tht

28
CAVUM TIMPANI Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai TES PENDENGARAN KANAN KIRI TES RINNE Tidak Dilakukan TES WEBER TES SWABACH A. HIDUNG PEMERIKSAAN KANAN KIRI KEADAAN LUAR Bentuk dan Ukuran Normal Normal RHINOSKOPI ANTERIOR Mukosa Sekret Krusta Konka Inferior Septum deviasi Polip tumor Pasase udara Tenang - - Eutrofi - + baik septum ditengah Konka media Tenang - - Eutrofi - - + baik Mukosa tenang Konka inferior 1

Upload: ibnu-sina

Post on 13-Jul-2016

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

frddearsu

TRANSCRIPT

Page 1: Tht

CAVUM TIMPANI Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

TES PENDENGARAN KANAN KIRI

TES RINNE

Tidak DilakukanTES WEBER

TES SWABACH

A. HIDUNG

PEMERIKSAAN KANAN KIRI

KEADAAN LUAR Bentuk dan Ukuran Normal Normal

RHINOSKOPI

ANTERIOR

Mukosa

Sekret

Krusta

Konka Inferior

Septum deviasi

Polip tumor

Pasase udara

Tenang

-

-

Eutrofi

-

+ baik

septum

ditengah

Konka media

Tenang

-

-

Eutrofi

-

-

+ baik

Mukosa

tenang

Konka inferior

RHINOSKOPI

POSTERIOR

Mukosa

Sekret

Choana

Fossa Rossenmuller

Massa/tumor

Os.tuba eustachius

Tidak dilakukan

B. CAVUM ORIS DAN OROFARING

1

Page 2: Tht

BAGIAN KETERANGAN

MUKOSA Tenang

LIDAH Normal

GIGI GELIGI Normal

UVULA Normal

PILAR Normal

HALITOSIS -

TONSIL:

- Mukosa

- Besar

- Kripta

- Detritus

- Perlengketan

- Gambar

Normal

Tidak membesar

Tidak melebar

-/-

-/-

- Tonsil tidak membesar

- Uvula Normal

FARING

- Mukosa

- Granula

- Post nasal drip

- Sekret

Normal

-

-

-

LARING

- Epiglotis Tidak diperiksa

2

Page 3: Tht

- Kartilago arytenoid

- Plika aryepiglotika

- Plika vestibularis

- Plika vikalis

- Rima glotis

- Trakea

Keterangan:

1. Epiglotis

2. Kartilago arytenoid

3. Kartilago aryepiglotika

4. Plika vestibularis

5. Plika vokalis

6. Rima glotis

7. Trakea

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

C. MAXILLOFACIAL

BAGIAN KETERANGAN

MAXILLOFACIAL

- Bentuk

- Parese N. Cranialis

Simetris

-

3

Page 4: Tht

D. LEHER

BAGIAN KETERANGAN

LEHER

- Bentuk

- Massa

Simetris, tidak ada deviasi trakea

-

KGB submandibula

Tidak membesar Trakea di

Tengah

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang belum dilakukan.

II. RESUME

Pasien datang ke RS.Mohammad Ridwan Meureksa dengan keluhan gatal pada

telinga sebelah kiri yang dirasakan lebih kurang satu minggu lalu SMRS. Gejala ini

dirasakan semakin hari semakin memberat.pasien mengaku gatal yang dirasakannya

sudah sangat mengganggu aktifitasnya. Pasien juga mengaku bahwa setelah 2 hari

galatal telinganya menjadi sakit karena pasien suka menggaruk telinganya.

Dari pemeriksaan fisik yang didapatkan hasil terdapat gangguan pada liang

telinga sebelah kirinya berupa tampak jaringan berwarna putih dengan sedikit

4

Page 5: Tht

kehitaman yang bercampur dengan serumen,membrane timpani yang berwarna agak

suram dan reflex cahaya yang menurun.

Lain lain dalam batas normal

III. DIAGNOSIS KERJA

Otomikosis AS

VII. DIAGNOSIS BANDING

- Otisis Eksterna e,c baakteri

- Dermatitis liang telinga

IV. PENATALAKSANAAN

- Membersihkan liang telinga

- Memasang tampon Exoderil + salep Garamisin

- Salep Ketokonazol 3 kali sehari

- Amoxicilin tablet 3 kali sehari

- Nurtiflam 3 kali sehari

-

V. KOMPLIKASI

- Perforasi Membrana Timpani

VI. EDUKASI

- Mencegah telinga agar tidak kemasukan air/tidk boleh berenang

- menjaga kebersihan telinga

5

Page 6: Tht

- Tidak boleh mengorek telinga

- kontrol ulang

VII. RENCANA LANJUTAN

- Skuama dari kerokan kulit liang telinga diperiksa dengan KOH 10%

- Skuama dibiak pada media Sabauroud dekstrose

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fuctionam : ad bonam

6

Page 7: Tht

= OTOMIKOSIS =

I. PENDAHULUAN

Fungi atau jamur (latin) adalah organism eukariotik, pembawa spora, hanya sedikit

mengandung klorofil, dan bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual.1

Otomikosis atau otitis eksterna yang disebabkan oleh jamur (fungal otitis externa)

digambarkan sebagai infeksi epitel skuamosa pada kanalis auditorius eksternus yang

disebabkan oleh jamur dengan komplikasi yang jarang melibatkan telinga tengah. Walaupun

sangat jarang mengancam jiwa, proses penyakit ini sering menyebabkan keputus-asaan baik

pada pasien maupun ahli telinga hidung tenggorok karena lamanya waktu yang diperlukan

dalam pengobatan dan tindak lanjutnya, begitu juga dengan angka rekurensinya yang begitu

tinggi.2

Otomikosis adalah suatu bentuk penyakit yang umum ditemukan diseluruh belahan dunia. Frekuensinya bervariasi tergantung pada perbedaan zona geografik, faktor lingkungan, dan

juga waktu. 3

Otomikosis adalah satu dari gejala umum yang sering dijumpai pada klinik-klinik THT dan

prevalensinya mencapai 9% dari keseluruhan pasien yang menunjukkan gejala dan tanda

otitis eksterna. Walaupun terdapat perdebatan pendapat bahwa jamur sebagai penyebab

infeksi, melawan pendapat lain yang menyatakan adanya koloni berbagai macam spesies

sebagai respon host yang immunocompromised terhadap infeksi bakteri, kebanyakan studi

laboratorium dan pengamatan secara klinis mendukung otomikosis sebagai penyebab

patologis yang sebenarnya, dengan Candida dan Aspergillus sebagai spesies jamur yang

terbanyak diperoleh dari isolatnya.2

Banyak faktor yang dikemukakan sebagai predisposisi terjadinya otomikosis, termasuk cuaca

yang lembab, adanya serumen, instrumentasi pada telinga, status pasien yang

immunocompromised , dan peningkatan pemakaian preparat kortikosteroid. Pengobatan yang

direkomendasikan meliputi debridement lokal, serta penghentian pemakaian preparat

7

Page 8: Tht

kortikosteroid.2

8

Page 9: Tht

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.4

a. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai bagian depan membran

timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk

huruf S, dan tangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian

dalam rangkanya terdiri dari tulang, dengan panjang 2,5 – 3 cm. Pada sepertiga bagian luar

kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan

rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga

bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Serumen memiliki sifat

antimikotik dan bakteriostatik dan juga repellant terhadap serangga.4

Serumen terdiri dari lemak (46-73%), protein, asam amino, ion-ion mineral, dan juga

mengandung lisozim, immunoglobulin, dan dan asam lemak tak jenuh rantai ganda. Asam

lemak ini menyebabkan kulit yang tak mudah rapuh sehingga menginhibisi pertumbuhan

bakteri. Oleh karena komposisi hidrofobiknya, serumen dapat membuat permukaan kanal

menjadi impermeable, kemudian mencegah terjadinya maserasi dan kerusakan epitel.

Otomikosis sendiri merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur yang terjadi di telinga

bagian luar, yang terkadang disebabkan oleh ketiadaan serumen.3

b. Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan:

Batas luar : membran timpani

Batas depan : tuba eustachius

Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis.

Batas atas : Tegmen timpani (meningen/otak)

Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontalis, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window) dan tingkap bundar (round window) dan

promontorium.4

9

Page 10: Tht

Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan

terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran

sharpnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya

berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam

dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran nafas. Pars tensa mempunyai

satu lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang

berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Tulang pendengaran

didalam telinga saling berhubungan. Prosessus longus maleus melekat pada membran

timpani, maleus melekat dengan inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada

tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang

pendengaran merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang

menghubungkan daerah nasofaring, dengan telinga tengah.4

c. Telinga dalam

Terdiri dari koklea ( rumah siput ) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,

menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.4

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran

yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea, tampak skala vestibuli disebelah atas,

skala timpani disebelah bawah, dan skala media diantaranya. Skala vestibuli dan skala

timpani berisi cairan perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam

yang terdapat pada perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk

pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut dengan membrane vestibuli ( Reissner’s

membrane ), sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini

terletak Organ of corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang

disebut membran tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari

sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis Corti, yang membentuk Organ of Corti.4

Telinga berfungsi sebagai indra pendengaran. Adapun fisiologi pendengaran adalah sebagai

berikut : Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga

dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran

tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian

tulang pendengaran yang akan mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang

pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi

10

Page 11: Tht

getar yang telah diamplifikasikan ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap

lonjong, sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui

membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif

antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang

menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan

terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses

depolarisasi sel rambut , sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan

menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-

40) di lobus temporalis.4

III. DEFINISI

Otomikosis adalah infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur, atau infeksi jamur superficial

pada kanalis auditorius eksternus.6

Otomikosis ini sering dijumpai pada daerah yang tropis. Infeksi ini dapat bersifat akut dan

subakut, dan khas dengan adanya inflammasi, rasa gatal, dan ketidaknyamanan. Mikosis ini

menyebabkan adanya pembengkakan, pengelupasan epitel superfisial, adanya penumpukan

debris yang berbentuk hifa, disertai suppurasi, dan nyeri.6,7

IV. EPIDEMIOLOGI

Angka insidensi otomikosis tidak diketahui, tetapi sering terjadi pada daerah dengan cuaca

yang panas, juga pada orang-orang yang senang dengan olah raga air. 1 dari 8 kasus infesi

telinga luar disebabkan oleh jamur. 90 % infeksi jamur ini disebabkan oleh Aspergillus spp,

dan selebihnya adalah Candida spp. Angka prevalensi Otomikosis ini dijumpai pada 9 % dari

seluruh pasien yang mengalami gejala dan tanda otitis eksterna. Otomikosis ini lebih sering

dijumpai pada daerah dengan cuaca panas, dan banyak literatur menyebutkan otomikosis

berasal dari negara tropis dan subtropis. Di United Kingdom ( UK ), diagnosis otitis eksterna

yang disebabkan oleh jamur ini sering ditegakkan pada saat berakhirnya musim panas.8

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei tahun 2006, Otomikosis dijumpai lebih

banyak pada wanita ( terutama ibu rumah tangga ) daripada pria. Otomikosis biasanya terjadi

pada dewasa, dan jarang pada anak-anak. Pada penelitian tersebut, dijumpai otomikosis

sering pada remaja laki-laki, yang juga sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti lainnya.9

11

Page 12: Tht

12

Page 13: Tht

Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hueso,dkk, dari 102 kasus ditemukan 55,8

%nya merupakan lelaki, sedangkan 44,2% nya merupakan wanita.3

V. ETIOLOGI

Faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna, dalam hal ini otomikosis, meliputi ketiadaan

serumen, kelembaban yang tinggi, peningkatan temperature, dan trauma lokal, yang biasanya

sering disebabkan oleh kapas telinga (cotton buds) dan alat bantu dengar. Serumen sendiri

memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang berfungsi menekan pertumbuhan bakteri dan

jamur. Olah raga air misalnya berenang dan berselancar sering dihubungkan dengan keadaan

ini oleh karena paparan ulang dengan air yang menyebabkan keluarnya serumen, dan

keringnya kanalis auditorius eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif

pada telinga. Predisposisi yang lain meliputi riwayat menderita eksema, rhinitis allergika, dan

asthma.8

Infeksi ini disebabkan oleh beberapa spesies dari jamur yang bersifat saprofit, terutama

Aspergillus niger. Agen penyebab lainnya meliputi A. flavus, A. fumigatus, Allescheria

boydii, Scopulariopsis, Penicillium, Rhizopus, Absidia, dan Candida Spp. Sebagai tambahan,

otomikosis dapat merupakan infeksi sekunder dari predisposisi tertentu misalnya otitis

eksterna yang disebabkan bakteri yang diterapi dengan kortikosteroid dan berenang.9,10

Banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan jamur saprofit ini mejadi jamur yang

patogenik, tetapi bagaimana mekanismenya sampai sekarang belum dimengerti. Beberapa

dari faktor dibawah ini dianggap berperan dalam terjadinya infeksi, seperti perubahan epitel,

peningkatan kadar pH, gangguan kualitatif dan kuantitatif dari serumen, faktor sistemik

( seperti gangguan imun tubuh, kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia ), faktor

lingkungan ( panas, kelembaban ), riwayat otomikosis sebelumnya, Otitis media sekretorik

kronik, post mastoidektomi, atau penggunaan substansi seperti antibiotika spectrum luas pada

telinga.3

Aspergillus niger dilaporkan sebagai penyebab paling terbanyak dari otomikosis ini. Pada

dua penelitian di Babol dan barat laut Iran, A.niger dilaporkan sebagai penyebab utama.

Ozcan dkk, dan Hurst melaporkan A.niger , juga sebagai penyebab terbanyak otomikosis di

Turki dan Australia. Tetapi, Kaur, dkk, menemukan bahwa A.fumigatus sebagai penyebab

terbanyak diikuti dengan A.niger. Spesies Aspergillus lainnya yang dihubungkan dengan

otomikosis adalah A.flavus. Penicillum juga dilaporkan oleh Pavalenko. Jamur lainnya yang

13

Page 14: Tht

14

Page 15: Tht

berhubungan dengan terjadinya otomikosis adalah C.albicans dan C. parapsilosis. Pada penelitian yang dilakukan Ali Zarei di Pakistan Tahun 2006, dijumpai A.niger sebagai

penyebab utama diikuti dengan A.flavus.9,10

Aspergillus niger, juga telah dilaporkan sebagai penyebab otomikosis pada pasien immunokompromis, yang tidak berespon terhadap berbagai regimen terapi yang telah

diberikan. (Aspergillus Otomikosis).11

VI. DIAGNOSA

Diagnosa didasarkan pada :

1. Anamnesis

Adanya keluhan rasa gatal, nyeri dalam telinga, adanya secret yang keluar dari telinga. Yang juga penting adalah kecenderungan beraktifitas yang berhubungan dengan air,

misalnya berenang, menyelam, dan sebagainya.12

2. Pemeriksaan Klinis.

Dapat ditemukan gejala dan tanda, antara lain:

Gatal-gatal pada otomokosis

Hal ini disebabkan terjadinya eksfoliasi kulit oleh jamur yang tumbuh sehingga terjadi

pengelupasan kulit yang kemudian bercampur dengan jamur itu sendiri membentuk masa

debris yang basah. Massa basah ini selanjutnya mengiritasi kulit liang telinga yang sudah

terkelupas tadi sehingga timbul rasa gatal. Dengan digaruk akan memperberat rasa gatal

tersebut. Seperti disebutkan rasa gatal ini merupakan keluhan yang paling sering dialami

oleh pasien.

Sakit pada telinga

Keluhan sakit pada dasarnya merupakan keluhan lanjutan setelah gatal dan liang telinga dikorek-korek, sehingga membuat trauma dan menimbulkan reaksi radang yang diikuti infeksi bakteri. Keluhan ini merupakan keluhan kedua terbanyak.

Perasaan tidak enak

Perasaan tak enak pada liang telinga ini dirasakan difusi sehingga penderita sendiri sukar untuk menerangkannya.

Gangguan Pendengaran

15

Page 16: Tht

Gangguan pendengaran biasanya ringan saja akibat adanya massa seperti busa yang besar

pada liang telinga yang terutama disebabkan oleh jamur Aspergillus niger. (5.6)

Telinga berair

Cairan telinga dapat bervariasi mulai dari serous seropurulent sampai pada cairan berwarna krem dan kehitam-hitaman.

Tinitus

Keluhan ini sering menetap dan sangat mengganggu penderita sehingga sering

menyebabkan penderita datang berobat tanpa disertai gejala atau lainya yang berarti.

Tinitus ini mungkin hanya disebabkan oleh sumbatan debris dalam liang telinga yang

menekan gendang telinga. Keluhan ini akan hilang setelah debris ini diangkat.

Gambar 1 : Otomikosis. Tampak hifa dan spora dalam liang telinga

16

Page 17: Tht

Pada pemeriksaan klinis umumnya tidak menunjukan kelainan yang berarti pada daun

telinga, kecuali sedikit rasa nyeri saat daun telinga ditarik serta ulserasi ringan dengan

pembentukan krusta. . Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama,

dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun

telinga sebelah dalam. Pada liang telinga dapat terjadi penyempitan dalam berbagai derajat.

Penyempitan disebabkan reaksi peradangan pada lapisan kulit liang telinga luar karena

infeksi jamur. Didapati adanya akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa

berfilamen yang berwana putih dan panjang dari permukaan kulit. Sedangkan pada

membrana tympani dapat dijumpai kongesti dan peradangan pada gendang telinga meskipun

pada kebanyakan kasus tidak ditemukan kelainan Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan

ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai kedalam, sampai ke membran timpani, maka akan

dapat mengeluarkan cairan serosanguinos.12

Pada pemeriksaan telinga yang dicurigai otomikosis, didapati adanya akumulasi debris fibrin

yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana putih dan panjang dari permukaan

kulit, hilangnya pembengkakan signifikan pada dinding kanalis, dan area melingkar dari

jaringan granulasi diantara kanalis eksterna atau pada membran timpani.8

3. Pemeriksaan Laboratorium

a. Preparat langsung:

Skuama dari kerokan kulit liang telinga diperiksa dengan KOH 10 % akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum, dan kadang-kadang dapat ditemyukan spora-spora kecil

dengan diameter 2-3 u.12

b. Pembiakan:

Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan dieramkan pada suhu kamar.

Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filament berwarna putih.

Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan

sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya.12

VII. DIAGNOSA BANDING

Otomikosis dapat didiagnosa banding dengan otitis eksterna yang disebabkan oleh bakteri, kemudian dengan dermatitis pada liang telinga yang sering memberikan gejala – gejala yang

sama.12

17

Page 18: Tht

VIII. PENATALAKSANAAN

Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering, jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti

korek api, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-kotoran telinga harus sering dibersihkan.15

Pengobatan yang dapat diberikan seperti :

Larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang diteteskan kedalam liang telinga

biasanya dapat menyembuhkan.4,15

Tetes telinga siap beli seperti VoSol ( asam asetat nonakueus 2 % ), Cresylate ( m-kresil

asetat ) dan Otic Domeboro ( asam asetat 2 % ) bermanfaat bagi banyak kasus.16

Larutan timol 2 % dalam spiritus dilutes ( alkohol 70 % ) atau meneteskan larutan burrowi 5 % satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan

biasanya memberi hasil pengobatan yang memuaskan.8

Dapat juga diberikan Neosporin dan larutan gentian violet 1-2 %.8

Akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah fungisida topikal spesifik, seperti preparat yang mengandung nystatin , ketokonazole, klotrimazole, dan anti jamur yang

diberikan secara sistemik.2,16

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak secara komplit

mengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen diatas tidak menunjukkan

keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps kembali. Hal ini menjadi penting untuk

diingat bahwa, selain memberikan anti jamur topikal, juga harus dipahami fisiologi dari

kanalis auditorius eksternus itu sendiri, yakni dengan tidak melakukan manuver-manuver

pada daerah tersebut, mengurangi paparan dengan air agar tidak menambah kelembaban,

mendapatkan terapi yang adekuat ketika menderita otitis media, juga menghindari situasi

apapun yang dapat merubah homeostasis lokal. Kesemuanya apabila dijalankan dengan baik,

maka akan membawa kepada resolusi komplit dari penyakit ini.3

IX. KOMPLIKASI

Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi, dan cenderung sembuh

dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran timpani mungkin berhubungan

dengan nekrosis avaskular dari membran timpani sebagai akibat dari trombosis pada

18

Page 19: Tht

9Pembuluh darah. Angka insiden terjadinya perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai

penelitian berkisar antara 12-16 % dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini

untuk memprediksi terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya

merupakan konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun

merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari kulit sekitarnya.2

X. PROGNOSIS

Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat terapi dengan anti

jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi ( penyembuhan ) yang baik secara

imunologi. Bagaimanapun juga, resiko kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang

menyebabkan infeksi sebenarnya tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari

kanalis auditorius eksternus masih terganggu. 1,12

XI. KESIMPULAN

1. Otomikosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur baik bersifat akut, sub akut, maupun kronik yang terjadi pada liang telinga luar ( kanalis auditorius eksternus ).

2. Gejala dari otomikosis dapat berupa nyeri pada telinga, keluarnya secret ( otorrhea ), gatal, sampai berkurangnya pendengaran.

3. Faktor predisposisi yang menyebabkannya meliputi ketiadaan serumen, kelembaban yang tinggi karena sering beraktifitas dalam air seperti berenang, dan penggunaan kortikosteroid, dan anti mikroba pada infeksi sebelumnya.

4. Spesies yang paling terbanyak menyebabkan infeksi ini adalah dari genus Aspergillum dan Candida.

5. Pengobatan dengan menjaga kebersihan telinga, mengurangi kelembaban dan faktor-faktor predisposisinya, dan pemakaian anti fungal baik secara lokal maupun sistemik.

19

Page 20: Tht

20