tetanus

29
+ INFEKSI TETENUS & PENANGANANNYA Aditya Wicaksono Putra 102011372

Upload: aditya-wicaksono-putra

Post on 03-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tetanus

TRANSCRIPT

Page 1: Tetanus

+

INFEKSI TETENUS & PENANGANANNYAAditya Wicaksono Putra102011372

Page 2: Tetanus

+Skenario

Seorang laki-laki berusia 22 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan demam, mulut terasa kaku, dan nyeri pada tungkai bawah sebelah kanan. Menurut keterangan pasien, 2 minggu lalu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, dan mengalami luka robek pada tungkai bawah kanan dan mendapat 27 jahitan oleh seorang petugas kesehatan di desanya. Saat dilakukan inspeksi, kulit tungkai bawah kanan didaerah luka tampak kemerahan, teraba panas, dan bengkak, dari sela-sela luka yang dijahit keluar nanah. Pasien juga tidak diberikan antibiotik oleh petugas kesehatan setelah menjahit lukanya. Tekanan darah pasien 110/70 mmHg, denyut nadi 82x/menit.

Page 3: Tetanus

+Rumusan Masalah

Seorang laki-laki berusia 25 tahun, demam, mulut terasa kaku, nyeri pada tungkai kanan bawah. 2 minggu lalu mengalami kecelakaan, dijahit 27 jahitan.

Page 4: Tetanus

+Hipotesis

Lelaki tersebut terkena infeksi tetanus

Page 5: Tetanus

+Mind Map

Mulut kaku, demam,

nyeri tungkai

bawah, R. kecelakaan

AnamnesisPemeriksaa

n Fisik

Pemeriksaan Penunjang

DiagnosisWorking

DifferentialEtiologiEpidemiologi

Komplikasi

Patofisiologis

Gejala Klinis

Tata Laksana

Medika Mentosa

Non Medika

Mentosa

Pencegahan

Prognosis

Page 6: Tetanus

+Anamnesis

KU

RPS

RPD

Riwayat Pengobatan

keluhan demam, mulut terasa kaku, dan nyeri pada tungkai bawah sebelah kanan

Page 7: Tetanus

+Pemeriksaan

PF

Inspeksi inspeksi, kulit tungkai bawah

kanan didaerah luka tampak kemerahan, teraba panas, dan bengkak, dari sela-sela luka yang dijahit keluar nanah.

Palpasi

PP

pemeriksaan Laboratorium Bakteriologik

TTV

TD110/70 mmHg,

Denyut nadi 82x/menit

Page 8: Tetanus

+Gejala Klinis

Rasa sakit pada luka

trismus (kaku rahang, sukar membuka mulut lebar – lebar karena meningkatnya tonus otot masetter).

Opistothonus

Kekakuan abdominal

Rhisus sardonicus (wajah setan) / tanda lanjut dari trismus Kejang

Suhu tubuh normal hingga subfebris.

Sekujur tubuh berkeringat.

Page 9: Tetanus

+Gejala Klinis

semakin jauh tempat trauma dari SSP MI >>

MI dan periode of onset << -> keparahan >>

Klasifikasi tipe klinis (4) :

Generalized tetanus (Tetanus umum)

Localized tetanus (Tetanus lokal)

Cephalic tetanus (Tetanus sefalik)

Tetanus neonatorum

Page 10: Tetanus

+Tetanus Umum

Paling umum : 80% dari kasus

Paling karakteristik : Lock jaw/ trismus

Dapat disertai : kaku kuduk, disfagia, rigiditas abdomen, ↑ temperatur (2-4C)

Kasus berat -> risus sardonicus, opisthotonos

Problem spasme obstruksi jalan nafasapneu

Masa inkubasi : 7-21 hari (tergantung jarak luka dengan CNS).

Pemulihan± 4 minggu

Page 11: Tetanus

+Tetanus Lokal

Bentuk paling ringan

manifestasi klinisnya terbatas hanya pada otot-otot disekitar luka.

Kelemahan otot dapat terjadi akibat peran toksin pada tempat hubungan neuromuskuler.

Gejala-gejalanya bersifat ringan dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan. Progresi ke tetanus generalisata dapat terjadi. Prognosa : Baik

Page 12: Tetanus

+Tetanus Sefalik

Berkembang tetanus umum / lokal

Terjadi dgn Otitis media atau trauma kepala

Masa Inkubasi : 1 atau 2 hari

Dijumpai trismus dan disfungsi satu atau lebih saraf kranial, yang tersering adalah saraf ke

Disfagia dan paralisis otot

prognosis buruk

Page 13: Tetanus

+Tetanus Neonatorum

tetanus umum akibat infeksi pada neonatus

Di negara miskin1⁄2 dari seluruh kematian neonatus

MI : 3 – 10 hari sesudah lahir

Terjadi karena imunitas maternal ↓

tehnik aseptik yang kurang

Tanda-tanda : ► lemah ► spasme, rigiditas > opisthotonos

Angka kematian : > 70%

Page 14: Tetanus

+Diagnosis

WD

Tetanus

DD

Meningoensephalitis

Rabies

Keracunan Striklin

Page 15: Tetanus

+Meningoencephalitis

Pada meningoencephalitis dapat ditemukan dysphagia dan kaku pada leher.

Juga ditemukan demam dan cairan cerebrospinal yang tidak normal,

tidak adanya trismus merupakan perbedaannya dengan tetanus.

Page 16: Tetanus

+Rabies

Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat

menginfeksi jaringan saraf yang menyebabkan terjadinya peradangan pada otak atau ensefalitis,

kelemahan umum, kedinginan, demam, dan kelelahan. Terkadang, ditemukan pula gejala nyeri tenggorokan, batuk, dyspnoea; gangguan system pencernaan (anoreksia, disfagia, nausea, muntah, nyeri lambung, diare) atau gangguan system saraf pusat (nyeri kepala, vertigo, kekhawatiran, aprehensif, nervous).

Demam, paraestesia, kekakuan otot, konvulsi yang bersifat local atau umum dan hiperalivasi dapat ditemukan pada kedua bentuk.

periode apneustik ditandai dengan pernafasan cepat, tidak teratur dan gemetaran, diikuti dengan paralisa umum dan koma. Terjadi pernafasan yang tertahan selama beberapa jam atau hari.

Page 17: Tetanus

+Keracunan Striklin

peningkatan eksibilitas neuron akibat gangguan pada inhibisi postsinaps,

Dosis kecil dari striknin dapat menyebabkan kematian.

10 – 20 menit setelah terpapar striknin, korban akan merasakan kegelisahan dan merasakan kekejangan yang keras, atau rasa sakit di otot dan kekakuan.

Spasme otot biasanya dimulai dari kepala dan leher. Keracunan stiknin juga dapat menghasilkan Risus sardonicus seperti pada kasus tetanus.

Keracunan striknin dapat dibedakan dengan tetanus dari lamanya serta permulaan dari simptomnya.

Pada pasien tetanus, gejala akan ada selama beberapa hari, sedangkan pada keracunan striknin, hanya akan ada pada beberapa jam saja

Page 18: Tetanus

+Etiologi

Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif, yaitu Clostridium tetani.

Clostridium tetani merupakan bakteri yang berbentuk batang yang selalu bergerak serta merupakan bakteri anaerob obligat yang menghasilkan spora.

Spora yang dihasilkan Clostridium tetani tidak berwarna, berbentuk oval, menyerupai raket tenes atau paha ayam.

Spora ini dapat bertahan lama pada lingkungan tertentu, mampu bertahan terhadap sinar matahari dan bersifat resisten terhadap berbagai desinfektan dan pendidihan selama 20 menit.2,3

Page 19: Tetanus

+Patofisiologi

Trauma, yang sudah terkontaminasi

Dalam kondisi anaerob spora berkembang

Produksi toksin

Retrograde intraneuronal transport/ axon - terminalMotor neuron perifer/med spinalis/batang otak - memblokade pelepasan inhibitory neurotransmitter glycine and GABA di terminal presinaptik

akibatnya eksitasi firing rate motor neuron meningkat tanpa ada inhibisi sehingga otot lebih meningkat tonus dan spasmenya

blokade di MNJ maka toxin menginhibisi pelepasan Ach presinaptik bisa menjadi PARALISIS

Page 20: Tetanus

+

Page 21: Tetanus

+

Page 22: Tetanus

+Epidemiologi

Tetanus terjadi di seluruh dunia dan endemik pada 90 negara yang sedang berkembang, tetapi insidennya sangat bervariasi.

Bentuk paling sering, tetanus neonatorum (umbilicus), membunuh sekurang-kurangnya 500.000 bayi setiap tahun karena ibu tidak terimunisasi, lebih dari 70% kematian ini terjadi pada sekitar 10 negara asia dan Afrika tropis.

diperkirakan 15.000-30.000 wanita yang tidak terimunisasi di seluruh dunia meninggal setaip tahun karena tetanus ibu yang merupakan akibat dari infeksi dengan C. tetani luka pascapartus.5

Page 23: Tetanus

+AB

Penisilin, - 1,2 juta IU/8 jam IM, selama 5 hari, untuk anak – anak adalah sebesar 50.000 IU/kg BB/hari,

dilanjutkan hingga 3 hari bebas panas.

Tetrasiklin. Dosis pemberian tetrasiklin pada orang dewasa adalah 4 x

500 mg/hari, dibagi dalam 4 dosis.

Page 24: Tetanus

+Pelemas Otot

Fenobarbital.

Dosis dewasa : 1 mg/kg IM tiap 4-6 jam, tidak melebihi 400 mg/hari

Dosis pediatric : 5 mg/kg  IV/IM dosis terbagi 3-4 kali/hari

Diazepam.

Dosis dewasa

Spasme ringan: 5-10 mg oral tiap 4-6 jam bila perlu

Spasme sedang: 5-10 mg IV apabila perlu

Spasme  berat: 50-100 mg dalam 500 ml D5, diinfuskan 40 mg per jam

Dosis pediatrik : spasme ringan 0,1-0,8 mg/kg BB?hari dalam dosis terbagi 3-4 kali sehari. Sedangkan spasme sedang sampai berat 0,1-0,3 mg/kg/hari IV tiap 4-8 jam

Page 25: Tetanus

+ATS

dewasa adalah sebesar 10.000 – 20.000 IU IM dan untuk

anak – anak sebesar 10.000 IU IM, untuk hypertet bagi orang dewasa adalah sebesar 300 IU – 6000 IU IM dan bagi anak – anak sebesar 3000 IU IM. Pemberian antitoksin dosis terapetik selama 2 – 5 hari berturut – turut.3

Page 26: Tetanus

+Komplikasi

Hipoksia yang diebabkan oleh gangguan pernapasan,

pnemonia sebagai akibat atelektasis, aspirasi dan/atau ventilasi mekanik,

trombosis vena dan emboli paru,

aritmia jantung,

hipertensi dan hipotensi yang disebabkan oleh ketidakstabilan autonom,

miokarditis, dan/atau kekurangan volume intravaskular,

fraktur tulang punggung atau tulang panjang,

infeksi yang berkaitan dengan luka awal,

ulkus dekubitalis, dan berbagai kateter yang dipasang menetap yaitu intravaskular dan pada kandung kemih, ulkus peprikum akut

Page 27: Tetanus

+Prognosis

Dubia ad bonam

Page 28: Tetanus

+Pencegahan

Vaksinasi tetanus

Vaksin tetanus diberikan pada (1) bayi dan anak usia kurang dari 10 tahun, (2) ibu hamil, (3) orang dewasa.

Anak-anak - DPT (difteri, pertusis, tetanus). usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15-18 bulan, dan terakhir saat masuk sekolah

(4-6 tahun).

wanita hamil berisiko - 2 kali dosis vaksin TT

Imunisasi aktif - toksoid tetanus dengan tujuan merangsang tubuh membentuk antibodi.

Imunisasi pasif - serum yang sudah mengandung antitoksin heterolog (ATS) atau antitoksin homolog (imunoglobulin antitetanus).

Berdasarkan riwaya imunitas dan jenis luka, baru ditentukan pemberiaan antitetanus serum atau toksoid.

Page 29: Tetanus

+Kesimpulan

Tetanus adalah penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Clostridium tetani. Penyakit ini ditandai oleh spasme otot yang tidak terkendali akibat kerja neurotoksin kuat, yaitu tetanospasmin, yang dihasilkan bakteri ini.. Pencegahan seperti vaksinasi dan imunisasi dapat dilakukan untuk mengatasi tetanus.

Salah satu penyebab terjadinya tetanus adalah adanya luka robek ( Vulnus laceratum ) atau trauma jaringan yang kemudian akan terkontaminasi oleh bakteri Clostridium tetani tersebut. Kerusakan jaringan ini dapat menyediakan lingkungan yang cocok bagi pertumbuhan bakteri ini dan pengeluaran toksinnya