the kids detective reborn file 2 ( 3 detik terakhir file 1 )
TRANSCRIPT
Prolog :
Episode sebelumnya : File 1. Cahaya Merah yang Mencurigakan
Pada episode sebelumnya, Aam dan kakaknya membuat analisis bahwa aka nada kasus pada
kampanye politik yang akan diadakan di Alun – alun. Analisis mereka aka nada salah satu
peserta kampanye yang menjadi target tembak sebuah organisasi misterius. Kakak Aam
mempunyai ide untuk menjebak dan menangkap pelaku yang akan beraksi.
Berhasilkah rencana mereka yang dibuat untuk meringkus pelaku tersebut ? Apakah semua
akan berjalan sesuai rencana mereka ?
Dan akhirnya waktu yang ditunggu pun dating juga.
THE KIDS DETECTIVE REBORN
FILE 2.
3 DETIK TERAKHIR File. 1
“Yeaaa…. Merdeka…!!”
“Dukung kami untuk menjadi lebih baik… !!!”
Berulang kali kalimat kampanye tersebut tersengar nyaring.
“Kak… ngapain kita berbaur di sini ? menyebalkan… “ Ucap Aam.
“Tenang… kita akan segera keluar dari kerumunan kelompok kampanye ini kok. Ayo ikut
aku.” Jawab Aam.
“Omong – omong, apa kakak yakin rencana kakak kemarin akan berhasil ?” Tanya Aam.
“Hi hi hi… Tentu saja. Lihat saja nanti. Kita akan membuat mereka tak berkutik.” Jawab
kakak Aam sangat yakin.
“Kemarin kakak bilang akan mengawasi terlebih dulu gerak – gerik jika ada yang
mencurigakan.” Kata Aam.
“Iya, kita tidak bisa berbuat apa – apa tanpa mengetahui situasi sekitar dan berapa orang yang
menjadi kelompok mereka.” Jawab Kakak Aam.
“Lalu kakak memintaku mencari tahu siapa sebenarnya yang akan menjadi target mereka.
Kenapa tidak kakak sendiri yang mencari targetnya ?” Tanya Aam.
“Dalam hal ini kakak tidak bisa bertindak sendirian. Oleh sebab itulah kakak minta kamu
untuk mencari tahu siapa target mereka.” Kakak Aam menjelaskan.
“Bukan itu maksudku kak. Apakan aku bisa ? Aku sendiri tidak yakin.” Sahut Aam.
“Percayalah pada kemampuan analisismu dan dirimu. Kakak yakin kamu akan mengerti
begitu tubuh dan pikiranmu bisa berkomunikasi.” Ucap kakak Aam dengan yakin.
“Maksud kakak ?” Tanya Aam heran.
“Ya… biarkan tubuhmu bergerak sesuai irama dari pikiranmu. Biarkan mereka menganalisis
dengan sendirinya. I trust you kid.” Jawab Kakak Aam.
…
Mereka pun mulai berpencar mengamati situasi di sekitar. Tentu saja atap gedung yang akan
digunakan menjadi tempat mebidik oleh kelompok organisasi misterius tersebut.
…
Sementara itu, di tempat lain…
“Kucing hitam contact. Ganti.”
“Kucing hitam, di sini gagak hitam pada posisi. Ganti.”
“Serigala gunung laporkan situasi di sana. Ganti.”
“Serigala gunung melapor. Situasi aman. Perhatian polisi penjaga tertuju pada panggung di
tengah. Ganti.”
“Kambing gunung di sini. Waktu target naik ke panggung sudah kudapatkan. Lima belas
menit hitung mundur dari sekarang. Ganti.”
“Roger that. Let’s start our game. Ganti.”
“Mmmm…” Gumam Kambing gunung.
“Ada apa kambing gunung ?” Tanya Serigala gunung.
“Omong – omong, kenapa Cuma nama sandiku yang nggak keren ? Kambing gunung… “
Tanya Kambing gunung.
“Ha ha ha… mana aku tahu. Nama sandi itu kan Bos kita yang memberikan. Terima sajalah.
Bos tidak akan member nama sandi tanpa maksud.” Jawab Serigala gunung.
“Apa maksudmu… ?” Tanya Kambing gunung.
“Ya… mungkin karena bulu kambing gunung mirip dengan rambutmu. Hahaha…” Jawab
Serigala gunung sambil tertawa.
…
“Huff… Huff.. Huff…” Nafas tersengah – sengah begitu jelas terdengar.
“Kamu kenapa ?” Tanya Kakak Aam.
“Aku tadi mendengar ada orang yang berbicara mencurigakan kak.” Kata Aam dengan nafas
masih terengah – engah.
“Apa ? Dimana ?” Tanya Kakak Aam.
“Aku nggak tahu orangnya kak, tapi sepertinya dia menyamar menjadi cameramen TV.”
Jawab Aam.
“Baiklah, sekarang kita berpencar.” Instruksi kakak Aam.
“Iya kak.”
“O iya… kamu cari tahu dulu siapa yang menjadi target mereka.”
“Ohh… ok.” Sahut Aam.
…
Akhirnya mereka berdua pun berpencar. Mengawasi gerak – gerik seserorang yang
mencurigakan.
Selagi kakak beradik itu mencari informasi. Di waktu yang sama sekelompok orang sedang
melakukan persiapan untuk membuat kekacauan di sana.
…
“Kucing hitam, tolong konfirmasikan persiapan di sana.” Tanya salah seorang dari kelompok
tersebut.
“Kucing hitam di sini, persiapan sudah selesai. Bom sudah diletakkan sesuai rencana.”
“Di sini Gagak hitam. Persiapan bom sudah selesai. Ganti.”
“Kambing gunung melapor. Target lima menit lagi akan menaiki panggung. Ganti.”
“Roger that. Semua persiapan sudah selesai, jika kedua bom itu meledak di sini akan kita
saksikan orang – orang kesakitan bersama hamburan berlian. Hahaha…” Tawa si anggota
komplotan dengan nama sandi serigala gunung itu.
…
“Apaa…!!!” Kakak Aam kaget.
“Kakak kenapa ? sedang apa di saat begini mendengarkan radio ?” Tanya Aam.
“Heyy… ini bukan radio biasa. Ini radio yang bisa mendengarkan percakapan kelompok
tersebut.” Jawab Kakak Aam.
“Maksud kakak… alat sadap… ? Sejak kapan kakak menyadap mereka ?” Tanya Aam.
“Iya… kakak membelinya dari internet. Keren kan… Tadi kakak melihat gerak – gerik yang
mencurigakan dari orang yang mondar – mandir di dekat gedung bank kas daerah tersebut.
Lalu kakak menabrakkan diri dengannya dan menempel sebuah alat sadap.” Kata Kakak
Aam.
“Lalu kenapa kakak kaget begitu ? Bukannya dengan alat itu kita akan lebih mudah
mengetahui kelompok berbahaya tersebut ?” Tanya Aam.
“Selain peserta kampanye yang menjadi target adalah semua orang yang hadir di sini ?”
“Apa…??!!”
“Iya… ada dua bom yang dipasang di suatu tempat.” Kata kakak Aam.
“Boomm…!!” Aam kaget.
“Sssttttt…. Jangan teriak. Nanti kalau orang – orang di sini dengar bisa terjadi kepanikan.
Dan kelompok itu sadar kalau ada yang mengetahui rencananya. Lalu…”
“Lalu mereka meledakkan kedua bom tanpa pandang bulu yang akan menjadi korban. Itu kan
yang mau kakak bilang…?” Sahut Aam.
“Iya.. tepat sekali.”
…
“Hey hey hey… “ Tiba – tiba ada suara yang menegur mereka berdua.
“UUWWWAAAA….!!!!”
“Hooeee… Jangan mengagetkan orang doongg…!!!” Teriak Aam kaget.
“Habisnya kalian berua aneh. Dari kemarin bicaranya bisik – bisik terus.” Kata Zaky.
“Iya.. Tadi aku dengar kalian membicarakan Bom ya…?” Tanya Indra.
“Bom ? Eh… tidak kok… tidak ada apa – apa …he he he.” Kata Aam.
“Jangan bohong… atau aku teriak kalau ada Bom di sini…?” Kata Zaky.
“Hey hey hey… Jangan konyol. Bisa – bisa semua orang panic.” Kata kakak Aam.
“Kalau begitu biarkan kami membantu.” Pinta Zaky.
“Hadeeeh… awas kalau merepotkan…!!” Kata Kakak Aam.
“Kalau begitu kalian berdua minta tolong ke polisi penjaga untuk mengevakuasi orang –
orang secara diam – diam. Jangan sampai orang – orang tahu kalau ada Bom di sini.” Aam
member instruksi.
“Ok bos…” Sahut Zaky dan Indra dengan semangat.
“Kalau begitu kita berpencar mencari letak kedua Bom itu.” Ajak Kakak Aam.
“Baiklah kak… Tapi tak ada petunjuk dimana Bom itu diletakkan.” Sahut Aam.
“Ada… Jika Bom itu meledak, orang orang akan kesakitan bertabur berlian.” Kata kakak
Aam.
“Kalau begitu aku kea rah barat, kakak ke timur.” Ajak Aam.
“Hubungi kakak kalau kamu menemukannya. Jangan dipegang. Waktu kita Cuma tiga
menit.” Pesan Kakak Aam.
“Iya kak…”
…
Orang – orang pun dievakuasi sedikit demi sedikit oleh Indra dan Zaky dengan bantuan polisi
penjaga agar tidak dicurigai kelompok berbahaya yang mengincar nyawa ratusan orang
tersebut.
…
Dua menit sebelum waktu peledakan bom.
…
“Berlian… apa maksud dari kalimat kesakitan bertabur berlian ? Dan di sini tidak ada berlian
atau apa pun. Siaall…!!!” Kata kakak Aam dalam hati.
“Oohhh… aku tahu. Di tempat Koran ditempel ka nada lapisan kaca yang cukup tebal dan
besar.”
…
Benar saja, setelah dicari di tempat tersebut. Ditemukan sebuah bom berkekuatan besar
dipasang di sana.
“Siaall… Timernya hanya sisa dua menit. Aku harus segera menghentikan bom ini.” Kata
Kakak Aam.
“Pemicunya tersambung di kabel ini, kalau ini ku potong. Dan satu lagi kabel yang
menyambung ke sumber power ku putus. Beres. Tinggal satu lagi bom tersisa.” Kata Kakak
Aam sambil tersenyum kecil.
…
“Kakak… Aku menemukan bom yang satu lagi. Arah jam sepuluh dari panggung utama. Di
tempat Koran dipasang.” Kata Aam dari telephon.
…
“Ouucchhh… Sial… waktu tinggal satu menit lagi. Adek, kakak percayakan bom yang satu
itu kepadamu.” Ucap kakak Aam.
“Apa…? Tapi kak … tadi kakak bilang jangan sentuh.” Tanya Aam heran.
“Kita hanya tinggal waktu satu menit sebelum Sniper kelompok mereka menembak target.”
Kata Kakak Aam.
“Jadi kakak sudah tahu…??” Tanya kakak Aam.
“Yaa… kakak tahu kapan dan siapa yang menjadi target mereka. Juga trik untuk menciptakan
kerumunan dan menghapus jejak mereka dengan menggunakan bom ini.” Kakak Aam
menjelaskan.
“Jangan bilang kalau kakak akan menghentikan mereka sendirian…!!!???” Teriak Aam.
“Ya… tidak ada pilihan lain. Kemungkinan mereka masih memasang bom lagi. Jadi tolong
kamu cari kalau kemungkinan ada bom lain yang mereka pasang.” Pinta Kakak Aam.
“Kakak… Hati – hati.” Pesan Aam.
“Ya… tentu saja. Kakak tidak akan meninggalkanmu sendirian lagi.” Kata kakak Aam.
…
Lalu kakak Aam pun bergegas menuju atap gedung dimana telah bersiap seorang sniper yang
tengah membidik ke arah panggung utama.
…
“Maaf… Rencana kalian gagal sampai di sini.”
“Apaa…?? Sejak kapan kamu di sini ??!!” Kata penjahat tersebut.
“Tidakkah kamu ingat wajah seseorang yang pernah menjadi bidikanmu ?” Kata Kakak Aam.
“Owww… Jadi kamu anak yang waktu itu kebetulan menjadi kelinci percobaan bidikanku…
?” Kata penjahat tersebut dengan wajah sinisnya.
“Ya… tepat sekali…”
“Lalu, bagaimana kami bisa tahu aku di sini nak ?” Tanya penjahat.
“Jangan bodoh… Kalian beraksi meninggalkan banyak sekali jejak. Dengan mudah aku bisa
tahu kapan dan dimana kalian akan beraksi.” Kata Kakak Aam.
“Kalau begitu sebelum aku menghabisi orang itu, kamu yang akan aku habisi terlebih
dahulu… Ha ha ha…!!!”
…
Penjahat itu pun mengeluarkan sebuah pistol dari balik badannya. Kakak Aam pun diam –
diam juga menyiapkan dua botol minuman kaleng dari balik tubuhnya.
…
“Kamu terlalu berani nak mendatangiku dengan tangan kosong dan seorang diri. Sekarang
aku akan mengirimmu ke tempat yang jauh di sana.” Kata penjahat itu sambil menodongkan
pistol dan berjalan mendekat.
“He he he…” Kakak Aam tersenyum kecil.
“Sekarang kalau ada pesan terakhir bilanglah, akan aku sampaikan ke keluargamu.” Kata
penjahat itu semakin mendekat.
“Penjahat bodoh… Mana mungkin aku dating tanpa persiapan. Rasakan ini… Kyaaaa !!”
Sebuah botol kaleng minuman yang diisi pasir melayang kea rah wajah penjahat tersebut.
Dan satu lagi kaleng minuman yang sama menyusul mengenai wajah penjahat tersebut.
…
“Huuuffffttt… Akhirnya…” Kata Kakak Aam.
“Prok prok prok…” Terdengar suara tepuk tangan dari belakang kakak Aam berdiri.
“Hebaattt… pemuda yang berani. Maukan kau menjadi anggota organisasi kami nak ?” Kata
salah seorang komplotan yang muncul secara tiba – tiba.
“Siapa kalian…??!!” Tanya Kakak Aam.
…
Tiba – tiba ada seorang yang menyekapnya dari belakang. Membantingnya ke dasar atap dan
mengepungnya. Kakak Aam pun tidak berdaya melawan mereka semua.
“… Ouucchhh… Sial. Apa ini akhir kisah kepahlawananku.” Kata Aam dalam hati.
“Sekarang enyahlah karena telah mengacaukan rencana kami…” Kata pimpinan kelompok
tersebut sambil menodongkan sebuah senjata api.
…
“Kakaaaaakkk…!!! Hentikaaaaannn…!!!” Aam tiba – tiba dating dan berteriak.
“Aaamm… Larriiiiii…!!” Teriak Kakak Aam.
“Owww… ternyata ada satu lagi pengganggu yang datang… Akan ku kirim juga ke surge.”
Ucap pimpinan penjahat tersebut.
“Kaakaaaaakkkkk…..!!!!!”
…..
To be Continued.
Next Episode : 3 Detik Terakhir File 2.
Aam dan kakaknya terdesak oleh kelompok penjahat tersebut. Bagaimanakah mereka
mengatasi situasi berbahaya seperti ini.
Episode berikutnya akan ada seorang agen FBI yang ikut dalam pertempuran.
Siapakah agen FBI tersebut ?
Temukan dalam episode berikutnya.