terpilih untuk mengetahui kuman tersebut adalah MRSA atau tidak.2. Variabel Pengganggua. Kontaminasi jamur dan bakteri lain saat bekerja di laboratorium dikendalikan dengan pengerjaan steril menggunakan handskun dalam laminary flow.b. Kontaminasi terhadap alat dan media dikendalikan dengan menutup alat dan media dengan aluminium foil dan dilakukan sterilisasi panas basah (memasukkan alat dan bahan ke dalam autoklaf) dan dengan sterilitas kering (membakar ujung ose dan mulut tabung dengan menggunakan lampu bunsen).c. Kontaminasi mikroorganisme lain saat dalam perjalanan dari RSUD Ulin Banjarmasin ke laboratorium Mikrobiologi dikendalikan dengan memasukkan sampel bahan penelitian ke dalam termos es.d.Suhu dan kelembapan lingkungan dikendalikan dengan memasukkan media pertumbuhan ke dalam inkubator pada suhu 37C selama 24 jam.e. Kontaminasi mikroorganisme lain terhadap koloni yang dibiakkan dikendalikan dengan menyimpan koloni bakteri yang tumbuh dari sampel bahan penelitian ke dalam inkubator.D. Definisi Operasional1. Jenis bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat Staphylococcus aures yang berasal dari sampel cairan ulkus atau pus pada penderita kaki diabetik.2.Staphylococcus aureus adalah bakteri yang biasa ditemukan di kulit dan selaput lendir manusia. Pada pemeriksaan mikroskopis, organisme ini tampak sebagai kokus gram positif. Berkelompok seperti anggur yang memungkinkan dirinya dapat terbagi dalam beberapa bentuk.3.Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah jenis bakteri Staph yang resisten terhadap antibiotik tertentu yang disebut beta-laktam. Antibiotik ini termasuk methicillin dan antibiotik yang lebih umum lainnya seperti oksasilin, penisilin, dan amoksisilin. Dalam masyarakat, sebagian besar infeksi MRSA adalah infeksi kulit.4.Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin atau kerja insulin sehingga terjadi abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. 5.Pasien Ulkus kaki diabetik adalah Pasien dengan keadaan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendiryang terjadi akibat komplikasi penyakit diabetes mellitus.E. Prosedur Penelitian1. Persiapan dan Pengambilan Bahan Penelitian Cairan ulkus dan pus pada pasien kaki diabetik, yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi subjek penelitian, diambil dengan mengusapkan bagian kapas lidi steril pada luka/ulkus tanpa menyentuh bagian tepi luka/ulkus. Setelah sekret diambil, segera dimasukkan ke tabung yang berisi media bouillon. Selanjutnya tabung tersebut dikirim segera ke bagian Mikrobiologi FK Unlam Banjarbaru.

2. Prosedur Pemeriksaan KulturIdentifikasi awal menggunakan dengan pengecatan Gram dan dilakukan tes katalase dan koagulase. Ujung lidi yang mengandung spesimen diinkubasi dalam phenol red manitol selama 24 jam dalam inkubator dengan suhu 37C supaya bakteri berkembang. Spesimen dapat langsung ditanam pada permukaan media CHROMagar S. aureus tanpa pemeriksaan Gram, katalase, maupun koagulase. Hasil inkubasi kemudian diidentifikasi jenis bakterinya. Amati morfologi koloni kuman. Koloni bakteri tersebut memiliki ciri-ciri bentuk bulat, tidak mukoid, warna merah muda dan tepi rata.

3. Prosedur Tes SensitivitasTes ini menggunakan cakram antibiotik oksasilin atau sefoksitin 30 mg. Inokulum bakteri disiapkan dengan membuat suspensi kuman dalam cairan NaCl 0,9% steril dan distandarisasi dengan 0,5 McFarland. Suspensi atau resistensi koloni kuman dapat dinilai berdasarkan ukuran diameter atau daerah hambat kuman disekitar disc atau cakram antibiotik sesuai kriteria NCCLS (National Committe for Clinical Laboratoty Standart) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standart Institute). Interpretasinya ialah diameter kurang dari atau sama dengan 19mm disebut resisten dan lebih dari atau sama dengan 20mm disebut sensitif.

F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan DataDari hasil uji Identifikasi bakteri yang terbentuk, dikumpulkan dan dicatat, lalu diolah secara deskriptif dan disusun dalam bentuk tabel dan grafik.

G. Cara Analisis DataData yang diperoleh diuji.

H. Waktu dan Tempat Penelitian1. Tempat penelitianPenelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Kaki Diabetik RSUD Ulin Banjarmasin dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.2. Waktu penelitianPenelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember - Juni 2013, dengan rincian kegiatan pada table 1.Tabel 1 Jadwal Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan PenelitianKegiatanWaktu Penatalaksaan Penelitian Bulan Ke :