tindak pidana pemalsuan surat dalam pandangan …

86
1 TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM ( KAJIAN ATAS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DEPOK ) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam ( SHI ) Oleh : DEWI KURNIA SARI NIM : 105045101484 KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

1

TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT

DALAM PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM

( KAJIAN ATAS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DEPOK )

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam ( SHI )

Oleh :

DEWI KURNIA SARI

NIM : 105045101484

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

Page 2: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

2

TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT

DALAM PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM

( KAJIAN ATAS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DEPOK )

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

DEWI KURNIA SARI NIM : 105045101484

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

Page 3: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

3

JAKARTA

1430 H / 2009 H

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

DEWI KURNIA SARI NIM : 105045101484

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. H. M. Abduh Malik

NIP : 150 094 391

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

Page 4: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

4

JAKARTA

1430 H / 2009 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM

PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM (KAJIAN ATAS PUTUSAN

PENGADILAN NEGERI DEPOK) telah diajukan dalam sidang Munaqasyah

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta pada 12 Juni 2009, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada program Studi Jinayah Siyasah

(PI).

Jakarta, 12 Juni 2009

Mengesahkan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma SH, MA, MM

NIP : 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma SH. MA. MM ( .......................... )

NIP. 150 282 934

2. Sekretaris : Sri Hidayati M.Ag ( .......................... )

NIP. 150 282 403

3. Pembimbing : Prof. Dr. H. M. Abduh Malik ( .......................... )

NIP. 150 094391

4. Penguji I : Asmawi. M.Ag ( .......................... )

NIP. 150 282 934

Page 5: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

5

5. Penguji II : Dr. H. M Nurul Irfan, M.Ag ( .......................... )

NIP. 150 326 893

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya nyatakan, bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya sesuaikan

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari skripsi ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedian menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Juni 2009

DEWI KURNIA SARI

Page 6: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

6

KATA PENGANTAR

ا��� ا��� ا� ���

Dengan penuh rasa syukur yang tiada hentinya kepada kehadirat Allah SWT,

yang telah memberi penulis kemudahan dari setiap kesulitan yang datang dan

kekuatan yang tidak terduga dari setiap kelemahan yang menerpa. Atas rahmat dan

karuniamu, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan diwarnai ujian, emosi,

kesabaran dan kekuatan dan juga shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW

sebagai Nabi yang membawa rahmat bagi seluruh umat. Di mana skripsi ini penulis

susun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana ( S1 ) jurusan Pidana Islam, Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul skripsi “TINDAK PIDANA PEMALSUAN

SURAT DALAM PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM ( KAJIAN ATAS

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DEPOK ) (Analisa Putusan Pengadilan Negeri

Depok No.188/Pid.B/ 2008/PN.DPK)”

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari

bantuan dan semangat dari berbagai pihak dan untuk itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM, Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Asmawi, M.Ag, ketua Program Studi Jinayah Siayasah dan Sri Hidayati,

M.Ag, Sekretaris Program Studi Jinayah Siayasah atas kesabaran dan

waktunya dalam menghadapi semua pertanyaan penulis.

Page 7: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

7

3. Kepada pembimbing skripsi, Bapak Prof. Dr. H. M. Abduh Malik yang telah

memberikan saran, masukan dan pengarahan yang luar biasa bagi proses

skripsi ini.

4. Kepada Penguji Munaqasah, Bapak Asmawi M.ag, dan Bapak Dr. H. M Nurul

Irfan, M.Ag saya berterima kasih telah menguji saya dengan sabar dan baik.

5. Kepada Kedua Orang Tua tercinta, Bapak H. Urip Bin Muksin dan Ibu Hj. Sri

Monah, yang telah menekankan mengenai pentingnya pendidikan dan

menghargai ilmu, memberikan dukungan dan do’a yang tidak pernah putus

dan juga telah memberikan kepercayaan yang amat besar bagi penulis.

6. Kepada kakak-kakak ku tercinta, Ultamiya, Ulva, Adi Surpto, dan untuk

keponakan-keponakan ku intan, Very, putri, Bagus dan adik Pandu, yang

selalu memberi dukungan serta motivasi dalam pembuatan skripsi ini.

7. Kepada orang yang kusayangi Handy Pramana Setiawan yang selalu

memberikan Support serta menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

8. Kepada teman-teman : Rina, Nafis, Ifadah, Indah terima kasih atas

bantuannya baik kecil maupun besar tetapi semuanya sangat berarti bagi

penulis, khususnya Laila, rina, dan wiet yang selalu menemani penulis dalam

mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, dan untuk

teman-teman Pidana Islam angkatan 2005 yang penulis tidak bisa sebutkan

satu persatu.

Page 8: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

8

9. Kepada Pegawai PN Depok, yang telah memberikan data-data yang berkaitan

dengan materi skripsi ini, khususnya kepada bagian umum yaitu pak ocha dan

panitera muda bapak Insan Kamil.

Demikian ucapan terima kasih dari penulis, dan penulis berharap semoga

segala kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan pahala dari Allah Swt.

Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi orang lain dan dapat

menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.

Jakarta, 12 Juni 2009

Penulis

Page 9: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 10

D. Metode Penelitian ...................................................................... 11

E. Sistematika Penulisan ................................................................ 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PEMALSUAN

SURAT

A. Tindak Pidana Pemalsuan Surat Menurut Hukum Positif .......... 14

1. Definisi Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pemalsuan Surat .. 14

2. Dasar Hukum Larangan Tindak Pidana Pemalsuan Surat ....... 16

3. Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Surat .............. 27

B. Tindak Pidana Pemalsuan Surat Menurut Hukum Pidana Islam... 29

1. Definisi Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pemalsuan Surat … 29

2. Dasar Hukum Larangan Tindak Pidana Pemalsuan Surat …….. 34

3. Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Surat …………. 40

Page 10: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

10

C. Sebab-sebab Terjadinya Tindak Pidana Pemalsuan Surat ........... 44

D. Kendala dalam Pencegahan Terjadinya Tindak Pidana Pemalsuan 54

BAB III DESKRIPTIF ATAS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DEPOK

TENTANG PEMALSUAN SURAT

A. Kronologis Perkara .................................................................... 56

B. Putusan dan Pertimbangan Hakim .............................................. 64

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN

PENGADILAN NEGERI DEPOK

A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Bagi Pelaku

Tindak Pidana Pemalsuan Surat Dalam Putusan Pengadilan

Negeri Depok ............................................................................. 66

B. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan

Negeri Depok ............................................................................. 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 72

B. Saran-Saran ……………………………………………………… 74

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………

Page 11: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan dunia, dengan terbentuknya Negara diperlukan hukum

demi keamanan warganya. Hukum mengatur perangkat seluruh rakyat yang ada di

Negara itu. Hukum ada yang berbentuk tertulis seperti: Undang-Undang dasar 1945

peraturan, perundang-undangan KUHP, yurisprudensi, traktat dan sebagainya, yang

dibuat oleh Badan Ekskutif bersama-sama dengan wakil di DPR, dan ada juga hukum

yang tidak tertulis seperti: hukum adat, hukum kebiasaan dan sebagainya, yang dibuat

oleh orang yang diberi kuasa oleh rakyat seperti tokoh masyarakat dan diakui oleh

rakyat serta ditegakkan oleh penegak hukum.

Salah satu dampak negatif dan kemajuan teknologi dalam masyarakat adalah

terjadinya pergeseran pola hidup, dari pola hidup sederhana menjadi pola hidup

konsumtif. Dengan banyaknya keinginan memiliki barang-barang mewah,

mengakibatkan setiap orang ingin menempuh berbagai macam cara untuk

memilikinya dimana hal ini sangatlah wajar. Di sisi lain, setiap orang mempunyai

kemampuan ekonomi yang berbeda. Padahal untuk memiliki barang-barang yang

mewah, perlu financial yang cukup. Hal ini merupakan suatu pencetus terjadinya

suatu tindak kejahatan ataupun pelanggaran agar dapat memenuhi atau mengikuti

pola hidup konsumtif.

Page 12: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

12

Kemajuan yang ada dalam masyarakat akan menambah kemajemukan

kepentingan dan memperbanyak kemungkinan timbulnya konflik kepentingan, serta

tindakan kejahatan dan pelanggaran dalam masyarakat. Hal ini disebabkan adanya

hak untuk sama-sama menikmati kehidupan dari hasil kemajuan ilmu dan teknologi.

Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang melakukan tindakan melanggar norma-

norma maupun hukum.

Kebutuhan ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya perbuatan

tindak pidana seperti pencurian, pemerasann, penggelapan, pemalsuan, penipuan, dan

lain-lain. Di sini penulis hanya akan mengkhususkan pembahasan terhadap tindak

pidana pemalsuan khususnya tindak pidana pemalsuan surat baik untuk kepentingan

pribadi maupun untuk kepentingan kelompok. Dengan adanya tindak pidana

pemalsuan yang terjadi banyak pihak yang dirugikan. Baik perseorangan, kelompok,

perusahaan ataupun Negara. Pemalsuan itu sendiri mempunyai pengertian sesuai

yang diatur dalam pasal 263 Kitab Undang-undang hukum Pidana ( KUHP )

(1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat

menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perhutangan membebaskan hutang atau

yang dapat dipergunakan untuk bukti sesuatu hal, dengan maksud untuk

memakai dan menyuruh orang lain memakai surat itu seolah-olah surat itu asli

dan tidak dipalsukan, jikalau pemakaian surat itu dapat mendatangkan

kerugian, maka karena pemalsu surat dihukum dengan hukuman penjara

selama-lamanya enam tahun.

Page 13: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

13

(2) Di pidana dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai

surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah asli, jika pemakaian surat itu

dapat menimbulkan kerugian.1

Suatu pergaulan di dalam masyarakat yang teratur dan maju tidak dapat

berlangsung tanpa ada jaminan akan kebenaran atas beberapa bukti surat dan atas alat

tukar lainnya. Karenanya perbuatan pemalsuan dapat merupakan ancaman bagi

kelangsungan hidup dari masyarakat tersebut. Perbuatan pemalsuan ternyata

merupakan suatu jenis pelanggaran terhadap 2 (dua) norma dasar :

1. kebenaran atau kepercayaan yang pelanggarannya dapat tergolong dalam

kelompok kejahatan penipuan;

2. Ketertiban masyarakat yang pelanggarannya tergolong dalam kelompok

kejahatan terhadap Negara atau ketertiban umum.2

Perbuatan pemalsuan sesungguhnya baru dikenal di dalam suatu masyarakat

yang sudah maju, dimana surat, uang logam, merek atau tanda tertentu yang

dipergunakan untuk mempermudah lalu lintas hubungan di dalam masyarakat.

Perbuatan pemalsuan dapat digolongkan pertama-tama dalam kelompok

kejahatan penipuan, sehingga tidak semua perbuatan adalah pemalsuan. Perbuatan

pemalsuan tergolong kelompok kejahatan penipuan apabila seseorang memberikan

gambaran tentang sesuatu keadaan atas barang ( misalnya surat ) seakan-akan asli

atau benar, sedangkan sesungguhnya keaslian atau kebenaran tersebut tidak

1 Moeljatno, kitab Undang-undang Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka cipta 2007), h. 35 2 H.A.K. Moch Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus ( KUHP Buku II ), Cet. 1 (bandung:

Alumni, 1982), h. 55

Page 14: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

14

dimilikinya. Oleh karena itu, dengan gambaran ini orang lain terpedaya dan

mempercayai bahwa keadaan yang digambarkan atas barang atau surat tersebut

adalah benar atau asli.

Peningkatan penggunaan sebagai barang, tanda, tulusan, atau surat yang

jaminan keasliannya atau kebenarannya dibutuhkan oleh masyarakat, mengakibatkan

timbulnya perbuatan pemalsuan. Peningkatan permintaan akan barang-barang

kebutuhan hidup akan menambah kemungkinan atau kesempatan terjadinya

perbuatan pemalsuan tidak hanya atas barangnya sendiri, tetapi juga terhadap merek,

tanda juga terhadap mereka, tanda dan suratnya yang dibuktikan untuk memberikan

jaminan akan kebenaran, keaslian atas asal barang tersebut.

Tindak pidana pemalsuan surat itu sendiri dapat digolongkan dalam

spesifiknya yang lebih khusus yaitu :

1. Tindak pidana pemalsuan surat dalam bentuk pokok

2. Tindak Pidana pemalsuan surat khusus

3. Tindak Pidana pemalsuan surat otentik dengan isi keterangan palsu

4. Tindak Pidana pemalsuan keterangan dokter

5. Tindak Pidana pemalsuan surat keterangan kelakuan baik

6. Tindak Pidana pemalsuan keterangan jalan dan ijin masuk bagi orang asing

7. Tindak Pidana pemalsuan pengantar kerbau dan sapi

8. Tindak Pidana pemalsuan keterangan tentang hak milik

9. Penyimpanan bahan atau barang untuk dipergunakan dalam pemalsuan surat

khusus.

Page 15: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

15

Membuat surat palsu adalah membuat sebuah surat yang seluruh atau

sebagian isinya palsu. Palsu artinya tidak benar atau bertentangan dengan yang

sebenarnya.

Membuat surat palsu ini dapat berupa :

1. Membuat sebuah surat yang sebagian atau seluruh isi surat tidak sesuai atau

bertentangan dengan kebenaran (intellectual valschheid)

2. Membuat surat seolah-olah surat itu berasal dari orang lain selain sipembuat

surat. Membuat surat palsu yang demikian ini disebut dengan pemalsuan

materiil (materiele valschheid). Palsunya surat atau tidak benarnya surat

terletak pada asalnya atau si pembuat surat.3

Hukum Islam syariatkan oleh Allah dengan tujuan utama merealisasikan dan

melindungi kemaslahatan umat manusia, baik kemaslahatan individu maupun

masyarakat. Kemaslahatan yang ingin diwujudkan dalam hukum Islam meyangkut

seluruh aspek dharuriyat (primer), Hajjiyat (sekunder), maupun (stabilitas sosial).

Bahwasannya di dalam hukum positif yang terdapat di dalam Kitab Undang-

undang hukum pidana (KUHP) pasal 263 melakukan kesalahan dalam perbuatan

tindak pidana pemalsuan surat dan merugikan orang lain dan Negara maka dapat

dipidana paling lama 15 (lima belas) tahun penjara.

Hukum Islam disyariatkan oleh Allah dengan tujuan utama merealisasikan

dan melindungi kemaslahatan umat manusia, baik kemaslahatan individu maupun

3 Adami chazwi, Kejahatan Mengenai Pemalsuan, Cet. 2 (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2002), h. 100

Page 16: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

16

masyarakat. Kemaslahatan yang ingin diwujudkan dalam hukum Islam meyangkut

seluruh aspek dharuriyat (primer), Hajjiyat (sekunder ).

Sedangkan di dalam hukum Islam orang yang melakukan perbuatan tindak

pidana pemalsuan surat maka akan terkena hukuman takzir. Takzir adalah hukuman

yang ditetapkan syara dan diserahkan sepenuhnya kepada ulil amri untuk

menetapkannya, sedangkan para ulama fiqh mendefinisikannya sebagai hukuman

yang wajib menjadi hak Allah atau Bani Adam pada tiap-tiap kemaksiatan yang tidak

mempunyai putusan tertentu dan tidak pula adalah kefarahnya.4 Hukuman takzir ini

jenisnya beragam namun secara garis besar dapat gibagi. Hukuman takzir yang

berkaitan dengan empat kelompok yaitu.

1. Hukuman takzir yang berkaitan dengan dengan kemerdekaan seseorang

seperti hukuman penjara dan hukuman pengasingan

2. Hukuman takzir yang berkaitan dengan harta,seperti denda, penyitaan,

perampokan harta dan penghancuran barang

3. Hukuman takzir yang berkaitan dengan badan seperi hukuman mati dan

hukuman jilid

4. Hukuman lain yang ditentukan oleh ulil amri dan kemaslahatan umum.5

Berdasarkan jeni-jenis hukum takzir tersebut di atas, maka hukuman yang

diberikan kepada pelaku tindak pemalsuan surat adalah hukuman jilid dan hukuman

4 A. Ruway’i Ar-Ruhaly, fikih umar 2, penterjemahan. Basalamah, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsan, 1994), Cet. 1, h. 110 5 A. Rahman i. Doi., Penjelasan Lengkap huku-hukum Allah (syara), (Jakarta: Pt. Raja Grafindo

Persada, 2002), Cet. 1, h. 292

Page 17: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

17

pengasingan. Umar Ibn Al- khattab terhadap Mu’an Ibn Zaidah yang memalsukan

stetempel Bait al-mal. Demikian pula terhadap tindak pidana pemalsuan Al-Quran.

Khalifah Umar Ibn Al-khattab mengasingkan Mu’an Ibn Zaidah Setelah sebelumnya

dikenakan hukuman takzir6.

Berdasarkan contoh kasusus yang dipaparkan di atas maka, dapat ditarik

kesimpulan bahwasanya perbuatan memalsukan surat merupakan perbuatan dusta

(bohong), karena pada dasarnya di dalam perbuatan tersebut terdapat perbuatan dusta

yakni dengan tidak memberikan keterangan yang sebenarnya/seharusnya di dalam

surat tanda nomor kendaran bermotor (STNK) yang dipalsukan tersebut, baik

mengenai tanda tangannya, stempel, maupun cara memperoleh surat tanda nomor

kendaran bermotor (STNK) tersebut, seperti dengan cara instan tanpa membayar

pajak kepada Negara. Di dalam Al-Qur’an sejumlah ayat yang melarang dengan

tegasuntuk tidak berbuat dusta (al-Kidzb). Sebagaimana di dalam firman Allah surat

al-Nahl ayat 116 :

و)$'&&ا �%$#" أ� ��� ا��ب ه�ا ��ل وه�ا �ام ����وا �� )116: ا */ (ا� ا��ب إن, ا,�ی� ی��ون �� ا� ا��ب )ی��*&ن

Artinya : “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut

oleh lidah mu secara dusta, “ ini halal dan ini haram ” untuk

mengadakan kebohongan-kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya

orang yang mengada-ngadakan kebohongan terhadap Allah

tiadalah beruntung. ( An-Nahl : 16 : 116 ).

6 Abd. Al-Aziz Amir, At-Takzir Fi Asy- Syariah Al-Islamiyah, ( Dar Al-Fikr Al-Arabi, 1969 ),

h.262-268. Lihat juga A.H. Djazuli, Fiqh Jinayat, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996 ),h.205

Page 18: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

18

Perbuatan-perbuatan yang termasuk kepada kelompok yang hukumannya

dapat dijatuhkan apabila dikehendaki oleh kemaslahatan umum, tidak bisa ditentukan

jenisnya, karena perbuatan tersebut tidak diharamkan karena zatnya melainkan karena

sifatnya. Apabila sifat tersebut ada, maka perbuatannya diharamkan, dan apabila sifat

tersebut ada, maka perbuatannya diharamkan, dan apabila sifat tersebut tidak ada

maka perbuatannya mubah. Sifat yang menjadi alasan (Illat) dikenakannya hukuman

atas perbuatan tersebut adalah membahayakan atau merugikan kepentingan umum.

Apabila dalam suatu perbuatan terdapat unsur merugikan kepentingan umum, maka

perbuatan tersebut dianggap jarimah dan pelaku dikenakan hukuman. Akan tetapi,

apabila dalam perbuatan tersebut tidak terdapat unsur merugikan kepentingan umum,

maka perbuatan tersebut bukan jarimah dan pelaku tidak dikenakan hukuman.

Melihat beberapa permasalahan mengenai pemalsuan surat tersebut itulah

yang menarik perhatian penulis serta menjadi alasan bagi penulis untuk menulis judul

skripsi: “TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN

HUKUM PIDANA ISLAM ( KAJIAN ATAS PUTUSAN PN. DEPOK)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Hukuman yang merupakan cara pembebanan pertanggung jawab pidana

dimaksudkan untuk memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat, atau dengan

kata lain adalah sebagai alat menegakkan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu

besarnya hukuman harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, yakni tidak

boleh melebihi apa yang diperlukan, atau kurang dari yang diperlukan untuk

Page 19: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

19

melindungi kepentingan masyarakat serta untuk menjatuhkan akibat-akibat buruk dari

perbuatan jahat.

Mengingat begitu kompleknya hal-hal yang berhubungan dengan masalah

tindak pidana pemalsuan surat, dan guna menghindari kesalah fahaman serta untuk

mencapai kesamaan persepsi dalam masalah yang hendak penulis bahas, maka

penulis merasa perlu untuk memberikan suatu batasan dan rumusan terhadap masalah

yang akan dikaji. Pembahasan skripsi ini akan dibatasi disekitar masalah-masalah

tindak pidana pemalsuan surat.

Dalam masalah putusan hakim yang akan dianalisis oleh penulis, maka

penulis akan menganalisis putusan hakim Pengadilan Negeri Depok yang terjadi

tahun 2007 dengan nomor putusan 309/Pts/PID/B2007/PN DEPOK. Namun tidak

menutup kemungkinan untuk lebih memperjelas pembahasan, penulis akan

menyinggung hal-hal lain yang ada kaitannya dengan permasalahan tersebut.

Berdasarkan pokok-pokok bahasan tersebut di atas, maka penulis

merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana pemalsuan

surat?

2. Bagaimana kajian hukum pidana Islam terhadap putusan Pengadilan Negeri

Depok dalam masalah tindak pidana pemalsuan surat?

Page 20: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

20

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Supaya pembahasan tentang tindak pidana pemalsuan surat lebih terarah dan

mendalam sesuai dengan permasalahan-permasalahan di atas, maka tujuan yang

hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan pandangan hukum pidana Islam terhadap

tindak pidana pemalsuan surat.

2. Untuk mengetahui kajian hukum pidana Islam terhadap putusan Pengadilan

Negeri Depok dalam masalah tindak pidana pemalsuan surat.

Hasil dari pembahasan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu hukum baik hukum Islam maupun hukum positif terutama dalam bidang hukum

pidana, hasil studi ini juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman kita mengenai tindak pidana pemalsuan surat, dan diharapkan juga dapat

dimanfaatkan sebagai bahan informasi bagi Civitas Akademika terutama perihal

tindak pidana pemalsuan surat.

Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk menyumbangkan pemikiran gagasan

buah pikiran sebagai hasil kegiatan penelitian berdasarkan prosedur ilmiah serta

melatih kepekaan penulis sebagai mahasiswa terhadap masalah-masalah yang

berkembang di lingkungan sekitarnya. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini

dapat menjadi refrensi bagi mahasiswa lain sebagai landasan pengembangan ilmu dan

semoga bermanfaat bagi masyarakat yang beriman dan sejahtera.

Page 21: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

21

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis,

yaitu pemecahan masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun

atau mengklasifikasikannya kemudian menganalisis data dan menginterpretasikannya

dalam rangka menguji hipotesis atau mejawab pertanyaan.7

Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kepustakaan

(library research), yaitu data yang diperoleh dari literatur dan refrensi yang

berhubungan dengan judul skripsi ini, dan penelitian lapangan (field research),

melakuakan analisis terhadap putusan hakim Pengadilan Negeri Depok

No.309/Pts/PID/B2007 dengan menggunakan teknik pengumpulan data (studi

dokumentasi), dengan cara melihat dan mengumpulkan dokumen yang telah ada dan

memiliki keterkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

2. Tekhnik Pengumpulan Data

Adapun sumber data yang penulis pergunakan adalah sumber data primer dan

data sekunder. Data primer yaitu data yang diambil dalam buku dan kitab berkaitan

dengan bahasa penulis. Data sekunder yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi

ini yaitu buku-buku dan data-data yang relevan dengan masalah yang penulis bahas

dalam skripsi ini.

7 Alimuddin Tuwu, Pengantar Metode Penelitian, dalam Consuelo G. Sevilla, et.all., An

Introduction To Research Methods, (Jakarta: UI Press), h. 71

Page 22: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

22

Mengenai teknik pengumpulan data, yang penulis gunakan adalah

menggunakan bahan dokumen yang tertulis terbentuk buku-buku, salinan putusan

hakim Pengadilan Negeri Depok No.309/Pts/PID/B2007 yang hasilnya berupa

kutipan atau catatan.

3. Tekhnik Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, kemudian penulis mengolah dan menganalisa

data tersebut dengan menggunakan metode :

1. Metode Induktif, yaitu suatu cara menganalisa data yang bertitik tolak dari

data yang bersifat khusus, kemudian ditarik atau diambil kesimpulan yang

bersifat umum

2. Metode Komperatif, yaitu membandingkan antara keduanya yakni antara

hukum Islam dengan hukum positif.

Adapun sebagai pedoman penulisan dalam skripsi ini, penulisan pedoman

pada buku pedoman.Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta,T. 2007.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara

menyeluruh dan sistimatis dari penulisan. Adapun penulisan ini mempumyai

sistematika sebagai berikut :

Page 23: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

23

Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang

masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, sistimatika penulisan dan diakhiri dengan penutup.

Bab kedua, pada bab ini membahas tinjauan umum tentang tindak pidana

pemalsuan surat, tindak pidana pemalsuan surat menurut hukum positif dan hukum

pidana islam, definisi tindak pidana dan tindak pidana pemalsuan surat, dasar hukum

larangan tindak pidana pemalsuan surat, sanksi bagi pelaku tindak pidana pemalsuan

surat, sebab-sebab terjadinya tindak pidana pemalsuan surat, kendala dalam

pencegahan terjadinya tindak pidana pemalsuan.

Bab ketiga, Bab ini membahas tentang deskriptif atas putusan pengadilan

negeri depok tentang pemalsuan surat, meliputi kronologis perkara, putusan dan

pertimbangan hakim

Bab keempat, pada bab ini adalah inti dari permasalahan judul skripsi ini yaitu

membahas tentang pandangan hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

negeri depok, pandangan hukum pidana islam terhadap sanksi bagi pelaku tindak

pidana pemalsuan surat dalam putusan pengadilan negeri depok, pandangan hukum

pidana islam terhadap sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana pemalsuan surat

dalam putusan pengadilan negeri depok.

Bab kelima, bab ini merupakan bab penutup, pada bab ini penulis akan

menarik kesimpulan dan saran-saran mengenai apa yang diambil dalam judul skripsi

ini.

Page 24: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

24

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT

A. Tindak Pidana Pemalsuan Surat Menurut Hukum Positif

1. Definisi Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pemalsuan Surat

Ada berbagai istilah untuk tindak pidana (mencakup kejahatan dan

pelanggaran), antara lain delict (delik), perbuatan pidana, peristiwa pidana,

perbuatan yang boleh dihukum, pelanggaran pidana Criminal act, dan sebagainya.

Tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman

pidana8.

Tindak pidana adalah Perbuatan yang melanggar larangan yang diatur oleh

aturan hukum yang diancam dengan sanksi pidana9

Tindak pidana adalah istilah yang dikenal dari hukum pidana belanda,

yaitu “stafbaar feit”. Simons menerangkan bahwa stafbaar feit adalah suatu

perbuatan manusia dangan sengaja atau lalai, di mana perbuatan tersebut diancam

dengan hukuman oleh Undang-Undang, dan dilakukan oleh manusia yang dapat

dipertaggung jawabkan. Sedangkan Van Hamel merumuskan stafbaar feit adalah

kelakuan orang (menselijke gedraging), yang dirumuskan dalam waktu yang

8 Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, (Bandung: Asy-Syaamil, 2001), Cet.2,

h. 132. 9 Departeman Pendidikan dan kebudayaan, Kanus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1989), h. 1989

Page 25: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

25

bersifat melawan hukum, yang patut dipidana (stafwaardig) dan dilakukan

dengan kesalahan.10

Di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, pemalsuan menurut bahasa

berarti proses, perbuatan atau cara memalsukan 11

. Sedangkan surat menurut

bahasa selembaran kertas yang berisi huruf, angka atau tulisan

Kejahatan mengenai pemalsuan atau disingkat dengan istilah kejahatan

pemalsuan adalah berupa kejahatan yang di dalamnya mengandung unsur keadaan

ketidak benaran atau palsu atas suatu (objek), yang sesuatu tampak dari luar

seolah-olah banar adanya, padahal sesungguhnya bertentangan dengan yang

sebenarnya

Perbuatan-perbuatan itu dapat berupa penghapusan kalimat, kata, angka,

tanda tangan, dapat berupa penambahan dengan satu kalimat, kata atau angka,

dapat berupa penggantian kalimat, kata, angka, tanggal atau tanda tangan

Dengan demikian diambil garis besarnya bahwa yang dimaksud dengan

kejahatan atau tindak pidana pemalsuan surat adalah suatu perbuatan kejahatan

perbuatan ini dilakuakan, sudah ada sebuah surat di sebut surat asli. Kemudian

pada surat yang asli ini, terhadap isinya (termasuk tanda tangan dan cap stempel

kepolisian ) dilakukan pemalsuan surat. Yang tersebut tampak dari luar seolah-

olah benar adanya padahal sesungguhnya bertentangan dengan yang sebenarnya.

10 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet.7, h. 56. 11 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1991) Cet. 2, h. 639

Page 26: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

26

2. Dasar Hukum Larangan Tindak Pidana Pemalsuan Surat

Sumber utama hukum pidana adalah Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP), yang terdiri dari tiga buku yang secara umum sistematikanya

adalah sebagai berikut

Buku I : Mengatur peraturan-peraturan umum (algemeene bepalingen)

Buku II : Mengatur tentang kejahatan (misdrivent)

Buku III : Mengatur tentang pelanggaran (overtredingen)12

Secara umum kejahatan mengenai pemalsuan dapat kita temukan dalam

buku II KUHP yang dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu :

1. Kejahatan sumpah palsu (Bab IX KUHP)

2. Kejahatan Pemalsuan uang (Bab X KUHP)

3. Kejahatan Pemalsuan materai dan merek (Bab XI KUHP)

4. Kejahatan Pemalsuan surat (Bab XII KUHP)13

Masalah tindak pidana pemalsuan surat termasuk ke dalam kejahatan

pemalsuan surat yang diatur dalam bab XII buku ke-2 KUHP, yaitu dari pasal 263

sampai dengan 276, yang dapat dibedakan menjadi tujuh macam kejahatan

pemalsuan surat, yakni :

1. Pemalsuan surat pada umumnya bentuk pokok pemalsuan surat, (KUHP

pasal 263)

12 Prof. Satochid Kertanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah dan Pendapat Para Ahli

Hukum Terkemuka Bagian 1, (t.t, Balai Lektur Mahasisw, t.th.), h. 38 14 Adami Chazawi, Kejahatan Mengenai Pemalsuan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002),

h.3

Page 27: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

27

2. Pemalsuan surat yang diperberat, (KUHP pasal 264)

3. Menyuruh memasukkan keterangan palsu kedalam akta otentik (KUHP

pasal 266)

4. Pemalsuan surat keterangan dokter (KUHP pasal 267-268)

5. Pemalsuan surat-surat tertentu (KUHP pasal 269,270 dan 271)

6. Pemalsuan keterangan pejabat tantang hak milik (KUHP pasal 275)

7. menyimpan bahan atau benda untuk pemalsuan surat (KUHP pasal 275)14

Kejahatan pemalsuan surat pada umumnya adalah berupa pemalsuan surat

dalam bentuk pokok (bentuk standar)yang dimuat dalam pasal 263 ayat (1) dan

(2) KUHP, yang rumusannya adalah sebagai berikut :

Ayat (1)

Barang siapa yang membuat surat palsu atau memalsukan surat

yang dapat menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasanhutang,

atau yang diperuntukan sebagai bukti dari pada suatu hal dengan maksud

untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surrat tarsebut

seolah-olah isinya benar dan tidak palsu, di pidana jika psmakaian

tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat dengan

pidana penjara paling lama 6 (enam tahun)

Ayat (2)

Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja

memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah asli, jika

pemakaian surat itu dapat menimbulkan beragam.15

14 Ibid, h.97 15 Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2004), h.105

Page 28: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

28

Yang dimaksud surat di sini adalah segala surat yang ditulis dengan

tangan, dicetak, maupun ditulis memakai mesin ketik, dan sebagainya. Membuat

surat palsu yaitu membuat surat yang isinya tidak benar atau bukan semestinya,

sehingga menunjukkan asal surat yang tidak benar. Sedangkan penggunaannya

harus dapat mendatangkan kerugian. Maksudnya tidak perlu kerugian itu betul-

betul sudah ada, baru kemungkinan saja adanya kerugian itu sudah cukup yang

dimaksud dengan kerugian di sini tidak saja hanya meliputi kerugian materiil,

akan tetapi juga dilapangan kemasyarakatan, kesusilaan, kehorrmatan dan

sebagainya

Adapun pengertian surat sebagaimana di ungkapkan Adami Chazawi.

dalam bukunya yang berjudul kejahatan mengenai pemalsuan adalah : “suatu

lembaran kertas yang di atasnya terdapat tulisan yang terdiri dari kalimat dan

huruf termasuk angka yang mengandung berisi buah pikiran atau makna tertentu,

yang dapat berupa tulisan dengan tangan, dengan mesin ketik, printer komputer,

dengan mesin cetakan dan dengan alat dan cara apapun”

Membuat surat palsu (valsheid in geserift) adalah membuat sebuah surat

yang seluruh atau sebagian isinya palsu, palsu artinya tidak benar atau

bertentangan dengan yang sebenarnya.

`Di samping isinya dan aslinya surat yang tidak benar dari memuat surat

palsu, dapat juga tanda tangannya yang tidak benar. Tanda tangan yang dimaksud

di sini adalah termasuk juga tanda tangan dengan menggunakan cap atau stempel

tanda tangan.

Page 29: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

29

Adapun yang dimaksud perbuatan memalsu (vervalsen) surat adalah

berupa perbuatan mengubah dengan cara bagaimanapun orang-orang yang tidak

berhak atas sebuah surat yang berakibat sebagian atau seluruh isinya menjadi lain

atau berbeda dengan isi semua.

Perbedaan prinsip antara membuat surat palsu dengan memalsu surat

adalah dalam membuat surat palsu sebelum perbuatan dilakukan, belum ada surat

yang dicontoh, kemudian surat yang dibuat itu sebagian atau seluruhnya

bertentangan dengan kebenaran. Seluruh tulisan dalam surat itu dihasilkan oleh

sipelaku sendiri. Sedangkan memalsu surat adalah membuat surat yang

mencontohkan surat asli yang telah ada sebelumnya.

Tidak semua surat dapat menjadi obyek pemalsuan surat, melainkan

terdapat pada empat macam surat yakni :

1) Surat yang menimbulkan suatu hak

2) Surat yang menimbulkan suatu perikatan

3) Surat yang menimbulkan pembebasan hutang

4) Surat yang diperuntukan bukti mengenai suatu hal16

Walaupun pada umumnya sebuah surat tidak melahirkan secara langsung

adanya suatu hak, melainkan hak itu timbul dari adanya perikatan hukum

(perjanjian) yang tertuang dalam surat itu, tetapi dalam surat-surat itu yang

disebut surat pormil yang langsung melahirkan suatu hak tertentu misalnya

STNK, SIM, Ijazah, Cek, wesel, dan lain sebagainya.

16 Adami Chazawi, Op. Cit, h. 101

Page 30: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

30

Surat yang berisi suatu perikatan pada dasarnya adalah berupa surat yang

karena perjanjian itu melahirkan hak. Contohnya seperti pemalsuan pada surat

tanda nomor kendaraan bermotor, dimana si pemilik kendaraan wajib membayar

pajak ditiap tahunnya untuk memperpanjang ke aktifan nomor kendaraan. Ini

merupakan, melahirkannya suatu perikatan, antara pemilik kendaraan dan Negara.

Mengenai unsur “surat yang diperuntukan sebagai bukti akan adanya suatu

hal”, di dalamnya ada dua hal yang perlu dibicarakan yakni, mengenai

diperuntukan sebagai bukti, dan tentang suatu hal adalah berupa kejadian atau

peristiwa tertentu baik yang karena diadakan (misalnya perkawinan) maupun

karena peristiwa alam (misalnya kelahiran dan kematian). Peristiwa tersebut

mempunyai suatu akibat hukum. Sedangkan yang dimaksud dengan bukti adalah

karena sifatnya, surat itu mempunyai kekuatan pembuktian (bewijskracht).

Unsur kesalahan dalam pemalsuan surat pada pasal 263 ayat (1) KUHP

yakni “dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat

palsu atau surat palsu ini seolah-olah isinya benar dan tidak palsu”. Maksud yang

demikian sudah harus ada sebelum atau setidak-tidaknya pada saat akan memulai

perbuatan itu.

Pada unsur atau kalimat “seolah-olah isinya benar dan tidak palsu”

mengandung makna bahwa adanya orang-orang yang terpadaya dengan

digunakan surat-surat tersebut, dan surat itu berupa alat yang digunakan untuk

memperdaya orang menganggap surat itu asli dan tidak palsu, bisa orang-orang

pada umumnya dan bisa juga orang tertentu.

Page 31: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

31

Dalam unsur “jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian,

karena pemalsuan surat” mengandung pengertian bahwa : pemakaian surat belum

dilakukan hal ini terlihat dari adanya perkataan “jika” dan karena penggunaan

pemakaian surat belum dilakukan, maka dengan sendirinya kerugian itu belum

ada, hal ini dapat terlihat dari adanya perkataan “dapat”.

Tidak ada ukuran-ukuran tertentu untuk menentukan akan adanya

kemungkinan kerugian jika surat palsu atau surat dipalsu itu dipakai, hanya

berdasarkan pada akibat-akibat yang dapat dipikirkan oleh orang-orang pada

umumnya yang biasanya terjadi dari adanya penggunaan surat semacam itu.

Kerugian yang dimaksud tidak saja kerugian yang bernilai atau dapat dinilai

dengan uang atau kerugian dibidang kekayaan, akan tetapi dapat juga berupa

kerugian-kerugian lainnya seprti dipersukarnya pengawasan, menutup-nutupi

penggelapan yang terjadi dan lain sebagainya.

Pada ayat (2) terdapat pula unsur pemakaian surat palsu atau surat dipalsu

itu dapat menimbulkan kerugian, walaupun perihal unsur ini baik pada ayat (1)

kemungkinan akan timbul kerugian itu adalah akibat dari pemakaian surat palsu

atau surat dipalsu, akan tetapi pemakaian surat itu belum dilakuakn, karena yang

baru dilakukan adalah membuat surat palsu dan memalsu surat saja. Sedangkan

pada ayat (2) pemakian surat itu sendiri sudah dilakukan, akan terapi kerugian itu

tidak perlu nyata-nyata timbul.

Page 32: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

32

Pada ayat (1) kehendak ditunjukkan pada perbuatan memakai, tetapi

perbuatan memakainya bukan merupakan perbuatan yang dilarang, sedangkan

ayat (2) perbuatan yang dilarang adalah memakai.

Unsure “perbuatan” pada ayat (2) dirumuskan dalam bentuk abstrak yang

dalam kejadian senyatanya memerlukan wujud tertentu, misalnya menyerahkan,

menunjukan, mengirimkan, menjual, menukar, menawarkan dan lain sebagainya,

yang wujud-wujud itu sudah harus terjadi untuk dapat dipidananya melakukan

kejahatan.

Maksud dari unsur kesalahan pada ayat (1) yakni “dengan sengaja “.

Mengandung arti bahwa, pelaku menghendaki melakukan perbuatan memakai, ia

sadar atau insyaf bahwa surat yang ia gunakan adalah surat palsu atau surat

dipalsu, atau mengetahui bahwa penggunaan surat itu adalah seolah-olah

pemakaian surat asli dan tidak palsu, dan ia sadar atau mengetahui bahwa

penggunaan surat itu dapat menimbulkan kerugian. Unsur kesengajaan yang

demikian itu harus dibuktikan.

Selain ayat 263 di atas di dalam KUHP juga terdapat aturan mengenai

pemalsuan surat yang diperberat yakni yang dirumuskan dalam pasal 264 ayat (1)

dan (2) serta dalam pasal 266 ayat (1) dan (2) sebagai berikut :

Page 33: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

33

Pasal 264 ayat (1) dan (2)

Ayat (1)

Pemalsuan surat dipidana dengan pidana penjara paling lama 8

tahun, jika dilakuakn terhadap :

1. Akta-akta otentik

2. Surat hutang atau sertifikat hutang dari suatu Negara atau bagiannya

ataupun dari suatu lembaga umum

3. Surat sero atau surat hutang atau sertifikatsero atau hutang dari suatu

perkumpulan, yayasan, perseroan dan maskapai

4. Talon, tanda bukti deviden atau bunga dari salah satu surat yang

diterangkan dalam 2 dan 3, atau tanda bukti yang dikeluarkan sebagai

pengganti eurat-surat itu

5. Surat kredit atau surat dagang yang diperuntukan untuk diedarkan.

Ayat (2)

Dipidana dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja

memakai surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak asli atau

dipalsukan seolah-olah benar dan tidak dipalsu, jika pemakian surat itu

dapat menimbulkan keriugian.

Pasal 266 ayat (1) dan (2)

Ayat (1)

Barang siapa menyuruh memasukan keterangan palsu kedalam

suatu akta ontentik mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus

dinyatakan oleh akta itu, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh

orang lain memakai akta itu seolah-olah keterangannya sesuai dengan

kebenaran, diancam, jika pemakaian itu dapat menimbulkan kerugian,

dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Ayat (2)

Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja

memakai akta tersebut seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran, jika

karena pemakian tersebut dapat menimbulkan kerugian

Page 34: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

34

Pasal 267 ayat (1), (2 dan (3))

Ayat (1)

Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat

keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau

cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun

Ayat (2)

Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan

seseorang ke dalam rumah sakit jiwa atau untuk menahannya di situ,

dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun enam tahun

Ayat (3)

Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja

memakai surat keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan

kebenaran.

Pasal 268 ayat (1) dan (2)

Ayat (1)

Barang siapa membuat secara palsu atau memalsu surat

keterangan dokter tentang ada atau tidak adanya penyakit, kelemahan

atau cacat, dengan maksud untuk menyesatkan penguasa umum atau

penanggung, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Ayat (2)

Diancam dengan dipidana yang sama, barang siapa maksud yang

sama memakai surat keterangan yang tidak benar atau yang dipalsu,

seolah-olah surat itu benar dan tidak dipalsu

Psal 269 ayat (1) dan (2)

Ayat (1)

Barang siapa membuat surat palsu atau memalsu surat keterangan

tanda kelakuan baik, kecakapan, kemiskinan, kecacatan, atau keadaan

lain, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai

surat itu supaya diterima dalam pekerjaan atau supaya menimbulkan

kemurahan hati dan pertolongan, diancam dengan pidana penjara paling

satu tahun empat bulan.

Page 35: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

35

Ayat (2)

Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja

memakai surat keterangan yang palsu atau yang dipalsukan tersebut

dalam ayat pertama, seolah-olah surat itu sejati dan tidak dipalsukan.

Pasal 270 ayat (1) dan (2)

Ayat (1)

Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan pas jalan

atau surat penggantinya, kartu keamanan, surat perintah jalan atau surat

yang diberikan menurut ketentuan undang-undang tentang pemberian izin

kepada orang asing untuk masuk dan menetap di Indonesia, ataupun

barangsiapa menyuruh beri surat serupa itu atas nama palsu atau nama

kecil yang palsu atau dengan menunjuk pada keadaan palsu, dengan

maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat itu

seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran, diancam dengan pidana

penjara paling lama dua tahun delapan bulan

Ayat (2)

Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja

memakai surat yang tidak benar atau yang dipalsu tersebut dalam ayat

pertama, seolah-olah benar dan tidak palsu atau seolah-olah isinya sesuai

dengan kebenaran

Pasal 271 ayat (1) dan (2)

Ayat (1)

Barangsiapa membuat palsu atau memalsukan surat pengantar

bagi kerbau atau sapi, atau menyuruh beri surat serupa itu atas nama

palsu atau dengan menunjuk pada keadaan palsu, dengan maksud untuk

memakai atau menyuruh orang lain memakai surat itu seolah-olah isinya

sesuai dengan kebenaran, diancam dengan pidana penjara paling lama

dua tahun delapan bulan

Ayat (2)

Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan sengaja

memakai surat yang palsu atau yang dipalsukan tersebut dalam ayat (1),

seolah-olah isisnya sesuai dengan kebenaran

Pasal 275 ayat (1) dan (2)

Page 36: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

36

Ayat (1)

Barangsiapa menyimpan bahan atau benda yang diketahuinya

bahwa diperuntukkan untuk melakukan salah satu kejahatan berdasarkan

pasal 264 No. 2-5, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan

bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Ayat (2)

Bahan-bahan dan benda-benda itu dirampas.17

Akta ontentik yaitu surat yang dibuat menurut bentuk dan syarat- ayarat

yang ditetapkan oleh Undang-Undang, oleh pegawai umum. Dalam hal ini dapat

dicontohkan Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor (STNK), Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan lain

sebagainya.

Yang menyebabkan diperberatnya pemalsuan surat pada pasal 264

tersebut terletak pada faktor macam surat. Surat-surat tertentu yang menjadi

obyek kejahatan adalah surat-surat yang mengandung kepercayaan yang lebih

bessar akan kebenaran isinya. Pada surat-surat itu mempunyai derajat kebenaran

yang lebih tinggi dari pada surat-surat biasa atau surat lainnya.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa, rumusan pasal 264

ayat (2) adalah sama dengan rumusan pasal 263 ayat (2) perbedaannya hanya

pada jenis surat yang dipakai. Dalam pasal 263 ayat (2) adalah surat pada

umumnya, sedangkan pasal 264 ayat (2) adalah surat-surat tertentu yang

mempunyai derajat kebenaran yang lebih tinggi dan kepercayaan yang lebih besar

17 Andi Hamzah, S.H., Op. Cit, h.106

Page 37: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

37

dari pada surat pada umumnya. Dan berdasarkan pasal-pasal tersebut menunjukan

bahwa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana merupakan dasar hukum larangan

pemalsuan surat yang merupakan hukum Lex Generalis18

.

Atas dasar tersebut, maka hukum dibuat dan diberlakukan sebagai

perlindungan kepada setiap orang agar dapat memberikan rasa aman dari semua

perbuatan yang dapat mengganggu dan mengancamnya. Adanya sanksi dalam

hukum, diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada setiap manusia dari

berbagai gangguan tersebut. Tindak pidana pemalsuan surat merupakan salah satu

perbuatan yang dirasa mengganggu dan merugikan, sehingga ketentuan sanksinya

harus benar-benar ditegakkan.

3. Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Surat

Hukum dibuat dan diberlakukan sebagai perlindungan kepada setiap orang

agar dapat memberikan rasa aman dari semua perbuatan yang dapat mengganggu

dan mengancamnya. Adanya sanksi dalam hukum, diharapkan dapat memberikan

perlindungan kepada setiap manusia dari berbagai gangguan tersebut. Tindak

pidana pemalsuan surat merupakan salah satu perbuatan yang dirasa mengganggu

dan merugikan, sehingga ketentuan dan sanksinya harus benar-benar ditegakkan.

Begitu pula di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana akan

ditemukan ketentuan sanksi pidana bagi siapa saja yang membuat surat palsu atau

memalsukan surat yang dapat menimbulkan suatu hak, perikatan atau pelunasan

18 Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H., Pokok-pokok Hukum Pidana, (Jakarta, PT. Pradnya Paramita,

2004), Cet. 1, h. 134

Page 38: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

38

hutang atau yang diperuntukkan sebagai bukti dari pada suatu hal, atau

melakukan pemalsuaan terhadap akta-akta otentik. Hal ini terdapat dalam KUHP

pasal 263 ayat (1) dan (2), 264 ayat (1) dan (2) dan 266 ayat (1) dan (2) yang

rumusannya isinya sudah saya tulis terdapat di halaman 22 s/d 24.

Pasal 274

Ayat (1)

Barangsiapa membuat palsu atau memalsukan surat keterangan

seorang pejabat selaku penguasa yang sah, tantang hak milik atau hak

lainnya atas sesuatu barang, dengan maksud untuk memudahkan

penjualan atau penggadaiannya atau untuk menyesatkan pegawai negeri

kehakiman atau kepolisian tentang aslinya, diancam dengan pidana

penjara paling lama dua tahun.

Ayat (2)

Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan malsud

tersebut, memakai surat keterangan itu seolah-olah sejati dan tidak

dipalsukan

Berdasarkan adanya beberapa ketentuan hukum serta sanksi yang telah

diatur dan ditetapkan dalam hukum positif. Hal ini terdapat di dalam Kitab

Undang-undang hukum pidana (KUHP) yakni pasal 263, 264, 266, dan 274

tentang pemalsuan surat, surat palsu atau memalsukan surat itu termasuk

kedalam suatu kejahatan atau tindak pidana yakni kejahatan mengenai pemalsuan,

sehingga terdapat pelakunya dapat diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan

hukum yang telah ditetapkan.

Page 39: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

39

B. Tindak Pidana Pemalsuan Surat Menurut Hukum Pidana Islam

1. Definisi Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pemalsuan Surat

Di dalam hukum Islam, tindak pidana dikenal dengan istilah “Jinayah”

atau “Jarimah”. Pengertian “ Jinayah” yang digunakan para fuqaha adalah sama

dengan istilah “Jarimah”, yang didefinisikan sebagai larangan-larangan hukum

yang diberikan Allah yang pelanggarnya dikenakan hukuman baik berupa hal atau

takzir.19

Para ahli hukum Islam, jinayah adalah sinonim dengan kejahatan. Namun

di Mesir, istilah ini memiliki konotasi yang berbeda. Ia diterapkan untuk

kejahatan yang diancam dengan hukuman mati, kerja paksa seumur hidup atau

penjara. Dengan kata lain hanya ditujukan bagi kejahatan-kejahatan berat.

Sementara syariah memerlukan setiap kejahatan sebagai Jinayah.20

Adapun pengertian jarimah dalam kamus Arab-Indonesia menurut bahasa

adalah dosa atau durhaka.21

. Sedangkan jinayah menurut bahasa mengandung arti

kesalahan, dosa atau criminal. Sementara Ahmad Hanafi mendefinisikan jarimah

sebagai delik, tindak pidana, pidana.

19 Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jindi Al-Islami, (Beirut: Ar-Risalah, 1998), Cet. 14. h.66 20 Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, (Bandung: Asy-Syamil, 2001), Cet. 2,

h.132-133. 21 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989) h.92

Page 40: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

40

Pengertian jarimah menurut istilah sebagaimana dikemukakan oleh Imam

Mawardi adalah perbuatan yang dilarang oleh syara yang diancam oleh Allah

dengan hukuman had atau takzir.22

Adapun pengertian jinayat yang dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah

adalah “suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh syara baik perbuatan

tesebut mengenai jiwa, harta atau lainnya.23

Hukum pidana Islam dalam artinya yang khusus membicarakan tentang

satu persatu perbuatan beserta unsur-unsurnya yang berbentuk jarimah dibagi tiga

golongan, yaitu golongan hudud yaitu golongan yang diancam dengan hukuman

had, golongan qishas dan diyat yaitu golongan yang diancam dengan hukuman

qishas dan diyat, dan golongan takzir yaitu golongan yang diancam dengan

hukuman takzir.24

Jarimah hudud terbagi kepada tujuh macam jarimah, antara lain :Jarimah

zina dan Jarimah qadzaf, Jarimah syarb al-khamr dan jarimah pencurian, Jarimah

hirabah, Jarimah riddah dan jarimah pemberontakan. Sedangkan jarimah qishas

dan diyat hanya terbagi ke dalam dua macam yakni pembunuhan dan

penganiayaan, namun apebila diperluas jumlahnya terbagi menjadi lima macam,

22 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005) Cet. 1, h.ix. 23 Ibid 24 Ahmad Hanafi, Pengantar dan sejarah Hukum Islam, (Jakarta, PT Bulan Bintang, 1995), Cet.

7, h. 48.

Page 41: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

41

yaitu pembunuhan sengaja, pembunuhan menyerupai sengaja, pembunuhan

karena kesalahan, penganiayaan sengaja, dan penganiayaan tidak sengaja.25

Selain dari kedua golongan jarimah tersebut termasuk dalam golongan

takzir. Jarimah-jarimah takzir tidak ditentukan satu persatunya, sebab penentuan

macam-macam jarimah takzir diserahkan kepada penguasa Negara pada suatu

masa, dengan disesuaikan kepada kepentingan yang ada pada waktu itu.

Pengertian takzir menurut bahasa adalah menolak dan mencegah,

sedangkan menurut istilah adalah hukuman-hukuman yang ketentuan hukumnya

tidak terdapat dalam nash syariat secara jelas dan diserahkan kepada Ulil Amri

atau ijtihad hakim.26

Adapun mengenai jarimah takzir, dilihat dari segi sifatnya terbagi kepada

tiga bagian, yakni takzir karena telah melakukan perbuatan maksiat, takzir karena

telah melakukan perbuatan merugikan atau membahayakan kepentingan umum,

dan takzir karena melakukan suatu pelanggaran.

Di samping itu, apabila dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya),

maka takzir dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu :

1. Golongan jarimah takzir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud dan Kisas,

akan tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi atau terdapat syubhat, seperti

pencurian yang tidak mencapai nishab, atau pencurian yang dilakukan oleh

keluarga sendiri.

25 Muslich, Hukum Pidana Islam, h. xi 26 Muhammad Abu Zahrah, Al-Jarimah Wal “Uqubah Fi al-Fiqh Al-Islami, (Kairo: Dar Al-Fikr

Al-Arabi, 1998), h.57.

Page 42: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

42

2. Golongan jarimah takzir yang jenisnya terdapat di dalam nash syara, akan

tetapi hukumannya belum ditetapkan, seperti riba, suap (risywah) dan

mengurangi takaran atau timbangan.

3. Golongan jarimah takzir yang jenis dan hukumannya belum ditentukan oleh

syara. Dalam hal ini diserahkan sepenuhnya kepada Ulil Amri untuk

menentukannya, seperti pelanggaran disiplin pegawai pemerintah.

Abdul Aziz Amir, seperti yang dikutip dari buku wardi Muslich yang

berjudul Hukum Pidana Islam, membagi jarimah takzir secara rinci kepada

beberapa bagian 27

, yaitu :

1. Jarimah takzir yang berkaitan dengan pembunuhan.

2. Jarimah takzir yang berkaitan dengan pelukaan.

3. Jarimah takzir yang berkaitan dengan kejahatan terhadap kehormatan dan

kerusakan akhlak

4. Jarimah takzir yang berkaitan dengan harta

5. Jarimah takzir yang berkaitan dengan kemaslahatan individu

6. Jarimah takzir yang berkaitan dengan keamanan umum.

Lebih lanjut lagi, pada jarimah takzir yang berkaitan dengan kemashlatan

umum, Abdul Aziz Amir membaginya kepada beberapa kelompok yaitu :

a. Jarimah yang mengganggu keamanan Negara / pemerintah, seperti

spionase san percobaa kudeta

b. Jarimah risywah/ suap

27 Ibid., h. 225-256

Page 43: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

43

c. Tindakan melampaui batas dari pegawai / pejabat menjalankan kewajiban.

Misalnya penolakan hakim untuk mengadili suatu perkara, atau

kesewenangan-wenangan hakim dalam menentukan suatu perkara.

d. Pelayanan yang buruk dari aparatur pemerintah terhadap masyarakat.

e. Melawan petugas pemerintah dan membangkang terhadap peraturan,

seperti melawan petugas pajak, penghinaan terhadap pengadilan, dan

menganiaya polisi.

f. Pemalsuan tanda tangan dan stempel.

g. Kejahatan yang berkaitan dengan ekonomi seperti penimbunan bahan-

bahan pokok, mengurangi timbangan dan takaran, dan menaikkan harga

dengan semana-mena.28

Apabila melihat kepada macam-macam jarimah, yakni jarimah hudud,

kisas dan diyat, maka terlihat bahwa tindakan pemalsuan surat tidak termasuk ke

dalam kedua macam jarimah tersebut, karena tindak pemalsuan surat baik

jenisnya maupun sanksinya tidak disebutkan dalam nash.

Berdasarkan salah satu jenis jarimah takzir yang berkaitan dengan

kemashlatan umum menurut Abdul Aziz Amir tersebut, yakni jarimah pemalsuan

tanda tangan dan stempel, maka terlihat adanya kesesuaian antara jarimah

pemalsuan tanda tangan dan pemalsuan stempel tersebut dengan tindak pidana

pemalsuan surat. Mengingat dari ketiga jarimah tersebut terdapat persamaan

dalam perbuatan yakni adanya perbuatannya yakni adanya perbuatan, proses atau

28 Ibid., h. 257.

Page 44: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

44

cara memalsukan adanya objek., di mana objek tersebut bisa berupa tanda tangan,

suratnya, stempel baitul mal atau al-Quran. Bahkan, apabila melihat dari kasus-

kasus pemalsuan surat yang terjadi biasanya pemalsuan itu dilakukan terhadap

tanda tangan pejabat atau stempel yang seharusnya ada dalam surat tersebut.

Di dalam hukum Islam belum ada pembahasan secara jelas dan khusus

mengenai pemalsuan surat. Akan tetapi, terlihat adanya kesesuaian antara jarimah

pemalsuan tanda tangan dan pemalsuan stempel dangan tindak pidana pemalsuan

surat tersebut, maka tindak pidana pemalsuan surat ini harus dikatagorikan

kedalam jarimah takzir mengingat tindak pidana pemalsuan surat ini baik jenis

maupun hukumannya tidak disebutkan di dalam nash syara secara jelas.

2. Dasar Hukum Larangan Tindak Pidana Pemalsuan Surat

Sebagaimana uraian sebelumnya bahwa, di dalam hukum Islam,

pembahasan secara khusus dan jelas, mengenai tindak pidana pemalsuan surat ini

belum ditemukan, akan tetapi, bukan berarti tidak ada ketentuan yang bisa

dijadikan landasan larangan tarhadap tindak pidana pemalsuan ini, mengingat

hukum Islam adalah hukum yang dibangun berdasarkan pemahaman manusia atas

nash al-Quran maupun as-Sunah, untuk mengatur kehidupan manusia yang

berlaku secara universal, relevan pada setiap zaman (waktu), dan makan (ruang)

manusia.29

29 Said Agil Husin al-Munawar, hukum Islam dan Pluralitas Sosial, (Jakarta: Penamadani,

2004), Cet. 1, h. 6

Page 45: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

45

Secara umum, perbuatan memalsukan surat merupakan perbuatan dusta

(bohong), karena pada dasarnya di dalam perbuatan tersebut terdapat perbuatan

dusta yakni dengan tidak memberikan keterangan yang sebenarnya / seharusnya

di dalam surat yang dipalsukan tersebut, baik mengenai tanda tangannya, stempel

maupun cara memperoleh surat tersebut, seperti dengan cara instant tanpa ingin

membayar pajak kendaraan bermotor kepada Negara..

Di dalam al-Quran terdapat sejumlah ayat yang melarang dengan tegas

untuk tidak berbuat dusta (al-Kidzb). Secara etimologis, kata al-Kidzb difahami

sebagai lawan dari al-Shidiq. Lafadz kadzaba dalam segala bentuknya terdapat

283 buah di dalam al-Quran. Ungkapan dusta dalam ayat-ayat tesebut sering

ditunjukan kepada orang kafir, karena mereka tidak membenarkan Wahyu Allah,

bahkan mereka sering membuat ungkapan tandingan dalam rangka mendustakan

ayat. Dalam surat al-Nahl ayat 116 Allah mengingatkan :

����وا �� و)$'&&ا �%$#" أ� ��� ا��ب ه�ا ��ل وه�ا �ام )116: ا */ (ا� ا��ب إن, ا,�ی� ی��ون �� ا� ا��ب )ی��*&ن

Artinya : Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut

oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan Ini haram", untuk

mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-

orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah

beruntung (Q.S. An-Nahl ayat 116 ).

Jelas sudah, bahwa berbohong adalah sifat tercela dan sangat berbahaya,

termasuk dalam konteks pemalsuan surat yang berarti berbohong dalam

memberikan keterangan yang sebenarnya di dalam isi surat tersebut

Page 46: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

46

Hukum Islam sangat mengecam perbuatan-perbuatan yang mengandung

unsur kebohongan dan kepalsuan karena akibat-akibat buruk yang

ditimbulkannya, seperti contoh perbuatan sumpah palsu dan kesaksian palsu. Hal

ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim yang

bersumber dari Abu Bakrah yang berbunyi :

�� 45� ���, رس&ل ;%ل ;%ل � 8 ا�,8 ر69 أ��8 �� ��ة أ6� �� ا

8,� ا�,8 رس&ل ی% �� ;� % ا�5%ئ A�آ5 أن�5<�� أ% وس�,� ���8 ا�,8 ص�, ا

و;&ل أ% K'%ل I�JK م�,�<% وآ%ن ا&ا4ی� و�'&ق �%�,8 اDEاك ل;%

ی'&O% زال K�% اLMور وOD%دة اLMور و;&ل أ% اLMور وOD%دة اLMور

)Qرى روا%S5 )ا

Artinya : Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya berkata,

Rasulullah SAW bersabda, maukah kalian saya beritahu tentang

dosa-dosa besar?, kami menjawab tentu wahai Rasulullah, beliau

bersabda, menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua,

pada saat itu beliau duduk bersandar, lalu bersabda, juga ucapan

atau kesaksian palsu, beliau terus bersabda tentang kesaksian palsu

(HR. Bukhari).30

Selain itu, perbuatan memalsu juga termasuk ke dalam penipuan dan

pengelabuan. Islam melarang umatnya mengelabui dan menipu dalam berbagai

hal, sekalipun dalam menjalankan jual beli dan seluruh permuamalahan diantara

manusia. Sebab, penipuan dan pengelabuan adalah suatu perbuatan aniaya dan

orang, yakni meletakan sesuatu bukan pada tempatnya. Di samping itu, penipuan

dan pengelabuan merusak kewajiban tanggung jawab dan kepercayaan serta

membiasakan diri memakai yang haram. Karena itu penipuan dan pengelabuan

30 Bukhari. Al-Maktabatu Samilah, Juz 18.h.372

Page 47: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

47

termasuk ke dalam salah satu sifat orang munafik. Orang yang menipu dan

mengelabui, maka pada dirinya telah melekat seperempat kadar munafik.31

Sebagaimana hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhari yang berbunyi :32

K�8 آ� م� ار�T : ;%ل وس�� ���8 ا� 65 ا ن ا و�� �� � ا �45 ��

م� خ#�K W�8 نV آ% م �O خ#�K W�8 نV آ% #%وم�اخ% م %K'% آ%ن

,اخ�"4و� واذا روای6K W خ%ن& او$�� اذا : �O% ی4 �� ا �%ق

)اS5%رى رواQ ( JK ص� خ% واذا 4Zر واذا�%ه4 آ�ب واذا�4ث)

Artinya : Dan Abdullah Ibnu Amr, bahwa nabi Muhammad Saw telah

bersabda: “Ada empat perkara, barang siapa terdapat sifat itu,

maka ia benar-benar seorang munafik dan barang siapa yang ada

dalam dirinya salah satu dari sifat-sifat tersebut, maka ia memiliki

karekter kemunafikan hingga ia melepaskannya, yaitu jika dipercaya

ia berkhianat, (dalam riwayat lain: jika berjanji ia mengingkari),

jika berbicara ia berdusta, jika membuat perjanjian ia tidak serta,

dan jika berdebat ia berlaku curang.”(H.R. Bukhari).

Penipuan sering terjadi dalam hal jual beli, seperti dalam suatu riwayat

ketika suatu hari, Rasullah Saw melewati penjual makanan, kemudian beliau

memasukkan tangannya ke dalam barang dagangan tersebut. Ternyata didapatinya

makanan yang dijual itu basah, dan sudah tidak baik untuk dimakan.33

Hal ini

berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah,

yang berbunyi :

31 TM. Hasbi Ash-Shiddiqi, Al-Islam (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1998), Cet. 1, h. 583 32 Muhammad Nashiriddin Al-Bani, Mukhtashar Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam,

2004), Cet. 2, h. 33. 33 Said Agil Husin Munawwar, MA dan Abdul Mustaqim, M.Ag, Asbabul Wurud (Studi Kritis

Hadis Nabi Pendekatan Sosio Kontkstual), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. 1, h. 125

Page 48: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

48

ص5ة �� م, وس�,� ���8 ا�,8 ص�, ا�,8 رس&ل أن, هیة أ6� ��

K V�O% یAK Q4دخ/ [\%م% K 8\�%ل ���% أص%'K %ی% ه�ا م ا_,\%م ص%�

یاQ آ6 ا_,\%م K&ق ج\8�� أK�% ;%ل ا�,8 رس&ل ی% ا�,�%ء أص%8�� ;%ل

)�م�� رواQ (م ��K 6�cZ I, م� ا ,%س

Artinya : Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasullah Saw Pernah berjalan

melewati onggokan makanan yang akan dijual, Lalu beliau

memasukan tangannya kedalam onggokan itu, maka tanpa diduga

sebelumnya jari-jarinya yang basah itu seraya bertanya: “ada apa

di dalamya itu?” Orang yang mempunyai makanan tersebut

menjawab: “mungkin basah karena kehujanan ya Rasullah”. Lalu

Rasullah pun bertanya lagi kepadanya : “mengapa tidak kamu

letakkan yang basah itu di atas agar supaya diketahui orang lain?

Barang siapa yang menipu, maka ia bukan termasuk umatku”. (HR.

Imam Muslim).

Islam melarang segala macam bentuk penipuan dan pengelabuan,

termasuk perbuatan pemalsuan surat, karena perbuatan tersebut merupakan

perbuatan zhalim. Adapun dari segi bahasa pengertian zhalim ialah meletakkan

sesuatu bukan pada tempatnya. Ia adalah perbuatan melampaui batas atau

bertindak terhadap hak manusia dengan cara yang tidak benar. Allah

mengharamkan manusia berlaku zhalim terhadap sesamanya sebagaimana hadist

Rasullah Saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi ;

اLd�� ا$,'&ا ;%ل وس�,� ���8 ا�,8 ص�, ا�,8 رس&ل أن, ا�,8 45� �� ج%� ��

;5��� آ%ن م� أهi� اEK ,gLhن, اgLh, وا$,'&ا ا'�%مW ی&م f��%ت �اEK �Ldن,

�O��� )م��� رواQ ( م*%رمO� واس�*�L&ا دم%ءه� س��&ا أن ��

Artinya : Dari Jabir bin Abdullah bahwasannya Rasullah Saw telah bersabda:

Hindarilah kezhaliman, karena kezhaliman itu adalah kegelapan

pada hari kiamat kelak. Jauhilah kekikiran, karena kekikiran itu

telah mencelakakan (menghancurkan) orang-orang sebelum kalian

Page 49: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

49

yang menyebabkan mereka menumpahkan darah dan menghalalkan

yang diharamkan. (H.R. Muslim) 34

Berdasarkan adanya kesesuaian antara tindak pidana pemalsuan surat

dengan jarimah pemalsuan tanda tangan dan pemalsuan stempel, maka tindakan

Khalifah Umar ibn Al-Khatab yang pernah memberikan hukuman terhadap

Mu’an ibn Zaidah, sebagai pelaku jarimah pemalsuan stempel Bait-Mal cukup

untuk dijadikan landasan hukum larangan terhadap tindak pidana pemalsuan surat

tersebut35

. Karena tindakan pemberian hukuman oleh Khalifah Umar ibn Al-

Khatab terhadap pelaku pemalsuan tersebut menunjukkan bahwa, setiap

perbuatan memalsukan adalah melakukan perbuatan yang dilarang karena

termasuk ke dalam perbuatan dusta, penipuan, dan pengelabuan. Sedangkan

perbuatan menipu dan mengelabui merupakan perbuatan zhalim yang dapat

merugikan bahkan dapat mencelakakan orang lain, karena zhalim adalah

perbuatan menganiaya. Oleh karenanya harus diberikan hukuman bagi siapa saja

yang melakukannya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 279.

رءوس K��� $5�� وإن ورس&8 ا�,8 م� �*ب AKذن&ا $�\�&ا � EKن

�� )279: 5'ةا ( $d��&ن و% $d��&ن ) أم&ا

Artinya : Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka

ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan

jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok

hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya(Al-

Baqarah 279) .

34 Subhan dan Imran Rasyadi, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2003), Cet.

1, h.256 35 Abd. Al-Aziz Amir, At-Takzir Fi Asy- Syariah Al-Islamiyah, ( Dar Al-Fikr Al-Arabi, 1969 ),

h.262-268. Lihat juga A.H. Djazuli, Fiqh Jinayat, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996 ),h.205

Page 50: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

50

3. Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Surat.

Dalam uraian sebelumya telah dikemukakanbahwa tindak pidana

pemalsuan surat digolongkan kedalam jarimah takzir, karena berdasarkan

kesesuaian dengan jarimah pemalsuan tanda tangan, pemalsuan stempel dan

pemalsuan Al-Quran. Oleh karenanya terhadap tindak pidana pemalsuan surat

maka ini dijatuhkan hukuman takzir kepada setiap pelakunya.

Hukuman takzir adalah hkuman yang belum ditetapkan syara dan

diserahkan sepenuhnya kepada Ulil Amri untuk menetapkannya. Sedangkan para

ulama fiqh mendefinisikannya sebagai hukuamn yang wajib menjadi hak Allah

atau bani adam pada tiap-tiap kemaksiatan yang tidak mempunyai batasan

tertentu dan tidak pula ada kafarahnya36

. Hukuman takzir ini jenisnya beragam

namun secara garis besar dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu:

1. Hukuman takzir yang berkaitan dengan badan, seperti hukuma mati dan

hukuman jilid.

2. hukuman takzir yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang, seperti

hukuman pemjara dan hukuman pengasingan.

3. Hukuman takzir yang berkaitan dengan harta, seperti denda, penyitaan,

perampasan harta dan penghancuran barang

36 Ruway’i Ar-Ruhaly, Fiqh Umar , Penerjemah A.M. Basalamah, (Jakarta: Pustaka AL-

Kautsar, 1994), Cet. 1, h. 110

Page 51: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

51

4. hukum-hukuman lain yamg ditentukan oleh Ulil Amri demi kemashalatan

umum37

.

Berdasarkan jenis-jenis hukuman takzir tersebut di atas, maka hukuman

yang diberikan kepada pelaku tindak pidana pemalsuan surat adalah hukuman

jilid dan hukuman pengangsingan. Hal ini berdasarkan atas tindakan Khalifah

Umar Ibn al-Khattab terhadap Mu’an Ibn Zaidah yang memalsukan stempel Bait

al-Maal. Demikian pula terhadap tindak pidana pemalsuan al-Qura, Khalifah

Umar Ibn al-Khattab mengangsingkan Mu’an Ibn Zaidah setelah sebelumnya

dikenakan hukuman takzir.

Hukuman jilid dala pidana takzir ditentukan berdasarkan al-Quran, as-

Sunah serta Ijma. Di dalam al-Quran misalnya terdapat dalam Surat an-Nisa’ ayat

34 yang berbunyi :

6$%,� اm�%ج6K T واهJوه�, d\K&ه�, نh&زه�, $K%S&ن وا

ا آ5� ���o% آ%ن ا�,8 إن, س5��� %��n5$ ,�O&ا K�% أ[\ �� EKن �,وا9�&ه )34: ا �%ء(

Artinya : wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], Maka

nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka,

dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka

janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292].

Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. (Annisa: 34)

Meskipun hukuman jilid merupakan hukuman had, dan dalam ayat di atas

takzir tidak dijatuhkan oleh Ulil Amri melainkan oleh suami, namun oleh para

37 A. Rahaman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah, (Syariah), (Jakarta: PT, Raja

Grafimdo Persada 2002), Cet. 1, h.292-293

Page 52: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

52

ulama ayat tersebut dijadikan daar diperbolehkannya hukuman takzir dijatuhkan

oleh Ulil Amri38

.

Sedangkan hadis yang menunjukkan bolehnya takzir dengan jilid adalah

Hadis Abu Burdah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi :39

ی'&ل وس�,� ���8 ا�,8 ص�, ا�,8 رس&ل سT� أن,8 اAن#%ري� �دة أ6� ��

( 4�Jق أ4� ی&K ةh� أس&اط %, ا�,8 4�ود م� 6K t4� إ

Artinya : “Dari Abu burdah al-Anshori r.a. bahwa dia mendengar Rasullah

SAW bersabda: “seseorang tidak boleh dijilid lebih dari sepuluh kali

cambukan, kecuali dalam salah satu dari had Allah SWT”. (H.R.

Muslim).

Dan pandangan para ulama, terdapat perbedaan dalam materi maksimal

dan minimal hukuman jilid dalam jarimah takzir. Imam Al-Yusuf mengatakan

tidak boleh lebih dari pada 39 (tiga puluh sembilan) kali dan batas serendahnya

harus mampu memberikan dampak preventive dan represif. Imam Abu Yusuf

berpendapat bahwa batas maksimal adalah 79 (tujuh puluh sembilan) kali, dan

ulama Syafiah berpendapat batas maksimal tidak boleh dari 10 (sepuluh) kali,

sedang menurut Imam Maliki batas maksimal jilid dalam takzir boleh melebihi

had selama mengandung kemashalatan40

.

Ketentuan mengenai hukuman pengangsingan redapat dalam al-Quran

surat al-Maidah ayat 33 yang berbunyi:

38 Muslich, Hukum Pidana Isalam,, h. 196. 39 Al-Bani, Penterjemah Imron Rosadi, Mukhtashar shahih Muslim, h. 745. 40 Ahmad Dzazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam), (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2000), h. 198

Page 53: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

53

�,8ا ی*%ر�&ن ا,�ی� جMاء إن,�% 8 أن K�%دا اAرض 6K وی�\&ن ورس&

اAرض م� ی �&ا أو خ�%ف م� وأرجO�� أی4یT,_'$ �O أو ی#�,5&ا أو ی'�,�&ا

i )33: ئ4ةا�% ( d��� ��اب اwخة 6K وO� اL4ن�% 6K خMي O� ذ

Artinya : Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi

Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi,

hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan

kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri

(tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu

penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh

siksaan yang besar (Al-Maidah 33).

Meskipun ketentuan hukuman pengangsingan dalam ayat tersebut

dimaksudkan kepada pelaku jarimah hudud, tetapi para ulama menerapkan

hukuman pengangsingan ini dalam jarimah Takzir41

.

Tempat pengangsingan menurut Imam Malik adalah Negara Muslim ke

Negara non-Muslim, dan Imam Abu Hanifah menyamakannya dengan penjara,

sedangkan menurut Imam Syafi’i yaitu jarak antara kota asal dengan kota

pembuangannya adalah jarak perjalanan Qashar.

Adapun lama pengangsingan menurut Imam Abu Hanifah adalah 1 (satu)

tahun, sedangkan Syafi’iah dan sebagian Hanabilah tidak boleh melebihi 1 (satu)

tahun, dan menurut sebagian yang lain, bila hukum pengangsingan itu sebagai

hukuman takzir boleh lebih dari 1 (satu) tahun.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa hukuman yang dapat diberikan

kepada pelaku tendak pidana pemalsuan surat menurut hukum Islam adalah

berupa hukuman takzir yakni dalam bentuk hukuman jilid dan pengangsingan.

41 Ibid, h. 209

Page 54: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

54

Sebagimana Khalifah Umar Ibn al-Khattab telah mengasingkan Mu’an Ibn Zaidah

yang memalsukan stempel Bait al-Maal setelah sebelumnya dijilid sebanyak 100

(seratus kali).

C. Sebab-sebab Terjadinya Tindak Pidana Pemalsuan Surat

Dalam hal mencari sebab-sebab kriminalitas dapat dengan berbagai metode yang

tidak terlepas dari sejarah perkembangan krimonologi, selanjutnya pula perlu diteliti latar

belakang biologic dari kriminalitas dengan mempergunakan ilmu psikologi, karena biologi

criminal mengenai penyelidikan kepribadian penjahat dalam interaksinya dengan kejahatan,

diamana antara lain faktor keturunan diperhatikan. Kriminalitas dapat pula ditinjau dari sudut

sosiologi, yaitu perkembangan kepribadian criminal tidak dapat lepas dari pengaruh

lingkungan sosial.

Secara teoritis, peranan krimonologi, dalam menelah satu kejahatan atau perilaku

menyimpang adalah untuk :

a. Memperoleh pengertian yang lebih mendalam mengenai perilaku manusia dan

lembaga-lembaga sosial masyarakat yang mempengaruhi kecenderungan dari

penyimpangan norma-norma hukum.

b. Mencari cara-cara yang lebih baik untuk mempergunakan pengertian ini

dalam melaksanakan kebijaksanaan sosial yang dapat mencegah atau

mengurangi dan menanggulangi kejahatan.42

42 Soerjono Soekanto. Hengki Liklikuwata, dan Mulyana W. Kusumah, Krimonologi Suatu

Pengantar, (Jakarta: Ghlia Indonesia, 1986), hlm. 18.

Page 55: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

55

Dengan kata lain, analisis krimonologi berguna untuk menjelaskan sebab-

sebab yang mendorong terjadinya kejahatan. Menurut para ahli krimonologi, terdapat

beberapa teori yang membahas peranan faktor-faktor yang melatarbelakangi

terjadinya kejahatan dan perilaku menyimpang, diantaranya :

a. Faktor-faktor sosio struktual

b. Faktor-faktor interaksi

c. Faktor-faktor pencetus

d. Faktor-faktor reaksi sosial.43

Faktor-faktor Sosio Struktual

Terdapat beberapa teori yang menekankan peranan penting Faktor-faktor

sosio struktual dalam membahas kejahatan, dan perilaku menyimpang, antara lain

teori tentang kejahatan dan kondisi ekonomi (W.A Bonger), teori Anomi (Robert

Merton), teori-teori sub kebudayaan teori-teori konflik dan sebagainya.

Dari analisis teori-teori tersebut serta kemungkinan perkembangannya untuk

menjelaskan masalah penjahat, kejahatan serta reaksi sosial terhadap penjahat dan

kejahatan, timbul beberapa teori penting yaitu:

1. Teori differential opportunity structure

Dalam buku Mulyana W. Kusuma yang berjudul “Kriminologi dan

Masalah Kejahatan Suatu Pengantar Ringkas”, teori ini dikembangkan oleh

43 Mulyana W. Kusumah, Krimonologi dan Masalah Kejahatan Suatu Pengantar Ringkas,

(Jakarta: Amirco, 1984), hlm. 29

Page 56: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

56

Richard A. . Cloward dan Lloyd E. Ohlin, yang mengetengahkan beberapa

postulat, antara lain :

a. Delinkuensi adalah suatu aktifitas sengan tujuan yang pasti, meraih

kekayaan melalui cara-cara yang tidak sah

b. Sub kebudayaan delinkuensi terbentuk apabila terdapat kesenjangan antara

tujuan-tujuan yang dikehendaki secara cultural diantara kaum muda

golongan (lapisan) bawah dengan kesempatan-kesempatan yang terbatas

dalam mencapai tujuan-tujuan ini melalui cara-cara yang sah.

c. Jenis-jenis sub kebudayaan delinkuensi berkembang dalam hubungannya

dengan perbedaan cara-cara yang tidak sah untuk mencapai tujuan. 44

2. Teori Mengenai krisis ekonomi dan kejahatan

Menurut teori ini terdapat korelasi antara ketidak mampuan ekonomi suatu

masyarakat dengan kejahatan yang terjadi criminal maupun kejahatan ekonomi,

seperti tidak pidana pemalsuan; khususnya tindak pidana pemalsuan surat.45

Berapa kesimpulan teori tersebut, di antaranya:

a) Pertumbuhan ekonomi berkolerasi secara positif walaupun berbeda-beda

dengan angka laju yang tinggi dari sebagian besar kejahatan.

b) Melalui pengukuran indicator-indikator ekonomi pada tingkat mikro yang

tercermin dalam pengangguran, kelesuan bisnis serta hilangnya daya beli

44 Ibid., hlm. 30 45 Ibid., hlm. 32.

Page 57: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

57

dapat ditandai adanya peningkatan yang tajam dari sebagian besar

kejahatan.

c) Tenggang waktu antara fluktuasi ekonomi dan peningkatan angka laju

kejahatan berbeda-beda sesuai dengan jenisnya, masyarakat dan waktu.

3. Teori-teori kriminologi kritis

Pelopornya adalah William J. Clambliss, yang mengemukakan bahwa

kejahatan berasal dari orang-orang yang bertindak secara rasional sesuai dengan

posisi klasnya. Kejahatan adalah suatu reaksi atas kondisi kehidupan klas

seseorang dan senantiasa berbeda-beda tergantung pada struktur-struktur politik

dan ekonomi masyarakat. Pelaku kejahatan adalah orang-orang yang bertindak

secara rasional untuk bereaksi terhadap kondisi-kondisi kehidupan golongan

sosialnya di dalam masyarakat:

Adalah fakta bahwa kejahatan-kejahatan tertentu dapat dipandang sebagai

pernyataan kekurangan-kekurangan pemenuhan kebutuhan hidup yang

disebabkan dan dipertahankan oleh truktur-struktur sosial ekonomi yang

bersangkutan. Pencurian dapat dilakukan karena kebutuhan ekonomi mendesak

serta ketidakadilan pembagian pendapatan masyarakat. Kejahatan terhadap benda

disebabkan karena keserakahan yang dirangsang oleh alat-alat produksi dan

secara reklame kapasitas.46

Faktor-faktor Interaksi

46 Ibid., hlm 37

Page 58: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

58

Di sini menekankan perlunya aspek pewarisan nilai-nilai dan norma-

norma khususnya terhadap anak-anak yang tengah mengalami tahap proses

sosialisasi.

Hasil penelitian para tokoh dari aliran ini seperti Clifford R. Shaw dan

Herny D. MC. Kay menunjukann pada daerah atau wilayah dalam angka

kejahatan rendah terdapat banyak keseragaman, kesamaan nilai-nilai dan

sikap-sikap konvensional dalam hubugannya dengan pengasahan anak,

penyesuaian diri terhadap hukum dan lain-lain yang erat kaitannya.47

Sedangkan di wilayah dengan dengan angka laju kejahatan tinggi berkembang

sistem nilai-nilai moral yang saling bertentangan dan saling mendesak.

Dapat disimpulkan bahwa kejahatan bisa timbul dan dipelajari

memulai interaksi dengan orang-orang lain dalam kelompok-kelompok

pribadi yang intim. Proses belajar itu menyangkut teknik-teknik melakukan

kejahatan serta motif-motif, dorongan-dorongan, sikap-sikap dan

pembenaran-pembenaran yang mendukung dilakukannya kejahatan.

47 Ibid., hlm. 39.

Page 59: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

59

Faktor-faktor Reaksi Sosial

Salah satu teori dalam krimonologi yang juga mencoba menjelaskan

kejahatan dari perspektif reaksi sosial adalah teori yang dikemukakan oleh

Edwin Lemert.

Dalam buku Mulyana W. Kusuma yang berjudul “Krimonologi dan

Masalah Kejahatan Suatu Pengantar Ringkas” Lemert menguraikan tentang

proses-proses seseorang diasingkan sebagai pelaku penyimpangan dan

akibatnya karir kehidupannya terorganisasikan atau terbentuk secara pribadi

di sekitar status-status sebagai pelaku penyimpangannya.48

Menurut Lemert, reaksi sosial terhadap suatu penyimpangan dapat

mempengaruhi jiwa pelaku penyimpangan tersebut untuk melakukan tindakan

penyimpangan lebih daripada yang terjadi sebelumnya.49

Dalam hal ini Lemert memperkenalkan perbedaan utama antara

penyimpangan primer dengan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer

menunjukan keadaan seseorang yang melakukan tindakan melanggar noema

akan tetapi hal itu masih dipandang asing oleh pribadinya. Sedangkan

penyimpangan sekunder menyangkut kasus seseorang mengorganisasikan

ciri-ciri psikologisnya di sekitar peranan menyimpang.

Penyimpangan sekunder seringkali merupakan pelanggaran norma

yang diulangi dan terwujud sebagai hasil reaksi sosial. Semacam proses feed

48 Ibid., hlm 85 49 Ibid., hlm 50

Page 60: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

60

back sering kali terjadi dalam keadaaan pengulangan penyimpangan

mengandung reaksi sosial, dan kemudian merangsang tindakan penyimpangan

lebih lanjut.

Dalam bukunya “Social Pathology” yang dikutip oleh Mulyana W.

Kusuma dalam buku yang berjudul “Kriminologi dan Masalah Kejahatan

Suatu Pengantar Ringkas”, Lemert mengemukakan antara lain :

Urutan interaksi yang mengarah pada penyimpangan sekunder dapat

dilukiskan sebagai berikut :

1 Penyimpangan primer

2 Hukuman-hukuman sosial

3 Penyimpangan primer lebih jauh,

4 Penolakan-penolakan dan hukuman-hukuman

5 Penyimpangan lebih jauh, mungkin dengan rasa bermusuhan dan

dendam yang mulai tertuju pada mereka yang menghukum.

6 Krisis terdapat dalam “tolerance quatient” tercermin dalam tindakan

formal melalui stigmatisasi atas pelaku Penyimpangan,

7 Memperkuat kelakuan menyimpang sebagai reaksi atas hukuman dan

stigmatisasi, dan

8 Penerimaan akhir status pelaku penyimpangan dan usaha-usaha

penyesuaian dengan peranan-peranan penyimpangan.50

50 Ibid., hlm. 87.

Page 61: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

61

Keseluruhan teori di atas telah meberikan analisis dari sudut pandang

yang saling melengkapi mengenai faktor-faktor yang melandasi terjadinya

kejahatan atau perilaku yang menyimpang.

Menurut Mohammad Mustofa, berdasarkan analisis situasional, maka

faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya kejahatan-kejahatan tersebut

dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) faktor utama, yakni:51

Faktor Sosial Ekonomi

Faktor ini berkaitan dengan masalah pendidikan dan kesempatan kerja.

Kedua hal tersebut diduga mempunyai andil besar bagi tumbuhnya kejahatan

terhadap harta benda.

Masalah pendidikan, tidak hanya menyangkut pemerataan kesempatan

untuk memperoleh pendidikan tetapi juga menyangkut peranan lembaga

pendidikan formal (sekolah) dalam mentransformasikan nilai dan norma

umum masyarakat kepala anak didik.

Peranan ini semakin besar artinya bagi masyarakat perkotaan, dimana

suami istri banyak aktifitas di luar rumah, sehingga kuantitas pertemuannya

dengan anak-anaknya menurun. Padahal sosialisasi nilai dan norma umum

masyarakat antara lain dipengaruhi oleh intensitas hubungan orang tua dengan

baik.

51 Muhammad Mustofa, “Kejahatan dan Kekerasan, Tinjauan Krimonologis,” dalam Media

Indonesia, Selasa, 18 Mei 1993, hlm. 4.

Page 62: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

62

Faktor Sosio Legal

Berdasarkan filosofi hukum, seseorang tidak dapat berdalil bahwa

pelanggaran hukum yang dilakukannya karena tidak tahu adanya hukum. Hal

ini adalah untuk menjaga adanya kepastian hukum. Pelaku pelanggaran

hukum tidak dapat membela diri hanyadengan alas an tidak tahu ada hukum

yang mengatur perbuatan tersebut.

Namun demikian bisa saja terjadi seseorang melakukan pelanggaran

hukum karena ia tidak tahu bahwa perbuatan tersebut dilarang dan diberikan

sanksi berupa hukuman. Karena itu hendaklah ada upaya untuk

mensosialisasikan nilai dan norma hukum kepada masyarakat. Sosialiasasi

nilai dan norma hukum tersebut dimaksud agar terdapat jaminan bahwa warga

masyarakat telah dikenalkan dengan hukum yang berlaku. Dengan demikian

diharapkan bahwa hukum yang berlaku dijadikan bahan pertimbangan untuk

bertindak

Faktor sosio legal lain yang perlu memperoleh perhatian adalah

fungsionalisasi penegak hukum. Sosialisasi nilai dan norma hukum secara dini

tidak akan berarti apabila dalam kenyataan hukum yang berlaku banyak

dilanggar dan tidak ditegakkan.

Faktor Sosial Budaya

Di dalam masyarakat di samping nilai norma yang berlaku secara

umum, terdapat pula nilai dan norma yang berlaku pada kelompok-kelompok

masyarakat local, yang kadang-kadang berbeda dan bahkan bertentangan

Page 63: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

63

dengan nilai dan norma umum masyarakat luas. Mengingat bahwa masyarakat

kita sangat pluralistik, maka pendekatan sosial budaya dalam pencegahan dan

penanggulangan kejahatan adalah mutlak dilakukan.

Selain faktor-faktor di atas, segara praktis suatu kejahatan atau tindak

pidana termasuk tindak pidana pemalsuan timbul dikarenakan dua hal, yakni

adanya niat dan kesempatan. Suatu tindak pidana pemalsuan dapat terlaksana

apabila terpenuhi dua unsur tersebut, artinya timbul niat dan ada kesempatan

untuk melakukan niat tersebut.

Seseorang yang mempunyai niat untuk melakukan sesuatu tindak

pidana, jika tidak mempunyai kesempatan yang memungkinkan untuk itu,

maka niat atau tindak pidana tidak akan terkasana.

Demikian juga sebaliknya, seseorang yang mempunyai kesempatan

untuk melakukan suatu perbuatan (tindak pidana) akan tetapi jika ia sama

sekali tidak mempunyai niat untuk melakukan perbuatan tersebut, maka

tindak pidana akan terjadi, sebab jika hanya ada salah satu unsur saja, tidaklah

mungkin terjadi tindak pidana pemalsuan.

Suatu uapaya penanggulangan atau pencegahan akan lebih berdaya

guna jika upaya tersebut berpangkal tolak dari asas kausalitas (sebab akibat).

Artinya tidak hanya menitikberatkan pembahasan kepada aspek akibatnya,

tetapi yang terpenting upaya pencegahan tersebut harus menyentuh faktor-

faktor penyebabnya.

Page 64: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

64

Oleh karena itu , strategi pencegahan dan pengurangan kejahatan harus

dikembangkan kea rah :

1. Memperkecil faktor-faktor yang mendorong orang melakukan kejahatan

2. Memperkecil kecenderungan orang menjadi korban kejahatan.

3. Meningkatkan kemampuan pranata sistem peradilan pidana dalam

menindak dan mencegah kejahatan. 52

D. Kendala Dalam Pencegahan Terjadinya Tindak Pidana Pemalsuan

Untuk mencegah terjadinya tindak pidana pemalsuan, banyak sekali kendala-

kendala yang dihadapi. Karena untuk mengatasinya tidaklah mudah, membutuhkan

banyak dukungan dari segala unsur. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui kendala-

kendala yang biasanya dihadapi. Kendala-kendala tersebut antara lain :53

1. Kekurangsadaran dari orang-orang yang melakukan tindak pidana pemalsuan.

Bahwa dalam hal ini yang harus ditekankan adalah para pelaku tindak pidana

pemalsuan. Banyak diantara para pelaku tindak pidana pemalsuan yang belum

sadar mengenai apa yang diperbuatnya. Karena tindak pidana pemalsuan

merupakan tindakan yang sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai

milik sendiri sesuatu barang yang seluruh atau sebagian adalah milik oaring

lain yang ada dalam kekuasaanya bukan karena kejahatan, sehingga mereka

merasa tindakannya bukan tidak pidana.

52 Ibid., hlm. 5. 53 Mulyana W. Kusuma, Op. Cit., hlm. 101.

Page 65: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

65

2. Kurangnya ketegasan dari pihak penegak hukum dalam menindak para

perilaku tindak pidana pemalsuan.

Bahwa dalam permasalahan untuk memberikan tindakan kepada seorang

pelaku tindak pidana pemalsuan, seharusnya pihak penegak hukum wajub

memberikannya sesuai hukum yang berlaku. Oleh karena itu, di sini menuntut

ketegasan dari pihak penegak hukum dalam memberikan hukuman kepada

pelaku tindk pidana pemalsuan

3. Sulitnya menindak pelaku tindak pidana pemalsuan, apabila tidak ada

pengaduan dari pihak yang merugikan.

Bahwa dalam hal untuk menindak, memeriksa dan mencari bukti-bukti

terhadap seorang pelaku tindak pidana pemalsuan tidaklah mudah apabila

tidak ada pengaduan dari pihak yang dirugikan. Oleh karena itu, untuk

menghadapi kendala ini seharusnya pihak yang dirugikan beraksi cepat untuk

memberikan pengaduan kepada pihak yang berwajib supaya dapat segera

dilaksanakan pemeriksaan terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan tersebut.

Page 66: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

66

BAB III

DESKRIPTIF ATAS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DEPOK

TENTANG PEMALSUAN SURAT

A. Kronologis Perkara

Pengadilan Negeri Depok, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

pidana dengan acara pemeriksaan biasa, pada peradilan tingkat pertama telah

menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa :

Nama : AHMAD JUNAEDAH bin JUHANA

Tempat Lahir : Jakarta

Umur : 25 Tahun

Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 18 Nopember 1965

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Jl. Sunter Muara Rt. 20/05 Sunter Agung

Tj. Priok Jakarta Utara

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan

Pendidikan : SMK

Terdakwa tidak didampingi oleh Penasehat Hukum

Terdakwa ditahan dalam Rumah Tahanan Negara berdasarkan Surat Perintah

atau Penetapan Penahanan masing-masing oleh :

Page 67: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

67

1. Penyidik tanggal 08 Februari 2007 berdasarkan Surat Perintah Penahanan

Nomor : SPP/38/II/2007/Sek.Cmg sejak tanggal 08 Februari 2007 sampai

dengan 27 februari.

2. Perpanjangan oleh Penuntut Umum tanggal 26 Februari 2007,

No.TAP/51/0.2.34/Epp.1/02/2007 Sejak Tanggal 26 Februari 2007 sampai

Tanggal 8 April 2007.

3. Penuntut Umum tanggal 5 April 2007 No.Print-898/0.2.34/EP.1/04/2007,

sejak Tanggal 5 April 2007 sampai dengan Tanggal 24 April 2007.

4. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Depok tanggal 18 April 2007

No.385/Pen.Pid/B/2007/PN.Dpk sejak Tanggal 18 April 2007 sampai dengan

Tanggal 17 Mei 2007.

5. Perpanjangan Oleh Ketua Pengadilan Negeri Depok Tanggal 16 Mei 2007

No.385/Pen.Pid/B/PN.Dpk sejak Tanggal 18 Mei 2007 sampai dengan tanggal

16 Juli 2007.

Kronologis :

Bahwa Terdakwa Ahmad Junaedi Bin Juhana pada tanggal 7 Februari 2007

sekira jam 11.00 wib atau pada waktu-waktu yang lain yang setidaknya masih di

dalam bulan Februari 2007 bertempat didepan Mall Ramayana Jl. Raya Bogor Km 34

Cimanggis Depok atau ditempat yang setidaknya-tidaknya masih masuk dalam

daerah Hukum Pengadilan Negeri Depok yang berhak memeriksa dan mengadili

Page 68: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

68

perkara ini, dengan sengaja menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan,

dilakukan dengan cara sebagai Berikut :

Pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas atau pada tanggal 7

Februari 2007 di depan Mall Ramayana Jl.Raya Bogor Km 34 Cimanggis Depok ia

terdakwa AHMAD JUNAEDI bin JIHANA sedang mengendarai motornya yang

bernomor Polisi B 4363 CC namun saat itu terdakwa membawa atau menggunakan

atau melengkapi kendaraanya dengan surat kendaraan berupa STNK ( Surat Tanda

Nomor Kendaraan ) dan Surat Tanda Bukti Pajak Kendaraan Bermotor yang

diketahuinya palsu atau dipalsukan, hingga tiba-tiba ia terdakwa diberhentikan oleh

petugas Kepolisian lalu lintas sehubungan adanya Razia surat-surat berkendaraan

Bermotor diketahui dan dicurigai STNK dan Surat Pajak Kendaraan terdakwa tidak

seperti aslinya atau palsu, selanjutnya terdakwa di tangkap oleh karena diketahui ia

terdakwa sendiri yang pada waktu sebelumnya telah membuat dan memalsukan surat-

surat motornya tersebut dengan cara menggunakan perangkat computer dan alat

Scanner atau pengcopy warna miliknya, sehingga dengan surat-surat kendaraan yang

berhasil dipalsukannya dan dipergunakannya tersebut ia terdakwa tidak lagi

mengeluarkan uang untuk memperpanjang masa berlakunya STNK dimaksud, dan

perbuatannya dapat merugikan instansi yang berwenang membuat dan menerbitkan

STNK tersebut.

Perbuatan Terdakwa melanggar Hukum yang diatur dalam Pasal 263 ayat 2

KUHP.

Page 69: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

69

Menimbang bahwa atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut, Terdakwa

tidak mengajukan eksepsi atau keberatannya ;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan surat dakwaannya Jaksa Penuntut

Umum di persidangan telah mengajukan 4 (empat) orang Saksi yang pada pokoknya

masing-masing menerangkan sebagai berikut :

1. Keterangan Saksi IDO LASKARI SUKARNO

Di depan Persidangan di bawah supah pada pokoknya menerangkan

sebagai berikut :

- Bahwa Saksi pernah diminta keterangan oleh penyidik dan memberikan

Keterangan seperti BAP dan semuanya sudah benar.

- Bahwa saksi adalah anggota Polisi Polsek Cimanggis.

- Bahwa pada tanggal 7 Februari sekitar pukul 11.00 wib, bertempat di

Jl.Raya Bogor Km.34 Cimanggis Depok, ketika saksi bersama saksi

Tariman dan saksi Ade Maulana telah menangkap terdakwa Ahmad

Junaedi bin Juhana karena telah melakukan pemalsuan surat yang

dilakukan dengan cara terdakwa membuat sendiri dengan menggunakan

perangkat computer berupa 1 (satu) lembar STNK dan 1 (satu) lembar

tanda bukti pajak sepeda motor Kawasaki KAZE R 110 No.Pol. B 4363

CC.

- Bahwa selanjutnya terdakwa beserta barang bukti dibawa ke Polsek

Cimanggis guna pengusutan lebih lanjut

Page 70: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

70

Menimbang bahwa atas serta keterangan saksi yang dibacakan ini

Terdakwa membenarkannya.

2. Keterangan Saksi TARIMIN

Di depan Persidangan di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan

sebagai berikut ;

- Bahwa saksi pernah diminta keterangan oleh penyidik dan memberikan

keterngan seperti dalam BAP dan semuanya sudah benar.

- Bahwa saksi adalah anggota Polisi Polsek Cimanggis.

- Bahwa pada tanggal 7 Februari sekitar pukul 11.00 wib, bertempat di

Jl.Raya Bogor Km. 34 Cimanggis Depok, ketika saksi bersama saksi Ido

Laskar Sukarno dan saksi Ade Maulana telah menangkap terdakwa

Ahmad Junaedi bin Juhana karena telah melakukan pemalsua surat yang

dilakukan dengan cara terdakwa membuat sendiri dengan menggunakan

perangkat computer berupa 1 (satu) lembar STNK dan 1 (satu) lembar

tanda bukti pajak sepeda motor Kawasaki KAZE R 110 No.Pol. B 4363

CC.

- Bahwa selanjutnya terdakwa beserta barang bukti dibawa ke Polsek

Cimanggis guna pengusutan lebih lanjut.

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi yang dibacakan ini Terdakwa

membenarkannya.

Page 71: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

71

3. Keterangan Saksi Ade Maulana

Di depan Persidangan di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan

sebagai berikut :

- Bahwa saksi pernah diminati keterangan oleh penyidik dan memberikan

Keterangan seperti dalam BAO dan semuanya sudah benar :

- Bahwa saksi adalah anggota polisi polsek Cimanggis ;

- Bahwa pada tanggal 7 Februari sekitar pukul 11.00 Wib, bertempat di jl.

Raya Bogor. 34 Cimanggis Depok, ketika saksi bersama saksi TARIMAN

dan saksi IDO LASKAR SUKARNO telah menangkap terdakwa AHMED

JUNAEDI Bin JUHANA karena telah melakukan pemalsuan surat yang

dilakukan dengan cara terdakwa membuat sendiri dengan menggunakan

perangkat computer berupa 1 (satu) lembar STNK dan 1 (satu) lembar

tanda bukti pajak sepeda motor Kawasaki KAZE R 110 No.Pol. B-4363-

CC

- Bahwa selanjutnya terdakwa beserta barang bukti dibawa ke Polsek

Cimanggis guna pengusutan lebih lanjut ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi yang dibacakan ini terdakwa

membenarkannya.

4. Keterangan Saksi ROMLI

Di depan Persidangan di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan

sebagai berikut ;

Page 72: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

72

- Bahwa Saksi pernah diminta keterangan oleh penyidik dan memberikan

Keterangan seperti dalam BAP dan semuanya sudah benar.

- Bahwa saksi adalah anggota Polisi Polsek Cimanggis.

- Bahwa pada tanggal 7 Februari sekitar pukul 11.00 wib, bertempat di Jl.

Raya Bogor Km. 34 Cimanggis Depok, ketika saksi Tariman, saksi Ido

Laskar Sukarno dan saksi ade Maulana telah menangkap terdakwa Ahmad

Junaedi Bin Juhana karena telah melakukan pemalsuan surat yang

dilakukan dengan cara terdakwa membuat sendiri dengan menggunakan

perangkat computer beupa 1 (satu) lembar STNK dan 1 (satu) lembar

tanda bukti pajak sepeda motor Kawasaki KAZE R 110 No.Pol. B 4363

CC.

- Bahwa selanjutnya terdakwa beserta barang bukti dibawa ke Polsek

Cimanggis guna pengusutan lebih lanjut.

- Bahwa pada saat itu saksi menyita 1 (satu) unit computer, 1 (satu) buah

printer, mouse, Scanner, monitor, keyboard, dan saksi tidak pada kejadian.

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi yang dibacakan ini Terdakwa

membenarkannya.

Menimbang, bahwa surat dakwaan Penuntut Umum disusun dengan

dakwaan tunggal yaitu melanggar Pasal 263 ayat 2 KUHP.

Menimbang, bahwa dakwaan Tunggal Penuntut Umum tersebut di atas

unsure-unsurnya sebagai berikut :

Page 73: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

73

1. Unsur “Barang Siapa” :

Menimbang, bahwa menurut hukum positif yang dimaksud dengan barang

siapa adalah setiap orang (natuurlijke personen) sebagai subyek hukum mampu

bertanggung jawab (teorekenbaarheid) atas segala perbuatannya.

Menimbang, bahwa terhadap Terdakwa yang diajukan kepersidangan

setelah dilakukan pemeriksaan identitasnya secara lengkap oleh Hakim ternyata

dengan jelas bahwa Terdakwa adalah orang yang mampu bertanggungjawab

pidana atas perbuatannya karena selama siding Hakim tidak menemukan adanya

cacat kehendak (Gebruike Weiklj) yang ada pada diri Terdakwa.

2. Unsur “Dengan sengaja menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan

itu seolah-olah surat asli dan tidak dipalsukan” :

Menimbang, bahwa yang dartikan dengan sengaja maksudnya bahwa

orang yang menggunakan itu harus mengetahui benar-benar, bahwa surat yang ia

gunakan itu palsu. Sedangkan yang dimaksud dengan surat adalah segala surat

baik yang ditulis dengan tangan, dicetak, maupun ditulis memakai mesin tik dan

lain-lain. Pada tanggal 7 Februari 2007 di Depan Mall Ramayana Jl. Raya bogor

Km 34 Cimanggis Depok ia terdakwa ahmad Junaedi bin Juhana sedang

mengendarai motornya yang bernomor polisi B 4363 CC namun saat itu ia

terdakwa membawa atau menggunakan atau melengkapi kendaraannya dengan

Surat Tanda bukti Pajak Kendaraan Bermotor yang diketahuinya palsu atau

dipalsukan, hingga tiba-tiba ia terdakwa diberhentikan oleh petugas Kepolisian

lalu lintas sehunbungan adanya razia surat-surat kendaraan Bermotor diketahui

Page 74: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

74

dan dicurigai STNK dan Surat Pajak Kendaraan terdakwa tidak seperti aslinya

atau palsu, selanjutnya terdakwa di tangkap oleh karena diketahui ia terdakwa

sendiri pada waktu sebelumnya telah membuat dan memalsukan surat-surat

motornya tersebut dengan cara menggunakan perangkat computer dan alat

Scanner atau alat Pengcopy warna miliknya, sehingga dengan surat-surat

kendaraan yang berhasil dipalsukannya dan dipergunakannya tersebut terdakwa

tidak lagi mengeluarkan uang untuk memperpanjang masa berlakunya STNK

dimaksud, dan perbuatannya dapat merugikan instansi yang berwenang membuat

dan menerbitkan STNK tersebut.

Dengan demikian unsur ini terbukti secara hukum.

B. Putusan dan Pertimbangan Hakim

1. Hal-hal Yang Memberatkan

- Perbuatan Terdakwa dapat meresahkan masyarakat

- Perbuatan Terdakwa merugikan Negara

2. Hal-hal Yang Meringankan

- Terdakwa belum pernah dihukum

- Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulangi

perbuatan.

Page 75: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

75

MENGADILI

1. Menyatakan Terdakwa Ahmad Junaedi bin Juhana tersebut dia atas terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pemalsuan

surat”.

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Ahmad Junaedi bin Juhana tersebut

dengan pidana penjara selama 5 (lima) bulan 15 (limas belas) hari.

3. Menetapkan lamanya Terdakwa berada dalam tahanan dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Memerintahkan supaya Terdakwa tetap berada dalam tahanan.

5. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.

1.000,- (seribu rupiah).

Demikianlah diputus dalam musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Depok, pada hari Senin, tanggal 09 Juli 2007 oleh kami Aruminingsih, sebagai

Hakim Ketua Majelis, Didiek Jatmiko dan Lindawaty Simanihuruk. masing-masing

sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut pada hari itu juga diucapkan dalam

persidangan yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis dengan didampingi

oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut dengan dibantu oleh Endang Sistriani. Panitera

Pengganti pada Pengadilan Negeri tersebut, serta dihadiri oleh Ida Rahayu. Jaksa

Penuntut Umum pada kejaksaan Negeri Depok serta dihadiri oleh Terdakwa tersebut.

Page 76: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

76

BAB IV

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN

NEGERI DEPOK

A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Bagi Pelaku Tindak

Pidana Pemalsuan Surat Dalam Putusan Pengadilan Negeri Depok

Namun, jika kita melihat dari segi hukum pidana Islam, putusan yang

dijatuhkan majelis Hakim terhadap terdakwa Ahmad Junaedi Bin Juhana sesuai

dalam kasus pidana Islam, seseorang yang melakukan jarimah pemalsuan surat dapat

dikenakan hukuman takzir. Bahwasannya hukuman takzir terbagi menjadi beberapa

macam yang terpenting yang telah ditetapkan oleh hukum Islam selain itu, harus

diingat bahwa prinsip-prinsip hukum Islam tidak menolak untuk mengambil hukum

lainnya apapun juga yang dapat mewujudkan tujuan hukuman dalam hukum islam.

Macam-macam hukuman takzir yaitu hukuman mati, hukuman dera (jilid),

hukuman kawalan (penjara kurungan), hukuman pengangsingan, hukuman salib,

hukuman peringatan dan hukuman yang lebih darinya, hukuman pengucilan,

hukuman teguran, hukuman ancaman, dan hukuman denda mengingat tindak

pemalsuan surat ini bahwasannya terdakwah terkena hukuman kawalan ( penjara

kurungan ). Hukum Islam ada dua macam hukuman penjara atau kurungan yaitu

hukuman penjara dengan batas waktu tertentu dan hukuman penjara dengan tidak

memiliki batas waktu.

Page 77: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

77

Adapun yang dimaksud hukuman penjara dengan batas waktu tertentu adalah

tidak lebih dari enam bulan, sedangkan hukuman penjara dengan tidak memiliki batas

waktu adalah di mana sipelaku dipenjarakan sampai ia menampakkan tobat atau

sampai ia mati. Telah disepakati bahwa masa hukuman penjara tidak ditentukan

terlebih dahulu karena hukuman ini tidak terbatas, bahkan sampai terhukum mati,

adapun Jenis maupun sanksinya tidak disebutkan di dalam nash syara secara jalas,

namun ini semua berdasarakan pemahaman manusia atas nash al-Quran maupun as-

Sunah.54

untuk mengatur kehidupan manusia yang berlaku secara universal, relevan pada

setiap zaman (waktu) dan makan (ruang) manusia55

.

Dan ini juga bardasarkan contoh yang terjadi pada masa Khalifah Umar Ibn

Al-Khattab yakni adanya kesesuaian antara tindak pidana pemalsuan surat (STNK),

dengan tindak pidana pemalsuan stempel, maka tindakan Khalifah Umar Ibn Al-

Khattab yang pernah memberikan hukuman terhadap Mu’an Ibn Aidah, sebagai

pelaku jarimah pemalsuan stempel Bail al-maal cukup untuk dijadikan landasan

hukuman larangan terhadap tindak pidana pemalsuan Surat Keterangan Nomor

Kendaraan Bermotor (STNK) tersebut. Karena tindakan pemberian hukuman oleh

Khalifah Umar Ibn Al-Kattab terhadap pemalsuan tersebut menunjukkan bahwa

setiap perbuatan memalsukan adalah merupakan perbuatan yang dilarang, karena

54 Abdul Qadir Audah, At- Tasyri’ Al-Jindi Al-Islami, (beirut: Ar-Risalah, 1998), Cet. 1. h.85-

100 55 Said Agil Husin Al-Munawar, Hukum Islam dan pluralitas Sosial, (Jakarta: Penamadani,),

cet. h.6

Page 78: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

78

termasuk kedalam pebuatan dusta, penipuan dan pengelabui. Sedangkan perbuatan

menipu dan mengelabui merupakan perbuatan zalim yang dapat merugikan bahkan

dapat mencelakakan orang lain, oleh karenanya harus diberikan hukuman bagi siapa

saja yang melakukannya.

Secara umum perbuatan memlasukan surat, merupakan perbuatan dusta

(kidzb) karena pada dasarnya di dalam perbuatan tersebut terdapat perbuatan dusta,

yakni dengan tidak memberikan keterangan yang sebenarnya atau seharusnya. Di

dalam pemlasuan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) dipalsukan baik

mengenai tanda tangan pejabat, tulisan atau huruf-huruf, dan bahan-bahan kertas

yang dijadikan sebagai alat pembuat STNK / kertas yang seperti aslinya, sama halnya

dengan memperoleh sesuatu dengan cara cepat tanpa adanya pengesahan atau izin

dari instansi pemerintah yang dibentuk oleh Negara, dalam hal ini yaitu Sistem

Administrasi Satu Atap (SAMSAT).

Di dalam al-Quran terdapat sejumlah ayat yang melarang dengan tegas untuk

tidak berbuat dusta (al-kidzb). Secara etimologi al-kidzb dipahami sebagai lawan dari

Ash-sidiq. Ungkapan dusta dalam ayat al-Quran sering ditujukan srang kafir, karena

merasa tidak tidak memberatkan wahyu Allah SWT, bahkan mereka sering membuat

ungkapan tandingan dalam rangka mendustakan ayat di dalam surat An-Nahl Allah

SWT mengingatkan.

Jelas sudah bahwa berbohong adalah sifat tercela dan sangat berbahaya,

termasuk dalam konteks pemalsuan surat yang berarti berbohong dalam memberi

keterangan yang sebenar-benarnya di dalam sebuah pemalsuan surat (STNK) yang

Page 79: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

79

digolongkan ke dalam penipuan dan pengelabuan. Islam melarang umatnya

mengelabui dan menipu dalam berbagai hal. Sekalipun dalam hal menjalankan jual

beli dan seluruh permuamalahan diantara manusia sebab penipuaan dan pengelabuan

adalah suatu perbuatan aniaya dan curang, yakni meletakkan sesuatu bukan pada

tempatnya. Di samping itu, penipuan dan pengelabuan merusak kewajiban tanggung

jawab dan kepercayaan serta membiasakan diri memakai yang haram, karena itu

penipuan dan pengelabuan termasuk kedalam salah satu sifat orang munafik56

.

Berdasarkan putusan PN tersebut, maka kita dapat mengambil sebuah

kesimpulan, yaitu putusan yang diberikan sesuai, jika kita melihat dari hukum pidana

Islam. Dimana seharusnya siterdakwa dapat dikenakan hukuman takzir atas perbuatan

jarimah pemalsuan surat tersebut, hukuman yang diberikan ini dapat berupa hukuman

penjara atau kurungan, hal ini berdasarkan atas tindakan Khalifah Umar Ibn Al-

khattab terhadap Mu’an Ibn Zaidah yang memalsukan stempel Bait al-Maal.

Demikian pula terhadap tindak pemalsuan Al-Quran , Khalifa Umar Ibn Al-Kahttab

mengangsingka Ma’an Ibn Zaidah setelah sebelumnya dikenakan hukuman takzir.

Berdasarkan seluruhnya ini, dapat kita pahami bahwa putusan yang diambil

oleh majelis hakim PN. Depok tersebut tidaklah memiliki efek atau kesetimpalan

hukum, dan keriguan yang menimbulkan akibat tindak pidana pemalsuan surat

(STNK) tersebut, baik itu kerugian yang diderita oleh Negara maupun masyarakat

lain. Oleh karena itu, seorang hakim yang akan memutuskan perkara haruslah benar-

benar hati-hati dan teliti dalam memberikan petusan terhadap terdakwa, supaya hakim

56 Hasbi Ash-Shidiqi, Al-Islami, (Semarang: PT. Pustaka RizqiPutra, 1998), Cet. 1, h.583

Page 80: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

80

dalam memeriksa keputusan terhindar dari kesalahan dan kekeliruan kemudian

supaya keadilan benar-benar dapat ditegakkan.

B. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Negeri

Depok

Apabila melihat putusan hukum hakim Pengadilan Negeri Depok yang

memerikan putusan penjara selama 5 (lima) bulan 15 (lima belas) hari kepada

terdakwa Ahmad Junaidi bin Juhana, di mana di dalam proses pembuktian hakim

lebih mempertimbangkan keterangan para saksi yang memberikan keterangan

didepan persidangan dengan disertai sumpah, dari pada keterangan saksi yang hanya

terdapat di dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dengan tanpa disertai sumpah

didepan persidangan. Maka menurut penganalisaan hukum pidana Islam bahwa

putusan yang ditetapkan telah memberikan keadilan. Karena apabila dilihat dalam

proses pembuktian tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam

hukum Islam, dimana dalam hukumIslam dinyatakan bahwa dalam putusan

pengadilan adalah berdasarkan dua orang saksi dan berdasarkan sumpah. Hal ini

berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,

Imam Muslim, Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah sebagai berikut :

س�� و ���8 � ا ص�6 � ا ل س& ر ان س �5% �� ا ��m; �����

57 ) م%جW وا�� وا�&داود ���وم ا��4 رواQ( وD%ه4

57 Al-Imam Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authar, Penerjemahan : KH. Adib Bisri Mustafa

dkk, ( Semarang : CV. Asy-Syifah, 1994 ), cet 1, jilid IX, h.350.

Page 81: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

81

Artinya : “Berdasarkan dari Ibnu Abbas, Sesungguhnya rasulullah saw

memutuskan suatu perkara dengan (berdasarkan) sumpah dan

seorang saksi. (H.R. Imam Ahmad, Imam Muslim, Imam Abu Daud

dan Imam Ibnu Majah).

Berdasarkan analisa di atas, maka dapat dilihat bahwa sikap hakim yang tidak

mengaggap sah suatu kesaksian yang tidak di ucapkan di hadapan dipersidangan

tersebut dengan tidak disertai sumpah merupakan putusan yang tepat dan sesuai

dengan hukum Islam. Oleh karena itu peran seorang hakim dalam pelaksanaan proses

hukum harus benar hati-hati dan teliti dalam proses persidangan, terutama dalam

proses pembuktian, termasuk dalam hal menganalisi keterangan-keterangan dari para

saksi supaya hakim dalam memberikan keputusan terhindar dari kesalahan dan

kekeliruan dan agar keadilan benar-benar dapat ditegakkan.

Page 82: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam hukum positif maupun hukum Islam berpandangan sama bahwa tindak

pidana pemalsuan surat termasuk kedalam suatu tindak kejahatan atau

jarimah. Karena, menurut hukum positif perbuaan tersebut dianggap

melanggar ketentuan hukum yang terdapat dalam kitab Undang-Undang

Hukum pidana pasal 263 ayat (1) dan (2), pasal 264 ayat (1) dan (2), pasal

266 ayat (1) dan (2), dan pasal 274 ayat (1) dan (2) sebagai hukum umum

(Lex Generalis), sedangka menurut hukum Islam, perbuatan maksiat yang

dapat membahayakan atau merugikan kepentingan umum tersebut, maka

perbuatan memalsukan surat dalam hukum Islam dianggap sebagai suatu

jarimah atau jinayah.

2. Di dalam hukum Islam belum ditemukan pembahasan yang khusus mengenai

tindak pidana pemalsuan surat. Akan tetapi, secara umum perbuatan

memalsukan adalah termasuk ke dalam kebohongan (al-Kidzb), penipuan dan

pengelabuan, dan merupakan perbuatan zhalim. Akab tetapi, berdasarkan

adanya kesesuaian antara tindak pidana pemalsuan surat termasuk dengan

jarimah pemalsuan tanda tangan dan jarimah pemalsuan stempel Bait al-Maal,

maka tindak pidana pemalsuan surat bisa digolongkan kedalam jarimah takzir,

Page 83: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

mengingat tindak pidana ini baik jenis maupun hukumannya tidak disebutkan

di dalam nash syara

3. Menurut hukum Islam sanksi yang diberikan kepada pelaku tindak pidana

pemalsuan surat adalah berbentuk hukuman takzir berupa hukuman jilid dan

pengasingan. Hal ini didasarkan kepada tindakan Khalifah Umar Ibn Al-

Kattab yang telah diberikan jilid sebanyak 100 (seratus) kali jilid dan

hukuman pengasingan terhadap Mu’an Ibn Zaidah sebagai pelaku pemalsuan

stempel Bait al-Maal.

4. Berdasarkan hasil analisa terhadap Putusan Hakim Pengadilan Negeri Depok

Nomor : 309/Pid/B2007/PN.DPK. dalam perkara pemalsuan surat, baik

menurut hukum positif dan hukum Islam, menunjukkan bahwa terdakwa

diberikan keputusan hakim yang memberi putusan pidana penjara selama 5

Bulan 15 hari kepada terdakwa Ahmad Junaedi bin Juhana adalah telah

menunjukkan suatu keadilan, karena berdasarkan hasil proses persidangan

terbukti bahwa terdakwa Ahmad Junaedi bin Juhana, terbukti bersalah

melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya.

Page 84: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

B. Saran-saran

Atas beberapa hal yang penulis tulis dalam skripsi ini, maka penulis mencoba

menyampaikan beberapa saran-saran

1. Untuk mencegah terjadinya tindak pidana pemalsuan surat diharapkan kepada

para penegak hukum dan masyarakat agar lebih diperhatikan lagi mengenai

tindakan tersebut, khususnya hukuman yang akan diberikan pada pelaku.

2. Untuk bisa mengantisipasi atau sekurang-kurangnya meminimalisir tindak

pidana pemalsuan surat, maka pemerintah terutama hakim harus lebih tegas

dan memberikan sanksi lebih berat kepada setiap pelaku pemalsuan surat

sehingga sanksi yang diberikan tersebut benar-benar bisa memberikan efek

jera bagi yang telah melakukannya (fungsi keprensif), dan bisa membuat takut

untuk melakukan bagi orang yang belum melakukan tindak pidana pemalsuan

surat (fungsi preventif), mengingat dampak dari pelaku pemalsuan syrat dapat

merugikan masyarakat dan Negara atau dapat merugikan berbagai pihak,

karena kasus pemalsuan surat ini merupakan salah satu jenis tindak pidana

dengan derajat keseriusan yang cukup tinggi dan memberikan sanksi yang

berarti yang dapat memberikan efek jera bagi pelakunya.

Page 85: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bani, Penterjemah Imron Rosadi, Mukhtashar shahih Muslim.

al-Munawar Husain Agil Said, hukum Islam dan Pluralitas Sosial, (Jakarta:

Penamadani, 2004), Cet. 1.

Ar-Ruhaly A. Ruway’I, fikih umar 2, penterjemahan. Basalamah, (Jakarta: Pustaka

Al-Kautsan, 1994), Cet. 1.

Ash-Shiddiqi Hasbi TM, Al-Islam (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1998), Cet. 1.

Audah Qadir Abdul, At-Tasyri’ Al-Jindi Al-Aslami, (Beirut: Ar-Risalah, 1998), Cet.

14.

chazwi Adami, Kejahatan Mengenai Pemalsuan, Cet. 2 (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1991) Cet. 2.

Doi A. Rahman I., Penjelasan Lengkap huku-hukum Allah (syara), (Jakarta: Pt. Raja

Grafindo Persada, 2002), Cet. 1.

Dzazuli Ahmad, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam),

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000).

H.A.K. Moch Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus ( KUHP Buku II ), (bandung:

Alumni, 1982). Cet 1.

Hamzah Andi, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Reineka Cipta, 2001).

Hamzah Andi, S.H., KUHP dan KUHAP, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2004).

Hanafi Ahmad, Pengantar dan sejarah Hukum Islam, (Jakarta, PT Bulan Bintang,

1995), Cet. 7.

Kansil, Pokok-pokok Hukum Pidana, (Jakarta, PT. Pradnya Paramita, 2004), Cet. 1

Kertanegara Satochid, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah dan Pendapat Para Ahli

Hukum Terkemuka Bagian 1, (t.t, Balai Lektur Mahasisw, t.th.).

Page 86: TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PANDANGAN …

Kusumah W Mulyana, Krimonologi dan Masalah Kejahatan Suatu Pengantar

Ringkas, (Jakarta: Amirco, 1984).

Mahalli Mudjab Ahmad, Hadist-hadist Mutafaq ‘Alaih, (Jakarta, kencaan, 2004),

Cet.2.

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet.7.

Moeljatno, kitab Undang-undang Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka cipta 2007).

Muhammad Abu Zahra, Al-Jarimah Wal “Uqubah Fi al-Fiqh Al-Islami, (Kairo: Dar

Al-Fikr Al-Arabi, 1998).

Muhammad Nashiriddin Al-Bani, Mukhtashar Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2004), Cet. 2.

Mustofa Muhammad, “Kejahatan dan Kekerasan, Tinjauan Kriminologis,” dalam

Media Indonesia, Selasa, 18 Mei 1993.

Prof. Dr. h. Said Agil Husin Munawwar, MA dan Abdul Mustaqim, M.Ag, Asbabul

Wurud (Studi Kritis Hadis Nabi Pendekatan Sosio Kontkstual), (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2001), Cet. 1.

Santoso Topo, Menggagas Hukum Pidana Islam, (Bandung: Asy-Syaamil, 2001),

Cet.2.

Soerjono Soekanto. Hengki Liklikuwata, dan Mulyana W. Kusumah, Krimonologi

Suatu Pengantar, (Jakarta: Ghlia Indonesia, 1986).

Subhan LC dan Imran Rasyadi, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta, Pustaka Azzam,

2003), Cet. 1.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1991), Cei, 2.

Tuwu Alimuddin, Pengantar Metode Penelitian, dalam Consuelo G. Sevilla, et.all.,

An Introduction To Research Methods, (Jakarta: UI Press).

Wardi Ahmad Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), Cet1.

Yunus Mahmud, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989).