tgs-tajuk rencana

2
TAJUK RENCANA Sabtu, 7 Maret 2009 | 03:35 WIB Perilaku Narsisistis Kita Tersangkutnya kasus korupsi dan perilaku buruk beberapa anggota DPR merupakan contoh perilaku narsisistis atau cinta diri berlebihan. Perilaku narsisistis dicirikan antara lain dari hilangnya budaya rasa malu dan budaya rasa salah. Perilaku narsisistis hari-hari ini menjadi bagian dari keseharian kita. Kita berdecak kagum atas melekatnya rasa malu dan rasa salah orang Jepang. Kita hanya menjadikan sumber rujukan penegakan tegas hukum koruptor di China. Sebaliknya kita kembangkan kebiasaan permisif terhadap perilaku tercela, menyebut misalnya apa yang menimpa mereka yang tertangkap tangan korup, yang diadili karena korupsi, sebagai orang sedang ”apes”. Sedemikian besar narsisisme menjadi bagian dari kehidupan kita, sedemikian parah dan sulitnya menegakkan hukum. Padahal, hukum tidak punya arti tanpa moralitas. Pepatah itu menegaskan parahnya perilaku buruk. Kita melupakan kejujuran dan kepantasan diri, dan semakin biasa tidak bertanggung jawab. Terjadi semacam banalisasi, padahal korupsi tidak hanya menyangkut hukum, tetapi juga penghancuran sendi-sendi kehidupan politik. Terbukanya kesempatan menerima suap demi golnya undang- undang atau sebuah proyek, yang berperilaku narsisistis gampang memanipulasi dengan dalih ”semua juga begitu”. Pemberantasan korupsi dan penegakan hukum di negeri ini hanya jadi slogan. Sementara pada saat yang sama, era reformasi berkembang sebagai ”serba boleh”, penegakan hukum pun melawan arus. Koruptor menikmati keadaan kekosongan sanksi hukum. Di Jepang, hukuman datang dari diri sendiri, buah bajik bushido. Sebelum diproses hukum, pejabat yang merasa bersalah dan malu—kasus Menteri Pertanian Thosikatsu Matsuoka tahun 2007 sebagai contoh—memilih bunuh diri ketika ketahuan menerima suap. Di China rasa salah dan rasa malu

Upload: deyona-annisa-putri

Post on 28-Jun-2015

183 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Ini contoh tugas tajuk rencana waktu kelas XI kemarin (sekarang udh kelas XII hehe..)Sekedar info, Tajuk Rencana itu dibuat oleh redaktur, untuk menyikapi fenomena yg terjadi.Tugas ku kemarin itu cari contoh nya tajuk rencana. Nah, karena nyari (bukan bikin sendiri), kita wajib nyantumin sumber nya, klo dari media cetak (judul, tanggal terbit,halaman) klo dari web (ya URL nya+tanggal online).Berhubung aku butuh file esterifikasi yg kebetulan jadi scribd archive, jadi mesti upload doc buat gantinya.Ini upload ku yg pertama. Moga bermanfaat ya. Semangat.[Thursday,27-01-2011_-deyz-]

TRANSCRIPT

Page 1: Tgs-Tajuk Rencana

TAJUK RENCANA Sabtu, 7 Maret 2009 | 03:35 WIB

Perilaku Narsisistis Kita

Tersangkutnya kasus korupsi dan perilaku buruk beberapa anggota DPR merupakan contoh perilaku narsisistis atau cinta diri berlebihan.

Perilaku narsisistis dicirikan antara lain dari hilangnya budaya rasa malu dan budaya rasa salah. Perilaku narsisistis hari-hari ini menjadi bagian dari keseharian kita.

Kita berdecak kagum atas melekatnya rasa malu dan rasa salah orang Jepang. Kita hanya menjadikan sumber rujukan penegakan tegas hukum koruptor di China.

Sebaliknya kita kembangkan kebiasaan permisif terhadap perilaku tercela, menyebut misalnya apa yang menimpa mereka yang tertangkap tangan korup, yang diadili karena korupsi, sebagai orang sedang ”apes”.

Sedemikian besar narsisisme menjadi bagian dari kehidupan kita, sedemikian parah dan sulitnya menegakkan hukum. Padahal, hukum tidak punya arti tanpa moralitas.

Pepatah itu menegaskan parahnya perilaku buruk. Kita melupakan kejujuran dan kepantasan diri, dan semakin biasa tidak bertanggung jawab. Terjadi semacam banalisasi, padahal korupsi tidak hanya menyangkut hukum, tetapi juga penghancuran sendi-sendi kehidupan politik.

Terbukanya kesempatan menerima suap demi golnya undang-undang atau sebuah proyek, yang berperilaku narsisistis gampang memanipulasi dengan dalih ”semua juga begitu”.

Pemberantasan korupsi dan penegakan hukum di negeri ini hanya jadi slogan. Sementara pada saat yang sama, era reformasi berkembang sebagai ”serba boleh”, penegakan hukum pun melawan arus. Koruptor menikmati keadaan kekosongan sanksi hukum.

Di Jepang, hukuman datang dari diri sendiri, buah bajik bushido. Sebelum diproses hukum, pejabat yang merasa bersalah dan malu—kasus Menteri Pertanian Thosikatsu Matsuoka tahun 2007 sebagai contoh—memilih bunuh diri ketika ketahuan menerima suap. Di China rasa salah dan rasa malu harus disentakkan dari luar, lewat proses hukum tanpa kecuali.

Ketika kita memulai era reformasi tahun 1998, Daniel Lev mengingatkan penegakan hukum tanpa kecuali sebagai kata kunci memperbaiki kebobrokan. Yang terjadi kemudian, katup-katup keterbukaan pascapemerintahan yang represif sebelumnya justru membukakan katup munculnya narsisisme. Kita berebut kesempatan. Rasa malu dan rasa bersalah hanya jadi bahan rujukan pustaka.

Kita berikan dukungan penegakan hukum dan gerakan pemberantasan korupsi, juga penegakan hukum atas kejahatan sosial, seperti penyalahgunaan narkoba. Kita kembangkan proses peradilan yang benar. Itulah sumbangan mengurangi laju penyebaran perilaku narsisistis.

Sebaliknya, jika kita biarkan perilaku narsisistis berkembang subur, kita ikut menjadi drakula narsis, yang serakah dan rakus mengisap darah. Bangsa ini menjadi makin terpuruk ketika ikut serta membiarkan berkembang biaknya perilaku narsisistis..

***

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/07/03354780/tajuk.rencana