tifoid

26
DEMAM TIFOID PADA ANAK Disusun Oleh: Reza Mardany 110.2010.238 Pembimbing: Dr. Budi Risjadi, Sp.A DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

Upload: reza-mardany

Post on 13-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tifoid anak

TRANSCRIPT

Slide 1

Demam tifoid pada anakDisusun Oleh:Reza Mardany110.2010.238

Pembimbing:Dr. Budi Risjadi, Sp.ADIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

DefinisiDemam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

EpidemiologiData World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit.EtiologiSalmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain yang merupakan bakteri Gram negatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob.

Bakteri Salmonella typhi mempunyai beberapa komponen antigen yaitu :1. Antigen dinding sel (O) merupakan polisakarida dan bersifat spesifik grup 2. Antigen flagella (H) yg merupakan kompnen protein berada dlm flagella,bersifat spesifik spesies.3. Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida,berada di kapsul.4. Outer Membran Protein.Patofisiologi

Gejala KlinisDemamNyeri kepalaGangguan saluran pencernaanMyalgiaHepatosplenomegaliBradikardia relatifTyphoid toungeRose Spot

Minggu I : Demam yang sifatnya meningkat perlahan lahan terutama meningkat pada sore hingga malam hari. Suhu meningkat setiap harinya dan mencapai puncaknya pada akhir minggu pertama, dapat mencapai 39o - 40oC.Nyeri kepala, pusing.Mual, muntah, anoreksia.EpistaksisBatuk Gangguan defekasi : Obstipasi pada minggu I.Tidak enak di perut perut.Apatis/bingung dapat diakibatkan toksik menjadi delirium yang akan menjadi meningismus (akhir minggu ke I).Myalgi/atralgi.Minggu ke II :DemamNadi terjadi bradikardi relatifLidah, typhoid tongueThoraks, paru-paru dapat terjadi bronchitis/pneumoniaGangguan defekasi : Diare pada minggu II (peas soup diare). Abdomen, agak cembung, bisa terjadi :MeteorismusSplenomegali pada 70% dari kasus, dengan perabaan keras, mulai teraba pada akhir minggu ke I sampai minggu ke III, akan tetapi dapat juga lunak dan nyeri tekan positif. Hepatomegali pada 25% dari kasus, terjadi pada minggu ke II sampai dengan masa konvalesens.Kulit, Rose spotGangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis.

DiagnosisAnamnesaPemeriksaan FisikPemeriksaan Penunjang

AnamnesaPanas lebih dari 7 hari dan meningkat saat sore sampai malam, batuk, malaise, letargi, anoreksia, BB menurun, mialgia, nyeri kepala, nyeri atau tidak enak di perut, muntah, bisa ada kesadaran menurun, kejang, ikterus,serta epistaksis.Pemeriksaan Fisik- Bradikardi relatif, kesadaran menurun, hepatomegali, splenomegali, ruam makulopapuler pada kulit dada bagian bawah / perut ( rose spot ) yang menghilang dalam 2 3 hari- Typhoid tongue bagian tengah kotor bagian pinggir hiperemis dan terdapat tremor.

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan darah tepiIdentifikasi kuman mekakui isolasi / biakanIdentifikasi kuman melalui uji serologisIdentifikasi kuman secara molekuler

Pemeriksaan darah tepiPada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit normal, bisa menurun atau meningkat, mungkin didapatkan trombositopenia dan hitung jenis biasanya normal atau sedikit bergeser ke kiri, mungkin didapatkan aneosinofilia dan limfositosis relatif, terutama pada fase lanjutPemeriksaan kuman melalui isolasiDiagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spotsUji SerologisWidalTUBEXMetode Enzim ImmuniassayMetode Enzime-Linked Immunirbent Assay (ELISA)DIPSTIKIdentifikasi kuman secara molekulerMetode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhiDiagnosis BandingInfluenza,Gastroenteritis Bronkitis BronkopneumoniaPenatalaksanaanTirah BaringPerbaikan NutrisiTerapi SimptomatikAntibiotik

Tirah BaringPenderita yang dirawat harus tirah baring (bed rest) dengan sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. Bila gejala klinis berat, penderita harus istirahat total.

NutrisiCairanDietTerapi SimptomatikTerapi simptomatik dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum penderita, yakni vitamin, antipiretik (penurun panas) untuk kenyamanan penderita terutama anak, dan antiemetik bila penderita muntah hebat.AntibiotikAntimikroba lini pertama untuk demam tifoid adalah: Kloramfenikol. Ampisillin atau Amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang hamil). Trimetroprim-Sulfametoksazol (Kotrimoksazol).

Antimikroba lini kedua untuk demam tifoid adalah: Seftriakson (diberikan untuk dewasa dan anak) Cefixim (efektif untuk anak) Quinolone (tidak dianjurkan untuk anak di bawah usia 18 tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).

KomplikasiPerdarahan usus dan perforasi.Pembengkakan dan peradangan pada otot jantung (miokarditis). Pneumonia. Peradangan pankreas (pankreatitis). Infeksi ginjal atau kandung kemih. Infeksi dan pembengkakan selaput otak (meningitis). Masalah psikiatri seperti mengigau, halusinasi, dan paranoid psikosis.

PrognosisPrognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka mortalitas 10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Munculnya komplikasi, seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.