tgsq

24
THEORITICAL MAPPING AUTHOR / THN / JUDUL TEKS / ARTIKEL RUANG LINGKUP MASALAH / TUJUAN KONSEP TEORI/ HIPOTESIS NILAI ILMIAH DESAIN/SAMPEL/ UJI STATISTIK HASIL PENELITIAN KET Putra, Partiwi, & Sudiarno, 2009; Evaluasi Implementasi Pengukuran K- 3 Pada Area Kerja Boiler #20 (Studi Kasus di Proyek Pembangunan PLTU “X”, Jawa Tengah); Makalah Publikasi Jurusan Teknik Ruang Lingkup Masalah: Risiko kecelakaan kerja yang tinggi pada pekerja Boiler #20 yang dipengaruhi oleh penerapan kebijakan manjemen K3, yaitu penerapan ergonomi di perusahaan. Tujuan: 1. Mengidentifi kasi faktor- faktor risiko ergonomi pada Konsep teori: Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) mengarah pada peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life), sehingga memberikan rasa aman yang dapat mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan karyawan kepada perusahaan, yang berujung kepada Sampel: 217 pekerja Uji satistik: uji reliable 1. Risiko kecelakaan kerja yang terjadi di area Boiler #20, diantaranya: a. Bahaya Mekanis: ledakan, tersetrum, b. terjepit, tuli. c. Bahaya Kimia: kebakaran, iritasi. d. Bahaya Ergonomis: back injury, pegal. e. Bahaya Lingkungan: terpleset, terjepit, tersengat arus

Upload: tiara-ayu-dwilistyaningsari

Post on 12-Aug-2015

21 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: tgsQ

THEORITICAL MAPPING

AUTHOR / THN / JUDUL

TEKS / ARTIKEL

RUANG LINGKUP MASALAH / TUJUAN

KONSEP TEORI/ HIPOTESIS

NILAI ILMIAHDESAIN/SAMPEL/

UJI STATISTIK

HASIL PENELITIAN KET

Putra, Partiwi, & Sudiarno, 2009;Evaluasi Implementasi Pengukuran K-3 Pada Area Kerja Boiler #20 (Studi Kasus di Proyek Pembangunan PLTU “X”, Jawa Tengah); Makalah Publikasi Jurusan Teknik Industri ITS.

Ruang Lingkup Masalah:Risiko kecelakaan kerja yang tinggi pada pekerja Boiler #20 yang dipengaruhi oleh penerapan kebijakan manjemen K3, yaitu penerapan ergonomi di perusahaan.

Tujuan:1. Mengidentifikasi

faktor-faktor risiko ergonomi pada area kerja Boiler #20.

2. Menyusun prioritas terhadap masalah ergonomi berdasarkan kondisi existing.

3. Memberikan rekomendasi perbaikan berdasarkan sudut pandang ergonomi pada area kerja Boiler

Konsep teori:Ergonomi dan K3 (Keselamatan danKesehatan Kerja) mengarah pada peningkatan kualitaskehidupan kerja (quality of working life), sehingga memberikan rasa aman yang dapatmempengaruhi rasa kepercayaan dan rasakepemilikan karyawan kepada perusahaan, yangberujung kepada motivasi dalam bekerja. Pencapaian kinerjamanajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) sangat tergantung kepada sejauh manafaktor ergonomi telah diperhatikan olehperusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan

Sampel: 217 pekerja

Uji satistik: uji reliable

1. Risiko kecelakaan kerja yang terjadi di area Boiler #20, diantaranya:a. Bahaya Mekanis:

ledakan, tersetrum,b. terjepit, tuli.c. Bahaya Kimia:

kebakaran, iritasi.d. Bahaya Ergonomis: back

injury, pegal.e. Bahaya Lingkungan:

terpleset, terjepit, tersengat arus listrik, tertimpa material, iritasi mata.

2a. Nilai tingkat implementasi program sebesar 56.42%, maka berdasarkan standar keselamatan dan kesehatan kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996 terkait masalah audit berada pada

Page 2: tgsQ

#20. kerja masih saja terjadi di berbagai perusahaanyang secara administratif telah lulus (comply)audit Sistem Manajemen K3/SMK3.

Hipotesis:Tidak ada perubahan dalam sistem penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di PLTU“X”.

level atau kategori merah (dibawah 59%).

b. Hasil ploting kecelakaan kerja dan tingkat implementasi berada pada level 6 (kondisi kritis) yang menunjukkan bahwa kondisi area boiler #20 mengkhawatirkan dan dengan segera harus melakukan perbaikan terhadap program implementasi agar kecelakaan kerja kategori berat tidak terjadi, sedangkan dari tingkat implementasi tingkat pengontrolan dan kesesuaian prosedur serta peranan supervisor di lapangan perlu untuk ditingkatkan lagi.

3. Rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil perhitungan adalah:a. Pemakaian Alat

Pelindung Diri (APD). Selain itu tingkat pengontrolan dari supervisor lapangan perlu untuk

Page 3: tgsQ

ditingkatkan.b. Program spanduk

Demerit Sistem mengenai sanksi terhadap pelanggaran sebaiknya disetiap area kerja juga dipasang.

Pasaribu, 2005.Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa Konstruksi, Jurnal Sistem Teknik Industri vol 6.

Ruang lingkup masalah:Data dari Annual Report mengenai keselamatan dankesehatan kerja tahun 2002 yang diterbutkan olehDepartemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi,menunjukkan bahwa sektor usaha bangunanmenduduki peringkat ke-4 yang mempunyai kasuskecelakaan tertinggi. Sehingga diperlukan penanganan K3 yang baik pada industri jasa konstruksi.

Tujuan:Untuk mengetahui seberapa penting peran manajemen keselamatan

Konsep teori:Kesadaran hukum dalam penyelenggaraan pekerjaankonstruksi perlu ditingkatkan termasuk kepatuhan para pihak dalam pemenuhan kewajibannya serta pemenuhan terhadap ketentuan yang terkait dengan aspek keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja serta lingkungan (UU No.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi). Penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di setiap perusahaan harus dilaksanakan secara berkelanjutan sehingga semboyan keselamatan dan kesehatan kerja “utamakan keselamatan” terwujud. Oleh karena itu, para kontraktor

Sampel: industri jasa konstruksi

1. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di proyek industri jasa konstruksi bertujuan melindungi pekerja dan sekaligus melindungi tempat kerjanya serta peralatan kerjanya agar perusahaan berdiri kokoh dan berkembang dan tidak terganggu karena kecelakaan kerja maupun karena gangguan kesehatan yang berakibat mengurangi kondisi fisik pekerja.

2. Audit Keselamatan (Safety Audit) perlu dilaksanakan untuk mengetahui kinerja keselamatan kerja di perusahaan dan menemukan bahaya-bahaya potensial yang belum terungkap serta mencari alternatif yang

Page 4: tgsQ

dan kesehatan kerja pada industri jasa konstruksi.

perlu menerapkansistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerjadi setiap proyek jasa konstruksi.

Hipotesis:Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja memiliki peranan yang penting pada industri jasa konstruksi.

tepat guna bagi upaya pengendalian bahaya tersebut.

3. Pembuatan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja menunjukkan bahwa faktor keselamatan dan kesehatan kerja harus menjadi perhatian pihak pemerintah sebagai pengawas perburuhan pengusaha sebagai pemilik perusahaan dan pekerja sebagai aset perusahaan.

4. Penerapan sistem K3 diperusahaan memiliki kaitan erat dengan aspek hukum, ekonomi dan sosial untuk itu diperlukan kerjasama yang erat dan rasa tanggung jawab yang tinggi untuk kepentingan bersama atas kelangsungan perusahaan.

Ahmad, 2000.Upaya Mengurangi Kecelakaan di Unit-Unit Kerja

Ruang lingkup masalah:Tingkat kecelakaan kerja cenderung selalu meningkat setiap

Konsep teori:Pelaksanaan K3 bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tiap-tiap

Sampel: unit kerja yang memiliki angka kecelakaan kerja yang tinggi.

Dengan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang melibatkan unsur manajernen,

Page 5: tgsQ

melalui PenerapanSistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Buletin Keselamatan STATUTA vol 1.

tahunnya. Kecelakaan tersebut umumnya disebabkan karena faktor pekerja dan lingkungan kerja. Kedua faktor tersebut sangat berperan sekali terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Sehingga kedua faktor tersebut harus segera diminimasi sekecil mungkin.Upaya manajemen untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja budaya keselamatan kerja dalam rangka mengurangi kecelakaan keIja dapat ditempuh melalui penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Tujuan:Untuk mengetahui peran penting penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dalam mengurangi jumlah kecelakaan kerja di tiap-tiap unit kerja.

unit kerja, sekaligus pula meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik secara ekonomis maupun non ekonomis yang sangat sulit dinilai.Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi perencanaan,tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,penerapan, pencapaian, pengkajian ,dan pemeliharaan kebijakan K3 dalarn rangka pengendalian resiko yang berkaiatan dengan kegiatankerja guna terciptanya tempat kerja yang arnan, efisien dan produktif.

Hipotesis:Penerapan sistem manajemen

tenaga kerja dan lingkungan kerja yang terpadu, diharapkan akan mengurangi jumlah kecelakaan kerja di tiap -tiap unit kerja.

Page 6: tgsQ

keselamatan dan kesehatan kerja memiliki peran penting dalam mengurangi jumlah kecelakaan kerja di tipa-tiap unit kerja.

Santoso, 2006.Kajian Pengembangan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Berdasarkan OHSAS 18001, Sigma Epsilon vol 10.

Ruang lingkup masalah:Metode pengembangan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja berdasarkan OHSAS 18001-1999. Sebagai perbandingan, kajian terhadap sistem manajemen untuk sistem proses yang lebih khusus seperti INSAG 13 yang digunakan pada reaktor nuklir juga akan diberikan. OHSAS 18001 dipilih karena merupakan salah satu materi utama yang menjadi acuan dalam penyusunan sistem manajemen keselamatan kerja di beberapa negara, termasuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di Indonesia.

Konsep teori:Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Indonesia telah dikembangkan guna mengurangi timbulnya kecelakaan atau problem keselamatan kerja, yaitu melalui penerapan manajemen keselamatan yang baik, dan bersifat umum, dimana penerapannya disesuaikan dengan jenis kegiatan, tingkat resiko, besarnya instalasi/sistem yang dikelola, dan jumlah pekerja.

Hipotesis:Pengembangan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerjadilakukan berdasarkan OHSAS 18001.

Sampel: sistem manajemen berdasarkan OHSAS 18001dan INSAG 13 sebagai perbandingan untuk sistem manajemen yang lebih khusus.

Pengembangan sistem manajemen keselamatan sesuai dengan standar atau ketentuan yang sudah teruji beserta indikator kinerjanya akan membantu dalam pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan, sehingga kemajuan dan peningkatan yang diperoleh akan lebih terukur dan diketahui secara lebih mudah.Sistem manajemen yang diberikan dalam OHSAS 18001 dapat digunakan secara umum pada organisasi atau industri, dimana keselamatan pekerja dan peningkatan efektifitas melalui pengurangan kesalahan kerja dan kecelakaan menjadi dasar pengembangan sistem manajemen keselamatan ini. Unsur-unsur yang terdapat dalam sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pada petunjuk ini terdapat

Page 7: tgsQ

Sedangkau INSAG-13 merupakan salah satu panduan yang ditujukan untuk peningkatan keselamatan dalam manajemen dan pengoperasian pada reaktor daya.

Tujuan:Untuk mengetahui pengembangan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja berrdasarkan OHSAS 18001.

pula dalam petunjuk sistem manajemen keselamatan pengoperasian reaktor nuklir (INSAG-13), yaitu terdiri dari komitmen dan kebijakan manajemen, perencanaan, implementasi dan pengoperasian, pemeriksaan dan tindakan koreksi serta tinjauan manajemen.

Wirahadikusumah & Ferial, 2005.Kajian Penerapan Pedoman Keselamatan Kerja pada Pekerjaan Galian Konstruksi, Jurnal Teknik Sipil vol 12.

Ruang lingkup masalah:Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi.Rendahnya keseadaran masyarakat akan masalah keselamatan kerja, dan rendahnya tingkat penegakan hukum oleh pemerintah mengakibatkan

Konsep teori:Perusahaan-perusahaan perlu berpartisipasi aktif dalam masalah K3 dengan menyediakan rencana yang baik, yang dikenal sebagai Sistem Manajemen dan Kesehatan Kerja (SMK3). SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari sistem manajemen suatu perusahaan secara keseleruhan, termasuk pada pekerjaan galian konstruksi.

Sampel: penerapan pedoman keselamatan kerja pada pekerjaan galian konstruksi.

Kenyataan di lapangan menunjukkan masih rendahnya tingkat kepatuhan para pelaksana konstruksi tehadap Pedoman K3 Konstruksi, khususnya pekerjaan galian.

Page 8: tgsQ

penerapan peraturan mengenai keselamatn kerja yang masih jauh dari optimal, yang pada akhirnya menyebabkan angka kecelakaan kerja menjadi tinggi.Pedoman K3 konstruksi seringkali tidak menjelaskan syarat-syarat secara kuantitatif, disamping itu masih menggunakan istilah-istilah konstruksi yang sudah tidak lazim lagi digunakan ataupun tidak diberi penejlasan tambahan secara grafis. Dengan demikian, terkadang cukup sulit bagi kontraktor ataupun pihak pengawas dalam menerjemahkan pedoman ini di lapangan.

Tujuan:Untuk mengetahui bagaimana penerapan pedoman keselamatan kerja pada pekerjaan galian konstruksi.

Hipotesis:Penerapan pedomankeselamatan kerja pada pekerjaan galian konstruksi kurang optimal.

Page 9: tgsQ

Suwaji, 2008.Model Pendidikan Pelatihan sebagai Strategi Komitmen Kinerja Keselamatan dan Keselamatan KerjaSektor Usaha Kecil dan Menengah (Occupational Safety and Health Training Education Commitment Strategy for Performance in Occupational Safety and HealthImplementation of Medium-Small Business Sectors), Jurnal Penelitian Humaniora vol 9.

Ruang lingkup masalah:1. Strategi Pelatihan,

meliputi: (1) analisis kebutuhan pelatihan yang mencakup persyaratan K3, (2) pelatihan K3 untuk semua tingkatan, (3) pelatihan berdasarkan perbedaan latar belakang kemampuan pendidikan, (4) pelatihan oleh orang atau badan yang memiliki kewenangan, (5) pelatihan berdasarkan ketersediaan fasilitas dan sumber daya yang memadai, (6) membuat dokumentasi semua pelatihan, (7) evaluasi-peningkatan berkelanjutan, dan (8) tinjau ulang secara teratur.

2. Pelatihan bagi manajemen dan supervisor, yang

Konsep teori:Terobosan dalam upaya pemecahan masalah pelaksanaan K3 melalui model diklat perlu dilakukan karena SMK belum memiliki model pelatihan yang mapan: “At present, many STM teachers have not yet utilized methods that are suitable in learning material. As a consequence, they are unable to improve motivation, creativity and achievement of the students. In addition, there also a lack of development in the instruction of mechanical skills” (Riyanto, 1999: 443).Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa sekarang banyak guru SMK belum memiliki metode yang benar-benar cocok untuk mengajarkan satu mata ajaran tertentu.

Hipotesis:Model strategi komitmen kinerja merupakan

Sampel: 380 pekerja

Uji statistik: uji teknik statistika Hotelling’s Trace

1. Model SKK-K3 sektor UKM baik dengan sistem klasikal maupun secara magang perorangan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perubahan kinerja K3 sektor UKM.

2. Model SKK-K3 memberikan kontribusi secara signifikan terhadap kinerja K3 sektor UKM.

3. Model SKK-K3 memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja K3 sektor UKM antar kelompok umur.

4. Ada interaksi yang signifikan antara sistem andragogik dengan model SKK-K3 di dalam menafsirkan fakta di perusahaan memberi kontribusi kepada perubahan kinerja K3 oleh komponen model SKK-K3.

5. Ada interaksi yang signifikan antara model SKK-K3 dengan perubahan perilaku pelaksanaan K3

Page 10: tgsQ

meliputi: (1) eksekutif dan pengurus dalam pelatihan memberi penjelasan tentang kewajiban hukum, regulasi dan prinsip-prinsip pelaksanaan K3 dan (2) manajer dan supervisor menerima pelatihan sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka.

3. Pelatihan bagi pekerja, yaitu: (1) semua pekerja baru dan pekerja pindahan, (2) pekerja yang di tempat kerjanya terjadi perubahan sarana atau proses produksi, dan (3) apabila diperlukan diberikan pelatihan penyegaran.

4. Pengenalan bagi semua pekerja, pengunjung, dan kontraktor: (1) program pengenalan

pendidikan pelatihan K3 (SKK-K3) dengan konsep andragogi, melalui lima tahap, yaitu: (1) insight, (2) pembiasaan, (3) latihan terus-menerus (drill), (4)uji coba, dan (5) penilaian diri. Dikembangkan berdasarkan konsep didaktik-metodik mencakup komponen: tujuan, materi, strategi, alat, lokasi, mutu produk, safe industri, kondisi, dan evaluasi.

karena komponen “Alternatif” diklat K3 dirumuskan berdasarkan penafsiran fakta di perusahaan dan penafsiran kapasitas kerja kelompok usia.

Page 11: tgsQ

untuk semua pekerja dengan memasukkan materi kebijakan dan prosedur K3 dan (2) penetapan prosedur persyaratan taklimat kepada pengunjung dan mitra kerja guna menjamin K3.

5. Pelatihan keahlian khusus untuk menjamin kepatuhan terhadap persyaratan lisensi atau kualifikasi sesuai peraturan perundangan untuk pelaksanaan tugas khusus dan melaksanakan pekerjaan atau mengoperasikan peralatan.

Tujuan:1. Untuk mengetahui

apakah Model SKK-K3 sektor UKM baik dengan sistem klasikal maupun secara magang

Page 12: tgsQ

perorangan memiliki kontribusi terhadap perubahan kinerja K3 sektor UKM.

2. Untuk mengetahui apakah model SKK-K3 memberikan kontribusi terhadap kinerja K3 sektor UKM.

3. Untuk mengetahui apakah model SKK-K3 memberikan kontribusi terhadap kinerja K3 sektor UKM antar kelompok umur.

4. Untuk mengetahui interaksi yang signifikan antara sistem andragogik dengan model SKKK3 di dalam menafsirkan fakta di perusahaan memberi kontribusi kepada perubahan kinerja K3 oleh komponen model SKK-K3.

5. Untuk mengetahui interaksi antara

Page 13: tgsQ

model SKK-K3 dengan perubahan perilaku pelaksanaan K3 karena komponen “Alternatif” diklat K3 dirumuskan berdasarkan penafsiran fakta di perusahaan dan penafsiran kapasitas kerja kelompok usia.

Rukhviyanti, 2009.Pengaruh Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan melalui Motivasi pada Perusahaan Garmen di Kawasan Industri Rancaekek, STIE STAN Indonesia Mandiri.

Ruang lingkup masalah:Walaupun SMK3 telah diterapkan namun fakta di lapangan rata-rata data kecelakaan kerja pada bagian produksi di perusahaan garmen di kawasan industri Rancaekek masih tinggi. Selain itu, kinerja karyawan pada perusahaan garmen di kawasan industri Rancaekek pada tahun 2006-2007 belum mencapai standar/target produksi yang ditetapkan sebelumnya.

Konsep teori:1. SMK3 akan

meningkatkan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi.

2. SMK3 memiliki pengaruh positif terhadap kinerja.

3. Secara bi-variate, motivasi merupakan faktor yang berpengaruh positif terhadap kinerja dan sekaligus merupakan variabel intervening yang signifikan.

Hipotesis:1. SMK3 (Kepemimpinan

dan Ketelibatan Karyawan, Analisis

Sampel: 99 pekerja yang terbagi dalam 6 perusahaan garmen kawasan industri Rancaekek

Uji statistik:1. Pengujian

instrumen:a. Uji reliabilitas

menggunakan Cronbach Alpha.

b. Uji validitas menggunakan korelasi product-moment Pearson.

SMK3 memiliki pengaruh positif dan signifikan baik terhadap motivasi maupun terhadap kinerja. Selain itu, kinerja juga dapat menjadi jembatan yang positif dan signifikan dalam hubungan antara SMK3 dengan kinerja. Namun demikian, salah satu elemen SMK3 yaitu Analisis Tempat Kerja tidak meiliki penagruh yang signifikan terhadap motivasi.

Page 14: tgsQ

Tujuan:1. Untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh SMK3 terhadap motivasi.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh SMK3 terhadap kinerja karyawan.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan.

Tempat Kerja, Pencegahan dan Kontrol Bahaya, Training K3) berpengaruh positif terhadap motivasi.

2. SMK3 (Kepemimpinan dan Ketelibatan Karyawan, Analisis Tempat Kerja, Pencegahan dan Kontrol Bahaya, Training K3) berpengaruh positif terhadap kinerja.

3. Motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja.

2. Pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur (path analysis).