the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

77
TESIS PELATIHAN LARI AEROBIK 2,4 KM DENGAN DOSIS YANG SAMA DI DALAM STADION LEBIH MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI DARI PADA DI LUAR STADION PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA KATOLIK GIOVANNI KUPANG DI KUPANG FRANSISKUS ROBERTUS KLEDEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

Upload: lamthuan

Post on 31-Dec-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

TESIS

PELATIHAN LARI AEROBIK 2,4 KM DENGAN DOSIS YANG SAMA DI DALAM STADION LEBIH MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI DARI PADA DI LUAR STADION PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA KATOLIK GIOVANNI KUPANG

DI KUPANG

FRANSISKUS ROBERTUS KLEDEN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2013

Page 2: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

TESIS

PELATIHAN LARI AEROBIK 2,4 KM DENGAN DOSIS YANG SAMA DI DALAM STADION LEBIH MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI DARI PADA DI LUAR STADION PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA KATOLIK GIOVANNI KUPANG

DI KUPANG

FRANSISKUS ROBERTUS KLEDEN NIM:1190361017

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2013

Page 3: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

PELATIHAN LARI AEROBIK 2,4 KM DENGAN DOSIS YANG SAMA DI DALAM STADION LEBIH MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI DARI PADA DI LUAR STADION PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA KATOLIK GIOVANNI KUPANG

DI KUPANG

Tesis ini Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi

Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana

FRANSISKUS ROBERTUS KLEDEN NIM. 1190361017

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2013

2

Page 4: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

3

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 01 JULI 2013

Mengetahui

Ketua Program Magister

Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And NIP. 19440201 196409 1 001

Pembimbing I

Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And NIP. 19440201 196409 1 001

Pembimbing II

Drs. Nurdin U. Badu, M.For NIP. 19461028 197104 1 001

Direktur Program PascaSarjana Universitas udayana,

Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001

Page 5: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

4

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Tesis ini Telah diuji Pada

Tanggal 01 Juli 2013

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

Nomor : 0940 / UN.14.4 / HK / 2013, tanggal 11 Juni 2013

Ketua : Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc. Sp. And

Anggota :

1. DRS. Nurdin U. Badu, M.For

2. Prof. dr. Nyoman Agus Bagiada, S.P, Biok

3. Simson Kerihi, S.Pd, M.Pd

4. Dr. Ir. I Ketut Wijaya

Page 6: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

5

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fransiskus Robertus Kleden

NIM : 1190361017

Program Studi : Fisiologi Olahraga

Judul Tesis : Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan dosis yang sama di

dalam stadion lebih meningkatkan kesegaran jasmani dari

pada di luar stadion pada siswa putra kelas xi SMA Katolik

Giovanni Kupang di Kupang

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, saya bersedia

menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan

Perundang-Undangan yang berlaku.

Denpasar, 15 Juni 2013

Yang membuat pernyataan

Materai

( Fransiskus Robertus Kleden )

Page 7: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

6

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama – tama perkenankanlah penulis memanjatkan Puji syukur ke hadirat

Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas tuntunan dan penyertaanNya, tesis ini

dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terimah kasih yang

sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And, sebagai

Pembimbing I yang dengan penuh perhatian memberikan dorongan, semangat,

bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program pascasarjana, khususnya

dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih yang sebesar - besarnya pula penulis

sampaikan kepada Drs. Nurdin U. Badu, M.For, pembimbing II yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada

penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.

Dr. dr. I Made Bakta, SpPD. MHOM, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program

pascasarjana di Universitas Udayana.Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr.

A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberkan kepada penulis untuk

menjadi mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga

menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc,

Sp.And, Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas

Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa

Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Page 8: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

7

Kepada para penguji tesis Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And,

Drs. Nurdin U. Badu, M.For, Prof. dr. Nyoman Agus Bagiada, S.P, Biok, Simson

Kerihi, S.Pd, M.Pd, Dr. Ir. I Ketut Wijaya yang telah memberi masukan, saran,

sangahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini, penulis ucapkan

terima kasih serta

ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan disampaikan kepada seluruh

dosen dan staf Program Pascasarjana Magister Fisiologi Olahraga Universitas

Udayana yang telah membimbing serta mengarahkan penulis selama pendidikan.

Terima kasih juga disampekan kepada Romo. Stefanus Mau, Pr selaku kepala

sekolah SMA Katolik Givanni Kupang, para guru, pegawai dan guru pendamping (

Pa Nico, Ibu Veby dan ibu Sinta), serta anak-anak kelas XI yang telah berpartisipasi

dalam penelitian ini, maupun teman-teman seangkatan PPS (Jimmy, Julian, Jhon,

Beni, Markus, Sardi, erik dan Edu) yang telah berjuang bersama.

Terima kasih kepada Papa dan Mama tercinta Thomas T. Kleden S.Pd dan

Marselina A. Korolulu, Amd yang telah mengasuh, membesarkan penulis serta

memberikan dukungan doa dan restu yang senantiasa diucapkan, kepada kaka, adik

serta para keponakan yang tersayang, penulis haturkan terima kasih.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih juga kepada Bapa Tonce Riberu dan

Ibu Philomena Riberu, atas segala dukungan dan doanya, serta kepada Maria Kelara

Riberu yang memberikan motifasi, semagat, dukungan, yang senantiasa mendoakan

penulis sehinga tesis ini dapat terwujud.

Page 9: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

8

Semoga Tuhan Yang Maha Esa slalu melimpahkan karunia-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis

Fransiskus Robertus Kleden

Page 10: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

9

ABSTRAK

PELATIHAN LARI AEROBIK 2,4 KM DENGAN DOSIS YANG SAMA DI DALAM STADION LEBIH MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI DARI PADA DI LUAR STADION PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA

KATOLIK GIOVANNI KUPANG DI KUPANG

Lari aerobik 2,4 km adalah lari dengan menempuh jarak 2,4 km, mengunakan

tenaga hasil pembakaran zat makanan oleh oksigen luar. Lari aerobik dapat digunakan sebagai tes dan dapat pula dipakai sebagai pelatihan. Pelatihan lari aerobik 2,4 km ini sangat diperlukan pada semua cabang olahraga, terutama untuk meningkatkan kesegaran jasmani, sehubungan dengan hal di atas maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam maupun di luar lapangan/stadion yang dilakukan 3 kali per minggu selama 6 minggu perlakuan. Di dalam lapangan stadion memberikan peningkatan kesegaran jasmani yang lebih baik dari pada yang di luar stadion.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian “Randomized Pre test and pos test control group design”. Jumlah sampel sebanyak 22 orang siswa putra kelas XI SMAK Giovanni Kupang tahun 2012/2013 yang dibagi menjadi 2 kelompok. Pembagian kelompok ini dilakukan secara acak, untuk kelompok I diberi pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam lapangan stadion dengan subjek jumlahnya 11 orang dan untuk kelompok 2 diberi pelatihan lari aerobik 2,4 km di luar lapangan stadion dengan jumlah subjek 11 orang, lama pelatihan 6 minggu dengan frekuensi pelatihan 3 kali per minggu. Pengukuran dilakukan : 1). Sebelum perlakuan (pretest), 2). Setelah 6 minggu perlakuan (postest). Variabel tergantung yang diukur adalah kesegaran jasmani, diukur dengan test lari aerobik 2,4 km. Analisis statistik dilakukan dengan analisis uji-t. Hasilnya adalah sebagai berikut: 1) Sebelum pelatihan nilai rata-rata waktu tempuh test aerobik 2,4 km : 11,945 ± 0,691 menit pada kelompok I dan 13,199 ± 0,717 menit pada kelompok II (p>0,05). 2). Setelah 6 minggu pelatihan maka nilai rata-rata waktu tempuh test lari aerobik 2,4 km: 8,445 ± 0,448 menit pada kelompok I, dan 8,613 ± 0,435 menit pada kelompok II (P<0,01).

Kesimpulanya bahwa hasil penelitian menunjukan pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam lapangan stadion lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kesegaran jasmani siswa dibandingkan dengan pelatihan lari aerobik 2,4 km di luar lapangan stadion. Kata kunci: Lari aerobik 2,4 km, peningkatan kebugaran jasmani

Page 11: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

10

ABSTRACT

THE TRAINING OF AEROBIC RUNNING 2,4 KM WITH THE SAME DOSE MORE IMPROVE THE PHYSICAL FITNESS INSIDE OF STADIUM THAN THE OUTSIDE OF STADIUM OF XI GRADE MALE STUDENTS OF

KATOLIK GIOVANNI SENIOR HIGH SCHOOL KUPANG IN KUPANG

An aerobic run 2.4 km is a run for 2,4 km distance, used the energy of the burning of food substance by outside oxygen. Aerobic run can be used as a test and also as training. this Aerobic run 2,4 km is required by all types of sports mainly to improve physical fitness. Related of this study then conducted the research that to find out the influence of the 2.4 km aerobic run in the inside or outside of the yard which was conducted 3 times a week during 6 weeks. Inside of the stadium give the increasing of physical fitness better than the outside.

The type of training is true experimental study with training design “Randomized Pre/post Test Group Design”. The number of sample is 22 of male students in grade 11th of Giovanni Senior High School Kupang which are divided into 2 groups. The partition of this group was conducted randomly, for group I was given an aerobic run 2,4 km inside of the stadium with the number of subject 11 students, while Group II (with the same number of subject) performed outside the stadium. The training period was six weeks with the frequency of training three times a week. The measured was conducted pre-test and post-test (after 6 weeks treatments). The dependant variable being measured here is the physical fitness, was measured with an aerobic run 2,4 km. The statistical analyze was conducted with t-test analyses.

The results are: (1) before training the average value of length time an aerobic test 2,4 km: 11,945 ± 0,691 minutes for Group I and 13,199 ± 0,717 minutes for Group II (p>0.005). (2) after six weeks of training, the average time to finish the 2.4 km aerobic run was 8,445 ± 0,448 minutes for Group I and 8,613 ± 0,435 minutes for Group II (p>0.01).

This was concluded that the result of the training showed that an aerobic run inside the stadium has better impact on physical fitness than the one conducted outside the stadium.

Key words: Run, 2,4 km aerobic, Enhancement of Physical fitness

Page 12: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

11

DAFTAR ISI

ISI Halaman

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..............................................................

UCAPAN TRIMAKASI................................................................................

i

iii

iv

v

ABSTRAK ................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR/BAGAN ....................................................................... xiv

DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 5

Page 13: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 6

2.1 Kesegaran Jasmani .................................................................... 6

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani ....................... 9

2.3 Tes Kesegaran Jasmani .............................................................. 14

2.4 Takaran Pelatihan Kesegaran Jasmani ....................................... 15

2.5 Cara Pengukuran Kesegaran Jasmani ......................................... 17

2.6 Lari Aerobik 2,4 Km Sebagai Program latihan .......................... 18

2.7 Keuntungan dan Kerugian Tes lari Aerobik 2,4 Km................... 21

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS.................. 23

3.1 Kerangka Berpikir .................................................................. 23

3.2 Konsep Penelitian ................................................................... 24

3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................ 24

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 25

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 25

4.2 Jenis Penelitian ....................................................................... 25

4.3 Rancangan Penelitian ............................................................. 25

4.4 Subjek dan Sampel ................................................................. 26

4.5 Variabel Penelitian ................................................................. 29

4.6 Defenisi Operasional Variabel ................................................ 30

4.7 Instrumen Pelatihan/Alat Pengumpulan Data .......................... 33

4.8 Prosedur Penelitian ................................................................. 34

4.9 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 36

4.10 Prosedur Pengukuran ............................................................... 36

Page 14: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

13

4.11 Analisis Data ........................................................................... 37

4.12 Alur penelitian ........................................................................ 38

BAB V HASIL DAN ANALISIS ................................................................ 39

5.1 Lingkungan Penelitian .......................................................... 39

5.2 Ciri Fisik Subjek ................................................................... 40

5.3 Analisis Hasil ........................................................................ 40

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................ 43

6.1 Subjek penelitian ................................................................... 43

6.2 Pelatihan Lari Aerobik 2,4 Km, Dengan Frekuensi 3 Kali

Seminggu di Dalam Maupun di Luar Stadion Meningkatkan

Kesegaran Jasmani Siswa. ......................................................

6.3 Pelatihan Lari Aerobik 2,4 Km, Dengan Frekuensi 3 Kali

Seminggu Di Dalam Stadion Lebih Baik Pengaruhnya

Terhadap Kesegaran Jasmani Dibandingkan Pelatihan Di Luar

Stadion ..................................................................................

43

44

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 51

7.1 Simpulan ............................................................................... 51

7.2 Saran ..................................................................................... 52

DAFTA PUSTAKA ...................................................................................... 53

LAMPIRAN ................................................................................................... 57

Page 15: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

14

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Format klasifikasi Kesegaran Jasmani Tes Lari Aerobik

2,4 km................................................................................. 18

Tabel 2.2 Klasifikasi Kesegaan jasmani (Tes Aerobik) Untuk

Golongan Umur 13-19 Tahun .................................... ............. 19

Tabel 5.1 Data karakteristik suhu dan kelembaban relatif udara

lingkungan penelitian........................................................... ... 39

Tabel 5.2 Nilai rata-rata ciri fisik siswa SMA Katolik Giovanni

Kupang (n=22) ....................................................................... 40

Tabel 5.3 Uji Normalitas Pada Sampel Penelitian .................................. 40

Tabel 5.4 Beda Kelompok Data di Dalam dan di Luar Stadion

Lari Aerobik 2,4 km .............................................................. 41

Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Antara Kelompok 1 di Dalam

dan Kelompok 2 di Luar Stadion ............................................ 42

Tabel 5.6 Hasil Uji Beda Antara Kelompok di Dalam dan di

Luar Stadion........................................................................... 42

Page 16: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

15

DAFTAR GAMBAR/BAGAN

Gambar/Bagan Halaman

Gambar/Bagan 3.2 Kerangka Konsep ……………………............. 24

Gambar/Bagan 4.1 Rancangan penelitian …………………........... 26

Gambar/Bagan 4.2 Pengelompokan Sampel Penelitian ……......... 29

Gambar/Bagan 4.3 Alur penelitian………………………............ 38

Page 17: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

16

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 5.1 Waktu tempuh lari aerobik 2,4 sebelum dan sesudah

6 minggu pelatihan kedua kelompok SMAK Giovanni

Kupang 2013.............................................................,, 45

Page 18: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

17

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Lambang / arti dan keterangan singkatan

BB Berat Badan

dst dan seterusnya

Ke1 Kelompok eksperimen 1 (dalam stadion)

Ke2 Kelompok eksperimen 2 (luar stadion)

Kg kilogram

Kj kesegaran jasmani

Km kilometer

Klp I kelompok eksperimen I

Klp II kelompok eksperimen II

ml mililiter

m menit

p probalitas

t waktu

Vo2 Volume udara

TB Tinggi Badan

R Randomisasi

S Sampel

X1 Pelatihan lari aerobic 2,4 km dalam stadion

X2 Pelatihan lari aerobic 2,4 km luar stadion

Page 19: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

18

SD Standar Deviasi

SMA Sekolah Menengah Atas

Frekuensi

β Beta

α Alpha

σ Standar Devisiasi

µ1 Data 1

µ2 Data 2

n Nilai

> lebih

< kurang

± lebih kurang

= sama dengan

×ഥ rata-rata

% persen

kurang

tambah

Page 20: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

19

LAMPIRAN- LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan Analisis Statistik .................................... 57

Lampiran 2. Program Latihan ....................................................... 60

Lampiran 4. Gambar tes ................................................................ 61

Page 21: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembentukan manusia yang sehat, kuat fisik dan mental dapat ditingkatkan

dalam suatu pola pembinaan kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani dan kesehatan

yang prima adalah dasar bagi setiap orang untuk melakukan aktifitas setiap hari.

Kesegaran jasmani merupakan kebutuhan bagi setiap orang tanpa ada pembedaan

jenis kelamin, usia, tingkat sosial ekonomi serta budaya. Kesegaran jasmani adalah

suatu kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu

yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki

cadangan tenaga untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak (Nala,

2002).

Olahraga diakui memiliki posisi serta peran yang strategis dalam

pembentukan karakter dan peningkatan sumber daya manusia secara

berkesinambungan. Berolahraga adalah suatu kegiatan tubuh yang pada umumnya

meliputi beberapa otot besar maupun kecil, sebagai proses aktivitas hal ini akan

menimbulkan reaksi dari organ-organ berupa usaha penyesuaian tubuh. Reaksi

penyesuaian tubuh dapat berbentuk fungsi yang bersifat sementara dan berlangsung

tiba-tiba sebagai akibat aktivitas tubuh, perubahan fungsi ini akan lenyap dengan

segera setelah aktivitas tubuh dihentikan. Adaptasi berupa perubahan struktur dan

fungsi yang sifatnya kurang lebih menetap pada organ-organ tubuh, sebagai akibat

Page 22: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

21

latihan yang diberikan, keadaan ini akan memudahkan tubuh untuk bereaksi

terhadap tuntutan aktivitas yang diberikan kepadanya (Manuaba, 1981).

Peningkatan kesegaran jasmani pada siswa SMA Katolik Giovanni kupang

dilakukan melalui pelatihan olahraga, dengan pelatihan olahraga diharapkan lebih

meningkatkan fungsi kerja organ tubuh, untuk mengoptimalkan penampilan serta

prestasi belajar siswa disekolah. Siswa merupakan individu yang memiliki unsur-

unsur jasmani dan rohani yang dapat dikembankan melalui aktivitas jasmani,

aktivitas ini dapat merangsang pertumbuhan tulang, mengembangkan kapasitas

paru-paru, memperlancar peredaran darah, merendahkan tekanan darah dan

mengurangi taraf kolesterol serta menciptakan citra penampilan tubuh yang baik,

memberikan kesan mampu melaksanakan tugas dan percaya pada kemampuan diri

serta bisa menyiapkan fisik dan emosi untuk menghadapi keadaan darurat (Lutan,

2001).

Peningkatan kesegaran jasmani siswa SMA Katolik Giovanni kupang, dapat

diukur dengan melakukan pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam stadion dan di

luar stadion dengan dosis yang sama. Dosis yang sama merupakan kesamaan dalam

jarak tempuh 2,4 km dan waktu tempuh untuk kedua kelompok perlakuan yang

menggunakan stopwatch, yaitu dinyatakan dalam satuan menit dengan ketelitian

0,01 menit. Pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam lapangan stadion ditempuh

dengan cara 6 kali lari mengelilingi lapangan sepanjang 400 meter, di luar stadion

(jalan raya) dengan menempuh jarak lari 2,4 km pada lintasan jalan lurus, sehingga

perlu dilakukan penelitian tempat pelatihan manakah yang hasilnya lebih baik

Page 23: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

22

untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa bila dilakukan pelatihan dengan

takaran atau dosis yang sama.

Peningkatan kesegaran jasmani siswa ini dapat dipengaruhi oleh program

pelatihan, program pelatihan yang disesuaikan dengan tujuan pelatihan akan

berpengaruh secara signifikan, dimana setiap minggu subjek akan berusaha

mencapai target waktu yang semakin meningkat (cepat) hingga mencapai waktu

yang di tentukan (12’10-09’41 menit), dengan pembebanan motifasi. Faktor

motifasi dan kondisi fisik juga akan menjadi pemicu utama dalam pencapaian target

waktu, ditambahkan lagi bahwa motifasi atau dorongan merupakan penggerak

utama dalam peningkatan aktifitas seperti lari di lapangan karena kegiatan lari

seperti itu secara fisik bersifat terpimpin atau terprogram (Koeswara, 1989),

sedangkan secara psikis bersifat tidak membosankan oleh karena suasana tempat

yang menguntungkan/nyaman (aman), sehingga termotifasi untuk melaksanakan

aktifitas dengan keadaan yang sama.

Motifasi sebagai proses untuk mencapai tujuan, yakni individu secara sadar

memotivasi perilaku yang mengarah pada tujuan yang hendak dicapai (Mayer, dkk.

2004). Dikatakan juga motifasi merupakan dorongan yang sangat penting dalam

meningkatkan prestasi dan merai kesuksesan (Fontayne, 2001), dengan demikian

dikatakan motivasi berprestasi merupakan keinginan yang kuat untuk mencapai

kesuksesan di mana kesuksesan itu tergantung pada kemampuan atlit itu sendiri

(Adisasmito, 2007). Motifasi dalam diri serta pemberian motifasi yang tepat akan

menggurangi aspek kejenuhan, sehingga secara individu akan mampu memotifasi

diri dalam pencapaian tujuan.

Page 24: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

23

Untuk membuktikan hal tersebut diatas, dilakukanlah penelitian dimana

sasarannya adalah siswa dengan peningkatan kesegaran jasmani pada lari aerobik

2,4 km di dalam lapangan stadion diasumsikan lebih baik pengaruhnya untuk

meningkatkan kesegaran jasmani siswa putra kelas XI SMA Katolik Giovanni

Kupang dari pada di luar lapangan stadion ( jalan raya).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada permasalahan yang telah dibatasi diatas, maka

permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di

dalam maupun di luar stadion meningkatkan kesegaran jasmani siswa?

2. Apakah pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di

dalam stadion lebih baik pengaruhnya terhadap kesegaran jasmani Siswa

dibandingkan pelatihan di luar stadion?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam pebnelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali

seminggu di dalam maupun di luar stadion meningkatkan kesegaran jasmani

siswa.

2. Untuk mengetahui pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali

seminggu di dalam stadion lebih baik pengaruhnya terhadap kesegaran jasmani

siswa dibandingkan pelatihan di luar stadion.

Page 25: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

24

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Sebagai bahan acuan dalam pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan dosis yang

sama didalam dan diluar lapangan stadion dapat meningkatkan kesegran

jasmani secara baik.

2. Sebagai bahan informasi bagi guru atau pelatih olahraga, atlit, dan para siswa

yang ingin meningkatkan kesegaran jasmani dalam pelatihan lari aerobik 2,4

km dengan dosis yang sama di dalam dan di luar lapangan stadion.

Page 26: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris, yaitu

physical fitness. Dalam Bahasa Indonesia ada beberapa istilah yang dipergunakan

seperti: bugar badan, kesamapataan, segar badan, namun yang paling popular

adalah kesegaran jasmani (Badu 2006). Kesegaran jasmani adalah satu aspek fisik

dan kesegaran yang menyeluruh (total fitness), yang memberi kesanggupan kepada

seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri

pada tiap-tiap pembebanan (stress) fisik yang layak. Pembebanan fisik pada

seseorang adalah sangat individual dan tergantung pada tugasnya, sehingga

kesegaran jasmani yang dimiliki harus sesuai dengan pembebanan pada hidupnya,

semakin berat tugas fisik yang harus dilakukannya, makin tinggi pula kesegaran

jasmani yang harus dimiliki (Sutarman, 1996).

Kesegaran jasmani (Physical fitness) adalah kemampuan tubuh untuk

menyesuaikan fungsi alat-alat tubuh dalam batas fisiologi terhadap keadaan

lingkungan dan atau kerja fisik secara efisien tanpa lelah secara berlebihan

(Soemorwardjo dan Giriwidjojo, 1977), Oleh sebab itu tubuh manusia dapat

melakukan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat rekreatif dan telah mengalami

pemulihan yang sempurna sebelum datangnya tugas yang sama pada esok harinya.

Kesegaran jasmani adalah suatu kesanggupan atau kemampuan dari tubuh

manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang

dihadapinya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Nala, 1998),

Page 27: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

26

disempurnakan lagi bahwa kesegaran jasmani sebagai kemampuan tubuh untuk

melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa

mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk

melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak (Nala, 2002).

Kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan (healt-related fitness),

didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan aktifitas harian yang

membutuhkan energi serta kualitas dan kapasitas yang diasosiasikan dengan

rendahnya resiko munculnya penyakit hipokinetik dini (yang berhubungan

kurangnya aktifitas fisik), oleh (Gisolfi dan Lamb, 1989).

Kebugaran dalam kategori ini merupakan yang paling sering digunakan

dalam konteks kebugaran secara umum karena merupakan salah satu indicator yang

meliputi daya tahan jantung, paru, daya tahan otot, kekuatan otot, kelenturan dan

komposisi tubuh.

Komponen kesegaran jasmani secara spesifik yang disebut biomotorik ada

sepuluh yaitu:

1. Daya tahan kardiovaskular (cardiovascular endurance)

2. Daya tahan otot (muscular endurance)

3. Kekuatan otot (muscle endurance)

4. Kelentukan (flexibility)

5. Komposisi tubuh (body composition, berat badan tanpa lemak)

6. Kecepatan gerak (speed movement)

7. Kelincahan (agility)

Page 28: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

27

8. Keseimbangan (balance)

9. Kecepatan reaksi (reaction time)

10. Koordinasi (coordination)

(Nala, 2011).

Kesegaran jasmani dapat dikatakan tergantung pada 2 kelompok dasar, yaitu

kesegaran organik (kesegaran statis) dan kesegaran dinamik. Komponen ini sangat

penting dalam kesegaran jasmani secara keseluruhan, dan interaksi antara kedua itu

yang menentukan tingkat kesegaran jasmani (Hary Junusul, 1989). Lima aspek

kebugaran jasmani yaitu: kebugaran statik, kebugaran dinamik, kebugaran

keterampilan motorik, kebugaran sosial dan kebugaran mental (Pusegjas, 1975).

Unsur-unsur kesegaran jasmani meliputi: kekuatan, daya tahan jantung,

kecepatan, ketangkasan, tenaga, fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi, sedangkan

kekuatan otot, ketahanan otot dan daya tahan jantung merupakan tiga unsur

terpenting dalam kesegaran jasmani (Golding dan Bosh dalam Bosco dkk, 1983).

Pengaruh latihan yang teratur dan berkesinambungan adalah sebagai

berikut: efisiensi kerja paru meningkat, efisiensi kerja jantung meningkat, jumlah

ukuran pembuluh darah, volume darah, tonus otot dan pembuluh darah menurun,

lemak tubuh menurun, konsumsi oksigen meningkat serta pandangan hidup

meningkat (ilmu jiwa dan olahraga), mengurangi kegemukan dan terapi terhadap

penyakit-penyakit tertentu. Manfaatnya adalah meningkatkan dan mempertahankan

kebugaran sistem respirasio, kardio-vaskkular (paru-paru jantung dan pembuluh

darah), (Nala, 1986).

Page 29: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

28

Defenisi yang telah diutarakan oleh para ahli fisiologi atau ilmu faal, dapat

ditarik kesimpulan bahwa kesegaran jasmani merupakan milik semua orang, baik

dia sakit maupun dia sehat hanya saja tingkatannya yang berbeda, ada yang

memiliki tingkat yang paling rendah dan ada yang memiliki tingkat yang paling

tinggi, hal ini akan mampu mengatasi keadaan di sekelilingnya.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

2.2.1 Hereditas

Faktor keturunan seperti fisik dan komposisi tubuh juga akan mempengaruhi

kebugaran serta potensi performa yang tinggi. Kebugaran aerobik diantara saudara

kandung (dizygotic) dan kembar identik (monozygotic), didapati bahwa perbedaan

yang lebih besar ada pada saudara kandung dibandingkan kembar identik.

Mewarisi banyak faktor, memberikan kontribusi pada kebugaran aerobik,

termasuk kapasitas maksimal system respiratori dan kardiovaskular, jantung yang

lebih besar, sel merah dan hemoglobin yang lebih banyak, dan presentase tinggi

dari serat otot.

2.2.2 Latihan

Latihan fisik merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh, umumnya dikelompokkan ke

dalam beberapa kategori, tergantung pada pengaruh yang ditimbulkannya pada

tubuh manusia. Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan

otot dan sendi, latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada

penambahan daya tahan kardiovaskular. Latihan anaerobik seperti angkat besi

Page 30: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

29

menambah kekuatan otot jangka pendek, bisa menjadi bagian penting terapi fisik,

kehilangan berat badan atau kemampuan olahraga. Latihan dengan waktu yang

cukup lama serta sistematik akan dapat mencapai tingkat daya tahan tubuh yang

tinggi, memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh, dan membantu mencegah

penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2 dan

obestas.

2.2.3 Jenis Kelamin

Masa sebelum puber anak laki-laki dan perempuan memiliki kebugaran

aerobik yang sedikit berbeda, tapi setelah masa itu anak perempuan jauh tertinggal.

Nilai rata-rata kebugaran aerobik untuk wanita muda antara 15% hingga 25% lebih

kecil dari pria muda, tergantung pada tingkat aktivitas mereka. Atlet remaja putri

yang sering berlatih hanya berbeda 10% dibawah atlet putra yang berusia sama

dalam VO2max dan waktu performa.

Alasan perbedaan antara jenis kelamin terletak pada hemoglobin,

komponenen pembawa oksigen dalam sel darah merah, alasan lainnya karena

wanita lebih kecil dan memiliki massa otot yang lebih kecil, atau karena rata-rata

wanita memiliki lebih banyak lemah dari pada pria (25% versus 12,5% bagi wanita

dan pria yang sebaya), karena kebugaran aerobik biasanya dijabarkan per unit berat

badan, wanita dengan lemak yang lebih banyak dan jaringan otot tanpa lemak yang

lebih sedikit akan memiliki beberapa kerugian. Perbedaannya ada pada lemak

khusus yang penting untuk fungsi reproduksi dan kesehatan wanita.

Page 31: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

30

2.2.4 Usia

Penelitian mengenai pengaruh umur terhadap kebugaran telah dilakukan

sejak tahun 1938 oleh Robinson. Penelitian tersebut mempelajari pengaruh umur

terhadap level maksimum pengambilan ogsigen oleh paru-paru pada saat pria

berolahraga. Penelitian tersebut membuktikan bahwa nilai kapasitas tertiggi

terdapat pada level umur 20 tahun hingga 30 tahun.

Penelitian serupa dilakukan dan hingga beberapa tahun belakangan hasil

penelitian masih sama, yaitu umur memberi pengaruh pada hampir semua kapasitas

komponen kebugaran. Pada usia anak-anak kapasitas komponen daya tahan

kardiovaskular akan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada umur 20 tahun

sampe 30 tahun, setelah itu kebugaran akan menurun seiring bertambahnya umur

(Moeloek, 1984).

2.2.5 Lemak Tubuh

Kelebihan lemak tubuh dapat berpengaruh terhadap tingkat kebugaran

seseorang. Pemamfaatan lemak yang semakin baik memiliki keuntungan kesehatan

utama, juga yang berkaitan dengan kebugaran dan performa, (Sharkley, 2011).

Lemak merupakan salah satu hasil terpenting dari hidup yang aktif, salah satu efek

terbaik dari latihan adalah berkurangnya lemak yang tidak diinginkan komposisi

tubuh, menghasilkan figur yang langsing dan menyenangkan. Kebugaran dihitung

per unit berat badan, jika lemak meningkat maka kebugaran jasmani seseorang

menurun, kira-kira satu setengah penurunan kebugaran karena usia dapat

disimpulkan sebagai peningkatan lemak tubuh. Jadi, cara termudah untuk

Page 32: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

31

mempertahankan atau meningkatkan kebugaran adalah dengan menyingkirkan

kelebihan lemak.

2.2.6 Aktivitas

Aktivitas fisik merupakan salah satu aspek yang mempengaruh tingkat

kebugaran seseorang. Pengaruh latihan bertahun-tahun dapat hilang hanya dalam

waktu 12 minggu dengan menghentikan aktivitas (Coyle, dkk, 1986). Contohnya,

istirahat total ditempat tidur selama 3 minggu dapat menurunkan kebugaran hingga

29% atau hampir 10% per minggu, tapi kehilangan tersebut dengan mudah dapat

dikembalikan dengan aktivitas yang teratur (Saltin, dkk, 1968). Aktivitas yang

tidak berlebihan akan menghasilkan kebugaran fisik diatas rata-rata, serta latihan

yang sistematik dengan metode pelatihan yang tepat akan berdampak pada

pencapaian potensi kesegaran jasmani yang prima.

2.2.7 Kejenuhan

Timbulnya kejenuhan diakibatkan terganggunya psikologis seseorang yang

membuat rasa ketidak nyamanan dalam melakukan suatu aktifitas. pengaruh

kejenuhan atau rasa bosan ini bisa dikatakan menghambat suatu aktivitas fisik atau

mental seseorang oleh (Supriyadi, 1997). Pengaruh kejenuhan merupakan suatu hal

yang dapat menghambat atau menggangu keseimbangan suatu organisme baik

secara biologis maupun psikologis menurut Stewart (dikutip oleh Gunarsa, 1989).

Situasi kejenuhan yang ditimbulkan berdampak pada pelaksanaan pelatihan

kebugaran jasmani, secara psikologis mental subjek akan terganggu, sehingga

motifasi sagat dibutuhkan dalam menghadapi situasi kejenuhan ini. Kejenuhan atau

Page 33: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

32

rasa bosan dapat dikuranggi dengan meningkatkan kemampuan penyesuaian

(adaptasi) diri terhadap lingkungan sekitarnya. Namun pada dasarnya lingkungan

merupakan sumber kebosanan yang paling besar, dan kemampuan menyesuaikan

diri terhadap lingkungan berbeda-beda secara individual.

Kegiatan olahraga terutama olahraga kompetitif, atlit akan menghadapi

situasi lingkungan dan mental yang berbeda terhadap arena pertandingan. Arena

pertandingan memberikan pengaruhi psikologis yang kuat terhadap atlet, bila

pengaruhnya bersifat menekan atlet tersebut tidak mampu menyesuaikan diri, maka

keadaan ini akan mengakibatkan timbulnya kejenuhan. Kejenuhan adalah perasaan

tidak berdaya, tidak senang tanpa sebab yang jelas, kabur atau samar-samar dalam

melakukan aktivitasnya. Kejenuhan dalam pertandingan akan menimbulkan

tekanan emosi yang berlebih-lebihan, yang mengganggu pelaksanaan pertandingan

serta mempengaruhi penampilan dan prestasi atlet.

2.3 Tes Kesegaran Jasmani

Dibutuhkan suatu tes untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani yang

dilakukan oleh peserta (teste), agar dapat diketahui kualitas kebugaran jasmani. Tes

yang berkaitan dengan pengukuran kebugaran fisik pada umumnya dikenal dua

jenis tes yaitu baterai (battery test) dan tes tunggal (single test), pendapat ini

dikemukakan oleh (Wahjoedi, 2003), dalam (Badu, 2006).

Tes baterai merupakan tes kebugaran yang memiliki lebih dari satu item tes.

Tes baterai merumuskan item-item tes atau alat ukur (instrumen) yang diharapkan

mampu mengukur seluruh aspek kebugaran fisik yang tercakup dalam kebugaran

Page 34: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

33

kesehatan maupun kebugaran keterampilan. Tes semacam ini memerlukan system

pengelolaan yang menuntut lebih banyak petugas, fasilitas dan sarana, waktu,

tenaga, dana, prosedur asnalisis dan pemaknaan hasil pengukuran. Pengukuran

kebugaran fisik melalui tes baterai, memiliki nilai yang lebih signifikan

dibandingkan dengan tes tunggal.

Tes tunggal (single test) merupakan tes kebugaran fisik yang hanya

memiliki satu item tes (Wahjoedi, 2003). Tes baterai yang mendasarkan diri pada

pengelompokan dimensi kebugaran fisik menjadi dua yaitu kebugaran yang

berhubungan dengan kesehatan dan yang berhubungan dengan keterampilan, maka

tes tunggal juga meyakini teknik pengelompokan tersebut.

Para penyusun tes tunggal ini, lebih mendasarkan diri pada argumentasi

bahwa yang dominsi dalam kebugaran fisik adalah dimensi kebugaran fisik yang

terkait dengan kesehatan, khusus aspek daya tahan jantung-paru (Depkes RI, 1994,

Wahjoedi, 2001, Nala, 2002). Tes tunggal adalah, tes lari / jalan 2,4 km, tes lari /

jalan 12 menit, tes jalan cepat 4,8 km, tes naik turun bangku (metode harvard step

test dan kasch), tes VO2 max (metode Balke, Astrand, Ergocycle, Treadmill) dalam

(Wahjoedi, 2001). Dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui tingkat kebugaran

fisik dapat digunakan tes baterai atau tes tunggal sesuai dengan kebutuhan tes itu

sendiri.

Penelitian ini mengunakan tes kebugaran fisik untuk mengukur tingkat

kesegaran jasmani dengan lari 2,4 km aerobik, sebagai salah satu tes tunggal. Tes

ini cukup mudah dan murah dalam pelaksanaannya, praktis di lapangan dan

hasilnya tidak jauh menyimpang dari keadaan sebenarnya.

Page 35: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

34

2.4 Takaran Pelatihan Kesegaran Jasmani

Membina dan meningkatkan kesegaran jasmani bagi setiap orang sangatlah

penting, dengan kesegaran jasmani yang tinggi, orang akan dapat bekerja atau

melakukan aktivitas fisik dengan efisien dan dalam kemampuan yang lebih cepat

artinya, setelah bekerja berat, dengan istirahat sebentar, tenaga akan pulih kembali

(Suharno, 1993).

Meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani dapat dilakukan melalui

program pelatihan dengan dosis yang cukup, beberapa pernyataan dosis yang harus

dipenuhi, ialah:

1. Intensitas pelatihan

Dalam olahraga atau aktivitas fisik yang dilakukan intensitasnya adalah

sebesar 65%-90% dari denyut nadi maksimal, atau sebesar 50%-85%

dari konsumsi oksigen maksimalnya (kapasitas fungsional =VO2

maks).

2. Lama pelatihan

Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian, untuk pelatihan

lari aerobik 2,4 Km dengan orang coba adalah selama 6 minggu.

Program yang dipilih atas dasar kemampuan orang coba, dengan nilai

rata-rata waktu tempuhnya masing-masing adalah 12 menit.

3. Frekuensi pelatihan

Frekuensi pelatihan dalam seminggu adalah 3 kali.

4. Peningkatan beban latihan

Page 36: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

35

Dalam setiap bentuk pelatihan prestasi maupun kesehatan, tentu adanya

program peningkatan beban latihan, jika tidak tentu bukan pelatihan

namanya. Peningkatan beban ini dapat berupa satuan kg, volume, jarak,

dan waktu tempuh. Beban pelatihan dimulai dengan beban awal yang

ringan, kemudian ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan

kemampuan atlet, semakin lama bebanya makin meningkat.

Peningkatan beban maupun waktu yang menjadi target pencapaian,

akan tampak hasilnya (efek pelatihan) dalam 6 minggu pelatihan.

Setelah 6 minggu baru dilakukan evaluasi untuk mengetahui

peningkatan dengan mengadakan tes, akan diketahui seberapa jauh

kemampuan yang telah dicapai. Umumnya para olahragawan

mengambil intensitas pelatihan adalah 60%-80%, dengan lama

pelatihan 25 menit. Berat ringannya beban ini tergantung dari target

yang ingin dicapai.

5. Individualitas

Individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda baik fisik

maupun mental sehinga dalam pelatihan akan ada perbedaan pada

masing-masing orang coba baik potensi, karakter dan spesifikasi dalam

olahraga. Sehingga pelatihanyapun akan berbeda pula dimana orang

coba merupakan tujuan yang dinilai atau diamati.

2.5 Cara Pengukuran Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani seseorang dapat diukur dengan lari aerobik 2,4 Km.

Dalam penelitian ini pelaksanaan pengukuran lari aerobik 2,4 Km adalah dengan

Page 37: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

36

model lari mengelilingi dalam stadion dan model lari aerobik 2,4 Km dengan lari

lurus di luar lintasan stadion (jalan raya). Pengukuran kesegaran jasmani lari

aerobik 2,4 Km di dalam lapangan dan di luar lapangan/stadion adalah sebagai

berikut:

1. Orang coba diminta untuk lari secepat-cepatnya sesuai dengan

kemapuannya dan jika lelah boleh berjalan setelah itu berlari lagi sampai

digaris finis menempuh jarak 2,4 Km.

2. Waktu yang diperoleh setiap orang coba dalam menempuh jarak 2,4 Km,

dicatat sebagai skor akhir.

3. Hasil atau catatan tersebut dicocokan ke dalam tabel kesegaran jasmani,

yang mengandung 6 tingkatan atau kategori kesegaran jasmani sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Format Klasifikasi Kebugaran Fisik

Tes Lari Aerobik 2,4 Km Kategori Kebugaran Waktu Tempuh (menit, detik)

I Sangat kurang -

II Kurang -

III Sedang -

IV Baik -

V Baik sekali -

VI Istimewa -

Sumber: (Badu, 2006 )

Page 38: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

37

Hasil yang dicapai masing-masing siswa (peserta tes) diketahui tingkat

kebugaran jasmani, sehingga dapat dibandingkan antara peserta tes kelompok

perlakuan satu dan kelompok perlakuan dua, untuk dianalisis yang disesuaikan

dengan kriteria klasifikasi kebugaran jasmani umur 13-19 tahun putra untuk

pencapaian target kesegaran jasmani.

2.6 Lari Aerobik 2,4 km Sebagai Program Pelatihan

Lari adalah salah satu nomor dalam perlombaan atletik, dimasukan dalam

kategori siklik (Bompa, 1993). Lari adalah salah satu gerak (motorik) dasar

manusia disebut lokomotor (Corbin, 1980). Ahli olahraga melihat bahwa sikap

gerakan lari mudah dilakukan, tidak memerlukan biaya yang tinggi atau murah,

dapat dilakukan oleh setiap orang (massal) dan secara meriah (menyenangkan)

dalam bentuk rekreasi. Lari merupakan gerakan yang menarik (yang disenangi) dan

dapat dilakukan di tempat terbuka, jalan raya, taman atau di lapangan (keliling

stadion) yang disesuaikan dengan kebutuhan, kesempatan dan kemauan setiap

orang.

Pelatihan lari aerobik 2,4 km dapat dipakai sebagai metode pelatihan untuk

membina kesegaran jasmani. Lari aerobik 2,4 km adalah lari dengan menempuh

jarak 2,4 km serta menggunakan tenaga hasil pembakaran zat makanan oleh

oksigen (Cooper, 1982a dan b). Latihan daya tahan respirasio kardiovaskular

dianjurkan berlatih dengan lari aerobik (Cooper, 1977a dan b; Giam dan The, 1993;

Fox dan Mathew, 1998; Fox, 1984; Berger, 1961). Menempuh jarak 2,4 km dengan

kecepatan rata-rata lari 12 menit maka perlu mengkonsumsi oksigen oleh orang

coba 30 ml/kg/Bb/menit (Nala, 1992). Pencapaian kemampuan itu diperlukan suatu

Page 39: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

38

pelatihan serta jenis aktivitas tertentu pula sesuai dengan acuan-acuan pelatihan

daya tahan respirasio kardiovaskular (Bompa, 1983; Berger, 1982; Fox, 1983;

Harsono, 1988).

Lari aerobik 2,4 km relevan dengan pelatihan aktivitas fisik untuk

peningkatan kemampuan kesegaran jasmani seseorang. Klasifikasi tingkat

kesegaran jasmani berdasarkan waktu tempuh lari aerobik 2,4 km disajikan dalam

tabel 2.2

Tabel 2.2 Klasifikasi Kesegaran Jasmani (tes aerobik) untuk golongan Umur

13-19 Tahun, Putra (Cooper : 1,5 mil/2400 meter) Kategori Kesegaran Umur 13-19 Tahun

Sangat kurang Lebih dari 15’ 10” Kurang 12’11” - 15’10 Sedang 10’49 - 12’10” Baik 09’41” - 10’48” Baik sekali 08’37”- 09’40” Baik sekali dan terlatih Kurang dari 08’37

Sumber : ( Cooper, 1982a)

Aktivitas pelatihan lari, yang menempuh jarak yang cukup jauh seperti lari

aerobik 2,4 km, diperlukan kemampuan respirasi jantung dan peredaran darah yang

baik. Faktor kejenuhan atau kebosanan dapat mengakibatkan aktivitas fisik

menurun, jika tidak diikuti unsur motivasi yang kuat. Ahli psikologi olahraga

berpendapat lewat motivasi ini bisa terlihat faktor kejenuhan benar-benar

berpengaruh pula pada gerak fisik lari. Jelas sekali hal ini pada gerak (motorik)

misalnya konfigurasi badan yang membosankan (hanya gerakan itu-itu saja), dalam

disiplin anthropometry dibahas mengenai variasi pada struktur tubuh, hal ini secara

Page 40: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

39

faktor somatic memang telah lama menjadi perhatian peneliti atau kaum praktisi

seperti guru olahraga atau pelatih. Secara langsung dapat diamati pengaruh gerak

fisik lari tersebut, sehinga pada lari jarak jauh dimana efisiensi lari sangat

menentukan keberhasilan, maka panjang langkah seseorang harus disesuaikan

untuk mencapai efisiensi yang optimum.

Seorang pelari 800 m yang terlatih berlari ditreadmil dengan kecepatan

antara 8-30 km/jam, panjang langkahnya bertambah dari 80-220 cm, sedangkan

frekuensi larinya bertambah dari 170-230 langkah permenit, sehinga kecepatan lari

bertambah, waktu kaki bersentuhan dengan tangan akan berkurang, Horberg

(dikutip oleh Effendi, 1983). Berlari dalam batas kecepatan yang cukup luas

membutuhkan energi/km yang hampir sama, misalnya dengan jogging dengan

kecepatan rendah, dan lari dengan kecepatan tinggi (Astrand, dkk, 1977). Perkiraan

dasar dapat ditaksir kebutuhan energy untuk jogging dan lari kira-kira 2 kj/kg/km (1

kcal), sedangkan untuk jalan dengan kecepatan 4-5 km/jam kebutuhan energy

hanya setengahnya atau 1 kj/kg/menit (0,5 kcal). Jenis permukaan tempat berlari,

kecepatan angin dan tanjakan akan mengalami suatu perubahan lewat angka/nilai

yang. didapat.

Lewat motivasi lari mengandung arti jenuh yang turut mempengaruhi

peningkatan kesegaran jasmani, baik secara umum maupun khusus terhadap lari

aerobik itu sendiri. Senam kebugaran jasmani atau senam aerobik yang

dilaksanakan di rumah atau di halaman kantor juga mempuyai faktor psikologis

yang dapat mempengaruhi motivasi, yang turut pula berpengaruh pada aktivitas

kerja atau tugas.

Page 41: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

40

2.7 Keuntungan dan Kerugian Test Lari Aerobik 2,4 km

Sebagaimana kita ketahui bersama keuntungan dan kerugian pengukuran

kesegaran jasmani dengan tes lari acrobik 2,4 Km adalah sebagai berikut:

2.7.1 Keuntungannya

1) Hanya memerlukan jam atau stopwatch.

2) Jarak tempuh dapat digunakan jalan raya dan lapangan atau stadion.

3) Sekaligus dapat diukur banyak orang.

2.7.2 Kerugiannya

1) Kecepatan angin yang tak dapat dikendalikan dan lingkungan tempat.

2) Suhu udara yang tidak tetap atau sama pada setiap pengukuran.

3) Motivasi para pengikut tes yang tidak dapat ditetapkan, dalam arti tidak

dilakukan dengan kemampuan optimal/maksimal.

Para peserta harus mempunyai motivasi yang tinggi untuk dapat

menyelesaikan tes ini dengan harapan menggerakan segala kemampuannya. Tes ini

adalah “tes maksimum” (Nala, 1992b).

Pembinaan kesegaran jasmani secara teratur dan kontinyu berdampak

rejuvenasi biologis antara umur 10-15 tahun, dengan demikian maka manusia

sebagai tenaga kerja, akan mampu bekerja secara lebih efisien (Adiputra, 1992b).

Penentuan kategori kesegaran jasmani dalam kategori kurang, sedang, baik,

dan lain-lainnya adalah berdasarkan konsumsi oksigen jaringan-jaringan tubuhnya

dan pembagiannya secara teratur berdasarkan “kurva normal”, jika konsumsi

oksigennya kurang dari 36,4 ml/ kg berat badannya, maka diberi kategori kurang.

Bila lebih dari 52,4 ml/ kg berat badannya, dikategorikan istimewa. Mengonsumsi

Page 42: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

41

oksigen sebesar 36,5 ml-42,4 ml/kg berat badan per menitnya maka masuk kategori

sedang, yang kurang dari 33,0 ml/ kg termasuk kategori sangat kurang dan ini

kategori untuk laki-laki umur 20-29 tahun.

Page 43: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

42

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Keberhasilan dengan orang coba pada pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam

dan di luar stadion (secara fisik) dipengaruhi oleh faktor dorongan keadaan yang

berbeda terhadap setiap individu. Keadaan lingkungan, tempat pelatihan yang

berbeda nampak akan ikut berpengaruh pada pelatihan lari aerobik 2,4 km, jika

dilihat dari faktor psikis kejenuhan atau kebosanan terhadap lingkungan tempat

berlari seperti di lapangan berumput, jalan yang kasar, licin, suhu lingkungan

maupun arah angin yang tak terkendali juga turut memberi pengaruh terhadap

subjek dan hasil penelitian.

Lari dengan dosis yang sama dalam hal jarak dan waktu yaitu, mengelilingi

lapangan dalam stadion selama enam kali putaran (6 x 400 m), 2,4 km dengan

target waktu 12’10”- 09’41 secara fisik bersifat monoton dan secara psikis

termotivasi dengan baik, akan digunakan sebagai pembanding terhadap lari di

lintasan lurus jalan raya (di luar stadion), 2,4 km dengan target waktu yang sama

12’10”- 09’41 justru merasa monoton oleh suasana jauhnya jarak lari karna tidak

melewati lintasan yang seharusnya, hal ini dapat menimbulkan pengaruh secara

psikis pada aspek jenuh atau bosan oleh karena tidak termotivasi secara baik.

Pelatihan lari aerobik yang dilakukan di dalam atau di luar stadion memberikan

suatu pengaruh yang berbeda bagi orang coba (pelari), sehingga termotivasi untuk

berlari terus menerus untuk sampai di garis akhir atau finish. Penelitian ini,

memberi kejelasan bahwa pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam dan di luar stadion

Page 44: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

43

memberi pengaruh terhadap peningkatan kesegaran jasmani, akan dipakai sebagai

indikator yang diukur.

3.2 Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah sebagai berikut :

Gambar: 3.2 Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan analisis sintesis dari teori yang menjadi landasan berpikir

peneliti, maka ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

1. Pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di dalam

maupun di luar stadion meningkatkan kesegaran jasmani siswa.

2. Pelatihan lari aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di dalam

stadion lebih baik pengaruhnya terhadap kesegaran jasmani Siswa

dibandingkan pelatihan di luar stadion.

Faktor internal

Kondisi fisik Kesehatan umum

(umur, tb, bb) Aktivitas fisik

Pelatihan lari

Lari 2,4 km dengan waktu 12’10”- 09’41 menit dalam stadion

Lari 2,4 km dengan waktu 12’10”- 09’41 menit luar stadion

Faktor eksternal

Lingkungan Suhu Kelembaban Lintasan

Kesegaran Jasmani

Page 45: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

44

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.1.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Stadion Oepoi Kupang dan jalur jalan Bandara

El Tari Kupang

4.2.1 Waktu penelitian

Waktu penelitian dari tanggal 25 Februari sampai tanggal 15 April 2013,

selama 6 minggu.

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian “eksperimental

sungguhan”. Karena penelitian ini terdapat replikasi, randominasi dan adanya

perlakuan sebanding (Sutrisno, 1984; Kirkwood, 1988).

4.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah the randomized pre test-

post test control group design (Poccok, 2008), dimana pengenlompokan subjek

secara random (acak) dan variabel yang dikendalikan meliputi : jenis kelamin (yang

dipakai adalah siswa putra), kelas, kondisi fisik, kesehatan umum (umur, Tb, Bb),

gizi, aktivitas fisik dan lingkungan berbeda (variabel rambang).

Page 46: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

45

Gambar/Bagan 4.1 Rancangan Penelitian

Keterangan :

S = Sampel

R = Randomisasi

Ke1 = Kelompok eksperimen 1

Ke2 = Kelompok eksperimen 2

X1 = Pelatihan lari aerobik 2,4 km (di dalam stadion)

X2 = Pelatihan lari aerobik 2,4 km (di luar stadion)

----- = Tidak ada waktu istirahat

4.4 Subjek dan Sampel

4.4.1 Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah siswa kelas XI Putra Sekolah Menengah

Atas Katolik Giovanni Kupang tahun 2012/2013 sebanyak 8 rombongan

belajar.

4.4.2 Kriteria sampel

4.4.2.1 Kriteria inklusi

1. Jenis kelamin putra

6 minggu

Postest X1 Ke1 pretest

R S

Ke2 pretest X2 Postest

6 minggu

Page 47: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

46

2. Siswa kelas xi

3. Umur 15-17 tahun

4. Bersedia menjadi sampel penelitian

4.4.2.2 Kriteria eksklusi

1. Berbadan sehat tidak ada penyakit atau kelainan yang mengganggu

pelaksanaan pelatihan.

2. Mengalami penyakit atau ganguan yang tidak memungkinkan diberi

pelatihan.

4.4.2.3 Drop out

1. Tidak serius dalam mengikuti pelatihan

2. Mengalami cedera

3. Sakit pada saat pelatihan

4.4.3 Besar sampel

Besar sampel ditentukan berdasarkan penelitian terdahulu yang melibatkan

siswa putra yang melakukan test aerobik 2,4 km dengan waktu tempuh rata-rata

12.00 menit dan standar deviasinya adalah ±1,14 menit. Menggunakan rumus

(Pocock, 2008) secara kuantitatif, dengan dihitung jumlah sampel setiap kelompok

yang akan dilibatkan dalam penelitian ini, dengan perhitungan sebagai berikut:

),()(

22

12

2

fn

α = 0,05

β = 0,05

µ1 = 12,00

Page 48: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

47

µ2 = 09,00

= 13 (tabel)

1300,9270,1.2 2

xn

Berdasarkan perhitungan rumus di atas diperoleh n = 11 orang. Seluruh

sampel 11×2 kelompok = 22 orang, untuk mencegah kekurangan sampel akibat

gugur, ditambah 8 orang sehingga dalam pelatihan digunakan sampel keseluruhan

sebanyak 30 orang.

4.4.4 Cara pemilihan sampel

Pemilihan sampel yang sudah berkelompok secara alamiah sesuai

rombongan belajar masing-masing diambil (Kelas XI, dengan 8 rombongan belajar)

dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) menjadi kelompok

perlakuan. Sampel yang sesuai dengan kriteria dipilih secara purposive (Tangking

dkk, 1997; Watik, 1993; Zainuddin, 1990), dikelompokkan ke dalam kelompok

perlakuan seperti gambar/bagan dibawah ini:

Page 49: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

48

Gambar 4.2 Pengelompokkan Sampel Penelitian.

4.5 Variabel Penelitian

a. Variabel perlakuan (independent variabel)

Pelatihan lari aerobik 2,4 km di dalam dan di luar lapangan/stadion

b. Variabel tergantung (dependent variabel)

Kesegaran jasmani

c. Variabel kendali

Kondisi fisik

Kesehatan umum

Gizi

Siswa Kelas XI 8 Kelas

Diambil = 22 orang sampel dari 30 orang yang diambil

Kesegaran Jasmani

Kelompok I. 11 orang Pelatihan lari 2,4 km dengan waktu 12’10-09’41 menit di dalam stadion

Frekuensi 3× per mingggu Selama : 6 minggu

Kelompok II. 11 orang Pelatihan lari 2,4 km dengan waktu 12’10-09’41 menit di luar stadion

Frekuensi 3× per mingggu Selama : 6 minggu

Page 50: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

49

Aktivitas fisik

d. Variabel rambang

Lingkungan

4.6 Definisi Operasional Variabel

1. Siswa

Siswa putra yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, kelas xi

yang dipakai sebagai subjek sebanyak 22 orang.

2. Motifasi

Motifasi adalah perasaan dalam diri untuk mencapai tujuan, yakni individu

secara sadar memotivasi perilaku yang mengarah pada tujuan yang hendak

dicapai.

3. Kejenuhan

Kejenuhan adalah perasaan tidak berdaya, tidak senang tanpa sebab yang jelas,

kabur atau samar-samar dalam melakukan aktivitasnya.

4. Kesegaran jasmani

Kesegaran adalah suatu aspek dari kesegaran menyeluruh yang memberikan

kesanggupan pada seseorang untuk melakukan pekerjaan produktif sehari-hari

tanpa adanya kelelahan yang berlebihan dan masih mempunyai cadangan

untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik serta mampu melakukan

pekerjaan yang bersifat mendadak (Nala, 1998).

Page 51: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

50

5. Tes lari aerobik 2,4 km

Tes lari aerobik 2,4 km adalah tes lari secepat-cepatnya (terus menerus) untuk

menempuh jarak 2,4 km tanpa berhenti. Waktu tempuh diukur dengan

stopwatch dalam satuan menit dan detik (Nala, 1986).

6. Lari aerobik 2,4 km

Lari aerobik 2,4 km adalah suatu pelatihan lari dengan menempuh jarak 2,4 km

yang mempergunakan tenaga hasil pembakaran zat makanan oleh oksigen luar,

dalam hal ini dilakukan di dalam maupun di luar lapangan/stadion sesuai

dengan kemampuannya.

7. Dosis yang sama

Dosis yang sama artinya, kedua kelompok I dan II diberikan waktu tempuh

yang sama yaitu 12’10 – 09’41 dengan jarak tempuh yang sama pula 2,4 km.

8. Berlari di luar lapangan (di luar stadion)

Berlari diluar lapangan adalah suatu pelatihan lari dengan lari lurus untuk

menempuh jarak 2,4 km, yang dilaksanakan di jalur jalan raya.

9. Berlari di dalam lapangan (di dalam stadion)

Berlari di dalam lapangan adalah berlari dengan mengelilingi arena stadion

atau dengan kata lain berputar sebanyak 6 × 400 meter.

10. Pelatihan

Pelatihan merupakn suatu gerakan fisik dan atau aktifitas mental yang

dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu

(durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan

individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis

Page 52: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

51

dan psysikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktifitas olahraga dapat

mencapai penampilan yang optimal (Nala, 1998). Pelatihan dalam hal ini

adalah lari aerobik 2,4 km di dalam dan di luar lapangan/stadion dengan waktu

tempuh 12’10” – 09’41 menit.

11. Kondisi fisik

Kondisi fisik adalah syarat yang dibutuhkan orang, dalam usaha melakukan

aktivitas (Moeloek, 1984a).

12. Kesehatan umum

Kesehatan umum adalah sehat secara jasmani dalam arti kata tidak sakit yang

ditinjau dari umur, tinggi badan, berat badan, denyut nadi istirahat (Pangkahila,

1977).

13. Gizi

Gizi adalah suatu unsur dari jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh

manusia ( Sjahmien, 1982).

14. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah suatu mekanisme dari organ-organ tubuh terhadap beban

fisik yang dilatih secara teratur ( Adiputra, 1992).

15. Umur

Umur orang coba dalam penelitian ini antara 15-17 tahun.

16. Jenis kelamin

Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa putra.

17. Tinggi badan

Page 53: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

52

Tinggi badan adalah tinggi orang coba yang diukur dari lantai sampai vertex

atau ubun-ubun, dan diukur pada sikap berdiri, pandangan lurus ke depan

dengan kepala tegak. Alat ukur yang digunakan adalah “athropometer”dengan

ketelitian 0,1 cm.

18. Berat badan

Berat badan orang coba adalah berat badan yang diukur dengan “detecto”

dengan ketelitian 0,1 kg. Dilakukan dengan menggunakan pakaian seminim

mungkin dan saat pengukuran tidak boleh berpegangan pada benda lain.

19. Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud adalah keadaan tempat yang digunakan pada saat

pelatihan. Dilaksanakan di lapangan/stadion Oepoi kupang dan jalur jalan

Bandara El’Tari kupang.

4.7 Instrumen Pelatihan/Alat Pengumpulan Data

Alat :

1. Alat timbangan berat badan merk “Detecto” buatan Jepang dengan ketelitian

0,1 kg dan alat ukur tinggi badan, dengan merk “Athropometer” buatan Jepang

dengan ketelitian 0,1 cm.

2. Stopwatch merk”Casio” buatan Jepang dengan ketelitian 1 (satu) detik.

3. Meteran logam, merk “Vitara” buatan jepang dengan ketelirian 0,1 cm.

4. Peluit

5. Kertas dan alat-alat tulis

Page 54: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

53

Pelaksanaan:

1. Siswa di absen sebelum pelaksanaan tes.

2. Siswa melakukan pemanasan selama 5 menit.

3. Siswa melaksanakan lari aerobik 2,4 km dengan mengunakan start melayang

waktu tempuh maksimal 15 menit.

4. Siswa harus berlari secepat mungkin mencapai garis finis dengan waktu

tempuh 12’10-09’41 menit.

5. Siswa di beri motifasi untuk lari saling mendahului teman mencapai garis finis.

6. Setelah mencapai garis finis, waktu dari masing-masing subjek di catat.

7. Setelah dicatat waktunya, subjek melakukan pendinginan.

8. Melakukan evaluasi.

4.8 Prosedur Penelitian

Langkah - langkah yang diambil dalam prosedur penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Persiapan sebelum pelatihan meliputi:

Menghadap kepala sekolah, advokasdi mengenai penelitian, disepakati

bahwa siswa yang dipakai adalah siswa kelas XI

Penjelasan dan kesepakatan tentang penelitian yang dilakukan di luar jam

pelajaran sekolah sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar,

semua pelajaran (kurikulum) berjalan dengan normal termasuk jam

pelajaran olahraga yang rutin di sekolah tetapi diluar sekolah siswa

disarankan tidak melakukan olahraga.

Page 55: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

54

Penjelasan tentang jadwal pelatihan dan tempat pelatihan, pelatihan

delaksanakan hari selasa, kamis dan Sabtu mulai pukul 16.00 WITA sampai

selesai.

Penjelasan tentang tes lari aerobik 2,4 km yang dilakukan pada permulaan

latihan dan pada akhir pelatihan (sesudah 6 minggu pelatihan)

Penjelasan tentang teknik lari aerobik 2,4 km

Penjelasan teknik pelaksanaan pelatihan pada lintasan di dalam dan di luar

stadion.

2. Pemeriksaan fisik pengukuran dan tes unsur kesegaran jasmani.

Data kondisi siswa sebelum pelatihan didapatkan lewat pemeriksaan fisik dan

kesegaran jasmani dites dengan lari 2,4 km. Pengukuran tinggi badan dan berat

badan serta kesegaran jasmani untuk mengetahui kategori kesegaran jasmani

siswa.

3. Lintasan pelatihan

Agar pengawasan dan teknik pelaksanaan pelatihan lebih mudah maka

ditetapkan lintasan/tempat pelatihan yaitu pelatihan lari 2,4 km dengan waktu

12’10”- 09’41” menit di dalam dan di luar stadion dengan frekuensi 3×

seminggu selama 6 minggu.

4. Program pelatihan

Program pelatihan dalam penelitian ini terdiri dari

Fase pemanasan berlangsung selama 15 menit dilakukan dalam rangkaian

gerakan statis pada posisi berdiri dan jongkok dengan kedua lengan ke

depan dan ke belakang, gerakan dinamis lari-lari di tempat, loncat-loncat di

Page 56: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

55

tempat, gerakan kalistenik pada sendi bahu dan pangkal paha. Segera

sesudah pemanasan dianggap cukup yaitu denyut nadi 1 menit diatas denyut

nadi istirahat 120 per menit , siswa menuju ke lintasan pelatihan.

Pelatihan inti kelompok I dan kelompok II, masing-masing kelompok di

latih bersamaan sekaligus yaitu kelompok satu dengan pelatihan lari aerobik

2,4 km dengan frekuensi 3× per minggu selama 6 minggu, demikian juga

dengan kelompok II dengan frekuensi 3× per minggu selama 6 minggu

dengan masing-masing waktu tempuh 12’10”- 09’41 menit.

Frekuensi pelatihah: pelatihan dilaksanakan 3 kali seminggu

Jangka waktu pelatihan: 6 minggu

Pengawasan pelatihan: oleh peneliti sendiri dan oleh guru olahraga yang

bersangkutan dan peserta di absen setiap kali latihan.

Fase pendinginan

4.9 Teknik Pengumpulan Data

Disiapkan formulir yang berisi data nama, kelas, jenis kelamin, tinggi

badan, berat badan, kesegaran jasmni dengan data awal pelatihan lari

aerobik 2,4 km dengan dosis yang sama.

Pengambilan data pertama pretest sebelum diberikan pelatihan lari aerobik

lari 2,4 km dengan dosis yang sama.

Pengambilan data kedua postest setelah diberikan 6 minggu pelatihan lari

aerobik 2,4 km dengan dosis yang sama.

Page 57: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

56

4.10 Prosedur Pengukuran

Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan dengan timbangan

badan merk “Detecto” yang sekaligus mengukur berat badan dalam kg

dengan ketelitian 2 angka di belakang koma, dan tinggi badan diukur

dengan alat ukur yang menjadi satu dengan timbangan dalam sentimeter

(cm) dengan ketelitian satu angkan dibelakangan koma. Waktu pengukuran,

siswa tidak memakai alas kaki dan berpakaian minimal.

Pengukuran kesegaran jasmani, dilakukan dengan tes lari 2,4 km. Lari

dilakukan secepatnya menempuh jarak 2,4 km dengan model lari

mengelilingi dalam stadion dan lari lurus di luars stadion ( jalan raya),

kemudian diukur waktu yang dibutuhkan masing-masing siswa dalam menit

dan detik. Nilai yang didapat dikonversi dengan tingkat kesegaran jasmani

siswa sesuai dengan tabel kesegaran jasmani. Tes bukan hanya dilakukan

sekali sebelum pelatihan (pretest) untuk pemilihan orang coba melainkan

juga diberlakukan sampai akhir pelatihan (posttest).

4.11 Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode komparasi.

Analisis secara statistic deskriptif untuk memberikan gambaran tentang

karakteristik data yang didapat dari hasil penelitian

Uji normalitas dengan Shapiro-Wilk tes untuk mengetahui distribusi data

hasil penelitian.

Uji Homogenitas di analisis dengan Lenene Statistik, untuk mengetahui

tingkat kebugaran jasmani sebelum dan sesudah tes.

Page 58: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

57

Analisis komparasi yaitu membandingkan atau membedakan variabel

antar kelompok baik berpasangan atau tidak berpasangan, data normal

menggunakan uji-t independen sesuai dengan data kelompoknya.

4.12 Alur Penelitian

Gambar/bagan 4.3 Alur Penelitian

Populasi

Pemilihan sampel inklusi & eksklusi

Pemilihan sampel random 30 orang

Alokasi random

Kelompok I Kelompok II

Tes Awal

Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan waktu beban 12’10”-09’41” selama enam minggu

Tes Akhir

Tes Awal

Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan waktu beban 12’10”-09’41” selama enam minggu

Tes Akhir

Analisis data

Penulisan laporan

Page 59: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

58

BAB V

HASIL DAN ANALISIS

5.1 Lingkungan penelitian

Kondisi lingkungan, suhu dan kelembaban udara di tempat penelitian dapat

dilihat dalam tabel 5.1

Tabel 5.1

Data suhu dan kelembaban relatif udara lingkungan penelitian.

Minggu Variabel 1 2 3 4 5 6

Rerata

Suhu Basah0C

Suhu kering0C

Kelembaban%

27,26ºC 27,93ºC

28,2 ºC 29 ºC

87% 91%

27,5ºC 27,83 ºC

28,5 ºC 29 ºC

89% 76%

29 ºC 29ºC

30 ºC 29 ºC

85% 78%

28,080C

84,330C

84,33%

Berdasarkan data tabel, rentang suhu basah berkisar antara 27-29 0C, rerata

suhu 28,080C, sedangkan rentang suhu kering berkisar antara 28.2 ºC-300C, dan

kelembaban relatif berada pada 76 % - 91%, dengan rerata 84,33%, kondisi

lingkungan selama penelitian dan pengukuran dapat diadaptasi oleh subjek

penelitian karena mereka bertempat tinggal di sekitar lokasi pelaksanaan pelatihan.

Daerah nyaman untuk orang indonesia, suhu keringnya antara 22-28oC dan

kelembaban relatif 70-80% serta kecepatan angin 0,2 m/s, (Manuaba, 1983).

Kesimpulanya bahwa kondisi lingkungan tidak terlalu mempengaruhi pelaksanaan

pelatihan pada subjek.

Page 60: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

59

5.2 Ciri Fisik Subjek

Ciri fisik subyek untuk kelompok 1 tidak jauh berbeda dengan kelompok 2

dalam hal umur, berat badan, tinggi badan dan denyut nadi istirahat per menit.

Tabel 5.2.

Nilai rata-rata ciri fisik siswa SMA Katolik Giovanni Kupang. (n=22)

Klp I Parameter Mean ± SD

Klp II Mean ± SD t p

Umur (thn) 15,82 ± 0,75 16,09 ± 0,70 BB (kg) 55,01 ± 3,31 56,49 ± 8,34 TB(cm) 165,91 ± 4,25 167,18 ± 5,10 DNIST (menit) 95,00 ± 5,74 96,36 ± 7,55

-,881 0,39 -,549 0,59

-,636 0,53 -,477 0,64

5.3 Analisis Hasil

Hasil analisis terhadap kedua kelompok perlakuan untuk mencari normalitas

sebagai ketentuan dari uji parametrik, dapat dilihat pada tabel 5.3

5.3.1 Uji Normalitas Data pada Sampel Sebelum dan Setelah perlakuan.

Uji normalitas didapatkan untuk melakukan uji berikutnya.

Tabel 5.3 Uji Normalitas Sampel Antar Kelompok Sebelum dan Setelah Perlakuan

Variabel N Rerata SB P Seb Kpk 1 Dalam Stadion 11 11,945 0,691 0,450 Set Kpk 1 Dalam Stadion 11 8,445 0,448 0,579 Seb Kpk 2 Luar Stadion 11 13,199 0,717 0,698 Set Kpk 2 Luar Stadion 11 8,613 0,435 0,708 Uji normalitas pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa data pada penelitian ke dua

kelompok perlakuan berdistribusi normal dengan P > 0,05 selanjutnya data dapat

Page 61: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

60

diuji dengan uji parametrik untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan hasil

pada variabel penelitian.

5.3.2 Hasil Analisis Beda Anatara kelompok 1 di Dalam Stadion dan Kelompok 2

di Luar Stadion.

Hasil analisis beda diharapkan mendapat hasil yang signifikan dari ke dua

kelompok perlakuan, disajikan dalam tabel 5.4

Tabel 5.4 Beda Kelompok Data di Dalam dan di Luar Stadion Pada Lari

Aerobik 2,4 km

Variabel N Sebelum Setelah Beda t P Rerata SB Rerata SB

Kpk. 1 dalam Stadion 11 11,945 0,691 8,445 0,448 3,500 14,903 0,000 Kpk. 2 Luar Stadion 11 13,199 0,717 8,613 0,435 4,586 18,318 0,000 Hasil uji beda antara kelompok 1 dengan kelompok 2 dalam kondisi sebelum

dan setelah perlakuan adalah berbeda bermakna dengan P < 0,05. Pada tabel terlihat

bahwa kelompok 1 maupun kelompok 2 mengalami penurunan waktu tempuh lari

aerobik 2,4 km selama 6 minggu perlakuan.

5.3.3 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk mencari uji berikutnya.

Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Antara Kelompok 1 di Dalam dan Kelompok 2 di Luar

Stadion Variabel N Rerata SB P

Beda Kpk 1 dalam Stadion 11 3,500 0,779 0,919

Beda Kpk 2 Luar Stadion 11 4,586 0,830 0,995

Page 62: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

61

Berdasarkan uji normalitas didapatkan hasil bahwa data kedua kelompok

berdistribusi normal dengan P > 0,05, dengan hasil ini dapat diteruskan untuk diuji

parametrik.

5.3.4 Nilai Beda Antara Kelompok 1 di Dalam Stadion dan Kelompok 2 di Luar

Stadion.

Mencari nilai beda antara kelompok adalah untuk mendapatkan nilai hasil

besaran antara kelompok 1 di dalam stadion dan kelompok 2 di luar stadion pada

tabel 5.6

Tabel 5.6 Hasil Uji Beda Antara Kelompok 1 di Dalam dan 2 di Luar Stadion

Kelompok 1

Dalam Stadion Kelompok 2 Luar Stadion

Beda t P Variabel N Rerata SB Rerata SB

Beda Klpk 11 3,500 0,779 4,586 0,830 -

1,086 -3,117 0,011

Berdasarkan data diatas, di dapat hasil bahwa ada beda antara kelompok 1 di

dalam stadioon dan kelompok 2 di luar stadion, kedua hasil uji ini berbeda

bermakna sebesar 31% dengan nilai P < 0,05.

Page 63: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

62

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Subjek Penelitian

Ciri fisik kelompok I maupun kelompok II mempunyai rentang umur antara

15-17 tahun, dan rerata berat badan untuk kelompok I adalah 55,00 kg dan pada

kelompok II adalah 56,49 kg, seperti yang disajikan dalam tabel 5.2 ternyata berada

dalam kategori berat badan normal dan layak untuk mengikuti penelitian

selanjutnya (BBN), hal itu didasarkan atas rumus : BBN=(Tb-100) oleh (Dediknas,

Bracco, 2011).

Kategori kesegaran jasmani subjek, pada kelompok I secara keseluruhan

tergolong dalam kategori kesegaran jasmani baik sekali terlatih, hal ini didasarkan

atas waktu tempuh yang diperoleh setelah 6 minggu perlakuan tes lari aerobik yaitu

8,445 menit dan pada kelompok II dengan rata-rata waktu tempuh 8,613 menit

setelah 6 minggu perlakuan tes aerobik tergolong dalam kategori kesegar jasmani

baik sekali. Hasil ini menunjukan bahwa subjek untuk kesehatannya berada dalam

keadaan fit dan baik.

6.2 Pelatihan Lari Aerobik 2,4 Km, Dengan Frekuensi 3 Kali Seminggu Di

Dalam Maupun Di Luar Stadion Meningkatkan Kesegaran Jasmani Siswa

Penelitian pada lari aerobik 2,4 Km didalam dan di luar stadion memiliki data

yang berdistribusi normal dengan p>0,05. Sebelum perlakuan kelompok 1 di dalam

stadion memiliki rerata sebesar 11,945±0,691 dan setelah perlakuan selama 6

minggu reratanya sebesar 8,445±0,448, menghasilkan selisih 3,500 menit.

Page 64: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

63

Kelompok 2 di luar stadion sebelum perlakuan memiliki rerata sebesar

13,199±0,717 dan setelah 6 minggu perlakuan sebesar 8,613±0,435, menghasilkan

selisih waktu sebesar 4,586 menit. Peningkatan yang dialami pada pelatihan lari

aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di dalam maupun di luar stadion

dapat dilihat pada kondisi sebelum dan setelah perlakuan meningkat. Hipotesis 1

dapat dibuktikan.

6.3 Pelatihan Lari Aerobik 2,4 Km, Dengan Frekuensi 3 Kali Seminggu Di

Dalam Stadion Lebih Baik Pengaruhnya Terhadap Kesegaran Jasmani

Dibandingkan Pelatihan Di Luar Stadion

Data pada selisih antara kelompok sebelum dan setelah perlakuan bemiliki data

yang berdistribusi normal dengan p<0,05. Data aerobik di dalam dan di luar

memilki perbedaan sebesar 3,500 menit dan 4,586 menit. Selisih antara kelompok 1

dan kelompok 2 baik di dalam maupun di luar stadion berbeda dan bermakna

dengan p<0,05 sebesar 1,086 menit. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan lari

aerobik 2,4 km, dengan frekuensi 3 kali seminggu di dalam stadion lebih baik

pengaruhnya terhadap kesegaran jasmani siswa dibandingkan pelatihan di luar

stadion. Jadi hipotesis 2 dapat dibuktikan.

Hasil penelitian di atas, sesuai dengan penelitian yang dilakukan Depdikbud

(1987). Dengan pelatihan lari aerobik 2,4 km pada karyawan Departemen

pendidikan dan Kebudayaan 1975 di Jakarta, dengan subjek sebanyak 115 orang

didapatkan hasil sebagai berikut:

Kategori I sangat kurang : 10 orang = 8,69%

Kategori II kurang : 28 orang = 24,34%

Page 65: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

64

Kategori III sedang : 37 orang = 32,17%

Kategori IV baik : 36 orang = 31,30%

Kategori V baik sekali : 4 orang = 3,47%

Yang tergolong kartegori kesegaran jasmani sedang sampai baik sekali adalah

66,94 % dari jumlah subjek sebanyak 115 orang.

Penurunan waktu tempuh ini digambarkan dalam grafik, tampaklah perbedaan

waktu tempuh pada masing-masing kelompok perlakuan dalam grafik 1, sebagai

berikut:

Waktu tempuh/menit

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

0 Pre test Post test 6 Minggu perlakuan.

Keterangan:

Klp, 2. 13,199± 0,717 waktu sebelum

Klp, 1. 11,945± 0,691 waktu sebelum

Klp 1 (8,445± 0,448) waktu sesudah

Klp 2 (8,613 ± 0,435) waktu sesudah

Gambar/Grafik 1. Waktu tempuh lari aerobik 2,4 km sebelum dan sesudah 6 minggu, kedua kelompok perlakuan.

Page 66: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

65

Klp. I = dalam stadion (_________) waktu tempuh lari.

Klp. II = luar stadion (--------------) waktu tempuh lari.

Berdasarkan data grafik tersebut di atas ternyata ada perbedaan yang bermakna

(P<0,05) antara waktu tempuh tes lari aerobik 2,4 km pada orang coba yang

berlatih di dalam stadion dengan di luar lapangan stadion setelah dilakukan

pelatihan selama 6 minggu. Pada kelompok I terjadi penurunan waktu tempuh dan

masuk dalam kategori kesegaran jasmani baik sekali terlatih sedangkan pada

kelompok II juga terjadi penurunan waktu tempuh dalam kategori kesegaran

jasmani baik sekali, dengan selisih beda 31% dan diperoleh nilai t=-3,117 dan

(P<0,05), yang berarti kesegaran jasmaninya berubah dari kategori kurang menjadi

kategori baik sekali.

Menurut Creag dkk (1998), bahwa lari di lapangan memerlukan energi yang

lebih tinggi dari pada lari di jalan. Pelatihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani

dapat dilakukan ditempat yang berbeda, dalam lapangan stadion ataupun di luar

lapangan stadion, sebagaimana manusia sebagai tenaga kerja akan mampu bekerja

secara lebih efisien (Adiputra, 1992a) dan aktivitas fisik sehari-hari dari organ

tubuh manusia pada pelatihan kebugaran jasmani turut pula mempengaruhi

peningkatan kesegaran jasmaninya (Pangkahila, 1992), sedangkan motifasi atau

dorangan adalah sebagai penggerak utama dalam meningkatkan aktivitas fisik

(Koeswara, 1989). Menurut (Suwetra, 1996), bahwa kapasitas kerja fisik, sistem

energi dan kualitas atau nilai gizi turut meningkatkan kesegaran jasmani. Pengaruh

pelatihan fisik terhadap organ tubuh adalah dapat memperbaiki aliran darah

(sumosarjuno, 1996), sebaliknya otot-otot yang tidak aktif akan mengalami

Page 67: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

66

penurunan aliran darah sebanyak 50% daripada aliran darah saat istirhat

(pengkahila, 1998), selain itu ada organ-organ tubuh lainnya yang tidak mengalami

perubahan aliran darah yaitu otak dan kulit (Constabel, 1986).

Pelatihan fisik yang teratur, sistematis dan berkesinambungan yang dituangkan

dalam suatu pelatihan akan meningkatkan kemampuan fisik, tetapi tidak demikian

halnya apabila pelatihan fisik dilakukan secara sembarangan dan tidak teratur justru

mendatangkan efek merusak organ tubuh manusia (Nossek, 1982). Peningkatan

kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai aspek kualitas, yang sangat menetukan

peningkatan kesehatan pada umumnya (Langitan, 1993), menurut Soekarman

(1991) metabolisme aerobik pengaruhnya lebih lambat dan tidak dapat

dipergunakan secara cepat, sebagaimana dikemukakan Asmussen dan Boe (dikuti

oleh Bompa, 1953) berpendapat bahwa dalam batas-batas fisiologi bila suhu badan

orang meningkat, maka metabolisme dalam sel akan bertambah cepat.

Pengaruh frekuensi pelatihan fisik sebanyak 3 kali perminggu adalah sesuai

bagi pemula dan akan menghasilkan penigkatan yang berarti tanpa menimbulkan

efek kelelahan yang berarti (Fox dkk, 1993), begitu juga (Pate dkk (1984)

menyatakan bahwa pengaruh lamanya pelatihan 6-8 minggu akan memberi efek

yang cukup berarti pada latihan bagi atlet. Pelatihan yang telah dijalankan dengan

tekun, akan tampak hasilnya (efek pelatihan) setelah 3 minggu pelatihan,

selanjutnya setelah 6 minggu pelatihan baru dilakukan evaluasi secara keseluruhan

untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan yang dicapai oleh orang coba.

Konsep pelatihan yang dikembangkan harus lebih ditekankan pada pengembangan

kualitas fisik, kualitas fisik yang tinggi tidak hanya dilakukan melalui pelatihan

Page 68: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

67

yang keras saja, tetapi harus dipesiapkan secara khusus sesuai dengan masing-

masing cabang olahraga yang diikutinya (Soekarman 1987).

Kondisi fisik dalam pelatihan merupakan suatu persyaratan yang sangat

diperlukan dalam usaha penigkatan prestasi olahraga, oleh sebab itu yang menjadi

perhatian penting dalam pelatihan adalah upaya yang dapat mengembangkan

komponen-komponen kondisi fisik secara maksimal dan berkesinambungan.

Komponen-komponen itu dapat dicapai apabila prinsip-prinsip pelatihan diterapkan

secara tepat dan benar, sebab efeknya akan dapat menimbulkan perubahan fisologis

sesuai dengan beban yang diberikan tubuh (Moeloek,1984.b.). Respons fisiologi

seperti hipertropi otot skeletal, peningkatan aliran-aliran darah, cardiac output,

stroke volume dan heart rate akan terjadi apabila penerapan pelatihan fisik

dilakkukan secara tepat dan terukur (Fox dkk, 1998). Mekanisme sistem energi,

pengaturan kardiovaskular pada tubuh hendaknya dilakukan secara benar (Ganong,

1983).

Mengetahui sistem energi secara tepat merupakan hal terpenting, sebab

dengan mudah dapat menentukan koponen fisik mana yang perlu untuk

dikembangkan. Salah satu komponen kondisi fisik yang sangat penting dalam

cabang olahraga yang mengutamakan keterampilan adalah waktu reaksi. Waktu

reaksi termasuk proses sistem saraf pusat di dalam mengembangkan respon

volitional (kemauan sendiri), pertama adalah rangsangan diterima organ perasa

(reseptor) kemudian diteruskan menjadi impuls saraf dan diteruskan ke otak.,

impuls akan diinterprestasi atas dasar pengalaman yang lalu. Impuls yang lain

kemudian dikirim dari otak melalui sistem saraf eferent menuju otot-otot yang

Page 69: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

68

sesuai dan terakhir otot digunakan untuk memproduksi respons (Drowatzky, 1981)

dan ( Dienhart, 1979), sehingga waktu tempuh yang diperlukan dalam lari aerobik

2,4 km merupakan waktu yang diperlukan untuk proses-proses yang terjadi seperti

di dalam organ perasa, otak, saraf dan otot.

Waktu reaksi memungkinkan kualitas suatu jawaban kinetis secepat mungkin

yang dapat ditunjukan oleh waktu tempuh lari aerobik 2,4 km setelah menerima

ransangan Wicrossek (dikutip oleh Bompa 1993), selanjutnya (Pate dkk, 1984)

mengambil kesimpulan bahwa, untuk olahraga keterampilan seperti lari aerobik 2,4

km, membutuhkan kemampuan keterampilan bergerak dengan baik, tergantung

pada perpaduan antara aspek sensoris dan aspek motoris sistem saraf secara efisien.

Secara psikis (psikologi), lari di luar stadion dengan lingkungan tempat berlari yang

tidak terkendali (bebas) akan sulit dipantau dari sisi motivasi secara bersama dan

kenyamananya kurang, sebaliknya berlari dengan secepat-cepatnya untuk

menempuh jarak 2,4 km di dalam stadion secara fisik, harus mengelilingi jarak 6

kali 400 meter dengan sungguh-sunguh, secara psikis (psikologi), di dalam stadion

lebih mudah di pantau dan nyaman serta termotivasi dengan baik sehingga kurang

mempengaruhi fisik dan psikis secara berlebihan di bandingkan dengan .

Dapat di simpulkan bahwa efek pelatihan lari aerobik tidak hanya ditentukan

oleh kualitas fisik dan psikis saja, melainkan juga oleh pencapaian psikomotor,

kognitif dan afektif yang merupakan kesatuan yang saling berkaitan sehingga

dalam pelatihanya harus dikembangkan secara bersamaan, dengan demikian bahwa

pelatihan lari aerobik di dalam stadion yang dilakukan oleh kelompok I memberi

pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kesegaran jasmani orang coba

Page 70: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

69

(siswa), dari pada pelatihan di luar stadion oleh kelompok dua, sebab pelatihan

kelompok 1 mendapatkan waktu lebih baik dan dapat mengubah kategori jasmani

dari kategori kurang menjadi kategori baik sekali dan terlatih, dengan demikian

hipotesis 1 dan 2 dapat dibuktikan.

Page 71: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

70

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat

disimpulkaan sebagai berikut :

1) Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan frekuensi 3 kali perminggu selama 6

minggu perlakuan di dalam stadion dapat meningkatkan kesegaran jasmani

siswa.

2) Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan frekuensi 3 kali perminggu selama 6

minggu perlakuan di luar stadion juga dapat meningkatkan kesegaran jasmani

siswa.

3) Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan frekuensi 3 kali perminggu selama 6

minggu di dalam stadion berpengaruh lebih baik (efisien) dalam peningkatan

kesegaran jasmani, hal ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungan pelatihan dan

faktor motifasi, dibandingkan pelatihan di luar stadion terhadap peningkatan

kesegaran jasmani siswa SMA Katolik Giovanni Kupang, yang akan

berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar di sekolah.

Page 72: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

71

7.2 Saran

Dengan hasil ini saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian

sebagai berikut :

Kepada guru penjas, pembina, pelatih, untuk mengunakan lari aerobik 2,4 km

di dalam stadion dengan frekuensi 3 kali perminggu selama 6 minggu perlakuan

kepada atlet siswa SLTA dalam meningkatkan prestasi olahraga dan prestasi belajar

di sekolah.

Page 73: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

72

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, N. 1992 a. Beban kerja tari bali modern dan pengaruhnya terhadap beberapa parameter fisiologi tubuh, Disertasi Universitas Airlangga, Surabaya.

Adiputra, N. 1992 b. Respon tubuh dua kelompok dengan kesegaran jasmani

berbeda terhadap tari bali baris modern. Laporan Penelitian OPF UNUD, Denpasar.

Adisasminto, Sudarwati. 2007. Mental Juara Modal Atlet Berprestasi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Astrand, P.O dan K. Rodhal 1977. Textbook of Work Physiology, 2nd Ed. New York: Mcgraw-Hill Company

Berger, R.A. 1982. Comparison of Static and Dynamic Strength Increase Rest

Quart. Bompa, T.O. 1983. Theory and Methodology of Training. Toronto : Kendal/Hunt

Publishing Coy. Bompa, T.O. 1990. Theory and Methodology of Training. : The Key to Athletic

Performance. 2nd Ed. Dubeque : Kendal Hunt Publishing. Bompa, T.O. 1993. Theory and Methodology of Training. Toronto : Kendal/Hunt

Publishing Company. Bompa, T.O. 1993. Theory and Methodology of Training. Toronto : Kendal/Hunt

Publishing Company. Brian J. Sharkley, 2011. Kebugaran dan Kesehatan, PT, Rajagrafindo Persada,

Jakarta Constabel G. 1986. Building Endurance, Aerobik Workouts. Alexandria, Virginia:

Time life books. Cooper, K. Cooper 1982a. Aerobic. New York: Batam Book Inc.

Cooper, K. Cooper 1982b. The Aerobics Program for Total Well-Being. New York: M. Evans and Company Inc.

Creagh, U. T. Reilly and A Less 1998. Kinematics of running on “of road” terrain.

Ergonomics 41 (7) :1029-1031.

Page 74: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

73

Depdikbud 1996. Teknik penyusunan usulan penelitian eksperimental.Buku panduan, Ditdikgutentis, Dekdikbud, Jakarta.

Depdikbud. 1987. Erobika ; Kegiatan Sehari-hari dalam Hidup Sehat. Jakartaa :

Balai Pustaka. Drowatzky, J. N. 1981. Motor Learning Principles and Practise. Minnesota

Burgess Publishing Company. Effendi, H. 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga serta Peran Tes Kerja (Exercise

Test) untuk Diagnostik. Bandung: Penerbit Alumni. Fontayne, P. S., dan Piere, J. F. 2001. Culture and Achievenment Motivasi in Sport:

A Qualitative Comparative Study Between Maghrebian and European Freceh Adolescents . Journal of Sport Science, Volume 1

Fox, E. L. R.W. Bower and M. L. Foss. 1988. Physiological Basis of Physical Education and Athlentic. Philadelphia : Saunders College Publishing.

Fox, E. L. R. W. Bower and M. L. Foss. 1993. Physiological Basis of Physical

Education and Athlentic, 4th ed. Philadelphia : W.B. Saunders Company. Fox, E.L. 1984. Sport Physiology, 2nd ed. Tokyo: Sounders College Publishing

Frederick, J. A. 1983. Principles of Coonditioning and Training; J. Of Physical Education 10 (4) : 165-167.

Ganong,W. F. 1983. Review of Medical Physiology. San Francisco : Appletan and

Lange Publisher. Giam, C,.K and J. The 1992. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta : Binarupa

Aksara. Gisolfi, 2012 .Aktifitas fisik, ttp://www.google.com/net/

Gunarsa, S. 1989. Motivasi : Psikologi Olahraga. Jakarta : P.T Gramedia Utama. Harsono. 1998. Coaching and Aspek-aspek Psykologis dalam Coaching. Proyek

pengadaan buku. Dirjjen Dikti P2LPTK, Depdikbud, Jakarta. Javer. 1989. Principles of Speed and East European summary; J. Applied

Physiology. 5 (7) : 27-28. Johnson, B. L.and J. K. Nelso 1979. Practical Mensurement for Evaluation in

Physical Education. Minniasota : Burgess Publishing Company.

Page 75: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

74

Junusul, H. 1989. Fisiologi olahraga jilid I. Proyek pengadaan buku Direktorat Jendral Dikti P2LPTK, Depdikbud, Jakarta.

Kirkwood B.R 1988. Essentials of Medical Statistics. Science, London. Koeswara, E.1989. Motivasi Teori dan Penelitiannya. Angkasa, Bandung. Kosasih, E. 1985. Olahraga: Teknik dan Program Latihan. Akademi Persindo,

Jakarta. Langitan. 1993. Hubungan index gizi dengan tingkat kesegaran jasmani

mahaasiswa FPOK IKIP Negeri Manado. Skripsi Jurusan Kesehatan dan Rekreasi FPOK IKIP Manado di Tondano.

Lutan, R. Dkk. 2001. Pendidikan Kebugaran Jasmani, Orientasi Pembinaan

Disepanjang Hayat. Dirjen Dikdasmen, Bekerjasama dengan Dirjen Olahraga, Jakarta.

Manuaba, I.B.A. 1983. Aspek Ekonomi dalam Perencanaan Kompleks Olahraga

dan Rekreasi. Kompas tanggal 12 November 1983. Mayer, J. P., Becker, Th. E., dan McLean, Ch. 2004. Employee Commitment and

Motivasion: A Conceptual Analysis and Integrative Model. Journal of Applied Psychology. Volume 89 N0m0r 2, hal 991-1007.

Moeloek, D. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta : Fakultas Kedokteran, UI. Nala, N. 1986. Kesegaran Jasmani. Bahan Kuliah Bagian Faal FK UNUD,

Denpasar. Nala, N. 1988. Kesegaran Jasmani. Denpasar : Penerbit Yayasan Ilmu Faal Widya

Laksana. Nala, N. 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar : Penerbit Yayasan Ilmu

Faal Widya Laksana. Nala, N. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Bahan Kuliah Program

Pascasarjana Fisiologi Olahraga Universitas Udayana, Denpasar. Nala, N. 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Bahan Kuliah Program

Pascasarjana Fisiologi Olahraga Universitas Udayana, Denpasar. Nurdin U. Badu 2006. Tesis, Norma kategori tingkat kebugaran fisik umur 10 dan

11 tahun dengan tes lari aerobik 2,4 km pada siswa sekolah dasar di kota kupang.

Nossek, J. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan Africa Press Ltd.

Page 76: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

75

Pangkahila, J. A. 1997. Bahan-bahan Kuliah PS S2 Kesegaran Jasmani.Program Studi Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana,UNUD, Denpasar.

Pangkahila, J.A. 1992. Latihan kebugaran jasmani,latihan seksual dan otot-otot

panggul meningkatkan potensi seksual. Disertasi Universitas Airlangga,Surabaya.

Pocock, S.J. 2008. Chemical Trial, a Practical Approach. New York: A Willey

Medical Publication. Pusegjas, Depdikbud 1995. Pedoman pelaksanaan pekan kesegaran jasmani

Nasional 1995, Depdikbud, Jakarta. Sjahmien, M. 1982. Ilmu Gizi. Jakarta: bhatara karya aksara. Soemowardjo,2012 Kesegaran Jasmani, http://www.google.com/net/

Suharno, H.P. 1993. Perencanaan program latihan. Bahan untuk penataran pelatihan olahraga, KONI Pusat, Jakarta

. Supriadi 1997. Bahan-bahan Kuliah PS S2 Psikologi Olahraga. Program Studi

Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana,,UNUD, Denpasar. Sutarman, 1996. Pengertian-Pengertian tentang Kesegaran Jasmani dan Tes

Kardiorespirasi. Jakarta: Pusat Penelitian Kesehatan dan Olahraga. Sutrisno, H. 1984. Dasar-Dasar Statistic Jilid I. Jakarta: rineka cipta. Suwetra, Kt. 1996. Bahan-bahan Kuliah PS S2 Gizi Olahraga. Program Studi

Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana, UNUD, Denpasar. Tangking Widarsa, Kt. Dan Made Dharmadi 1997. Biostatistik. Bahan Kuliah PS

Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana,UNUD, Denpasar. Watik. 1993. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Zainuddin. 1990. Metodologi Penelitian, Bahan Kuliah Program Pascasarjana

Universitas Airlangga, Surabaya.

Page 77: the training of aerobic running 2,4 km with the same dose more

76