timbulan sampfah

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukanya sebagai barang buangan yang disebut sampah. Sampah secara sederhana diartikan sebagai sampah organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi di suatu daerah. Sumber sampah umumnya berasal dari perumahan dan pasar. Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume sampah yang sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir (TPA), pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah yang menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di tempat pembuangan akhir (TPA). Buangan padat atau sampah adalah segala sesuatu yang tidak diinginkan keberadaannya oleh manusia pada waktu 34

Upload: dyahcatur

Post on 26-Oct-2015

61 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang

dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukanya sebagai barang

buangan yang disebut sampah. Sampah secara sederhana diartikan sebagai

sampah organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi

di suatu daerah. Sumber sampah umumnya berasal dari perumahan dan pasar.

Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya. Hal

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume sampah

yang sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan

sampah akhir (TPA), pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak

positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan dari pemerintah,

terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah yang

menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di tempat pembuangan akhir (TPA).

Buangan padat atau sampah adalah segala sesuatu yang tidak diinginkan

keberadaannya oleh manusia pada waktu tertentu. Pada awalnya sampah tidaklah

menjadi masalah bagi manusia dan lingkungan karena sampah yang dibuang ke

tanah karena jumlahnya yang sedikit sehingga masih dapat diolah sendiri oleh

alam, namun sekarang jumlah manusia yang membuang sampah tersebut jauh

lebih kecil dibandingkan dari luas area tanah penerimanya sehingga dibutuhkan

sebuah bentuk pengolahan oleh manusia agar tidak menimbulkan dampak

terhadap manusia dan lingkungan.

Oleh karena itu diadakanlah praktikum timbulan sampah agar praktikan dapat

mengetahui jenis-jenis sampah serta mengetahui berapa banyak timbulan sampah

yang dihasilkan suatu daerah per-harinya.

34

1.2 Tujuan Praktikum

a. Mengetahui pengertian timbulan sampah.

b. Mengetahui faktor-faktor komposisi sampah.

c. Mengetahui berat timbulan sampah per kawasan.

35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Timbulan Sampah

Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari

jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu (Departemen PU,

2004). Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain

peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas recovery material,

dan fasilitas Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) sampah. Timbulan sampah

biasanya dinyatakan dalam (Damanhuri, 2004) :

a. Satuan berat : kilogram per orang per hari (kg/o/h), kilogram per meter-

persegi bangunan per hari (kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur per

hari (kg/bed/h).

b. Satuan volume : liter per orang per hari (l/o/h), liter per meter-persegi

bangunan per hari (l/m2/h) atau liter per tempat tidur per hari (kg/bed/h).

Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun di masa mendatang

merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian sistem

pengelolaan persampahan. Prakiraan rerata timbulan sampah merupakan langkah

awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Satuan timbulan

sampah biasanya dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas per orang atau per unit

bangunan dan sebagainya. Rata-rata timbulan sampah tidak akan sama antara satu

daerah dengan daerah lainnya, atau suatu negara dengan negara lainnya. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (Damanhuri, 2004):

1. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya.

2. Tingkat hidup.

3. Perbedaan musim.

4. Cara hidup dan mobilitas penduduk.

5. Iklim.

36

6. Cara penanganan makanannya.

2.2 Komposisi Sampah

Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen

yang terdapat pada sampah dan distribusinya. Data ini penting untuk

mengevaluasi peralatan yang diperlukan, sistem, pengolahan sampah dan rencana

manajemen persampahan suatu kota. Pengelompokkan sampah yang paling sering

dilakukan adalah berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat

atau % volume dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan

dan sampah lain-lain (Damanhuri, 2004).

Semakin sederhana pola hidup masyarakat semakin banyak komponen sampah

organik (sisa makanan dll). Dan semakin besar serta beragam aktivitas suatu kota,

semakin kecil proporsi sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga.

Komposisi sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut

(Tchobanoglous, 1993):

1. Frekuensi pengumpulan. Semakin sering sampah dikumpulkan, semakin

tinggi tumpukan sampah terbentuk. Sampah kertas dan sampah kering lainnya

akan tetap bertambah, tetapi sampah organik akan berkurang karena

terdekomposisi.

2. Musim. Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang

berlangsung.

3. Kondisi Ekonomi. Kondisi ekonomi yang berbeda menghasilkan sampah

dengan komponen yang berbeda pula. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu

masyarakat, produksi sampah kering seperti kertas, plastik dan kaleng

cenderung tinggi, sedangkan sampah makanannya lebih rendah. Hal ini

disebabkan oleh pola hidup masyarakat ekonomi tinggi yang lebih praktis dan

bersih.

37

4. Cuaca. Di daerah yang kandungan airnya cukup tinggi, kelembaban

sampahnya juga akan cukup tinggi;

5. Kemasan produk. Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan

mempengaruhi komposisi sampah. Negara maju seperti Amerika banyak

menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang

seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.

2.3 Karakteristik Sampah

Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi sifat fisik, kimia dan

biologi. Karakteristik sampah sangat penting dalam pengembangan dan desain

sistem manajemen persampahan. Karakteristik sampah dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya yaitu pendapatan masyarakat (low, medium, dan high income),

pertumbuhan penduduk, produksi pertanian, pertumbuhan industri dan konsumsi

serta perubahan musim (Tchobanoglous, 1993).

1. Karakteristik Fisika.

a. Berat Jenis

Berat jenis merupakan berat material per unit volume (satuan lb/ft3, lb/yd3 atau

kg/m3). Data ini diperlukan untuk menghitung beban massa dan volume total

sampah yang harus dikelola. Berat jenis ini dipengaruhi oleh:

Komposisi sampah;

Musim;

Lamanya penyimpanan.

b. Kelembaban

Menentukan kelembaban dalam sampah dapat digunakan dua cara, yaitu dengan

ukuran berat basah dan berat kering. Ukuran kelembaban yang umum digunakan

dalam manajemen persampahan adalah % berat basah (wet weight). Data

kelembaban sampah berguna dalam perencanaan bahan wadah, periodisasi

38

pengumpulan, dan desain sistem pengolahan. Kelembaban sampah dipengaruhi

oleh:

Komposisi sampah.

Musim.

Kadar humus.

Curah hujan.

c. Ukuran dan distribusi partikel

Penentuan ukuran dan distribusi partikel sampah digunakan untuk menentukan

jenis fasilitas pengolahan sampah, terutama untuk memisahkan partikel besar

dengan partikel kecil. Ukuran komponen rata-rata yang ditemukan dalam sampah

kota berkisar antara 7 - 8 inchi.

d. Field Capacity

Field capacity adalah jumlah kelembaban yang dapat ditahan dalam sampah

akibat gaya gravitasi. Field capacity sangat penting dalam menentukan aliran

leachate dalam landfill. Biasanya field capacity sebesar 30% dari volume sampah

total.

e. Permeabilitas sampah yang dipadatkan

Permeabilitas sampah yang dipadatkan diperlukan untuk mengetahui gerakan

cairan dan gas dalam landfill.

2. Karakteristik Kimia

Karakteristik kimia sampah diperlukan untuk mengevaluasi alternatif suatu proses

dan sistem recovery pengolahan sampah.

a. Proximate Analysis

Proximate analysis terhadap komponen Municipal Solid Waste (MSW) mudah

terbakar meliputi (Tchobanoglous, 1993):

C, t = 1 jam); Kelembaban (kadar air berkurang pada suhu 105oC) Volatile

combustible matter (berat sampah yang berkurang pada pemanasan 950 Fixed

carbon (sisa material setelah volatil hilang); Ash (sisa pembakaran).

39

b. Titik Lebur Abu

Titik lebur abu merupakan titik temperatur saat pembakaran menghasilkan abu,

berkisar antara 1100 – 1200oC (2000-2200oF).

c. Ultimate Analysis

Ultimate Analysis meliputi penentuan unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen

(O), Nitrogen (N), dan Sulfur (S) sampah. Berdasarkan nilai C dan N ini dapat

ditentukan rasio C/N sampah (Tchobanoglous, 1993). Ultimate Analysis masing-

masing komponen dalam sampah domestik dapat dilihat pada Tabel 2.2, dimana

kadar karbon tertinggi dimiliki oleh komponen karet (78%), kadar hidrogen

tertinggi dimiliki oleh sampah karet (10%), kadar oksigen tertinggi dimiliki oleh

sampah kertas (44%), kadar nitrogen tertinggi dimiliki oleh sampah kulit (10%)

dan kadar sulfur tertinggi dimiliki oleh sampah makanan dan kulit (0,4%).

d. Kandungan Energi Komponen Sampah

Kandungan energi yang terdapat di dalam sampah dapat dihitung dengan cara

menggunakan alat calorimeter atau bomb calorimeter, dan dengan perhitungan.

3. Karakteristik Biologi

Penentuan karakteristik biologi digunakan untuk menentukan karakteristik

sampah organik di luar plastik, karet dan kulit.

Parameter-parameter yang umumnya dianalisis untuk menentukan karakteristik

biologi sampah organik terdiri atas (Tchobanoglous, 1993):

1. Parameter yang larut dalam air terdiri atas gula, zat tepung, asam amino dan

lain-lain.

2. Hemiselulosa yaitu hasil kondensasi gula dan karbon.

3. Selulosa yaitu hasil kondensasi gula dan karbon.

4. Lemak, minyak, lilin.

5. Lignin yaitu senyawa polimer dengan cincin aromatic.

6. Lignoselulosa merupakan kombinasi lignin dengan selulosa

40

7. Protein terdiri atas rantai asam amino.

Parameter-parameter di atas bertujuan untuk menentukan:

a. Biodegrabilitas Komponen Organik. Fraksi biodegrabilitas dapat ditentukan

dari kandungan lignin dari sampah. Pengukuran biodegrabilitas dipengaruhi

oleh pembakaran volatile solid pada suhu 5500oC, jika nilai volatile solid

besar maka biodegrabilitas sampah tersebut kecil.

b. Bau. Bau dapat timbul jika sampah disimpan dalam jangka waktu lama di

tempat pengumpulan, transfer station dan di landfill. Bau dipengaruhi oleh

iklim panas. Bau terbentuk sebagai hasil dari proses dekomposisi senyawa

organik yang terdapat pada sampah kota secara anaerob.

c. Perkembangan Lalat. Pada musim panas, perkembangbiakan lalat perlu

mendapat perhatian yang khusus. Lalat dapat berkembang biak pada tempat

pengumpulan sampah dalam waktu kurang dari dua minggu.

41

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Timbulan Sampah dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 2 Mei 2013,

pukul 08.00 - 11.00 WITA di belakang Laboratorium Rekayasa Lingkungan

Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Stiker

2. Sarung tangan karet

3. Masker

4. Timbangan 0 – 5 kg dan 0 – 100 kg

5. Sekop atau cangkul

6. Alat pengukuran volume berupa kotak triplek berukuran 20 cm x 20 cm x 20

cm

7. Alat pengukuran volume berupa kotak triplek berukuran 100 cm x 50 cm x

100 cm

8. Alat pengukuran volume berupa kotak triplek berukuran 50 cm x 40 cm x 50

cm

9. Penggaris 100 cm

10. Kertas form pengisian data sampah

11. Terpal

12. Pulpen

13. Spidol

42

3.2.2 Bahan

1. Kantong plastik (volume ± 40 L)

2. Sampah Domestik 100 kg

3.3 Cara Kerja

1. Ditentukan terlebih dahulu lokasi pengambilan contoh

2. Ditentukan jumlah tenaga pelaksana atau praktikan, untuk 1 praktikan diberi

6 plastik yang akan di sebar ke 6 rumah pada lokasi yang ditentukan

3. Diberi striker terlebih dahulu pada semua kantong plastik

4. Dibagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda (stiker identitas sampel)

ke masing-masing rumah satu hari sebelum sampah dikumpulkan

5. Dicatat jumlah penghuni rumah

6. Dikumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah dari setiap rumah

selama 24 jam

7. Dikumpulkan jadi satu sampah dari setiap pengambilan, kemudian semua

kantong plastik dibawa ketempat pengukuran

8. Dikumpulkan jadi satu sampah dari setiap lokasi pengambilan, lalu

9. Dipisahkan sampah domestik terlebih dahulu, seperti sampah plastik, sampah

kaleng, sampah kaca, sampah kayu, sampah kain tekstil, sampah spons,

sampah karton, sampah kertas, sampah B3 Rumah Tangga, sampah makanan

dan sayuran dan lain sebagainya

10. Dikumpulkan jadi satu sampah-sampah yang telah digolongkan tersebut ke

dalam satu plastik, kemudian di timbang untuk mengetahui berat sampah

tersebut

11. Di catat berapa berat setiap sampah yang telah digolongkan tersebut dan

hitunglah persentase (%) komposisi tiap pengolongan sampah

12. Disesuaikan banyaknya sampah yang akan diukur berdasarkan kotak

pengukuran yang telah disediakan

13. Dituangkan atau dimasukkan secara bergiliran sampah yang telah

digolongkan tersebut ke dalam kotak pengukur

43

14. Dihentakkan sebanyak 5 kali kotak pengukur, dengan cara mengangkat kotak

setinggi 20 cm lalu dijatuhkan ke tanah

15. Di ukur dan di catat volume sampah setiap komponen sampah tersebut

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Pengukuran Berat Sampah

No Jenis Sampah Berat (Kg)

1. Kertas 2,5

2. Karton atau Kardus 8,5

3. Plastik Total 20

4. Logam Total 0,5

5. Tekstil 3,5

6. Kaca 1,5

7. Spons 12,5

8. B3 Rumah Tangga 0,5

9. Sisa Makanan dan Sayuran 50

10. Kayu 0,5

Jumlah 100

Kelompok 1 : 36 KK = 137 jiwa

Kelompok 2 : 36 KK = 208 jiwa

Kelompok 3 : 36 KK = 169 jiwa

Kelompok 4 : 36 KK = 125 jiwa

4.1.2 Tabel pengukuran tempat sampah

No Jenis Sampah

Ukuran tempat

Panjang

(cm)

Lebar

(cm)

Tinggi

(cm)

1. Kertas 50 40 30

2. Karton atau Kardus 50 40 40

3. Plastik Total 100 50 80

45

4. Logam Total 50 40 10

5. Tekstil 20 20 30

6. Kaca 20 20 40

7. Spons 50 40 30

8. Sisa Makanan dan Sayuran (Organik) 100 50 60

9. Kayu 20 20 20

10 B3 rumah tangga 0 0 0

4.1.3 Tabel pengukuran volume sampah

No Jenis Sampah Volume (m3)

1. Kertas 0,06

2. Karton atau Kardus 0,08

3. Plastik Total 0,4

4. Logam Total 0,02

5. Tekstil 0,012

6. Kaca 0,0004

7. Spons 0,06

8. B3 Rumah Tangga 0

9. Sisa Makanan dan Sayuran 0,3

10. Kayu 0,0003

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan berat timbulan sampah

Berat timbulan sampah ¿berat komponen sampah( kg

hari)

jumlahorang ( jiwa)

a. Plastik

Berat timbulan sampah ¿

20( kghari

)

639=0,0313

46

b. Karton atau kardus

Berat timbulan sampah ¿

8,5( kghari

)

639=0,0133

c. Kertas

Berat timbulan sampah ¿

2,5( kghari

)

639=0,0039

d. Logam

Berat timbulan sampah ¿

0,5( kghari

)

639=0,0008

e. Spons

Berat timbulan sampah ¿

12,5( kghari

)

639=0,0196

f. Tekstil

Berat timbulan sampah ¿

3,5( kghari

)

639=¿

0,0055

g. Kaca

Berat timbulan sampah ¿

1,5( kghari

)

639=0,0023

h. Kayu

Berat timbulan sampah ¿

0,5( kghari

)

639=0,0008

47

i. Sampah B3

Berat timbulan sampah ¿0,5( kg

hari)

639=0,0008

j. Bahan organik

Berat timbulan sampah ¿50( kg

hari)

639=0,0782

Total Berat Timbulan Sampah ¿100 kg

639 jiwa=0,156

4.2.2 Perhitungan berat komponen sampah

% Komposisi sampah ¿berat komponen sampah( kg

hari)

berat total sampling(kg)x100 %

a. Plastik

% Komposisi sampah ¿20( kg

hari)

100(kg)x 100%=¿ 20%

b. Karton atau kardus

% Komposisi sampah ¿8,5( kg

hari)

100(kg)x 100 %=8,5 %

c. Kertas

% Komposisi sampah ¿2,5( kg

hari)

100(kg)x 100 %=2,5 %

d. Logam

48

% Komposisi sampah ¿0,5( kg

hari)

100(kg)x 100=0,5 %

e. Spons

% Komposisi sampah ¿12,5( kg

hari)

100(kg)x100 %=12,5 %

f. Tekstil

% Komposisi sampah ¿3,5( kg

hari)

100(kg)x100 %=3,5 %

g. Kaca

% Komposisi sampah ¿1,5( kg

hari)

100(kg)x100 %=1,5 %

h. Kayu

% Komposisi sampah ¿0,5( kg

hari)

100(kg)x 100 %=0,5 %

i. Sampah B3

% Komposisi sampah ¿0,5( kg

hari)

100(kg)x 100 %=0,5 %

j. Bahan organik

% Komposisi sampah ¿50( kg

hari)

100(kg)x100 %=50 %

49

4.2.3 Perhitungan Volume Timbulan Sampah

Volume timbulan sampah ¿berat timbulan sampah( kg

jiwa/hari)

berat jenis(kg

m3 )

a. Plastik

Volume timbulan sampah ¿0,0313( kg

jiwa/hari)

50 (kg

m3 )=0,000626

b. Karton atau kardus

Volume timbulan sampah ¿0,0133( kg

jiwa/hari)

106,25 (kg

m3 )=0,000125

c. Kertas

Volume timbulan sampah ¿0,0039( kg

jiwa/hari)

41,67(kg

m3 )=0,000094

d. Logam

Volume timbulan sampah ¿0,0008( kg

jiwa/hari)

25 (kg

m3 )=0,000032

e. Spons

Volume timbulan sampah ¿0,0196( kg

jiwa/hari)

208,33(kg

m3 )=0,000094

f. Tekstil

50

Volume timbulan sampah ¿0,0055( kg

jiwa/hari)

291,67 (kg

m3 )=0,000019

g. Kaca

Volume timbulan sampah ¿0,0023( kg

jiwa/hari)

375 (kg

m3 )=0,000006

h. Kayu

Volume timbulan sampah ¿0,0008( kg

jiwa/hari)

62,5 (kg

m3 )=0,000013

i. Bahan organik

Volume timbulan sampah ¿0,0008( kg

jiwahari )

166,67( kg

m3 )=0,000005

4.3 Pembahasan

Contoh timbulan sampah adalah sampah yang diambil dari lokasi pengambilan

terpilih, untuk diukur volumenya dan ditimbang beratnya dan diukur

komposisinya (SNI 19-3964-1994).

Timbulan sampah bisa dinyatakan dengan satuan volume atau satuan berat. Jika

digunakan satuan volume, derajat pewadahan (densitas sampah) harus

dicantumkan. Oleh karena itu, lebih baik digunakan satuan berat karena

ketelitiannya lebih tinggi dan tidak perlu memperhatikan derajat pemadatan.

Timbulan sampah ini dinyatakan sebagai:

51

− Satuan berat: kg/o/hari, kg/m2/hari, kg/bed/hari, dan sebagainya.

− Satuan volume: L/o/hari, L/m2/hari, L/bed/hari, dan sebagainya.

Penentuan timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah sangat penting dalam

perencanaan dan evaluasi sistem manajemen persampahan. Timbulan sampah

merupakan volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis sumber

sampah (perumahan, komersil, perkantoran, konstruksi dan pembongkaran,

industri, dan pertanian) di wilayah tertentu per satuan waktu (Departemen

Pekerjaan Umum, 2004). Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan

dan mendesain peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas

recovery material, dan fasilitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.

Meningkatnya populasi penduduk disetiap daerah atau kota maka jumlah sampah

yang dihasilkan setiap rumah tangga makin meningkat. Secara umum komposisi

dari timbulan sampah di setiap kota bahkan negara. Berdasarkan data pada SK

SNI S-00-1993-03 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan

sedang di Indonsia berdasarkan komponen-komponen sumber sampah adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.1. Besaran timbulan sampah berdasarkan komponen-komponen

sumber timbulan

52

Sumber : SNI S – 04 – 1993 – 03 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota

kecil dan kota sedang.

Dalam praktikum pengukuran timbulan sampah kali ini digunakan beberapa alat

serta bahan, antara lain, stiker yang digunakan untuk identitas sampel yang

ditempelkan pada kantung plastik, sarung tangan untuk memisahkan sampah

(organik, plastik, kaca, botol, kertas, karton dan sebagainya) agar tangan terhindar

dari kuman yang terdapat pada sampah yang telah membusuk, masker agar

terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan akibat bau yang ditimbulkan oleh

sampah, kotak pengukur volume dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 100 cm; 20 cm

x 20 cm x 20 cm; 50 cm x 40 cm x 50 cm untuk mengukur volume dari masing-

masing komponen sampah, sekop untuk memasukkan sampah ke dalam kotak

pengukur volume, serta timbangan 0 – 5 kg dan 0 – 100 kg yang berfungsi sebagai

alat untuk menimbang berat masing-masing komponen sampah, kemudian form

pengisian data sampah untuk mengetahui jumlah orang yang tinggal pada suatu

pemukiman serta untuk mengukur berapa timbulan sampah yang ada per orang

per harinya, dan penggaris 100 cm untuk mengukur volume sampah yang ada

dalam kotak dan untuk mengukur ketinggian pengangkatan kotak sebelum

dihempaskan. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini sendiri

adalah sampah domestik yang dikumpulkan dari satu kawasan permukiman

dengan minimal berat totalnya 100 kg dan 36 buah kantung plastik berukuran 40

L yang berfungsi sebagai wadah komponen-komponen sampah tersebut.

53

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang

dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu

(Departemen PU, 2004).

b. Komposisi sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut

(Tchobanoglous, 1993):

1. Frekuensi pengumpulan. Semakin sering sampah dikumpulkan, semakin

tinggi tumpukan sampah terbentuk. Sampah kertas dan sampah kering

lainnya akan tetap bertambah, tetapi sampah organik akan berkurang karena

terdekomposisi.

2. Musim. Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang

sedang berlangsung.

3. Kondisi Ekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu masyarakat,

produksi sampah kering seperti kertas, plastik dan kaleng cenderung tinggi,

sedangkan sampah makanannya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh pola

hidup masyarakat ekonomi tinggi yang lebih praktis dan bersih.

4. Cuaca. Di daerah yang kandungan airnya cukup tinggi, kelembaban

sampahnya juga akan cukup tinggi.

5. Kemasan produk. Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan

mempengaruhi komposisi sampah.

c. Dari hasil praktikum yang dilakukan maka didapatkan hasil sebagai

berikut:

54

Total Berat Timbulan Sampah ¿100 kg

639 jiwa=0,156

5.2 Saran

Sebaiknya dalam pengambilan sampah dilakukan di satu lokasi atau daerah agar

praktikan mengetahui besar timbulan sampah di suatu daerah tersebut.

55

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2004. Undang-undang Sumber Daya Air Nomor 7. Departemen

Pekerjaan Umum, Jakarta

2. E, Damanhuri dan Padmi, Tri, 2004. Pengelolaan Sampah. Departemen

Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Penerbit : TL- ITB.

Bandung

3. Tchobanoglous, G. 1993. Intergrated Solid Waste Management. McGraw

Hill, New York.

56