tesis penerapan pendekatan pembelajaran …/penerapan... · waktu, panjang, dan berat dalam...

157
1 TESIS PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II SDIT NURUL ISLAM TENGARAN (Penelitian Tindakan Kelas di SDIT Nurul Islam Tengaran) Disusun Sebagai Tesis Guna Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan Oleh : Indrawati NIM S 810908407 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: hamien

Post on 03-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

TESIS

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

TEMATIK DALAM RANGKA PENINGKATAN

KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PRESTASI

BELAJAR SISWA KELAS II SDIT NURUL ISLAM

TENGARAN

(Penelitian Tindakan Kelas di SDIT Nurul Islam Tengaran)

Disusun Sebagai Tesis Guna Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

Indrawati

NIM S 810908407

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

2

LEMBAR PERSETUJUAN

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS

PEMBELAJARAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 2 SDIT NURUL ISLAM TENGARAN

(Penelitian Tindakan Kelas di SDIT Nurul Islam Tengaran)

Disusun oleh:

Indrawati

NIM S 810908407

Tesis ini telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan

Pembimbing 1 Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd .............................

Pembimbing 2 Prof. Dr. H. Soetarno J, M.Pd .............................

Mengetahui,

Ketua Program Teknologi Pendidikan

Prof. Dr. Mulyoto, M.P

3

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tesis Program Pasca

Sarjana Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi persyaratan

mendapatkan gelar Magister Pendidikan.

Pada hari : ………………………………

Tanggal : ………………………………

Tim Penguji Tesis:

Ketua : Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd ………………

Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M. Pd ………………

Anggota 1 : Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd ………………

Anggota 2 : Prof. Dr. Soetarno J, M.Pd ………………

Mengetahui,

Ketua Program Teknologi Pendidikan

Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd

4

ABSTRAK

Indrawati, 2009. Nim: S.810908407. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tematik Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku di SDIT Nurul Islam Tengaran tahun pelajaran 2009/2010 bahwa siswa dinyatakan kompeten dalam Standar Kompetensi menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika, apabila hasil tes belajar siswa memperoleh nilai sekurang-kurangnya mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 (tuju puluh). Tetapi dalam kenyataan dari hasil tes kemampuan awal menunjukkan nilai hasil tes belajar siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran hanya 15 siswa dari jumlah siswa keseluruhan 24 siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sebesar 70 (tujuh puluh). Sedangkan sisanya sebanyak 9 siswa masih memperoleh hasil kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 (tujuh puluh).

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SDIT Nurul Islam; 2) untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SDIT Nurul Islam.

Lokasi penelitian adalah SDIT Nurul Islam Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan subyek penelitian yaitu siswa kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran. Sebagai kolaborator adalah teman sejawat yang bernama Siri Rofi’ah, S.Pd. Siklus aktivitas penelitian meliputi penetapan fokus masalah penelitian, perencanaan tindakan perbaikan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interprestasi, analisis dan refleksi, dan perencanaan tindak lanjut. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan tes, sedangkan analisis data menggunakan analisis kritis dan analisis komparatif.

Kesimpulannya: 1) penerapan pendekatan pembelajaran tematik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran; 2) ada peningkatan pencapaian standar kompetensi menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah, sekurang-kurangnya mencapai nilai KKM sebesar 70 melalui penerapan pembelajaran tematik.

Kata kunci: tematik, peningkatan kualitas belajar dan pestasi belajar

5

ABSTRACT

Indrawati, Nim: S.810908407. The Implementation of the Thematic Learning Approach in Improving Learning Quality and Learning Achievement of the Students in Grade II of Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam, Tengaran. Thesis: The Graduate Program in Educational Technology, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2010

According to the Educational Unit Level Curriculum (KTSP) occur in Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam Tengaran Semarang Regency in the school year of 2009/2010 that the student is considered as competent in the Competence Standard of using the measurement of time, long, and weight in mathematic lesson, when the result of students learning test reaches at least the Minimum Passing Criteria (KKM) of 70 (seventy). But in fact, the result, the result of precede competence test shows that the result value of student learning test of Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam Tengaran in the even semester school f 2009/2010 year, it is only 15 students of 24 student who reach the predefined Minimum Passing Criteria 70 (seventy), while the rest 0f 9 students still reach the value below the predefined Minimum Passing Criteria (KKM) of 70 (seventy).

This research aims at find out: 1) the implementation of the thematic learning approach in improving the learning quality at Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam Tengaran; 2) the implementation of the thematic learning approach in improving the learning achievement of the students in Grade II of Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam Tengaran.

This Research was conducted at Integrated Islamic Primary School of

Nurul Islam, Tengaran, Semarang regency. The moderator was peer teacher named Siti Rofi’ah, S.Pd. The research activitiy cycle included: determining the research focus, planning the improvement action, implementing the action, observing and interpreting, analyzing ang reflecting, and planning the follow up action. Technique of collecting data employed was observation, interview and test, while the data analysis was done using critical and comparative analyses.

The results of the research are as follows: 1) the implementation of the

thematic learning approach is able to improve the learning quality of the students in Grade II of Integrated Islamic Primary of Nurul Islam, Tengaran, 2) there is an improvement of Basic Competence Achievement in using measurement of time, long, and weight in problem solving, reaching at least the Minimum Passing Criteria (KKM) of 70 (seventy) using a themetic learning approach.

Keywords: thematic, to improve the learning quality and learning achievement.

6

MOTTO

Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan.

( QS. 53 Surat An Najm: 39)

Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh Allah

beserta orang-orang yang sabar.

(QS. Al Baqarah: 153)

Bekerjalah untuk duniamu seakan akan kamu akan hidup selamanya, dan

beribadahlah untuk akhiratmu seakan akan kamu akan mati besok.

(Al Hadis)

Silahkan kamu hidup dengan polah tingkah sesukamu, tetapi ketahuilah bahwa

sesungguhnya kamu akan mati.

(H.R Bukhori)

Orang yang sukses akan memetik manfaat dari kesalahannya, dan mencoba lagi

dengan cara yang lain.

(Dale Carnege)

Semua impian bisa menjadi kenyataan apabila kita berani mengejarnya.

( Walt Disney)

7

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT tesis ini ku

persembahkan untuk:

ü Suamiku tersayang yang selalu mendoakan dan setia

menemani perjalanan hidupku

ü Ayah dan ibu tercinta yang selalu menghiasi

hidupku dengan doa-doanya

ü Sahabatku Ita, Mia, Baroroh, dan Mei yang selalu

memberi ku semangat untuk selalu belajar

ü Semua temanku di SDIT Nurul Islam yang selalu

mendukung dan membantu ku.

8

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Indrawati

NIM : S. 810908407

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul Penerapan

Pendekatan Pembelajaran Tematik dalam rangka Peningkatan Kualitas

Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran) adalah

benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut

diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh

dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2010

Yang membuat pernyataan,

Indrawati

9

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada

junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang senantiasa membantu penulis

dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas ban-

tuan serta dukungannya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Ucapan

terima kasih penulis ucapakan antara lain kepada:

1. Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk belajar di Program Pascasarjana UNS

Surakarta.

2. Direktur Program Pasca Sarjana (PPs) UNS Surakarta beserta staf yang telah

memberikan ijin dan dukungan demi terlaksananya penelitian dalam rangka

penulisan tesis ini.

3. Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, dan semangat untuk menulis tesis sebaik mungkin, sehingga tesis

dapat terselesaikan menjadi lebih sempurna.

4. Prof. Dr. Soetarno, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dengan tekun, sabar dan selalu menyempatkan waktu untuk mem-

bimbing dalam penyelesaian tesis, sehingga tesis ini bisa menjadi lebih baik

dibandingkan sebelumnya.

5. Suamiku Mas Dani yang selalu mendoakan dan memberiku semangat serta

menemani untuk menyelasaikan tesis ini.

6. Orang tuaku tersayang, Bapak Solikin dan Ibu Endang Nuryati, adikku

terhebat Dwi Rusiana dan Alisma yang selalu memberikan do’a restu,

motivasi, dan memberikan pengorbanan yang besar selama pengerjaan tesis

ini. Semoga Allah senantiasa memberikan kasih sayang-Nya. Amin.

10

7. Ustadzah Suminah, S.Ag selaku Kepala Sekolah SDIT Nurul Islam Tengaran,

yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian di SDIT Nurul

Islam Tengaran.

8. Ustadzah Siti Rofi’ah, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

SDIT Nurul Islam Tengaran, yang telah bersedia menjadi observer/pengamat

selama penelitian ini berlangsung.

9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis telah berusaha yang terbaik untuk mengerjakan dan menulis tesis

ini agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada penulis pribadi

dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan

Sekolah Dasar. Namun karena keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis, maka

tesis ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari semua pihak.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini tidak hanya bermanfaat untuk

penulis sendiri, tetapi juga semua pembaca khususnya guru Sekolah Dasar dan

perkembangan ilmu pengetahuan umum, Amien.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

11

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING..................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS ……………………… iii

HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………... iv

HALAMAN ABSTRACT ……………………………………..……... v

HALAMAN MOTTO ………………………………………………… vi

PERSEMBAHAN ……………………………………………………. vii

PERNYATAAN ………………………………………………………. viii

KATA PENGANTAR ………………………………………………… ix

DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ……………………………………………………. xv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………… xvii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………… 7

C. Perumusan Masalah ........................................................... 8

D. Tujuan Penelitian ............................................................... 8

E. Manfaat Penelitian ............................................................ 9

BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………. 10

A. Landasan Teori ................................................................... 10

12

1. Pembelajaran Tematik ……………………………….. 10

2. Kualitas Pembelajaran ………………………………. 27

3. Prestasi Belajar Siswa ……………………………….. 33

4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran ………………… 36

B. Penelitian yang Relevan ..................................................... 42

C. Kerangka Berfikir .............................................................. 44

D. Hipotesis Tindakan ............................................................ 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………….. 48

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………. 48

1. Tempat Penelitian …………………………………… 48

2. Waktu Penelitian …………………………………….. 48

B. Pendekatan Penelitian …………………………………… 48

C. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ................................. 53

D. Subyek Penelitian .............................................................. 57

E. Data dan Sumber Data …………………………………… 58

F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………. 59

G. Validitas Data …… ……………………………………… 61

H. Teknik Analisis Data ......................................................... 62

I. Indikator Kinerja ………………………………………….. 63

BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………. 64

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………… 64

1. Kondisi SDIT Nurul Islam Tengaran ……………….. 64

2. Visi dan Misi SDIT Nurul Islam Tengaran …………. 65

13

3. Sarana Pendukung Program …………………………. 66

4. Kondisi Siswa SDIT Nurul Islam …………………… 67

5. Kurikulum di SDIT Nurul Islam Tengaran………….. 68

B. Refleksi Awal .. ………………………………………….. 74

C. Analisis Pencarian Fakta …………………………………. 77

D. Gambaran Tentang Kondisi Awal Siswa ………………... 78

E. Deskripsi Penelitian Siklus I……………………………… 80

1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Tematik

2. Pelaksanaan Tindakan ………………………………... 83

3. Observasi …………………………………………….. 87

4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus I ……… 93

F. Deskripsi Penelitian Siklus II……………………..……… 97

1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Tematik ……… 97

2. Pelaksanaan Tindakan ………………………………... 101

3. Observasi …………………………………………….. 105

4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus II …… 108

G. Deskripsi Penelitian Siklus III………………………….… 110

1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Tematik ……… 110

2. Pelaksanaan Tindakan ………………………………... 113

3. Observasi …………………………………………….. 117

4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus III .…… 120

H. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………… 120

I. Keterbatasan Penelitian …………………………………… 130

14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………….......................... 132

A. Kesimpulan …………………………………………………. 132

B. Implikasi ……………………………………………………. 132

C. Saran ………………………………………………………… 134

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 136

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………... 139

15

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Dimensi dan Indikator Kualitas Pembelajaran ……………….......... 32

Tabel 2. Jadwal Pelajaran SDIT Nurul Islam Tahun Ajaran 2009/2010 ……. 69

Tabel 3. Penentuan KKM Mata Pelajaran Matematika Semester Ganjil …… 72

Tabel 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Semester Ganjil …….. 74

Tabel 5. Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan... 75

Tabel 6. Indikator Penilaian Kualitas Pembelajaran ………………………… 76

Tabel 7. Asumsi Penyebab Masalah ………………………………………… 78

Tabel 8. Gambaran Kemampuan Awal Siswa Kelas IID SDIT Nurul Islam.... 79

Tabel 9. Proses Pembelajaran Tematik pada Siklus I …………………….… 82

Tabel 10. Hasil Tes Tertulis Pada Siklus I ………………………………….. 91

Tabel 11. Komparasi Kemampuan Awal dan Nilai Siklus I ………………… 92

Tabel 12. Proses Pembelajaran pada Siklus II ……………………………… 99

Tabel 13. Prestasi Belajar pada Siklus II ………………………………….... 106

Tabel 14. Komparasi Nilai pada SiklusI dan Nilai pada Siklus II ………….. 107

Tabel 15. Proses Pembelajaran pada Siklus III …………………………….. 112

Tabel 16. Hasil Tes Tertulis pada Siklus III ……………………………….. 118

Tabel 17. Komparasi Nilai pada Siklus II dan Nilai pada Siklus III ………. 119

Tabel 18. Rangkuman Hasil Tes Kemampuan Awal, Siklus I, Siklus II, dan

Siklus III …………………………………………………………. 128

16

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pendekatan Prosedural ………………………………………… 38

Gambar 2. Pendekatan Hierarkies ………………………………………… 39

Gambar 3. Langkah-langkah Penetapan KKM …………………………… 42

Gambar 4. Kerangka Berfikir …..………………………………………… 46

Gambar 5. Riset Aksi Model John Elliot ………………………………… 51

Gambar 6. Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas ……………..……… 54

Gambar 7. Grafik Jumlah Siswa SDIT Nurul Islam ……………..……… 68

Gambar 8. Jaringan Indikator Siklus I …………………………………… 81

Gambar 9. Jaringan Indikator Siklus II…………………………………… 98

Gambar 10. Jaringan Indikator Siklus III ………………………………… 111

17

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian …………………………………………………. 139

2. Kisi-kisi, butir soal dan kunci jawaban dan pensekoran tes

kemampuan awal ………………………………………………… 140

3. Analisis hasil tes kemamapuan awal ……………………………... 146

4. RRP pada pembelajaran siklus I ………………………………….. 148

5. Soal tes siklus I dan kunci jawaban ………………………………. 154

6. Analisis hasil tes kemampuan siklus I…………………………….. 158

7. RRP pada pembelajaran siklus II ………………………………….. 160

8. Soal tes siklus II dan kunci jawaban ………………………………. 168

9. Analisis hasil tes kemampuan siklus II…………………………….. 171

10. RRP pada pembelajaran siklus III ………………………………….. 173

11. Soal tes siklus III dan kunci jawaban ………………………………. 181

12. Analisis hasil tes kemampuan siklus III…………………………….. 185

13. Lembar Observasi Kualitas Pembelajaran …………………………. 187

14. Kisi-kisi dan pedoman wawancara ………………………………… 195

15. Daftar nama siswa kelas IID SDIT Nurul Islam …………………… 197

16. Surat-surat keterangan dan ijin penelitian dari instansi terkait …… 198

18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini kita akan memasuki milenium ketiga yang sudah di depan pintu.

Era ini ditandai oleh berbagai perubahan yang cepat terjadi dan sering tidak

diantisipasi sebelumnya. Era globalisasi menjadikan kita terekspos oleh berbagai

kejadian dan tuntutan kondisi yang dipersyaratkan di masa yang akan datang.

Secara arif perlu dilakukan refleksi terhadap cara kita melengkapi diri dalam

memenuhi tuntutan tersebut. Berbagai perubahan tersebut dikomunikasikan

melalui informasi dengan berbagai media seperti komputer, data base dan jaringan

informasi canggih yang beraneka ragam. Semakin lama semakin canggih

informasi yang harus disampaikan ke pamakainya. Apabila kita tidak ingin

terpelanting dalam era global tersebut, maka perlengkapan manusia harus disertai

upaya belajar. Sementara itu belajar merupakan kebutuhan hidup yang self

generating yang mengupayakan dirinya sendiri, karena sejak lahir manusia

memiliki dorongan melangsungkan hidup dan menuju tujuan tertentu.

Hal tersebut tentu saja karena ikhtiar untuk melangsungkan hidup

bersumber dari dirinya, selain juga karena sebagai makhluk sosial ia harus

mempertahankan hidup. Demikian juga dorongan esensial dalam diri manusia,

yaitu dorongan untuk tumbuh berkembang dan dorongan untuk mempertahankan

diri menjelaskan alasan manusia itu belajar. Dengan belajar kualitas sumber daya

manusia menjadi meningkat.

19

Dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM) anak merupakan

sasaran prioritas pembangunan. Oleh karena itu anak-anak harus dipersiapkan

dengan baik untuk melanjutkan hidup mereka. Adapun persiapan itu dilakukan

melalui pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan guru agar

siswa dapat mencapai tujuan tertentu.

Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua

pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan

ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling

berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat

bersaing di jaman perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran

selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat

memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya.

Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas

penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru

cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang

dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap

model-model pembelajaran yang ada. Padahal penguasaan terhadap model-model

pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional

guru. Untuk menjadi guru yang profesional menurut Sardiman A.M. (2007: 132)

tidak hanya dengan modal ijazah, tetapi harus ditambah dengan kemampuan-

kemampuan teknis operasional serta persepsi-persepsi filosofis, terutama yang

dapat dimanfaatkan dalam kegiatan berinteraksi dengan pihak yang lain.

20

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diberlakukan di sekolah dasar

bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai

apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh

potensi yang dimiliki siswa. Disamping itu kurikulum tingkat satuan pendidikan

memberi kemudahan kepada guru dalam menyajikan pengalaman belajar, sesuai

dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar

pendidikan universal, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar

dengan melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan

(learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).

Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan

rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik

siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya

masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien

dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga

hasil belajar yang dicapai tidak optimal.

Rendahnya perolehan hasil belajar menunjukkan adanya indikasi terhadap

rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui mengapa prestasi siswa tidak

seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui

faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran. Sebagai guru

yang baik dan profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan

segera. Hal ini sesuai dengan pendapat Soetarno Joyoatmojo (2003: 22) bahwa

21

kemampuan guru dalam memotivasi peserta didik untuk memperoleh sesuatu yang

terbaik dari proses belajar yang dijalaninya merupakan hal yang sangat mendasar.

Penelitian ini merupakan suatu proses belajar yang sistematik, artinya

kegiatan ini memerlukan kemampuan dan ketrampilan. Orientasi penelitian ini

adalah perbaikan pendidikan dengan melakukan perubahan-perubahan dalam

mengajar, karena itu kesiapan guru untuk berubah merupakan syarat penting yang

sedang dihadapi guru sehingga diperlukan sebuah metode pembelajaran yang

efektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maria Montessori (2008: 4) bahwa

pendidikan harus dipahami sebagai upaya pertolongan untuk menyingkap

kekuatan psikis alami siswa. Hal ini berarti bahwa kita tidak dapat menerapkan

metode pembelajaran ortodoks yang bergantung pada ucapan. Oleh karena itu,

metode pembelajaran yang efektif sangat dibutuhkan. Dalam penelitian ini metode

efektif yang dipilih adalah pendekatan pembelajaran tematik. Pendekatan

pembelajaran tematik diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Pembelajaran tematik secara efektif akan membantu menciptakan

kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep

yang saling berkaitan. Dengan demikian pembelajaran tematik memberi

kesempatan pada siswa untuk memahami masalah yang komplek dengan cara

pandang yang utuh. Dengan pembelajaran tematik ini diharapkan siswa memiliki

kemampuan mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai, dan menggunakan

informasi yang ada disekitarnya secara bermakna.

22

Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses

dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam

struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa

mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep,

informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam

struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau

fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep

untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan

dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi

belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali

konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara

harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.

Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa

yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya

mendengarkan orang atau guru menjelaskan.

Siswa yang berada di sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada

rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan

seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya

tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan

(holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana.

Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan

pengalaman yang dialami secara langsung.

23

Pendekatan pembelajaran tematik sudah dilakukan oleh beberapa sekolah,

termasuk di SDIT Nurul Islam tetapi hasil yang dicapai belum optimal terutama

pada mata pelajaran Matemetika. Hal ini yang menarik perhatian peneliti untuk

mengadakan penelitian tindakan kelas tentang pendekatan pembelajaran tematik di

sekolah terutama di SDIT Nurul Islam. Dengan menguasai konsep-konsep

pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, guru kelas bawah (kelas I, II, dan III)

diharapkan akan mempunyai ketrampilan untuk mengelola pembelajaran di kelas

dengan lebih efektif.

Dimulai dari kondisi tersebut diperlukan penelitian mengenai pendekatan

pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi

belajar siswa. Tinggi rendahnya kualitas pembelajaran merupakan hasil dari

sebuah proses yaitu proses kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, kualitas

pembelajaran juga dipengaruhi oleh kondisi orang-orang yang terlibat dalam

proses tersebut serta cara mereka bekerjasama. Kualitas perlu diperlakukan

sebagai dimensi kriteria yang berfungsi sebagai tolak ukur dalam kegiatan

pengembangan profesi baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan

lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini diperlukan

karena suatu bangsa akan mampu bersaing dalam percaturan internasional jika

bangsa tersebut memiliki keunggulan (excellence) yang diakui oleh bangsa lain.

Selanjutnya prestasi belajar merupakan proses perubahan tingkah laku

yang berupa pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh melalui proses

interaktif dalam pembelajaran antara siswa dengan lingkungannya dan dapat

diukur langsung dengan tes dan hasilnya dianalisis secara statistik.

24

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan penelitian ini dengan

judul “Peneranan Pendekatan Pembelajaran Tematik Dalam Rangka Peningkatan

Kualitas Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SDIT Nurul Islam

Tengaran”.

B. Identifikasi Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Meskipun pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah

berlangsung mulai tahun 2006 namun ternyata masih banyak pendidik dan

masyarakat yang kurang memahami tentang KTSP maupun

implementasinya di sekolah, khususnya dalam pengembangan model

pembelajaran yang efektif dalam suatu satuan pendidikan.

2. Penerapan pendekatan tematik tidak hanya menyatukan beberapa indikator

dalam satu tema, tetapi juga merancang semua aspek yang terlibat dalam

proses pembelajaran di kelas.

3. Dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas IID SDIT Nurul Islam

Tengaran dituntut menguasai salah satu standar kompetensi yaitu

menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan

masalah melalui pendekatan pembelajaran tematik yang memperhatikan

semua aspek dari siswa dan dilakukan secara berkesinambungan dan

berkala.

25

4. Hasil tes kemampuan awal diperoleh data 8 siswa dari 24 siswa kelas IID

SDIT Nurul Islam belum mencapai KKM.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah yang dikaji dalam penelitian ini difokuskan dalam pelaksanaan

pembelajaran tematik sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan pendekatan pembelajaran tematik dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar?

2. Bagaimanakah penerapan pendekatan pembelajaran tematik dapat

meningkatkan prestasi belajar di Sekolah Dasar?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik di Kelas II SDIT

Nurul Islam. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam

meningkatkan prestasi belajar di Sekolah Dasar.

26

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari segi teoritis

maupun segi praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Toeritis

a. Membantu guru menghasilkan pengetahuan yang baru dan sahih serta

relevan sebagai upaya untuk memperbaiki cara mengajar di Sekolah

Dasar.

b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai acuan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di Sekolah

Dasar.

b. Sebagai masukan guna memperbaiki proses pembelajaran yang pada

gilirannya akan dapat meningkatkan daya serap akhir pembelajaran.

c. Mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses belajar

mengajar di Sekolah Dasar.

d. Mengetahui kekurangan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar sehingga

dapat memperbaiki kekurangan tersebut dan pada akhirnya akan

meningkatkan kualitas pembelajarannya.

27

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Dalam penelitian ini peneliti menerapkan pendekatan pembelajaran

tematik. Pendekatan tematik merupakan pendekatan yang digunakan dalam salah

satu model pembelajaran terpadu. Gillian Collins dan Hazel Dixon (1991: 6)

mengemukakan bahwa “integrated learning occurs when an authentic event or

exploration of a topic is the driving force in the curriculum” (pembelajaran

terpadu terjadi ketika ada peristiwa atau eksplorasi sebuah topik yang bergerak di

dalam kurikulum).

Pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di

sekeliling serta dalam rentang kemampuan dan perkembangan siswa.

Pembelajaran terpadu merupakan cara yang dapat digunakan guru untuk

mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara secara serempak.

Dalam pembelajaran terpadu dilakukan penggabungan sejumlah konsep dalam

beberapa mata pelajaran yang berbeda dengan harapan siswa akan belajar dengan

lebih baik dan bermakna (Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani,

2008: 1.5).

28

Menurut Tim Pengembang PGSD sebagaimana yang dikutip oleh Asep

Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani (2008: 1.26) terdapat tiga model

pembelajaran terpadu yang tepat diterapkan di Sekolah Dasar, yaitu model jaring

laba-laba (webbing), model keterhubungan (connected), dan model keterpaduan

(integrated). Berdasarkan ketiga model tersebut model yang sering digunakan di

Sekolah Dasar adalah model jaring laba-laba (webbing). Model jaring laba-laba

bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemandu bahan dan kegiatan

pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Robin Fogarty (1991: 5) yang

mengemukakan “webbed curricula represent the thematic approach to integrating

subject matter” (kurikulum yang berbasis jaringan yang mewakili pendekatan

tematik terhadap satuan mata pelajaran yang terintegrasi).

Model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan

beberapa konsep dari beberapa mata pelajaran tertentu ke dalam suatu tema umum

yang mempunyai cakupan yang luas. Pengembangan model ini dimulai dengan

tema tertentu. Tema bisa ditentukan dan dipilih oleh guru sendiri, atau juga dapat

disepakati antara guru dengan murid, dan dapat merupakan hasil diskusi antara

guru dengan guru lainnya. Setelah tema disepakati kemudian dikembangkan dan

disusun sub-sub tema (topik) dengan memperhatikan keterkaitannya dengan mata

pelajaran yang dipadukan. Dengan adanya tema menurut Diah Harianti (2006: 5)

diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya:

1) Siswa sudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu;

2) Siswa mampu mempelajari tema yang sama;

3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

29

4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan

mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

5) Siswa mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas;

6) Siswa lebih bergairah dalam belajar karena dapat berkomunikasi dalam

situasi nyata;

7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara

tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga

pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk remidi, pematangan,

pemantapan, atau pengayaan.

Berikut ini adalah kelemahan dalam pelaksanaan model jaring laba-laba

menurut Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani (2008: 26) yaitu:

1) Kesulitan dalam pembelajaran tematik adalah dalam menyeleksi tema. Hal

ini sesuai dengan pendapat Robin Fogarty (1991: 56) yang mengemukakan

bahwa “the most serious difficulty with the webbed model lies in the

selection of a theme”. (Kesulitan yang paling serius dalam model jaring

laba-laba adalah dalam menyeleksi tema);

2) Adanya kecenderungan merumuskan tema yang dangkal sehingga tidak

menyentuh konsep dasar yang menjadi tujuan sebenarnya dari kurikulum;

3) Dalam pembelajaran guru lebih fokus pada kegiatan daripada

pengembangan konsep. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Robin Fogarty (1991: 56) bahwa “… teacher can become focused on

30

activities rather than on concept development in this mode”. (Guru

terfokus pada aktivitas daripada pengembangan konsep).

b. Landasan Pembelajaran Tematik

Penerapan pembelajaran tematik merupakan implementasi dari kurikulum

yang berlaku. Pada saat mempertimbangkan pembelajaran ini didasari oleh

landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis. Landasan filosofis

dari implementasi pembelajaran tematik menurut Asep Herry Hernawan, Novi

Resmini, dan Andayani (2008: 10) sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat

yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Berikut ini merupakan

pembahasan singkat tentang ketiga aliran tersebut.

1) Progresivisme

Aliran ini memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada

pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang

alamiah (natural) dan memperhatikan pengalaman siswa. Menurut C. Asri

Budiningsih (2005: 49) aliran ini “mementingkan keterlibatan siswa secara

aktif dalam belajar”. Dalam aliran ini siswa dihadapkan pada persoalan-

persoalan yang harus mendapat pemecahan. Dalam memecahkan masalah

siswa perlu memilih dan menyusun ulang pengetahuan dan pengalaman

belajar yang telah dimilikinya. Terdapatnya kesalahan atau kekeliruan dalam

proses pemecahan masalah atau sesuatu yang dihasilkan adalah sesuatu yang

wajar, karena hal itu merupakan bagian dari proses belajar.

31

2) Konstruktivisme

Aliran ini melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai

kunci dalam pembelajaran. C. Asri Budiningsih (2005: 58) berpendapat

bahwa proses belajar konstruktivistik merupakan pemberian makna oleh

siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang

bermuara pada pembangunan kognitifnya. Kontruktivistik mengarahkan

perhatiannya pada bagaimana seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari

pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk

menginterprestasikan obyek dan peristiwa yang dialami.

3) Humanisme

Menurut C. Asri Budiningsih (2005: 68) “proses belajar harus dimulai dan

ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia”. Aliran ini lebih

mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Materi

yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang

telah dimiliki sebelumnya.

Landasan psikologis terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan

siswa dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam

menentukan isi atau materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa

agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan

siswa. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi atau

materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana

pula siswa harus mempelajarinya. Melalui pembelajaran tematik diharapkan ada

32

perubahan perilaku siswa yang menunjukkan kedewasaan baik fisik, mental,

intelektual, moral maupun sosial.

Landasan yuridis berkaitan dengan berbagai kebijakan yang mendukung

pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Dalam Undang-Undang No.

23 Tahun 2002 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa setiap

siswa pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan

yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya ( Bab V Pasal 1-b).

c. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik

Saat ini siswa dituntut untuk mengubah pola pikirnya dari “siswa tahu

apa” menjadi “siswa mampu apa”. Adapun prinsip dasar Pembelajaran Tematik

yakni sebagai berikut:

1) Terintegrasi dengan lingkungan, maksudnya pembelajaran harus dikemas

dalam sebuah format keterkaitan ketika siswa menemukan masalah dan

memecahkan masalah nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;

2) Bentuk belajar harus didesain agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh

untuk menentukan tema pembelajaran yang nyata sekaligus menerapkannya;

3) Efisiensi, meliputi penggunaan waktu, metode, sumber belajar yang otentik

dalam upaya memberikan pengalaman belajar yang riil kepada siswa dalam

mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.

33

d. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai salah satu model pembelajaran di Sekolah Dasar menurut Diah

Harianti (2006: 7) pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa

Dalam proses belajar mengajar siswa harus ditempatkan sebagai aktivitas.

Siswa tidak hanya mempelajari tentang sesuatu tapi bagaimana proses belajar

tersebut dapat memperkaya khasanah pengalaman belajar dan mempelajari cara

belajar. Proses pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan belajar

yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitarnya. Pembelajaran

Tematik berpusat pada siswa (student centered) hal ini sesuai dengan pendekatan

modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar sedangkan

guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-

kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa

Pembelajaran lebih bermakna jika siswa bekerja secara langsung (doing) dan

mengalami sendiri suatu aktivitas. Guru hanya memberikan ruang yang kondusif

dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang berarti kepada siswa. Harapannya

siswa menjadi “subyek” bukan “obyek” dalam mengemukakan masalah. Artinya

siswa berpeluang dan termotivasi menumbuhkembangkan potensi dirinya secara

maksimal. Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada

siswa (direct experiences). Dengan pengalaman secara langsung ini, siswa

dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-

hal yang lebih abstrak.

34

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak

begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang

paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata

pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu

memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk

membantu siswa dalam memecahkan masalah yang hadapi dalam kehidupan

sehari-hari.

e. Arti Penting Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam

proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat

memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri

berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa

akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya

dengan konsep lain yang telah dipahaminya.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar

sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu

mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi

kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-

unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual

35

antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan

memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan

pembelajaran tematik di Sekolah Dasar akan sangat membantu siswa, karena

sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu

sebagai satu keutuhan (holistik). Berikut ini merupakan beberapa ciri khas dari

pembelajaran tematik menurut Diah Harianti (2006: 6) antara lain sebagai berikut:

1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan anak usia Sekolah Dasar;

2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik

bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;

3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga

hasil belajar dapat bertahan lebih lama;

4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;

5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan

permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya;

6) Mengembangkan ketrampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,

komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dengan pelaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan tema ini, akan

diperoleh beberapa manfaat yaitu:

1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi

mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi

dapat dikurangi bahkan dihilangkan;

36

2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi atau

materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana, bukan tujuan akhir;

3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian

mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah;

4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep

akan semakin baik dan meningkat.

f. Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik

Menurut Diah Harianti (2006: 7) ada beberapa rambu yang harus

diperhatikan dalam pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut:

1) Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan;

2) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester;

3) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan, tetapi

dapat dibelajarkan melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri;

4) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan

berhitung serta penanaman nilai-nilai moral;

5) Setiap kegiatan pembelajaran hendaknya selalu mempergunakan alat peraga

yang sesuai dengan tujuan;

6) Judul maupun jumlah tema yang dipilih atau yang ditentukan oleh masing-

masing sekolah, disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan,

dan daerah setempat;

7) Agar pelaksanaan dapat optimal, jumlah peserta didik disesuaikan dengan

jumlah guru di kelas.

37

g. Langkah-Langkah Dalam Pembelajaran Tematik

Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal

yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi

dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran.

1) Pemetaan Kompetensi Dasar

Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara

menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

dari beberapa mata pelajaran yang dipadukan.

a) Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator

Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar

dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan

indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Indikator

dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik; (2) Indikator

dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran; (3) Dirumuskan

dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati.

b) Menentukan Tema

Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni: (1)

Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam

masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang

sesuai; (2) Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan,

untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan siswa

sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

38

Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu: (1)

Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa; (2) Dari yang

termudah menuju yang sulit; (3) Dari yang sederhana menuju yang

kompleks; (4) Dari yang konkret menuju ke yang abstrak; (5) Tema yang

dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa; (6)

Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa,

termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.

Menurut Endah Sulistyowati (2006: 5) ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu:

(1) Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam

satu maupun beberapa mata pelajaran;

(2) Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan

pengalaman belajar oleh siswa;

(3) Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa Sekolah Dasar

sehingga perkembangan kemampuan berfikir anak dapat dimanfaatkan

secara maksimal;

(4) Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka

kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang

mengandung subtansi yang lebih luas apabila dibandingkan dengan

pembelajaran biasa.

39

2) Menetapkan Jaringan Tema

Jaringan tema adalah hubungan antara kompetensi dasar dan indikator

dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara

tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini

dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.

3) Penyusunan Silabus

Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya

dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat, sumber, dan

penilaian. Adapun tujuan penyusunan silabus tematik adalah sebagai berikut:

a) Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik;

b) Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang

sesuai dengan perkembangan siswa Sekolah Dasar;

c) Memberikan ketrampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, dan

melaksanakan serta melakukan penilaian dalam pembelajaran.

d) Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait

sehingga dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan

pembelajaran tematik.

Silabus dikembangkan berdasarkan pada jaring-jaring tema. Sibalus dapat

dirumuskan untuk keperluan satu minggu atau dua minggu, tergantung keluasan

dan kedalam kompetensi yang diharapkan. Secara umum, silabus ini diartikan

sebagai garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar atau pokok materi yang perlu

dipelajari siswa.

40

4) Penyusunan Rencana Pembelajaran

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari

pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran.

Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:

a) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas,

semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan);

b) Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan;

c) Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka

mencapai kompetensi dasar dan indikator;

d) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkrit yang harus

dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan

sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan

ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup);

e) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian

kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai;

f) Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan

untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil

penilaian).

41

h. Evaluasi Pembelajaran Tematik

1) Pengertian Evaluasi Pembelajaran Tematik

Evaluasi dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk

mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan

menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang

telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.

2) Tujuan Penilaian Pembelajaran Tematik

Menurut Diah Harianti (2006: 14) penilaian yang dilaksanakan dalam

pembelajaran tematik ini bertujuan untuk:

a) Mengetahui percapaian indikator yang telah ditetapkan;

b) Memperoleh umpan balik bagi guru, untuk pengetahui hambatan yang

terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas pembelajaran;

c) Memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan,

ketrampilan dan sikap siswa;

d) Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial,

pengayaan, dan pemantapan);

3) Prinsip Penilaian Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran tematik didasarkan pada beberapa

prinsip yaitu sebagai berikut:

a) Penilaian di kelas I dan II mengikuti aturan penilaian mata-mata pelajaran

lain di sekolah dasar. Mengingat bahwa siswa kelas I SD belum semuanya

lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak

ditekankan pada penilaian secara tertulis;

42

b) Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan

yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I dan II;

c) Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masing-masing

kompetensi dasar dan hasil belajar dari mata-mata pelajaran;

d) Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar

mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada kegiatan

awal, membaca pada kegiatan inti dan menyanyi pada kegiatan akhir;

e) Hasil kerja siswa dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil

keputusan misalnya: penggunaan tanda baca, ejaan kata, dan angka.

4) Alat Penilaian

Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Tes mencakup: tertulis, lisan,

atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan portofolio. Dalam

kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan adalah

melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai anak melalui pengamatan

yang lalu dicatat pada sebuah buku bantu. Guru juga menggunakan tes tertulis

untuk menilai kemampuan siswa.

5) Aspek Penilaian

Berdasarkan segi pentahapan kegiatan penilaian harus dilakukan baik pada

tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan. Berikut ini merupakan aspek

penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan merencanakan pembelajaran

tematik yang dikemukakan oleh Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, &

Andayani (2008: 6.7 - 6.8), yaitu:

a) Menentukan tema, bahan, dan merumuskan tujuan atau indikator;

43

b) Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media pembelajaran dan

sumber belajar.

c) Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran tematik.

d) Merancang pengelolaan kelas

e) Merencanakan prosedur, jenis, dan menyiapkan alat penilaian;

f) Tampilan dokumen rencana pembelajaran tematik

g) Tampilan lembar peta jaring-jaring tematik.

Aspek penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik juga

dikemukakan oleh Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani (2008: 6.24

- 6.27), yaitu sebagai berikut:

a) Melakukan pembelajaran.

b) Mengelola interaksi kelas.

c) Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran tematik

secara bersamaan (isi yang sesuai dengan RPP pembelajaran tematik yang

sedang berlangsung).

d) Melakukan penilaian proses dan penilaian hasil.

e) Kesan umum pelaksanaan pembelajaran.

Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji

ketercapaian kompetensi dasar dan indikator pada tiap-tiap pelajaran yang terdapat

pada tema tersebut. Dengan demikian, penilaian tidak lagi tematik melalui tema,

melainkan terpisah-pisah sesuai dengan kompetensi dasar, hasil belajar dan

indikator mata pelajaran. Diah Harianti (2006: 15) berpendapat bahwa nilai rapot

dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran yang terdapat pada kelas I dan II

44

Sekolah Dasar, yaitu: Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam,

Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan

Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan.

2. Kualitas Pembelajaran

Kemajuan jaman mempengaruhi perkembangan dunia pendidikan terutama

adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang ditandai dengan penggunaan

berbagai hasil teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran. Kualitas

merupakan gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang

menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau

yang tersirat. Menurut Glaser sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah B. Uno

(2007: 153) mengemukakan bahwa “kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang

lebih baik”. Untuk pembelajaran sendiri menurut Knirk dan Gustafson dalam

Barbara B. Seels dan Rita C. Richey (1994: 4) kata pembelajaran berkenaan

dengan permasalahan belajar dan mengajar. Pembelajaran juga merupakan proses

terpenting dalam pendidikan. William Glasser (1993: 19) ketika menjelaskan

tentang kualitas pendidikan memulai dengan menjelaskan lima kebutuhan dasar

manusia : “ love, power, freedom, fun, and survival”. Berangkat dari kebutuhan

dasar tersebut, maka kualitas diartikan sebagai “ anything we experience that is

consistenly to one or more of the basic needs”. Bertolak dari pengertian tersebut,

suatu pendidikan berkualitas apabila mampu memenuhi salah satu atau lebih

kebutuhan orang-orang yang terlibat dalam pendidikan terutama siswa.

45

Hoy Charles, Bayne-Jardine, & Margaret Wood (2000: 10) mengemukakan

bahwa “quality in education is an evaluation of the process of educating which

enhances the need to achieve and develop the talents of the customers to the

process, and at the some meets the accountability standards set by the clients who

pay for the process or the outputs from the process of educating (kualitas

pendidikan adalah suatu evaluasi proses mendidik yang meningkatkan kebutuhan

untuk mencapai dan mengembangkan proses bakat siswa, dan di beberapa waktu

memiliki standar tanggung jawab terhadap proses atau keluaran dari proses

mendidik). Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2007: 153)

bahwa kualitas pembelajaran merupakan persoalan bagaimana pembelajaran yang

dilakukan berjalan dengan baik serta menghasilkan hasil yang baik pula.

Demi terwujudnya pelaksanaan pembelajaran yang baik dan hasilnya dapat

diandalkan, maka perbaikan pembelajaran diarahkan pada pengelolaan proses

pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan di kelas dengan

disertai keinginan yang kuat dalam perbaikan proses pembelajaran melalui

monitoring dan evaluasi.

Menurut Soetarno Joyoatmojo (2003: 17) kualitas pembelajaran adalah

sebuah istilah yang mengandung nilai yang terkait dengan tujuan, proses, dan

standar pendidikan. Pembelajaran yang berkualitas menuntut keefektifan dan

efisiensi dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Keefektifan pembelajaran

biasanya diukur dengan tingkat pencapaian siswa. Selanjutnya menurut Reigeluth

dikutip oleh Hamzah B. Uno (2007: 156) terdapat empat aspek penting yang dapat

dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu “(1) kecermatan

46

penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan tingkat kesalahan,

(2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkah alih belajar, (4) tingkat retensi dari apa yang

dipelajari”. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan ratio antara keefektifan

dan jumlah waktu yang dipakai siswa serta jumlah biaya yang digunakan.

Mulyasa (2004: 131) menjelaskan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari

segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses dapat dikatakan berhasil apabila

seluruhnya atau sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental,

maupun sosial dalam proses pembelajaran, dan juga menunjukkan gairah belajar

yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.

Dilihat dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi

perubahan perilaku yang positif pada diri siswa seluruhnya atau setidak-tidaknya

sebagian besar (75%). Hal ini senada dengan Dede Rusyada (2004: 120)

mengemukakan bahwa “pembelajaran dikatakan efektif jika siswa mengalami

pengalaman baru dan perilakunya berubah menuju kompetensi yang dikehendaki”.

Upaya peningkatan kualitas pembelajaran perlu melibatkan semua pihak

seperti yang ditegaskan oleh Hoy Charles Colin Bayne-Jardine and Margaret

Wood (2000: 50) yang menyatakan bahwa “usaha peningkatan kualitas merupakan

sebuah proses atau strategi untuk mendorong perubahan”. Dalam hal ini guru

memegang peranan yang cukup penting. Untuk itu guru perlu mengembangkan

beberapa hal antara lain: (1) guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang

bersih, tidak stres, dan mendukung untuk proses pembelajaran; (2) guru harus

memberi peluang kepada siswa untuk dapat mengakses seluruh bahan dan

informasi untuk belajar; (3) guru harus mempunyai catatan tentang kemajuan

47

proses pembelajaran dari siswa dalam bentuk portofolio; (4) guru harus

menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang sudah diketahui siswa agar

mudah dipahami.

Dalam peningkatan kualitas pembelajaran, harus memperhatikan beberapa

komponen yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Menurut Martinis Yamin

dan Maisah (2009: 165-166) komponen kualitas pembelajaran terdiri atas:

a. Siswa, meliputi lingkunan sosial ekonomi, budaya, geografis, intelegensi,

kepribadian, bakat, dan minat.

b. Guru meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, beban mengajar,

kondisi ekonomi, motivasi kerja, komitmen terhadap tugas, disiplin dan

kreatif.

c. Kurikulum, tentang ruang lingkup materi, tujuan kompetensi dasar, hasil

belajar, indikator dan materi pokok kelas 2.

d. Sarana dan Prasarana Pendidikan, meliputi alat peraga, laboratorium,

perpustakaan, ruang ketrampilan, ruang bimbingan konseling, ruang UKS,

dan ruang serba guna.

e. Pengelolan Sekolah, meliputi pengelolaam kelas, pengelolaan guru,

pengelolaan siswa, sarana dan prasarana, peningkatan tata tertib dan

kepemimpinan.

f. Pengelolaan Proses Pembelajaran, meliputi penampilan guru, penguasaan

materi, penggunaan strategi mengajar, dan pemanfaatan fasilitas

pembelajaran.

48

g. Pengelolaan Dana, meliputi perencanaan anggaran, sumber dana,

penggunaan dana, laporan dan pengawasan.

h. Monitoring dan Evaluasi, meliputi kepala sekolah sebagai supervisor, komite

sekolah dan pengawas sekolah sebagai supervisor

i. Kemitraan, meliputi hubungan sekolah dengan instansi pemerintah,

hubungan dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat, dan lembaga lainnya.

Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang secara moral,

epitimologi, maupun edukatif memiliki tujuan, proses, dan capaian dengan kreteria

yang telah ditetapkan. Hal ini senada dengan ungkapan Hamzah B. Uno (2007:

157) yang mengemukakan bahwa “kualitas pembelajaran menyangkut tiga dimensi

strategi” yakni sebagai berikut:

a. Strategi penyampaian pembelajaran,

b. Strategi pengorganisasian pembelajaran,

c. Strategi pengelolaan pembelajaran.

Berikut ini merupakan dimensi dan indikator kualitas pembelajaran menurut

Hamzah B. Uno (2007 : 158) yakni :

49

Tabel 1. Dimensi dan Indikator Kualitas Pembelajaran

Dimensi

Perbaikan

Kualitas

Pembelajaran

Indikator Perbaikan Kualitas Pembelajaran

Strategi

Pengorganisasian

Pembelajaran

- Menata bahan ajar yang akan diberikan selama satu caturwulan

atau semester.

- Menata bahan ajar yang akan diberikan atau dipelajari setiap

kali pertemuan.

- Memberikan pokok-pokok materi yang akan diajarkan.

- Membuatkan rangkuman atas materi yang akan diajarkan

setiap kali pertemuan.

- Menetapkan materi-materi yang akan di bahas

- Memberikan tugas kepada siswa terhadap materi tertentu yang

akan dibahas secara kelompok.

- Membuat format penilaian atas penguasaan setiap materi.

Strategi

Penyampaian

Pembelajaran

- Menggunakan berbagai metode dalam penyampaian

pembelajaran.

- Menggunakan berbagai alat peraga dalam pembelajaran.

- Menggunakan berbagai teknik dalam pembelajaran.

Strategi

Pengelolaan

Pembelajaran

- Memberikan motivasi atau menarik perhatian.

- Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.

- Mengingatkan kompetensi prasyarat.

50

- Memberikan stimulus.

- Memberikan petunjuk belajar.

- Memberikan umpan balik.

- Menilai penampilan

- Menyimpulkan materi pelajaran.

3. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni

“prestasi” dan “belajar” yang mempunyai arti berbeda. Untuk mempermudah

pemahaman tentang prestasi belajar, maka kita akan memaknai prestasi dan belajar

sendiri-sendiri. Pengertian kata “prestasi” menurut Saifudin Aswar (2000: 13)

berarti “hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar”. Pengertian belajar menurut

Sardiman A.M. (2007: 2) “belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah

laku karena hasil pengalaman yang diperoleh”.

Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum

mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan

yang itu harus secara relatif bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi

pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku

yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior).

Secara implisit Saifuddin Azward (2000: 92) menyebutkan bahwa prestasi

belajar adalah maksimal dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah

diajarkan. Nana Sudjana (1996: 6) mengemukakan ada dua faktor utama yang

51

mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor dalam diri siswa (internal) dan faktor

dari luar diri siswa (eksternal). Faktor dalam diri siswa terutama kemampuan yang

dimiliki siswa seperti motivasi, minat, kreativitas, perhatian, dan kebebasan

belajar. Selanjutnya faktor yang berasal dari luar diri siswa adalah faktor

lingkungan belajar.

Keberhasilan belajar menurut Conny R. Semiawan (2008: 12) sangat

ditentukan oleh kemampuan kognitif, tetapi ternyata faktor non kognitif tidak

kalah penting, bahkan dapat mempengaruhi tingkat kinerja maupun perkembangan

dirinya sendiri. Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dapat

dilakukan evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi mengukur dan menilai

penilaian dalam pendidikan. Hal senada juga dikemukakan oleh Don R.

Kirkendall, Joseph J. Gruber, & Robert E. Johnson (1987: 4) “Evaluation … it is

necessarily reflects the evaluator’s own philosophies, goals, and objectives. These

in turn determine the tests ang measurement to be used” (Evaluasi

menggambarkan filosofi, tujuan dan sasaran dari penilai, dan semua ini

menentukan tes dan ukuran yang akan digunakan dalam evaluasi).

Menurut Norman E. Gronlund (1981: 6) merumuskan pengertian evaluasi

sebagai berikut: “ Evaluation … a systematic process of determining the extent to

which instructional objectives are achieved by pupils”. (Evaluasi adalah suatu

proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh

mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa). Pengertian yang hampir

sama juga dikutip oleh Ngalim Purwanto (2006: 3) dari Wrightstone, yang

mengemukakan rumusan eveluasi pendidikan sebagai berikut: “Educational

52

evaluation is the estimation of the growth and progress of pupils toward

objectives ar values in the curriculum” (evaluasi pendidikan adalah penafsiran

terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai

yang telah ditetapkan di dalam kurikulum).

Selanjutnya evaluasi pembelajaran adalah penerapan prosedur ilmiah yang

sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas pelaksanaan

suatu proses pembelajaran dengan tujuan untuk membuat sebuah keputusan atau

tindak lanjut. Berikut ini proses evaluasi menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 58 ayat 1 dan 2 adalah

Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara

nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik,

lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk

semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Evaluasi hasil belajar peserta

didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan

perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan

Dalam pembelajaran tematik juga dilakukan pengukuran dan penilaian.

Pengukuran (measurement) adalah suatu upaya pengambilan data untuk

menentukan nilai atau besaran suatu objek yang bersifat nominal. Dalam

pengukuran yang terkait pembelajaran, pengukuran berkait data-data yang bersifat

nominal (angka-angka). Pengukuran hasil belajar dalam pendidikan di sekolah

biasanya dilambangkan dengan lambang angka, angka yang diperoleh dari

kegiatan belajar inilah yang selanjutnya disebut prestasi belajar. Hal ini sesuai

dengan pendapat Stephen N. Elliot (1996: 520) yang menyebutkan bahwa

53

“Measurement is quantifying or placing a number on, a student’s performance”

(pengukuran adalah mengukur suatu nomor, suatu capaian siswa).

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan

beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil

belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta

didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar

seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan

naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).

Proses menilai dalam pembelajaran dapat dilakukan selama proses

pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Stephen N. Elliot, dkk

(1996: 520) “assessment is the process of gathering information about abilities

and using such information to make decisions about the student” (proses

mengumpulkan informasi tentang kemampuan siswa dalam menggunakan

informasi itu untuk mengambil keputusan bagi siswa itu sendiri).

4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran

a. Pengertian Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Untuk memantau perkembangan mutu pendidikan diperlukan standar

kompetensi. Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai pernyataan tentang

pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai siswa serta tingkat

penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran.

(Center for Civics Education, 1997: 2)

54

Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar

pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Standar kompetensi juga

merupakan fokus dari penilaian sehingga pengembangan kurikulum adalah fokus

dari penilaian, meskipun kurikulum lebih banyak berisi tentang dokumen

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dari pada bukti-bukti untuk menunjukkan

bahwa siswa yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan awal.

Dengan demikian standar kompetensi diartikan sebagai kemampuan

seseorang dalam:

1) Melakukan suatu tugas atau pekerjaan;

2) Mengorganisasikan agar pekerjaan dapat dilaksanakan;

3) Melakukan respon dan reaksi yang tepat bila ada penyimpangan dari

rancangan semula;

4) Melaksanakan tugas dan pekerjaan dalam situasi dan kondisi yang berbeda.

Penyusunan standar kompetensi suatu jenjang atau tingkat pendidikan

merupakan usaha untuk membuat suatu sistem sekolah menjadi otonom, mandiri

dan responsif terhadap keputusan kebijakan daerah dan nasional. Standar

kompetensi yang telah ditetapkan berlaku secara nasional namun cara mencapai

standar tersebut diserahkan pada kreasi masing-masing wilayah.

b. Penentuan Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Kompetansi merupakan kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan atau ditampilkan oleh siswa sebagai

hasil belajar (Depdiknas, 2008: 12). Sesuai dengan pengertian tersebut maka

55

standar kompetensi adalah standar kemapuan yang harus dikuasai siswa untuk

menunjukkan bahwa hasil mempelajari mata pelajaran tertentu berupa penguasaan

atas pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu telah dicapai.

Langkah-langkah menganalisis dan mengurutkan standar kompetensi

adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis standar kompetensi menjadi beberapa komponen kompetensi

dasar

2) Mengurutkan kompetensi dasar sesuai dengan keterkaitan baik secara

prosedur maupun hierakis.

Dick & Carey (1978: 25) membedakan dua pendekatan pokok dalam

menganalisis dan urutan standar kompetensi disamping pendekatan ketiga yaitu

gabungan kedua pendekatan pokok tersebut. Kedua pendekatan dimaksud adalah

pendekatan prosedural dan pendekatan hierarkis (berjenjang).

Pendekatan prosedural (Procedural Approach) dipakai bila standar

kompetensi yang harus dikuasai berupa serangkaian langkah-langkah secara urut

dalam mengerjakan tugas pembelajaran seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 1. : Pendekatan Prosedural

Pendekatan hierarkis menunjukkan hubungan yang bersifat antara beberapa

standar kompetensi yang ingin dicapai. Dengan demikian ada yang mendahului

dan ada yang kemudian. Standar kompetensi yang mendahului merupakan

1

2

3

56

prasyarat bagi standar kompetensi berikutnya. Lebih jelasnya seperti terlihat pada

gambar berikut ini:

Gambar 2. Pendekatan Hierarkies

Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang

harus dimiliki lulusan, kemampuan minimum yang harus dilakukan siswa untuk

standar kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran.

Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan

indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk

tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya

berupa tugas, proyek atau produk, penggunaan portofolio dan penilaian diri.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan

menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara

sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna

dalam pengambilan keputusan.

3

2

1

57

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kompetensi dasar adalah sejumlah

kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai

rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran (Depdiknas,

2008: 2). Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan

teknologi diukur melalui ulangan, penugasan dan bentuk lain yang sesuai dengan

karakteristik meteri yang dinilai.

c. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Salah satu prinsip penilaian dalam KTSP adalah menggunakan acuan

kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan siswa. Kriteria paling rendah untuk

menyatakan siswa mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) adalah tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa

per mata pelajaran. Siswa yang belum mencapai nilai KKM dikatakan belum

tuntas. Adapun tujuan penetapan KKM adalah:

1) Menentukan target kompetensi yang harus dicapai siswa;

2) Patokan atau acuan atau dasar menentukan kompeten atau tidak

kompetensinya siswa;

Berikut ini merupakan manfaat menetapkan KKM yaitu sebagai berikut:

1) Sekolah, guru, dan siswa memiliki patokan yang jelas dalam menentukan

ketuntasan

2) Adanya keseragaman batas ketuntasan setiap mata pelajaran pada kelas

paralel.

58

Penentuan KKM perlu mempertimbangkan beberapa ketentuan, yaitu

sebagai berikut:

1) Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang

dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan kuantitatif.

2) Penetapan KKM dilakukan melalui ketuntasan minimal pada setiap

indikator dengan mempertimbangkan kompleksitas, daya dukung dan

in take siswa untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar (KD) dan

standar kompetensi (SK).

3) KKM setiap kompetensi dasar merupakan rata-rata dari indikator

terdapat dalam kompetensi dasar tersebut.

4) KKM setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM

setiap kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam standar kompetensi

(SK) tersebut.

5) KKM setiap mata pelajaran merupakan rata-rata KKM standar

kompetensi yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun

pembelajaran, yang dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar siswa

atau rapot siswa.

6) Indikator merupakan acuan bagi guru dalam membuat soal ulangan,

baik ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan akhir

semester.

7) Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya

perbedaan nilai ketuntasan minimal.

59

Adapun langkah-langkah penetapan KKM adalah seperti terlihat pada

gambar berikut ini:

Gambar 3. Langkah-langkah Penetapan KKM

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh Tim KKG Kelas

II SDIT Nurul Islam Tengaran untuk semua mata pelajaran adalah sebesar 70.

Artinya siswa dinyatakan mencapai kompetensi dasar pengukuran waktu, panjang,

dan berat apabila mencapai nilai nominal sama dengan atau lebih besar dari KKM

yang telah ditentukan tersebut.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh J. J. Kembuan (1998) menunjukkan bahwa:

(1) intervensi pendekatan pembelajaran terpadu melalui PTK mampu

meningkatkan pemahaman dan kemampuan merencanakan pembelajaran terpadu

yang memiliki aspek-aspek: penetapan tujuan, pemilihan tema, pengorganisasian

siswa, rancangan kegiatan belajar, ragam sumber belajar, penilaian dan

pengalokasian waktu; (2) dengan mengikuti dan melaksanakan pembelajaran

terpadu model webbing, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam:

mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menyelesaikan tugas dengan

baik, keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar, mengajukan masalah yang

KKM Indikator

KKM KD

KKM SK

KKM MP

60

ingin dipelajari, dan capaian hasil belajar; (3) meningkatkan kemampuan mengajar

guru-guru sekolah dasar dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran terpadu

(model webbing) yang berorientasi pada: kesesuaian antara rencana dan kegiatan,

pengelolaan kelas, penguasaan bahan ajar, penilaian proses, dan produktivitas

belajar siswa. Penelitian ini menyarankan upaya meningkatkan kemampuan guru

SD dapat merencanakan serta melaksanakan pembelajaran tematik perlu

dikembangkan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Pendekatan tematik juga

perlu diprogramkan dalam kegiatan pembelajaran di SD sebagai upaya

meningkatkan kemampuan belajar siswa sekolah dasar.

Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh

Nina Kurniah (1998). Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan baik sebagai

dampak instruksional maupun dampak pengiring dalam mata pelajaran IPS.

Dampak instruksional yang dicapai antara lain: (1) melalui pembelajaran yang

dilakukan dapat mengembangkan siswa tidak hanya intelektual, tetapi juga sosial,

emosional, moral dan pribadi; (2) iklim belajar cenderung transaksional yakni

kegiatan berlangsung multi arah dan kegiatan berpusat pada siswa; (3) hasil belajar

yang dialami siswa ternyata lebih baik, hal ini terlihat dari hasil pre tes dan pos tes

yang dicapai oleh siswa; (4) hasil tugas yang diberikan selama proses belajar

mengajar berlangsung menunjukkan adanya peningkatan.

61

C. Kerangka Berfikir

1. Pembelajaran Tematik Dapat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di

Kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran

Pendekatan pembelajaran tematik sebagaimana yang diungkapkan dalam

landasan teori merupakan suatu konsep pembelajaran yang efektif untuk sekolah

dasar, karena dapat membantu meningkatkan kecakapan berfikir siswa,

meningkatkan semangat belajar dan sesuai dengan perkembangan anak. Kurang

efektifnya pembelajaran dapat disebabkan oleh strategi pembelajaran yang dipilih

kurang tepat, motivasi belajar rendah, kurangnya profesionalisme guru, serta

kurangnya sarana dan prasarana. Pada model jaring laba-laba diperhatikan

keterkaitan tema dengan mata pelajaran yang terkait. Kemudian dari tema itu akan

dikembangkan sub tema yang akan menghubungkan ide-ide dalam sebuah mata

pelajaran, siswa mempunyai gambaran yang besar dan juga fokus belajar pada satu

aspek.

Lebih lanjut lagi, konsep kunci dikembangkan dalam waktu lama untuk

penginternalisasian oleh siswa. Menghubungkan ide-ide dalam mata pelajaran

membolehkan siswa untuk mereview, mengkonseptualisasi, mengedit, dan

menggabungkan ide-ide secara perlahan-lahan dan dapat mentransfer manfaat.

Dengan penerapan pendekatan pembelajaran tematik diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.

62

2. Pembelajaran Tematik Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran.

Hasil tes kemampuan awal dan pengamatan guru sebagai peneliti

menunjukkan bahwa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran merupakan kelas yang

banyak dijumpai siswa yang belum kompeten dan kualitas pembelajaran yang

kurang. Di samping itu model pembelajaran guru masih konvensional meskipun

sudah melakukan pendekatan pembelajaran tematik tetapi belum maksimal karena

guru tidak melakukan perencanaan dengan baik.

Siswa dikatakan kompeten apabila siswa telah menguasai kompetensi dasar

yang ada dalam standar kompetensi suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah melakukan pengukuran waktu, panjang dan

berat dengan nilai KKM sebesar 70. Masalah tersebut merupakan masalah yang

mendesak untuk segera diatasi. Oleh karena itu, dengan menyadari adanya

berbagai kelemahan pelaksanaan pembelajaran tematik, peneliti selaku guru kelas

IID perlu mengembangkan pelaksanaan pembelajaran tematik yang

mempertimbangkan segala aspek dari siswa yang dilakukan secara berkala dan

berkesinambungan.

Melalui penerapan pendekatan pembelajaran tematik diharapkan siswa

siswa kelas IID SDIT Nurul Islam dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal

atau tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai KKM sebesar 70 secara

klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 24 siswa.

Secara ringkas kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut:

63

Gambar 4. Kerangka Berfikir

D. Pengajuan Hipotesis Tindakan

Dalam penelitian ini dikemukakan beberapa hipotesis tindakan, yaitu

sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatan pembelajaran tematik di kelas II D dengan mengaitkan

beberapa mata pelajaran (Matematika, IPS, IPA, Bahasa Indonesia, dan PKn)

dalam satu tema dapat memberikan pemahaman yang berkesan dan mendalam

bagi siswa sehingga siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar itu

sendiri. Dengan demikian pembelajaran dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelas II D.

Kualitas pembelajaran di kelas masih kurang dan Hasil tes kemampuan awal siswa kelas II D SDIT Nurul Islam tidak mencapai KKM

Dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian kompetensi dasar sekurang-kurangnya memperoleh nilai KKM sebesar 70 (tujuh puluh)

Melalui pendekatan pembelajaran tematik diduga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mencapai kompetensi penuh nilai KKM sebesar 70 secara klasikal 100 % dari jumlah siswa

Kualitas pembelajaran dapat meningkat dan siswa kelas II D SDIT Nurul Islam dapat mencapai prestasi belajar maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai nilai KKM sebesar 70 secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan

64

2. Penerapan pendekatan pembelajaran tematik di kelas II SDIT Nurul Islam

dapat mencapai prestasi belajar maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi

penuh mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 secara

klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan.

65

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IID semester ganjil tahun ajaran

2009/2010 SDIT Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang. Jumlah siswa

sebanyak 24 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Matematika dengan kompetensi dasar

melakukan pengukuran waktu, panjang, dan berat.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian berlangsung dalam semester ganjil tahun ajaran

2009/2010 atau bulan Juli-Desember 2009. Kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan meliputi: observasi pada sekolahan yang akan diteliti, penyusunan

usulan penelitian, pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan kegiatan.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan pengembangan model penelitian. Seringkali kita

mendengar kata penelitian, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris:

research, yang berarti kegiatan pencaharian atau eksplorasi untuk menemukan

66

jawaban dari masalah yang menjadi bidang kajian. Adapun yang dimaksud dengan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research, yaitu satu action

research yang dilakukan di kelas. Dari segi semantik (arti kata) action research

diterjemahkan menjadi penelitian tindakan. Penelitian tindakan kelas ini

merupakan implementasi dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

58 Ayat 1 yang berbunyi “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh

pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta

didik secara berkesinambungan”. Penelitian tindakan kelas menurut Isaac S dan

Michael (1984: 55) adalah “… to develop your skill or new approaches and to

solve problem with direct application to the classroom or world setting” (untuk

mengembangkan ketrampilan baru dan memecahkan masalah dengan penerapan

langsung di kelas).

Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 2) penelitian tindakan kelas adalah

sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerjasama dengan peneliti

(atau dilakukan oleh guru yang juga bertindak sebagai peneliti) di kelas di tempat

dimana dia mengajar dengan penyempurnaan pada peningkatan proses dan praktis

pembelajaran. Supardi (2008: 104) juga mengemukakan bahwa penelitian tindakan

kelas sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif,

kolaboratif, dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem,

metode kerja, proses, isi kompetensi dan situasi.

Terdapat beberapa ide pokok dalam penelitian tindakan kelas antara lain:

1. Penelitian Tindakan Kelas merupakan satu bentuk inquiri atau penyelidikan

yang dilakukan melalui refleksi diri;

67

2. Penelitian Tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang

diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah;

3. Penelitian Tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi

pendidikan;

4. Tujuan Penelitian Tindakan adalah untuk memperbaiki: dasar pemikiran dan

kepantasan dari praktek-praktek, pemahaman terhadap praktek tersebut, serta

situasi atau lembaga tempat tersebut dilaksanakan.

Dari ke empat ide pokok di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian

Tindakan Kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan

refleksi diri sebagai metode utama dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya,

serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Berdasarkan

pengertian tersebut maka Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru di dalam

kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian reflektif yang dilakukan

pendidik sendiri yang hasilnya dimanfaatkan untuk alat pengembangan prestasi,

pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan ketrampilan

mengajar dan sebagainya. Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali

dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action),

mengobservasi (observation), dan merefleksi (reflection) dan seterusnya sampai

perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (KKM), sebagaimana

terlihat pada gambar berikut:

68

Gambar 5. Riset Aksi Model John Elliot dalam (Basuki Wibowo, 2003: 21)

Siklus 1 Siklus II Siklus III

Peninjauan (analisis dan penemuan fakta)

Perencanaan secara umum

Pelaksanaan Tindakan I

Meninjau kembali gagasan

Monitor, pelaksanaan dan pengaruhnya

Tindakan I

Tengah-tengah perencanaan

Tindakan II

Monitor, pelaksanaan dan pengaruhnya

Peninjauan kembali gagasan

Penerapan tahap-tahap tindakan

berikutnya

Tengah-tengah perencanaan

Tindakan III Penerapan tindakan berikutnya

Monitor, pelaksanaan dan pengaruhnya

Peninjauan (menjelaskan beberapa kegagalan pada pelaksanaan dan pengaruhnya)

69

Pada gambar di atas tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat

komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan

sesungguhnya jumlah siklus sangat bergantung pada permasalahan yang perlu

dipecahkan. Apabila pemasalahan terkait dengan materi dan tujuan pembelajaran

dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran tidak hanya terdiri

dari dua siklus, tetapi jauh lebih banyak dari itu. Dalam penelitian ini dilakukan

dalam dua siklus, siklus ketiga hanya dilakukan apabila diperlukan. Dengan dua

siklus dimungkinkan siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan.

Adapun manfaat yang diperoleh guru dalam pendekatan PTK adalah guru

dapat melakukan inovasi penilaian; guru dapat meningkatkan kemampuan

reflektifnya dan mampu memecahkan persoalan penilaian yang muncul di

kelasnya; dan dapat mengembangkan penilaian secara berkala, komprehensif

(menyeluruh) dan berkesinambungan.

Berikut ini yang perlu dipahami dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

adalah:

1. PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatka pendidikan dengan

melakukan perubahan ke arah perubahan terhadap hasil pendidikan dan

pembelajaran.

2. PTK adalah partisipatori melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk

meningkatkan praktiknya sendiri.

3. PTK dikembangkan melalui self-reflective spiral; a spiral of cycles of

planning, actuating, reflecting, the re-planning.

70

4. PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung

untuk mengkaji praktik pembelajaran dan penilaian serta pengembangan

pemahaman tentang makna tindakan.

5. PTK adalah proses belajar yang sistematis, dalam proses tersebut

menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan

tindakan.

6. PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang prakteknya.

7. PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktek untuk mengkaji

secara sistematis bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis

tindakan).

8. PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang

pekerjaan kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kritis dalam

analisis. (Kemmis & Mc. Taggart, 1994)

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: tes

kemampuan awal, hasil ulangan harian, catatan perilaku harian siswa (anecdotal

record). Prosedur penelitian terdiri dari empat tahap yakni perencanaan,

melakukan tindakan, observasi dan eveluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan

berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.

C. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Supardi (2008: 117) langkah-langkah praktis pelaksanaan PTK

difokuskan pada kegiatan pokok yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, refleksi.

71

Kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu

siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan, akan

dilakukan siklus kedua, dan seterusnya sampai peneliti merasa puas, seperti pada

gambar prosedur penelitian yang dikemukakan oleh Kurt Lewis dalam Hartono

dan Edi Legowo (2003: 4) yang digambarkan sebagai berikut:

Siklus I Siklus II

Gambar 6. Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Berikut akan dijelaskan mengenai tahap-tahap dalam penelitian tindakan

kelas ini, yaitu sebagai berikut:

1. Refleksi Awal

Refleksi awal digunakan untuk menemukan akar permasalahan yang

mendesak untuk diatasi dan sekaligus mencari solusi untuk mengatasinya.

Berdasarkan hasil tes kemampuan awal 25% siswa kelas 2D SDIT Nurul Islam

Tengaran tidak mencapai KKM mata pelajaran Matematika.

Refleksi

Observasi

Rencana I

Tindakan

Rencana I

Tindakan

Observasi

Refleksi

Rekomendasi

Siklus ke-n

72

2. Perencanaan (Planning)

Kegiatan planning dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain sebagai

berikut:

a. Membuat RPP dengan pendekatan pembelajaran tematik

b. Membuat kisi-kisi tes mata pelajaran Matematika

c. Membuat butir soal dan kunci jawaban dan pedoman skor

d. Membuat pedoman pengamatan

3. Pelaksanaan (Acting)

Action dilaksanakan oleh peneliti dan kolaborator untuk memperbaiki

masalah. Selama melaksanakan tindakan, guru sebagai pelaksana intervensi

tindakan mengacu pada program yang telah dipersiapkan dan disepakati bersama

dengan teman sejawat (kolaborator).

a. Guru sebagai peneliti melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan

tematik;

b. Kolaborator mengamati pelaksanaan pembelajaran, respon siswa, perilaku

guru, dokumentasi, dan arsip nilai dari ulangan harian;

4. Observing

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret

seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Supardi, 2008: 127). Efek

dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi:

a. Menyebarkan tes pada akhir pembelajaran;

73

b. Menganalisi data untuk mengetahui ketercapaian setiap indikator;

c. Mengkomparasikan hasil tes belajar mata pelajaran Matematika setiap

indikator pada kondisi awal dan siklus I.

5. Refleksi (Reflecting)

Reflection adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang

perubahan yang terjadi.

a. Guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana

(how) dan seberapa jauh (to what extent) intervensi telah menghasilkan

perubahan secara signifikan;

b. Kolaborator (teman sejawat) berperan penting dalam memutuskan “judging

the value” (seberapa action telah membawa perubahan: apa atau dimana

perubahan terjadi, mengapa demikian, apa kelebihan atau kekurangan,

bagaimana langkah-langkah penyempurnaannya, dan sebagainya);

Dalam refleksi ini peneliti dan kolaborator mengulas tentang apakah siswa

sudah mencapai atau belum KKM yang ditentukan. Apabila sudah mencapai KKM

apa sebabnya? Apabila belum mencapai KKM apa sebabnya? Berdasarkan hasil

refleksi tersebut, peneliti mencoba mengatasi kekurangan yang terjadi akibat

tindakan yang telah dilakukan. Hal ini jika ditemukan cara atau strateginya maka

diperlukan rencana untuk melaksanakan tindakan atau siklus berikutnya. Siklus ini

merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya, tahapan dari setiap siklus perlu

disusun rencana yang matang dengan memperhatikan hasil reflektif dari siklus

sebelumnya.

74

D. Subyek penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan. Dalam konteks

pendidikan di sekolah, subyek penelitian adalah siswa, guru, pegawai, atau kepala

sekolah. Dalam konteks pembelajaran di sekolah, subyek penelitian umumnya

adalah siswa. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IID SDIT Nurul Islam yang

terdiri dari 10 perempuan dan 14 laki-laki.

2. Kedudukan Peneliti

a. Sebagai pengajar atau guru, nama Indrawati wali kelas IID SDIT Nurul Islam.

Tugasnya meliputi: 1) mengukur kemampuan awal siswa melalui pre tes; 2)

menyusun perencanaan; 3) melaksanakan tindakan; 4) melakukan refleksi.

b. Sebagai Kolaborator, nama Siti Rofi’ah, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah

Bidang Kurikulum. Tugasnya meliputi: 1) melakukan pengamatan terhadap

penerapan pelaksanaan pembelajaran; 2) menganalisis data siswa untuk

mengetahui ketercapaian setiap indikator; 3) mengkomparasikan hasil prestasi

belajar mata pelajaran Matematika pada awal kondisi dan siklus I;

menyimpulkan perlu tidaknya meneruskan ke siklus II, dan seterusnya.

75

E. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, berupa peristiwa dan

informasi tentang pencapaian kompetensi dasar pengukuran waktu, panjang, dan

berat pada mata pelajaran Matematika. Sutopo (1996: 49-51) menyebutkan data

yang dapat digali dari informan, peristiwa atau aktivitas, dokumen dan arsip. Data

yang sebagian besar berupa nilai tersebut digali dari tiga sumber sebagai berikut:

1. Informan

a. Guru mata pelajaran matematika untuk memperjelas informasi penerapan

pendekatan pembelajaran tematik;

b. Kolaborator yaitu teman sejawat yang terlibat dalam sebagai pengamat

dalam pencapaian kompetensi dasar pengukuran waktu, panjang dan berat;

c. Siswa kelas IID sebagai subyek penelitian tindakan kelas;

d. Kepala sekolah, untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SDIT Nurul

Islam Tengaran.

2. Peristiwa

Peristiwa adalah proses atau upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan

peningkatan prestasi belajar siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran

tematik kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran yang dilakukan oleh guru kelas IID

sebagai peneliti yang bernama Indrawati, S.Pd.

76

3. Dokumen dan Arsip

Dokumen dan arsip merupakan informasi tertulis berupa nilai hasil tes

kemampuan awal sebelum ada tindakan, nilai ulangan harian, dan catatan tentang

kualitas pembelajaran siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan sumber data diatas, teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tes, pengamatan, wawancara, kajian

dokumen dan arsip. Berikut ini instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan

Pengamatan digunakan untuk merekam data tentang kualitas pembelajaran,

aktivitas siswa dalam belajar dan aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran

tematik. Dalam penelitian ini peneliti berperan serta secara lengkap, artinya

peneliti menjadi anggota penuh dari kelompok yang amati. Dengan demikian

peniliti dapat memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkannya, termasuk yang

dirahasiakan sekalipun (Lexy J. Moleong, 2004: 176). Pengamatan ini ditujukan

untuk mengetahui kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa sebelum

dilakukan tindakan serta untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa

maupun guru.

77

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Lexy J. Moleong,

2004: 186). Wawancara digunakan untuk mengungkap data seperti sikap,

pendapat, wawasan baik dari siswa maupun guru dalam melakukan pembelajaran

tematik. Wawancara yang dilakukan peneliti bersifat lentur, tidak terstruktur ketat,

dan tidak dalam suasana formal. Responden dalam wawancara tidak terstuktur

menurut Lexy J. Moleong (2004: 191) adalah “mereka yang memiliki pengetahuan

dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang dibutuhkan”.

Wawancara dilakukan peneliti kepada teman sejawat selaku informan.

Tujuannya untuk mendapatkan informasi berupa pendapat dan masukan tentang

penerapan pembelajaran tematik. Wawancara juga dilakukan kepada siswa untuk

mengetahui alasan yang melatarbelakangi rendahnya hasil tes kemampuan awal.

3. Arsip dan Dokumen

a. Arsip meliputi: 1) KTSP tentang ruang lingkup materi, tujuan kompetensi

dasar, hasil belajar, indikator dan materi pokok kelas 2; 2) Silabus yaitu

tentang alokasi waktu dan tema yang akan diajarkan.

b. Dokumen berupa nilai untuk memperoleh data tentang hasil belajar atas

prestasi belajar siswa sebelum dilakukan tindakan.

4. Tes Akademik

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan),

dalam bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)

(Nana Sudjana, 2008: 35). Tujuannya: 1) untuk mengukur kemampuan awal siswa

78

sebelum dilakukan tindakan yaitu pre tes; 2) mengukur hasil yang diperoleh siswa

setelah kegiatan pemberian tindakan.

G. Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (1997: 160) “validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.

Suatu instrumen yang kurang sahih memiliki validitas rendah”. Dalam penelitian

ini untuk menjamin kesahihan data dan mengembangkan validitas data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan trianggulasi data yaitu

mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda.

Sebelum suatu informasi dijadikan data penelitian, informasi tersebut perlu

diuji validitasnya sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dan

dapat dipergunakan sebagai dasar yang kuat untuk mengambil kesimpulan. Teknik

yang digunakan untuk diuji validitas data dalam penelitian ini adalah triangulasi

dan review informasi kunci.

Triangulasi adalah teknik uji validitas data dengan memanfaatkan sarana

diluar itu untuk keperluan pengecekan terhadap data itu. Triangulasi yang

digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan

data. Dalam kaitannya dengan triangulasi sumber data, peneliti mengutamakan

pengecekan informasi dari informan. Informasi yang diperoleh dari informan dicek

silang dengan informan yang lain. Dalam hal ini informasi dari kolaborator dicek

dengan pengamatan langsung oleh peneliti, begitu sebaliknya hasil pengamatan

79

dan penilaian yang dilakukan oleh peneliti dicek ulang oleh kolaborator dan

seterusnya.

Review informan kunci yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

mengkonfirmasikan data temuan kepada informan pokok sehingga diperoleh

kesepakatan pokok antara informan dan peneliti tentang data atau interprestasi

temuan itu. Dalam hal ini temuan yang diperoleh peneliti dikonfirmasikan dengan

temuan yang diperoleh kolaborator, begitu pula sebaliknya temuan yang diperoleh

kolaborator dikonfirmasikan dengan temuan yang diperoleh dengan peneliti dan

seterusnya. Dengan cara itu, penafsiran sepihak dari peneliti terhadap suatu

informasi dapat dihindari. Hal ini dilakukan melalui diskusi antara peneliti dan

teman sejawat (pengamat) setelah kegiatan atau kajian dokumen. Transkrip hasil

pengamatan dan wawancara perlu dicek kembali keabsahannya.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kritis dan analisis komparatif. Teknik analisis kritis yang dimaksud dalam

penelitian ini mencakup kegiatan mengungkap kelemahan atau kelebihan siswa

dan guru dalam proses penilaian berdasarkan KKM. Hasil analisis kritis tersebut

dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya

sesuai dengan siklus yang ada. Berkaitan dengan kemampuan awal saat pre tes

dilakukan untuk mengetahui kondisi awal mengenai tingkat penguasaan

kompetensi dasar.

80

Setelah kondisi awal mengenai tingkat penguasaan kompetensi dasar siswa

diketahui, peneliti merencanakan siklus tindakan untuk mengatasi masalah yang

dihadapinya. Setiap siklus berakhir, hasilnya dianalisis apa saja kekurangannya

dan kelebihannya sehingga diketahui peningkatan kualitas pembelajaran dan

prestasi belajar siswa.

Teknik komparatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memadukan

hasil penelitian siklus pertama dan kedua, siklus kedua dan siklus ketiga. Hasil

komparasi tersebut digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan dan

kekurangberhasilan dalam setiap siklusnya. Indikator yang belum berhasil atau

tercapai diperbaiki pada siklus berikutnya dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran dan prestasi belajar siswa

I. Indikator Kinerja

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti ini nanti, dikatakan

berhasil apabila sekurang-kurangnya mencapai indikator sebagai berikut:

1. Ada peningkatan kualitas pembelajaran di kelas IID SDIT Nurul Islam

Tengaran setelah dilakukan penerapan pendekatan pembelajaran tematik

pada tema peristiwa dan rekreasi.

2. Ada peningkatan prestasi belajar siswa mencapai nilai KKM sebesar 70

secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan melalui penerapan

pendekatan pembelajaran tematik.

81

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini disajikan hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah

yang dikemukakan pada bab I tesis ini. Selanjutnya, dilakukan pembahasan

terhadap hasil penelitian. Berturut-turut akan dipaparkan tentang: (A) Deskripsi

Latar Penelitian; (B) Refleksi Awal; (C) Analisis Pencari Fakta; (D) Deskripsi

Penelitian Siklus I; (E) Deskripsi Penelitian Siklus II; (F) Deskripsi Penelitian

Siklus III; (G) Pembahasan ; (H) Keterbatasan Penelitian.

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Kondisi SDIT Nurul Islam

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Islam, terletak di Desa Butuh

RT 20 RW XI Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. SDIT Nurul Islam

didirikan oleh Yayasan Sabilul Khairot pada tahun 2001. Luas area SDIT Nurul

Islam adalah 2488 m2. SDIT Nurul Islam memiliki 2 gedung yang masing-masing

terdiri atas dua lantai. Jumlah kelasnya ada 18 kelas dengan rincian sebagai

berikut: kelas I terdiri dari 3 kelas, kelas II terdiri dari 4 kelas, kelas III terdiri dari

3 kelas, kelas IV terdiri dari 3 kelas, kelas V terdiri dari 2 kelas, dan kelas VI

terdiri dari 3 kelas. Setiap ruang kelas mampu menampung 20 sampai 25 siswa.

Sebagai sarana penunjang pembelajaran terdapat ruang perpustakaan

dengan jumlah buku sekitar 1800 judul buku yang dikelola oleh seorang

82

pustakawan. Terdapat pula laboratorium komputer yang digunakan untuk

pembelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komputer) dan kegiatan ekstra

kurikuler komputer. Untuk kepentingan rapat tersedia sebuah ruangan serba guna

yang biasa juga digunakan untuk pertemuan POMG (Persatuan Orang Tua Murid

dan Guru). Ruangan yang lain meliputi kantor Kepala Sekolah, kantor guru, kantor

Tata Usaha, dan ruang serba guna. Sarana penunjang yang lain yaitu lapangan olah

raga dan lapangan upacara.

2. Visi dan Misi SDIT Nurul Islam

Visi SDIT Nurul Islam adalah menjadi sekolah dasar unggulan dan

berkualitas yang berkomitmen mengimplementasikan sistem pendidikan Islam.

Adapun misi SDIT Nurul Islam adalah:

a. Menyelenggarakan pendidikan dasar yang mengintegrasikan ilmu qauliyah

dan kauniyah, iman, ilmu serta amal ruhiyah dan jasadiyah dalam

lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan islami.

b. Menyelenggarakan pendidikan dasar untuk menghasilkan lulusan yang

beraqidah lurus, beribadah secara benar, berakhlak mulia, berkepribadian

mandiri, kreatif, disiplin serta berbadan sehat, kuat dan terampil.

c. Menyelenggarakan pendidikan dasar yang mengembangkan bakat, minat

dan potensi siswa di bidang akademik, bakat, minat, serta penguasaan

teknologi informasi.

Berikut ini merupakan target bagi siswa-siswa SDIT Nurul Islam Tengaran

selama 6 tahun, yaitu:

83

a. Cerdas dan Unggul : 1) Nilai 5 bidang studi tuntas; 2) Tartil Baca Al

Quran; 3) Hafal Juz 29 & 30; 4) Memiliki kemampuan membaca efektif;

5) Kemampuan komunikasi baik.

b. Sholeh : 1) Sholat dengan kesadaran; 2) Berbakti pada orang tua; 3)

Disiplin; 4) Percaya diri; 5) Senang membaca; 6) Perilaku sosial baik; 7)

Memiliki budaya bersih.

3. Sarana Pendukung Program

Dalam mencapai tujuan pembelajaran SDIT Nurul Islam berusaha

memaksimalkan sarana pendukung program antara lain:

a. Interaksi Guru dengan Murid

1) Guru memiliki komitmen secara personal maupun bersama untuk

membangun karakter anak;

2) Adanya komunikasi edukatif yang akrab hangat dan menyenangkan;

3) Adanya penanggungjawab evaluasi perkembangan kepribadian siswa (guru

mentoring).

b. Proses KBM

1) Proses KBM dilaksanakan dengan efektif dan menyenangkan;

2) Adanya eksplorasi (review materi) yang menyenangkan;

3) Tersedianya peraga yang memadai.

c. Layanan Parenting

1) Kajian 2 bulanan untuk setiap angkatan;

84

2) Wali kelas membantu siswa untuk menemukan bakat spesifik siswa agar

dapat dikembangkan bersama orang tua.

d. Lingkungan

1) Lingkungan hijau, nyaman, dan efektif untuk pembelajaran;

2) Adanya sarana eksplorasi di luar yang menyenangkan;

3) Lingkungan menjadi sumber belajar;

4) Penanganan anak bermasalah

5) Guru mendeteksi sedini mungkin siswa-siswa yang perlu mendapatkan

penanganan baik akademik maupun non akademik

4. Kondisi Siswa SDIT Nurul Islam

Secara akademik kondisi siswa SDIT Nurul Islam masih heterogen,

meskipun selalu diadakan penyaringan bagi calon siswa SDIT Nurul Islam.

Penyaringan dilakukan dalam bentuk tes tertulis bagi calon siswa dan wawancara

bagi calon wali murid. Penyaringan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan

awal siswa yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi wali kelas dalam

kegiatan pembelajaran.

SDIT Nurul Islam sering mengirimkan siswa untuk mengikuti perlombaan

baik di tingkat kecamatan maupun regional. Tidak jarang juga mendapatkan

kejuaran yang cukup membanggakan dari setiap perlombaan yang diikuti. Hal ini

pula yang menarik minat para calon siswa dan calon wali murid untuk

mendaftarkan anak-anaknya ke SDIT Nurul Islam Tengaran.

Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan bahwa jumlah siswa

SDIT Nurul Islam terus meningkat dari tahun ke tahun.

Gambar 7. Grafik Jumlah Siswa SDIT Nurul Islam

5. Kurikulum di SDIT Nurul Islam

Kurikulum yang digunakan SDIT Nurul Islam adalah KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan). SDIT Nurul Islam menerap

2007. Kegiatan pembelajaran di kelas bawah menggunakan pendekatan tematik

dan di kelas atas pembelajaran dilakukan secara terpisah

pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Oleh karena itu di kelas

bawah diampu oleh guru kelas atau wali kelas dan di kelas atas diampu oleh guru

mata pelajaran.

Waktu belajar di SDIT Nurul Islam selama 5 hari mulai hari Senin sampai

hari Jum’at. Hari Sabtu para

55

125

175

050

100150200250300350400450500

2001/2002 2003/2004

Grafik Jumlah Siswa SDIT Nurul Islam

Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan bahwa jumlah siswa

DIT Nurul Islam terus meningkat dari tahun ke tahun.

k Jumlah Siswa SDIT Nurul Islam

Kurikulum di SDIT Nurul Islam

Kurikulum yang digunakan SDIT Nurul Islam adalah KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan). SDIT Nurul Islam menerapkan KTSP sejak tahun

. Kegiatan pembelajaran di kelas bawah menggunakan pendekatan tematik

dan di kelas atas pembelajaran dilakukan secara terpisah-pisah antara mata

pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Oleh karena itu di kelas

oleh guru kelas atau wali kelas dan di kelas atas diampu oleh guru

Waktu belajar di SDIT Nurul Islam selama 5 hari mulai hari Senin sampai

hari Jum’at. Hari Sabtu para siswa mengikuti program ekstrakurikuler yang

175

242

294

359402

423 451

2003/2004 2005/2006 2007/2008 2009/2010

Grafik Jumlah Siswa SDIT Nurul Islam

Jumlah Siswa

85

Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan bahwa jumlah siswa

Kurikulum yang digunakan SDIT Nurul Islam adalah KTSP (Kurikulum

KTSP sejak tahun

. Kegiatan pembelajaran di kelas bawah menggunakan pendekatan tematik

pisah antara mata

pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Oleh karena itu di kelas

oleh guru kelas atau wali kelas dan di kelas atas diampu oleh guru

Waktu belajar di SDIT Nurul Islam selama 5 hari mulai hari Senin sampai

kurikuler yang

451

2009/2010

86

diselenggarakan sekolah bekerjasama dengan lembaga lain. Di samping

ekstrakurikuler pada hari Sabtu juga dilakukan pengayaan bagi siswa yang

prestasinya sudah mencapai KKM dan perbaikan bagi siswa yang belum mencapai

KKM. Adapun pembagian jadwal pelajaran adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jadwal Pelajaran SDIT Nurul Islam Tahun Ajaran 2009/2010

Waktu

Kegiatan

Senin-Kamis Jum’at Sabtu

07.30 – 08.00 Tahfidzul Qur’an Tahfidzul Qur’an Senam

08.00 – 09.10 KBM KBM Ekstra

09.10 – 09.20 Istirahat Istirahat Pengayaan & Perbaikan

Pulang 10.00 09.20 – 10.30 KBM KBM

10.30 – 11.40 KBM KBM

11.40 – 12.50 Makan & sholat Makan & sholat

12.50 – 14.00 KBM Mentoring

Adapun mata pelajaran yang diajarkan di SDIT Nurul Islam adalah:

Matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), PKn

(Pendidikan Kewarganegaraan), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab,

Bahasa Jawa, BTAQ (Baca Tulis Al Qur’an), TIK (Teknologi Informasi dan

Komputer). Untuk program ekstrakurikuler yang diselenggarakan meliputi:

pramuka, karate, komputer, Bahasa Inggris, renang, sepakbola, badminton. SDIT

Nurul Islam mempunyai suatu program yang bertujuan untuk mendekatkan

hubungan guru dengan siswa yaitu mentoring. Dalam kegiatan mentoring biasanya

87

guru mengambil materi di luar mata pelajaran yang dapat membangkitkan

semangat belajar siswa dan dapat menjadi bekal hidup siswa.

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar

yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa dengan guru,

lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi

dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan

pendekatan pembelajaran yang tepat bagi siswa sekolah dasar yaitu pendekatan

pembelajaran tematik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu

dikuasai siswa.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan

pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada siswa

dan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara baik dan

profesional.

b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan

oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.

c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki

konsep materi pembelajaran.

d. Menyusun rencana pembelajaran yang matang yang sesuai dengan kondisi

siswa dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

e. Pemilihan metode mengajar dan alat peraga yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

88

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai

oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan,

dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, mata

pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja

operasional yang terukur dan dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar

untuk menyusun alat penilaian.

Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan pada

indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk

tertulis maupun lisan. Penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi

yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu

kompetensi dasar berkisar antara 0 – 100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk

masing-masing indikator antara 60% - 75% (sesuai dengan Standar Kriteria

Ketuntasan Minimal masing-masing mata pelajaran). Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang ditetapkan oleh Tim guru kelas II mata pelajaran Matematika

semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 di SDIT Nurul Islam Tengaran adalah

sebesar 70, artinya siswa dinyatakan mencapai kompetensi dasar apabila telah

mencapai nilai minimal sama dengan atau lebih besar dari nilai KKM yang telah

ditetapkan yaitu 70.

Adapun penentuan nilai KKM mata pelajaran Matematika kelas II SDIT

Nurul Islam Tengaran secara rinci terangkum dalam tabel berikut ini:

89

Tabel 3. Penentuan KKM Mata Pelajaran Matematika Semester Ganjil

MATA PELAJARAN MATEMATIKA SDIT NURUL ISLAM TENGARAN

TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Kelas : II Semester : Satu (ganjil)

Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar/Indikator

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL Penentuan

KKM Komplek-

sitas Sarana

Pendukung Inteks Siswa

1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500

1.1. Membandingkan bilangan sampai 999 1.1.1 Menentukan bahwa kumpulan benda lebih

banyak, lebih sedikit, atau sama dengan kumpulan lain.

1.1.2 Menentukan suatu bilangan lebih besar, lebih kecil, atau sama besar dengan bilangan lain

1.2. Mengurutkan bilangan sampai 999 1.2.1. Menyebutkan nama dan lambang sampai

999 1.2.2. Menyusun bilangan-bilangan dari terkecil

ke terbesar atau sebaliknya 1.2.3. Membedakan bilangan genap dan ganjil 1.2.4. Membilang loncat 2,5, dan 10 1.3. Menentukan nilai, tempat ratusan,

puluhan, dan satuan 1.3.1 Menyebutkan nilai tempat ratusan,

puluhan, dan satuan 1.3.2. Menyebutkan nilai angka ratusan,

puluhan, dan satuan 1.3.3. Menulis bentuk panjang dua angka 1.3.4. Menulis bentuk panjang tiga angka 1.4. Melakukan penjumlahan dan

pengurangan bilangan sampai 500 1.4.1. Melakukan penjumlahan tiga bilangan

tanpa menyimpan 1.4.2. Melakukan penjumlahan tiga bilangan

dengan menyimpan 1.4.3. Melakukan pengurangan tiga bilangan

tanpa meminjam 1.4.4. Melakukan pengurangan tiga bilangan

dengan meminjam 1.4.5. Melakukan penjumlahan dan pengurangan

tiga suku bilangan 1.4.6. Melakukan operasi hitung campuran 1.4.7. Memecahkan soal cerita yang

mengandung penjumlahan dan pengurangan.

1.4.8. Mengubah kalimat pengurangan ke bentuk penjumlahan atau sebaliknya.

2. Menggunakan pengukuran waktu,

75

75

73

70

73 63

73

70

73 73

68

65

70

63

65

65

63

63

65

65

70

65

70 60

70

70

70 70

65

60

60

60

60

60

60

60

80

80

75

75

75 65

75

70

70 70

70

70

70

60

65

70

65

60

75

75

70

70

75 60

75

70

75 75

70

65

75

65

70

70

65

65

90

panjang, dan berat dalam pemecahan masalah

2.1. Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam

2.1.1. Membaca dan menentukan tanda waktu yang ditunjukkan jarum jam (1 dan ½)

2.1.2. Menuliskan tanda waktu yang ditunjuk jarum jam

2.1.3. Menyatakan lama waktu kegiatan dalam satuan jam

2.2. Menggunakan alat ukur panjang tidak baku dan baku (cm,m) yang sering digunakan.

2.2.1. Menentukan benda yang lebih panjang, lebih pendek, atau sama panjang dengan benda yang lain

2.2.2. Mengukur panjang benda dengan satuan tidak baku

2.2.3. Mengukur benda dengan satuan baku yang sering digunakan

2.2.4. Menaksir panjang benda dengan satuan yang sesuai

2.2.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan panjang benda

2.3. Menggunakan alat ukur berat 2.3.1. Menentukan benda yang lebih berat,

lebih ringan, atau sama berat dengan benda lain

2.3.2. Mengukur berat benda 2.3.3. Mengukur benda dengan satuan buku

yang sering digunakan (ons, kg, dan gram)

2.3.4. Menaksir berat benda dengan satuan yang sesuai

2.3.5. Memilih alat ukur yang sesuai untuk mengukur berat benda yang diukur

2.3.6. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda

75

73

68

73

70

73

70

68

73

73

73

70

73

68

70

70

65

70

65

70

65

65

70

70

70

65

70

65

80

75

75

75

75

75

75

70

75

75

75

70

75

70

75

70

70

75

75

75

70

65

75

70

70

75

75

70

Rata-rata KKM 70

Setiap mata pelajaran harus menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) dengan memperhatikan tingkat kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas,

serta kemampuan sumber daya dukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

harus dicapai oleh siswa untuk mata pelajaran Matematika kelas IID adalah 70.

91

Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi mata

pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan

penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada

setiap tingkat atau semester untuk mata pelajaran tertentu. Kompetensi adalah

kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan

dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Kompetensi

dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam mata

pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator. Pada semester ganjil

tahun 2009/2010 standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

Matematika, secara rinci tertuang dalam tabel 4 berikut:

Tabel 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Semester Ganjil.

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Menggunakan pengukuran

waktu, panjang, dan berat

dalam pemecahan masalah

2.1. Menggunakan alat ukur waktu dengan

satuan jam

2.2. Menggunakan alat ukur panjang dengan

satuan m (meter) dan cm (centimeter)

2.3. Menggunakan alat ukur berat dengan

satuan kg, gram, dan ons.

B. Refleksi Awal

Seperti telah disinggung di bab awal bahwa hasil tes kemampuan awal

menunjukkan 9 siswa dari 24 siswa memperoleh hasil kurang dari KKM yang

ditentukan sebesar 70 seperti terlihat pada tabel 5 berikut:

92

Tabel 5. Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan

No Nama Siswa Nilai

1 Andika Wahyu K 60

2 Candra Darmawan 70

3 A. Abdurrahman Zaki 80

4 Al Muflihun Fiyansyah 75

5 Al Raihan Rafi 75

6 Imam Muhammad M. 55

7 M. Arif Wicaksono 75

8 M. Akbar Angga Agasta 70

9 M. Fadhil Abdillah 80

10 M. Wahyu Andika 60

11 M. Abdul Rahim 50

12 Nur M. Saiful Ummam 75

No Nama Siswa Nilai

13 Rifqa Mijwad Aula 60

14 Zaky Iqbal Firmansyah 70

15 Anisatul Auliya 80

16 Alifa Zakiyyah Azzuhra 70

17 Annisa Firda Amalia 75

18 Fadia Anzar Salamah 60

19 Hanifah Wulan Afianti 65

20 Muna Afidatin 70

21 Riski Widyaningsih 70

22 Rizqi Animah 65

23 Shafira Selena Orlin 55

24 Syifa Annisa 75

Jumlah Siswa : Hasil Tes : L = 14 Jumlah nilai kurang dari KKM = 9 P = 10 Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 15 Jumlah = 24

Dari identifikasi awal bahwa kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh

siswa dalam mata pelajaran Matematika belum sepenuhnya mencapai KKM yang

ditentukan. Diduga pendekatan pembelajaran tematik belum dilaksanakan dengan

baik dan benar terhadap segala aspek siswa sehingga siswa malas untuk belajar

dan kualitas pembelajaran masih rendah.

Di samping guru melakukan pengamatan terhadap prestasi belajar siswa

guru juga mengamati kualitas pembelajaran yang berlangsung di kelas IID. Hasil

pengamatan terhadap kualitas pembelajaran siswa sebelum dilakukan tindakan

adalah masih buruk, yaitu hanya mencapai 63%. Hal ini dikarenakan proses

76

pembelajaran yang masih konvensional sehingga belum ada perhatian yang

maksimal untuk meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran. Berikut

ini merupakan aspek-aspek kualitas pembelajaran yang dinilai oleh teman sejawat

sebagai kolaborator.

Tabel 6. Indikator Penilaian Kualitas Pembelajaran

No. Indikator yang dinilai

1. Strategi pengelolaan pembelajaran

2. Strategi pengorganisasian pembelajaran

3. Strategi penyampaian pembelajaran

Perincian penilaian masing-masing indikator dapat dikemukakan sebagai

berikut:

1. Aspek kualitas pembelajaran yang dinilai “amat baik” jika nilainya

mencapai nilai antara 90% sampai 100%

2. Aspek kualitas pembelajaran yang dinilai “baik” jika nilainya mencapai

nilai antara 75% sampai 89%

3. Aspek kualitas pembelajaran yang dinilai “sedang” jika nilainya mencapai

nilai antara 65% sampai 74%

4. Aspek kualitas pembelajaran yang dinilai “kurang” jika nilainya kurang

dari 65%

Secara keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih

jauh dari standar kualitas pembelajaran yang baik. Hal ini dikarenakan proses

pembelajaran yang masih konvensional sehingga belum ada perhatian yang

maksimal untuk meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran.

77

Permasalahan ini harus segera diatasi, agar tidak berlarut-larut dan tidak

menjadi masalah dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata

pelajaran Matematika setidaknya semua dapat mencapai KKM sebesar 70.

C. Analisis Pencarian Fakta

Analisis pencarian fakta dilakukan dengan melakukan dialog terbuka

dengan subyek penelitian, yaitu siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran

dengan segala permasalahan dalam pembelajaran tematik. Teman sejawat juga

melakukan observasi dan refleksi aktivitas pembelajaran pada pertemuan-

pertemuan sebelumnya untuk mengidentifikasi asumsi penyebab masalah.

Beberapa data hasil dialog dengan siswa kelas IID dan diskusi dengan

teman sejawat ternyata memperkuat dugaan bahwa terdapat masalah dalam

pembelajaran tematik yaitu siswa merasa tidak semangat belajar dan merasa bosan

di dalam kelas. Seperti yang dikemukakan Rifqa Mijwad Aula yang menyatakan

tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran di kelas karena bosan yang akhirnya

menurunkan semangatnya dalam belajar. Lebih jauh dikemukakan oleh teman

sejawat bahwa upaya peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan sarana

prasarana yang memadai dan perencanaan pembelajaran yang matang karena

dalam pembelajaran tematik guru harus menggabungkan beberapa mata pelajaran

dalam satu tema. Dengan demikian hasil refleksi awal dapat diidentifikasi faktor

dan penyebab masalah yang dirangkum dalam tabel 7 berikut:

78

Tabel 7. Asumsi Penyebab Masalah

No Faktor Penyebab Masalah

1.

Siswa

a. Kurang semangat dalam belajar dan nilai

kemampuan awalnya dibawah KKM.

b. Kualitas pembelajaran yang masih rendah.

c. Siswa tidak memiliki rasa percaya diri yang baik

2.

Guru

a. Kurang memotivasi siswa untuk belajar lebih

semangat dan aktif.

b. Belum mengembangkan tujuan belajar

3.

Materi ajar

Menggunakan alat ukur dalam pembelajaran

merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga

memerlukan ketelitian dalam membaca alat ukur.

4. Proses

pembelajaran

Tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai

karena perencanaannya tidak matang, selain itu kualitas

proses pembelajaran masih rendah.

5. Sarana Alat peraga yang dibutuhkan tidak memadai.

6. Pendekatan

pembelajaran

Belum dilakukan secara komprehensif terhadap segala

aspek siswa yang dilakukan secara berkala dan

berkesinambungan.

D. Gambaran Tentang Kondisi Awal Siswa

Berdasarkan hasil tes kemampuan awal siswa dapat ditentukan

keberhasilan pencapaian kompetensi dasar yang ditetapkan. Kemampuan awal ini

juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana

pembelajaran pada siklus I. Berikut ini akan digambarkan pencapaian kompetensi

yang siswa, yaitu sebagai berikut:

79

Tabel 8. Gambaran Kemampuan Awal Siswa Kelas IID SDIT Nurul Islam

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Andika Wahyu K 60 Belum Kompeten

2 Candra Darmawan 70 Kompeten

3 A. Abdurrahman Zaki 80 Kompeten

4 Al Muflihun Fiyansyah 75 Kompeten

5 Al Raihan Rafi 75 Kompeten

6 Imam Muhammad M. 55 Belum Kompeten

7 M. Arif Wicaksono 75 Kompeten

8 M. Akbar Angga Agasta 70 Kompeten

9 M. Fadhil Abdillah 80 Kompeten

10 M. Wahyu Andika 60 Belum Kompeten

11 M. Abdul Rahim 50 Belum Kompeten

12 Nur M. Saiful Ummam 75 Kompeten

13 Rifqa Mijwad Aula 60 Belum Kompeten

14 Zaky Iqbal Firmansyah 70 Kompeten

15 Anisatul Auliya 80 Kompeten

16 Alifa Zakiyyah Azzuhra 70 Kompeten

17 Annisa Firda Amalia 75 Kompeten

18 Fadia Anzar Salamah 60 Belum Kompeten

19 Hanifah Wulan Afianti 65 Belum Kompeten

20 Muna Afidatin 70 Kompeten

21 Riski Widyaningsih 70 Kompeten

22 Rizqi Animah 65 Belum Kompeten

23 Shafira Selena Orlin 55 Belum Kompeten

24 Syifa Annisa 75 Kompeten

Jumlah Siswa : Hasil Tes : L = 14 Jumlah nilai kurang dari KKM = 9 P = 10 Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 15 Jumlah = 24

80

E. Deskripsi Penelitian Siklus I

1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Tematik

Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran dan

hasil belajar pada ulangan tengah semester I pencapaian hasil belajar matematika

belum maksimal. Mengingat Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dalam

UN, peneliti mengajukan ijin kepada Kepala Sekolah untuk mengadakan

penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

terutama mata pelajaran Matematika. Penelitian yang dilakukan menerapkan

pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas IID. Dengan berpedoman pada

sumber kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu

Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Seluruhnya bersumber pada pencapaian kompetensi di setiap mata pelajaran, untuk

itu peneliti selaku guru kelas bekerja sama dengan teman sejawat untuk melakukan

langkah-langkah perencanaan pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut:

a. Membuat atau memilih tema

Untuk siklus I peneliti memilih tema “Peristiwa”, alasan pemilihan tema

tersebut adalah: (1) Tema peristiwa tidak terlalu asing bagi siswa dan mudah

dipergunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran; (2) Tema peristiwa sesuai

dengan perkembangan siswa yang sudah bisa menghubungkan aturan-aturan dan

menghubungkan sebab akibat; (3) Pemilihan tema peristiwa didasarkan pada

pertimbangan mengenai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan

siswa; (4) Pemilihan tema peristiwa didasarkan pada pertimbangan mengenai

81

ketersediaan sumber belajar; (5) Tema peristiwa memungkinkan siswa untuk bisa

memahami konsep pengukuran waktu, panjang, dan berat.

b. Melakukan analisis terhadap kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator

yang sesuai dengan tema.

c. Membuat jaringan indikator dengan tema yang dipilih dan analisis terhadap

kompetensi dasar dan indikator, yaitu:

u

Gambar 8. Jaringan Indikator Siklus I

PKn · Membedakan lingkungan

alam dan lingkungan buatan

IPS · Menceritakan

peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis

· Membuat kronologi peristiwa penting dalam keluarga dengan garis waktu

IPA · Mengamati perubahan

yang dialami hewan saat tumbuh

· Menanam biji dan menceritakan peristiwa perubahan yang terjadi pada biji

Peristiwa

B. Indonesia · Menjawab pertanyaan sesuai dengan isi

teks yang didengar · Menggunakan tanda baca titik, tanda

tanya, dan tanda seru · Menceritakan kembali pengalaman

dalam keluarga. · Membaca teks agak panjang tentang

peristiwa keluarga.

Matematika · Membaca dan menentukan

waktu yang ditunjukkan dengan jarum jam

· Menuliskan tanda waktu yang ditunjukkan jarum jam

· Menyatakan lama waktu kegiatan sehari-hari dalam satuan jam

82

d. Membuat skenario pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tematik

yang terangkum dalam tabel 9 berikut ini:

Tabel 9. Proses Pembelajaran Tematik pada Siklus I

No. Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

Kegiatan Awal

1. Pendahuluan Ø Menyampaikan

tujuan pembelajaran

Memperhatikan

penjelasan guru

5 menit

Pre tes Mengerjakan tes 15 menit

Kegiatan Inti

2. Ø Menjelaskan cara

membaca jarum jam

dan cara menulisnya

dengan benar

Ø Memberikan contoh

peristiwa sehari-hari

dan menentukan lama

waktu peristiwa itu

terjadi.

Ø Menyatakan lama

waktu kegiatan

sehari-hari dalam

satuan jam

Ø Memperhatikan

penjelasan guru

Ø Berperilaku

belajar yang

baik dengan

melaksanakan

semua petunjuk

guru

100 menit

Ø Meminta siswa untuk

berlatih membaca

jarum jam

Berlatih membuat

membaca jarum

jam

60 menit

Kegiatan Akhir

3. Penutup Memberikan postes Mengerjakan tes 30 menit

83

e. Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran seperti mengatur tempat

duduk siswa sesuai urutan nomor absensi, menyiapkan buku yang dibutuhkan,

dan menyiapkan jam dinding atau jam beker sebagai alat peraga, serta white

board, spidol, dan lain-lain.

f. Menyiapkan instrumen observasi untuk mengobservasi kualitas pembelajaran

saat berlangsungnya proses pembelajaran oleh teman sejawat.

g. Menyiapkan soal evaluasi baik untuk pre tes maupun pos tes.

h. Mendeskripsikan secara jelas peran guru sebagai fasilitator pembelajaran,

teman sejawat sebagai kolaborator berperan selaku observer dan siswa kelas

IID SDIT Nurul Islam sebagai subyek penelitian. Peran guru sebagai fasilitator

pada intinya adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat menciptakan

siswa belajar. Di samping itu guru juga berperan sebagai evaluator yaitu

melaksanakan tes untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran. Sebagai

observer teman sejawat bertugas mengamati kualitas pembelajaran.

i. Guru melakukan simulasi pelaksanaan tindakan pada siklus I dan menguji

keterlaksanaannya di lapangan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran tematik sesuai dengan

rencana dalam pembelajaran tematik yang telah disusun. Rencana pembelajaran

siklus I dengan tema peristiwa dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan.

84

Pertemuan ke-1

Pada pertemuan ke-1 materi pelajaran matematika yang diajarkan sebagai

inti pelajaran adalah pengukuran waktu dengan indikator membaca dan

menentukan waktu yang ditunjukkan dengan jarum jam. Pada kegiatan awal guru

mengajak siswa untuk menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun”. Hal ini

dilakukan untuk memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan minat siswa pada

tema yang akan dibicarakan. Kegiatan berikutnya guru menjelaskan tujuan dari

pembelajaran yang akan dilakukan Selanjutnya guru melakukan kegiatan inti yang

dimulai dengan mengadakan tanya jawab tentang peristiwa penting yang sering

terjadi dalam keluarga. Seperti pernikahan, kelahiran, kematian, ulang tahun.

Siswa mendengarkan cerita guru tentang kisah sebuah keluarga yang mulai

dengan pernikahan sampai kelahiran anak ketiga. Berdasarkan cerita tersebut

siswa mengurutkan setiap peristiwa dalam tabel. Dengan berbekal pemahaman

tersebut guru mengenalkan jam kepada siswa. Guru menggunakan jam analog

sebagai alat peraga sehingga memberikan gambaran yang jelas kepada siswa. Guru

membagi siswa menjadi 6 kelompok, dimana setiap kelompok terdapat satu jam

analog. Berdasarkan perintah guru setiap kelompok memutar jarum jam sesuai

dengan permintaan guru. Misalnya guru mengucapkan pukul 07.00 maka siswa

akan memutar jarum jam panjang di angka 12 dan jarum pendek di angka 7.

Pada akhir kegiatan inti guru mengulang kembali cara membaca jarum

jam. Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi dan memberikan tindakan lanjut

berupa PR yang akan dinilai pertemuan berikutnya. Penilaian dalam proses,

penilaian PR, dan penilaian hasil belajar merupakan rangkaian penilaian yang

85

dilakukan pada pembelajaran yang menerapkan pendekatan tematik yang pada

akhirnya dapat diketahui sampai dimana kemampuan siswa dalam mengikuti

pembelajaran.

Pertemuan ke-2

Pada pertemuan kedua ini indikator yang ingin dicapai adalah menuliskan

tanda waktu yang ditunjukkan jarum jam. Sebelum pembelajaran dimulai guru

membahas PR yang diberikan pada pertemuan yang lalu dan menanyakan

beberapa konsep penting yang sudah dipelajari . Kegiatan pada pertemuan ke-2 ini

diawali dengan tanya jawab tentang contoh lingkungan alam dan lingkungan

buatan. Kemudian guru menuliskan peristiwa yang bisa terjadi di beberapa

lingkungan. Misalnya kebakaran hutan karena kemarau panjang, pencemaran

sungai karena limbah pabrik, jembatan yang putus karena terjangan banjir.

Berdasarkan contoh peristiwa tersebut guru membuat kalimat sederhana yang

menggunakan keterangan waktu sebagai contoh “Pada pukul 09.00 terdengar suara

gunung meletus dari puncak gunung Merapi”. Perwakilan siswa memberikan

contoh kalimat sederhana seperti yang dicontohkan guru. Kegiatan selanjutnya

siswa menuliskan jam pada teks bacaan yang disiapkan guru.

Kegiatan berikutnya adalah membahas latihan yang dikerjakan siswa. Guru

menyuruh siswa untuk menyebutkan mana yang termasuk lingkungan alam dan

mana yang termasuk lingkungan buatan. Guru juga meminta siswa untuk

menemukan cara agar tidak terjadi banjir. Pada akhir kegiatan inti guru menyuruh

perwakilan siswa untuk maju ke depan kelas menceritakan kembali peristiwa

banjir tersebut. Sebagai akhir dari pertemuan ini guru mengajak siswa untuk

86

menyanyikan lagu “Tik Tik Bunyi Hujan”. Tindakan berikutnya mengadakan tes

hasil belajar dan memberikan PR yang akan dinilai pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan ke-3

Pada pertemuan ketiga ini indikator yang ingin dicapai adalah lama waktu

kegiatan sehari-hari dalam satuan jam. Sebelum kegiatan inti dimulai guru

membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya sambil mengulang

beberapa konsep yang penting. Kegiatan ini diawali dengan penjelasan guru

tentang tujuan yang akan dicapai yaitu siswa dapat menyebutkan lama suatu

peristiwa berlangsung. Kegiatan intinya diawali dengan tanya jawab tentang cara

perkembangbiakan pada hewan (melahirkan atau bertelur) dan perkembangbiakan

tumbuhan (dengan bertunas atau dengan biji). Berdasarkan pengetahuan ini siswa

dapat memperkirakan ukuran hewan dan tumbuhan yang masih muda. Siswa

disuruh mengurutkan gambar pertumbuhan hewan dan tumbuhan dengan urut.

Seminggu sebelum pembelajaran ini berlangsung siswa sudah menanam biji

jagung dan biji bayam. Secara berkelompok siswa mengamati perubahan yang

terjadi pada biji yang mereka tanam. Setiap kelompok diminta untuk melaporkan

hasil pengamatannya kepada guru. Hasil pengamatan ini membuat siswa tahu

bahwa pertumbuhan membutuhkan waktu yang cukup lama. Langkah berikutnya

guru mengulangi konsep pengukuran waktu baik cara membacanya maupun cara

menuliskannya.

Setelah menjelaskan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

bertanya. Seperti halnya dengan pertemuan ke-1 dan ke-2 sebelum pembelajaran

ditutup perilaku belajar siswa selalu diamati dan dinilai selama proses belajar.

87

Sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran guru memberikan PR yang akan

dibahas pertemuan berikutnya.

3. Observasi

Observasi dilakukan teman sejawat sebagai kolaborator pada saat proses

pembelajaran ketika pertemuan 1, pertemuan 2, dan pertemuan 3 untuk

mengetahui kualitas pembelajaran yang menerapkan pendekatan pembelajaran

tematik selama pembelajaran berlangsung.

a. Hasil Observasi Kualitas Pembelajaran pada Siklus I

Observasi kualitas pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat selaku

kolaborator dengan format observasi terfokus pada skor (nilai). Teman sejawat

sebagai kolaborator pada observasi ini menilai kualitas pembelajaran dengan

memberi tanda check list pada indikator yang dinilai. Berdasarkan hasil observasi

menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran pada siklus I termasuk kategori

”sedang” karena nilai kualitas pembelajaran mencapai 71%. Kualitas pembelajaran

yang belum mencapai target yang maksimal dikarenakan oleh beberapa hal antara

lain adalah sebagai berikut:

1) Minat dan motivasi belajar siswa yang rendah.

2) Materi yang akan diajarkan belum disajikan dengan baik.

Teman sejawat berharap agar guru lebih banyak memberikan dorongan dan

semangat belajar kepada siswa dan memberikan pemahaman tentang manfaat

belajar Matematika demi masa depan siswa. Berdasarkan hasil observasi tersebut

88

ada satu hal yang dapat dijadikan catatan bagi guru untuk memperbaiki perilaku

belajar siswa yaitu meningkatkan minat belajar siswa.

Menurut The Liang Gie (1994: 28) minat berarti sibuk, tertarik, terlibat

sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.

Minat yang besar akan mendorong seseorang untuk selalu berusaha sekuat tenaga

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Crow

dan Crow (1989: 303) yang mengatakan bahwa minat bisa berhubungan dengan

daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan

orang lain, benda atau kegiatan bisa sebagai pengalaman yang efektif yang

dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

Perasaan efektif merupakan aspek yang penting dalam minat, karena

dengan perasaan senang orang akan selalu terikat dan merasa bahagia dalam

berhubungan dengan sesuatu. Sedangkan minat yang menekankan pada aspek

kognitif dikemukakan oleh Winkel (1996: 189) yang mengartikan minat sebagai

kesadaran seseorang bahwa suatu situasi mengandung keterhubungan dengan

dirinya. Orang yang berminat terhadap sesuatu akan memiliki pengertian atau

pemahaman terhadap sesuatu.

Minat yang besar berpengaruh terhadap belajar, karena bila bahan

pelajaran yang dipelajarinya tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan

belajar dengan baik karena tidak ada daya tariknya. Bahan pelajaran yang menarik

perhatian siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan. Apabila terdapat siswa yang

kurang berminat terhadap pelajaran sebaiknya diusahakan agar siswa tersebut

89

memiliki minat yang lebih besar dengan cara memberikan hadiah bagi siswa

karena siswa sekolah dasar lebih mudah disentuh dengan sebuah hadiah.

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu

siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk

dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Apabila siswa tahu bahwa

hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya,

kemungkinkan besar ia akan berminat dan termotivasi untuk mempelajarinya.

Sedangkan motivasi belajar merupakan dorongan dari dalam diri siswa untuk

melakukan kegiatan belajar dalam rangka memenuhi harapan berupa penguasaan

kompetensi akademis (Dimyati dan Mijiyono, 2004: 75).

Sudah tentu menjadi suatu keharusan bagi anda untuk bisa membangkitkan

dan memupuk rasa percaya diri anak sedini mungkin. Rasa percaya diri adalah

sumber motivasi yang besar bagi anak untuk memusatkan perhatian pada

pelajarannya. Dengan adanya percaya diri pada anak, akan tumbuh semangat “dia

mampu berbuat atau melakukan”. Sesuatu yang sulit dalam pelajaran mejadi

tantangan untuk ditaklukkan dan untuk dikuasai. Anak punya keyakinan mampu

melakukan tidak akan gampang menyerah dalam menghadapi kesulitan atau

hambatan dalam belajar.

Guru sebaiknya berperan aktif untuk mendorong siswa agar memiliki cita-

cita hidup sesuai dengan taraf perkembangan daya nalarnya dan usianya. Cita-cita

anak selalu berubah sesuai dengan perkembangan usia dan daya nalar mereka.

Guru dapat memberi contoh agar siswa mau mengembangkan imajinasi dirinya

atau mengidentifikasikan dirinya jika sudah dewasa ingin menjadi apa drinya.

90

Dengan terpatrinya sebuah cita-cita hidup dalam hati nurani anak, akan

menumbuhkan motivasi instrinsik pada diri anak untuk lebih giat belajar dan lebih

terbuka untuk mengembangkan perencanaan belajarnya.

Mengenai materi guru harus cermat dan teliti dalam menyampaikan materi

jangan sampai materi yang disampaikan tidak diterima dengan baik oleh siswa.

Pada siklus I guru belum menyajikan materi dengan baik terlihat dari siswa yang

belum siap menerima materi pelajaran karena belum diinformasikan sebelumnya.

Seharusnya sebelum mengajarakan suatu materi sebaiknya siswa diberitahukan

terlebih dahulu materi yang akan diajarkan sehingga siswa dapat menyiapkan

terlebih dahulu materi yang akan dipelajari.

b. Hasil observasi Kualitas Pembelajaran pada Siklus I

Hasil observasi kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh teman sejawat

menunjukkan kualitas pembelajaran mencapai nilai 71% sehingga dapat dikatakan

ada peningkatan. Berdasarkan data ini dapat diterjemahkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan tematik pada siklus I dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran. Kendala yang dialami antara lain: 1) Kemampuan siswa

untuk menulis dengan cepat masih kurang; 2) Guru tidak menyampaikan tujuan

pembelajaran pada saat proses pembelajaran berlangsung; 3) Guru lebih cermat

dalam menyusun rencana pembelajaran. Kolaborator berharap agar guru lebih

matang dalam menyiapkan rencana pembelajaran. Dengan harapan kegiatan

pembelajaran mendukung pencapaian kompetensi dasar yang akan dicapai, paling

tidak semua siswa mencapai KKM sebesar 70.

91

c. Pencapaiaan Kompetensi Dasar menggunakan Pengukuran Waktu

Hasil tes kemampuan awal yang dilakukan guru sebagai peneliti bersama

dengan teman sejawat sebagai kolaborator sebelum dilakukan pembelajaran dan

tindakan pada pertemuan 1, 2, dan 3 pada siklus I terangkum dalam tabel 5.

Sedangkan hasil belajar siswa tentang pencapaian kompetensi dasar menggunakan

pengukuran waktu, setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan tematik

pada siklus I seperti terangkum dalam tabel 10 berikut:

Tabel 10. Hasil Tes Tertulis Pada Siklus I

No Nama Tes Keterangan

1 Andika Wahyu K 70 Kompeten 2 Candra Darmawan 75 Kompeten 3 A. Abdurrahman Zaki 80 Kompeten 4 Al Muflihun Fiyansyah 85 Kompeten 5 Al Raihan Rafi 80 Kompeten 6 Imam Muhammad M. 65 Belum kompeten 7 M. Arif Wicaksono 85 Kompeten 8 M. Akbar Angga Agasta 85 Kompeten 9 M. Fadhil Abdillah 85 Kompeten 10 M. Wahyu Andika 65 Belum kompeten 11 M. Abdul Rahim 60 Belum kompeten 12 Nur M. Saiful Ummam 80 Kompeten 13 Rifqa Mijwad Aula 75 Kompeten 14 Zaky Iqbal Firmansyah 75 Kompeten 15 Anisatul Auliya 85 Kompeten 16 Alifa Zakiyyah Azzuhra 75 Kompeten 17 Annisa Firda Amalia 85 Kompeten 18 Fadia Anzar Salamah 60 Belum kompeten 19 Hanifah Wulan Afianti 65 Belum kompeten 20 Muna Afidatin 75 Kompeten 21 Riski Widyaningsih 75 Kompeten 22 Rizqi Animah 70 Kompeten 23 Shafira Selena Orlin 65 Belum kompeten 24 Syifa Annisa 75 Kompeten

92

Jumlah Siswa : Hasil Tes : L = 14 Jumlah nilai kurang dari KKM = 6 P = 10 Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 18 Jumlah = 24

Perbandingan prestasi belajar sebelum dengan sesudah pembelajaran pada

siklus I dirangkum dalam tabel 11 berikut:

Tabel 11. Komparasi Kemampuan Awal dan Nilai Siklus I

No Nama Hasil penilaian Status

Perubahan Kondisi Awal

Siklus I

Selisih

1. Andika Wahyu K 60 70 10 Naik 2. Candra Darmawan 70 75 5 Naik 3. A. Abdurrahman Zaki 80 80 0 Tetap 4. Al Muflihun Fiyansyah 75 85 10 Naik 5. Al Raihan Rafi 75 80 5 Naik 6. Imam Muhammad M. 55 65 10 Naik 7. M. Arif Wicaksono 75 85 10 Naik 8. M. Akbar Angga Agasta 70 85 15 Naik 9. M. Fadhil Abdillah 80 85 5 Naik

10. M. Wahyu Andika 60 65 5 Naik 11. M. Abdul Rahim 50 60 10 Tetap 12. Nur M. Saiful Ummam 75 80 5 Naik 13. Rifqa Mijwad Aula 60 75 15 Naik 14. Zaky Iqbal Firmansyah 70 75 5 Naik 15. Anisatul Auliya 80 85 5 Naik 16. Alifa Zakiyyah Azzuhra 70 75 5 Naik 17. Annisa Firda Amalia 75 85 10 Naik 18. Fadia Anzar Salamah 60 60 0 Tetap 19. Hanifah Wulan Afianti 65 65 0 Tetap 20. Muna Afidatin 70 75 5 Naik 21. Riski Widyaningsih 70 75 5 Naik 22. Rizqi Animah 65 70 5 Naik 23. Shafira Selena Orlin 55 65 10 Naik 24. Syifa Annisa 75 75 0 Tetap

Dari data tabel 10 dan 11 dapat dijelaskan bahwa dari jumlah siswa kelas

IID sebanyak 24 siswa yang telah mencapai KKM 70 adalah sebanyak 18 siswa,

93

sedangkan sisanya sebanyak 6 siswa masih belum mencapai KKM atau masih

mendapat nilai kurang dari 70 (tujuh puluh).

Berdasarkan data ini dapat diterjemahkan bahwa pembelajaran pada siklus

I dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu sebanyak 18 siswa mencapai

KKM dan sebanyak 6 siswa belum mencapai KKM. Padahal kemampuan siswa

sebelum adanya tindakan hanya sebanyak 15 siswa mencapai KKM dan sisanya

sebanyak 9 siswa belum mencapai KKM.

4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus I

Refleksi implementasi upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan

prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran tematik akan menjawab

pernyataan tentang:

a. Apa yang berhasil?

1) Implementasi pembelajaran tematik pada siklus I berhasil meningkatkan

prestasi belajar dan kualitas pembelajaran. Hal ini terbukti terdapat 18

siswa mencapai nilai KKM dan ada 6 siswa di bawah KKM. Padahal

sebelum pembelajaran dan tindakan pada siklus I, hasilnya adalah

sebanyak 15 siswa dari 24 siswa telah mencapai KKM, sedangkan sisanya

9 belum mencapai KKM karena mendapat nilai kurang dari KKM.

2) Guru telah menyediakan persiapan mengajar yaitu dengan desain

pembelajaran dan menyiapkan alat bantu pembelajaran berupa lembar

pedoman observasi, lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran tematik,

dan lembar indikator peningkatan kualitas pembelajaran.

94

3) Sebelum memulai pembelajaran, selain melakukan pre tes guru juga

memaparkan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan tampak

bahwa siswa kurang memperhatikan pemaparan tujuan pembelajaran oleh

guru. Masalah ini diperkirakan penyampaian tujuan pembelajaran pada

kegiatan pembelajaran sehari-hari tidak dilakukan.

4) Saat proses pembelajaran guru melakukan pengaturan tempat duduk untuk

menghindari adanya siswa yang asyik bercerita dengan teman sebangku.

5) Saat proses pembelajaran dilakukan pengelolaan kelas, baik secara

individu maupun kelompok. Pengelolaan secara individu dilakukan saat

siswa melakukan pre tes dan siswa ditunjukkan untuk maju ke depan

membantu guru untuk mendemonstrasi suatu perbuatan. Pengelolaan kelas

secara berkelompok belum berjalan dengan baik karena tidak semua siswa

kelas II SD dapat bekerjasama dengan teman yang lain.

6) Hubungan dan komunikasi guru dengan siswa belum berjalan dengan baik,

karena belum semua siswa berani bertanya. Pertanyaan dari siswa

didominasi oleh beberapa siswa saja.

b. Apa yang belum berhasil?

1) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran di kelas belum maksimal terbukti

masih ada siswa yang ramai saat pelajaran. Ada beberapa sebab yang

membuat siswa ramai antara lain karena tidak membawa buku atau alat

peraga yang dibutuhkan sehingga ketika teman yang lain mengikuti

pelajaran dengan baik siswa yang tidak bawa buku akan mengganggu

teman yang lain.

95

2) Masih terdapat beberapa yang kesulitan dalam pembelajaran karena ada

beberapa siswa yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari gurunya.

Hal ini dilakukan karena kemampuan siswa tersebut di bawah kemampuan

teman-teman yang lain.

3) Penerapan pendekatan pembelajaran tematik belum dapat mencapai

prestasi belajar yang maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi penuh

mencapai KKM secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan

sebanyak 24 siswa. Terbukti dari jumlah keseluruhan 24 siswa, yang

mencapai nilai KKM sebesar 70 sebanyak 18 siswa, sedangkan sisanya 6

siswa masih memperoleh nilai kurang dari KKM sebesar 70.

c. Mengapa itu terjadi?

Dari hasil refleksi dan analisis lapangan menunjukkan bahwa sumber

utama kurang berhasil dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi

belajar siswa melalui penerapan pendekatan pembelajaran tematik di kelas IID

SDIT Nurul Islam Tengaran dalam pembelajaran pada siklus I adalah sebagai

berikut:

1) Kemampuan siswa yang tidak sama mempengaruhi kondisi kelas. Hal ini

dikarenakan anak kelas II sekolah dasar belum dapat belajar mandiri

sehingga perlu dibimbing terus oleh gurunya padahal gurunya hanya satu

kalau harus membimbing semua siswa tidak mampu yang akhirnya

membuat siswa yang sudah selesai mengerjakan latihan bermain di kelas.

2) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik di kelas maupun dirumah

yang masih kurang.

96

3) Kualitas pembelajaran yang masih rendah tentunya mempengaruhi suasana

pembelajaran di kelas.

d. Selanjutnya Bagaimana?

Untuk mencapai kualitas pembelajaran yang lebih baik dan prestasi belajar

yang maksimal, maka perlu dilaksanakan pembelajaran dan tindakan siklus II.

Pada tindakan siklus II perencanaan harus lebih disempurnakan dengan

meningkatkan terhadap sesuatu yang dinilai berhasil tetapi belum optimal pada

siklus I dan menambahkan beberapa aktivitas yang belum dilaksanakan pada

siklus I.

Beberapa hal yang harus ditingkatkan dan ditumbuhkan pada tindakan-

tindakan pada siklus II sebagai perbaikan dari siklus I antara lain:

1) Berusaha meningkatkan perilaku belajar siswa ke arah yang lebih baik,

dengan cara memberikan pembinaan terhadap siswa yang kurang minat

belajarnya, memberikan apresiasi terhadap siswa yang menyelesaikan soal

latihan dengan baik dan lebih awal daripada teman-temannya, serta

memberikan pujian terhadap siswa yang mau bertanya kepada guru pada

saat menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas dan latihan.

2) Berusaha melaksanakan dimensi-dimensi kualitas pembelajaran dengan

baik dengan cara menyusun skenario pembelajaran yang matang dan sesuai

dengan kondisi siswa.

3) Menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar dengan memberikan hadiah

pada siswa yang aktif di kelas. Dengan begitu diharapkan siswa yang

kurang aktif termotivasi untuk lebih aktif di kelas.

97

4) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik di dalam kelas

maupun di luar kelas, dengan cara memberikan arahan kepada siswa untuk

mengerjakan semua PR yang diberikan guru.

5) Meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa dengan menjelaskan

cara pengukuran yang benar dan menggunakan alat peraga yang mudah

ditemukan sehingga siswa dengan mudah dapat mengikuti proses

pembelajaran sampai berhasil mencapai hasil belajar maksimal atau tingkat

pencapaian kompetensi penuh mencapai KKM secara klasikal 100% dari

seluruh jumlah siswa sebanyak 24 memperoleh nilai KKM lebih dari 70.

F. Deskripsi Penelitian Siklus II

1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran pada

siklus I, terutama menyangkut beberapa hal yang direkomendasikan untuk siklus II

sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar

siswa kelas IID di SDIT Nurul Islam. Prestasi belajar siswa sekurang-kurangnya

mencapai nilai KKM sebesar 70 melalui penerapan pendekatan pembelajaran

tematik.

Rencana pembelajaran ini merupakan hasil revisi dalam rangka perbaikan

pembelajaran siklus I yang dinilai belum dapat mencapai KKM secara klasikal

100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 24 siswa. Adapun rencana

pembelajaran tematik untuk siklus II disusun sebagai berikut:

98

a. Meninjau kembali indikator peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi

belajar melalui penerapan pendekatan tematik dengan langkah-langkah sebagai

berikut: 1) memperbanyak latihan soal baik di rumah maupun di kelas; 2)

menyiapkan format evaluasi yang sesuai.

b. Menentukan materi pembelajaran pada tindakan siklus II, secara keseluruhan

yang terangkum dalam gambar 9 berikut:

c.

d.

e.

f.

Gambar 9. Jaringan Indikator Siklus II

Peristiwa

B. Indonesia · Menceritakan kembali isi

dongeng yang didengar dengan kata-kata sendiri

· Mengajukan pertanyaan dengan bahasa yang santun

Matematika · Menentukan benda yang lebih panjang

atau lebih pendek atau sama panjang dengan benda lain

· Mengukur panjang benda dengan satuan baku dan satuan tidak baku

· Menaksir panjang benda dengan satuan yang sesuai dan alat ukur yang sesuai

· Menyelesaikan masalah dalam soal cerita yang berkaitan dengan panjang benda

IPA · Mengidentifikasi perubahan

pada pertumbuhan hewan dan tumbuhan

· Membedakan benda cair dan benda padat

· Mengenal ciri benda padat dan benda cair

· Mencari contoh benda padat yang dapat berubah bentuk

IPS · Menyebutkan nama-

nama dan jenis dokumen · Menjelaskan pentingnya

menjaga dokumen dan koleksi benda berharga

· Menyebutkan cara memelihara dokumen

PKn · Menyebutkan manfaat atau

kegunaan lingkungan hewan dan tumbuhan

99

d. Membuat skenario pembelajaran dengan penerapan pendekatan pembelajaran

tematik yang terangkum dalam tebel 14 berikut:

Tabel 12. Proses Pembelajaran pada Siklus II

No Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

Kegiatan Awal

1 Pendahuluan Menyampaikan tujuan

pembelajaran

Menjelaskan

penjelasan guru

5 menit

Pre tes Mengerjakan tes 20 menit

Kegiatan Inti

2. Membangun

pengetahuan

sikap dan

ketrampilan

- Guru menjelaskan

cara menentukan

benda yang lebih

panjang atau lebih

pendek atau sama

panjang dengan

benda lain

- Guru menjelaskan

cara mengukur

panjang benda

dengan satuan baku

dan satuan tidak

baku

- Guru menjelaskan

cara menaksir

panjang benda

dengan satuan yang

sesuai dan alat ukur

yang sesuai

Memperhatikan

penjelasan guru

120

menit

100

- Guru menjelaskan

cara menyelesaikan

masalah dalam soal

cerita yang berkaitan

dengan panjang

Menyuruh siswa

berlatih mengerjakan

soal-soal latihan

Mengerjakan soal

latihan

90 menit

Kegiatan Akhir

3. Penutup Memberikan Pos tes Mengerjakan tes 30 menit

e. Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran yan mendukung terlaksananya

tindakan pembelajaran seperti menyiapkan alat peraga yang digunakan,

menyiapkan buku pegangan, dan soal-soal latihan.

f. Menyiapkan instrumen observasi untuk mengobservasi kualitas pembelajaran

yang dilakukan oleh teman sejawat sebagai kolaborator.

g. Mendeskripsikan secara jelas peran guru sebagai fasilitator pembelajaran dan

teman sejawat sebagai kolaborator berperan sebagai observer dan siswa kelas

IID SDIT Nurul Islam sebagai subyek penelitian. Peran guru sebagai fasilitator

adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat menciptakan siswa belajar,

termasuk didalamnya sebagai salah satu sumber belajar dan sebagai motivator.

Guru mampu meningkatkan semangat siswa untuk belajar dan berlatih.

Sebagai observer teman sejawat bertugas untuk mengamati aktivitas siswa dan

perilaku belajar siswa.

h. Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan dan menguji keterlaksanaannya di

lapangan.

101

2. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Siklus II

Siklus II dilaksanakan dalam waktu 2 minggu mulai 9 November 2009

sampai 21 November 2009. Rencana pembelajaran tematik disusun oleh peneliti

untuk 4 kali pertemuan masing-masing pertemuan waktunya 2 jam pelajaran.

Berikut ini merupakan kegiatan dari setiap pertemuan pada siklus II yaitu sebagai

berikut

Pertemuan ke 1

Pada pertemuan ini indikator yang diajarkan yaitu menentukan benda yang

lebih panjang atau lebih pendek atau sama panjang daripada benda lain. Setelah

dilakukan presensi siswa, guru memaparkan tujuan dari pembelajaran yang akan

dilaksanakan dan membacakan hasil belajar siswa untuk. Kegiatan pembelajaran

diawali dengan membaca teks tentang pertumbuhan pada hewan dan tumbuhan.

Siswa membacanya secara klasikal. Bacaan tersebut berisi peristiwa perubahan

ukuran pada anak hewan menjadi hewan dewasa dan pertumbuhan biji menjadi

tanaman yang berbuah. Dalam bacaan itu guru menggunakan kata “lebih panjang,

lebih pendek, dan sama panjang”. Langkah selanjutnya guru memberikan konsep

bagaimana menentukan benda yang lebih panjang, lebih pendek, atau sama

panjang. Guru juga menyuruh siswa secara lisan menyebutkan contoh benda yang

lebih panjang, lebih pendek, atau sama panjang.

Materi selanjutnya adalah menyuruh siswa untuk menyebutkan manfaat

hewan dan tumbuhan bagi kehidupan manusia. Guru menampung semua pendapat

siswa kemudian memilih pendapat yang paling tepat. Guru juga memberikan

contoh peristiwa yang menunjukkan kegunaan atau manfaat hewan dan tumbuhan.

102

Kegiatan siswa berikutnya adalah belajar secara berpasangan (4 - 5 siswa).

Guru menjelaskan tugas siswa yaitu mencari benda kemudian membandingkannya

dengan menggunakan kata lebih panjang, lebih pendek, dan sama panjang. Hasil

pekerjaan mereka dibahas bersama-sama di kelas sehingga siswa mengetahui

kesalahannya. Demikian juga dengan guru dapat mengetahui perubahan siswanya.

Selanjutnya siswa mengerjakan soal evaluasi yang sudah disediakan oleh guru.

Sebelum pertemuan ini ditutup guru menguatkan lagi pemahaman siswa dalam

menentukan benda yang lebih panjang, lebih pendek, atau sama panjang. Guru

juga memberikan tugas berupa PR kepada siswa.

Pertemuan ke 2

Indikator yang akan dicapai dalam pertemuan ini adalah mengukur panjang

benda dengan satuan baku dan satuan tidak baku. Untuk mengingat kembali materi

sebelumnya guru membahas PR yang sudah dikerjakan siswa. Guru juga

menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah siswa melakukan pembelajaran.

Untuk menarik perhatian siswa guru mengajak siswa menyanyikan lagu “Kasih

Ibu”. Lagu ini sebagai penghantar materi dokumen-dokumen penting dan benda-

benda berharga. Dokumen penting biasa berisi tentang suatu peristiwa, seperti akta

kelahiran sebagai bukti atas kelahiran seorang bayi, Buku Nikah sebagai bukti atas

peristiwa pernikahan, Piagam sebagai bukti atas pencapaian prestasi.

Guru menyediakan beberapa contoh dokumen penting kemudian guru

bertanya jawab tentang panjang dan pendek dokumen untuk mengingat materi

yang lalu. Langkah selanjutnya adalah mengukur panjang dokumen dengan satuan

103

tidak baku (jengkal, depa, langkah). Guru menggunakan satuan tidak baku untuk

mengukur beberapa benda yang ada di kelas.

Hasil pengukuran di atas merupakan pengukuran yang dilakukan oleh

siswa. Dengan melibatkan siswa dalam pengukuran, siswa dapat menemukan

secara langsung sehingga memudahkan pemahamannya. Guru membagikan soal

latihan, dimana dalam soal tersebut siswa harus melakukan pengukuran sendiri-

sendiri. Saat siswa melakukan pengukuran guru melakukan penilaian dalam proses

pembelajaran sambil memberikan bimbingan bagi siswa yang kurang paham.

Kegiatan siswa selanjutnya adalah belajar mengukur benda dengan satuan baku.

Dalam pembelajaran ini guru menyediakan alat pengukuran baku yaitu penggaris,

materan pita, meteran gulung. Guru juga menjelaskan bahwa satuan yang

digunakan di kelas II hanya dua, yaitu “cm” (sentimeter) dan “m” (meter). Guru

melakukan hal yang sama untuk menjelaskan cara mengukur benda dengan satuan

baku Untuk mengecek pemahaman siswa, guru memberikan pertanyaan secara

lisan. Setelah menguatkan pemahaman siswa guru membagikan soal evaluasi

untuk mengetahui perubahan kemampuan siswa. Di akhir pertemuan guru

membagikan PR yang akan dibahas pada pertemuan mendatang

Pertemuan ke 3

Pada pertemuan ini indikator yang ingin dicapai adalah menaksir panjang

benda dengan satuan yang sesuai dan alat ukur yang sesuai. Kegiatan awal yang

dilakukan sama dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya yaitu membahas PR

dan menyebutkan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti diawali dengan mengulang

konsep satuan baku dan satuan tidak baku dalam pengukuran. Kegiatan guru

104

selanjutnya adalah menjelaskan cara mengubah satuan baku, misalnya 1 m = 100

cm dan 100 cm = 1 m. Untuk menamamkan konsep tersebut guru menyuruh siswa

berpasangan untuk memasukkan sedotan yang panjangnya 1 cm ke dalam pita

yang panjangnya 1 m. Dengan kegiatan ini siswa dapat membuktikan sendiri

bahwa panjang 1 pita sama dengan 100 sedotan yang berarti panjang 1 m sama

dengan 100 cm. Pemahaman ini dapat membantu siswa untuk menentukan satuan

dan alat pengukuran yang sesuai. Langkah selanjutnya adalah menyuruh siswa

mengerjakan soal evaluasi dan membagikan PR kepada siswa. Pertemuan ini

diakhiri dengan tanya jawab berantai.

Pertemuan ke 4

Pada pertemuan ini indikator yang ingin dicapai adalah menyelesaikan

masalah dalam soal cerita yang berkaitan dengan panjang. Pertemuan ini diawali

dengan pembahasan PR dan pemaparan tujuan pembelajaran oleh guru. Kegiatan

yang dilakukan guru adalah meminta siswa menyebutkan benda sebanyak-banyak

dan menuliskannya di papan tulis. Selanjutnya guru memberikan teka-teki kepada

siswa dan bagi siswa yang dapat menjawab akan mendapat hadiah. Teka-teki

tersebut adalah “Semua orang membutuhkan ku. Banyak ikan yang mati kalau aku

tidak ada. Aku dibutuhkan saat orang merasa haus. Siapakah aku”? Dengan

jawaban air akan digunakan guru untuk menyebutkan ciri-ciri benda cair dan

benda padat. Selanjutnya guru menyuruh perwakilan siswa untuk melingkari nama

benda yang tertulis di papan tulis untuk benda padat menggunakan spidol warna

merah dan benda cair menggunakan spidol warna biru.

105

3. Observasi

a. Hasil Observasi Kualitas Pembelajaran pada Siklus II

Observasi kualitas pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat selaku

kolaborator dengan format observasi yang dinilai dengan memberikan tanda check

list. Hasil observasi teman sejawat menunjukkan adanya peningkatan kualitas

pembelajaran. Pada siklus II ini kualitas pembelajaran dikategorikan baik karena

mencapai nilai 85%.

Peningkatkan kualitas pembelajaran dinilai belum maksimal oleh

kolaborator, hal ini dikerenakan antara lain: 1) ada beberapa siswa yang belum

mampu bekerja dalam kelompok sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran dengan

baik; 2) guru belum mempunyai hubungan yang aktif dengan orang tua.

Sedangkan peningkatan kualitas pembelajaran yang cukup signifikan

dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan pendekatan pembelajaran tematik.

Selama proses pembelajaran pada siklus II berlangsung siswa tampak mengikuti

kegiatan dan aktivitas pembelajaran dengan antusias. Hal ini terbukti dengan

banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan tentang kesulitan yang sedang

dialami. Selain itu juga terlihat dari hampir semua siswa mengerjakan pekerjaan

rumah dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

b. Prestasi Belajar Siswa Kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran Tahun

Ajaran 2009/2010 pada Siklus II

Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes tertulis yang dilakukan

oleh guru sebagai peneliti. Berikut ini merupakan rangkuman hasil tes tertulis

siswa yaitu sebagai berikut:

106

Tabel 13. Prestasi Belajar pada Siklus II

No Nama Tes Keterangan

1 Andika Wahyu K 70 Kompeten 2 Candra Darmawan 85 Kompeten 3 A. Abdurrahman Zaki 90 Kompeten 4 Al Muflihun Fiyansyah 90 Kompeten 5 Al Raihan Rafi 85 Kompeten 6 Imam Muhammad M. 70 Kompeten 7 M. Arif Wicaksono 90 Kompeten 8 M. Akbar Angga Agasta 85 Kompeten 9 M. Fadhil Abdillah 95 Kompeten 10 M. Wahyu Andika 65 Belum kompeten 11 M. Abdul Rahim 60 Belum kompeten 12 Nur M. Saiful Ummam 90 Kompeten 13 Rifqa Mijwad Aula 85 Kompeten 14 Zaky Iqbal Firmansyah 85 Kompeten 15 Anisatul Auliya 95 Kompeten 16 Alifa Zakiyyah Azzuhra 85 Kompeten 17 Annisa Firda Amalia 90 Kompeten 18 Fadia Anzar Salamah 60 Belum kompeten 19 Hanifah Wulan Afianti 70 Kompeten 20 Muna Afidatin 90 Kompeten 21 Riski Widyaningsih 85 Kompeten 22 Rizqi Animah 85 Kompeten 23 Shafira Selena Orlin 70 Kompeten 24 Syifa Annisa 85 Kompeten Jumlah Siswa : Hasil Tes : L = 14 Jumlah nilai kurang dari KKM = 3 P = 10 Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 21 Jumlah = 24 Pada siklus II prestasi belajar mengalami peningkatan apabila

dibandingkan dengan prestasi belajar pada siklus I. Perbandingan prestasi belajar

sebelum dan sesudah tindakan pada siklus II dapat dilihat dari rangkuman dalam

tabel 16 berikut:

107

Tabel 14. Komparasi Nilai pada SiklusI dan Nilai pada Siklus II

No Nama Hasil penilaian Status

Perubahan Siklus I Siklus II Selisih 1. Andika Wahyu K 70 70 0 Tetap 2. Candra Darmawan 75 85 10 Naik 3. A. Abdurrahman Zaki 80 90 10 Naik 4. Al Muflihun Fiyansyah 85 90 5 Naik 5. Al Raihan Rafi 80 85 5 Naik 6. Imam Muhammad M. 65 70 5 Naik 7. M. Arif Wicaksono 85 90 5 Naik 8. M. Akbar Angga Agasta 85 85 0 Tetap 9. M. Fadhil Abdillah 85 95 10 Naik

10. M. Wahyu Andika 65 65 10 Naik 11. M. Abdul Rahim 60 60 0 Tetap 12. Nur M. Saiful Ummam 80 90 10 Naik 13. Rifqa Mijwad Aula 75 85 10 Naik 14. Zaky Iqbal Firmansyah 75 85 10 Naik 15. Anisatul Auliya 85 95 10 Naik 16. Alifa Zakiyyah Azzuhra 75 85 10 Naik 17. Annisa Firda Amalia 85 90 5 Naik 18. Fadia Anzar Salamah 60 60 0 Tetap 19. Hanifah Wulan Afianti 65 70 5 Naik 20. Muna Afidatin 75 90 15 Naik 21. Riski Widyaningsih 75 85 10 Naik 22. Rizqi Animah 70 85 15 Naik 23. Shafira Selena Orlin 65 70 5 Naik 24. Syifa Annisa 75 85 10 Naik

Dari data tabel 15 dan 16 dapat dijelaskan bahwa dari jumlah siswa kelas

IID sebanyak 24 siswa yang telah mencapai KKM 70 adalah sebanyak 21 siswa,

sedangkan sisanya sebanyak 3 siswa masih belum mencapai KKM atau masih

mendapat nilai kurang dari 70 (tujuh puluh).

Berdasarkan data ini dapat diterjemahkan bahwa pembelajaran pada siklus

II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu sebanyak 21 siswa mencapai

108

KKM dan sebanyak 3 siswa belum mencapai KKM. Padahal sebelum

pembelajaran pada siklus I, hasil kemampuan awal sebanyak 18 siswa mencapai

KKM dan sisanya sebanyak 6 siswa belum mencapai KKM.

4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus II

Refleksi implementasi upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan

prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran tematik akan menjawab

pernyataan tentang:

1) Apa yang berhasil?

a) Implementasi pembelajaran tematik pada siklus II berhasil meningkatkan

prestasi belajar dan kualitas pembelajaran. Hal ini terbukti terdapat 21

siswa mencapai nilai KKM dan ada 3 siswa di bawah KKM. Peningkatan

juga terjadi pada kualitas pembelajaran yang mencapai nilai 85%.

b) Secara umum pembelajaran tematik memberikan suasana yang berbeda

kepada siswa. Pada siklus I masih ada siswa tidak mau mengerjakan latihan

yang diberikan guru, tetapi pada siklus II siswa tersebut sudah mau

mengerjakan soal latihan dan evaluasi meskipun hasilnya di bawah KKM.

c) Siswa yang sebelumnya tidak mempunyai tanggung jawab atas kelompok

pada siklus kedua ini sudah menunjukkan rasa tanggung jawabnya,

meskipun belum bisa memberikan pendapat dalam memecahkan persoalan.

d) Ada beberapa alat peraga yang dapat digunakan untuk menyampaikan dua

sampai tiga mata pelajaran sekaligus sehingga guru tidak perlu menyiapkan

alat peraga untuk tiap-tiap mata pelajaran.

109

e) Pada siklus II ini guru sudah menikmati kegiatan pembelajaran sehingga

guru tidak merasa terbebani, malahan guru semakin terampil dalam

menerapkan pembelajaran tematik.

2) Apa yang belum berhasil?

Guru belum dapat mengatasi siswa yang kurang kemampuannya yang

menyebabkan kelas manjadi ramai. Hal ini menjadi dilema bagi guru karena

ketika guru memilih untuk melanjutkan materi, siswa yang kurang

kemampuannya akan semakin tertinggal, tetapi jika guru tidak melanjutkan

materi siswa yang kemampuannya tinggi akan ramai di kelas.

3) Mengapa itu terjadi?

Hal ini terjadi karena pengelolaan kelas yang belum baik karena pada saat

pembelajaran Matematika kegiatan anak adalah melakukan percobaan

menggunakan alat peraga. Jumlah antara alat peraga dengan jumlah siswa

tidak sama sehingga menimbulkan antrian saat menggunakan alat peraga

secara bergantian.

4) Selanjutnya Bagaimana?

Beberapa hal yang harus ditingkatkan dan ditumbuhkan pada tindakan-

tindakan pada siklus II sebagai perbaikan dari siklus I antara lain:

a) Meminta pada pihak sekolah untuk menyediakan alat peraga yang

dibutuhkan atau menggunakan alat peraga yang tersedia di lingkungan

sehingga mudah untuk didapatkan.

b) Mengajak siswa untuk belajar sambil berekreasi dengan harapan siswa

lebih semangat lagi dalam pembelajaran.

110

c) Mengingat masih ada siswa yang belum mencapai KKM dan kualitas

pembelajaran belum mencapai 100% maka peneliti mengadakan siklus III.

G. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Siklus III

1. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran pada

siklus II, utamanya menyangkut beberapa hal yang direkomendasikan untuk siklus

III sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar

siswa kelas IID di SDIT Nurul Islam Tengaran. Prestasi belajar siswa diharapkan

mencapai nilai KKM sebesar 70 melalui penerapan pendekatan pembelajaran

tematik.

Rencana pembelajaran ini merupakan hasil revisi dalam rangka perbaikan

pembelajaran siklus II yang dinilai belum dapat mencapai KKM secara klasikal

100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 24 siswa. Terbukti dari jumlah

keseluruhan 24 siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 siswa, sedangkan sisanya

3 siswa masih mendapat nilai di bawah KKM. Adapun rencana pembelajaran

tematik untuk siklus III disusun sebagai berikut:

a. Melakukan analisis ulang terhadap hasil pengamatan untuk mengetahui

penyebab-penyebab yang membuat siswa tidak dapat mencapai nilai KKM.

b. Menentukan materi pembelajaran pada tindakan siklus III. Pada siklus III

peneliti bersama teman sejawat kembali menentukan tema yaitu

“Rekreasi”, alasan pemilihan tema ini adalah sebagai berikut: (1) Tema

111

Rekreasi mudah dipergunakan untuk memadukan beberapa mata pelajaran;

(2) Tema rekreasi sesuai dengan perkembangan siswa yang suka bermain;

(3) Pemilihan tema rekreasi didasarkan pada pertimbangan mengenai

suasana pembelajaran yang menyenangkan. Berdasarkan tema yang dipilih

yaitu “Rekreasi” maka secara keseluruhan yang terangkum dalam gambar

10 berikut:

Gambar 10. Jaringan Indikator Siklus III

Rekreasi

B. Indonesia · Melengkapi teks sesuai dengan yang didengarkan · Menjelaskan urutan kegiatan sehari-hari dengan

bahasa yang runtut dan mudah dipahami

Matematika · Menentukan benda yang lebih berat,

lebih ringan, atau sama berat dengan benda lain

· Mengukur berat benda dengan satuan baku dan satuan tidak baku

· Menaksir berat benda dengan satuan yag sesuai dan alat ukur yang sesuai

· Menyelesaikan masalah dalam soal cerita yang berkaitan dengan berat benda

PKn · Menunjukkan sikap

mencintai dengan menjaga lingkungan

IPA · Mencari benda padat yang

berubah menjadi benda cair dan sebaliknya

· Menggunakan kegunaan benda di sekitar

· Memperagakan kegunaan benda dengan tepat

IPS · Menceritakan

peristiwa yang terkesan tentang diri dan keluarga

· Membaca data dari dokumen

112

c. Membuat skenario pembelajaran pada siklus III yang menerapkan

pembelajaran tematik.

Tabel 15. Proses Pembelajaran pada Siklus III

No Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

Kegiatan Awal

1 Pendahuluan Menyampaikan tujuan

pembelajaran

Menjelaskan

penjelasan guru

5 menit

Pre tes Mengerjakan tes 20 menit

Kegiatan Inti

2. Membangun

pengetahuan

sikap dan

ketrampilan

· Menentukan benda yang lebih berat, lebih ringan, atau sama berat dengan benda lain

· Mengukur berat benda dengan satuan baku dan satuan tidak baku

· Menaksir berat benda dengan satuan yag sesuai dan alat ukur yang sesuai

· Menyelesaikan masalah dalam soal cerita yang berkaitan dengan berat benda

Memperhatikan

penjelasan guru

100

menit

Menyuruh siswa

berlatih mengerjakan

soal-soal latihan

Mengerjakan soal

latihan

60 menit

Kegiatan Akhir

3. Penutup Memberikan Pos tes Mengerjakan tes 25 menit

113

2. Pelaksanaan Tindakan

Siklus III dilaksanakan dalam waktu 2 minggu mulai 23 November 2009

sampai 3 Desember 2009. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan adalah:

Pertemuan ke 1

Terdapat dua indikator yang ingin dicapai dalam pertemuan ini yaitu

menentukan benda yang lebih berat, lebih ringan, atau sama berat dengan benda

lain dan mengukur berat benda dengan satuan baku dan satuan tidak baku.

Kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu “Bertamasya”. Pada pertemuan ini

guru memberikan contoh benda yang lebih berat dan yang lebih ringan, serta yang

sama berat. Siswa juga disuruh menyebutkan contoh benda yang lebih berat dan

yang lebih ringan, serta yang sama berat. Pembahasan materi ini tidak

membutuhkan waktu yang lama karena konsepnya hampir sama dengan

pengukuran panjang yang sudah dipelajari sebelumnya.

Untuk mengukur berat benda dengan satuan tidak baku guru menggunakan

timbangan neraca, misalnya berat 1 melon sama dengan 8 jeruk. Guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan menimbang dengan satuan tidak

baku. Kegiatan berikutnya adalah mengukur berat benda dengan satuan baku.

Guru menggunakan timbangan duduk, timbangan makanan, dan timbangan badan

sebagai alat peraga. Guru juga menyebutkan 3 satuan baku yaitu kilogram (kg),

ons, dan gram (g). Siswa diajari cara membaca timbangan tentunya melibatkan

beberapa siswa karena dengan learning by doing akan membuat pelajaran lebih

bermakna.

114

Dengan timbangan yang tersedia siswa menimbang beberapa benda dan

menentukan beratnya. Termasuk juga menimbang benda padat dan benda cair

untuk mengingatkan siswa terhadap materi yang sudah diajarkan. Untuk

menguatkan pemahaman siswa guru menyuruh 3 siswa menimbang berat

badannya dan siswa yang lain mencatat berat ketiga siswa tersebut.

Sebelum diakhiri guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya. Ternyata ada siswa yang bertanya “mana yang lebih berat gula apa

garam”? untuk menjawabnya guru menjelaskan bahwa berat benda ditentukan

satuannya bukan bentuk dan jumlahnya. Seperti biasa guru membagikan soal

evaluasi dan PR kepada siswa. Sebelum pulang guru mengingatkan siswa untuk

menyiapkan pelajaran pada pertemuan yang akan datang.

Pertemuan ke 2

Pertemuan kedua ini membahas satuan dan alat ukur yang sesuai untuk

benda. Guru berharap dengan tema rekreasi siswa akan lebih semangat untuk

belajar. Oleh karena itu, guru mengajak siswa berekreasi ke Taman Bermain Rawa

Permai. Dengan belajar di tempat wisata dapat menghilangkan kejenuhan siswa

yang selama ini hanya belajar di sekolah. Awalnya guru agak kesulitan untuk

mengendalikan siswa yang langsung berhamburan saat tiba di tempat wisata. Guru

menyadari bahwa siswa kelas II SD masih suka bermain sehingga guru memberi

waktu sejenak kepada siswa untuk bermain. Saat siswa bermain guru dan teman

sejawat menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran.

Beberapa saat setelah selesai melakukan persiapan guru mengumpulkan siswa

untuk mulai pembelajaran. Siswa duduk melingkar di atas tikar dan guru mulai

115

menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan diawali dengan

penjelasan guru tentang cara mengubah satuan berat. Guru menyuruh siswa

menyebutkan tiga satuan baku yaitu kg, ons, dan gram. Di depan guru tersedia tiga

timbangan yang pada pertemuan sebelumnya sudah digunakan. Pada timbangan

makanan tertulis tiga satuan tersebut berikut angka, yaitu 1 kg = 1000 gram, 1 kg =

10 ons, dan1 ons = 100 gram.

Guru lebih menekankan konsep bahwa 1 kg = 10 ons karena satuan ini

yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memudahkan siswa

menerima konsep ini guru menyediakan 50 bungkus kacang hijau dimana berat

setiap bungkus adalah 1 ons. Guru memberi kesempatan kepada siapa yang mau

memperagakan di depan. Tugas siswa yang berada di depan adalah mengambil

bungkusan sesuai dengan perintah guru, misalnya guru menyuruh mengambil 3 kg

berarti siswa mengambil 30 bungkus kacang hijau. Kegiatan selanjutnya adalah

membagi siswa menjadi 8 kelompok dan tugas mereka menentukan satuan yang

sesuai untuk benda-benda di sekitar tempat wisata dan menentukan wujud benda

serta menuliskan kegunaannya. Hasil kerja kelompok dibahas bersama-sama dan

diselingi hiburan dari siswa yang menyanyikan beberapa lagu.

Kegiatan dilanjutkan dengan menunjukkan sikap mencintai lingkungan

sekitar. Guru menyuruh siswa menyebutkan beberapa contoh perilaku menjaga

lingkungan. Perilaku tersebut kemudian dipraktekkan bersama-sama di lingkungan

tempat wisata, seperti mengambil sampah yang berhamburan, mencabuti rumput-

rumput liar, memotong daun-daun yang sudah kering, dan membersihkan tempat

116

yang tadi gunakan untuk belajar. Dalam kegiatan ini siswa memperagakan cara

penggunaan benda seperti sapu dan pisau.

Untuk mengabadikan kegiatan belajar di tempat wisata guru mengajak

siswa untuk berfoto bersama-sama sehingga meskipun lelah anak-anak tetap

semangat. Kegiatan di Rawa Permai diakhiri dengan mengerjakan soal evaluasi

yang jumlahnya lebih sedikit dari evaluasi-evaluasi sebelumnya. Siswa juga

diminta untuk menuliskan kesan selama belajar di Taman Bermain Rawa Permai.

Pertemuan ke 3

Pada pertemuan ini guru tidak membahas PR karena kemarin tidak ada PR.

Pada kesempatan ini guru ingin mengetahui seberapa kesiapan siswa untuk

menerima pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari apakah siswa sudah mengetahui

materi yang akan dipelajari. Apabila dapat menyebutkan materi yang akan

dipelajari tentunya siswa dapat memaparkan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai. Indikator yang ingin dicapai adalah menyelesaikan masalah dalam soal

cerita yang berkaitan dengan berat benda. Untuk membantu kesiapan siswa dalam

belajar guru memberikan pertanyaan yang dapat mengingatkan siswa kepada

materi-materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Kegiatan ini diawali dengan

menuliskan cerita belajar di Taman Bermain Rawa Permai dengan bahasa yang

runtut dan mudah dipahami. Siswa juga diminta untuk memperhatikan penggunaan

huruf kapital dan penggunaan tanda baca. Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan

kepada guru, kemudian guru membacakan teks bacaan tentang berekreasi di

Kebun Binatang. Dalam bacaan tersebut guru mencantumkan berat binatang.

117

Saat siswa mengerjakan soal latihan guru mengadakan penilaian dalam

proses. Hasil penilaian sementara menunjukkan bahwa masih ada siswa yang

kesulitan sehingga mengulangi lagi konsep penjumlahan dan pengurangan pada

bilangan tiga angka. Penjelasan guru tentang penjumlahan dan pengurangan

ternyata sangat membantu siswa dalam menyelesaikan soal latihan. Kegiatan siswa

selanjutnya adalah mengerjakan soal evaluasi yang dibagikan. Pertemuan ini

diakhiri dengan pembagian foto bersama sewaktu belajar di Rawa Permai. Sebagai

tugas siswa diminta menyimpan foto tersebut di album mereka di rumah.

3. Observasi

a. Hasil Observasi Kualitas Pembelajaran pada Siklus III

Observasi kualitas pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat selaku

kolaborator yang dinilai dengan memberikan tanda check list pada format

observasi. Hasil observasi teman sejawat menunjukkan adanya peningkatan

kualitas pembelajaran. Pada siklus III ini kualitas pembelajaran dikategorikan amat

baik karena mencapai nilai 96%. Peningkatan kualitas pembelajaran ini sudah

menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran tematik telah berhasil dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dan prestasi belajar siswa kelas IID

SDIT Nurul Islam.

b. Hasil Belajar Siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran

Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes tertulis yang dilakukan

oleh guru sebagai peneliti sesudah pembelajaran pada siklus III yaitu sebagai

berikut:

118

Tabel 16. Hasil Tes Tertulis pada Siklus III

No Nama Tes Keterangan

1 Andika Wahyu K 75 Kompeten 2 Candra Darmawan 90 Kompeten 3 A. Abdurrahman Zaki 100 Kompeten 4 Al Muflihun Fiyansyah 90 Kompeten 5 Al Raihan Rafi 80 Kompeten 6 Imam Muhammad M. 75 Kompeten 7 M. Arif Wicaksono 95 Kompeten 8 M. Akbar Angga Agasta 95 Kompeten 9 M. Fadhil Abdillah 100 Kompeten 10 M. Wahyu Andika 75 Kompeten 11 M. Abdul Rahim 70 Kompeten 12 Nur M. Saiful Ummam 90 Kompeten 13 Rifqa Mijwad Aula 95 Kompeten 14 Zaky Iqbal Firmansyah 90 Kompeten 15 Anisatul Auliya 100 Kompeten 16 Alifa Zakiyyah Azzuhra 85 Kompeten 17 Annisa Firda Amalia 95 Kompeten 18 Fadia Anzar Salamah 75 Kompeten 19 Hanifah Wulan Afianti 70 Kompeten 20 Muna Afidatin 90 Kompeten 21 Riski Widyaningsih 85 Kompeten 22 Rizqi Animah 85 Kompeten 23 Shafira Selena Orlin 75 Kompeten 24 Syifa Annisa 85 Kompeten

Jumlah Siswa : Hasil Tes : L = 14 Jumlah nilai kurang dari KKM = 0 P = 10 Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 24 Jumlah = 24 Perbandingan hasil pembelajaran sebelum dan sesudah tindakan pada

siklus III dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dirangkum dalam tabel 19

berikut:

119

Tabel 17. Komparasi Nilai pada Siklus II dan Nilai pada Siklus III

No Nama Hasil penilaian Status

Perubahan Siklus II Siklus III Selisih 1. Andika Wahyu K 70 75 5 Naik 2. Candra Darmawan 85 90 5 Naik 3. A. Abdurrahman Zaki 90 100 10 Naik 4. Al Muflihun Fiyansyah 90 90 0 Tetap 5. Al Raihan Rafi 85 80 5 Naik 6. Imam Muhammad M. 70 75 5 Naik 7. M. Arif Wicaksono 90 95 5 Naik 8. M. Akbar Angga Agasta 85 95 10 Naik 9. M. Fadhil Abdillah 95 100 5 Naik

10. M. Wahyu Andika 65 75 10 Naik 11. M. Abdul Rahim 60 70 10 Naik 12. Nur M. Saiful Ummam 90 90 0 Tetap 13. Rifqa Mijwad Aula 85 95 10 Naik 14. Zaky Iqbal Firmansyah 85 90 5 Naik 15. Anisatul Auliya 95 100 5 Naik 16. Alifa Zakiyyah Azzuhra 85 85 0 Tetap 17. Annisa Firda Amalia 90 95 5 Naik 18. Fadia Anzar Salamah 60 75 15 Naik 19. Hanifah Wulan Afianti 70 70 0 Tetap 20. Muna Afidatin 90 90 0 Tetap 21. Riski Widyaningsih 85 85 0 Tetap 22. Rizqi Animah 85 85 0 Tetap 23. Shafira Selena Orlin 70 75 5 Naik 24. Syifa Annisa 85 85 0 Naik

Dari data tabel 18 dan 19 dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar seluruh

siswa kelas IID sebanyak 24 siswa mencapai KKM sebesar 70, berarti tidak ada

siswa yang prestasi belajarnya dibawah KKM. Berdasarkan data ini dapat

diterjemahkan bahwa pembelajaran pada siklus III dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa yaitu semua siswa kelas IID mencapai KKM. Padahal sebelum

120

pembelajaran pada siklus III, hasil kemampuan awal sebanyak 21 siswa mencapai

KKM dan sisanya sebanyak 3 siswa belum mencapai KKM.

4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian pada Siklus III

Berdasarkan hasil observasi di atas pelaksanaan pembelajaran tematik yang

dilakukan peneliti selalu mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Terbukti

dengan suasana pembelajaran yang semakin kondusif. Teman sejawat berharap

akan ada tindak lanjut atas proses pembelajaran dengan pembelajaran tematik yang

sudah dilakukan, baik oleh guru maupun siswa. Proses pembelajaran sudah

berkualitas sehingga siswa-siswa dapat belajar dengan baik. Siswa kelas IID selalu

tampak bersemangat dalam pembelajaran karena siswa merasa senang kegiatan

pembelajaran yang sedang dilakukan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran tematik

telah berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa kelas

IID SDIT Nurul Islam. Peningkatan kualitas ini tampak pada 1) kondisi belajar

siswa yang sudah kondusif; 2) semangat belajar siswa yang tinggi; 3) kegiatan

pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Sedangkan prestasi belajar tampak dari pencapaian tingkat kompetensi yang

mencapai KKM secara klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa kelas IID.

H. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian di atas, selanjutnya akan dikemukakan

pembahasan mengenai hasil penelitian, yaitu:

121

1. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan

Kualitas Pembelajaran

Berikut ini akan dibahas beberapa dimensi kualitas pembelajaran sesuai

dengan hasil penelitian di atas.

a. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran (Organizational strategy)

Strategi Pengorganisasian Pembelajaran adalah metode yang digunakan untuk

mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran.

Pengorganisasian mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi,

pembuatan diagram, format, dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang termasuk

indikator strategi pengorganisasian pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Penataan bahan ajar yang akan diajarkan, baik selama satu semester

maupun setiap pertemuan.

Hal ini dilakukan dalam merencanakan pembelajaran tematik yaitu:

melakukan pemetaan tema, melakukan analisis terhadap kompetensi dasar,

membuat jaring indikator. Tujuan dari penataan ini adalah menghindari

pengulangan materi dan memadukan materi yang berkaitan dalam satu tema.

Penataan juga dilakukan setiap kali pertemuan hal ini terlihat dari rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berisi tentang materi yang akan diajarkan.

Dalam pembelajaran di sekolah terdapat banyak unsur yang saling

berkaitan dan menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Adapun

unsur-unsur tersebut adalah guru, siswa, kurikulum, pengajaran, tes, dan

lingkungan. Berdasarkan hasil temuan di atas dapat diketahui bahwa semua unsur-

122

unsur tersebut sudah terpenuhi meskipun belum begitu maksimal. Akan tetapi

sudah menunjukkan bahwa SDIT Nurul Islam berusaha untuk menerapkan

pembelajaran tematik. Siswa SDIT Nurul Islam terus mendapatkan perlakuan yang

bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan

pendapat Nana Sudjana (2008: 2) yang mengatakan bahwa siswa sebagai subyek

dalam proses pembelajaran sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar

mengajar. Dalam penelitian guru juga memberikan weekly program yang berisi

indikator yang akan dipelajari selama satu minggu. Program mingguan ini sebagai

acuan siswa mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

Di sisi lain weekly program dapat membantu orang tua untuk mengetahui

apa yang sedang dipelajari anaknya sehingga apa yang diajarkan di rumah sesuai

dengan yang diajarkan di sekolah. Dengan demikian, apa yang sudah dilakukan

menunjukkan adanya upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang hasilnya

dapat dilihat dari hasil prestasi siswa.

2) Menetapkan materi yang akan dibahas bersama-sama

Pendekatan tematik yang diterapkan di kelas bawah ternyata mendapat

perhatian yang cukup besar dari pihak sekolah yang ditunjukkan dengan adanya

upaya peningkatan kualitas guru dalam mengajar dengan mengikutsertakan guru-

guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, tersedianya buku-buku tentang belajar

mengajar, adanya program studi banding ke beberapa sekolah ternama.

3) Membuat format penilaian atas penguasaan setiap materi.

Penilaian merupakan salah kegiatan dalam pembelajaran yang sangat

penting. Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi penilaian selama

123

proses belajar mengajar berlangsung dan penilaian terhadap kemampuan siswa

baik kemampuan siswa sebelum tindakan dan kemampuan siswa setelah dilakukan

tindakan. Hasil penilaian ini akan digunakan sebagai patokan ketuntasan belajar..

b. Strategi Penyampaian Pembelajaran (Delivery Strategy)

Strategi penyampaian pembelajaran adalah adalah metode yang digunakan

untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dan atau menerima serta

merespon masukan yang berasal dari siswa. Sumber belajar merupakan bidang

kajian utama dari strategi ini.

1) Menggunakan berbagai alat peraga dalam penyampaian pembelajaran

Alat peraga yang digunakan tentunya disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Alat peraga yang dipakai biasanya dicantumkan

dalam weekly program. Dalam weekly program juga terdapat alat peraga yang

disediakan oleh guru maupun yang harus dibawa oleh siswa sehingga sangat

membantu dalam proses pembelajaran. Alat peraga yang digunakan tidak

selamanya harus berbentuk benda, guru juga sering menggunakan gambar sebagai

alat peraga. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2008: 30) yang

mengemukakan bahwa “sejumlah gambar, lukisan, baik dari buku, majalah, koran,

yang ada hubunganya dengan pelajaran dapat dipergunakan sebagai peraga

pembelajaran”.

2) Menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran

Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan

materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti

penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui

124

langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan

perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan

penilaian hasil belajar.

3) Menggunakan berbagai teknik dalam pembelajaran

Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian

implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran

dalam kelas tertentu dalam jam dan materi tertentu pula. Teknik mengajar berupa

berbagai macam cara, kegiatan, dan kiat untuk menyajikan pelajaran dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat implementasi,

individual, dan situasional. Proses pembelajaran dengan teknik berpasangan tidak

sepenuhnya mendukung proses pembelajaran tematik. Dengan teknik berpasangan

diharapkan siswa merasa lebih nyaman dalam belajar karena siswa kelas II sekolah

dasar belum mandiri dalam melakukan suatu aktivitas.

c. Strategi Pengelolaan Pembelajaran (Management Strategy)

Strategi Pengelolaan Pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi

antara peserta didik dan variabel metode pembelajaran yang lain. Variabel strategi

pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengorganisasian

pebelajaran dibedakan menjadi strategi pengorganisasian pada tingkat makro dan

mikro. Pengelolaan kelas yang baik sangat membantu terwujudnya kualitas

pembelajaran yang sesuai dengan pendapat Wilford A. Weber yang dikutip oleh

James M. Cooper (1995: 230) mengemukakan bahwa “classroom managemen is a

complex set of behaviors the teacher use to establish and maintain classroom

conditions that will enable students to achieve their instructional objectives

125

efficiently-that wiil enable them to learn”. Definisi ini menunjukkan bahwa

pengelolaan kelas adalah seperangkat perilaku yang komplek dimana guru

menggunakan penataan dan memelihara kondisi kelas yang akan membantu siswa

mencapai tujuan pembelajaran secara efisien. Berikut ini merupakan indikator

strategi pengelolaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian

Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang menentukan berhasil tidaknya

siswa dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar.Dalam kegiatan

belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

(Sardiman, 2007: 75). Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang

bersifat non intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup

tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.

Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi

guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat

diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa.

2) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswadan orang tua siswa

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran, pihak sekolah perlu berperan

serta secara aktif untuk mewujudkannya. Antara lain dengan mewujudkan visi, dan

misi sekolah dibutuhkan kerja keras dari semua komponen sekolah baik dari guru,

siswa, kepala sekolah, dan orang tua. SDIT Nurul Islam menyadari bahwa

dukungan dan partisipasi orang tua siswa sangat dibutuhkan demi tercapai visi dan

misi sekolah. Untuk itu sekolah mengadakan POMG (Persatuan Orang Tua Murid

126

dan Guru) yang dibentuk setiap tahun ajaran baru. Pengurus POMG sebagian besar

diambil dari wali murid dengan harapan agar lebih obyektif dalam memutuskan

atas program-program yang dilakukan oleh SDIT Nurul Islam. Tugas dari POMG

adalah melakukan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran di SDIT

Nurul Islam dan memberikan berbagai bentuk dukungan atas program-program

SDIT Nurul Islam. Inti dari semua program sekolah adalah mewujudkan proses

pembelajaran yang berkualitas yang nantinya dapat meningkatkan prestasi siswa.

3) Memberikan stimulus

Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan guru memberikan

kebebasan kepada siswa untuk berpendapat mereka dan tugas guru menyimpulkan

semua pendapat siswa agar mudah dipahami oleh semua siswa. Guru juga

memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan tujuan siswa

dapat belajar sendiri atas segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Dimyati (2002: 7) yang mengemukakan lingkungan yang

dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-

tumbuhan, manusia dapat yang dijadikan sebagai bahan belajar siswa.

4) Memberikan umpan balik

Pemberian umpan balik bertujuan untuk menghidupkan suasana

pembelajaran sehingga siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari teman-

teman mereka sendiri. Pemberian umpan balik juga bertujuan melatih siswa agar

lebih aktif dan lebih kritis terhadap apa yang dilihat maupun yang didengar. Dalam

penelitian ini kegiatan pemberian umpan balik sering dilakukan hampir di setiap

127

pertemuan. Dengan berlangsungnya umpan balik antara guru dan siswa hal ini

akan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

5) Menilai penampilan

Dalam setiap kegiatan pembelajaran tematik guru selalu menilai aktivitas

siswa dalam pembelajaran. Dengan mengetahui aktivitas siswa ketika proses

pembelajaran berlangsung guru dapat mengambil tindakan langsung apabila ada

hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran.

6) Menyimpulkan materi yang sudah dipelajari

Di setiap akhir pembelajaran guru mengajak siswa untuk menggaris

bawahi hal-hal yang penting yang harus diingat. Hal ini dikarenakan siswa tidak

dapat menyimpan materi dalam jumlah yang banyak untuk itu guru harus

mencarikan intinya.

2. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan

Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa kelas IID dalam mata pelajaran

Matemetika pada standar kompetensi menggunakan pengukuran waktu, panjang,

dan berat dalam pemecahan masalah berhasil mencapai prestasi belajar secara

maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi peneuh mencapai nilai KKM

sebesar 70 (tujuh puluh) secara klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa. Sesuai

dengan karateristik penelitian tindakan kelas dan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang berlaku di SDIT Nurul Islam, maka proses perubahan

yang akan dibahas meliputi perubahan hasil pembelajaran pada siklus I, siklus II,

dan siklus III.

128

Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti dan teman

sejawat sebagai kolaborator untuk mengukur seberapa besar dampak pembelajaran

pada siklus I, siklus II, dan siklus III yang menerapkan pendekatan pembelajaran

tematik. Berikut ini merupakan rangkuman prestasi belajar siswa mulai dari

kondisi awal, siklus I, siklus II, dan siklus III.

Tabel 18. Rangkuman Hasil Tes Kemampuan Awal, Siklus I, Siklus II, dan

Siklus III

No Nama Hasil penilaian

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Siklus III

1. Andika Wahyu K 60 70 70 75 2. Candra Darmawan 70 75 85 90 3. A. Abdurrahman Zaki 80 80 90 100 4. Al Muflihun Fiyansyah 75 85 90 90 5. Al Raihan Rafi 75 80 85 80 6. Imam Muhammad M. 55 65 70 75 7. M. Arif Wicaksono 75 85 90 95 8. M. Akbar Angga Agasta 70 85 85 95 9. M. Fadhil Abdillah 80 85 95 100

10. M. Wahyu Andika 60 65 65 75 11. M. Abdul Rahim 50 60 60 70 12. Nur M. Saiful Ummam 75 80 90 90 13. Rifqa Mijwad Aula 60 75 85 95 14. Zaky Iqbal Firmansyah 70 75 85 90 15. Anisatul Auliya 80 85 95 100 16. Alifa Zakiyyah Azzuhra 70 75 85 85 17. Annisa Firda Amalia 75 85 90 95 18. Fadia Anzar Salamah 60 60 60 75 19. Hanifah Wulan Afianti 65 65 70 70 20. Muna Afidatin 70 75 90 90 21. Riski Widyaningsih 70 75 85 85 22. Rizqi Animah 65 70 85 85 23. Shafira Selena Orlin 55 65 70 75 24. Syifa Annisa 75 75 85 85

Jumlah 1.640 1.795 1.960 2.085 Rata-rata KKM 68 75 82 87

129

Dari tabel 20 di atas terlihat bahwa kemampuan awal masih dinilai kurang,

karena terdapat 9 siswa yang nilainya di bawah KKM. Akan tetapi setelah

dilakukan tindakan pada siklus I, II, dan III prestasi belajar siswa mengalami

peningkatan yaitu mencapai kompetensi penuh nilai KKM sebesar 70 secara

klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa sebanyak 24. Artinya seluruh siswa kelas

IID telah berhasil mencapai kompetensi dasar pengukuran waktu, panjang, dan

berat dengan sekurang-kurangnya memperoleh nilai KKM sebesar 70.

Secara kuantitatif nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran

pada kondisi awal, siklus I, siklus II, dan siklus II mengalami peningkatan. Pada

kondisi awal nilai rata-rata belajar hanya 68, naik menjadi 75 pada siklus I dan

pada siklus II nilai rata-rata siswa naik lagi menjadi 82 dan pada siklus III naik

menjadi 87

Terdapat perbedaan antara tes kemampuan awal dan tes akhir baik pada

proses pembelajaran pada siklus I, II, dan III. Pada masalah ini dapat diketahui

bahwa pembelajaran dengan pendekatan tematik memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan kemampuan pada mata pelajaran matematika.

Nilai tes awal (pre tes) akan memberikan manfaat yang sangat besar untuk

mengukur berapa peningkatan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran pada

mata pelajaran Matematika. Hal ini sama dengan nilai yang termuat dalam nilai

awal yaitu menurut Muhibin Syah (1997: 144) bahwa tes awal bertujuan untuk

mengidentifikasikan taraf pengetahuan siswa mengenai materi yang akan

disampaikan pada siswa. Tes awal yang diberikan kepada siswa sebelum proses

pembelajaran yang menerapkan pendekatan tematik, diharapkan dapat mengetahui

130

sejauh mana pemahaman dan penguasaan siswa terhadap pembelajaran yang

dipelajari.

Tes awal akan memudahkan guru dalam melakukan penekanan terhadap

bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa. Peningkatan prestasi

belajar siswa dan peningkatan kualitas pembelajaran dengan menerapkan

pendekatan tematik dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti

yang dikemukakan oleh Muhibin Syah (1997: 132) bahwa pembelajaran

dipengaruhi oleh faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

dalam menguasai materi pelajaran Matematika.

I. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian terdapat beberapa katerbatasan dan kelemahan yang tidak

dapat dihindarkan, antara lain:

1) Waktu pembelajaran yang terasa kurang. Alokasi waktu mengajar untuk

setiap tatap muka hanya 70 menit sehingga peneliti cendurung memburu

waktu dan menghiraukan tingkat pemahaman siswa. Di sisi lain peneliti

yang juga sebagai guru kelas merasa terbebani dengan perencanaan

pembelajaran tematik yang perangkat pembelajarannya cukup banyak.

Akan tetapi pada akhirnya juga ada jalan keluarnya yaitu dengan

memanfaatkan waktu luang dengan sebaik-baiknya untuk menyusun

perangkat pembelajaran tematik.

131

2) Kesulitan guru dalam merencanakan pembelajaran terutama saat

menentukan tema yang akan diajarkan karena sulit untuk mencari tema

yang sifatnya universal.

3) Pengelolaan kelas yang tidak dapat maksimal mengingat subyek peneliti

adalah siswa kelas II SDIT Nurul Islam yang masih kecil sehingga belum

bisa diajak bekerjasama demi lancarnya tindakan di kelas.

4) Penggunaan intuisi kolaborator untuk menilai kualitas pembelajaran

sedapat mungkin menggunakan penilaian yang seobyektif mungkin,

walaupun disadari bahwa kemungkinan ada penilaian bersifat subyektif,

namun dalam penelitian ini telah diupayakan untuk diminimalisir sehingga

tidak mengganggu nilai validitas hasil.

132

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan dan hasil analisa, maka selanjutnya dapat

disimpulkan bahwa hasil analisis membuktikan bahwa ada peningkatan kualitas

pembelajaran dan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan pencapaian

standar kompetensi menggunakan pengukuran waktu, penjang, dan berat dalam

pemecahan masalah. Prestasi belajar siswa mencapai tingkat pencapaian

kompetensi penuh mencapai nilai KKM sebesar 70 secara klasikal 100% dari

jumlah siswa keseluruhan melalui penerapan pembelajaran tematik.

B. Implikasi Hasi Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran tematik

berdampak positif pada proses dan hasil prestasi belajar siswa. Dampak proses

dari penerapan pembelajaran tematik adalah perubahan kualitas pembelajaran yang

terbukti mampu mendorong upaya pencapain kompetensi dasar menggunakan

pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah. Terbukti siswa

kelas IID berhasil mencapai nilai KKM sebesar 70.

Dampak produk atau hasil belajar siswa dari penerapan pembelajaran

tematik menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I,

siklus II, dan siklus III siswa kelas IID dapat mencapai prestasi belajar maksimal

atau mencapai tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai nilai KKM sebesar

133

70 secara klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa. Artinya seluruh siswa telah

berhasil mencapai standar kompetensi menggunakan pengukuran waktu, panjang,

dan berat dalam pemecahan masalah dengan sekurang-kurangnya mendapat nilai

KKM sebesar 70 (tujuh puluh).

Tidak hanya kompetensi siswa yang meningkat, tetapi yang tidak kalah

penting adalah dampak proses yang ditimbulkan dari penerapan pembelajaran

tematik . dampak itu berhubungan dengan kualitas pembelajaran yang menjadi

lebih baik sehingga dapat mendorong upaya peningkatan prestasi belajar siswa.

Penerapan pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam

implementasinya dilakukan prosesdur sebagai berikut:

1. Siswa diberikan bimbingan bahwa minat dan semangat akan mendorong

siswa-siswa giat belajar yan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa.

2. Siswa diberikan PR (perkejaan rumah) sebagai penambahan waktu belajar

siswa di rumah.

3. Mengajak siswa untuk belajar di luar agar siswa tidak bosan belajar di

dalam kelas.

4. Siswa juga dimotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik

baik di kelas maupun di rumah

5. Siswa diberikan tes yang akan dilakukan secara menyeluruh, berkala, dan

berkesinambungan untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

6. Dengan penerapan pendekatan tematik berdampak positif terhadap

perubahan kualitas pembelajaran, dari kualitas yang kurang menjadi “amat

134

baik” sehingga dapat menunjang pencapaian standar kompetensi

menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan

masalah sekurang-kurangnya mencapai nilai KKM sebesar 70

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian

penutupan tesis ini antara lain:

1. Bagi Sekolah

Hendaknya mengupakan berbagai alat peraga dalam pelajaran matematika

khususnya untuk kelas rendah yaitu kelas I, II, dan III baik droping maupun

swadaya sekolah sehingga lebih menunjang dalam penanaman konsep-konsep

Matematika secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa dan

memperdayakan teknik pendekatan tematik.

2. Bagi Guru

Hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung

pembelajaran pendekatan tematik dan fasilitas belajar yang diperlukan karena

sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya

berpengaruh pada proses dan hasil belajar Matematika.

3. Bagi Siswa

Hendaknya siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu

mengerjakan tugas dan PR yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar

sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal sesuai dengan harapan.

135

4. Bagi Orang Tua Siswa

Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan

pendidikan anak, sebab intensitas bersama orang tua lebih lama daripada di

sekolahan, tanpa bantuan orang tua apapun usaha guru tidak akan berhasil secara

sempurna. Oleh karena itu, bimbingan orang tua di rumah, masukan informasi

tentang kemajuan dan kekurangan anak yang bersangkutan sangat diperlukan guna

menunjang keberhasilan pendidikan anak. Untuk itu kerjasama dan jalinan

kekeluargaan antara orang tua dan sekolah harus selalu dibina dengan baik.

136

DAFTAR PUSTAKA

Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani. 2008. Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Basuki Wibowo. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen, Direktorat Tenaga Pendidikan.

Center for Civics Education. 1997. National Standard for Civics and Government. Calabasas CA: CEC Publ

Charles, Hoy, Colin Bayne-Jardine and Margaret Wood. 2000. Improving Quality in Education. London: Falmer Press.

Collins, Gillian, & Hazel Dixon. 1991. Integrated Learning: Planned Curriculum Units Stage 3. Gostora : Bookshelf Publishing Australia

Conny R. Semiawan. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta : PT Indeks

Cooper, James M. 1995. Classroom Teaching Skills. Lexington: D.C. Heath and Company

Crow, Lester D. and Alice Crow L. 1989. An Outline of General Psychology. New Jersey: Little Adams and Co.

Dede Rusyada. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana

Depdiknas. 2008. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Dick, W. & Carey L. 1978. The Systemic Design of Instruction. Illinois: Scott & Co. Publication

Diah Harianti. 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal SD. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas

Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Elliot, Stephen N, Thomas R. Kratochwill, Joan Littlefield, & John Travers. 1996. Educational Psycology: Effective Teaching Effective Learning. 2nd Ed. Boston: McGraw Hill Book Co.

137

Endah Sulistyowati. 2006. Pembelajaran Tematik. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas

Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/Skylight Publishing, Inc

Gronlund, Norman E. 1981. Measurement and Evaluation in Teaching. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hartono dan Edi Legowo, 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Depdiknas

Isaac, Stephen, William B. Michael. 1984. Hand Book in Research and Evaluation. San Diego : Edits Publishers.

Kembuan, J.J. 1998. “Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dalam Rangka

Meningkatkan kemampuan Belajar Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar. Tahun ke-2, No. 6: 77-87

Kemmis & Mc. Taggart. 1994. The Action Research Planner. Dekain University Kirkendall, Don R., Joseph J. Gruber, & Robert E. Johnson. 1987. Measurement

and Evaluation for Physical Educators. 2nd Ed. Champaign: Human Kinetics Publishers, Inc.

Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Maria Montessori. 2008. The Absorbent Mind (Pikiran Yang Mudah Menyerap).

Terjemahan Dariyatno. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Martinis Yamin dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas (Strategi

Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Jakarta: Gaung Persada Press Muhibin Syah. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Mulyasa, H.E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Nana Sudjana. 1996. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo. Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

138

Ngalim Purwanto. 1984. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nina Kurniah. 1998. “Penerapan Pembelajaran Terpadu Dalam Mata Pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Kelas 3 dan 4 SD NO. 70 Kodia Bengkulu”. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar. Tahun ke-2, No. 6: 77-87

Noeng Muhadjir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake

Sarasin. Saifuddin Azwar. 1996. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Seels, Barbara B, & Rita C. Richey. 1994. Instructional Technology : The Definition and Domains of the Field (Teknologi Pendidikan Definisi dan Kawasannya). Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Raharjo, Yusufhadi Miarso. Washington: Association for Educational Communication and Technology.

Soetarno Joyoatmojo. 2003. Pembelajaran Efektif: Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan Menuju Penyediaan Sumber Daya Insani Yang Unggul. Surakarta: UNS Press.

Suhardjono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan

Profesi Guru. Jakarta: PT Bina Aksara.

Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Bina Aksara.

Suharsimi Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: PT Bina Aksara.

Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Beserta

Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sutopo, H.B. 1996. Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press

The Liang Gie. 1994. Cara Belajar yang Efektif. Yogyakarta: Liberty

. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

139

140