uji zona hambat minyak atsiri daun sereh sayur thp staphloccocus aureus

61
Kamis, 02 Februari 2012 SKRIPSI ARIF RAHMAN DJABAL UJI ZONA HAMBAT MINYAK ATSIRI DAUN SEREH SAYUR (Cymbopogon citratus (DC) Stapf) TERHADAP Staphylococcus aureusPENYEBAB INFEKSI PADA KULIT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Biologi FMIPA Universitas Tadulako ARIF RAHMAN JABAL G 401 07 036 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO JUNI 2011

Upload: sheria-hijab

Post on 25-Oct-2015

393 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

Kamis, 02 Februari 2012

SKRIPSI ARIF RAHMAN DJABAL

UJI ZONA HAMBAT MINYAK ATSIRI DAUN SEREH SAYUR(Cymbopogon citratus (DC) Stapf) TERHADAP Staphylococcus aureusPENYEBAB

INFEKSI PADA KULIT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Biologi FMIPA

Universitas Tadulako

ARIF RAHMAN JABALG 401 07 036

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKOJUNI 2011

Page 2: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul      : Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur (Cymbopogon citratus (DC) Stapf) Terhadap Staphylococcus aureusPenyebab Infeksi Pada Kulit.

Nama          :  Arif Rahman Jabal

Stambuk     :  G 401 07 036

Telah diperiksa dan setujui untuk diajukan

Pembimbing I                                                 Pembimbing II

Musjaya M.Guli, S.Si,M.Si                           Syariful   A nam, S.Si,Apt,M.Si NIP. 1967701311999031001                         NIP. 19800226200511001

MengetahuiJurusan Biologi

FMIPA Universitas Tadulako

Drs. Elijonnahdi, M.SiNIP. 196107251991031002

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

Judul      : Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur (Cymbopogon citratus (DC) Stapf) Terhadap Staphylococcus aureusPenyebab Infeksi Pada Kulit.

Nama          :  Arif Rahman Jabal

Page 3: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

Stambuk     :  G 401 07 036

DEWAN PENGUJI

Ketua              :   Drs. Elijonnahdi, M.Si                                          ......................

Sekretaris       :   Muh. Alwi, S.Si, M.Si                                           ......................

Penguji  I        :   Miswan, S.Pd, M.Si                                              ......................

Penguji  II      :   Wahyu Harso, S.Si, M.Si                                      ......................

Penguji III      :   Prof. Dr. Ramadanil Pitopang, M.Si                  ......................

Penguji IV      :   Musjaya M. Guli, S.Si, M.Si                                 ......................

Penguji V       :   Syariful Anam, S.Si, Apt, M.Si                            ......................

Mengetahui,Dekan Fakultas MIPAUniversitas Tadulako

Drs. Abdullah, M.TNIP. 196202171991031002

P E R N Y A T A A NDengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang

pernah yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palu, 30 Mei 2011Penulis,

Arif Rahman JabalG  401 07 036

Page 4: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

HALAMAN PERSEMBAHAN

Semakin tua usiaSemakain berat cobaan yang dirasaHidup penuh dengan keterbatasan

Merasa hidup sendirian, kesepian dan tidak berguna

Perlu kesabaran dan ketelatenan untuk merawatnyaAgar mereka bersemangat untuk menjalani masa tuanya

Semangat, senyuman dan ungkapan rasa senang dari merekaMerupakan suatu pamrih yang tidak ternilai harganya

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1.     Ayahanda Drs. Muh. Ruslim2.     Ibunda Nur Intan, S. Pd3.     Adinda Abdi Akbar4.     Adinda Rela Alam5.     Adinda Fajar Jihad6.     Adinda Ummu Amalia

ABSTRAK

Pada penelitian ini telah dilakukan uji aktivitas antibakteri minyak atsiri daunsereh sayur (Cymbopogon citratus (DC) Staph.). Isolasi minyak atsiri dilakukan dengan metode destilasi uap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri minyak atsiri daun sereh sayur terhadap bakteri Staphylococcus  aureus penyebab infeksi pada kulit. Indikator yang diamati adalah zona hambat. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

Page 5: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

beruparancangan acak lengkap. Metode difusi sumuran dengan konsentrasi ekstrak0%v/v, 6,25%v/v, 12,5%v/v ,25%v/v, 50%v/v,100%v/v digunakan untuk mengetahui diameter zona hambat dengan masing-masing perlakuan digunakan tiga kali ulangan. Data diameter zona inhibisi dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA. Konsentrasi minyak atsiri ekstrak daun sereh sayur (Cymbopogon citratus (DC) staph) yang berbeda berpengaruh terhadapdiameter zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri memiliki potensi sebagai antibakteri dengan konsentrasi efektif 12,5% v/v.

Kata kunci :  Daun sereh sayur (Cymbopogon citratus (DC) Staph),  Destilasi uap, Minyak atsiri, Staphylococcus aureus, Antibakteri

ABSTRACT

The recearch did to Tested of activity antibacteria from esential oil leafs of lemon grass (Cymbopogon citratus (DC) Staph). Isolation esential oil used with steam destilasion method. This recearch aims to know esential oil antibacteria from leafs of lemon grass to Staphylococcus aureus bacteria is cause infection from surface of skin. Indicator  perceived is zona barrier. This recearch  character of  eksperimental with completely randomized design.  This recearh used Diffusion method is wells method with  consentration extract is 0%v/v, 6,25%v/v, 12,5%v/v ,25%v/v, 50%v/v,100%v/v used for know diameter zona barrier with treatments used threes repeat. Result of diameter zona barrier  analysis to used ANOVA. Different concentration of esential oil  extract leafs of lemon grass influence to diameter zona barrier growth Staphylococcus aureus bacteria. Pursuant to result this recearch conclusion is esential oil can potency as antibacteria with effective concentration is 12,5% v/v.

Keyword  : Leafs lemon grass (Cymbopogon citratus (DC) Staph), Steam   destilation, asential oil, Staphylococcus aureus, antibacteria.

Page 6: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

KATA PENGANTARAlhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah, berkah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Ekstrak Daun Sereh Sayur (Cymbopogon citratus(DC) Staph) Terhadap Staphylococcus aureus Penyebab Infeksi Pada Kulit”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Biologi di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako Palu.

Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari arahan dan bimbingan dari Bapak Musjaya M.Guli, S.Si, M.Si sebagai Pembimbing I dan Bapak Syariful Anam,S.Si, Apt, M.Si sebagai Pembimbing II yang penuh kesabaran dan semangat memberikan bimbingan, motivasi serta sumbangan pemikiran kepada penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang setulus-tulusnya semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang setimpal.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1.      Rektor Universitas Tadulako2.      Bapak Drs. Abdullah, M.T selaku Dekan Fakultas MIPA3.      Bapak Drs.Elijonnahdi, M.Si sebagai Ketua Jurusan Biologi FMIPA4.      Ibu Dr.Umrah, M.Si sebagai sekretaris Jurusan Biologi FMIPA5.      Seluruh staf pengajar Jurusan Biologi FMIPA6.      Seluruh staf analis Laboratorium Kesehatan Kota Palu yang telah banyak melayani dan

membimbing penulis selama melakukan penelitian.7.      Teman-teman Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (IKAHIMBI) yang menjadi

motivator bagi saya selama penulis menyusun.8.      Rekan-rekan pengurus Badan Perwakilan Mahasiswa FMIPA yang selalu memberi dorongan

pada penulis.9.      Rekan-rekan pengurus Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA yang memberi banyak

sumbangsih kehidupan.10.  Teman-teman seperjuangan angkatan 2007 Jurusan Biologi FMIPA yang tetap solid, saling

bahu-membahu untuk sampai pada suatu tujuan bersama.11.  Keluarga besarku yang selalu memberikan support, doa dan motivasi di saat penulis melewati

masa-masa sulit ( Kakek, Nenek, Tante Tenri, Tante linda, Tante daya, Tante ida, Om suardi, Om riswan, Omsommeng, soling, fadzah dan  Naufal  dll).

12.  Sahabatku Fitriana said yang selalu menginspirasi  sehingga penulis tetap berjuang dan semangat.

13.  Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan doanya.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Page 7: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

                                                                                         Palu, Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL          ........................................................................      iHALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING       ………………………      iiHALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ……………………....      iiiHALAMAN PERNYATAAN          ………………………………………      ivHALAMAN PERSEMBAHAN        ………………………………………      vABSTRAK     ………………………………………………………………      viABSTRACT       …………………………………………………………...     viiKATA PENGANTAR           ………………………………………………      viiiDAFTAR ISI            …………………………………………………..........      xDAFTAR TABEL        ………………………………………………..........      xiDAFTAR GAMBAR             ………………………………………………     xiiDAFTAR LAMPIRAN         ………………………………………………    xiiiBAB  I   PENDAHULUAN

1.1.   Latar belakang  …………………………………....................     1

1.2.   Rumusan masalah         …………………………………........     4

1.3.   Tujuan penelitian          …………………………………........     5

1.4.   Manfaat penelitian        …………………………………........     5

1.5.   Batasan penelitian         …………………………………........     5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

              2.1.  Tanaman sereh sayur (Cymbopogon citratus (DC) Staph.) …     6

  2.2.  Minyak atsiri     ………………………………………………     8

  2.3.  Ekstraksi                  …………………………………………..     11

  2.4.  Staphyloccus aureus ………………………………………...     15

Page 8: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

  2.5.  Aktivitas antibakteri      ……………………………………....     20

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan tempat         ……………………………………....     27

  3.2. Alat dan bahan   ………………………………………………     27

  3.3. Prosedur kerja    ………………………………………………     27

  3.4. Analisa data       ………………………………………………     31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan          ………………………………………     32

4.2. Pembahasan       ………………………………………………     35

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan        ………………………………………………     42

5.2. Saran      ………………………………………………………     42

DAFTAR PUSTAKA                        ……………………………………………....     43

LAMPIRAN-LAMPIRAN    ……………………………………………....     46

                                                                                                                            

Page 9: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

DAFTAR TABELNomor                                                                                                 Halaman

4.1.  Hasil  uji hambat minyak atsiri terhadap bakteri

        Staphylococcus aureus .....................................................................      32

4.2. Analisis ragam zona hambat minyak atsiri ekstrak daun sereh sayur  (Cymbopogon citratus (DC)

Staph) terhadap bakteriStaphylococcus

aureus................................................................................................      33

4.3. Analisis Beda Nyata terkecil (BNT) ..................................................      34

DAFTAR GAMBARNomor                                                                                                 Halaman2.1. Bakteri Staphylococcus aureus    .......................................................... 164.1. Histogram zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus      aureus   .................................................................................................   33

Page 10: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

DAFTAR LAMPIRANNomor                                                                                                 Halaman

1.      Hasil pengamatan zona hambat pada medium NA   .....................   462.      Analisa data    ...............................................................................    483.      Foto-foto kegiatan penelitian  .......................................................    524.      Kerangka alur penelitian   .............................................................    54

Page 11: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia dan merupakan garis pertahanan utama

dari serangan infeksi yang berasal dari luar. Kulit mempunyai sistem kekebalan sendiri yang

dirusak oleh mikroorganisme (Davies, 1998). Manusia hidup di alam selalu kontak dengan

mikroorganisme, bakteri, virus, fungi, dan berbagai bentuk kehidupan parasit. Infeksi terjadi bila

mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan berbagai gangguan fisiologi normal

tubuh sehingga timbul penyakit infeksi. Penyakit infeksi mempunyai kemampuan menular pada

orang lain yang sehat sehingga populasi penderita dapat meluas (Wattimenadkk., 1991 dalam

Adrian (2009).

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan dalam bidang kesehatan yang terus

berkembang. Infeksi merupakan penyebab utama penyakit di dunia terutama di daerah tropis,

seperti Indonesia karena sanitasi lingkungan yang rendah sehingga mendukung mikroba untuk

tumbuh subur.Penyakit infeksi pada manusia dan hewan dapat menurunkan kesehatan tubuh

sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas dan reproduktivitas bahkan kematian.

Staphylococcus aureus merupakan  salah satu kelompok bakteri yang dapat menyebabkan

berbagai penyakit sebagai akibat infeksi beragam pada jaringan tubuh seperti infeksi pada kulit.

Bakteri Staphylococcus aureus  menyebabkan berbagai infeksi bernanah (suppurative

diseases)dan toksinosis (Darwani, 2009).

Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen utama pada manusia .Staphylococcus

aureus bersifat koagulase positif, yang membedakannya dari spesies lain. Hampir setiap orang

pernah mengalami berbagai infeksi Staphylococcus aureus selama hidupnya, dari keracunan

makanan yang berat atau infeksi kulit yang kecil, sampai infeksi yang tidak bisa disembuhkan

(Jawetz et all., 2001 dalam Wahyu 2009).

Bakteri tersebut juga penyebab intoksitasi dan terjadinya berbagai macam infeksi seperti

pada jerawat, bisul, pneumonia, empiema, endokarditis, atau bernanah pada bagian tubuh mana

pun. Leukosidin, toksin bakteri  ini dapat mematikan sel darah putih pada manusia yang terkena

oleh toksin ini. Infeksi bakteri tersebut dapat juga di sebabkan oleh kontaminasi langsung pada

Page 12: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

luka, misalnya pada infeksi luka pasca bedah oleh staphylococcus aureus  atau infeksi setelah

trauma. Bakteri tersebut menyebar dan terjadi bakteremia, gambaran klinisnya mirip dengan

gambaran klinis yang terlihat pada infeksi lain yang melalui aliran darah (Jawetz, 1996 dalam

Adrian, 2009).

Saat ini minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali bahan alam bagi kesehatan,

terutama obat-obatan dari tumbuhan cenderung meningkat.Hal ini disebabkan karena pengobatan

tradisional dengan menggunakan bahan alam harganya lebih terjangkau dan mudah

di dapat. Sejalan dengan meningkatnya pemakaian tumbuh-tumbuhan sebagai obat maka

penelitian untuk membuktikan kebenaran khasiat maupun efek sampingnya perlu dioptimalkan.

Tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat adalah tumbuhan yang mengandung

minyak atsiri. Hal ini disebabkan karena minyak atsiri beberapa bersifat sebagai antibakteri dan

anti jamur sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pengawet pada makanan dan

sebagaiantibakteri alami. Beberapa minyak atsiri adalah suatu substansi alami yang telah dikenal

memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Bahkan minyak atsiri cengkeh telah digunakan sejak lama

di berbagai rumah sakit Eropa untuk mengatasi infeksi Mycobacterium tuberculosis (Yulliasri,

2000 dalam adrian, 2009). Minyak atsiri dapat menghambat beberapa jenis bakteri merugikan

seperti Escherichia coli, Salmonella sp, Staphylococcus

aureus, Klebsiella dan Pasteurella (Agusta, 2000 dalam Adrian, 2009).

Sereh sayur (Cymbopogon citratus  (DC) Stapf) adalah salah satu tumbuhan yang

mengandung minyak atsiri oleh karena itu dilakukan penelitian aktivitasnya sebagai antimikroba

sehingga penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Sereh sayur biasanya digunakan sebagai obat antipiretik, anti muntah, pengurang nyeri,

melancarkan kencing, menghilangkan bau mulut, menghilangkan sakit gigi dan gusi bengkak,

anti radang, bumbu dapur, pengusir serangga,  pewangi sabun, detergen, pembersih lantai, dan

aerosol (Hariana, 2006).

Pengaruh minyak atsiri sereh sayur sebagai antibakteri pada infeksi kulit yang disebabkan

oleh bakteri Staphylococcus aureus belum diketahui jelas sehingga perlu diteliti aktivitas minyak

Page 13: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

atsiri yang terkandung dalam tumbuhan tersebut untuk menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus.

1.2. Rumusan masalah

            Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Apakah  minyak  atsiri  daun  sereh sayur (Cymbopogon citratus  (DC.) Stapf) mempunyai

aktivitas  antibakteri  terhadap  Staphylococcus aureus penyebab infeksi pada kulit?

2. Berapakah konsentrasi efektif minyak atsiri untuk menghambat bakteri Staphylococcus aureus?

1.3. Tujuan penelitian

1.Mengetahui daya antibakteri minyak atsiri daun sereh sayur terhadap

bakteri Staphylococcus  aureus penyebab infeksi pada kulit.

     2.Mengetahui konsentrasi efektif minyak atsiri untuk menghambat bakteri Staphylococcus aureus.

1.4. Manfaat penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat menyumbangkan data dan kajian ilmiah tentang

aktivitas antibakteri dari tumbuhan sereh sayur terhadap infeksi pada kulit yang disebabkan

bakteri Staphylococcus  aureus . 

1.5. Batasan masalah

Penelitian ini menguji aktivitas minyak atsiri daun sereh sayur terhadapStaphylococcus

aureus penyebab infeksi pada kulit.

BAB II

Page 14: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman sereh

2.1.1. Klasifikasi tanaman sereh

Menurut Muhlisah (1999) tanaman sereh sayur (Cymbopogon

citratus (DC)Stapf) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom        :  Plantae

Divisio            :  Spermatophyta  

Sub divisio     :  Angiospermae    

Classis            :  Liliopsida

Sub classis    :  Commelinidae

Ordo              :   Poales

Familia          :   Poaceae

Genus            :   Cymbopogon 

Spesies          :  Cymbopogon citratus (DC) Stapf.

2.1.2. Nama daerah

Cymbopogon citratus (DC) Stapf merupakan tumbuhan yang masuk ke dalam famili

rumput-rumputan atau Poaceae. Dikenal juga dengan nama serai dapur (Indonesia), sereh

(Sunda), bubu (Halmahera),serai dapur (Malaysia), tanglad dan salai (Filipina), balioko (Bisaya),

slek krey sabou (Kamboja), si khai/ shing khai (Laos), sabalin (Myanmar), cha khrai (Thailand).

Negara asal penghasil Cymbopogon citratus (DC)Stapf.memang belum diketahui dengan pasti,

namun penyebarannya meliputi daerah Malesiana (Asia Tenggara hingga Papua). Tanaman ini

dikenal dengan istilah Lemongrass, barbed wire grass,  silky heads, citronella grass ataupun fever

grass, karena memiliki bau yang kuat seperti lemon, sering ditemukan tumbuh alami di negara-

negara tropis.

Sereh dapur mempunyai nama  daerah antara lainserai di daerah lain yaitu sereue mongthi

(Aceh), sere (Gayo), sangge-sangge (Batak), serai batawi (Minangkabau), sarae (Lampung), sere

(Melayu), sereh (Sunda), sere (Jawa Tengah), sere (Madura), kedong witu (Sumba), naosina

(Roti), humuku (timor) serre (Makassar), serre (Bugis), serai (Ambon), lauwariso

(Seram) (Sofiah, 2009).

2.1.3. Morfologi tanaman sereh

Page 15: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

Merupakan tanaman tahunan berbentuk rumput-rumputan dengan tinggi 50-100 cm.

Batangnya tidak berkayu, beruas-ruas pendek, dan berwarna putih. Daunnya tunggal, memanjang

seperti pita, lanset, berwarna hijau berpelepah, pangkal pelepah, memeluk batang, ujung runcing,

tepi rata, panjang 25-75 cm, lebar 5-15 cm, dengan pertulangan sejajar. Bunga majemuk,

berbentuk malai, karangan bunga berselundang, terletak dalam satu tangkai, berwarna

putih. Bulir kecil benang sari berlepasan dan kepala putik muncul dari sisi. Buahnya berbentuk

seperti padi, bulat panjang, pipih, berwarna putih kekuningan. Bijinya bulat panjang, berwarna

cokelat. Akarnya serabut, berwarna putih kekuningan.

2.1.4. Kandungan kimia tanaman sereh

Komponen senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman sereh sayur (Cymbopogon

citratus (DC)Stapf) yaitu minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan polifenol. Sedangkan minyak

atsirinya mengandung senyawa citral, geraniol, citronellal, methylheptenone, eugenol, eugenol

kadinen, kadinol, methyl eter, dipenten, dan limonene (Hariana, 2006).

         2.2. Minyak atsiri

2.2.1. Pengertian minyak atsiri

      Minyak atsiri adalah zat aromatik yang terkandung dalam beberapa jenis tanaman. Zat tersebut

mudah menguap. Dinamakan eteris atau minyak esensial karena pada suhu biasa (suhu kamar)

mudah menguap di udara.Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri umumya tidak

berwarna.Adapun sifat-sifat minyak atsiri tersusun oleh berbagai macam komponen

senyawa. Memiliki bau khas, umunya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau minyak atsiri

satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari macam dan intensitas bau dari

masing-masing komponen penyusunnya. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam,

memberi kesan hangat sampai panas atau justru dingin ketika terasa di kulit, tergantung jenis

komponennya. Dalam keadaan murni ( belum tercemar oleh senyawa lain) mudah menguap pada

suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak

meninggalkan bekas noda pada benda yang ditempel. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh

lingkungan, baik pengaruh oksigen udara, sinar matahari dan panas karena terdiri dari berbagai

Page 16: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

macam komponen penyusun.Pada umumnya tidak dapat tercampur dengan air, tetapi cukup

dapat larut hingga dapat memberikan baunnya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil

dan sangat mudah larut pelarut organik (Gunawan dan mulyani, 2001).

2.2.2. Sumber minyak atsiri

               Tanaman-tanaman dari famili seperti  Lauraceae,  Myrtaceae, Rutaceae,

Myristicaceae,  Asteraceae,  Umbeliferae,  Pinaceae, Rosaceae, dan  Labiatae adalah tanaman

yang sangat popular sebagai penghasil minyak atsiri. 

2.2.3. Struktur kimia minyak atsiri

Secara umum komponen minyak atsiri digolongkan menjadi dua, yaitu: 

a)  Golongan hidrokarbon

     Persenyawaan yang termasuk golongan hidrokarbon terbentuk dari unsur C dan H, yaitu terpen

yang dapat dibagi menjadi monoterpen, diterpen, sesquiterpen, politerpen, paraffin, olefin, dan

hidrokarbon aromatik.

b)  Golongan hidrokarbon teroksigenasi

     Persenyawaan yang termasuk golongan hidrokarbon teroksigenasi terbentuk dari unsur C, H dan

O yang termasuk golongan ini adalah alkohol, aldehid, keton, ester, dan oksida (Gunawan dan

Mulyani, 2004).

2.2.4. Kegunaan minyak atsiri

Kegunaan minyak atsiri bagi tanaman penghasilnya sendiri adalah menarik  serangga

sehingga penyerbukan lebih efektif, cadangan makanan, mencegah kerusakan tanaman olah

serangga atau hewan lain yang mengganggu proses transpirasi. Selain itu bau minyak atsiri yang

merangsang dapat menjadi daya tahan tanaman terhadap kerusakan yang disebabkan oleh parasit

dan hewan (Guenther, 1987).

Dalam industri minyak atsiri digunakan untuk flavouring, parfummery dan sebagai bahan

baku untuk sintesis senyawa lain. Untuk tujuan teraupetik, minyak atsiri dapat diberikan secara

Page 17: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

inhalasi, oral, sebagai obat kumur, dan secara transdermal seperti aromaterapi. Minyak tersebut

juga sering digunakan sebagai zat tambahan dalam sediaan kosmetika, obat, makanan, rokok,

sebagai antibakteri dan antijamur (Dep.Kes RI, 1995).

2.2.5. Cara memproduksi minyak atsiri

Untuk mendapatkan minyak atsiri perlakuan yang harus dilakukan terhadap tanaman

meliputi tahap pencucian, perajangan, pengeringan, penyulingan, penyimpanan. Pencucian

bertujuan untuk membersihkan dan melapaskan tanah yang melekat pada bahan.Perajangan

bertujuan supaya kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin. Penyulingan dengan suhu

tinggi akan menghasilkan minyak yang bermutu kurang baik (Guenther, 1987).

2.2.6. Cara penyimpanan minyak atsiri

Minyak atsiri dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama tetapi bila proses

penyimpanan kurang baik maka dapat menyebabkan kerusakan pada minyak atsiri dalam waktu

yang singkat. Umumnya minyak atsiri memiliki tingkat penguapan yang tinggi, tidak tahan

terhadap panas dan cahaya yang bisa merusak komponen kimia yang ada di dalamnya dan dapat

berubah warna. Oleh kerana itu penyimpanannya perlu terlindung dari cahaya yaitu dengan

menggunakan botol kaca berwarna gelap dan kedap udara. Untuk menjaga keawetannya maka

disimpan di tempat sejuk atau dingin dan gelap. Minyak atsiri juga dapat tengik kerana adanya

kandungan air, maka harus disimpan dalam bentuk murni tanpa tercampur air (Gunawan dan

Mulyani, 2004).

2.3. Ektraksi

2.3.1. Pengertian ekstrak dan ekstraksi

     Ekstrak adalah sediaan pekat atau kering yang diperoleh dengan mengekstraksi zat-zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian

semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Dep. Kesehatan, 1996).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut

dengan menggunakan pelarut cair. Ekstraksi merupakan proses penyarian simplisia nabati atau

simplisia hewani dengan cara dan pelarut yang sesuai, bebas dari pengaruh cahaya langsung

(Dep.Kesehatan,1996).

Page 18: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

2.3.2. Macam-macam metode ekstraksi

Ada dua metode  ekstraksi berdasarkan suhu yaitu cara dingin dan panas.

1.Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara

perendaman bahan dengan pelarut (Dep.Kesehatan,1996). Maserasi kinetik merupakan metode

maserasi yang menggunakan bantuan suatu alat untuk mengaduk. Hal ini tidak dimaksudkan

untuk menghasilkan ekstrak lebih banyak atau baik, melainkan untuk mempercepat

penyeimbangan konsentrasi sehingga waktu ekstraksi menjadi lebih cepat

(Dep.Kesehatan,1996).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut secara kontinyu sampai semua zat

terekstraksi (Dep.Kesehatan,1996)

2.Cara Panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu

tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Umumnya dilakukan pengulangan proses residu pertama 3-5 kali (Dep.Kesehatan,1996).

b. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang terus menerus diganti sehingga selalu

baru, dilakukan dengan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi berkeseimbangan

sampai bahan tersari sempurna (Dep.Kesehatan,1996).

c. Digesti

Digesti adalah ekstraksi dengan perendaman namun dilakukan pada suhu yang lebih tinggi,

yaitu sekitar 30-50°C (Dep.Kesehatan,1996).

d. Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan cara perebusan, di mana pelarutnya adalah air pada

temperatur 96-98°C selama 14-20 menit (Dep.Kesehatan,1996).

e. Dekoksi

Page 19: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

Dekoksi (perebusan) hampir sama dengan infundasi dengan waktu lebih dari 30 menit pada

temperatur 100°C (Dep.Kesehatan,1996).

2.3.3. Metode Ekstraksi berdasarkan hasil isolat yang diperoleh

Ada dua metode yaitu, yang pertama ekstraksi sampai habis (Exhaustive), caranya dengan

soxhletasi dan perkolasi. Metode yang kedua adalah ekstraksi sampai berkeseimbangan, caranya

dengan refluks, maserasi, infundasi dan perebusan (Dep.Kesehatan,1996).

2.3.4. Metode ekstraksi berdasarkan bahan ekstraksi dan pelarut

Ada  dua metode cara ekstraksi berdasarkan bahan ekstraksi dan pelarut, yaitu:

a. Ekstraksi padat-cair

     Bahan yang diekstraksi berupa padatan dan menggunakan pelarut cair.Caranya dapat dilakukan

dengan perebusan, infundasi, refluks, soxhletasi, perkolasi dan maserasi kinetik.

b. Ekstraksi cair-cair

Bahan yang diekstraksi berupa cairan dan menggunakan pelarut cair.Cara ekstraksi dengan

menggunakan corong pisah dan dengan ekstraksi cair-cair sinambung (perforator jalade) dengan

pemanasan.2.3.5. Ekstraksi khususa.   Destilasi 

         Destilasi air :  Bahan yang disuling dicampur dengan air dalam labu destilasi.

         Destilasi air-uap air :  Bahan yang disuling tidak dicampur dengan cairan       penyuling, tetapi

terletak di bagian atas dan permukaan air terletak di bagian bawah.

           Destilasi Uap : Prinsip hampir sama dengan Destilasi air-uap air, namun uap  yang digunakan

adalah uap yang bertekanan (Dep.Kesehatan,1996).

b. Enfleurasi

Menggunakan lemak padat, minyak atsiri akan tertarik pada lemak.

c.  Ekstraksi Cairan Superkritik Karbondioksida

Penghilangan cairan pelarut dengan mudah dilakukan karena karbondioksida menguap

dengan mudah, sehingga hampir langsung diperoleh ekstrak (Dep.Kesehatan,1996).

2.4. Staphylococcus aureus

2.4.1. Klasifikasi bakteri

Page 20: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

Menurut Darwani (2009) bakteri Staphylococcus aureusdiklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio   : Bacteria

Filum     :  Firmicutes

Class      : Bacillii

Ordo       : Coccacae

Family    : Stapylococcaceae

Genus     : Staphylococcus

Species   : Staphylococcus aureus

2.4.2. Morfologi

S. aureus merupakan bakteri anaerob fakultatif, Gram positif, coccus, dan kenampakan

seperti buah anggur yang bergerombol di bawah mikroskop terlihat ukurannya besar dan

bulat. S.aureus juga dapat bersel tunggal atau sepasang sel. S.aureus tidak berspora, non motil

dan biasanya tidak berkapsul (David, 2003).

Gamabar 2.1 : Staphylococcus aureus

2.4.3. Siklus hidup

Banyak bakteri S. aureus yang dapat hidup di tubuh kita. Banyak orang sehat yang

membawa S. aureus tanpa terinfeksi olehnya. Dalam fakta, 25-30

% tubuh kita terdapat bakteri S. aureus dalam hidung. Dalam 1/3 bagian tubuh kita

membawa Staphylococcus aureus pada permukaan kulit kita, atau hidung kita, tanpa

menyebabkan infeksi. Ini dikenal sebagai koloni bakteri.Bakteri tersebut dapat menjadi masalah

jika sengaja dimasukan dalam tubuh kadang melalui luka. Ini yang menyebabkan

infeksi. Biasanya sedikit dan tidak membutuhkan perawatan khusus. Kadang-kadang, bakteri

tersebut dapat menyebabkan masalah serius seperti luka atau pneumonia.

2.4.3. Toksin yang dihasilkan

Ada empat macam toksin yang dihasilkan oleh bakteri ini:

Page 21: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

1. Hemolisin:  Staphylococcus aureus membuat 3 jenis hemolisin yang terdiri dari alfa, beta,

gamma.

2. Enterotoksin: menyebabkan gejala mual, muntah dan diare dalam 6 jam   setelah menelan makanan

yang tercemar.

3. Eksotoksin: suatu campuran termolabil yang mematikan bagi binatang pada penyuntikan,

menyebabkan nekrosis pada kulit dan mengandung hemolisin.

4. Lekosidin: merupakan zat yang dapat mematikan sel-sel darah putih dari berbagai spesies binatang

yang kontak dengannya.

2.4.4. Infeksi bakteri

Kulit yang luka apabila terinfeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus   dapat menimbulkan

infeksi bernanah dan abses. Infeksinya akan lebih berat bila menyerang anak-anak, usia lanjut,

dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun. Staphylococcus aureus  dapat menyebabkan

penyakit seperti infeksi pada folikel rambut, kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka,

meningitis, endokarditis, pneumonia, pyelonephritis, osteomyelitis. Sedangkan di rumah sakit

sering menimbulkan nosocomial infection pada bayi, pasien luka bakar, atau pasien bedah yang

sebagian besar disebabkan kontaminasi oleh personil rumah sakit (medis dan para medis),

keracunan karena menelan makanan yang tercemar Staphylococcus aureus  akan menimbulkan

diare dan muntah.

2.4.5. Biakan

Staphylococcus aureus bersifat aerob dan tumbuh baik pada pembenihan sederhana pada

temperatur optimum 35°C dan pH 7,4, tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu kamar

20°C dan tumbuh dengan baik pada media Nutrient agar (NA), Muller Hilton Agar (MHA),

Blood agar (BA) (Darwani, 2009).

    Media dapat dianggap sebagai kumpulan zat-zat organik dan anorganik yangdigunakan

untuk menumbuhkan bakteri dengan syarat-syarat tertentu untuk mendapatkan suatu lingkungan

kehidupan yang cocok bagi pertumbuhan bakteri,pembuatan media harus mempunyai syarat-

syarat dalam:

a. Susunan makanan

Page 22: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

Dalam suatu media yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan

bakteri haruslah terdapat kandungan air, sumber karbon, sumber nitrogen, mineral, vitamin, dan

garam.

b. Tekanan osmose

Mengingat sifat-sifat bakteri juga sama seperti sifat-sifat sel yang lain pada umumnya

terhadap tekanan osmose maka untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya bakteri

membutuhkan media dalam keadaan yang isotonis. Apabila keadaan media tersebut hipotonis

maka bakteri akan mengalami plasmoptysis, sedangkan bila media tersebut hipertonis maka

bakteri akan mengalami plasmolisis.

c. Derajat keasaman

Pada umumnya bakteri membutuhkan pH sekitar netral. Namun bakteri tertentu

membutuhkan pH sangat alkalis.

d. Temperatur

Untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal bakteri membutuhkan temperatur

tertentu. Umumnya bakteri yang patogen membutuhkan temperatur 37ºC sesuai dengan

temperatur tubuh.

e. Sterilitas

Sterilitas media merupakan suatu syarat yang sangat penting. Media yang tidak steril

tidak dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan mikrobiologis karena tidak dapat

dibedakan dengan pasti apakah bakteri tersebut berasal dari material yang diperiksa ataukah

hanya merupakan kontaminan (Adrian,2009).

2.4.6. Pencegahan

Pencegahan penyakit akan lebih mudah dilakukan bila faktor-faktor risiko terjadinya

penyakit tersebut telah diketahui. Berbagai penelitian mengenai infeksi dan pola resistensi S.

aureus telah dilakukan pada berbagai populasi. Ada berbagai faktor resiko yang berpotensi

mempengaruhi infeksiS. Aureus seperti usia, jenis kelamin, ras, tempat tinggal, tingkat

Page 23: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

penghasilan, pendidikan, riwayat penggunaan antibiotik, asuransi, dan adanya penyakit tertentu

(AIDS, asma, diabetes). Karakteristik demografi berpotensi mempengaruhi frekuensi kejadian

suatu penyakit. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis pengaruh faktor demografi (usia, jenis

kelamin, etnis, dan tempat tinggal) terhadap infeksi S. aureus dan pola resistensinya(Franzeska,

2010).

2.4.7. Pengobatan

Untuk kasus ringan di luar Rumah Sakit dapat diberikan penisilin G, pada infeksi berat

atau jika diduga resisten terhadap penisilin, dapat diberikan metisilin atau derivat penisilin lain

yang resisten penisilinase. Jika ada hasil tes kepekaan, sebaiknya diberikan obat yang sesuai

dengan hasil tes kepekaan tersebut. Pada penderita alergi terhadap penisilin diberikan

sefalosporin, eritromisin, linkomisin atau klindamisin. Pada infeksi oleh suatu jenis yang tahan

terhadap metisilin, dapat diberikan vankomisin, rifampisin atau fusidic acid juga dapat diberikan,

asal dalam bentuk kombinasi dengan antibiotik lainnya, kalau diberikan secara tersendiri cepat

terjadi resistensi.Jenis yang resisten metisilin biasanya juga resisten terhadap oksasilin,

kloksasilin, dan sefalosporin. Pemberian antibiotik juga harus disertai tindakan bedah baik

berupa pengeringan abses ataupun nekrotomi.Pada septikemia, selain antibiotik yang diberikan

dalam jangka panjang, dapat pula diberikan antitoksin stafilokokus.

2.5. Aktivitas antibakteri

2.5.1 .  Antibakteri

Antibakteri  adalah  suatu  senyawa  yang  mampu  menghambat pertumbuhan maupun

membunuh mikroorganisme  (Jawetz  dkk.,1986).dalam Adrian (2009). Pelczar  dan

Chan  (1986) dalam Adrian

(2009)mengatakan  bahwa  makin  tinggi  konsentrasi  suatu  zat  antimikroba akan  semakin

cepat  sel  mikroorganisme  terbunuh  atau  terhambat pertumbuhannya.  Aktivitas antimikroba

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara  lain, konsentrasi atau  intensitas

zat  antimikroba,  jumlah mikroorganisme,  keasaman  atau  kebasaan  (pH),  potensi suatu zat

antimikroba dalam larutan yang diuji dan kepekaan suatu mikroba terhadap konsentrasi

antibakteri (Pelczar dan Chan, (1986) dalam Adrian, 2009).

2.5.2. Parameter Diameter Zona Hambat (inhibiting zone).

Page 24: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

Menguji bakteri patogen secara in vitro penting untuk mengetahui kerentanan bakteri

terhadap suatu bahan antibakteria. Metode difusi disk merupakan metode yang sesuai untuk

menentukan kerentanan bakteri terhadap antibakteria. Diameter zona hambat pertumbuhan

bakteri yang tampakdi sekitar disk berkorelasi dengan nilai Minimal Inhibitory Concentration

(MIC). Antibakteri yang terdifusi ke permukaan media tumbuh bakteri akan membentuk cincin

hambatan di area pertumbuhan bakteri yang padat. Tingkat sensitivitas suatu zat antibakteri

ditunjukkan melalui kepekaan bakteri dengan membentuk zona hambat (inhibiting zone).

Pengukuran diameter zona hambat dilakukan setelah 48 jam bakteri diinkubasi, pengukuran

menggunakan jangka sorong/ mistar. Bagian yang diukur yaitu diameter zona hambat terpanjang

dan saling tegak lurus dengan agar bor.

2.5.3.  Mekanisme kerja zat antibakteri

Antibakteri  obat  atau  senyawa  kimia  yang  digunakan  untuk membasmi  bakteri,  khu

susnya  bakteri  yang  merugikan  manusia. Berdasarkan  sifat  toksisitas

lektif,  ada  antibakteri  yang  bersifat menghambat  pertumbuhan  bakteri,  dikenal  aktivitas  bak

teriostatik. Kadar  minimal  yang  diperlukan  untuk  menghambat  pertumbuhan bakteri  atau  m

embunuhnya,  masing-masing  dikenal  dengan  Kadar Hambat

Minimal  (KHM)  dan  Kadar  Bunuh Minimal  (KBM). Antibakteri  tertentu  aktivitasnya dapat

meningkatkan kemampuan bakterisida.Aktivitas antibakteri dibagidalam lima kelompok :

1) Antibakteri yang menghambat metabolisme sel bakteri

Pada mekanisme ini diperoleh efek bakteriostatik. Antibakteri yang termasuk dalam

golongan ini adalah sulfonamide, trimetoprim, asam p-aminosalisilat dan sulfon. Kerja

antibakteri ini adalah menghambat pembentukan asam folat, bakteri membutuhkan asam folat

untuk kelangsungan hidupnya dan bakteri memperoleh asam folat dengan mensintesis sendiri

dari asam para amino benzoat (PABA).Sulfonamid dan sulfon bekerja bersaing dengan PABA

dalam pembentukan asam folat. Sedang trimetoprim bekerja dengan menghambat enzim

dihidrofolat reduktase (Setiabudy dan Gan, 1995 dalam Adrian,2009).

2) Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri

Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan, sintesis peptidoglikan akan dihalangi oleh

adanya antibiotik seperti penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin. Sikloserin

akan menghambat reaksi paling dini dalam proses sintesis dinding sel sedang yang lainnya

Page 25: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

menghambat di akhir sintesis peptidoglikan, sehingga mengakibatkan dinding sel menjadi tidak

sempurna dan tidak mempertahankan pertumbuhan sel secara normal, sehingga tekanan osmotik

dalam sel bakteri lebih tinggi dari pada tekanan di luar sel maka kerusakan dinding sel bakteri

akan menyebabkan lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada bakteriyang peka

(Setiabudy dan Gan, 1995 dalam Adrian, 2009).

3) Antibakteri yang mengganggu membran sel bakteri

Sitoplasma dibatasi oleh membran sitoplasma yang merupakan penghalang dengan

permeabilitas yang selektif. Membran sitoplasma akan mempertahankan bahan-bahan tertentu di

dalam sel serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Jika terjadi kerusakan pada

membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel (Pelczar dan

Chan, 1986 dalam Adrian, 2009).

4) Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri

Kehidupan sel bakteri tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam

nukleat dalam keadaan alamiah. Jika kondisi atau substansi yang dapat mengakibatkan

terdenaturasinya protein dan asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali.

Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi

(denaturasi) yang bersifat irreversible terhadap komponen-komponen seluler yang vital ini

(Pelczar dan Chan, 1986 dalam Adrian, 2009).

5) Antibakteri yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel bakteri

Protein, DNA, dan RNA berperan penting dalam proses kehidupan normal sel bakteri.

Apabila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebutdapat

mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pelczar dan Chan, 1986 dalam Adrian, 2009).

2.5.6. Metode penentuan daya antibakteri

Terdapat dua metode yang dapat dipakai untuk menetukan daya antimikroba dari suatu

antibiotika yaitu:

1.  Metode Difusi (Diffusion Method)

Page 26: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

2.  Metode Pengenceran (Dilution Method)

1. Metode Difusi (Diffusion Method)

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan sampel obat yang akan diuji  diatas

permukaan media agar yang telah ditambahkan dengan suspensi bakteri.  Kemudian

diinkubasikan pada suhu kamar selama 48 jam untuk membiarkan obat  berdifusi ke media

perbenihan. Jika obat memang mempunyai daya antibakteri maka akan terlihat adanya daerah

hambatan pertumbuhan bakteri. Kemampuan antimikroba diukur dengan cara mengukur luas

daerah hambatan pertumbuhan.  Metode ini memiliki beberapa modifikasi antara lain:

a.      Metode Cylinder Cup (Ring Diffusion Method)

Mikroba ditanam pada media agar, kemudian silinder diletakkan pada media tersebut

dengan maksud untuk menampung sejumlah obat yang akan diuji. Daya antibakteri dapat dilihat

dari lebar diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi.

b.      Metode Cawan Kertas (Paper Disc Method)

Bakteri ditanam pada media agar kemudian cawan kertas yang berisi antibiotik dengan

kadar tertentu diletakkan di atas media agar tersebut. Daya antibakteri dapat dilihat dari lebar

diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi.

c.       Metode Sumuran Agar (Wells Method)

Bakteri ditanam pada media agar kemudian dibuat lubang dengan alat tertentu untuk

menampung sejumlah antibiotik yang akan diuji. Daya antibakteri dapat dilihat dari lebar

diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi.

2. Metode Pengenceran (Dilution Method)

Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sampel obat yang akan  diuji ke dalam

tabung yang berisi pembenihan cair, kemudian ke dalam tabung  tersebut ditambahkan

suspensi bakteri dengan jumlah tertentu. Sampel dikatakan  memiliki aktivitas antibakteri bila

tidak terjadi pertumbuhan bakteri dalam media perbenihan tersebut.  Terdapat beberapa

modifikasi dari metode ini yaitu:

a.      Metode Pengenceran dalam Cairan (Broth Dilution Method)

Page 27: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

Ke dalam sejumlah tabung yang berisi media cair dimasukkan biakan bakteri dan antibiotik

dalam jumlah tertentu, kemudian diamati kekeruhan yang terjadi dengan menggunakan alat

Naphelometer.

b. Metode Pengenceran dalam Agar (Agar Dilution Method)

Ke dalam sejumlah tabung yang berisi media agar dimasukkan biakan bakteri dan

antibiotik dalam jumlah tertentu, kemudian amati kekeruhan yang terjadi dengan menggunakan

alat Naphelometer.

c. Metode Pengenceran secara Berseri

Cara ini dilakukan dengan menggunakan sejumlah deretan tabung berisi media cair

dengan konsentrasi antibiotik yang berbeda-beda. Kemudian ke dalam masing-masing tabung

ditambahkan suspensi mikroba dengan konsentrasi tertentu, kocok sampai homogen

diinkubasikan pada suhu 37° C. Sebagai kontrol digunakan tabung yang berisi media

pembenihan dengan mikroorganisme. Potensi daya antibakteri yang diperoleh kemudian

dibandingkan dengan standar (Volk and Wheeler, 1988).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan tempat

   Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia basah dan Laboratorium Bakteriologi UPT

Laboratorium Kesehatan Kota Palu,  Sulawesi Tengah dan berlangsung pada bulan Februari–

maret 2011.3.2. Bahan dan alat

        Bahan yang digunakan dalam penelitian ini daun sereh (Cymbopogon citratus  (DC.) Stapf),

media nutrient agar (NA),  aquades, NaCL, NA-CMC 1%, bakteri Isolat murni Staphylococcus

aureus.

           Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat destilasi uap, corong

pisah, erlenmeyer, neraca analitik, gelas ukur, botol tempat minyak atsiri, aluminium foil,alat

untuk uji aktifitas antibakteri seperti jarum ose, pelubang agar, inkubator, tabung reaksi, rak

tabung rekasi, mikropipet,  cawan petri steril, autoklaf, bunsen.

Page 28: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

3.3. Prosedur kerja

          Adapun penelitian uji aktivitas minyak atsiri ekstrak daun sereh sayur (Cymbopogon

citratus (DC) Staph) terhadap Staphylococcus aureus bersifat eksperimental.

1. Pengumpulan bahan

                 Daun sereh sayur diperoleh di Kecamatan Palu Timur, Kelurahan Tondo Palu Sulawesi

Tengah dan  bahan-bahan kimia diperoleh di UPTD Laboratorium Kesehatan Kota Palu.

2. Ektraksi minyak atsiri (metode destilasi uap air)

a.    Menyiapkan daun sereh sebagai bahan baku ekstraksi sebanyak 400 gr

b.   Disortasi basah untuk pemilahan daun yang masih segar

c.    Daun sereh dicuci dari kotoran-kotoran yang melekat dengan aquadesKemudian dilakukan

perajangan.

d.   Sampel dimasukkan ke dalam tempat alat distilasi uap sebanyak 400g secara bertahap dan

dirangkai dengan pendingin (kondensor) kemudian dipanaskan.

e.    Air dialirkan pada kondensor dan dijaga agar air terus mengalir. Temperatur kondensor dijaga

tetap dingin sehingga minyak yang menguap semuanya terembunkan dan tidak lepas ke udara.

f.    Distilat yang diperoleh merupakan campuran minyak dengan air yang selanjutnya dipisahkan

dalam corong pisah.

g.   Untuk pemisahan sempurna, distilat ditambah natrium klorida (NaCl) agar minyak yang

teremulsi terpisah.

h.   Fase air ditampung dengan erlenmeyer, untuk dipisahkan lagi karena kemungkinan masih

mengandung sedikit minyak yang teremulsi.

i.     Fase air ini ditambah lagi dengan NaCl kemudian dipisahkan dalam corong pisah.

j.     Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai semua minyak terpisahkan.

3. Pembuatan beberapa stok konsentrasi ekstrak daun sereh

1. Menyiapkan tabung reaksi steril sebanyak perlakuan dan pengulangan

2. Membuat stok konsentrasi ekstrak daun sereh yang akan divariasikan mulai dari 0%,6,25%,12,5%,25%,50%

dan 100% dengan cara:

1. Konsentrasi 0 % : 0 ml ekstrak daun sereh + 200 ml CMC 1% dituang  dalam tabung reaksi steril

Page 29: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

2. Konsentrasi 6,25% : 12,5 ml ekstrak daun sereh + 187,5 ml CMC 1% dituang dalam tabung reaksi steril

3. Konsentrasi 12,5 % : 25 ml ekstrak daun sereh + 175 ml CMC 1% dituang dalam tabung reaksi steril

4. Konsentrasi 25 % :50 ml ekstrak daun sereh + 150 ml CMC 1% dituang dalam tabung reaksi steril

5. Konsentrasi 50 % :100 ml ekstrak daun sereh + 100 ml CMC 1% dituang dalam tabung reaksi steril

6. Konsentrasi 100 % :200 ml ekstrak daun sereh + 0 ml CMC 1% dituang dalam tabung reaksi steril (Capuccino

and Sherman, 2001 dalam Anang, 2007).

4. Pembuatan Suspensi Bakteri Staphylococcus aureus

Bakteri S. aureus dibiakkan terlebih dahulu pada media NA dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24

jam. Empat sampai lima koloni Staphylococcusaureus hasil biakan diambil dengan jarum ose steril

dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 5 ml larutan NaCl. Inkubasi pada suhu 37°C selama dua

jam, maka terbentuklah kekeruhan yang setara dengan standart Mc Farland 1(Anang, 2007).

5. Pengujian aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus

a.       Menyiapkan cawan petri steril sesuai dengan banyaknya konsentrasi dan pengulangan

b.      Membuat media nutrient agar (NA) sesuai kebutuhan perlakuan

c.       Membuat suspensi bakteri Staphylococcus aureus dengan NaCl fisiologis.

d.      Pipet 1 ml suspensi bakteri tersebut dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril (jumlah cawan

petri steril sesuai banyaknya konsentrasi dan pengulangan).

e.       Tuangkan media NA dalam cawan petri steril tadi, digoyangkan cawan petri steril tersebut agar

media tercampur rata dengan suspensi bakteri kemudian dibiarkan membeku.

f.       Mengambil alat pelubang agar untuk membuat satu sumur/lubang pada medium NA yang telah

membeku tadi, perlakuan yang sama pada media NA pada cawan petri yang lainnya.

g.      Pipet ekstrak minyak atsiri sebanyak 20 µl ke lubang/sumur media NA tadi dengan seri

konsentrasi 0%v/v, 6.25%v/v, 12.5%v/v, 25%v/v, 50%v/v, 100%v/v.

h.      Inkubasi pada suhu 35-37ºC selama 24-48 jam, amati terbentuknya zona bening pada NA

disekeliling agar bor.

3.4. Analisis data

Data hasil penelitian uji aktivitas minyak atsiri ekstrak daun sereh sayur (Cymbopogon citratus (DC)

Staph) terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang terdiri dari enam perlakuan yaitu kontrol pelarut, ekstrak

daun sereh konsentrasi 0%, 6,25%, 12,5%,25%, 50%, 100% dan pengulangan sebanyak tiga kali. Data

Page 30: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

dianalisis dengan menggunakan one way ANOVA, apabila berbeda nyata diantara perlakuan maka akan

dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dari 6 konsentrasi perlakuan dan 3 kali pengulangan maka di

dapatkan perbedaan diameter zona inhibisi diantara konsentrasi. Data hasil  uji aktivitas minyak

atsiri terhadap bakteriStaphylococcus aureusdapat dilihat pada tabel 4.1.Tabel 4.1. Hasil  zona hambat minyak atsiri daun sereh sayur (Cymbopogon citratus(DC) Staph) Terhadap

bakteri Staphylococcus aureus

Konsentrasi

Ulangan (mm)

Total Rata-rata1 2 3

0 % 0 0 0 0 0

6,25 % 2,2

5

1 3,25 6,5 2,16

Page 31: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

12,5 % 4 4,25 4 12,25 4,08

25 % 3,2

5

4,75 4,75 12,75 4,25

50 % 5 4,75 3,5 13,25 4,41

100 % 4 5,25 5,25 14,5 4,43

Gambar 4.1: Histogram zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

Tabel 4.2. Analisis ragam zona hambat minyak atsiri ekstrak daun sereh sayur (Cymbopogon citratus (DC) Staph) terhadap bakteriStaphylococcus aureus.

SK db JK KT Fhitung F5% F1%

Perlakuan 5 51,86 12,05 32,56** 3,11 5,06Galat 12 6,450 0,37Total 17 58,26

Keterangan :** =  Berbeda Sangat Nyata

Page 32: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

            Berdasarkan hasil analisis zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureu spada tabel

4.2 menunjukkan bahwa hasil F Hitung> F tabel pada taraf 5% dan 1%. Nilai F Hitungadalah 32,56

sedangkan nilai pada F tabel0,01 dan 0,05 adalah 3,11 dan 5,06. Dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang sangat nyata dari perlakuan tiap-tiap konsentrasi minyak atsiri ekstrak

daun sereh sayur terhadap terbentuknya zona hambat terhadap bakteriStaphylococcus aureus dan

dapat dilanjutkan dengan uji lanjut dengan menggunakan statistik Beda Nyata Terkecil (BNT)

untuk dapat melihat konsentrasi yang paling efektif. Sesuai dengan tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3. Analisis beda nyata terkecil (BNT)        

BNT 5%                      =  2,18

                                    =  1,29

BNT 1%                      = 3,06

                                    = 1,80

Perlakuan Rerataan

Signifikansi

0,05 0,01

0 % v/v 0 a a

6,25% v/v 2,16 b b

12,5% v/v 4,08 c c

25% v/v 4,25 c c

50% v/v 4,41 c c

100% v/v 4,43 c c

Keterangan : Perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata.

Berdasarkan hasil analisis zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada

tabel 4.3 dengan BNT 1% maka disimpulkan bahwa perlakuan (konsentrasi) 12,5% v/v, 25 %

Page 33: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

v/v, 50 % v/v, 100% v/v merupakan konsentrasi efektif dan berbeda nyata dengan perlakuan

(konsentrasi) 0 % v/v dan 6,25%

4.2. Pembahasan

Sereh sayur memiliki aroma khas lemon. Aroma tersebut adalah sebuah senyawa

bergugus fungsi aldehid, yakni sitral sebagai senyawa utama minyak. Komposisi daun sereh

dapur yaitu 0,4% minyak atsiri dengan komponen yang terdiri dari sitral, sitronelol (66-85%).

Pada penelitian lain pada daun ditemukan minyak atsiri 1% dengan komponen utama  sitronelol,

geranial (lebih kurang 35% dan 20%), disamping itu terdapat pula geranil butirat, sitral, limonen,

eugenol, dan metileugenol. Sitronelol hasil isolasi dari minyak atsiri sereh terdiri dari sepasang

enansiomer sitronelal dan sitronelal.Serai mengandung kandungan sitral sebanyak lebih kurang

65% hingga 85% (Guenter, 1948). Citral merupakan kelompok senyawa terpen yang terdiri

campuran isomer bioaktif nerol dan geraniol serta merupakan komponenpenyusun terbesar

dalam minyak atsiri sereh yaitu 65-80 %.Senyawa tersebut memiliki sifat bakterisidal terhadap

beberapa spesiesbakteri (Friedman et al 2002).

Menurut Nychas (1995) dalam Suprianto (2008) senyawa-senyawa yang memiliki sifat

antimikroba dalam sereh sayur adalah senyawa golongan terpen yang terdapat dalam fraksi

Page 34: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

minyak atsirinya seperti senyawa terpen.Turunan senyawa terpen seperti sitral, sitronelol. Daya

hambat minyak ekstrak daun sereh sayur terhadap bakteri S. aureus diduga disebabkan oleh

senyawa- senyawa fenolik dalam minyak atsiri, yang terdapat di dalam minyak atsiri ektrak daun

sereh sayur.

Dalam penelitian ini menggunakan pensuspensi Na – CMC 1%(Carboxyl Methyl

Cellulose) dilarutkan dengan air dengan air, Na – CMC 1% berfungsi untuk

mensuspensikan minyak atsiri yang berasal dari ekstrak daun sereh sayur  dengan cara

menurunkan tegangan permukaan sehingga minyak atsiri dapat tersuspensi merata. Penelitian ini

menggunakan metode ekstraksi distilasi uap air dan untuk uji aktivitas minyak atsiri terhadap

bakteri Staphylococcus aureus digunakan metode sumuran/agar bor untuk mengetahui

kemampuan daya hambat ekstrak daun sereh minyak atsiri.

Berdasarkan perlakuan uji aktivitas minyak atsiri daun sereh sayur (Cymbopogon

citratus (DC) Staph)terhadap bakteri S. aureus dengan konsentrasi0 % v/v, 6,25% v/v, 12,5%v/v,

25% v/v, 50% v/v, 100% v/v dengan pengulangan sebanyak tiga

kali menghasilkan rerataan  diameter daya hambat masing-masing 6,5, 12,25, 12,75,

13,25 dan 14,5 mm sedangkan diameter daya hambat konsentrasi 0% v/v

adalah  tidak menunjukkan respon penghambatan.

    Sesuai dengan hasil statistik BNT membuktikan bahwa konsentrasi minyak atsiri ekstrak

daun sereh 12,5%v/v, 25% v/v, 50% v/v, 100% v/v dapat digunakan sebagai bahan antibakteri

terhadap Staphylococcus aureussedangkan konsentrasi 6,25% dan 0% v/v bukan merupakan

konstrasi efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus walaupun pada

hasil pengamatan menunjukkan adanya zona daya hambat.

Konsentrasi yang paling efektif adalah pada konsentrasi 12,5% ini dikarenakan zona daya

hambat tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 100%v/v,  walaupun zona daya hambat terluas

adalah konsentrasi 100% v/v namun secara statistik tidak berbeda nyata dengan 50%,25%,12,5%

v/v.

Zona hambat adalah daerah bening di sekitar agar bor yang tidak ditumbuhi koloni

bakteri Staphylococcus aureus. Pada media tumbuh nutrien agar (NA), bakteri Staphylococcus

Page 35: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

aureus berwarna kuning (yellow), sedangkan agar bor berwarna bening, di antara agar bor dan

koloni bakteri S. aureus terdapat daerah transparan yang disebut zona inhibisi. Zona hambat

menggambarkan sensitivitas antibakteri minyak atsiri dari daun sereh sayur dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 

Berdasarkan hasil statistik membuktikan bahwa konsentrasi minyak atsiri ekstrak daun

sereh, 12,5%v/v, 25% v/v, 50% v/v, 100% v/v merupakan konsentrasi efektif dan dapat

digunakan sebagai bahan antibakteri terhadapStaphylococcus aureus. Hal ini sesuai dengan

perlakuan konsentrasi dari ke 4 perlakuan menghasilkan zona daya hambat secara berturut-turut

12,25 , 12,75 , 13,25 dan 14,5 mm.  Mengacu pada standart umum yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan (1988) dalam Anang (2007) disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka

terhadap antimikroba asal tanaman apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12 -

24 mm. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa minyak atsiri ekstrak daun sereh sayur

berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan diameter daya hambat

yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan yaitu

berdiameter 12 sampai 24 mm. Kemampuan minyak atsiri dari ekstrak daun sereh sayur pada

konsentrasi 6,25% v/v menghambat tampaknya lebih lemah dibandingkan dengan konsentrasi

12,5%v/v, 25% v/v, 50% v/v, 100% v/v sedangkan perlakuan  pada konsentrasi 0% v/v tidak

menunjukkan adanya zona inhibisi, ini dikarenakan tidak adanya minyak atsiri pada perlakuan

konsentrasi 0%v/v sehingga bakteri Staphylococcus aureus mampu tumbuh dengan baik.

Pengujian minyak atsiri  ekstrak daun sereh sayur pada konsentrasi berbeda menunjukkan

adanya zona inhibisi bahwa bakteri S. aureus lebih peka terhadap senyawa non polar ini

merupakan senyawa-senyawa bioaktif dalam minyak atsiri dan ini didukung dengan dugaan

bahwa bakteri S. aureusmerupakan bakteri gram positif yang mempunyai lapisan peptidoglikan

yang bersifat hidrofobik sehingga mudah untuk ditembus oleh senyawa non polar. Sifat

hidrofilik sangat penting untuk menjamin bahwa antibakteri larut dalam air dengan bantuan

suspensi NA-CMC 1% sehingga mampu larut, ketika pertumbuhan bakteri terjadi, sedangkan

pada saat yang sama antibakteri bekerja pada membran sel yang hidrofobik sehingga

membutuhkan sifat hidrofobik.

Senyawa antibakteri dapat menghambat pertumbuhan mikroba melalui inaktivasi

atau mengganggu satu atau lebih target subseluler seperti merusak dinding sel,

Page 36: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

mengganggu permeabilitas membran, menghambat enzim-enzim metabolik, menghambat

sintesis protein dan sintesis asam nukleat (Eklund, 1989 dalam Suprianto 2008). Menurut

Armstrong (1995) dalam Adrian (2009) membran sel atau membran sitoplasma terdiri fosfolipid

dan protein. Fosfolipid membentuk fase dua lapisan nonpolar kontinu (lipid bilayer). Nutrien, ion

dan air yang diperlukan sel harus melewati membran sel yang bersifat permeabilitas selektif.

Molekul-molekul dan ion-ion yang akan disekresikan harus melewati membran tersebut.

Membran sitoplasma merupakan tempat berlangsungnya respirasi karena enzim-enzim yang

terlibat dalam proses respirasi terdapat di dalam membran tersebut (Fardiaz 1989). Volk dan

Wheeler (1988) mengemukakan bahwa membran sel yang tersusun atas protein dan lipid sangat

rentan terhadap zat kimia yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Kerusakan membran sel

menyebabkan terganggunya transport nutrisi (senyawa dan ion) melalui membran sel sehingga

sel bakteri mengalami kekurangan nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhannya.

Minyak atsiri dalam hal ini sitral dan stronelol mampu menganggu permeabilitas membran

sel dan dibuktikan bahwa minyak atsiri mampu larut dengan lipid dari bakteri tersebut sehingga

dapat merusak dan mengacaukan permeabilitas mikroba sehingga suplai nutrisi, ion dan air

mengalami gangguan sehingga tidak mampu melakukan metabolisme dengan sempurna dan

mengakibatkan kematian sel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25% v/v, 50%dan 100% v/v

mempelihatkan adanya zona daya hambat ini diperkirakan senyawa-senyawa bioaktif tanaman daun sereh yang

berperan di dalamnya, senyawa-senyawa bioaktif tersebut seperti geraniol yang mampu membunuh

bakteri Staphylococcus aureus. Geraniol sendiri menurut Hart (1983) dalam Suprianto (2008) merupakan

turunan dari alkohol atau fenol. Senyawa alkohol atau fenol yangterdapat dalam daun sereh sereh sayur diduga

dapat membunuh bakteri S. aureus. Cara kerja fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan cara

mendenaturasi protein sel (Pelczar dan Chan, 1981) dalam Suprianto (2008). Dengan terdenaturasinya protein

sel, maka semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein (Lawrence dan

Block, 1968) dalam Suprianto (2008).

Merujuk pada uraian diatas bahwa daun sereh sayur (Cymbopogon citratus (DC)

Staph) dapat digunakan sebagai bahan antibakteri khususnya bakteri Staphylococcus

aureus karena mengandung minyak atsiri dengan senyawa-senyawa bioaktif seperti sitral,

Page 37: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

sitronelol dan geraniol dalam hal ini komponen fenol alamnya yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan bakteriS.aureus.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian uji zona hambat minyak atsiri daun sereh sayur (Cymbopogon

citratus (DC) Staph) maka dapat disimpulkan bahwa

1.      Minyak atsiri ekstrak daun sereh sayur (Cymbopogon citratus (DC) Staph) memiliki pengaruh

nyata dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan melihat zona daya

hambat. Perlakuan dengan   6.25%, 12.5%, 25%, 50%, 100%v/v merupakan konsentrasi yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteriStaphylococcus aureus karena membentuk zona hambat

secara berturut-turut 6,25 , 12,5 , 12,75, 13,25 dan 14,5 mm.

2.      Hasil statistik menunjukkan bahwa konsentrasi yang efektif adalah 12,5% v/v.

5.2. Saran

Penelitian ini mengkaji uji zona hambat minyak atsiri sereh sayur (Cymbopogon

citratus (DC) Staph) terhadap bakteri Staphylococcus aureus penyebab infeksi pada kulit

diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan secara in vitro pada objek hewan dan manusia.

Page 38: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2010, Cymbopogon citratus (DC) Staph , (http://tousid. multiplay.comjurnal/item/72/

Cymbopogonciratus ) diakses pada tanggal 08 maret 2011.Adrian, 2009, Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Jeruk Keprok(Citrus nobilis) Terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Agusta, A.  2001,  Aromaterapi. Penerbit Swadaya. Jakarta.Darwani, 2009, Pemeriksaan Spesimen Makanan Dan Kejadian Luar Biasa, Balai Laboratorium

Kesehatan, Yogyakarta.David, R,J. 2003,  Medical Microbiology, Churchill Livingstone, China.

Davies, Tony, 1998, Mengatasi Masalah Kulit, Yayasan Spritia, Jakarta.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi. VI. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Materia Medika. Edisi. VI. Jakarta. Indonesia.

Franseska, 2010,Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Kejadian Infeksi dan Pola Resistensi Staphylococcus aureus, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Semarang.

Guenter, Ernest, 1987, The Esential Oil (Minyak atsiri), Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Gunawan,  D.,  Mulyani, S.,  2001,  Ilmu Obat Dalam (Farmakognosi) Jilid 1, Penerbit Swadaya, Jakarta.

Gunawan,  D.,  Mulyani, S.,  2004,  Struktur Kimia Minyak Atsiri, Penerbit Swadaya, Jakarta.Hariana, 2006, Identifikasi Senyawa-Senyawa Kimia Pada Tanaman Sereh, Jurnal Penelitian Sains &

Teknologi, Vol.10, No.4,  2006 : 15-18, Surakarta, (http://minyak atsiri.ed.asu), diakses 05 Oktober 2010.

Hermawan, Anang, 2007, Pengaruh Ekstrak Daun sirih (Piper betleL.)Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Ercherichia coli Dengan Metode Disk, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya.

Kusumaningtias, 2008, Uji Daya Hamabt Ekstrak Dan Krim Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L) Terhadap Candida albicans dan Tricophyton mentagrophytes, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.

Muhlisah, Fauziah, 1996, Tanaman Obat Keluarga, Penerbit Suwadaya, Jakarta.Sofiah, Siti, 2009, Serai (Sereh) Penghasil Minyak Atsiri, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun

Raya Purwodadi-LIPI, Pasuruan.Suprianto, 2008, Potensi Ekstrak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.) Sebagai Anti Streptococcus

mutans, Program Studi Biokimia FMIPA Institut Pertanian Bogor. Bogor (Diakases pada tanggal 07 Mei 2011)

Volk, W.A. and Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jilid I Edisi kelima.Diterjemahkan oleh Markham. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Page 39: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

Wardani,  2009, Uji Aktivitas Minyak Atsiri Daun Dan Batang Serai (Andropogon nardus L) Sebagai Obat Nyamuk Elektrik Terhadap Nyamuk Aedes aegypti,Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

                                                      

LAMPIRAN 1

HASIL PENGAMATAN

Gambar 1 : Zona inhibisi pada medium Nutrient agar (NA)

                                         1                                                     2                                              3

(Konsentrasi 100% v/v)

                                        1                                                       2                                             3

(Konsentrasi 50% v/v)

Page 40: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

                          

                   1                                                2                                             3

(Konsentrasi 25% v/v)

                      

1                                          2                                            3

(Konsentrasi 12,5% v/v)

                       

1                                             2                                            3

(Konsentrasi 6,25% v/v)

                       

                   1                                               2                                          3

(Konsentrasi 0% v/v)

LAMPIRAN II

ANALISA DATA

1.      Derajat Bebas

a.       db Perlakuan               = t – 1

Page 41: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

= 6 – 1

= 5

b.      dB Galat                     = (rt-1)-(t – 1)

= (18-1) – (6-1)

= 12

c.       dB Total                      = (t x r) – 1

= (6 x 3) – 1

= 172.Rata-rata umum             X   = 59,25

18

=  3,29

2.      Faktor Koreksi

FK                                     =   

                              =   

                              =   

                                          =   195,03

3.    JK Total

=  (02 + 02 +02 +42 + 5,252 + 5,252 + 52 + 4.752 + 3,52 + 3,252 + 4,752+ 4,752 + 42 + 4.252 + 42+

2,252 + 12 + 3,252) – FK

=  (0+0+0+16 + 27,56 + 27,56 + 25 + 22,56 + 12,25 + 10,56+ 22,56 + 22,5616+ 18,06 + 16 + 5,06

+ 1 + 10,56) – 287,04-FK

=  253,29–195,03

=  58,26

4.      JK Perlakuan

 - FK

Page 42: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

                  =     - 287,04

      =    - 195,03

      =   - 195,03

      = 51,86

5.      JK Galat

JK Galat                =  JK Total – JK Perlakuan

                              =  58,26 – 51,86

                              =  6,40

6.      Kuadrat Tengah (KT)

a.       KT Perlakuan             =    

=    

=  12,05

b.      KT Galat                    =  

=  

=  0,53

c.       F Hitung             =  

=  

=  22,74

7.      Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

                 

       BNT α                              =  t α    

       BNT 5%                           =  2,18

Page 43: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

                                                =  1,29

       BNT α                              = t α     

       BNT 1%                           = 3,06

                                                = 1,80

LAMPIRAN III

FOTO-FOTO KEGIATAN PENELITIAN

                                                

  Menyortir daun sekaligus membersihkan                                 Perajangan

Page 44: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

                                               

  Memasukan sampel ke alat destilasi                      Sampel pada alat destilasi

                                               

  Proses destilasi sedang berlansung                          Menimbang Na-CMC

                                             Mengencerkan Na-CMC dengan air                  Proses mencairkan media

Dengan bantuan pemanasan                              Nutrient agar (NA)

                                           Menuangkan medium NA pada cawan petri                         Inkubasi sampel    yang sebelumnya telah terdapat 1 ml                                     suspensi bakteri

Page 45: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

                                          

Isolat murni bakteri Staphylococcus aureus           Mengukur zona inhibisi

LAMPIRAN IV

KERANGKA ALUR PENELITIAN

Daun sereh sayur (Cymbopogon citratus)

 

                                   

    

                     Sortasi basah                     Cuci                     Perajangan

 

         Destilasi uap air

Page 46: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

 

             Uji aktivitas antibakteri, inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 ºC dan menghitung zona daya hambat

 

         Analisis RAL

 

        Data yang diperoleh 

          Hasil penelitian 

            Kesimpulan 

Page 47: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

Diposkan oleh Himpunan Mahasiswa Biologi (HMB) UNTAD PALU di 19.51 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:

Poskan KomentarPosting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Himpunan Mahasiswa Biologi (HMB) UNTAD PALULihat profil lengkapku

Arsip Blog(3)

Februari (3)

Page 48: Uji Zona Hambat Minyak Atsiri Daun Sereh Sayur Thp Staphloccocus Aureus

SKRIPSI LATIFAH

SKRIPSI ARIF RAHMAN DJABAL

SKRIPSI MOHAMMAD SYAHRIR

(5)

PengikutTemplate Watermark. Gambar template oleh wibs24. Diberdayakan oleh Blogger.