tetra edit

Upload: ristianti-nilamsari

Post on 15-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tetrasilkin pertama kali ditemukan oleh Llyod Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting.

Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat idperoleh dari spesies Streptomyces lain.

Para tetrasiklin adalah suatu keluarga besar antibiotik yang ditemukan sebagai produk alami oleh Benjamin Minge Duggar dan pertama kali dijelaskan pada 1948.Di bawah Yellapragada Subbarao, Benjamin Duggar membuat penemuan pertama dunia antibiotik tetrasiklin, Aureomycin , pada tahun 1945.

In 1950, Harvard Professor Robert Woodward determined the chemical structure of Terramycin, the brand name for a member of the tetracycline family; the patent [1] protection for its fermentation and production was also first issued in 1950.Pada tahun 1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur kimia Terramycin, nama merek untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga pertama kali diterbitkan pada tahun 1950. A research team of seven scientists at Pfizer [2] , in collaboration with Woodward, participated in the two-year research leading to the discovery [3] . Sebuah tim riset dari tujuh ilmuwan di Pfizer, bekerja sama dengan Woodward, berpartisipasi dalam dua tahun penelitian yang mengarah ke penemuan tersebut.

1.2. Tujuan PenulisanTujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang dosis, preparat, cara penggunaan, indikasi, kontraindikasi, mekanisme kerja, farmakokinetik dan toksisitas dari tetracycline. BAB II

FARMASI FARMAKOLOGI

2.1. Struktur KimiaTetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HCLnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyaan tetrasiklin sangat stabil sehingga sehingga cepat berkurang potensinya.

Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau dengan fermentasi.

Tetrasiklin mempunyai mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 975 g tetrasiklin hidroklorida,(C22H24N2O8.HCl), per mg di hitung terhadap zat anhidrat. Struktur kimia dari tetrasiklin adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Struktur Kimia Golongan Tetrasiklin

Jenis tetrasiklinGugus

R1R2R3

1. Klortetrasiklin-Cl-CH3, -OH-H, -H

2. Oksitetrasiklin-H-CH3, -OH-OH, -H

3. Tetrasiklin-H-CH3, -OH-H, -H

4. Demeklosiklin-Cl-H, -OH-H, -H

5. Doksisiklin-H-CH3, -H-OH, -H

6. Minosiklin-N(CH3)2-H, -H-H, -H

Tetracycline adalah spektrum luas Poliketida antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces genus dari Actinobacteria , diindikasikan untuk digunakan melawan infeksi bakteri banyak. It is a protein synthesis inhibitor. Ini adalah inhibitor sintesis protein. It is commonly used to treat acne today, and, more recently, rosacea , and played a historical role in stamping out cholera in the developed world. Hal ini umumnya digunakan untuk mengobati jerawat hari ini, dan yang lebih baru, rosacea , dan memainkan peran historis dalam memerangi kolera di negara maju. It is sold under the brand names Sumycin , Terramycin , Tetracyn , and Panmycin , among others. Actisite is a thread-like fiber form, used in dental applications. Itu dijual dengan merek Sumycin, Terramycin, Tetracyn, dan Panmycin, antara lain. Actisite adalah seperti bentuk-serat benang, digunakan dalam aplikasi gigi. It is also used to produce several semi-synthetic derivatives, which together are known as the tetracycline antibiotics . Hal ini juga digunakan untuk memproduksi turunan semi-sintetik beberapa yang bersama-sama dikenal sebagai antibiotik tetrasiklin.

Tetrasiklin mempunyai kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam 50 bagian etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter P. Larut dalam asam encer, larut dalam alkali disertai peruraian

Tetrasiklin adalah salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis protein pada perkembangan organisme. Antibiotik ini diketahui dapat menghambat kalsifikasi dalam pembentukan tulang. Tetrasiklin diketahui dapat menghambat sintesis protein pada sel prokariot maupun sel eukariot. Mekanisme kerja penghambatannya, yaitu tetrasiklin menghambat masuknya aminoasil-tRNA ke tempat aseptor A pada kompleks mRNA-ribosom, sehingga menghalangi penggabungan asam amino ke rantai peptide.

2.2. Dosis

Dewasa 4 kali sehari 250 500 mg. Lama pemakaian: kecuali apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, pengobatan dengan Tetracycline kapsul hendaknya paling sedikit berlangsung selama 3 hari, agar kuman-kuman penyebab penyakit dapat terberantas seluruhnya dan untuk mencegah terjadinya resistensi bakteri terhadap tetrasiklin.

Anak-anak diatas 8 tahun: sehari 25 50 mg/kg btidak diinginkan, pengobatan dengan Tetracycline kapsul hendaknya paling sedikit berlangsung selama 3 hari, agar kuman-kuman penyebab penyakit dapat terberantas seluruhnya dan uerat badan

Anak-anak diatas 8 tahun: sehari 25 50 mg/kg berat badan dibagi dalam 4 dosis, maksimum 1 g. Diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan.2.3. Preparat-preparat

Tetrasiklin tersedia dalam beberapa sedian dan golongan. Berikut daftar golongan obat tetrasiklin.Tabel 2 SEDIAAN DAN POSOLOGI GOLONGAN TETRASIKLIN

DerivatSediaanDosis untuk orang dewasa

TetrasiklinKapsul/tablet 250 dan 500mg

Bubuk obat suntik IM 100 dan 200 mg/vial

Bubuk obat suntik IV 250 dan 500 mg/vial

Salep kulit 3%

Salep/obat tetes mata 1%

(tetrasiklin HCl dan tetrasiklin kompleks fosfat untuk oral tersedia dengan ukuran yang sama) Oral, 4 kali 250-500 mg/hari

Parenteral, 300 IM*) mg sehari yang dibagi dalam 2-3 dosis, dosis atau 250-500 mg IV diulang 2-4 kali sehari.

Parenteral, untuk pemberian IM 15-25 mg/ kgBB/hari sebagai dosis tunggal atau dibagi dalam 2-3 dosis dan IV 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis.

KlortetrasiklinKapsul 250 mg

Salep kulit 3%

Salep mata 1%Lihat tetrasiklin

OksitetrasiklinKapsul 250 mg dan 500 mg

Larutan obat suntik IM 250 dan 100 mg/ ampul 2 mL dan 500 mg/vial 10 mL

Bubuk obat suntik IV 250 mg

Salep kulit 3%

Salep mata 1%Oral, 4 kali 250-500 mg/hari

Parenteral, 100 IM, diulangi 2-3 sehari 500-1000 mg/hari IV (250 mg bubuk dilarutkan dalam 100 mL larutan garam faal atau dekstrosa 5%)

Parenteral, 15-25 mg/kgBB/hari IM dibagi dalam 2 dosis dan 10-20 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2 dosis.

DemeklosiklinKapsul atau tablet 150 dan 300 mg

Sirup 75 mg / 5 MlOral, 4 kali 150 mg atau 2 kali 300 mg/hari

DoksisiklinKapsul atau tablet 100 mg, tablet 50 mg

Sirup 10 mg/mLOral, dosis awal 200 mg, selanjutnya 100-200 mg/hari

MinosiklinKapsul 100 mgOral, dosis awal 200 mg, dilanjutkan 2 kali sehari 100 mg/hari

TigesiklinVial 50 mg atau vial 100 mgInfuse 100 mg IV dalam waktu 30-60 menit. Dosis pemeliharaan 50 mg/12 jam selama 5-14 hari

*) Suntikan IM tidak dianjurkan karena absorpsinya buruk dan menimbulkan iritasi lokal.

2.4. Farmakologi Umum

Khasiat: golongan tetrasiklin termasuk antibiotik pertama bersifat bakteriostatik. Hanya mikroba yang cepat membelah dipengaruhi obat ini.Penggunaan klinis obat golongan tetrasiklin adalah:

RiketsiosisPerbaikan yang dramatis tampak setelah pemberian golongan tetrasiklin. Demam mereda dalam 1 3 hari dan ruam kulit menghialm dalam 5 hari. Perbaikan klinsi yang nyata telah tampak 24 jam setelah terapi dimulai. Infeksi KlamidiaGolongan tetrasiklin merupakan pilihan utama. Pada infeksi akut diberikan terapi selama 3 4 minggu dan untuk keadaan kronis diberikan terapi 1 2 bulan. Konjungtivitis inklusiPenyakit ini dapat diobati selama 2-3 minggu dengan memberiakn salep mata obat tetes mata yang mengandung tetrasiklin. TrakomaPemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasikan dengan doksisiklin oral 2 x 100 mg/hari selama 14 hari memberikan hasil pengobatan yang baik. Uretritis Nonspesifik

Infeksi yang disebabkan oleh Ureaplasma Urealytikum atau Chlamydia trachomatis ini terobati baik dengan pemberian tetrasiklin oral 4 x 500 mg sehari salama 7 hari. Infeksi Mycoplasma pneumonia

Pneumonia primer atipik yang disebabkan oleh mikroba ini dapat diatasi dengan pemberian golongan tetrasiklin. Infeksi Basil

1. Bruselosis

Pengobatan dengan tetrasiklin memberikan hasil yang baik untuk penyakit ini, untuk kasus yang berat sering kali diberikan bersama Streptomycin.2. Kolera

Doksisiklin dosis tunggal 300mg merupakan antibiotik yang efektif untuk penyakit ini. Pemberiannya dapat mengurangi diare dalam 48 jam.3. Sampar

Bila Streptomisin tidak dapat diberikan dapat dipakai golongan tetrasiklin. Pemberian IV selama 2 hari dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 1 minggu.

Infeksi Venerik

1. Sifilis

Tetrasiklin merupakan antibiotik pilihan kedua setelah penisilin untuk mengobati sifilis. Dosisnya 4x500mg sehari per oral selama 15 hari.Tetrasiklin juga efektif untuk mengobati chancroid dan granuloma inguinal.2. Acne vulgaris

Tetrasiklin diduga menghambat produksi asam lemak dari sebum. Dosis yang diberikan 2 x 25 mg selama 2 3 minggu.3. Penyakit peru obstruktif menahun

Dapat diatasi dengan Doksisiklin 2x100mg/hari antibiotika lain yang juga bermanfaat cotrimoxazole dan coamoxiclav. Infeksi Lain

1. Infeksi saluran cernaTetrasiklin mungkin merupakan adjuvan yang bermanfaat pada amubiasis intestinal akut, dan infeksi Plasmodium Falciparum. Selain itu mungkin efektif untuk disentri yang disebabkan oleh strian Shigella yang peka.2. Infeksi topikalPemakaian topikal hanya dibatasi untuk infeksi mata saja. Salep mata golongan Tetrasiklin efektif untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada mata oleh kuman Gram positif dan Gram negatif yang sensitif. Selain itu salep mata inin dapat pula digunakan untuk profilaksis oftalmica noenatorum pada neonatus.2.5. INTERAKSI OBAT

Golongan tetrasiklin dengan antasida ( termasuk garan alimunium, kalsium, atau magnsium), garam besi, garan zink. Menyababkan absorpsi dan kadar serum tetrasiklin turun.

Pengatasan : tetrasiklin diberikan 1 jam sebalum atau 2 jam setelah antasida.

Golongan tetrasiklin dengan garam bismuth menyebabkan kadar serum tetrasiklin turun.

Pengatasan : bismuth diberikan 2 jam setelah tetrasiklin

Golongan tetrasiklin dengan cholestyramine atau colestipol menyebabkan absorpsi tetrasiklin turun sehingga kadar serumnya juga turun.

Pengatasan : bila perlu dilakukan penyesuaian dosis tetrasiklin.

Golongan tetrasiklin dengan pengalkali urin (contoh: Na. Laktat, K. Sitrat) menyababkan terjadi peningkatan ekskresi dan penurunan kadar serum tetrasiklin.

Pengatasan : pemisahan waktu pemakaian 3-4 jam atau bila perlu dilakukan peningkatan dosis tetrasiklin ( jika pH urin naik signifikan)

Golongan tetrasiklin dengan anti koagulan oral. Efek antikoagualan meningkat karena berkurangnya vitamin K yang diproduksi bakteri dalam usus akibat pemakaian tetrasiklin.

Pengatasan : monitor parameter anti koagualan dan bila perlu dosis anti koagualan disesuaikan.

Golongan tetrasiklin dengan kontrasepsi oral. Tetrasiklin mempengaruhi resirkulasi enterohepatik kontrasepsi steroid, sehingga menurunkan efeknya.

Golongan tetrasiklin denga digoxin. Dapat terjadi peningkatan kadar serum digoxin pada sejumlah kecil pasien ( sekitar 10%).

Pengatasan : monitor kadar digoxin dan tanda-tanda toksisitasnya.

2.6. KONTRA INDIKASIa) Anak dibawah 12 tahun

b) Ibu hamil

c) Ibu menyusui

d) Pasien dengan penyakit ginjal kecuali doksisiklin dan minosiklin.BAB III

FARMAKODINAMIK

3.1. Mekanisme Kerja Obat

Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri ada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom bakteri gram-negatif; pertama secara difusi pasif melalui kanal hidrolik, kedua melalui system transport aktif. Setelah masuk antibiotic berikatan secara reversible dengan ribosom 30S dan mencegah tRNA-aminoasil pada kompleks mRNA ribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan rantai peptide yang sedang tumbuh dan berakibat terhentinya sintesis protein.

3.2. Efek Antimikroba

Golongan tetrasiklin termasuk antibiotic yang terutama bersifat bakteriostaltik. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini.

3.3.Spectrum Antimikroba

Tetrasiklin memperlihatkan spectrum antibakteri luas yang meliputi kuman Gram-positif dan negatif, aerobic dan anerobik. Selain itu, ia juga aktif terhadap spiroket, mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela, dan protozoa tertentu.

Spectrum golongan tetrasiklin umumnya sama sebab mekanisme kerjanya sama, namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivate terhadap kuman tertentu.

Tetrasiklin dapat digunakan sebagai ganti penisilin dalam pengobatan infeksi batang garam-positif seperti B anthracis, Erysipelothrix rhusiophatiae, Clostridium tetani dan Listeria monocytogenes.

N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (PPNG) biasanya resisten terhadap tetrasiklin.

Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang gram-negatif seperti Brucella, Francisella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseudomonas pseudomalei, vibrio cholerae, campylobacter fetus, haemophilus ducreyo dan calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella multocida, Spirillium minor, Leptotrichia buccalis, bordetella pertusis, acinetobacter dan Fusobacterium, Strain tertentu H. influenza mungkin sensitive, tetapi E, coli Klebsiella, Enterobacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya resisten.

Tetrasiklin juga merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi Mycoplasma penuminiae, ureaplasma urealyticum, Chlamydia trachomatis, chlmydia trachomatis, Chlamydia psittaci, dan berbagai riketsia. Selain itu ibat ini juga aktif terhadap Borrelia recurrentis, trepnema pallidum, trepnome pertenue, actinomyces israelii. Dalam kadar tinggi antibiotic ini menghambat pertumbuhan entamoeba hystolytica.

Tigesiklin berspektrum luas dan efektif untuk menghambat kuman E.coli, E. S. agalactiae, S.anginosus, S.pygenes, B.fragilis, E.cloacae, C freundil, S.aureus (termasuk galur yang resisten terhadao metsilin MRSA).

Obat ini diindikasikan untuk infeksi kuklit dan infeksi indra-abdominal dengan penyulit yang disebabkan oleh kuman-kuman tersebut di atas.

3.3. Resistensi

Beberapa spesies kuman, terutama streptokokus beta hemolitikus E, coli P aeruginosa, S.pneumoniae N. gonorrhoeae, Bacteroides Shigella, dan S. aureus makin meningkat resistennya terhadap tetrasiklin. Mekanisme resistensi yang terpenting adalah diproduksinya pompa protein terpenting adalah diproduksinya pompa protein yang akan mengeluarkan obat dari dalam sel bakteri. Protein ini dikode dalam plasmid dan dipindahlan dari satu bakteri ke bakteri lain melalui proses transduksi atau konjygasi. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya, kecuali minosiklin pada resistensi S. aureus dan doksisiklin pada resistensi B. fragilis

BAB IV

FARMAKOKINETIK TETRASIKLIN

4.1. Pola ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Eksresi)4.1.1. ABSORPSI Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap lewat saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian besar atas. Berbagai factor dapat menghambat penyerapan tetrasiklin seperti adanya makanan dalam lambung (kecuali minosiklin dan doksisiklin), pH tinggi, pembentukan kelat (kompleks tetrasiklin dengan zat lain yang sukar diserap seperti kation Ca2+, Mg2+, FE2+, AI3+, yang terdapat dalam susu dan antacid). Oleh sebab itu sebaiknya tetrasiklin diberikan sebelum atau 2 jam setelah makan.

Tetrasiklin fosfat kompleks tidak terbukti lebih baik absorpsinya dari sediaan tetrasiklin biasa.4.1.2. DISTRIBUSI

Dalam plasma semua semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang bervariasi.

Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksiterasiklin tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar 2.0 2.5 g/mL.

Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada insufisiensi ginjal sehingga obat ini boleh diberikan pada gagal ginjal.

Dalam cairan serebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun dalam system retikuloendotelial di hati, limpa dan sumsum tulang, serta di dentin dan emal gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar uri, dan terdapat dalam air susu ibu dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan dnegan tetrasiklin lainnya, daya penetrasi doksisiklin dan minosiklin ke jaringan lebih baik.4.1.3. MetabolismeObat golongan ini tidak dimetabolisme secara berarti di hati. Doksisiklin dan minosiklin mengalami metabolisme di hati yang cukup berarti sehingga aman diberikan pada pasien gagal ginjal.

4.1.4. Ekskresi Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin berdasarkan filtrasi glomerulus. Pada pemberian per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap dieksresi melalui tinja.

4.2. Waktu Paruh (t )

Antibiotic golongan tetrasiklin yang diberi peroral dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan sifat farmakokinetiknya:

4.2.1. Tetrasiklin, klotetrasiklin dan oksitetrasiklin. Absorpsi kelompok tetrasiklin ini tidak lengkap dengan masa paruh 6-12 jam,

4.2.2. Demetiklotetrasiklin. Absorpsinya lebih baik dan masa paruhnya kira-kira 16 jam sehingga cukup diberikan 150 mg per oral tiap 6 jam,

4.2.3. Doksisiklin dan minosiklin. Absorpsinya baik sekali dan masa paruhnya 17-20 jam. Tetrasiklin golongan ini cukup diberikan 1 atau 2 kali 100 mg sehari.

4.3. Ikatan ProteinIkatan protein tetrasiklin yaitu 65%4.4. Bioavailabilitas 40- 60% masuk ke dalam sirkulasi sistemik dalam pemberian oral.

BAB V

TOKSISITAS TETRASIKLIN

Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi toksik dan iritatif serta reaksi yang timbul akibat perubahan biologik.

5.1. REAKSI KEPEKAANReaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin ialah erupsi mobiliformis, urtikaria dan dermatitis eksfoliatif. Reaksi yang lebih hebat ialah edema angioneurotik dan reaksi anafilaksis. Demam dan eosinofilia dapat pula terjadi pada waktu terapi berlangsung. Sensitisasi silang antara berbagai derivate tetrasiklin sering terjadi.5.2. REAKSI TOKSIK DAN IRITATIFIritasi lambung paling sering terjadi pada pemberian tetrasiklin per oral, terutama dengan oksitetrasiklin dan doksisiklin. Makin besar dosis yang diberikan, makin sering terjadi reaksi ini. Keadaan ini dapat diatasi dengan mengurangi dosis untuk sementara waktu atau memberikan golongan tetrasiklin bersama dengan makanan, tetapi jangan dengan susu atau antacid yang mengandung aluminium, magnesium, atau kalsium. Diare seringkali timbul akibat iritasi dan harus dibedakan dengan diare akibat superinfeksi stafilokokus atau Clostridium difficile yang sangat berbahaya.

Manifestasi reaksi iritatif yang lain ialah terjadinya tromboflebitis pada pemberian IV dan rasa nyeri setempat bila golongan tetrasiklin disuntikkan IM tanpa anestatik lokal.

Terapi dalam waktu lama dapat menimbulkan kelainan darah tepi seperti leukositosis, limfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan trombositopenia.

Reaksi fototoksik paling jarang timbul dengan tetrasiklin, tetapi paling sering timbul ada pemberiand dimetilklortetrasiklin. Manifestasinya berupa fotosensitivitas, kadang-kadang disertai demam dan eosinofilia. Pigmentasi kuku dan onikolisis, yaitu lepasnya kuku dari dasarnya, juga dapat terjadi. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian golongan tetrasiklin dosis tinggi (lebih dari 2 gram sehari) dan paling sering terjadi setelah pemberian parenteral. Sifat hepatotoksik oksitetrasiklin dan tetrasiklin lemah dibandingkan dengan golongan tetrasiklin lain. Wanita hamil atau masa nifas dengan pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cenderung menderita kerusakan hati akibat pemberian golongan tetrasiklin. Karena itu tetrasiklin jangan diberikan pada wanita hamil kecuali bila tidak ada terapi pilihan lain. Kecuali doksisiklin, golongan tetrasiklin bersifat kumulatif dalam tubuh, karena itu dikontraindikasikan pada gagal ginjal. Efek samping yang paling sering timbul biasa berupa azotemia, hiperfosfatemia dan penurunan berat badan.

Golongan tetrasiklin memperlambat koagulasi darah dan memperkuat efek antikoagulan kumarin. Diduga hal ini disebabkan oleh terbentuknya kelat mempentaruhi sifat fisikokimia lipoprotein plasma. Golongan terasiklin memperlambat kogulsi daerah dan memperkuat efek antikoagulan kumarin diduga hal ini disebabkan oleh terbentuknya kelat kalsium, tetai mungkin juga karena obat-obat ini mempengaruhi sifat fisiko kimia lipoprotein plasma.

Tetrasiklin terikat sebagai kompleks pada jaringan tulang yang sedang tumbuh. Pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada fetus dan anak. Bahaya ini terutama terjadi mulai pertengahan masa hamil sampai dan sering berlanjut sampai umur 7 tahun atau lebih. Timbulnya kelainan ini lebih ditentukan oleh jumlah daripada lamanya penggunaan tetrasiklin.

Pada gigi susu maupun gigi tetap, tetrasiklin dapat menimbulkan disgenesis, perubahan warna permanen dan kecenderungan terjadinya krisis. Perubahan warna bervariasi dari kuning coklat sampai kelabut tua. Karena itu tetrasiklin termasuk tigesiklin jangan digunakan mulai pertengahan kedua kehamilan, masa menyusui dan anak sampai berumur 8 tahun. Efek ini lebih sedikit pada oksitetrasiklin dan doksisiklin.

Tetrasiklin yang sudah kadaluwarsa akan mengalami degradasi menjadi bentuk anhidro-4- epitetrasiklin. Pada manusia hal ini mengakibatkan timbulnya sindrom Fanconi dengan gejala poliuria, polidipsia, proteinuria, asidosis, glukosuria, aminoasiduria disertai mual dan muntah. Kelainan ini biasanya bersifat reversibel dan menghilang kira-kira satu bulan setelah pemberian tetrasiklin kadaluwarsa ini dihentikan.

Semua tetrasiklin dapat menimbulkan imbang nitrogen negatif dan meningkatkan kadar ureum darah. Hal ini tidak berarti secara klinis pada pasien pada faal ginjal normal yang mendapat dosis biasa, tetapi pada keadaan gagal ginjal dapat timbul azotemia.

Pemberian golongan tetrasiklin pada neonates dapat mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan mengakibatkan fontanel menonjol, sekalipun obat-obat ini diberikan dalam dosis terapi. Pada keadaan ini tidak ditemukan kelainan CSS dan bila terapi dihentikan maka tekananya akan menurun kembali dengan cepat.

Minosiklin seing bersifat vestibulotoksik dan dapat menimbulkan vertigo, ataksia dan muntah yang bersifat reversibel.

5.3. EFEK SAMPING AKIBAT PERUBAHAN BIOLOGIG

Seperti antibiotik lain yang berspektrum luas, pemberian golongan tetrasiklin kadang-kadang diikuti oleh terjadinya superinfeksi oleh kuman resisten dan jamur. Superinfeksi kandida biasa terjadi dalam rongga mulut, faring, bahkan kadang-kadang menyebabkan infeksi sistemik. Faktor perdisposisi yang menyebabkan terjadinya superinfeksi ini adalah dibatasi melitus, leukemia, lupuseritematosus diseminata, daya tahan tubuh yang lemah dan pasien yang mendapat terapi kortikosteroid dalam waktu lama.

Salah satu manifestasi superinfeksi ialah diare akibat terganggunya keseimbangan flora normal dalam usus. Dikenal 3 jenis diare akibat superinfeksi dalam saluran cerna sehubungan dengan pemberian golongan tetrasiklin.

5.3.1. Enterokolitis stafilokokusDapat timbul setiap saat selama terapi berlangsung. Tinja air sering mengandung darah serta leukosit polimorfonuklear. Pemeriksaan mikroskopik dan kultur sering menunjukkan adanya stafilokokus koagulase positif dalam jumlah besar pada tinja,yang pada keadaan normal hanya sedikit. Diagnosis harus ditegakan dengan cepat karena keadaan ini sering kali mengakibatkan kematian. Bila terjadi septikemia maka harus diberikan antibiotik yang efektif secara parenteral.

5.3.2. Kandidiasis intestinalSekalipun menjadi anggapan umum bahwa diare yang timbul karena pemberian golongan tetrasiklin disebabkan oleh superinfeksi kandida dalam saluran cerna, ternyata hasil kultur tinja dari pasien ini tidak menunjukan adanya kandida dalam jumlah besar. Bila jelas terjadi kandidasi intestinal maka perlu diberikan nistatin atau amfoterisin B per oral.

5.3.3. Kolitis pseudomembranosaEfek samping ini dapat terjadi tetapi tidak sering pada penggunaan linkomisin. Pada keadaan ini terjadi nekrosis pada saluran cerna. Jumlah stafilokokus dalam tinja tidak bertambah. Diare yang terjadi sangat hebat, disertai demam dan terdapat jaringan mukosa yang nekrotik dalam tinja.

5.4. Pencegahan Timbulnya Efek Samping Tetrasiklin

Untuk memperkeil kemungkinan timbulnya efek samping golongan tetrasiklin maka perlu diperhatikan beberapa hal dalam memberikan terapi dengan antibiotik ini yaitu:

a) Hendaknya tidak diberikan pada wanita hamil;

b) Bila tidak ada indikasi yang kuat, jangan diberikan pada anak-anak;

c) Hanya doksisiklin yang boleh diberikan pada pasien gagal ginjal;

d) Hindarkan sedapat mungkin pemakaian untuk tujuan profilaksis;

e) Sisa obat yang tidak terpakai hendaknya segera dibuang;

f) Jangan diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap obat ini.

BAB VI

PENYELIDIKAN/PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN

6.1. Abstrak

Teeth can get discolored due to various factors, both intrinsic and extrinsic. Many chemical substances has the potential to cross placental barrier and affect the mineralization of teeth during their formative stage. Tetracyclines are a group of drugs which can discolor teeth permanently. Due to global awareness among health professionals prescription of tetracyclines and subsequent

discoloration has become rare and one such case of discoloration of teeth due to administration of tetracyclines is reported here and discussed in detail.

Key words: Staining of teeth, Tetracyclines, Intrinsic and extrinsic

staining, Drug induced discoloration 6.2. Hasil dan Pembahasan Penelitian

Penelitan dilakukan pada sejumlah gigi molar dua sulung yang di cabut pada usia 3-5 tahun dan gigi molar permanen yang dicabut pada usia 7 15 tahun, menunjukkan bahwa 72% gigi molar 2 sulung mengalami perubahan warna akibat tetrasiklin, dan 55% menunjukkan adanya sedikit perubahan warna akibat tetrasiklin pada gigi molar pertama permanen. Hal ini membuktikan bahwa masa yang paling beresiko terjadinya perubahan warna gigi adalah masa pembentukan gigi sulung. Namun hasil ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara peluang perubahan warna pada gigi sulung dengan gigi permanen karena seluruh gigi memiliki peluang yang sama tergantung pada seberapa besar pengaruh faktor-faktor pemicu terjadinya perubahan warna. Yang menjadi pertimbangan adalah peluang timbulnya perubahan warna yang lebih besar terjadi apabila tetrasiklin diberikan pada masa pembentukan gigi baik gigi sulung maupun gigi permanen.

Tingkat keparahan perubahan warna pada gigi dapat dinilai melalui kepekatan warna dan kedalaman yang terbentuk. Semakin pekat dan semakin dalam warna yang terbentuk maka semakin parah perubahan warna gigi yang terjadi. Hal ini dipengaruhi oleh jenis tetrasiklin yang digunakan, dosis dan lamanya pemakaian. Jenis oksitetrasiklin menimbulkan perubahan warna yang paling parah dibandingkan dengan yang lain. Jika tetrasiklin diberikan dengan dosis besar, dan dalam jangka waktu yang lama juga akan menimbulkan perubahan warna yang parah.

Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya perubahan warna pada gigi. Faktor-faktor tersebut antara lain; struktur kimia dan tetrasiklin, dosis yang digunakan, lamanya pemakaian dan masa pembentukan gigi.

Faktor utama penyebab dari perubahan warna pada gigi anak akibat tetrasiklin adalah pemberian obat dalam masa pembentukan gigi, baik gigi sulung maupun gigi permanen. Pada masa pembentukan gigi, struktur gigi yang mengalami kalsifikasi seperit kalsium akan di ikat tetrasiklin secara irrevesible. Kemudian ikatan tersebut mengikat hidrosipatik dalam struktur gigi yang sedang erupsi. Ikatan ini nantinya akan menetap pada dentin dan enamel sehingga mengakibatkan perubahan warna gigi.

Dosis minimum tetrasiklin yang dapat menyebabkan perubahan warna tidak diketahui secara pasti, walaupun dosis yang digunakan adalah dosis terapi namun tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan warna gigi.

Jika tetrasiklin diberikan dengan dosis yang lebih besar dari dosis minimal, maka gigi akan berwana kunig ketika erupsi, namun kemudian akan berubah menjadi abu-abu atau coklat. Dosis yang dimaksud adalah berhubungan dengan kadar obat dalam tubuh manusia. Kadar obat yang diberikan dan masih pada dosis normal dalam tubuh adalah sebesar 2-3 ug/ml. Kadar ini bisa dicapai dengan pemakaian tetrasiklin dosis 250 mg. Namun jika dosis ini dinaikkan maka kadar obat dalam tubuh juga meningkat sejalan dengan penambahan dosis tersebut. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dosis juga mampu menyebabkan perubahan warna gigi pada anak, terutama jika diberikan pada masa pembentukan gigi, baik gigi sulung maupun gigi permanen.

Frekuensi pemakaian tetrasiklin juga dapat memicu terjadi perubahan warna gigi pada anak. Lamanya pemakaian tetrasiklin sebagai antibiotik pada kasus infeksi menurut farmasi adalah berkisar 5-7 hari. Jika tetrasiklin diberikan lebih dari 10 hari, tidak alasan yang pasti mendukung pernyataan ini. Namun, diduga dengan pemberian tetrasiklin lebih dari 10 hari akan mengakibatkan terjadi akumulasi pada jaringan obat pada jaringan gigi sehingga gigi berubah warna.

BAB VII

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

7.1. Diskusi

1. Faktor apa saja yang menyebabkan tetrasiklin dapat merubah warna gigi?

2. Berapa tahun usia aman untuk pemberian tetrasiklin pada anak?

3. Berapakah rentan waktu terapi yang aman dalam pemberian tetrasiklin pada anak 8 tahun ke atas?

7.2. Pembahasan

1. Terlalu sering mengkonsumsi obat-obatan, terutama antibiotic. Contohnya tetracyline, juga bisa menyebabkan gigi menjadi kuning. Kandungan tetracycline pada antibiotik adalah faktor penyebab gigi menjadi kuning, terutama pada anak-anak. Konsumsi antibiotik yang mengandung tetracycline selama masa pertumbuhan gigi (mulai dari awal kehamilan sampai anak usia 8 tahun) bisa membuat gigi anak mengalami perubahan warna yang bersifat permanen.dan penyebab lainnya antara lain struktur kimia dari tetrasiklin, dosis, lama pemakaian tetrasiklin.2. Usia yang aman untuk pemberian tetrasiklin pada anak 8 tahun.

3. Kurang dari 10 hari.

BAB VIII

RINGKASAN DAN KESIMPULAN

a. Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.

b. Indikasi pemberian tetrasiklin antara lain untuk Bruselosis, batuk rejan, pneumonia, demam yang disebabkan oleh Rickettsia, infeksi saluran kemih, bronkitis kronik. Psittacosis dan Lymphogranuloma inguinale. Juga untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus pada penderita yang peka terhadap penisilin, disentri amuba, frambosia, gonore dan tahap tertentu pada sifilis.

c. Kontra Indikasi pemberian tertasiklin terutama pada ibu hamil dan menyusui, anak-anak, penderita yang hipersensitif, dan pasien dengan gangguan fungsi ginjal. d. Efek Samping pemberian tetrasiklin antara lain Iritasi lambung pada pemberian oral. Tromboflebitis pada pemberian injeksi (IV). Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedanag tumbuh dan membentuk kompleks. Pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada janin sampai anak tiga tahun. Pada gigi susu atau gigi tetap, Tetrasiklin dapat merubah warna secara permanen dan cenderung mengalami karies. Dapat menimbulkan superinfeksi oleh kuman resisten dan jamur, dengan gejala adalah diare akibat terganggunya keseimbangan flora normal dalam usus. Absorbsi Tetrasiklin dihambat oleh antasida, susu, Koloidal bismuth, Fenobarbital, Fenitoin dan Karbamazepin sehingga mengurangi kadar dalam darah karena metabolismenya dipercepat.

e. Dosis pemberian tetrasiklin pada dewasa 500 mg 1 g/x sedangkan dosis tetrasiklin pada anak 20 40 mg/kg BB/hari.f. Terlalu sering mengkonsumsi obat-obatan, terutama antibiotic. Contohnya tetracyline, juga bisa menyebabkan gigi menjadi kuning. Kandungan tetracycline pada antibiotik adalah faktor penyebab gigi menjadi kuning, terutama pada anak-anak. Konsumsi antibiotik yang mengandung tetracycline selama masa pertumbuhan gigi (mulai dari awal kehamilan sampai anak usia 8 tahun) bisa membuat gigi anak mengalami perubahan warna yang bersifat permanen.dan penyebab lainnya antara lain struktur kimia dari tetrasiklin, dosis, lama pemakaian tetrasiklin.BAB IX

SUMMARY AND CONCLUSION

a. Group of tetracyclines include antibiotics that are bacteriostatic and works by inhibiting bacterial protein synthesis.

b. Indication of tetracycline, among others, to brucellosis, whooping cough, pneumonia, fever caused by Rickettsia, urinary tract infections, chronic bronchitis. Psittacosis and lymphogranuloma inguinal. Also for the treatment of infections caused by Staphylococcus and Streptococcus in patients sensitive to penicillin, amoebic dysentery, frambosia, gonorrhea and certain stages of syphilis.

c. Contra indications of tertasiklin particularly on pregnant and nursing mothers, children, patients who are hypersensitive, and patients with impaired renal function.

d. Side effects of tetracycline include gastric irritation on oral administration. Thrombophlebitis at injection (IV). Tetracycline bound to the bone tissue to grow and form complex sedanag. Bone growth is inhibited while the fetus until the child is three years. In the milk teeth or permanent teeth, tetracyclines can permanently change the color and tend to experience caries. Can lead to superinfection by resistant bacteria and fungi, with symptoms are diarrhea due to disruption of the balance of normal flora in the intestine. Tetracycline absorption is inhibited by antacids, milk, colloidal bismuth, Phenobarbital, Phenytoin and Carbamazepine thereby reducing the levels in the blood because the metabolism is accelerated.

e. Dose of tetracycline in adults 500 mg 1 g/x, tetracycline dose in children 20 40 mg/kg body weight/day.

f. Too often consuming drugs, particularly antibiotics. Tetracycline example, can also cause teeth to yellow. The content of the tetracycline antibiotics are factors that cause yellow teeth, especially in children. Consumption of antibiotics that contain tetracycline during tooth growth (ranging from early pregnancy until the child is 8 years of age) can make the teeth that are discolored permanen.dan other causes include chemical structure of tetracycline, dosage, duration of use tetracycline.DAFTAR KEPUSTAKAANTanu, Ian. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2009.Anonim. Obat-Obat Penting Untuk Pelayanan Kefarmasian. Edisi Revisi. Yogyakarta: Bagian Famasetika Fakultas Farmasi UGM, UGM-Press. 2007.

Anonim. Farmakope Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Depkes RI. 1995.Anonim. Farmakope Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Depkes RI. 1979.

http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=3694 [diunduh pada tanggal 22 Desember 2012]http://medicastore.com/apotik_online/antibiotika/tetrasiklin.htm [diunduh pada tanggal 22 Desember 2012]

http://antibiotics.emedtv.com/tetracycline/tetracycline.html [diunduh pada tanggal 22 Desember 2012]

Gambar 1. Struktrur Tetrasiklin

PAGE 1