tetanus
DESCRIPTION
kedokteranTRANSCRIPT
TETANUS & TETANUS NEONATORUM
I. DEFINISI
Penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh eksotoksin Clostridium tetani [1].
Tetanus (lockjaw) merupakan manifestasi sistemik tetanus disebabkan oleh
absorpsi eksotoksin yang sangat kuat yang dilepaskan oleh clostridium tetani pada
masa pertumbuhan aktif dalam tubuh manusia [3].
Tetanus neonatorum merupakan penyakit tetanus pada neonatorum disebabkan
oleh spora C.tetani yang masuk melalui luka tali pusat, kerena perawatan atau
tindakan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat
dengan bambu atau gunting yang tidak steril, atau setelah tali pusat dipotong dibubuhi
abu, tanah, minyak, daun-daunan dan sebagainya [4]..
Perjalanan penyakitnya seperti pada tetanus anak,tetapi lebih cepat dan berat.
Anamnesis dangat spesifik yaitu bayi tiba-tiba panas dan tidak mau atau tidak dapat
menetek (trismus), sebelumnya bayi menetek biasa. Gejala yang jelas adalah mulut
mencucu seperti mulut ikan (karpermond), mudah sekali dan sering kejang disertai
sianosis, suhu meninggi, kuduk kaku sampai opistotonus. Perjalanan penyakit
biasanya berat dan tidak dapat dibagi dalam 3 stadium seperti tetanus anak [4].
II. KLASIFIKASI
Berdasarkan manifestasi klinis
1. Tetanus lokal
2. Tetanus sefal
3. Tetanus umum (general)
4. Tetanus neonatorum[1].
Berdasarkan berat-ringannya penyakit
Derajat I : Ringan
II : Sedang
III : Berat
IV : Sangat Berat [1].
Berdasarkan luka/portal of entry,dibagi menjadi:
1. Tetanus neonatorum
1
2. Tetanus anak [2].
III. EPIDEMIOLOGI
Tersebar dan bisa didapatkan dinegara mana saja, biasanya timbul di daerah
yang mudah terkontaminasi dengan tanah dan dengan kebersihan dan perawatan luka
yang buruk. Dapat mengenai semua umur, juga pada neonatus. Kejadian dapat
diminimalisasi dengan tetap menjaga lingkungan agar tetap bersih, perawatan intesif
pada luka, menjalankan vaksinasi/imunisasi [1,3].
IV. ETIOLOGI
Clostridium Tetani (gram-positif)
Anaerob
Spora dan vegetatif
- Spora : bersifat resisten,dapat menetap ditanah, debu rumah, air,
usus, tinja manusia/binatang
- Vegetative : bersifat mudah rusak, dapat tinggal di usus, tinja
manusia
Eksotoksin : tetanospasmin (disaraf) dan tetanolisin (didarah) [1].
V. PATOFISOLOGI
Manifestasi klinis terutama disebabkan oleh pengaruh toksin terhadap SSP,
berupa gangguan terhadap inhibisi presinaps → timbul generator of pathological
enhanced excitation. Tetanospasmin juga berpengaruh terhadap sistem saraf
autonom, pernapasan, metabolisme, hemodinamika,hormonal, saluran cerna, saluran
kemih dan neuromuscular perifer[1].
spora→ jaringan (luka) → vegetative → toksin
Target toksin:
Neuromuscular junction
Medulla spinalis
Otak (cerebrum)
2
Saraf simpatik [2].
Cara kerja toksin:
Diinhibisi sistem motorneuron
Diinhibisi afferent stimuli
Intervensi neuromuscular junction
Disfungsi sistem saraf simpatik [2].
Portal of entry/ porte d’entrée C.tetani
Luka : korpus alineum, nekrosis, luka tusuk yang dalam, kontaminasi
Otogen
Kriptogen : luka yang tidak diketahui penyebabnya, kripte tonsil,
gastrointestinal [2].
Masa tunas : 5-14 hari
Derajat infeksi/ perkembangan mikroba
Status kekebalan [2].
Onset period
Interval keluhan pertama (trismus) → kejang pertama
Makin singkat onset period, prognosis makin jelek [2].
VI. GEJALA KLINIS
Gejala pokok,biasanya didapatkan:
1. Hipertoni
a. Merupakan gejala utama dan selalu ada
b. Dari Proksimal (rahang dan leher) = distal
c. Derajat berbeda
d. Paling lama
2. Trismus
a. Spasme otot rahang/ otot-otot mastikatoris
b. Gangguan seperti menyusu/minum, makan ,bicara
3
3. Kejang
a. Bersifat umum, tonik terutama bila dirangsang karena toksin yang terdapat
di kornu anterior
b. Terjadi secara progresif= status konvulsif
c. Keringat banyak, nyeri dan lemah
4. Spasme
a. Pada leher, kaku kuduk (+) karena ketegangan otot-otot erector trunki,
lofnig sign (+), opistotonus
b. Dapat terjadi juga pada dinding perut dan ektremitas
c. Ektrimitas inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan
mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme mula-mula intermitten diselingi
periode relaksasi. Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai
rasa nyeri. Kadang-kadang disertai perdarahan intramuscular karena
kontraksi yang kuat
5. Risus sardonicus
a. Roman muka khas = patognomonik
b. Alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir
tertekan kuat pada gigi.
c. Biasanya terdapat pada tetanus anak
d. Lama menghilang
6. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring.
Retensi urin dapat terjadi karena spasme otot uretral. Fraktur kolumna
vertebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
7. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan
cairan otak.
Gejala yang lebih jelas adalah kejang
Gejala lain seperti : kesukaran menelan,gelisah,mudah terangsang, nyeri kepala,
nyeri anggota badan merupakan gejala dini
Gejala khas pada tetanus neonatorum yaitu
4
1. 3-10 hari setelah lahir terdapat luka pusat
2. Trismus (+) fish mouth (+) [1,3].
Menurut beratnya gejala dapat dibedakan 3 stadium:
1. Trismus (3 cm) tanpa kejang tonik umum meskipun dirangsang
2. Trismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang tonik umum bila dirangsang
3. Trismus (1 cm) dengan kejang tonik umum spontan [3].
VII. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Riwayat mendapat trauma, pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak
steril
b. Riwayat tidak imunisasi tetanus’
2. Pemeriksaan fisik
a. Derajat I
Trismus ringan - sedang
Kekakuan umum
Spasme (-)
Disfagia (-)/ ringan
Gangguan respirasi (-)
b. Derajat II
Trismus sedang
Kekakuan jelas
Spasme hanya sebentar
Takipnea
Disfagia ringan
c. Derajat III
Trismus berat
Otot spastic
Spasme spontan5
Takipnea
Apneic spell
Disfagia berat
Takikardia
Aktivitas sistem autonom ↑
d. Derajat IV (derajat III ditambah dengan)
Gangguan autonom berat
Hipertensi berat dan takikardia atau
Hipotensi dan bradikardi
Hipertensi berat atau hipotensi berat [1].
Table 1. Sistem skoring tetanus (scoring black)
VIII.
TATALAKSANA
Tetanus anak
6
sistem skoring 1 0
masa inkubasi <7 hari ≥ 7 hari
awitan penyakit < 48 jam ≥ 48 jam
tempat masuk tali pusat selain tempat
fraktur terbuka Tersebut
sesudah operasi
sesudah suntikan
i.m
Spasme (+) (-)
panas badan
Aksilar >38,4⁰C ≤ 38,4⁰C
Rectal >40,0⁰C ≤ 40,0⁰C
Takikardia (+) (-)
1. Pengobatan spesisfik dengan ATS 20.000 U/hari selama 2 hari berturut2
secara intramuscular dengan didahului oleh uji kulit dan mata. Bila hasilnya
positif, maka pemberian ATS harus dilakukan dengan desensitisasi cara
Besredka.
2. Antikonvulsan dan penenang
Bila kejang hebat dapat diberikan fenobarbital dengan dosis awal yaitu untuk
umur kurang 1 tahun 50 mg dan untuk anak umut 1 tahun atu lebih diberikan
75 mg. dilanjutkan dengan dosis 5mg/kgbb/hari, dibagi dalam 6 dosis.
Diazepam dengan dosis 4 mg/kgbb/hari,dibagi dalam 6 dosis. bila perlu dapat
diberikan secara intravena.
Largaktil dengan dosis 4 mg/kgbb/hari,dibagi dalam 6 dosis. Bila kejang
sukar diatasi dapat diberikan kloralhidrat 5% dengan dosis 50 mg/kgbb/hari
dibagi dalam 3-4 dosis, diberikan per rectal.
2. Penisilin prokain 50.000 U/kgbb/hari intramuscular, diberikan sampai 3 hari
panas turun
3. Diet harus cukup kalori dan protein. Konsistensi makanan tergantung kepada
kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila terdapat trismus, diberikan
makanan cair melalui lambung. Bila perlu diberikan pemberian nutrisi secara
parenteral
4. Isolasi untuk menghindari rangsangan (suara, tindakan terhadap penderita)
ruangan perawatan harus tenang
5. Bila perlu diberikan oksigen dan kadang-kadang diperlukan tindakan
trakeostomi untuk menghindari akibat obstruksi jalan napas.
6. Anak dianjurkan untuk dirawat di Unit Perawatan Khusus bila didapatkan
keadaan:
a. Kejang-kejang yang sukar diatasi dengan obat-obatan antikonvulsan yang
biasa
b. Spasme laring
c. Komplikasi yang memerlukan perawatan intensif seperti sumbatan jalan
napas, kegagalan pernapasan, hipertermi dan sebagainya
7
Tetanus neonatorum
1. Diberikan cairan intravena (IVFD) dengan larutan glukosa 5%; NaCl
fisiologis = 4;1 selama 48-72 jam sesuai dengan kebutuhan, sedangkan
selanjutnya IVFD hanya untuk memasukkan obat.
Bila sakit penderita sudah lebih dari 24 jam atau sering kejang atau apnea,
diberikan larutan glukosa 10% ; natrium karbonat 1,5% = 4:1 (sebaiknya jenis
cairan yang dipilih disesuaikan dengan hasil pemeriksaan analisa gas darah)
Bila setelah 72 jam belum mungkin diberikan minum peroral, maka melalui
cairan infuse perlu diberikan tambahan protein dan kalium.
2. Diazepam dosis awal 2,5 mg intravena perlahan-lahan selama 2-3 menit
Dosis rumatan 8-10 mg/kgbb/hari melalui IVFD (diazepam dimasukkan
kedsalam cairan intravena dan diganti tiap 6 jam)
Bila kejang maish sering timbul, boleh diberikan diazepam tambahan 2,5 mg
secara intravena perlahan-lahan dan dalam 24 jam boleh diberikan tambahan
diazepam mg/kgbb/hari sehingga dosis diazepam keseluruhan menjadi 15
mg/kgbb/hari. Setelah keadaan klinisnya membaik, diazepam diberikan
peroral dan diturunkan secara bertahap.
Pada penderita dengan hiperbilirubinemia berat atau makin berat diberikan
diazepam peroral dan setelah bilirubin turun boleh diberikan diazepam
intravena.
a. ATS 10.000 U/hari dan diberikan selama 2 hari berturut-turut
b. Ampisilin 100 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis secara intravena selama 10
hari. Bila terdapat gejala sepsis hendaknya penderita diobati seperti penderita
sepsis pada umumnya dan kalau pungsi lumbal tidak dapat dilakukan, maka
penderita diobati sebagai penderita meningitis bacterial.
c. Tali pusat dibersihkan dengan alcohol 70% atau betadine
d. Perhatikan jalan napas, dieresis dan keadaan vital lainnya. Bila banyak lender
jalan napas harus dibersihkan dan bila perlu diberikan oksigen [3,4].
IX. DIAGNOSIS BANDING
8
1. Abses gigi
2. Abses parafarings/retrofaring/ peritonsiler
3. Poliomyelitis
4. Meningitis bacterial stadium awal
5. Ensefalitis
6. Rabies
7. Keracunan strihnin
8. Efek samping fenotiazin
9. Tetani
10. Epilepsy [1].
Spasme yang disebabkan oleh striknin jarang menyebabkan spasme otot
rahang. Tetani didiagnosis dengan pemeriksaan darah (kalsium dan fosfat). Kejang
pada meningitis dapat dibedakan dengan kelainan cairan serebrospinalis. Pada rabies
terdapat anamnesis gigitan anjing atau kucing disertai gejala spasme laring dan faring
yang terus menerus dengan pleiositosis tetapi tanpa trismus. Trismus dapat pula
terjadi pada angina yang berat, abses retrofaringeal, abses gigi yang hebat,
pembesaran kelenjar getah bening leher. Kaku kuduk juga dapat terjadi pada
meningitis (pada tetanus kesadaran tidak menurun), mastoiditis pneumonia lobaris
atas, miositis leher, spondilitis leher[3].
X. PENYULIT
1. Ganguan ventilasi paru
2. Aspirasi pneumonia
3. Bronkopneumonia
4. Atelektaksis
5. Emfisema mediatinum
6. Pneumothoraks
7. Sepsis
8. Fraktur vertebra
9. Laserasi mukosa lidah/bukal
10. hematoma intramuskularl
9
11. miokarditis,aritmia
12. hipertensi, hipotensi
13. syok
14. malnutrisi/ dehidrasi
15. apnea, anoksia → kerusakan otak
16. cerebral palsy
17. tromboemboli [2].
XI. KOMPLIKASI
1. Bronkopneumoni : aspirasi ; baring
2. Atelektaksis karena obstruksi oleh sekret
3. Infeksi nosokomial
4. Mekanis :
a. Fraktur kompresi
b. spondiolistesis
5. Kematian:
a. Gagal napas: spasme glottis, otot pernapasan
b. Anoksis otak
c. Bronkopneumoni
d. Exhausted [2].
XII. PENCEGAHAN
1. Luka dibersihkan, jaringan nekrotik dan benda asing dibuang
2. Luka sedang/ berat dan kotor
Imunisasi (-)/ tidak jelas : TIG 250-500 U, atau TAT (tetanus anti toksin)
3000 – 5000 U,i.v
Toksin tetanus pada sisi lain
Imunisasi (+) : lamanya sudah >5 tahun : ulangan toksoid
>10 tahun : ulangan toksoid TIG atau TAT
3. Luka ringan dan bersih
Imunisasi (+) : tidak perlu TIG/TAT
Imunisasi (-) : imunisasi
10
4. Pada tetanus neonatorum: toksoid tetanus yang yang diberikan 3 kali berturut-
turut pada trimester ketiga kehamilan dikatakan sangat bermakna mencegah
tetanus neonatorum. Hendaknya sterilisasi harus diperhatikan benar pada waktu
pemotongan tali pusat dan demikian pula perawatan tali pusat selanjutnya [1,4].
XIII. PROGNOSIS
Tergantung scoring black (1991)
Skor 0-1 (ringan) → kematian <10%
2-3 (sedang) 10-20 %
4 (berat) 20-40 %
5-6 (sangat berat) >50% [1].
Faktor – faktor yang berhubungan dengan prognosis yaitu
Umur : makin muda, makin jelek pada anak ; orang tua: makin tua makin jelek
Masa tunas yang panjang lebih baik
Kejang
Hipertermia
Jenis luka
Virulensi
Pengobatan dan perawatan
Komplikasi
Imunitas [2].
Mortalitas di Amerika Serikat dilaporkan 62% (masih tinggi). Di bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta didapatkan angka 80% untuk tetanus
neonatorum dan 30% untuk tetanus anak.
DAFTAR PUSTAKA
11
1. Garna H, Nataprawira HMD. Pedoman diagnostic dan terapi Ilmu Kesehatan Anak ed.3. FK
Unpad,Bandung,2005, hal 209-213
2. Sholeh.Ilmu kesehatan anak, FKUH, Makassar,2005,hal 121-130.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Tetanus (lockjaw) dalam Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak, Jilid 2, Edisi IV, FKUI, Jakarta, 1985, Hal. 568 - 572.
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Tetanus (lockjaw) dalam Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak, Jilid 2, Edisi IV, FKUI, Jakarta, 1985, Hal. 572- 573.
12