the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more
TRANSCRIPT
TESIS
PELATIHAN LARI AEROBIK 2,4 KM DENGAN DOSIS YANG SAMA DI DALAM STADION LEBIH MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI DARI PADA DI LUAR STADION PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA KATOLIK GIOVANNI KUPANG
DI KUPANG
FRANSISKUS ROBERTUS KLEDEN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2013
TESIS
PELATIHAN LARI AEROBIK 2,4 KM DENGAN DOSIS YANG SAMA DI DALAM STADION LEBIH MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI DARI PADA DI LUAR STADION PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA KATOLIK GIOVANNI KUPANG
DI KUPANG
FRANSISKUS ROBERTUS KLEDEN NIM:1190361017
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2013
PELATIHAN LARI AEROBIK 2,4 KM DENGAN DOSIS YANG SAMA DI DALAM STADION LEBIH MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI DARI PADA DI LUAR STADION PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA KATOLIK GIOVANNI KUPANG
DI KUPANG
Tesis ini Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi
Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana
FRANSISKUS ROBERTUS KLEDEN NIM. 1190361017
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2013
2
3
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 01 JULI 2013
Mengetahui
Ketua Program Magister
Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And NIP. 19440201 196409 1 001
Pembimbing I
Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And NIP. 19440201 196409 1 001
Pembimbing II
Drs. Nurdin U. Badu, M.For NIP. 19461028 197104 1 001
Direktur Program PascaSarjana Universitas udayana,
Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001
4
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Tesis ini Telah diuji Pada
Tanggal 01 Juli 2013
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
Nomor : 0940 / UN.14.4 / HK / 2013, tanggal 11 Juni 2013
Ketua : Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc. Sp. And
Anggota :
1. DRS. Nurdin U. Badu, M.For
2. Prof. dr. Nyoman Agus Bagiada, S.P, Biok
3. Simson Kerihi, S.Pd, M.Pd
4. Dr. Ir. I Ketut Wijaya
5
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fransiskus Robertus Kleden
NIM : 1190361017
Program Studi : Fisiologi Olahraga
Judul Tesis : Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan dosis yang sama di
dalam stadion lebih meningkatkan kesegaran jasmani dari
pada di luar stadion pada siswa putra kelas xi SMA Katolik
Giovanni Kupang di Kupang
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku.
Denpasar, 15 Juni 2013
Yang membuat pernyataan
Materai
( Fransiskus Robertus Kleden )
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama – tama perkenankanlah penulis memanjatkan Puji syukur ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas tuntunan dan penyertaanNya, tesis ini
dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terimah kasih yang
sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And, sebagai
Pembimbing I yang dengan penuh perhatian memberikan dorongan, semangat,
bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program pascasarjana, khususnya
dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih yang sebesar - besarnya pula penulis
sampaikan kepada Drs. Nurdin U. Badu, M.For, pembimbing II yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada
penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.
Dr. dr. I Made Bakta, SpPD. MHOM, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program
pascasarjana di Universitas Udayana.Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr.
A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberkan kepada penulis untuk
menjadi mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc,
Sp.And, Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas
Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa
Program Pascasarjana Universitas Udayana.
7
Kepada para penguji tesis Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And,
Drs. Nurdin U. Badu, M.For, Prof. dr. Nyoman Agus Bagiada, S.P, Biok, Simson
Kerihi, S.Pd, M.Pd, Dr. Ir. I Ketut Wijaya yang telah memberi masukan, saran,
sangahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini, penulis ucapkan
terima kasih serta
ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan disampaikan kepada seluruh
dosen dan staf Program Pascasarjana Magister Fisiologi Olahraga Universitas
Udayana yang telah membimbing serta mengarahkan penulis selama pendidikan.
Terima kasih juga disampekan kepada Romo. Stefanus Mau, Pr selaku kepala
sekolah SMA Katolik Givanni Kupang, para guru, pegawai dan guru pendamping (
Pa Nico, Ibu Veby dan ibu Sinta), serta anak-anak kelas XI yang telah berpartisipasi
dalam penelitian ini, maupun teman-teman seangkatan PPS (Jimmy, Julian, Jhon,
Beni, Markus, Sardi, erik dan Edu) yang telah berjuang bersama.
Terima kasih kepada Papa dan Mama tercinta Thomas T. Kleden S.Pd dan
Marselina A. Korolulu, Amd yang telah mengasuh, membesarkan penulis serta
memberikan dukungan doa dan restu yang senantiasa diucapkan, kepada kaka, adik
serta para keponakan yang tersayang, penulis haturkan terima kasih.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih juga kepada Bapa Tonce Riberu dan
Ibu Philomena Riberu, atas segala dukungan dan doanya, serta kepada Maria Kelara
Riberu yang memberikan motifasi, semagat, dukungan, yang senantiasa mendoakan
penulis sehinga tesis ini dapat terwujud.
8
Semoga Tuhan Yang Maha Esa slalu melimpahkan karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis
Fransiskus Robertus Kleden
9
ABSTRAK
PELATIHAN LARI AEROBIK 2,4 KM DENGAN DOSIS YANG SAMA DI DALAM STADION LEBIH MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI DARI PADA DI LUAR STADION PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA
KATOLIK GIOVANNI KUPANG DI KUPANG
Lari aerobik 2,4 km adalah lari dengan menempuh jarak 2,4 km, mengunakan
tenaga hasil pembakaran zat makanan oleh oksigen luar. Lari aerobik dapat digunakan sebagai tes dan dapat pula dipakai sebagai pelatihan. Pelatihan lari aerobik 2,4 km ini sangat diperlukan pada semua cabang olahraga, terutama untuk meningkatkan kesegaran jasmani, sehubungan dengan hal di atas maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam maupun di luar lapangan/stadion yang dilakukan 3 kali per minggu selama 6 minggu perlakuan. Di dalam lapangan stadion memberikan peningkatan kesegaran jasmani yang lebih baik dari pada yang di luar stadion.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian “Randomized Pre test and pos test control group design”. Jumlah sampel sebanyak 22 orang siswa putra kelas XI SMAK Giovanni Kupang tahun 2012/2013 yang dibagi menjadi 2 kelompok. Pembagian kelompok ini dilakukan secara acak, untuk kelompok I diberi pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam lapangan stadion dengan subjek jumlahnya 11 orang dan untuk kelompok 2 diberi pelatihan lari aerobik 2,4 km di luar lapangan stadion dengan jumlah subjek 11 orang, lama pelatihan 6 minggu dengan frekuensi pelatihan 3 kali per minggu. Pengukuran dilakukan : 1). Sebelum perlakuan (pretest), 2). Setelah 6 minggu perlakuan (postest). Variabel tergantung yang diukur adalah kesegaran jasmani, diukur dengan test lari aerobik 2,4 km. Analisis statistik dilakukan dengan analisis uji-t. Hasilnya adalah sebagai berikut: 1) Sebelum pelatihan nilai rata-rata waktu tempuh test aerobik 2,4 km : 11,945 ± 0,691 menit pada kelompok I dan 13,199 ± 0,717 menit pada kelompok II (p>0,05). 2). Setelah 6 minggu pelatihan maka nilai rata-rata waktu tempuh test lari aerobik 2,4 km: 8,445 ± 0,448 menit pada kelompok I, dan 8,613 ± 0,435 menit pada kelompok II (P<0,01).
Kesimpulanya bahwa hasil penelitian menunjukan pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam lapangan stadion lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kesegaran jasmani siswa dibandingkan dengan pelatihan lari aerobik 2,4 km di luar lapangan stadion. Kata kunci: Lari aerobik 2,4 km, peningkatan kebugaran jasmani
10
ABSTRACT
THE TRAINING OF AEROBIC RUNNING 2,4 KM WITH THE SAME DOSE MORE IMPROVE THE PHYSICAL FITNESS INSIDE OF STADIUM THAN THE OUTSIDE OF STADIUM OF XI GRADE MALE STUDENTS OF
KATOLIK GIOVANNI SENIOR HIGH SCHOOL KUPANG IN KUPANG
An aerobic run 2.4 km is a run for 2,4 km distance, used the energy of the burning of food substance by outside oxygen. Aerobic run can be used as a test and also as training. this Aerobic run 2,4 km is required by all types of sports mainly to improve physical fitness. Related of this study then conducted the research that to find out the influence of the 2.4 km aerobic run in the inside or outside of the yard which was conducted 3 times a week during 6 weeks. Inside of the stadium give the increasing of physical fitness better than the outside.
The type of training is true experimental study with training design “Randomized Pre/post Test Group Design”. The number of sample is 22 of male students in grade 11th of Giovanni Senior High School Kupang which are divided into 2 groups. The partition of this group was conducted randomly, for group I was given an aerobic run 2,4 km inside of the stadium with the number of subject 11 students, while Group II (with the same number of subject) performed outside the stadium. The training period was six weeks with the frequency of training three times a week. The measured was conducted pre-test and post-test (after 6 weeks treatments). The dependant variable being measured here is the physical fitness, was measured with an aerobic run 2,4 km. The statistical analyze was conducted with t-test analyses.
The results are: (1) before training the average value of length time an aerobic test 2,4 km: 11,945 ± 0,691 minutes for Group I and 13,199 ± 0,717 minutes for Group II (p>0.005). (2) after six weeks of training, the average time to finish the 2.4 km aerobic run was 8,445 ± 0,448 minutes for Group I and 8,613 ± 0,435 minutes for Group II (p>0.01).
This was concluded that the result of the training showed that an aerobic run inside the stadium has better impact on physical fitness than the one conducted outside the stadium.
Key words: Run, 2,4 km aerobic, Enhancement of Physical fitness
11
DAFTAR ISI
ISI Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..............................................................
UCAPAN TRIMAKASI................................................................................
i
iii
iv
v
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR/BAGAN ....................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 5
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 6
2.1 Kesegaran Jasmani .................................................................... 6
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani ....................... 9
2.3 Tes Kesegaran Jasmani .............................................................. 14
2.4 Takaran Pelatihan Kesegaran Jasmani ....................................... 15
2.5 Cara Pengukuran Kesegaran Jasmani ......................................... 17
2.6 Lari Aerobik 2,4 Km Sebagai Program latihan .......................... 18
2.7 Keuntungan dan Kerugian Tes lari Aerobik 2,4 Km................... 21
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS.................. 23
3.1 Kerangka Berpikir .................................................................. 23
3.2 Konsep Penelitian ................................................................... 24
3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................ 24
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 25
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 25
4.2 Jenis Penelitian ....................................................................... 25
4.3 Rancangan Penelitian ............................................................. 25
4.4 Subjek dan Sampel ................................................................. 26
4.5 Variabel Penelitian ................................................................. 29
4.6 Defenisi Operasional Variabel ................................................ 30
4.7 Instrumen Pelatihan/Alat Pengumpulan Data .......................... 33
4.8 Prosedur Penelitian ................................................................. 34
4.9 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 36
4.10 Prosedur Pengukuran ............................................................... 36
13
4.11 Analisis Data ........................................................................... 37
4.12 Alur penelitian ........................................................................ 38
BAB V HASIL DAN ANALISIS ................................................................ 39
5.1 Lingkungan Penelitian .......................................................... 39
5.2 Ciri Fisik Subjek ................................................................... 40
5.3 Analisis Hasil ........................................................................ 40
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................ 43
6.1 Subjek penelitian ................................................................... 43
6.2 Pelatihan Lari Aerobik 2,4 Km, Dengan Frekuensi 3 Kali
Seminggu di Dalam Maupun di Luar Stadion Meningkatkan
Kesegaran Jasmani Siswa. ......................................................
6.3 Pelatihan Lari Aerobik 2,4 Km, Dengan Frekuensi 3 Kali
Seminggu Di Dalam Stadion Lebih Baik Pengaruhnya
Terhadap Kesegaran Jasmani Dibandingkan Pelatihan Di Luar
Stadion ..................................................................................
43
44
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 51
7.1 Simpulan ............................................................................... 51
7.2 Saran ..................................................................................... 52
DAFTA PUSTAKA ...................................................................................... 53
LAMPIRAN ................................................................................................... 57
14
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Format klasifikasi Kesegaran Jasmani Tes Lari Aerobik
2,4 km................................................................................. 18
Tabel 2.2 Klasifikasi Kesegaan jasmani (Tes Aerobik) Untuk
Golongan Umur 13-19 Tahun .................................... ............. 19
Tabel 5.1 Data karakteristik suhu dan kelembaban relatif udara
lingkungan penelitian........................................................... ... 39
Tabel 5.2 Nilai rata-rata ciri fisik siswa SMA Katolik Giovanni
Kupang (n=22) ....................................................................... 40
Tabel 5.3 Uji Normalitas Pada Sampel Penelitian .................................. 40
Tabel 5.4 Beda Kelompok Data di Dalam dan di Luar Stadion
Lari Aerobik 2,4 km .............................................................. 41
Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Antara Kelompok 1 di Dalam
dan Kelompok 2 di Luar Stadion ............................................ 42
Tabel 5.6 Hasil Uji Beda Antara Kelompok di Dalam dan di
Luar Stadion........................................................................... 42
15
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
Gambar/Bagan Halaman
Gambar/Bagan 3.2 Kerangka Konsep ……………………............. 24
Gambar/Bagan 4.1 Rancangan penelitian …………………........... 26
Gambar/Bagan 4.2 Pengelompokan Sampel Penelitian ……......... 29
Gambar/Bagan 4.3 Alur penelitian………………………............ 38
16
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 5.1 Waktu tempuh lari aerobik 2,4 sebelum dan sesudah
6 minggu pelatihan kedua kelompok SMAK Giovanni
Kupang 2013.............................................................,, 45
17
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Lambang / arti dan keterangan singkatan
BB Berat Badan
dst dan seterusnya
Ke1 Kelompok eksperimen 1 (dalam stadion)
Ke2 Kelompok eksperimen 2 (luar stadion)
Kg kilogram
Kj kesegaran jasmani
Km kilometer
Klp I kelompok eksperimen I
Klp II kelompok eksperimen II
ml mililiter
m menit
p probalitas
t waktu
Vo2 Volume udara
TB Tinggi Badan
R Randomisasi
S Sampel
X1 Pelatihan lari aerobic 2,4 km dalam stadion
X2 Pelatihan lari aerobic 2,4 km luar stadion
18
SD Standar Deviasi
SMA Sekolah Menengah Atas
Frekuensi
β Beta
α Alpha
σ Standar Devisiasi
µ1 Data 1
µ2 Data 2
n Nilai
> lebih
< kurang
± lebih kurang
= sama dengan
×ഥ rata-rata
% persen
kurang
tambah
19
LAMPIRAN- LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perhitungan Analisis Statistik .................................... 57
Lampiran 2. Program Latihan ....................................................... 60
Lampiran 4. Gambar tes ................................................................ 61
20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembentukan manusia yang sehat, kuat fisik dan mental dapat ditingkatkan
dalam suatu pola pembinaan kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani dan kesehatan
yang prima adalah dasar bagi setiap orang untuk melakukan aktifitas setiap hari.
Kesegaran jasmani merupakan kebutuhan bagi setiap orang tanpa ada pembedaan
jenis kelamin, usia, tingkat sosial ekonomi serta budaya. Kesegaran jasmani adalah
suatu kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu
yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki
cadangan tenaga untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak (Nala,
2002).
Olahraga diakui memiliki posisi serta peran yang strategis dalam
pembentukan karakter dan peningkatan sumber daya manusia secara
berkesinambungan. Berolahraga adalah suatu kegiatan tubuh yang pada umumnya
meliputi beberapa otot besar maupun kecil, sebagai proses aktivitas hal ini akan
menimbulkan reaksi dari organ-organ berupa usaha penyesuaian tubuh. Reaksi
penyesuaian tubuh dapat berbentuk fungsi yang bersifat sementara dan berlangsung
tiba-tiba sebagai akibat aktivitas tubuh, perubahan fungsi ini akan lenyap dengan
segera setelah aktivitas tubuh dihentikan. Adaptasi berupa perubahan struktur dan
fungsi yang sifatnya kurang lebih menetap pada organ-organ tubuh, sebagai akibat
21
latihan yang diberikan, keadaan ini akan memudahkan tubuh untuk bereaksi
terhadap tuntutan aktivitas yang diberikan kepadanya (Manuaba, 1981).
Peningkatan kesegaran jasmani pada siswa SMA Katolik Giovanni kupang
dilakukan melalui pelatihan olahraga, dengan pelatihan olahraga diharapkan lebih
meningkatkan fungsi kerja organ tubuh, untuk mengoptimalkan penampilan serta
prestasi belajar siswa disekolah. Siswa merupakan individu yang memiliki unsur-
unsur jasmani dan rohani yang dapat dikembankan melalui aktivitas jasmani,
aktivitas ini dapat merangsang pertumbuhan tulang, mengembangkan kapasitas
paru-paru, memperlancar peredaran darah, merendahkan tekanan darah dan
mengurangi taraf kolesterol serta menciptakan citra penampilan tubuh yang baik,
memberikan kesan mampu melaksanakan tugas dan percaya pada kemampuan diri
serta bisa menyiapkan fisik dan emosi untuk menghadapi keadaan darurat (Lutan,
2001).
Peningkatan kesegaran jasmani siswa SMA Katolik Giovanni kupang, dapat
diukur dengan melakukan pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam stadion dan di
luar stadion dengan dosis yang sama. Dosis yang sama merupakan kesamaan dalam
jarak tempuh 2,4 km dan waktu tempuh untuk kedua kelompok perlakuan yang
menggunakan stopwatch, yaitu dinyatakan dalam satuan menit dengan ketelitian
0,01 menit. Pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam lapangan stadion ditempuh
dengan cara 6 kali lari mengelilingi lapangan sepanjang 400 meter, di luar stadion
(jalan raya) dengan menempuh jarak lari 2,4 km pada lintasan jalan lurus, sehingga
perlu dilakukan penelitian tempat pelatihan manakah yang hasilnya lebih baik
22
untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa bila dilakukan pelatihan dengan
takaran atau dosis yang sama.
Peningkatan kesegaran jasmani siswa ini dapat dipengaruhi oleh program
pelatihan, program pelatihan yang disesuaikan dengan tujuan pelatihan akan
berpengaruh secara signifikan, dimana setiap minggu subjek akan berusaha
mencapai target waktu yang semakin meningkat (cepat) hingga mencapai waktu
yang di tentukan (12’10-09’41 menit), dengan pembebanan motifasi. Faktor
motifasi dan kondisi fisik juga akan menjadi pemicu utama dalam pencapaian target
waktu, ditambahkan lagi bahwa motifasi atau dorongan merupakan penggerak
utama dalam peningkatan aktifitas seperti lari di lapangan karena kegiatan lari
seperti itu secara fisik bersifat terpimpin atau terprogram (Koeswara, 1989),
sedangkan secara psikis bersifat tidak membosankan oleh karena suasana tempat
yang menguntungkan/nyaman (aman), sehingga termotifasi untuk melaksanakan
aktifitas dengan keadaan yang sama.
Motifasi sebagai proses untuk mencapai tujuan, yakni individu secara sadar
memotivasi perilaku yang mengarah pada tujuan yang hendak dicapai (Mayer, dkk.
2004). Dikatakan juga motifasi merupakan dorongan yang sangat penting dalam
meningkatkan prestasi dan merai kesuksesan (Fontayne, 2001), dengan demikian
dikatakan motivasi berprestasi merupakan keinginan yang kuat untuk mencapai
kesuksesan di mana kesuksesan itu tergantung pada kemampuan atlit itu sendiri
(Adisasmito, 2007). Motifasi dalam diri serta pemberian motifasi yang tepat akan
menggurangi aspek kejenuhan, sehingga secara individu akan mampu memotifasi
diri dalam pencapaian tujuan.
23
Untuk membuktikan hal tersebut diatas, dilakukanlah penelitian dimana
sasarannya adalah siswa dengan peningkatan kesegaran jasmani pada lari aerobik
2,4 km di dalam lapangan stadion diasumsikan lebih baik pengaruhnya untuk
meningkatkan kesegaran jasmani siswa putra kelas XI SMA Katolik Giovanni
Kupang dari pada di luar lapangan stadion ( jalan raya).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan yang telah dibatasi diatas, maka
permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di
dalam maupun di luar stadion meningkatkan kesegaran jasmani siswa?
2. Apakah pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di
dalam stadion lebih baik pengaruhnya terhadap kesegaran jasmani Siswa
dibandingkan pelatihan di luar stadion?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam pebnelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali
seminggu di dalam maupun di luar stadion meningkatkan kesegaran jasmani
siswa.
2. Untuk mengetahui pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali
seminggu di dalam stadion lebih baik pengaruhnya terhadap kesegaran jasmani
siswa dibandingkan pelatihan di luar stadion.
24
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Sebagai bahan acuan dalam pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan dosis yang
sama didalam dan diluar lapangan stadion dapat meningkatkan kesegran
jasmani secara baik.
2. Sebagai bahan informasi bagi guru atau pelatih olahraga, atlit, dan para siswa
yang ingin meningkatkan kesegaran jasmani dalam pelatihan lari aerobik 2,4
km dengan dosis yang sama di dalam dan di luar lapangan stadion.
25
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris, yaitu
physical fitness. Dalam Bahasa Indonesia ada beberapa istilah yang dipergunakan
seperti: bugar badan, kesamapataan, segar badan, namun yang paling popular
adalah kesegaran jasmani (Badu 2006). Kesegaran jasmani adalah satu aspek fisik
dan kesegaran yang menyeluruh (total fitness), yang memberi kesanggupan kepada
seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri
pada tiap-tiap pembebanan (stress) fisik yang layak. Pembebanan fisik pada
seseorang adalah sangat individual dan tergantung pada tugasnya, sehingga
kesegaran jasmani yang dimiliki harus sesuai dengan pembebanan pada hidupnya,
semakin berat tugas fisik yang harus dilakukannya, makin tinggi pula kesegaran
jasmani yang harus dimiliki (Sutarman, 1996).
Kesegaran jasmani (Physical fitness) adalah kemampuan tubuh untuk
menyesuaikan fungsi alat-alat tubuh dalam batas fisiologi terhadap keadaan
lingkungan dan atau kerja fisik secara efisien tanpa lelah secara berlebihan
(Soemorwardjo dan Giriwidjojo, 1977), Oleh sebab itu tubuh manusia dapat
melakukan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat rekreatif dan telah mengalami
pemulihan yang sempurna sebelum datangnya tugas yang sama pada esok harinya.
Kesegaran jasmani adalah suatu kesanggupan atau kemampuan dari tubuh
manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang
dihadapinya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Nala, 1998),
26
disempurnakan lagi bahwa kesegaran jasmani sebagai kemampuan tubuh untuk
melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa
mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk
melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak (Nala, 2002).
Kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan (healt-related fitness),
didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan aktifitas harian yang
membutuhkan energi serta kualitas dan kapasitas yang diasosiasikan dengan
rendahnya resiko munculnya penyakit hipokinetik dini (yang berhubungan
kurangnya aktifitas fisik), oleh (Gisolfi dan Lamb, 1989).
Kebugaran dalam kategori ini merupakan yang paling sering digunakan
dalam konteks kebugaran secara umum karena merupakan salah satu indicator yang
meliputi daya tahan jantung, paru, daya tahan otot, kekuatan otot, kelenturan dan
komposisi tubuh.
Komponen kesegaran jasmani secara spesifik yang disebut biomotorik ada
sepuluh yaitu:
1. Daya tahan kardiovaskular (cardiovascular endurance)
2. Daya tahan otot (muscular endurance)
3. Kekuatan otot (muscle endurance)
4. Kelentukan (flexibility)
5. Komposisi tubuh (body composition, berat badan tanpa lemak)
6. Kecepatan gerak (speed movement)
7. Kelincahan (agility)
27
8. Keseimbangan (balance)
9. Kecepatan reaksi (reaction time)
10. Koordinasi (coordination)
(Nala, 2011).
Kesegaran jasmani dapat dikatakan tergantung pada 2 kelompok dasar, yaitu
kesegaran organik (kesegaran statis) dan kesegaran dinamik. Komponen ini sangat
penting dalam kesegaran jasmani secara keseluruhan, dan interaksi antara kedua itu
yang menentukan tingkat kesegaran jasmani (Hary Junusul, 1989). Lima aspek
kebugaran jasmani yaitu: kebugaran statik, kebugaran dinamik, kebugaran
keterampilan motorik, kebugaran sosial dan kebugaran mental (Pusegjas, 1975).
Unsur-unsur kesegaran jasmani meliputi: kekuatan, daya tahan jantung,
kecepatan, ketangkasan, tenaga, fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi, sedangkan
kekuatan otot, ketahanan otot dan daya tahan jantung merupakan tiga unsur
terpenting dalam kesegaran jasmani (Golding dan Bosh dalam Bosco dkk, 1983).
Pengaruh latihan yang teratur dan berkesinambungan adalah sebagai
berikut: efisiensi kerja paru meningkat, efisiensi kerja jantung meningkat, jumlah
ukuran pembuluh darah, volume darah, tonus otot dan pembuluh darah menurun,
lemak tubuh menurun, konsumsi oksigen meningkat serta pandangan hidup
meningkat (ilmu jiwa dan olahraga), mengurangi kegemukan dan terapi terhadap
penyakit-penyakit tertentu. Manfaatnya adalah meningkatkan dan mempertahankan
kebugaran sistem respirasio, kardio-vaskkular (paru-paru jantung dan pembuluh
darah), (Nala, 1986).
28
Defenisi yang telah diutarakan oleh para ahli fisiologi atau ilmu faal, dapat
ditarik kesimpulan bahwa kesegaran jasmani merupakan milik semua orang, baik
dia sakit maupun dia sehat hanya saja tingkatannya yang berbeda, ada yang
memiliki tingkat yang paling rendah dan ada yang memiliki tingkat yang paling
tinggi, hal ini akan mampu mengatasi keadaan di sekelilingnya.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani
2.2.1 Hereditas
Faktor keturunan seperti fisik dan komposisi tubuh juga akan mempengaruhi
kebugaran serta potensi performa yang tinggi. Kebugaran aerobik diantara saudara
kandung (dizygotic) dan kembar identik (monozygotic), didapati bahwa perbedaan
yang lebih besar ada pada saudara kandung dibandingkan kembar identik.
Mewarisi banyak faktor, memberikan kontribusi pada kebugaran aerobik,
termasuk kapasitas maksimal system respiratori dan kardiovaskular, jantung yang
lebih besar, sel merah dan hemoglobin yang lebih banyak, dan presentase tinggi
dari serat otot.
2.2.2 Latihan
Latihan fisik merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh, umumnya dikelompokkan ke
dalam beberapa kategori, tergantung pada pengaruh yang ditimbulkannya pada
tubuh manusia. Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan
otot dan sendi, latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada
penambahan daya tahan kardiovaskular. Latihan anaerobik seperti angkat besi
29
menambah kekuatan otot jangka pendek, bisa menjadi bagian penting terapi fisik,
kehilangan berat badan atau kemampuan olahraga. Latihan dengan waktu yang
cukup lama serta sistematik akan dapat mencapai tingkat daya tahan tubuh yang
tinggi, memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh, dan membantu mencegah
penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2 dan
obestas.
2.2.3 Jenis Kelamin
Masa sebelum puber anak laki-laki dan perempuan memiliki kebugaran
aerobik yang sedikit berbeda, tapi setelah masa itu anak perempuan jauh tertinggal.
Nilai rata-rata kebugaran aerobik untuk wanita muda antara 15% hingga 25% lebih
kecil dari pria muda, tergantung pada tingkat aktivitas mereka. Atlet remaja putri
yang sering berlatih hanya berbeda 10% dibawah atlet putra yang berusia sama
dalam VO2max dan waktu performa.
Alasan perbedaan antara jenis kelamin terletak pada hemoglobin,
komponenen pembawa oksigen dalam sel darah merah, alasan lainnya karena
wanita lebih kecil dan memiliki massa otot yang lebih kecil, atau karena rata-rata
wanita memiliki lebih banyak lemah dari pada pria (25% versus 12,5% bagi wanita
dan pria yang sebaya), karena kebugaran aerobik biasanya dijabarkan per unit berat
badan, wanita dengan lemak yang lebih banyak dan jaringan otot tanpa lemak yang
lebih sedikit akan memiliki beberapa kerugian. Perbedaannya ada pada lemak
khusus yang penting untuk fungsi reproduksi dan kesehatan wanita.
30
2.2.4 Usia
Penelitian mengenai pengaruh umur terhadap kebugaran telah dilakukan
sejak tahun 1938 oleh Robinson. Penelitian tersebut mempelajari pengaruh umur
terhadap level maksimum pengambilan ogsigen oleh paru-paru pada saat pria
berolahraga. Penelitian tersebut membuktikan bahwa nilai kapasitas tertiggi
terdapat pada level umur 20 tahun hingga 30 tahun.
Penelitian serupa dilakukan dan hingga beberapa tahun belakangan hasil
penelitian masih sama, yaitu umur memberi pengaruh pada hampir semua kapasitas
komponen kebugaran. Pada usia anak-anak kapasitas komponen daya tahan
kardiovaskular akan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada umur 20 tahun
sampe 30 tahun, setelah itu kebugaran akan menurun seiring bertambahnya umur
(Moeloek, 1984).
2.2.5 Lemak Tubuh
Kelebihan lemak tubuh dapat berpengaruh terhadap tingkat kebugaran
seseorang. Pemamfaatan lemak yang semakin baik memiliki keuntungan kesehatan
utama, juga yang berkaitan dengan kebugaran dan performa, (Sharkley, 2011).
Lemak merupakan salah satu hasil terpenting dari hidup yang aktif, salah satu efek
terbaik dari latihan adalah berkurangnya lemak yang tidak diinginkan komposisi
tubuh, menghasilkan figur yang langsing dan menyenangkan. Kebugaran dihitung
per unit berat badan, jika lemak meningkat maka kebugaran jasmani seseorang
menurun, kira-kira satu setengah penurunan kebugaran karena usia dapat
disimpulkan sebagai peningkatan lemak tubuh. Jadi, cara termudah untuk
31
mempertahankan atau meningkatkan kebugaran adalah dengan menyingkirkan
kelebihan lemak.
2.2.6 Aktivitas
Aktivitas fisik merupakan salah satu aspek yang mempengaruh tingkat
kebugaran seseorang. Pengaruh latihan bertahun-tahun dapat hilang hanya dalam
waktu 12 minggu dengan menghentikan aktivitas (Coyle, dkk, 1986). Contohnya,
istirahat total ditempat tidur selama 3 minggu dapat menurunkan kebugaran hingga
29% atau hampir 10% per minggu, tapi kehilangan tersebut dengan mudah dapat
dikembalikan dengan aktivitas yang teratur (Saltin, dkk, 1968). Aktivitas yang
tidak berlebihan akan menghasilkan kebugaran fisik diatas rata-rata, serta latihan
yang sistematik dengan metode pelatihan yang tepat akan berdampak pada
pencapaian potensi kesegaran jasmani yang prima.
2.2.7 Kejenuhan
Timbulnya kejenuhan diakibatkan terganggunya psikologis seseorang yang
membuat rasa ketidak nyamanan dalam melakukan suatu aktifitas. pengaruh
kejenuhan atau rasa bosan ini bisa dikatakan menghambat suatu aktivitas fisik atau
mental seseorang oleh (Supriyadi, 1997). Pengaruh kejenuhan merupakan suatu hal
yang dapat menghambat atau menggangu keseimbangan suatu organisme baik
secara biologis maupun psikologis menurut Stewart (dikutip oleh Gunarsa, 1989).
Situasi kejenuhan yang ditimbulkan berdampak pada pelaksanaan pelatihan
kebugaran jasmani, secara psikologis mental subjek akan terganggu, sehingga
motifasi sagat dibutuhkan dalam menghadapi situasi kejenuhan ini. Kejenuhan atau
32
rasa bosan dapat dikuranggi dengan meningkatkan kemampuan penyesuaian
(adaptasi) diri terhadap lingkungan sekitarnya. Namun pada dasarnya lingkungan
merupakan sumber kebosanan yang paling besar, dan kemampuan menyesuaikan
diri terhadap lingkungan berbeda-beda secara individual.
Kegiatan olahraga terutama olahraga kompetitif, atlit akan menghadapi
situasi lingkungan dan mental yang berbeda terhadap arena pertandingan. Arena
pertandingan memberikan pengaruhi psikologis yang kuat terhadap atlet, bila
pengaruhnya bersifat menekan atlet tersebut tidak mampu menyesuaikan diri, maka
keadaan ini akan mengakibatkan timbulnya kejenuhan. Kejenuhan adalah perasaan
tidak berdaya, tidak senang tanpa sebab yang jelas, kabur atau samar-samar dalam
melakukan aktivitasnya. Kejenuhan dalam pertandingan akan menimbulkan
tekanan emosi yang berlebih-lebihan, yang mengganggu pelaksanaan pertandingan
serta mempengaruhi penampilan dan prestasi atlet.
2.3 Tes Kesegaran Jasmani
Dibutuhkan suatu tes untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani yang
dilakukan oleh peserta (teste), agar dapat diketahui kualitas kebugaran jasmani. Tes
yang berkaitan dengan pengukuran kebugaran fisik pada umumnya dikenal dua
jenis tes yaitu baterai (battery test) dan tes tunggal (single test), pendapat ini
dikemukakan oleh (Wahjoedi, 2003), dalam (Badu, 2006).
Tes baterai merupakan tes kebugaran yang memiliki lebih dari satu item tes.
Tes baterai merumuskan item-item tes atau alat ukur (instrumen) yang diharapkan
mampu mengukur seluruh aspek kebugaran fisik yang tercakup dalam kebugaran
33
kesehatan maupun kebugaran keterampilan. Tes semacam ini memerlukan system
pengelolaan yang menuntut lebih banyak petugas, fasilitas dan sarana, waktu,
tenaga, dana, prosedur asnalisis dan pemaknaan hasil pengukuran. Pengukuran
kebugaran fisik melalui tes baterai, memiliki nilai yang lebih signifikan
dibandingkan dengan tes tunggal.
Tes tunggal (single test) merupakan tes kebugaran fisik yang hanya
memiliki satu item tes (Wahjoedi, 2003). Tes baterai yang mendasarkan diri pada
pengelompokan dimensi kebugaran fisik menjadi dua yaitu kebugaran yang
berhubungan dengan kesehatan dan yang berhubungan dengan keterampilan, maka
tes tunggal juga meyakini teknik pengelompokan tersebut.
Para penyusun tes tunggal ini, lebih mendasarkan diri pada argumentasi
bahwa yang dominsi dalam kebugaran fisik adalah dimensi kebugaran fisik yang
terkait dengan kesehatan, khusus aspek daya tahan jantung-paru (Depkes RI, 1994,
Wahjoedi, 2001, Nala, 2002). Tes tunggal adalah, tes lari / jalan 2,4 km, tes lari /
jalan 12 menit, tes jalan cepat 4,8 km, tes naik turun bangku (metode harvard step
test dan kasch), tes VO2 max (metode Balke, Astrand, Ergocycle, Treadmill) dalam
(Wahjoedi, 2001). Dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui tingkat kebugaran
fisik dapat digunakan tes baterai atau tes tunggal sesuai dengan kebutuhan tes itu
sendiri.
Penelitian ini mengunakan tes kebugaran fisik untuk mengukur tingkat
kesegaran jasmani dengan lari 2,4 km aerobik, sebagai salah satu tes tunggal. Tes
ini cukup mudah dan murah dalam pelaksanaannya, praktis di lapangan dan
hasilnya tidak jauh menyimpang dari keadaan sebenarnya.
34
2.4 Takaran Pelatihan Kesegaran Jasmani
Membina dan meningkatkan kesegaran jasmani bagi setiap orang sangatlah
penting, dengan kesegaran jasmani yang tinggi, orang akan dapat bekerja atau
melakukan aktivitas fisik dengan efisien dan dalam kemampuan yang lebih cepat
artinya, setelah bekerja berat, dengan istirahat sebentar, tenaga akan pulih kembali
(Suharno, 1993).
Meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani dapat dilakukan melalui
program pelatihan dengan dosis yang cukup, beberapa pernyataan dosis yang harus
dipenuhi, ialah:
1. Intensitas pelatihan
Dalam olahraga atau aktivitas fisik yang dilakukan intensitasnya adalah
sebesar 65%-90% dari denyut nadi maksimal, atau sebesar 50%-85%
dari konsumsi oksigen maksimalnya (kapasitas fungsional =VO2
maks).
2. Lama pelatihan
Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian, untuk pelatihan
lari aerobik 2,4 Km dengan orang coba adalah selama 6 minggu.
Program yang dipilih atas dasar kemampuan orang coba, dengan nilai
rata-rata waktu tempuhnya masing-masing adalah 12 menit.
3. Frekuensi pelatihan
Frekuensi pelatihan dalam seminggu adalah 3 kali.
4. Peningkatan beban latihan
35
Dalam setiap bentuk pelatihan prestasi maupun kesehatan, tentu adanya
program peningkatan beban latihan, jika tidak tentu bukan pelatihan
namanya. Peningkatan beban ini dapat berupa satuan kg, volume, jarak,
dan waktu tempuh. Beban pelatihan dimulai dengan beban awal yang
ringan, kemudian ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan atlet, semakin lama bebanya makin meningkat.
Peningkatan beban maupun waktu yang menjadi target pencapaian,
akan tampak hasilnya (efek pelatihan) dalam 6 minggu pelatihan.
Setelah 6 minggu baru dilakukan evaluasi untuk mengetahui
peningkatan dengan mengadakan tes, akan diketahui seberapa jauh
kemampuan yang telah dicapai. Umumnya para olahragawan
mengambil intensitas pelatihan adalah 60%-80%, dengan lama
pelatihan 25 menit. Berat ringannya beban ini tergantung dari target
yang ingin dicapai.
5. Individualitas
Individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda baik fisik
maupun mental sehinga dalam pelatihan akan ada perbedaan pada
masing-masing orang coba baik potensi, karakter dan spesifikasi dalam
olahraga. Sehingga pelatihanyapun akan berbeda pula dimana orang
coba merupakan tujuan yang dinilai atau diamati.
2.5 Cara Pengukuran Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani seseorang dapat diukur dengan lari aerobik 2,4 Km.
Dalam penelitian ini pelaksanaan pengukuran lari aerobik 2,4 Km adalah dengan
36
model lari mengelilingi dalam stadion dan model lari aerobik 2,4 Km dengan lari
lurus di luar lintasan stadion (jalan raya). Pengukuran kesegaran jasmani lari
aerobik 2,4 Km di dalam lapangan dan di luar lapangan/stadion adalah sebagai
berikut:
1. Orang coba diminta untuk lari secepat-cepatnya sesuai dengan
kemapuannya dan jika lelah boleh berjalan setelah itu berlari lagi sampai
digaris finis menempuh jarak 2,4 Km.
2. Waktu yang diperoleh setiap orang coba dalam menempuh jarak 2,4 Km,
dicatat sebagai skor akhir.
3. Hasil atau catatan tersebut dicocokan ke dalam tabel kesegaran jasmani,
yang mengandung 6 tingkatan atau kategori kesegaran jasmani sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Format Klasifikasi Kebugaran Fisik
Tes Lari Aerobik 2,4 Km Kategori Kebugaran Waktu Tempuh (menit, detik)
I Sangat kurang -
II Kurang -
III Sedang -
IV Baik -
V Baik sekali -
VI Istimewa -
Sumber: (Badu, 2006 )
37
Hasil yang dicapai masing-masing siswa (peserta tes) diketahui tingkat
kebugaran jasmani, sehingga dapat dibandingkan antara peserta tes kelompok
perlakuan satu dan kelompok perlakuan dua, untuk dianalisis yang disesuaikan
dengan kriteria klasifikasi kebugaran jasmani umur 13-19 tahun putra untuk
pencapaian target kesegaran jasmani.
2.6 Lari Aerobik 2,4 km Sebagai Program Pelatihan
Lari adalah salah satu nomor dalam perlombaan atletik, dimasukan dalam
kategori siklik (Bompa, 1993). Lari adalah salah satu gerak (motorik) dasar
manusia disebut lokomotor (Corbin, 1980). Ahli olahraga melihat bahwa sikap
gerakan lari mudah dilakukan, tidak memerlukan biaya yang tinggi atau murah,
dapat dilakukan oleh setiap orang (massal) dan secara meriah (menyenangkan)
dalam bentuk rekreasi. Lari merupakan gerakan yang menarik (yang disenangi) dan
dapat dilakukan di tempat terbuka, jalan raya, taman atau di lapangan (keliling
stadion) yang disesuaikan dengan kebutuhan, kesempatan dan kemauan setiap
orang.
Pelatihan lari aerobik 2,4 km dapat dipakai sebagai metode pelatihan untuk
membina kesegaran jasmani. Lari aerobik 2,4 km adalah lari dengan menempuh
jarak 2,4 km serta menggunakan tenaga hasil pembakaran zat makanan oleh
oksigen (Cooper, 1982a dan b). Latihan daya tahan respirasio kardiovaskular
dianjurkan berlatih dengan lari aerobik (Cooper, 1977a dan b; Giam dan The, 1993;
Fox dan Mathew, 1998; Fox, 1984; Berger, 1961). Menempuh jarak 2,4 km dengan
kecepatan rata-rata lari 12 menit maka perlu mengkonsumsi oksigen oleh orang
coba 30 ml/kg/Bb/menit (Nala, 1992). Pencapaian kemampuan itu diperlukan suatu
38
pelatihan serta jenis aktivitas tertentu pula sesuai dengan acuan-acuan pelatihan
daya tahan respirasio kardiovaskular (Bompa, 1983; Berger, 1982; Fox, 1983;
Harsono, 1988).
Lari aerobik 2,4 km relevan dengan pelatihan aktivitas fisik untuk
peningkatan kemampuan kesegaran jasmani seseorang. Klasifikasi tingkat
kesegaran jasmani berdasarkan waktu tempuh lari aerobik 2,4 km disajikan dalam
tabel 2.2
Tabel 2.2 Klasifikasi Kesegaran Jasmani (tes aerobik) untuk golongan Umur
13-19 Tahun, Putra (Cooper : 1,5 mil/2400 meter) Kategori Kesegaran Umur 13-19 Tahun
Sangat kurang Lebih dari 15’ 10” Kurang 12’11” - 15’10 Sedang 10’49 - 12’10” Baik 09’41” - 10’48” Baik sekali 08’37”- 09’40” Baik sekali dan terlatih Kurang dari 08’37
Sumber : ( Cooper, 1982a)
Aktivitas pelatihan lari, yang menempuh jarak yang cukup jauh seperti lari
aerobik 2,4 km, diperlukan kemampuan respirasi jantung dan peredaran darah yang
baik. Faktor kejenuhan atau kebosanan dapat mengakibatkan aktivitas fisik
menurun, jika tidak diikuti unsur motivasi yang kuat. Ahli psikologi olahraga
berpendapat lewat motivasi ini bisa terlihat faktor kejenuhan benar-benar
berpengaruh pula pada gerak fisik lari. Jelas sekali hal ini pada gerak (motorik)
misalnya konfigurasi badan yang membosankan (hanya gerakan itu-itu saja), dalam
disiplin anthropometry dibahas mengenai variasi pada struktur tubuh, hal ini secara
39
faktor somatic memang telah lama menjadi perhatian peneliti atau kaum praktisi
seperti guru olahraga atau pelatih. Secara langsung dapat diamati pengaruh gerak
fisik lari tersebut, sehinga pada lari jarak jauh dimana efisiensi lari sangat
menentukan keberhasilan, maka panjang langkah seseorang harus disesuaikan
untuk mencapai efisiensi yang optimum.
Seorang pelari 800 m yang terlatih berlari ditreadmil dengan kecepatan
antara 8-30 km/jam, panjang langkahnya bertambah dari 80-220 cm, sedangkan
frekuensi larinya bertambah dari 170-230 langkah permenit, sehinga kecepatan lari
bertambah, waktu kaki bersentuhan dengan tangan akan berkurang, Horberg
(dikutip oleh Effendi, 1983). Berlari dalam batas kecepatan yang cukup luas
membutuhkan energi/km yang hampir sama, misalnya dengan jogging dengan
kecepatan rendah, dan lari dengan kecepatan tinggi (Astrand, dkk, 1977). Perkiraan
dasar dapat ditaksir kebutuhan energy untuk jogging dan lari kira-kira 2 kj/kg/km (1
kcal), sedangkan untuk jalan dengan kecepatan 4-5 km/jam kebutuhan energy
hanya setengahnya atau 1 kj/kg/menit (0,5 kcal). Jenis permukaan tempat berlari,
kecepatan angin dan tanjakan akan mengalami suatu perubahan lewat angka/nilai
yang. didapat.
Lewat motivasi lari mengandung arti jenuh yang turut mempengaruhi
peningkatan kesegaran jasmani, baik secara umum maupun khusus terhadap lari
aerobik itu sendiri. Senam kebugaran jasmani atau senam aerobik yang
dilaksanakan di rumah atau di halaman kantor juga mempuyai faktor psikologis
yang dapat mempengaruhi motivasi, yang turut pula berpengaruh pada aktivitas
kerja atau tugas.
40
2.7 Keuntungan dan Kerugian Test Lari Aerobik 2,4 km
Sebagaimana kita ketahui bersama keuntungan dan kerugian pengukuran
kesegaran jasmani dengan tes lari acrobik 2,4 Km adalah sebagai berikut:
2.7.1 Keuntungannya
1) Hanya memerlukan jam atau stopwatch.
2) Jarak tempuh dapat digunakan jalan raya dan lapangan atau stadion.
3) Sekaligus dapat diukur banyak orang.
2.7.2 Kerugiannya
1) Kecepatan angin yang tak dapat dikendalikan dan lingkungan tempat.
2) Suhu udara yang tidak tetap atau sama pada setiap pengukuran.
3) Motivasi para pengikut tes yang tidak dapat ditetapkan, dalam arti tidak
dilakukan dengan kemampuan optimal/maksimal.
Para peserta harus mempunyai motivasi yang tinggi untuk dapat
menyelesaikan tes ini dengan harapan menggerakan segala kemampuannya. Tes ini
adalah “tes maksimum” (Nala, 1992b).
Pembinaan kesegaran jasmani secara teratur dan kontinyu berdampak
rejuvenasi biologis antara umur 10-15 tahun, dengan demikian maka manusia
sebagai tenaga kerja, akan mampu bekerja secara lebih efisien (Adiputra, 1992b).
Penentuan kategori kesegaran jasmani dalam kategori kurang, sedang, baik,
dan lain-lainnya adalah berdasarkan konsumsi oksigen jaringan-jaringan tubuhnya
dan pembagiannya secara teratur berdasarkan “kurva normal”, jika konsumsi
oksigennya kurang dari 36,4 ml/ kg berat badannya, maka diberi kategori kurang.
Bila lebih dari 52,4 ml/ kg berat badannya, dikategorikan istimewa. Mengonsumsi
41
oksigen sebesar 36,5 ml-42,4 ml/kg berat badan per menitnya maka masuk kategori
sedang, yang kurang dari 33,0 ml/ kg termasuk kategori sangat kurang dan ini
kategori untuk laki-laki umur 20-29 tahun.
42
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Keberhasilan dengan orang coba pada pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam
dan di luar stadion (secara fisik) dipengaruhi oleh faktor dorongan keadaan yang
berbeda terhadap setiap individu. Keadaan lingkungan, tempat pelatihan yang
berbeda nampak akan ikut berpengaruh pada pelatihan lari aerobik 2,4 km, jika
dilihat dari faktor psikis kejenuhan atau kebosanan terhadap lingkungan tempat
berlari seperti di lapangan berumput, jalan yang kasar, licin, suhu lingkungan
maupun arah angin yang tak terkendali juga turut memberi pengaruh terhadap
subjek dan hasil penelitian.
Lari dengan dosis yang sama dalam hal jarak dan waktu yaitu, mengelilingi
lapangan dalam stadion selama enam kali putaran (6 x 400 m), 2,4 km dengan
target waktu 12’10”- 09’41 secara fisik bersifat monoton dan secara psikis
termotivasi dengan baik, akan digunakan sebagai pembanding terhadap lari di
lintasan lurus jalan raya (di luar stadion), 2,4 km dengan target waktu yang sama
12’10”- 09’41 justru merasa monoton oleh suasana jauhnya jarak lari karna tidak
melewati lintasan yang seharusnya, hal ini dapat menimbulkan pengaruh secara
psikis pada aspek jenuh atau bosan oleh karena tidak termotivasi secara baik.
Pelatihan lari aerobik yang dilakukan di dalam atau di luar stadion memberikan
suatu pengaruh yang berbeda bagi orang coba (pelari), sehingga termotivasi untuk
berlari terus menerus untuk sampai di garis akhir atau finish. Penelitian ini,
memberi kejelasan bahwa pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam dan di luar stadion
43
memberi pengaruh terhadap peningkatan kesegaran jasmani, akan dipakai sebagai
indikator yang diukur.
3.2 Konsep Penelitian
Kerangka konsep adalah sebagai berikut :
Gambar: 3.2 Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan analisis sintesis dari teori yang menjadi landasan berpikir
peneliti, maka ditetapkan hipotesis sebagai berikut:
1. Pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di dalam
maupun di luar stadion meningkatkan kesegaran jasmani siswa.
2. Pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di dalam
stadion lebih baik pengaruhnya terhadap kesegaran jasmani Siswa
dibandingkan pelatihan di luar stadion.
Faktor internal
Kondisi fisik Kesehatan umum
(umur, tb, bb) Aktivitas fisik
Pelatihan lari
Lari 2,4 km dengan waktu 12’10”- 09’41 menit dalam stadion
Lari 2,4 km dengan waktu 12’10”- 09’41 menit luar stadion
Faktor eksternal
Lingkungan Suhu Kelembaban Lintasan
Kesegaran Jasmani
44
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.1.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Stadion Oepoi Kupang dan jalur jalan Bandara
El Tari Kupang
4.2.1 Waktu penelitian
Waktu penelitian dari tanggal 25 Februari sampai tanggal 15 April 2013,
selama 6 minggu.
4.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian “eksperimental
sungguhan”. Karena penelitian ini terdapat replikasi, randominasi dan adanya
perlakuan sebanding (Sutrisno, 1984; Kirkwood, 1988).
4.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah the randomized pre test-
post test control group design (Poccok, 2008), dimana pengenlompokan subjek
secara random (acak) dan variabel yang dikendalikan meliputi : jenis kelamin (yang
dipakai adalah siswa putra), kelas, kondisi fisik, kesehatan umum (umur, Tb, Bb),
gizi, aktivitas fisik dan lingkungan berbeda (variabel rambang).
45
Gambar/Bagan 4.1 Rancangan Penelitian
Keterangan :
S = Sampel
R = Randomisasi
Ke1 = Kelompok eksperimen 1
Ke2 = Kelompok eksperimen 2
X1 = Pelatihan lari aerobik 2,4 km (di dalam stadion)
X2 = Pelatihan lari aerobik 2,4 km (di luar stadion)
----- = Tidak ada waktu istirahat
4.4 Subjek dan Sampel
4.4.1 Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah siswa kelas XI Putra Sekolah Menengah
Atas Katolik Giovanni Kupang tahun 2012/2013 sebanyak 8 rombongan
belajar.
4.4.2 Kriteria sampel
4.4.2.1 Kriteria inklusi
1. Jenis kelamin putra
6 minggu
Postest X1 Ke1 pretest
R S
Ke2 pretest X2 Postest
6 minggu
46
2. Siswa kelas xi
3. Umur 15-17 tahun
4. Bersedia menjadi sampel penelitian
4.4.2.2 Kriteria eksklusi
1. Berbadan sehat tidak ada penyakit atau kelainan yang mengganggu
pelaksanaan pelatihan.
2. Mengalami penyakit atau ganguan yang tidak memungkinkan diberi
pelatihan.
4.4.2.3 Drop out
1. Tidak serius dalam mengikuti pelatihan
2. Mengalami cedera
3. Sakit pada saat pelatihan
4.4.3 Besar sampel
Besar sampel ditentukan berdasarkan penelitian terdahulu yang melibatkan
siswa putra yang melakukan test aerobik 2,4 km dengan waktu tempuh rata-rata
12.00 menit dan standar deviasinya adalah ±1,14 menit. Menggunakan rumus
(Pocock, 2008) secara kuantitatif, dengan dihitung jumlah sampel setiap kelompok
yang akan dilibatkan dalam penelitian ini, dengan perhitungan sebagai berikut:
),()(
22
12
2
fn
α = 0,05
β = 0,05
µ1 = 12,00
47
µ2 = 09,00
= 13 (tabel)
1300,9270,1.2 2
xn
Berdasarkan perhitungan rumus di atas diperoleh n = 11 orang. Seluruh
sampel 11×2 kelompok = 22 orang, untuk mencegah kekurangan sampel akibat
gugur, ditambah 8 orang sehingga dalam pelatihan digunakan sampel keseluruhan
sebanyak 30 orang.
4.4.4 Cara pemilihan sampel
Pemilihan sampel yang sudah berkelompok secara alamiah sesuai
rombongan belajar masing-masing diambil (Kelas XI, dengan 8 rombongan belajar)
dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) menjadi kelompok
perlakuan. Sampel yang sesuai dengan kriteria dipilih secara purposive (Tangking
dkk, 1997; Watik, 1993; Zainuddin, 1990), dikelompokkan ke dalam kelompok
perlakuan seperti gambar/bagan dibawah ini:
48
Gambar 4.2 Pengelompokkan Sampel Penelitian.
4.5 Variabel Penelitian
a. Variabel perlakuan (independent variabel)
Pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam dan di luar lapangan/stadion
b. Variabel tergantung (dependent variabel)
Kesegaran jasmani
c. Variabel kendali
Kondisi fisik
Kesehatan umum
Gizi
Siswa Kelas XI 8 Kelas
Diambil = 22 orang sampel dari 30 orang yang diambil
Kesegaran Jasmani
Kelompok I. 11 orang Pelatihan lari 2,4 km dengan waktu 12’10-09’41 menit di dalam stadion
Frekuensi 3× per mingggu Selama : 6 minggu
Kelompok II. 11 orang Pelatihan lari 2,4 km dengan waktu 12’10-09’41 menit di luar stadion
Frekuensi 3× per mingggu Selama : 6 minggu
49
Aktivitas fisik
d. Variabel rambang
Lingkungan
4.6 Definisi Operasional Variabel
1. Siswa
Siswa putra yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, kelas xi
yang dipakai sebagai subjek sebanyak 22 orang.
2. Motifasi
Motifasi adalah perasaan dalam diri untuk mencapai tujuan, yakni individu
secara sadar memotivasi perilaku yang mengarah pada tujuan yang hendak
dicapai.
3. Kejenuhan
Kejenuhan adalah perasaan tidak berdaya, tidak senang tanpa sebab yang jelas,
kabur atau samar-samar dalam melakukan aktivitasnya.
4. Kesegaran jasmani
Kesegaran adalah suatu aspek dari kesegaran menyeluruh yang memberikan
kesanggupan pada seseorang untuk melakukan pekerjaan produktif sehari-hari
tanpa adanya kelelahan yang berlebihan dan masih mempunyai cadangan
untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik serta mampu melakukan
pekerjaan yang bersifat mendadak (Nala, 1998).
50
5. Tes lari aerobik 2,4 km
Tes lari aerobik 2,4 km adalah tes lari secepat-cepatnya (terus menerus) untuk
menempuh jarak 2,4 km tanpa berhenti. Waktu tempuh diukur dengan
stopwatch dalam satuan menit dan detik (Nala, 1986).
6. Lari aerobik 2,4 km
Lari aerobik 2,4 km adalah suatu pelatihan lari dengan menempuh jarak 2,4 km
yang mempergunakan tenaga hasil pembakaran zat makanan oleh oksigen luar,
dalam hal ini dilakukan di dalam maupun di luar lapangan/stadion sesuai
dengan kemampuannya.
7. Dosis yang sama
Dosis yang sama artinya, kedua kelompok I dan II diberikan waktu tempuh
yang sama yaitu 12’10 – 09’41 dengan jarak tempuh yang sama pula 2,4 km.
8. Berlari di luar lapangan (di luar stadion)
Berlari diluar lapangan adalah suatu pelatihan lari dengan lari lurus untuk
menempuh jarak 2,4 km, yang dilaksanakan di jalur jalan raya.
9. Berlari di dalam lapangan (di dalam stadion)
Berlari di dalam lapangan adalah berlari dengan mengelilingi arena stadion
atau dengan kata lain berputar sebanyak 6 × 400 meter.
10. Pelatihan
Pelatihan merupakn suatu gerakan fisik dan atau aktifitas mental yang
dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu
(durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan
individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis
51
dan psysikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktifitas olahraga dapat
mencapai penampilan yang optimal (Nala, 1998). Pelatihan dalam hal ini
adalah lari aerobik 2,4 km di dalam dan di luar lapangan/stadion dengan waktu
tempuh 12’10” – 09’41 menit.
11. Kondisi fisik
Kondisi fisik adalah syarat yang dibutuhkan orang, dalam usaha melakukan
aktivitas (Moeloek, 1984a).
12. Kesehatan umum
Kesehatan umum adalah sehat secara jasmani dalam arti kata tidak sakit yang
ditinjau dari umur, tinggi badan, berat badan, denyut nadi istirahat (Pangkahila,
1977).
13. Gizi
Gizi adalah suatu unsur dari jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh
manusia ( Sjahmien, 1982).
14. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah suatu mekanisme dari organ-organ tubuh terhadap beban
fisik yang dilatih secara teratur ( Adiputra, 1992).
15. Umur
Umur orang coba dalam penelitian ini antara 15-17 tahun.
16. Jenis kelamin
Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa putra.
17. Tinggi badan
52
Tinggi badan adalah tinggi orang coba yang diukur dari lantai sampai vertex
atau ubun-ubun, dan diukur pada sikap berdiri, pandangan lurus ke depan
dengan kepala tegak. Alat ukur yang digunakan adalah “athropometer”dengan
ketelitian 0,1 cm.
18. Berat badan
Berat badan orang coba adalah berat badan yang diukur dengan “detecto”
dengan ketelitian 0,1 kg. Dilakukan dengan menggunakan pakaian seminim
mungkin dan saat pengukuran tidak boleh berpegangan pada benda lain.
19. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah keadaan tempat yang digunakan pada saat
pelatihan. Dilaksanakan di lapangan/stadion Oepoi kupang dan jalur jalan
Bandara El’Tari kupang.
4.7 Instrumen Pelatihan/Alat Pengumpulan Data
Alat :
1. Alat timbangan berat badan merk “Detecto” buatan Jepang dengan ketelitian
0,1 kg dan alat ukur tinggi badan, dengan merk “Athropometer” buatan Jepang
dengan ketelitian 0,1 cm.
2. Stopwatch merk”Casio” buatan Jepang dengan ketelitian 1 (satu) detik.
3. Meteran logam, merk “Vitara” buatan jepang dengan ketelirian 0,1 cm.
4. Peluit
5. Kertas dan alat-alat tulis
53
Pelaksanaan:
1. Siswa di absen sebelum pelaksanaan tes.
2. Siswa melakukan pemanasan selama 5 menit.
3. Siswa melaksanakan lari aerobik 2,4 km dengan mengunakan start melayang
waktu tempuh maksimal 15 menit.
4. Siswa harus berlari secepat mungkin mencapai garis finis dengan waktu
tempuh 12’10-09’41 menit.
5. Siswa di beri motifasi untuk lari saling mendahului teman mencapai garis finis.
6. Setelah mencapai garis finis, waktu dari masing-masing subjek di catat.
7. Setelah dicatat waktunya, subjek melakukan pendinginan.
8. Melakukan evaluasi.
4.8 Prosedur Penelitian
Langkah - langkah yang diambil dalam prosedur penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan sebelum pelatihan meliputi:
Menghadap kepala sekolah, advokasdi mengenai penelitian, disepakati
bahwa siswa yang dipakai adalah siswa kelas XI
Penjelasan dan kesepakatan tentang penelitian yang dilakukan di luar jam
pelajaran sekolah sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar,
semua pelajaran (kurikulum) berjalan dengan normal termasuk jam
pelajaran olahraga yang rutin di sekolah tetapi diluar sekolah siswa
disarankan tidak melakukan olahraga.
54
Penjelasan tentang jadwal pelatihan dan tempat pelatihan, pelatihan
delaksanakan hari selasa, kamis dan Sabtu mulai pukul 16.00 WITA sampai
selesai.
Penjelasan tentang tes lari aerobik 2,4 km yang dilakukan pada permulaan
latihan dan pada akhir pelatihan (sesudah 6 minggu pelatihan)
Penjelasan tentang teknik lari aerobik 2,4 km
Penjelasan teknik pelaksanaan pelatihan pada lintasan di dalam dan di luar
stadion.
2. Pemeriksaan fisik pengukuran dan tes unsur kesegaran jasmani.
Data kondisi siswa sebelum pelatihan didapatkan lewat pemeriksaan fisik dan
kesegaran jasmani dites dengan lari 2,4 km. Pengukuran tinggi badan dan berat
badan serta kesegaran jasmani untuk mengetahui kategori kesegaran jasmani
siswa.
3. Lintasan pelatihan
Agar pengawasan dan teknik pelaksanaan pelatihan lebih mudah maka
ditetapkan lintasan/tempat pelatihan yaitu pelatihan lari 2,4 km dengan waktu
12’10”- 09’41” menit di dalam dan di luar stadion dengan frekuensi 3×
seminggu selama 6 minggu.
4. Program pelatihan
Program pelatihan dalam penelitian ini terdiri dari
Fase pemanasan berlangsung selama 15 menit dilakukan dalam rangkaian
gerakan statis pada posisi berdiri dan jongkok dengan kedua lengan ke
depan dan ke belakang, gerakan dinamis lari-lari di tempat, loncat-loncat di
55
tempat, gerakan kalistenik pada sendi bahu dan pangkal paha. Segera
sesudah pemanasan dianggap cukup yaitu denyut nadi 1 menit diatas denyut
nadi istirahat 120 per menit , siswa menuju ke lintasan pelatihan.
Pelatihan inti kelompok I dan kelompok II, masing-masing kelompok di
latih bersamaan sekaligus yaitu kelompok satu dengan pelatihan lari aerobik
2,4 km dengan frekuensi 3× per minggu selama 6 minggu, demikian juga
dengan kelompok II dengan frekuensi 3× per minggu selama 6 minggu
dengan masing-masing waktu tempuh 12’10”- 09’41 menit.
Frekuensi pelatihah: pelatihan dilaksanakan 3 kali seminggu
Jangka waktu pelatihan: 6 minggu
Pengawasan pelatihan: oleh peneliti sendiri dan oleh guru olahraga yang
bersangkutan dan peserta di absen setiap kali latihan.
Fase pendinginan
4.9 Teknik Pengumpulan Data
Disiapkan formulir yang berisi data nama, kelas, jenis kelamin, tinggi
badan, berat badan, kesegaran jasmni dengan data awal pelatihan lari
aerobik 2,4 km dengan dosis yang sama.
Pengambilan data pertama pretest sebelum diberikan pelatihan lari aerobik
lari 2,4 km dengan dosis yang sama.
Pengambilan data kedua postest setelah diberikan 6 minggu pelatihan lari
aerobik 2,4 km dengan dosis yang sama.
56
4.10 Prosedur Pengukuran
Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan dengan timbangan
badan merk “Detecto” yang sekaligus mengukur berat badan dalam kg
dengan ketelitian 2 angka di belakang koma, dan tinggi badan diukur
dengan alat ukur yang menjadi satu dengan timbangan dalam sentimeter
(cm) dengan ketelitian satu angkan dibelakangan koma. Waktu pengukuran,
siswa tidak memakai alas kaki dan berpakaian minimal.
Pengukuran kesegaran jasmani, dilakukan dengan tes lari 2,4 km. Lari
dilakukan secepatnya menempuh jarak 2,4 km dengan model lari
mengelilingi dalam stadion dan lari lurus di luars stadion ( jalan raya),
kemudian diukur waktu yang dibutuhkan masing-masing siswa dalam menit
dan detik. Nilai yang didapat dikonversi dengan tingkat kesegaran jasmani
siswa sesuai dengan tabel kesegaran jasmani. Tes bukan hanya dilakukan
sekali sebelum pelatihan (pretest) untuk pemilihan orang coba melainkan
juga diberlakukan sampai akhir pelatihan (posttest).
4.11 Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode komparasi.
Analisis secara statistic deskriptif untuk memberikan gambaran tentang
karakteristik data yang didapat dari hasil penelitian
Uji normalitas dengan Shapiro-Wilk tes untuk mengetahui distribusi data
hasil penelitian.
Uji Homogenitas di analisis dengan Lenene Statistik, untuk mengetahui
tingkat kebugaran jasmani sebelum dan sesudah tes.
57
Analisis komparasi yaitu membandingkan atau membedakan variabel
antar kelompok baik berpasangan atau tidak berpasangan, data normal
menggunakan uji-t independen sesuai dengan data kelompoknya.
4.12 Alur Penelitian
Gambar/bagan 4.3 Alur Penelitian
Populasi
Pemilihan sampel inklusi & eksklusi
Pemilihan sampel random 30 orang
Alokasi random
Kelompok I Kelompok II
Tes Awal
Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan waktu beban 12’10”-09’41” selama enam minggu
Tes Akhir
Tes Awal
Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan waktu beban 12’10”-09’41” selama enam minggu
Tes Akhir
Analisis data
Penulisan laporan
58
BAB V
HASIL DAN ANALISIS
5.1 Lingkungan penelitian
Kondisi lingkungan, suhu dan kelembaban udara di tempat penelitian dapat
dilihat dalam tabel 5.1
Tabel 5.1
Data suhu dan kelembaban relatif udara lingkungan penelitian.
Minggu Variabel 1 2 3 4 5 6
Rerata
Suhu Basah0C
Suhu kering0C
Kelembaban%
27,26ºC 27,93ºC
28,2 ºC 29 ºC
87% 91%
27,5ºC 27,83 ºC
28,5 ºC 29 ºC
89% 76%
29 ºC 29ºC
30 ºC 29 ºC
85% 78%
28,080C
84,330C
84,33%
Berdasarkan data tabel, rentang suhu basah berkisar antara 27-29 0C, rerata
suhu 28,080C, sedangkan rentang suhu kering berkisar antara 28.2 ºC-300C, dan
kelembaban relatif berada pada 76 % - 91%, dengan rerata 84,33%, kondisi
lingkungan selama penelitian dan pengukuran dapat diadaptasi oleh subjek
penelitian karena mereka bertempat tinggal di sekitar lokasi pelaksanaan pelatihan.
Daerah nyaman untuk orang indonesia, suhu keringnya antara 22-28oC dan
kelembaban relatif 70-80% serta kecepatan angin 0,2 m/s, (Manuaba, 1983).
Kesimpulanya bahwa kondisi lingkungan tidak terlalu mempengaruhi pelaksanaan
pelatihan pada subjek.
59
5.2 Ciri Fisik Subjek
Ciri fisik subyek untuk kelompok 1 tidak jauh berbeda dengan kelompok 2
dalam hal umur, berat badan, tinggi badan dan denyut nadi istirahat per menit.
Tabel 5.2.
Nilai rata-rata ciri fisik siswa SMA Katolik Giovanni Kupang. (n=22)
Klp I Parameter Mean ± SD
Klp II Mean ± SD t p
Umur (thn) 15,82 ± 0,75 16,09 ± 0,70 BB (kg) 55,01 ± 3,31 56,49 ± 8,34 TB(cm) 165,91 ± 4,25 167,18 ± 5,10 DNIST (menit) 95,00 ± 5,74 96,36 ± 7,55
-,881 0,39 -,549 0,59
-,636 0,53 -,477 0,64
5.3 Analisis Hasil
Hasil analisis terhadap kedua kelompok perlakuan untuk mencari normalitas
sebagai ketentuan dari uji parametrik, dapat dilihat pada tabel 5.3
5.3.1 Uji Normalitas Data pada Sampel Sebelum dan Setelah perlakuan.
Uji normalitas didapatkan untuk melakukan uji berikutnya.
Tabel 5.3 Uji Normalitas Sampel Antar Kelompok Sebelum dan Setelah Perlakuan
Variabel N Rerata SB P Seb Kpk 1 Dalam Stadion 11 11,945 0,691 0,450 Set Kpk 1 Dalam Stadion 11 8,445 0,448 0,579 Seb Kpk 2 Luar Stadion 11 13,199 0,717 0,698 Set Kpk 2 Luar Stadion 11 8,613 0,435 0,708 Uji normalitas pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa data pada penelitian ke dua
kelompok perlakuan berdistribusi normal dengan P > 0,05 selanjutnya data dapat
60
diuji dengan uji parametrik untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan hasil
pada variabel penelitian.
5.3.2 Hasil Analisis Beda Anatara kelompok 1 di Dalam Stadion dan Kelompok 2
di Luar Stadion.
Hasil analisis beda diharapkan mendapat hasil yang signifikan dari ke dua
kelompok perlakuan, disajikan dalam tabel 5.4
Tabel 5.4 Beda Kelompok Data di Dalam dan di Luar Stadion Pada Lari
Aerobik 2,4 km
Variabel N Sebelum Setelah Beda t P Rerata SB Rerata SB
Kpk. 1 dalam Stadion 11 11,945 0,691 8,445 0,448 3,500 14,903 0,000 Kpk. 2 Luar Stadion 11 13,199 0,717 8,613 0,435 4,586 18,318 0,000 Hasil uji beda antara kelompok 1 dengan kelompok 2 dalam kondisi sebelum
dan setelah perlakuan adalah berbeda bermakna dengan P < 0,05. Pada tabel terlihat
bahwa kelompok 1 maupun kelompok 2 mengalami penurunan waktu tempuh lari
aerobik 2,4 km selama 6 minggu perlakuan.
5.3.3 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk mencari uji berikutnya.
Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Antara Kelompok 1 di Dalam dan Kelompok 2 di Luar
Stadion Variabel N Rerata SB P
Beda Kpk 1 dalam Stadion 11 3,500 0,779 0,919
Beda Kpk 2 Luar Stadion 11 4,586 0,830 0,995
61
Berdasarkan uji normalitas didapatkan hasil bahwa data kedua kelompok
berdistribusi normal dengan P > 0,05, dengan hasil ini dapat diteruskan untuk diuji
parametrik.
5.3.4 Nilai Beda Antara Kelompok 1 di Dalam Stadion dan Kelompok 2 di Luar
Stadion.
Mencari nilai beda antara kelompok adalah untuk mendapatkan nilai hasil
besaran antara kelompok 1 di dalam stadion dan kelompok 2 di luar stadion pada
tabel 5.6
Tabel 5.6 Hasil Uji Beda Antara Kelompok 1 di Dalam dan 2 di Luar Stadion
Kelompok 1
Dalam Stadion Kelompok 2 Luar Stadion
Beda t P Variabel N Rerata SB Rerata SB
Beda Klpk 11 3,500 0,779 4,586 0,830 -
1,086 -3,117 0,011
Berdasarkan data diatas, di dapat hasil bahwa ada beda antara kelompok 1 di
dalam stadioon dan kelompok 2 di luar stadion, kedua hasil uji ini berbeda
bermakna sebesar 31% dengan nilai P < 0,05.
62
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Subjek Penelitian
Ciri fisik kelompok I maupun kelompok II mempunyai rentang umur antara
15-17 tahun, dan rerata berat badan untuk kelompok I adalah 55,00 kg dan pada
kelompok II adalah 56,49 kg, seperti yang disajikan dalam tabel 5.2 ternyata berada
dalam kategori berat badan normal dan layak untuk mengikuti penelitian
selanjutnya (BBN), hal itu didasarkan atas rumus : BBN=(Tb-100) oleh (Dediknas,
Bracco, 2011).
Kategori kesegaran jasmani subjek, pada kelompok I secara keseluruhan
tergolong dalam kategori kesegaran jasmani baik sekali terlatih, hal ini didasarkan
atas waktu tempuh yang diperoleh setelah 6 minggu perlakuan tes lari aerobik yaitu
8,445 menit dan pada kelompok II dengan rata-rata waktu tempuh 8,613 menit
setelah 6 minggu perlakuan tes aerobik tergolong dalam kategori kesegar jasmani
baik sekali. Hasil ini menunjukan bahwa subjek untuk kesehatannya berada dalam
keadaan fit dan baik.
6.2 Pelatihan Lari Aerobik 2,4 Km, Dengan Frekuensi 3 Kali Seminggu Di
Dalam Maupun Di Luar Stadion Meningkatkan Kesegaran Jasmani Siswa
Penelitian pada lari aerobik 2,4 Km didalam dan di luar stadion memiliki data
yang berdistribusi normal dengan p>0,05. Sebelum perlakuan kelompok 1 di dalam
stadion memiliki rerata sebesar 11,945±0,691 dan setelah perlakuan selama 6
minggu reratanya sebesar 8,445±0,448, menghasilkan selisih 3,500 menit.
63
Kelompok 2 di luar stadion sebelum perlakuan memiliki rerata sebesar
13,199±0,717 dan setelah 6 minggu perlakuan sebesar 8,613±0,435, menghasilkan
selisih waktu sebesar 4,586 menit. Peningkatan yang dialami pada pelatihan lari
aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di dalam maupun di luar stadion
dapat dilihat pada kondisi sebelum dan setelah perlakuan meningkat. Hipotesis 1
dapat dibuktikan.
6.3 Pelatihan Lari Aerobik 2,4 Km, Dengan Frekuensi 3 Kali Seminggu Di
Dalam Stadion Lebih Baik Pengaruhnya Terhadap Kesegaran Jasmani
Dibandingkan Pelatihan Di Luar Stadion
Data pada selisih antara kelompok sebelum dan setelah perlakuan bemiliki data
yang berdistribusi normal dengan p<0,05. Data aerobik di dalam dan di luar
memilki perbedaan sebesar 3,500 menit dan 4,586 menit. Selisih antara kelompok 1
dan kelompok 2 baik di dalam maupun di luar stadion berbeda dan bermakna
dengan p<0,05 sebesar 1,086 menit. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan lari
aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di dalam stadion lebih baik
pengaruhnya terhadap kesegaran jasmani siswa dibandingkan pelatihan di luar
stadion. Jadi hipotesis 2 dapat dibuktikan.
Hasil penelitian di atas, sesuai dengan penelitian yang dilakukan Depdikbud
(1987). Dengan pelatihan lari aerobik 2,4 km pada karyawan Departemen
pendidikan dan Kebudayaan 1975 di Jakarta, dengan subjek sebanyak 115 orang
didapatkan hasil sebagai berikut:
Kategori I sangat kurang : 10 orang = 8,69%
Kategori II kurang : 28 orang = 24,34%
64
Kategori III sedang : 37 orang = 32,17%
Kategori IV baik : 36 orang = 31,30%
Kategori V baik sekali : 4 orang = 3,47%
Yang tergolong kartegori kesegaran jasmani sedang sampai baik sekali adalah
66,94 % dari jumlah subjek sebanyak 115 orang.
Penurunan waktu tempuh ini digambarkan dalam grafik, tampaklah perbedaan
waktu tempuh pada masing-masing kelompok perlakuan dalam grafik 1, sebagai
berikut:
Waktu tempuh/menit
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0 Pre test Post test 6 Minggu perlakuan.
Keterangan:
Klp, 2. 13,199± 0,717 waktu sebelum
Klp, 1. 11,945± 0,691 waktu sebelum
Klp 1 (8,445± 0,448) waktu sesudah
Klp 2 (8,613 ± 0,435) waktu sesudah
Gambar/Grafik 1. Waktu tempuh lari aerobik 2,4 km sebelum dan sesudah 6 minggu, kedua kelompok perlakuan.
65
Klp. I = dalam stadion (_________) waktu tempuh lari.
Klp. II = luar stadion (--------------) waktu tempuh lari.
Berdasarkan data grafik tersebut di atas ternyata ada perbedaan yang bermakna
(P<0,05) antara waktu tempuh tes lari aerobik 2,4 km pada orang coba yang
berlatih di dalam stadion dengan di luar lapangan stadion setelah dilakukan
pelatihan selama 6 minggu. Pada kelompok I terjadi penurunan waktu tempuh dan
masuk dalam kategori kesegaran jasmani baik sekali terlatih sedangkan pada
kelompok II juga terjadi penurunan waktu tempuh dalam kategori kesegaran
jasmani baik sekali, dengan selisih beda 31% dan diperoleh nilai t=-3,117 dan
(P<0,05), yang berarti kesegaran jasmaninya berubah dari kategori kurang menjadi
kategori baik sekali.
Menurut Creag dkk (1998), bahwa lari di lapangan memerlukan energi yang
lebih tinggi dari pada lari di jalan. Pelatihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani
dapat dilakukan ditempat yang berbeda, dalam lapangan stadion ataupun di luar
lapangan stadion, sebagaimana manusia sebagai tenaga kerja akan mampu bekerja
secara lebih efisien (Adiputra, 1992a) dan aktivitas fisik sehari-hari dari organ
tubuh manusia pada pelatihan kebugaran jasmani turut pula mempengaruhi
peningkatan kesegaran jasmaninya (Pangkahila, 1992), sedangkan motifasi atau
dorangan adalah sebagai penggerak utama dalam meningkatkan aktivitas fisik
(Koeswara, 1989). Menurut (Suwetra, 1996), bahwa kapasitas kerja fisik, sistem
energi dan kualitas atau nilai gizi turut meningkatkan kesegaran jasmani. Pengaruh
pelatihan fisik terhadap organ tubuh adalah dapat memperbaiki aliran darah
(sumosarjuno, 1996), sebaliknya otot-otot yang tidak aktif akan mengalami
66
penurunan aliran darah sebanyak 50% daripada aliran darah saat istirhat
(pengkahila, 1998), selain itu ada organ-organ tubuh lainnya yang tidak mengalami
perubahan aliran darah yaitu otak dan kulit (Constabel, 1986).
Pelatihan fisik yang teratur, sistematis dan berkesinambungan yang dituangkan
dalam suatu pelatihan akan meningkatkan kemampuan fisik, tetapi tidak demikian
halnya apabila pelatihan fisik dilakukan secara sembarangan dan tidak teratur justru
mendatangkan efek merusak organ tubuh manusia (Nossek, 1982). Peningkatan
kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai aspek kualitas, yang sangat menetukan
peningkatan kesehatan pada umumnya (Langitan, 1993), menurut Soekarman
(1991) metabolisme aerobik pengaruhnya lebih lambat dan tidak dapat
dipergunakan secara cepat, sebagaimana dikemukakan Asmussen dan Boe (dikuti
oleh Bompa, 1953) berpendapat bahwa dalam batas-batas fisiologi bila suhu badan
orang meningkat, maka metabolisme dalam sel akan bertambah cepat.
Pengaruh frekuensi pelatihan fisik sebanyak 3 kali perminggu adalah sesuai
bagi pemula dan akan menghasilkan penigkatan yang berarti tanpa menimbulkan
efek kelelahan yang berarti (Fox dkk, 1993), begitu juga (Pate dkk (1984)
menyatakan bahwa pengaruh lamanya pelatihan 6-8 minggu akan memberi efek
yang cukup berarti pada latihan bagi atlet. Pelatihan yang telah dijalankan dengan
tekun, akan tampak hasilnya (efek pelatihan) setelah 3 minggu pelatihan,
selanjutnya setelah 6 minggu pelatihan baru dilakukan evaluasi secara keseluruhan
untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan yang dicapai oleh orang coba.
Konsep pelatihan yang dikembangkan harus lebih ditekankan pada pengembangan
kualitas fisik, kualitas fisik yang tinggi tidak hanya dilakukan melalui pelatihan
67
yang keras saja, tetapi harus dipesiapkan secara khusus sesuai dengan masing-
masing cabang olahraga yang diikutinya (Soekarman 1987).
Kondisi fisik dalam pelatihan merupakan suatu persyaratan yang sangat
diperlukan dalam usaha penigkatan prestasi olahraga, oleh sebab itu yang menjadi
perhatian penting dalam pelatihan adalah upaya yang dapat mengembangkan
komponen-komponen kondisi fisik secara maksimal dan berkesinambungan.
Komponen-komponen itu dapat dicapai apabila prinsip-prinsip pelatihan diterapkan
secara tepat dan benar, sebab efeknya akan dapat menimbulkan perubahan fisologis
sesuai dengan beban yang diberikan tubuh (Moeloek,1984.b.). Respons fisiologi
seperti hipertropi otot skeletal, peningkatan aliran-aliran darah, cardiac output,
stroke volume dan heart rate akan terjadi apabila penerapan pelatihan fisik
dilakkukan secara tepat dan terukur (Fox dkk, 1998). Mekanisme sistem energi,
pengaturan kardiovaskular pada tubuh hendaknya dilakukan secara benar (Ganong,
1983).
Mengetahui sistem energi secara tepat merupakan hal terpenting, sebab
dengan mudah dapat menentukan koponen fisik mana yang perlu untuk
dikembangkan. Salah satu komponen kondisi fisik yang sangat penting dalam
cabang olahraga yang mengutamakan keterampilan adalah waktu reaksi. Waktu
reaksi termasuk proses sistem saraf pusat di dalam mengembangkan respon
volitional (kemauan sendiri), pertama adalah rangsangan diterima organ perasa
(reseptor) kemudian diteruskan menjadi impuls saraf dan diteruskan ke otak.,
impuls akan diinterprestasi atas dasar pengalaman yang lalu. Impuls yang lain
kemudian dikirim dari otak melalui sistem saraf eferent menuju otot-otot yang
68
sesuai dan terakhir otot digunakan untuk memproduksi respons (Drowatzky, 1981)
dan ( Dienhart, 1979), sehingga waktu tempuh yang diperlukan dalam lari aerobik
2,4 km merupakan waktu yang diperlukan untuk proses-proses yang terjadi seperti
di dalam organ perasa, otak, saraf dan otot.
Waktu reaksi memungkinkan kualitas suatu jawaban kinetis secepat mungkin
yang dapat ditunjukan oleh waktu tempuh lari aerobik 2,4 km setelah menerima
ransangan Wicrossek (dikutip oleh Bompa 1993), selanjutnya (Pate dkk, 1984)
mengambil kesimpulan bahwa, untuk olahraga keterampilan seperti lari aerobik 2,4
km, membutuhkan kemampuan keterampilan bergerak dengan baik, tergantung
pada perpaduan antara aspek sensoris dan aspek motoris sistem saraf secara efisien.
Secara psikis (psikologi), lari di luar stadion dengan lingkungan tempat berlari yang
tidak terkendali (bebas) akan sulit dipantau dari sisi motivasi secara bersama dan
kenyamananya kurang, sebaliknya berlari dengan secepat-cepatnya untuk
menempuh jarak 2,4 km di dalam stadion secara fisik, harus mengelilingi jarak 6
kali 400 meter dengan sungguh-sunguh, secara psikis (psikologi), di dalam stadion
lebih mudah di pantau dan nyaman serta termotivasi dengan baik sehingga kurang
mempengaruhi fisik dan psikis secara berlebihan di bandingkan dengan .
Dapat di simpulkan bahwa efek pelatihan lari aerobik tidak hanya ditentukan
oleh kualitas fisik dan psikis saja, melainkan juga oleh pencapaian psikomotor,
kognitif dan afektif yang merupakan kesatuan yang saling berkaitan sehingga
dalam pelatihanya harus dikembangkan secara bersamaan, dengan demikian bahwa
pelatihan lari aerobik di dalam stadion yang dilakukan oleh kelompok I memberi
pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kesegaran jasmani orang coba
69
(siswa), dari pada pelatihan di luar stadion oleh kelompok dua, sebab pelatihan
kelompok 1 mendapatkan waktu lebih baik dan dapat mengubah kategori jasmani
dari kategori kurang menjadi kategori baik sekali dan terlatih, dengan demikian
hipotesis 1 dan 2 dapat dibuktikan.
70
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat
disimpulkaan sebagai berikut :
1) Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan frekuensi 3 kali perminggu selama 6
minggu perlakuan di dalam stadion dapat meningkatkan kesegaran jasmani
siswa.
2) Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan frekuensi 3 kali perminggu selama 6
minggu perlakuan di luar stadion juga dapat meningkatkan kesegaran jasmani
siswa.
3) Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan frekuensi 3 kali perminggu selama 6
minggu di dalam stadion berpengaruh lebih baik (efisien) dalam peningkatan
kesegaran jasmani, hal ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungan pelatihan dan
faktor motifasi, dibandingkan pelatihan di luar stadion terhadap peningkatan
kesegaran jasmani siswa SMA Katolik Giovanni Kupang, yang akan
berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar di sekolah.
71
7.2 Saran
Dengan hasil ini saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian
sebagai berikut :
Kepada guru penjas, pembina, pelatih, untuk mengunakan lari aerobik 2,4 km
di dalam stadion dengan frekuensi 3 kali perminggu selama 6 minggu perlakuan
kepada atlet siswa SLTA dalam meningkatkan prestasi olahraga dan prestasi belajar
di sekolah.
72
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, N. 1992 a. Beban kerja tari bali modern dan pengaruhnya terhadap beberapa parameter fisiologi tubuh, Disertasi Universitas Airlangga, Surabaya.
Adiputra, N. 1992 b. Respon tubuh dua kelompok dengan kesegaran jasmani
berbeda terhadap tari bali baris modern. Laporan Penelitian OPF UNUD, Denpasar.
Adisasminto, Sudarwati. 2007. Mental Juara Modal Atlet Berprestasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Astrand, P.O dan K. Rodhal 1977. Textbook of Work Physiology, 2nd Ed. New York: Mcgraw-Hill Company
Berger, R.A. 1982. Comparison of Static and Dynamic Strength Increase Rest
Quart. Bompa, T.O. 1983. Theory and Methodology of Training. Toronto : Kendal/Hunt
Publishing Coy. Bompa, T.O. 1990. Theory and Methodology of Training. : The Key to Athletic
Performance. 2nd Ed. Dubeque : Kendal Hunt Publishing. Bompa, T.O. 1993. Theory and Methodology of Training. Toronto : Kendal/Hunt
Publishing Company. Bompa, T.O. 1993. Theory and Methodology of Training. Toronto : Kendal/Hunt
Publishing Company. Brian J. Sharkley, 2011. Kebugaran dan Kesehatan, PT, Rajagrafindo Persada,
Jakarta Constabel G. 1986. Building Endurance, Aerobik Workouts. Alexandria, Virginia:
Time life books. Cooper, K. Cooper 1982a. Aerobic. New York: Batam Book Inc.
Cooper, K. Cooper 1982b. The Aerobics Program for Total Well-Being. New York: M. Evans and Company Inc.
Creagh, U. T. Reilly and A Less 1998. Kinematics of running on “of road” terrain.
Ergonomics 41 (7) :1029-1031.
73
Depdikbud 1996. Teknik penyusunan usulan penelitian eksperimental.Buku panduan, Ditdikgutentis, Dekdikbud, Jakarta.
Depdikbud. 1987. Erobika ; Kegiatan Sehari-hari dalam Hidup Sehat. Jakartaa :
Balai Pustaka. Drowatzky, J. N. 1981. Motor Learning Principles and Practise. Minnesota
Burgess Publishing Company. Effendi, H. 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga serta Peran Tes Kerja (Exercise
Test) untuk Diagnostik. Bandung: Penerbit Alumni. Fontayne, P. S., dan Piere, J. F. 2001. Culture and Achievenment Motivasi in Sport:
A Qualitative Comparative Study Between Maghrebian and European Freceh Adolescents . Journal of Sport Science, Volume 1
Fox, E. L. R.W. Bower and M. L. Foss. 1988. Physiological Basis of Physical Education and Athlentic. Philadelphia : Saunders College Publishing.
Fox, E. L. R. W. Bower and M. L. Foss. 1993. Physiological Basis of Physical
Education and Athlentic, 4th ed. Philadelphia : W.B. Saunders Company. Fox, E.L. 1984. Sport Physiology, 2nd ed. Tokyo: Sounders College Publishing
Frederick, J. A. 1983. Principles of Coonditioning and Training; J. Of Physical Education 10 (4) : 165-167.
Ganong,W. F. 1983. Review of Medical Physiology. San Francisco : Appletan and
Lange Publisher. Giam, C,.K and J. The 1992. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta : Binarupa
Aksara. Gisolfi, 2012 .Aktifitas fisik, ttp://www.google.com/net/
Gunarsa, S. 1989. Motivasi : Psikologi Olahraga. Jakarta : P.T Gramedia Utama. Harsono. 1998. Coaching and Aspek-aspek Psykologis dalam Coaching. Proyek
pengadaan buku. Dirjjen Dikti P2LPTK, Depdikbud, Jakarta. Javer. 1989. Principles of Speed and East European summary; J. Applied
Physiology. 5 (7) : 27-28. Johnson, B. L.and J. K. Nelso 1979. Practical Mensurement for Evaluation in
Physical Education. Minniasota : Burgess Publishing Company.
74
Junusul, H. 1989. Fisiologi olahraga jilid I. Proyek pengadaan buku Direktorat Jendral Dikti P2LPTK, Depdikbud, Jakarta.
Kirkwood B.R 1988. Essentials of Medical Statistics. Science, London. Koeswara, E.1989. Motivasi Teori dan Penelitiannya. Angkasa, Bandung. Kosasih, E. 1985. Olahraga: Teknik dan Program Latihan. Akademi Persindo,
Jakarta. Langitan. 1993. Hubungan index gizi dengan tingkat kesegaran jasmani
mahaasiswa FPOK IKIP Negeri Manado. Skripsi Jurusan Kesehatan dan Rekreasi FPOK IKIP Manado di Tondano.
Lutan, R. Dkk. 2001. Pendidikan Kebugaran Jasmani, Orientasi Pembinaan
Disepanjang Hayat. Dirjen Dikdasmen, Bekerjasama dengan Dirjen Olahraga, Jakarta.
Manuaba, I.B.A. 1983. Aspek Ekonomi dalam Perencanaan Kompleks Olahraga
dan Rekreasi. Kompas tanggal 12 November 1983. Mayer, J. P., Becker, Th. E., dan McLean, Ch. 2004. Employee Commitment and
Motivasion: A Conceptual Analysis and Integrative Model. Journal of Applied Psychology. Volume 89 N0m0r 2, hal 991-1007.
Moeloek, D. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta : Fakultas Kedokteran, UI. Nala, N. 1986. Kesegaran Jasmani. Bahan Kuliah Bagian Faal FK UNUD,
Denpasar. Nala, N. 1988. Kesegaran Jasmani. Denpasar : Penerbit Yayasan Ilmu Faal Widya
Laksana. Nala, N. 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar : Penerbit Yayasan Ilmu
Faal Widya Laksana. Nala, N. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Bahan Kuliah Program
Pascasarjana Fisiologi Olahraga Universitas Udayana, Denpasar. Nala, N. 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Bahan Kuliah Program
Pascasarjana Fisiologi Olahraga Universitas Udayana, Denpasar. Nurdin U. Badu 2006. Tesis, Norma kategori tingkat kebugaran fisik umur 10 dan
11 tahun dengan tes lari aerobik 2,4 km pada siswa sekolah dasar di kota kupang.
Nossek, J. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan Africa Press Ltd.
75
Pangkahila, J. A. 1997. Bahan-bahan Kuliah PS S2 Kesegaran Jasmani.Program Studi Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana,UNUD, Denpasar.
Pangkahila, J.A. 1992. Latihan kebugaran jasmani,latihan seksual dan otot-otot
panggul meningkatkan potensi seksual. Disertasi Universitas Airlangga,Surabaya.
Pocock, S.J. 2008. Chemical Trial, a Practical Approach. New York: A Willey
Medical Publication. Pusegjas, Depdikbud 1995. Pedoman pelaksanaan pekan kesegaran jasmani
Nasional 1995, Depdikbud, Jakarta. Sjahmien, M. 1982. Ilmu Gizi. Jakarta: bhatara karya aksara. Soemowardjo,2012 Kesegaran Jasmani, http://www.google.com/net/
Suharno, H.P. 1993. Perencanaan program latihan. Bahan untuk penataran pelatihan olahraga, KONI Pusat, Jakarta
. Supriadi 1997. Bahan-bahan Kuliah PS S2 Psikologi Olahraga. Program Studi
Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana,,UNUD, Denpasar. Sutarman, 1996. Pengertian-Pengertian tentang Kesegaran Jasmani dan Tes
Kardiorespirasi. Jakarta: Pusat Penelitian Kesehatan dan Olahraga. Sutrisno, H. 1984. Dasar-Dasar Statistic Jilid I. Jakarta: rineka cipta. Suwetra, Kt. 1996. Bahan-bahan Kuliah PS S2 Gizi Olahraga. Program Studi
Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana, UNUD, Denpasar. Tangking Widarsa, Kt. Dan Made Dharmadi 1997. Biostatistik. Bahan Kuliah PS
Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana,UNUD, Denpasar. Watik. 1993. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Zainuddin. 1990. Metodologi Penelitian, Bahan Kuliah Program Pascasarjana
Universitas Airlangga, Surabaya.
76