tidur fisiologis
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, kebutuhan tidur untuk semua umur
berbeda. Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan
yang bersifat reversibel dan berlangsung cepat. Gangguan tidur dapat terjadi pada anak dengan
manifestasi kesulitan pada saat mulai tidur, mempertahankan tidur, atau gangguan yang
berhubungan dengan pernapasan. Penelitian epidemiologi berbasis sekolah menunjukkan bahwa
gangguan tidur sering dijumpai pada anak. Kesulitan untuk memulai tidur atau mempertahankan
tidur terjadi pada sekitar 10% hingga 20% anak berusia 8-9 tahun, gangguan tidur yang
berhubungan dengan pernafasan terjadi pada sekitar 1%-3% anak usia sekolah, dan mengantuk
yang berlebihan di siang hari tampaknya menyebabkan masalah nyata pada sekitar 10% anak
usia sekolah.
Penyebab gangguan tidur dapat bersifat internal maupun eksternal. Faktor lingkungan
dapat mempengaruhi kualitas tidur pada anak, demikian pula perilaku dan kebiasaan dapat
dihubungkan dengan gangguan tidur. Pengukuran kualitas tidur dapat dilakukan menggunakan
polisomnografi (PSG) dan aktigrafi (ACG). Cara lain untuk mendeteksi gangguan tidur
menggunakan kuesioner atau interview.
Masalah tidur pada anak membawa berbagai dampak, yang hingga kini belum dirinci
secara lengkap,di antaranya adalah gangguan pertumbuhan, gangguan kardiovaskular, fungsi
kognitif dan perilaku sehari-hari. Beberapa penelitian menyatakan bahwa gangguan perilaku
disruptif, seperti attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), kadang-kadang disebabkan
oleh gangguan tidur yang tidak terdiagnosis. Kemampuan akademik pada berbagai tingkatan usia
juga dapat dipengaruhi oleh gangguan tidur yang tidak terdeteksi. Meskipun dampak gangguan
tidur yang tidak disadari ini telah semakin jelas, namun masih sedikit penelitian yang telah
dilaporkan.Penanganan bersifat multifaktor, kadang - kadang terapi medikamentosa dapat
digunakan pada kasus khusus.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI TIDUR
Beberapa ahli mencoba mendefinisikan tidur sebagai keadaan berkurangnya
tanggapan dan interaksi dengan lingkungan yang bersifat reversibel dan berlangsung
cepat. Dari sudut pandang neurofisiologi, tidur merupakan keadaan khusus dari
kewaspadaan otak.
Tidur merupakan salah satu cara melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan
mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali
nmendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang di hadapi.
2.2. KLASIFIKASI TIDUR
Sampai saat ini sistem klasifikasi untuk tingkatan tidur yang diterima adalah
usulan dari Rechtschaffen dan Kales yaitu dengan pemeriksaan EEG, electrooculogram
(EOG) dan electro-myogram (EMG). Gelombang Otak, Mengukur Suatu Tidur Ada 5
tingkatan pola tidur, 4 tingkatan tidur dalam yang disebut non REM (non rapid eye
movement) juga dikenal sebagai slow wave sleep (SWS) dan tingkat ke 5 yang disebut
REM (rapid eye movement) di-sebut juga paradoxical sleep (PS). Pada waktu non REM
sleep gelombang otak makin lambat dan teratur. Tidur makin dalam serta pernafasan
menjadi lambat dan teratur. Mendengkur terjadi pada waktu tidur NREM. 4 tingkatan
NREM dikenal dengan tingkt 1,2,3 dan 4. Tidur yang paling dalam adalah pada tingkat
4, dan aktivitas 1istrik paling dalam.
Tidur REM lebih dangkal, ditandai dengan gerakan bola mata cepat di bawah
kelopak mata yang tertutup. Pada waktu REM, orang tidak lagi mendengkur, nafas
menjadi tak teratur, aliran darah ke otak bertambah dan temperatur tubuh naik, disertai
banyak gerakan tubuh. Gelombang 1istrik tampak seperti tingkat 1 dari tidur. Tiap
proses tidur melewati 5 tahap ini dalam 1 siklus, dan tiap siklus berlangsung kira-kira 90
menit. Orang dewasa yang sehat bila sudah tertidur akan masuk ke dalam tingkat 1,
diikuti tingkat 2, 3 dan 4, kemudian kembali lagi ke tingkat 1 dan setelah 2 periode,
siklus itu akan lengkap setelah diikuti oleh periode REM antara 5 sampai 15 menit.
Putaran akan berlangsung 4-5 kali dengan penambahan periode REM pada tahap
berikutnya, disertai pengurangan periode NREM (terutama pada tingkat 3 dan 4). Pada
orang yang tidur selama 8 jam, akan menjalani 2 jam tidur REM dan 6 jam tidur NREM.
Pola tidur NREM dan REM terutama pada siklus 90 menit secara menakjubkan
sama pada semua orang. Peneliti mengambil keuntungan dari orang dengan gangguan
tidur, dengan melihat kelainan pola ini. Misalnya pada orang dengan gangguan tidur
yang disebut narcolepsi, yaitu orang yang tidak dapat menahan untuk jatuh da1am
keadaan tidur, tidak perduli di mana dia berada, tiba-tiba jatuh tertidur, temyata dia pada
malam hari tidur tidak melewati tahapan NREM tapi 1angsung jatuh ke dalam periode
REM. Pada bayi yang baru lahir, tidur berlangsung 16 jam sehari, separuhnya adalah
tidur REM. Pada bayi yang prematur, lama tidur REM temyata lebih lama lagi sampai
mencapai 75 % . Anak kucingi anak anjing, anak tikus dan hamster yang baru lahir
hanya mempunyai tidur REM, sedangkan marmot yang baru lahir mempunyai periode
REM yang singkat saja.
Beberapa peneliti percaya bahwa tidur REM diperlukan oleh otak ma-nusia untuk
berkembang sebelum dan sesudah lahir dan ini yang menerang-kan mengapa bayi butuh
banyak tidur. Hipotesa ini didukung oleh bukti bahwa marmot yang mempunyai REM
sebentar, lebih tidak berdaya dibanding-kan dengan anak kucing dan anjing.
Tidur terdiri dari dua komponen yaitu rapid eye movement (REM) dan non-REM atau
yang disebut dengan tidur gelombang lambat. Pada tahap REM aktivitas korteks cukup
intensif, sedangkan non-REM adalah dengan hilangnya aktifitas korteks yang
digambarkan dengan amplitudo yang besar berfrekuensi rendah pada osilasi
elektroensefalografi (EEG). Satu siklus tidur yang lengkap pada orang dewasa
berlangsung sekitar 90 menit, tetapi pada anak, terlebih bayi berlangsung lebih singkat
lagi.
2.3. Avfab
2.4. Vadab
2.5. TIDUR FISIOLOGIS
Tidur merupakan salah satu cara melepaskan kelelahan jasmani dan kelelhan mental.
Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali nmendapatkan tenaga serta
semangat untuk menyelesaikan persoalan yang di hadapi.
Semua makhluk hiduo mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan berbdedanya
waktu dalam siklus waktu 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai
irama sirkadian. Pusat control irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior
hypothalamus.
Bagian susunan syaraf pusat yang mengadakan kegiatan sikronisasi terletak pada
substansia ventrikulo retikularis medulo oblongata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian
susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral
medulo oblongata disebut sebagai pusat pengugah atau aurosal state.
Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
1. Tipe Rapid Eye Moment (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Moment (NREM)
Pola tidur bayi normal
Bayi baru lahir biasannya tidur selama 16-20 jam yang di bagi menjadi 4-5 periode. Pola tidur
bayi masih belum teratur, hal ini bisa disebabkan karena banyak faktor. Tetapi perlahan-lahan
akan bergeser sehingga lebih banyak waktu tidur di malam hari di bandingkan dengan siang hari.
Kebutuhan tidur normal pada anak
Usia 1-4 bulan : 14 1/2- 151/2 jam per hari
Usia 4-12 bulan : 14 - 15 jam per hari
Usia 1-3 tahun : 12-14 jam per hari
Usia 3-6 tahun : 103/4- 12 jam per hari
Usia 7-12 tahun : 10-11 jam per hari
Usia 12-18 tahun: 81/4-91/2 jam per hari
Jam tidur bayi yang berlainan ini sering diinterprestasikan berbagai macam. Dikatan bahwa
orang tua kekurang tidur 2 jam setiap harinya sehingga bayi berusia 5 bulan. Sedangkan mulai
usia 5 bulan sampai 2 tahun, orang tua kehilangan 1 jam waktu tidur setiap malamnya. Sehingga
orang tua pun perlu menyiasati waktu tidur nya sesuai dengan pola tidur bayi. Sebagian
kelompok bayi mulai usia 3 bulan bayi mulai lebih bnayk tidur malam dibanding siang. Di usia
3-6 bulan jumlah tidur siang pun semakin berkurang. Kira-kira 3 kali dan terus berkurang hingga
2 kali pada bayi usia 6-12 bulan. Menjelang usia 1 tahun biasannya ia hanya perlu tidur siang
satu kali saja dengan total jumlah waktu tidur berkisar anta 12-14 jam.
Gangguan Tidur pada Anak
Gangguan tidur pada anak ternyata cukup sering dialami oleh orang tua tetapi sayang nya
kondisi ini ditangani secara serius dan dianmggap biasa. Didiga sekitar 20-40 anak usia dibawah
3 bulan mengalami gangguan tidur. Dalam usia 6 bulan sampai 2 tahun sekitar 30% anak diduga
mengalami gangguan tidur dan sekitar 20% anak usia 2-5 tahun mengalaminya. Bisa gangguan
ini tidak tertangani serius ternyata dapat disertai berbagai gangguan perilaku dan gangguan
belajar di sekolah.
Membedakan apakah pola tidur anak normal atau merupakan ganguan tidur dapat ditemukan
oleh berbagai hal. Untuk mengetahui tidur pada anak sudah bukan merupakan keadaan yang
normal apabila :
Anak bangun selama 3 kali atau lebih dalam satu malam atau bebrapa malam \. Atau sedikitnya
empat kali dalam seminggu gangguan tidur tersebut ada.
Dalam aktifitas tidur diluar biasanya, dimana anak berpindah tidur ke tempat tidur orang
tua. Anak menolak tidur sedikitnya 30 menit disaat waktu tidur, untuk memulai tidur diawali
sedikit tantrum, marah dan gelisah.
Dalam memulai tidur harus dibutuhkan bantuan orangtua padahal sebelumnya bisa tidur
sendiri.
Gangguan tidur yang sering terjadi adalah insomnia adalah gangguan untuk memulai tidur dan
mempertahankan tidur yang baik. Gangguan tidur tersebut menimbulkan penderitaan dan
gangguan dalam berbagai fungsi social, pertumbuhan dan perkembangan anak, maupun pada
gangguan fungsi lainnya. Terdapat berbgai jenis insomnia tergantung beberapa kondisi dan
penyakit yang melatarbelakangi gangguan tidur tersebut.
Gangguan tidur pada ankaseperti malam gelisah, tidur bolak balik dari ujung ke ujung, sering
terbangun, rewel dan menggigau lebih sering terjadi pada usia 6 bulan sampai dengan 2 tahun.
Di atas usia 3 hingga 5 tahun semakin berkurang. Sedangkan diatas usia 7 tahun semakin jarang.
Pada beberapa kasus gangguan tidur ini menetap hingga dewasa. Parasomnia seperti ini disebut
night terror,sleep terror, pavor nocturnes atau terror malam. Penderitannya diantara 2-5 tahun,
dan biasaannya hilang dengan sendirinya saat berusia 7 tahun. Insomnia adalah gangguan untuk
memulai tidur dan mempertahankan kualitas tidur yang disebabkan berbagai faktor.
Gejala insomnia pada anak
Sulit untuk memulai tidur:
- Sebelum tidur posis anak bolak-balik mencari posis yang nyaman
- Tidak bisa memejamkan mata
- Menolak untuk tidur
- Rewel atau tantrum sebelum tidur
- Gangguan mempertahnkan kualitas tidur
- Saat tengah malam terbangun duduk kemudian tidur lagi (\seringkali dikira minta minum
atau haus)
- Mengigau menangis berteriak saat tidur
- Bolak-balik tidur dari ujung kasur ke kasur yang lain (lasak)
- Mimpi buruk pada malam hari (nightmare)
- Berjalan saat tidur
Penyebab gangguan tidur
Ilmu pengetahuan dan penelitian tidurn berkembang cukup pesat. Meski demikian penelitian
tentang maslah tidur pada anak, maasih belum banyak terungkap. Sehingga masih belum jelas
terungkap penyebab gangguan tidur pada anak. Berbagai dugaan dan asumsi berkembang dalam
menyikapi ganggaun tidur pada anak. Berbagai penyebab sering disebut adalah gangguan
keadaan emosial-psikologi, demam yang tinggi, stress atau posisi tidur yang terganggu.
Insomnia alergi makanan
Menurut penelitian penulis gangguan tidur pada anak seringkali disebbakan oleh insomniaalergi
makanan. Insomnia alergi makanan adalah gangguan untuk memulai tidur dan mempertahankan
kualitas tidur yang disebabkan akibat manifestasi atau respon karena alergi makanan. The
International Classification of Sleep Disorders mencantumkan Foods Allergy Insomnia dengan
klasifikasi ICSD : 780.52-2, sedangkan ICD 10 menggolongkan dalam G47.0+T78.4 sebagai
disorders of Initiating dan mMaintaining Sleep (Insomnia), sedangkan DSM IV menggolongkan
kelompok 780.52sebagai Sleep Disorders Due to a General Medical Condition: Insomnia Type
Angka kejadian insomnia alergi makana masih belum diketahui pasti, ettapi tampaknya
gangguan ini sering dialami terutama pada usia anak dibawah usia 5 tahun terutama usia 2 tahun.
Mifestasi klinis gangguan insomnia karena alergi makanan, masih belum masih belum terungkap
jelas. Beberapa penelitian mengatakan beberapa gangguan tidur lainnya ternayata sering
dikaitkan dengan insomnia alergi makanan.
Penelitian yang telah dilakukan Widodo Judarwanto tahun 2004 yang telah diajukan dalam acara
ilmiah international 24 th International Congress of Pedriatic Cancun Mexico August 15th-20th
2004, menunjukan bahwa dari 64 anak dengan gangguan alergi makanan dan gangguan tidur
setelah dilakukan eliminasi makana akibat alergi salaam 3 minggu didapatkan perbaikan.
Didapatkan 97% anak perbaikan dari pola tidurnya. Didapatkan 42(66%) anak mengalami
insomnia food allergy. 12(19%) anak dengan semnambulisme., 8(13%) anak dengan night terror,
32(50%) anak dengan nocturnal myoclonus.
Penyebab gangguan tidur lain yang selama ini diyakini banyak orang sebagai penyebab
gangguan tidur banyak masih diragukan . kondisi tersebut adalah karena siang terlalu lelah
bermain, terlalu keras tertawa dan bersenda gurau, karena kehausan atau sering meminta
minum.ternayta setelah dilakukan penghindaran makan yang beresiko alergi maka gangguan
tersebut menghilang meskipun berbagai penyebab tersebut tidak dilakukan intervensi.
Sejauh ini belum ada penelitian yang memastikan akibat gangguan akibat gangguan tidur bisa
menimbulkan berbagai hal yang berbahaya. Berbagai penelitian menunjukan anak dengan
gangguan tidur sering disertai peningkatan perilaku seperti agresif, gangguan prestasi sekolah,
emosi meningkat, dan gangguan belajar. Sedangkan berbagai laporan ilmiah menunjukan bahwa
penderita alergi makanan juga sering disertai dengan gangguan perilaku meningkat.
Berbagai perilaku meningkat yang sering dilaporkan adalah
- Agresifitas anak
- Emosi meningkat
- Anak tidak bisa aktif tidak bisa diam
- Gangguan konsentrasi
- Gangguan belajar