tetanus
DESCRIPTION
helloTRANSCRIPT
TETANUS
Tetanus merupakan penyebab penting dari kematian di dunia dan berhubungan dengan
angka kematian yang tinggi terutama di negara berkembang. Dengan manajemen pelayanan
intensif modern, kematian akibat gagal nafas akut dapat dicegah.
WHO memperkirakan 1.000.000 kematian akibat tetanus di dunia pada 1992. Ini
termasuk 580.000 kematian dari tetanus neonatorum yang diantaranya 210.000 di Asia
Tenggaradan 152.000 di Afrika. Penyakit ini jarang ditemukan di Negara maju. Di Afika
Selatan, 300 kasus terjadi setiap tahun (6 per 1 juta kepala dari populasi), 12-15 kasus dilaporkan
setiap tahun di Britain (0,2 per 1 juta) dan antara 50 dan 70 di USA (0,2 per 1 juta).
Tetanus disebabkan oleh basil gram positif, Clostridium tetani. Biasanya dapat ditemukan
di feses hewan dan manusia. Clostridium tetani menyebabkan timbulnya gejala klinis akibat dari
eksotoksin yang dihasilkannya. Kerja toksin sendiri dalam organisme sendiri belum diketahui.
Infeksinya tidak membentuk imunitas, pencegahannya hanya melalui vaksin. Vaksin
tetanus telah ada sejak 1923. Vaksin diberikan sejak usia 2 bulan dengan 3 kali pemberian
dengan interval setiap bulan. Pemberian yang ke dua membentuk imunitas. Booster diberikan
sebelum usia 5 tahun. Imunitas pada neonates diperoleh dari maternal vaksinasi dan transfer
immunoglobulin transplasenta.
PATOFISIOLOGI
Pada kondisi enaerob ditemukan nekrosis dan jaringan yang terinfeksi, basil tetanus
menghasilkan 2 toksin yaitu tetanospasmin dan tetanolysin. Tetanolysin dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang sehat disekitar tempat infeksi dan mendukung multiplikasi bakteri.
Toksin
Tetanospasmin menyebabkan munculnya klinis tetanus. Tetanospasmin mengikat
membran saraf dan amino pada entri sel. Tetanospasmin bertindak sebagai pre sinaps yang
mencegah pelepasan neurotransmitter dari neuron yang terinfeksi. Pelepasan tetanospasmin
menyebar ke jaringan dan mengikat ganglion pada membran saraf tepi. Jika toksin tinggi maka
sebagian dapat masuk ke aliran darah dan berdifusi kemudian mengikat saraf tepi di sepanjang
tubuh. Toksin masuk ke akson dan menuju kembali ke sel tubuh. Transpor pertama adalah saraf
motorik selanjutnya adalah saraf sensorik dan otonom. Toksin dapat keluar dari sel tubuh dan
menginfeksi neuron sekitar. Toksin juga dapat menyebar sampai ke otak.
Toksin dan SSP
Toksin menghalangi pelepasan neurotransmitter yang terdapat di sinaptobrevin yang
merupakan membrane protein penting untuk ekspor vesikel intraseluler yang berisi
neurotransmitter. Efek utama dari toksin adala mencegah pelepasan glycine and gama-
aminobutyric acid (GABA) sehingga menyebabkan kegagalan otot untuk relaksasi akhirnya
tonus otot meningkat dan spasme otot.
Manifestasi Klinis
Tetanus biasanya diikuti oleh luka yang terkontaminasi oleh tanah, pupuk, dan besi
berkarat. Biasanya juga merupakan komplikasi dari luka bakar, ulkus, gangrene, abortus, injeksi
intramuscular dan bedah. Pesentase 50% kasus biasanya disebabkan oleh luka yang dianggap
sepele. Persentase 15-20%, tidak ditemukan luka sebelumnya.
Gejala
Ada trias klinis yaitu kekakuan, spasme otot dan disfungsi otonom. Kekakuan leher, sakit
tenggorokan, dan sulit membuka mulut adalah gejala awal yang sering muncul. Spasme messeter
menyebabkan trismus dan akhirnya menyebar ke seluruh ototl wajah sehingga timbul ekspresi
khas “risus sardonicus”. Selain itu, menyebabkan disfagi. Kekakuan leher menyebabkan
penarikan kepala. Kekakuan badan menyebabkan badan berbentuk busur yang dinamakan
opistotonus akibat spame ekstensor punggung lebih kuat. Kegagalan nafas akibat tidak mampu
memenuhi kebutuhan paru pun dapat terjadi.
Peningkatan tonus otot dapat terjadi spontan atau dengan rangsangan suara, pendengaran,
sentuhan atau emosi. Spasme kemudian menyebabkan kegagalan nafas. Spasme faring diikuti
dengan spasme laring menyebabkan obstruksi jalan nafas.
Efek Otonom
Banyak pasien dengan tetanus meninggal karena gagal nafas akut. Tetanus berhubungan
dengan ketidakstabilan saraf otonom dan saraf simpatis lebih dominan yang ditandai takikardi
dan hipertensi. Dapat terjadi juga ketidakstabilan kardiovaskular sehingga hipertensi dan
takikardi berubah menjadi hipotensi, bradikardi dan henti jantung. Efek otonom lainnya yaitu
hipersalivasi dan bronchial sekresi.
Perjalanan Penyakit
Masa inkubasi (waktu luka sampai gejala pertama) rata-rata 7-10 hari, dengan interval 1-
60 hari. Onset antara 7-10 hari. Minggu pertama penyakit ditandai dengan kekakuan dan spasme
otot yang semakin berat. Gangguan otonom terjadi beberapa hari setelah kekakuan dan spasme
otot terjadi selama 1-2 minggu. Spasme berkurang setelah 2-3 minggu.
TINGKAT KEPARAHAN
Ada beberapa tingkat system tapi system oleh Ablett yang digunakan.
Perubahan Fisiologi Cardiovaskular
Terjadi hiperdinamik sirkulasi akibat peningkatan basal simpatik aktivitas dan
metabolism otot. Aliran darah menjadi meningkat. Pada tetanus berat, terjadi hipotensi dan syok.
Mekanisme nya tidak jelas namun berhubungan dengan berkurangnya sekresi katekolamin atau
efek toksin terhadap miokard.
Klasifikasi Ablett dari Tetanus
Grade Gejala klinis
1 Ringan: trismus ringan, spatik umum, tidak ada kesulitan nafas, tidak ada spasme,
tidak ada disfagia
2 Sedang: trismus sedang kekakuan, spasme sementara, kesulitan sedang nafas, RR >30
disfagia sedang
3 Berat: trismus berat, spastic umum, spasme lama, rr >40, disfagia berat, apnu, nasi
>120
4 Sangat berat; grade 3 dengan gangguan otonom berat melibatkan kardiovaskular
system
Perubahan Fisiologi Pernafasan
Kekakuan otot dan spasme dinding dada, diafragma, and perut menyebabkan defek.
Selain itu terjadi spame faring dan laring yang menyebabkan obstruksi jalan nafas. Hipoksia
sering ditemukan pada tetanus sedang dan berat meskipun radiologi baik. ARDS merupakan
komplikasi teanus.
Pengaruh Fisiologi Ginjal
GFR dan menurun dan gangguan fungsi tubulus ginjal sehingga menyebabkan gagal
ginjal. Dapat ditemukan poliuri atau oligouri.
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan sebagai berikut.
Membunuh organism penyebab untuk mencegah pelepasa toksin yang semakin banyak
Toksin harus dinetralisasi
Efek toksin harus diminimalisir
Protokol penatalaksanaan tetanus pada dewasa.
1. Mulai berikan metronidazole 500mg IV 3x/hari.
2. Berikan tetanus human immunoglobulin IM 3.000-6.000 IU. Atau ATS 10.000 IU.
3. Bawa ke ICU, berikan O2, IV akses, dan monitor.
4. Jika dilakukan pembedahan pasang NGT.
5. Beri diazepam IV untuk spasme. Berikan sampai 40 mg. Magnesium sulfat 5 mg IV
perlahan.
6. Beri diazepam 10 mg per 6 jam.
7. Beri magnesium 2,5 g IV per 2 jam. Stop diazepam jika gejala bisa ditanggulangi dengan
magnesium.
8. Fenobarbital 20mg Iv 2x/hari.
9. Trakeostomi jika gangguan jalan nafas
10. VTP dengan relaksan otot jika gangguan pernafasan dan spasme otot tidak
tertanggulangi.
Menghilangkan Sumber Infeksi
Dilakukan pada luka dengan pembedahan untuk membuang sumber infeksi. Pilihan
utama yaitu metronidazole. Pilihan Alternatif eritromicin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan
klindamisin.
Netralisasi toksin yang tidak terikat
Berikan human tetanus immunoglobulin 3.000-6.000 IU IM atau Anti Tetanus-horse
Serum (ATS) 10.000 IU IM.
Tanggulangi Kekakuan dan Spasme
Pengobatan yang utama yaitu sedasi dengan benzodiazepine. Benzodiasepin
meningkatkan aktivitas Gaba dengan memblok inhibitor GABA. Sedasi lain yang dapat
digunakan yaitu fenobarbital yang merupaka agonis GABA. Trakeostomi dapat dicegah dengna
pemberian magnesium sulfat. Magnesiu sulfat merupakan antikonvulsan dan vasodilator. Jika
sedasi tidak adekuat diberikan agen pemblok neurouskular yaitu pancuronium, rocuronium atau
atracurium. Propofol juga dapat diberikan namun jika efek anestesi lebih dari sedasi maka perlu
ventilasi mekanik.
Tanggulangi Disfungsi Otonom
Sedasi merupakan pilihan utama. Benzodiazepin dan morfin sering digunakan. Morfin
lebi menguntungkan sebagai stabilisator kardivaskular dengan dosis 20-180mg/hari. Propanolol
digunakan untuk takikardi dan hipertensi.Magnesium sulfat juga digunakan untu mengurangi
gangguan otonom.
Pengobatan Intensif Penunjang
Pemasangan NGT sesegera mungkin pada pasien tetanus. Selain itu, mencegah
komplikasi dengan perawatan mulut, dan suction berkala karena salvias dan sekresi bronkial.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibta penyakit misalnya laringospasme dan hipoksia.
Sedangkan komplikasi dari pengobatan yaitu sedasi yang mengarah ke koma, aspirasi atau apnu,
ventilator yang berhubungan dengan pneumoni.
ANGKA KEMATIAN
Kematian tergantung dari fasilitas pengobatan yang diberikan.Di Negara berkembang
tanpa fasilitas selama perawatanintensif dan ventilator kematianakibat tetanusberat mencapai
50%denga obstruksi jalan nafas, gagal nafas, dan gagal ginjal.
KESIMPULAN
Tetanus dapat dicegah dengan vaksinasi.