the stepwise management

2
The Stepwise Management Urticaria Identifikasi dan eliminasi faktor pencetus adalah terapi utama dari urtikaria, ter dalamnya yaitu, menghindari stimuli fisik sebagai pengobatan dari Physical Chronic Spontaneous Urticaria (!SU) sering dilaporkan memiliki pengaruh terhadap be inflamasi atau penyakit infeksi, penatalaksanaan yang sesuai disarankan dalam kondi Chronic Spontaneous Urticaria "arang dicetuskan oleh alergi makanan #iagnosis dengan pemeriksaan penun"ang, test alergi makanan yang spesifik perlu dilakukan untuk menyingkirkan bahwa pencetus disebabkan oleh alergi makanan $irst line %ntihistamin non sedatif generasi kedua merupakan rekomendasi lini pertama simptomatik, terapi sesuai dengan guidelines international &bat ini terbuk beberapa studi klinikrandomized placebo-controlled %ntihistamin generasi pertama"uga memiliki efektifitas yang setara, tetapi studi menun"ukkan bahwa efek sedatif dan a bertahan lebih lama yaitu lebih dari ' "am, dimana efek anti pruritus hanya bertah dengan catatan antihistamin generasi pertama memiliki efek samping rapid eye moveme saat tidur, dan berpengaruh terhadap kiner"a sehari*hari sehingga penggunaan antihistami dian"urkan Second ine Terapi lebih lan"ut ( nd le-el) yaitu meningkatkan dosis dari antihistamin non sedatif gen kedua Metode ini memiliki resiko yang besar tapi memberikan hasil yang bermanfaat dibandingkan dengan terapi alternatif lain Pada terapi lebih lan"ut lagi (. rd le-el), guideline merekomendasikan untuk menggantiantihistamin non sedatif pada nd le-eldan atau ditambahkan dengan antileukotriens dan kortikosteroid dalam "angka waktu yang singk hari) Terapi lan"utan ( th le-el) yaitu an"uran untuk menggunakan obat lain sebagai terapi sedikitevidence-based yang mendukung penggunaan antihistamin generasi kedua (/ ) dikombinasikan dengan antihistamin generasi pertama(/'),walaupun tersedia informasi mengenai dapsone dan cyclosporine Terapi dari th le-el yang paling efektif adalah omali0umab

Upload: ahmadafiyyuddin

Post on 04-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

terapi urtikaria first line (1st level) : antihistamin generasi pertama : efek sedative dan antikolinergik second line : antihistamin generasi kedua

TRANSCRIPT

The Stepwise Management

Urticaria

Identifikasi dan eliminasi faktor pencetus adalah terapi utama dari urtikaria, termasuk di dalamnya yaitu, menghindari stimuli fisik sebagai pengobatan dari Physical Urticaria (PU). Chronic Spontaneous Urticaria (CSU) sering dilaporkan memiliki pengaruh terhadap berbagai inflamasi atau penyakit infeksi, penatalaksanaan yang sesuai disarankan dalam kondisi tertentu. Chronic Spontaneous Urticaria jarang dicetuskan oleh alergi makanan. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang, test alergi makanan yang spesifik perlu dilakukan untuk menyingkirkan bahwa pencetus disebabkan oleh alergi makanan.First line

Antihistamin non sedatif generasi kedua merupakan rekomendasi lini pertama pengobatan simptomatik, terapi sesuai dengan guidelines international. Obat ini terbukti efektif dalam beberapa studi klinik randomized placebo-controlled. Antihistamin generasi pertama juga memiliki efektifitas yang setara, tetapi studi menunjukkan bahwa efek sedatif dan antikolinergik bertahan lebih lama yaitu lebih dari 12 jam, dimana efek anti pruritus hanya bertahan 4-6 jam, dengan catatan antihistamin generasi pertama memiliki efek samping rapid eye movement saat tidur, dan berpengaruh terhadap kinerja sehari-hari sehingga penggunaan antihistamin ini tidak dianjurkan.

Second LineTerapi lebih lanjut (2nd level) yaitu meningkatkan dosis dari antihistamin non sedatif generasi kedua. Metode ini memiliki resiko yang besar tapi memberikan hasil yang bermanfaat jika dibandingkan dengan terapi alternatif lain. Pada terapi lebih lanjut lagi (3rd level), guideline merekomendasikan untuk mengganti antihistamin non sedatif pada 2nd level dan atau ditambahkan dengan antileukotriens dan kortikosteroid dalam jangka waktu yang singkat (3 hari). Terapi lanjutan (4th level) yaitu anjuran untuk menggunakan obat lain sebagai terapi. Hanya sedikit evidence-based yang mendukung penggunaan antihistamin generasi kedua (H2) dikombinasikan dengan antihistamin generasi pertama (H1), walaupun tersedia informasi mengenai dapsone dan cyclosporine. Terapi dari 4th level yang paling efektif adalah omalizumab. Omalizumab bersifat simptomatik dan mengurangi gejala dari Chronic Idiopathic Urticaria pada pasien yang tidak mengalami perbaikan walaupun telah diberikan H1 dengan dosis yang adekuat. Histamine dilepaskan dari sel mast cutaneous yang merupakan pathogenesis dari urtikaria, dimana pasien dengan Chronic Idiopathic Urticaria, basophil dan IgE memiliki peran yang penting. Omalizumab mengurangi level IgE dan merupakan reseptor FceRI (Fc region of IgE) dengan afinitas yang tinggi, kedua hal ini sangat esensial untuk mengaktivasi sel mast dan basophil. Studi menunjukkan bahwa omalizumab dapat mensupresi reaksi alergi kulit melalui reduksi fungsi FceRI di basophil dan sel mast. Studi dari Maurer et al. menunjukkan bahwa omalizumab diberikan dalam 3 dosis yaitu 75 mg, 150 mg, dan 300 mg dalam interval 4 minggu, secara signifikan mengurangi gejala, apabila dibandingkan dengan pemberian placebo, pada pasien dengan Chronic Idiopathic Urticaria yang gejalanya tetap muncul walaupun telah diberikan H1 dengan dosis yang adekuat. Efek klinis yang berarti terlihat pada pasien dengan pemberian omalizumab 150 mg dan 300 mg, terlihat perubahan dari baseline pada weekly itch-severity score (primary end point) dan terlihat dari secondary end points pada minggu ke 12, pengecualian diberikan pada pasien yang terjadi angioedema pada minggu ke 4 sampai 12 pada grup yang mendapatkan omalizumab dengan dosis 150 mg. Penggunaan terapi untuk CU yang tidak berespon (refrakter) terhadap omalizumab dikaitkan dengan relatif rendahnya efek samping yang ditimbulkan secara klinis. Penggunaan omalizumab sebagai terapi refrakter telah disetujui oleh FDA dengan dosis 150 mg dan 300 mg pada pasien CU yang tidak berespon terhadap antagonist H1 pada pasien dengan usia 12 tahun atau lebih, sebagai terapi alternatif yang mempertimbangkan keuntungan rasio cost-benefit dan kehendak pasien.Secara garis besar, aktivitas penyakit ini perlu dievaluasi dengan interval yang tetap, dengan tujuan untuk mengurangi terapi. Setelah diberikan pengobatan lengkap selama 3 bulan, intensitas terapi dapat dikurangi.