tesis manajemen strategik pesantren dalametheses.uinmataram.ac.id/1401/1/kamaruddin160403043.pdf ·...
TRANSCRIPT
TESIS
MANAJEMEN STRATEGIK PESANTREN DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI YAYASAN
DARUL YATAMA WAL-MASAKIN (DAYAMA) JEROWARU KECAMATAN JEROWARU
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Oleh: KAMARUDDIN NIM: 160403043
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MATARAM 2018
i
MANAJEMEN STRATEGIK PESANTREN DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI YAYASAN
DARUL YATAMA WAL-MASAKIN (DAYAMA) JEROWARU KECAMATAN JEROWARU
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Pembimbing: Dr. H. S. ALI JADID AL-IDRUS, M.Pd
Dr. H. SUBKI, M.Pd.I
Oleh: KAMARUDDIN NIM: 160403043
Tesis ini tulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MATARAM 2018
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis oleh: KAMARUDDIN, NIM: 160403043 dengan judul,
“Manajemen Strategik Pesantren Dalam Pengembangan
Kewirausahaan Di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama)
Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur”, telah
memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.
Disetujui pada tanggal : ----------------------------------------
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. S. ALI JADID AL-IDRUS, M.Pd. NIP. 197807032007101003
Dr. H. SUBKI, M.Pd.I. NIP. 196612312000031010
iii
PENGESAHAN PENGUJI Tesis Oleh : KAMARUDDIN, NIM: 160403043 dengan judul, “Manajemen Strategik Pesantren Dalam Pengembangan Kewirausahaan Di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (DAYAMA) Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur”, telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.
DEWAN PENGUJI
Prof. Dr. Suprapto, M.Ag (Ketua Sidang/Penguji I Dr. H Fahrurrozi, M.A. (Penguji Utama) Dr. H. S. Ali Jadid Al-Idrus, M.Pd (Pembimbing I/Penguji) Dr. H. Subki, M.Pd.I. (Pembimbing II/Sekretaris/Penguji)
Direktur Pas egeri Mataram
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Kamaruddin
Nim : 160403043
Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam
menyatakan bahwa tesis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu
perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Mataram, Juli 2018 Saya yang menyatakan
KAMARUDDIN NIM. 160403043
v
PENGESAHAN
Tesis berjudul: “Manajemen Strategik Pesantren dalam
Pengembangan Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru Kabupaten Lombok Timur”,
yang ditulis oleh saudara Kamaruddin, NIM: 160403043, Program
Studi: Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Tanggal ujian tesis
pada hari ……..................................., telah dapat diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Magister Manajemen
Pendidikan.
vi
NOTA DINAS PEMBIMBING I
Kepada Yth.
Direktur Pascasarjana UIN Mataram
di-
Mataram
Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap penulisan Tesis dengan judul: “Manajemen Strategik Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur”, yang ditulis oleh saudara Kamaruddin, NIM: 160403043, Program Studi: Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Saya berpendapat bahwa tesis tersebut sudah dapat diajukan dalam rangka memperoleh gelar Magister Manajemen Pendidikan.
Pembimbing I
Dr. H. S. ALI JADID AL-IDRUS, M.Pd. NIP. 19780703200710 1 003
vii
NOTA DINAS PEMBIMBING II
Kepada Yth.
Direktur Pascasarjana UIN Mataram
di-
Mataram
Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap penulisan tesis dengan judul: “Manajemen Strategik Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur”, yang ditulis oleh saudara Kamaruddin, NIM: 160403043, Program Studi: Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Saya berpendapat bahwa tesis tersebut sudah dapat diajukan dalam rangka memperoleh gelar Magister Manajemen Pendidikan.
Pembimbing II
Dr. H. SUBKI, M.Pd.I NIP. 196612312000031010
viii
MOTTO:
“Jujur merupakan mata uang yang berlaku disemua Negara.
Oleh karena itu, jadilah peribadi yang jujur untuk membuat
perubahan yang besar untuk diri sendiri, keluarga, agama,
bangsa dan Negara”.1
1 Dahlan Iskan, Kata-Kata Bijaksana
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Orang tua tercinta Amaq Sudirman dan Inaq Sudirman (almarhumah).
Istri tercinta Zuyyina Herawati, S. Pd., yang selalu memberikan
semangat kepada penulis agar tetap rajin kuliah.
Putra-putraku yang lincah dan gagah perkasa, Muhammad Oshsaka
Exacta Kazna dan Muhammad Osheter Bafta Kazna.
Bapak dan ibu mertua H. Jumerin dan Hj. Asi serta Inaq Jasmin
(almarhumah) dan Hj. Meriah (almarhumah).
Kakak-kakakku, Sudirman, M. Pd.I., Surniati, dan Sul’aniah.
Kakak-kakak iparku, Amaq Azizurrahman, Rohandi, S. Pd., dan
Salimah, QH., S. Pd. I., Muhammad fauzi, A. Md., Imron dan Nanda
Zulistina.
Keponakan-keponakan yang gagah-gagah dan cantik-cantik,
Azizurrahman, S. Pd., Muhammad Zainuddin SA., Isnaini Jariah,
Hilmianti Isnaini, Fina Nawarul Uyun Fitriyah, Muhammad Syahrul
Alam SR., dan Metarica Estetika Sulhan.
Rekan-rekan satu almamater MPI-C.
ABSTRAK
x
MANAJEMEN STRATEGIK PESANTREN DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI YAYASAN
DARUL YATAMA WAL-MASAKIN (DAYAMA) JEROWARU KECAMATAN JEROWARU
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Oleh KAMARUDDIN Nim: 160403043
Penulisan tesis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lingkungan
internal dan lingkungan eksternal yayasan,, perencanaan pesantren dalam pengembangan kewirausahaan, implementasi manajemen strategi pesantren dalam pengembangan kewirausahaan, serta pengawasan pesantren dalam pengembangan kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan cara mereduksi data, penyajian data, serta memverifikasi data dan kemudian disimpulkan.
Tesis ini menyimpulkan bahwa Yayasan Darul Yatama Wal-Maskin (Dayama) Jerowaru Kabupaten Lombok Timur masih belum mampu memanfaakan serta menganalisa secara optimal lingkungan internal dan lingkungan eksternalnya. Kekuatan-kekuatann yang dimiliki belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam rangka meraih setiap peluang-peluang dan mencegah setiap ancaman-ancaman yang terjadi, serta belum mampu memanfaatkan kelemahan-kelemahan dalam rangka meraih setiap peluang-peluang serta menghindari setiap ancaman-ancaman yang akan terjadi.
Dalam melakukan pengembangan kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Kabupaten Lombok Timur menerapkan manajemen strategi yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan atau penggerakkan dan juga pengawasan (pengendalian). Implementasi manajemen strategi Pengembangan kewirausahaan dilakukan dengan cara membeli, menambah serta
xi
membangun unit usaha lainnya yang dananya itu bersumber dari penghasilan dari masing-masing unit usaha, Bentuk pengawasan atau pengendalian yang dilakukan yayasan dalam mengawasi setiap unit-unit usaha dilakukan dengan cara terus menerus dan sidak Dewan Pengurus Yayasan sewaktu-waktu bila dibutuhkan serta melakukan audit internal oleh yayasan.
Kata Kunci: Manajemen Strategik, Pengembangan
Kewirausahaan, Pesantren
xii
Thesis. Kamaruddin. 2018 Strategic Management of Pesantren in Promoting Entrepreneurship at Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
(dayama) Jerowaru jerowaru District East lombok
ABSTRACT
Keywords: Strategic Management, Entrepreneurship Development, Pesantren
This thesis aims to discover the internal and external condition, plans, its implementation, and monitoring for promoting entrepreneurship at Yayasan (foundation) Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru, Lombok Timur Regency. This qualitative research garnered the data through observations, interviews, and documentations. The data analysis techniques used were data reduction, presenataion and verification, and interpretation.
This study found that Yayasan Darul Yatama Wal-Maskin (Dayama) Jerowaru, Lombok Timur regency has not fully capitalized on and examined its internal and external environment. The strengths have not been totally used to attain every opportunity and hamper every threat faced, and was unable to employ the weaknesses to gain chances and avoid the future threats.
The strategic management applied to empower the entrepreneurship at Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru, Lombok Timur regency include the plans, organization, implementation, and monitoring (control). The implementation of the strategic management for the entrepreneurship development was manifested in the form of purchasing, multiplying and establishing other units of enterprise, whose finance came from each unit of enterprise. The monitoring and control performed by the foundation to monitor each unit of the enterprise included the use of a surprise inspection by the superintendents of the foundation and internal audit.
xiii
جرو وارو كين والمسا يتامىموضوع البحث: إدارة المعهد اإستراتيجية في تطوير اأعمال في مؤسسة دار ال لومبوك الشرقية
الباحث: قمر الدين 160403043رقم القيد:
الملخص
ارجية، وخطيط امعهد لطوير الة البيئية الداخلية وا د يق إدارة امعهمال وتطباأع يهدف البحث التعرف على اثه حخدم الباحث ي قية. استالشر اإسراتيجية ي تطوير اأعمال ي مؤسسة دار اليتامى وامساكن جرو وارو لومبوك
وعي، ويكون مع البيانات بطرق اما هج ال ها لبيانات وإعدادابإعادة تحليلحظة وامقابلة والتوثيق. ويكون الامتاجها. توصلت نتائج البحث أن مؤسسة دار اليتامى وامساكن جرو وا رفية م مبوك الشرو لو وتصحيحها واست
ارجية. القوة الي الة البيئية الداخلية وا توجيهها سة م يتمامؤس ها هذ متع يستطيعوا ااستفادة والتحليل من اع التهديدات امتوقعة. ي تطوير أعمال امؤسسة فإن يتامى وامساكنة دار المؤسس للحصول على الفرص امتاحة وم
ظيم و يط واجرو وارو لومبوك الشرقية قاموا بتطبيق اإدارة اإسراتيجية امشتملة على التخط فيذ والتقو لت م. تطبيق التأرباح كل كون مويلها منأخرى وياارية ي تطوير اأعمال بالقيام على الشراء وزيادة الوحدات التج اإدارة اإسراتيجية
بل قكم امستمر من ريق التحعن ط الوحدات. التقوم وامتابعة الي تقوم ها امؤسسة للتحكم على الوحدات التجاريةسابات الداخلية. هيئة امؤسسة إن احتاج إى مراجعة ا
اإدارة اإسراتيجية، تطوير اأعمال، امعهد كلمات المفتاحية:ال
xiv
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi allah, tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian tesis ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain: 1. Dr. H. S. Ali Jadid Al-Idrus, M.Pd. sebagai dosen pembimbing I
dan Dr. H. Subki, M.Pd.I. sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya dalam suasana keakrabannya menjadikan tesis ini lebih matang dan selesai;
2. Dr. Mohammad Iwan Fitriani, M. Pd. Sebagai Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram;
3. Prof. Dr. Suprapto, M. Ag. Selaku Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram;
4. Prof. Dr. H. Mutawalli, M. Ag. Selaku Rektor Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidah berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai;
5. dan seterusnya.
Mataram, 10 Juli 2018 Penulis Kamaruddin
xv
DAFTAS ISI
COVER LUAR TESISi LEMBAR LOGO ii COVER DALAM TESIS iii PERSETUJUAN PEMBIMBING iv PENGESAHAN PENGUJI v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISME vii LEMBAR ABSTRAK viii MOTTO ix PERSEMBAHAN x KATA PENGANTAR xi DAFTAR ISI xii BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah 13
1. Identifikasi Masalah 13 2. Batasan Masalah 14 3. Rumusan Masalah 15
C. Tujuan Penelitian 15 D. Manfaat Penelitian. 16 E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan. 17 F. Metodologi Penelitian 21
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 21 2. Tempat Penelitian 22 3. Kehadiran Peneliti 22 4. Sumber Data Penelitian 25 5. Teknik Pengumpulan Data 26 6. Teknis Analisa Data 32 7. Pengecekan Keabsahan Data 38
xvi
G. Kerangka Teori 42 1. Manajemen Strategi. 42 2. Manajemen Strategik Kepemimpinan Di Pesantren 62 3. Kewirausahaan 64
H. Sistematika Pembahasan 70 BAB II: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN 75
A. Profil Lokasi Penelitian 75 1. Sejarah Berdirinya Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
Jerowaru 75 2. Letak Geografis Pondok Pesantren Dayama Jerowaru 79 3. Identitas Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin Jerowaru 84 4. Landasan Hukum Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
Jerowaru 85 5. Visi dan Misi Pondok Pesantren Dayama Jerowaru 87 6. Maksud dan Tujuan Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
Jerowaru 63 7. Struktur Organisasi Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
Jerowaru 64 8. Fasilitas Induk Yayasan Darul Yatama Wal Masakin 91 9. Santri Yayasan Darul Yatama Wal Masakin Jerowaru 94 10. Bidang Usaha Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
Jerowaru 95 B. Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal Yayasan Darul
103 C. Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru 77 D. Perencanaan Kewirausahaan Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin E. (Dayama) Jerowaru 85 F. Implementasi Manajemen Strategi Pesantren dalam
Pengembangan G. Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
(Dayama) Jerowaru 90
xvii
H. Pengawasan Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru 99
BAB III: PEMBAHASAN A. Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal Yayasan Darul
Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru 146 B. Perencanaan Kewirausahaan Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru 154 C. Implementasi Manajemen Strategi Pesantren dalam
Pengembangan Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru 157
D. Pengawasan Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru 167
BAB IV: PENUTUP A. Kesimpulan 173 B. Saran-saran 175
DAFTAR PUSTAKA 132 LAMPIRAN-LAMPIRAN 135
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tanah Yayasan 67
Tabel 2.2. Bangunan Yayasan 68
Tabel 2.3. Jenjang Pendidikan 71
Tabel 2.4. Jenis Pendidikan Formal 72
Tabel 2.5. Kitab-Kitab yang Diajarkan 72
Tabel 2.6. Usaha Perdagangan 73
Tabel 2.7. Usaha Peternakan 74
Tabel 2.8. Usaha Perikanan Dan Sawah Garam 76
Tabel 2.9. Jumlah Hewan Ternak 94
Tabel 2.10. Jumlah Lahan serta Lokasi Pertanian 95
Tabel 2.11. Jumlah Lahan serta Lokasi Perikanan 97
Tabel 3.1. Jumlah Hewan Ternak 118
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Teknis Analisis Data 28
Gambar 2.1. Denah Lokasi Yayasan 58
Gambar 2.2. Struktur Organisasi 66
Gambar 3.1. Bagan Perputaran Keuangan 122
xx
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren adalah suatu lembaga yang merupakan wujud proses
wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Keberadaan
pesantren di Indonesia ini memberikan sumbangsih yang sangat besar
sekali, baik itu ditataran lokal maupun tataran nasional. Di awal abad
ke-21 saat ini, pertumbuhan pesantren semakin pesat dan semakin
berkembang. Keeksistensian pesantren di awal abad ke-21 ini
memberikan warna baru dalam segala bidang. Termasuk di dunia
bisnis.
Nurcholish Majid mengatakan “Sebagai bagian lembaga
pendidikan nasional, kemunculan pesantren dalam sejarahnya telah
berusia puluhan tahun, atau bahkan ratusan tahun, dan disinyalir
sebagai lembaga yang memiliki kekhasan, keasliannya (indegeneous)
Indonesia”.2 Sebagai institusi yang memiliki khas indegeneous,
pesantren muncul dan selalu terus berkembang dari pengalaman-
2 Nurcholish Majid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan
(Jakarta: Paramadina, 1997),3.
2
pengalaman sosiologis masyarakat yang ada di sekitar lingkungannya.
Akar atau dasar kultur ini barangkali mungkin sebagai suatu potensi
dasar yang menjadikan pesantren bisa bertahan dan sangat diharapkan
oleh masyarakat dan juga pemerintah. Sebagai sebuah institusi
budaya, pesantren lahir atas prakarsa dan inisiatif tokoh masyarakat
yang bersifat otonom, sejak awal berdiriya merupakan potensi
strategis yang ada di tengah kehidupan sosial masyarakat.
Suhartini berpendapat bahwa “pesantren dengan berbagai harapan dan predikat yang dilekatkan kepadanya, sesungguhnya berujung pada tiga fungsi utama yang senantiasa diembannya, yakni: 1) sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama (centre of excellence), 2) sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resource), 3) sebagai suatu lembaga yang punya kekuatan dalam pemberdayaan masyarakat (agent of development)”.3 Habib Thoha berpendapat bahwa “pesantren juga dipahami sebagai bagian yang terlibat dalam proses perubahan sosial (sosial change) di tengah perubahan yang terjadi. Dalam keterlibatannya dengan peran, fungsi dan perubahan yang dimaksud, pesantren memegang peranan kunci sebagai motivator, inovator, dan dinamisator mayarakat yang konsisten menanamkan semangat kemandirian, kewirausahaan, dan tidak menggantungkan dirinya kepada orang lain”.4
3 Suhartini, Problem Kelembagaan Pengembagan Ekonomi Pondok
Pesantren, dalam A. Halim (eds). Manajemen pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), 233.
4 Habib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1996), 52.
3
Perkembangan dan juga pertumbuhan ekonomi masyarakat di
pesantren mempunyai andil yang sangat luar biasa dalam
menggalakkan kewirausahaan. Pesantren itu selalu giat dalam
berusaha dan bekerja secara bebas atau independent tanpa
menggantungkan atau mengharapkan suatu nasibnya dari orang lain
atau lembaga pemerintah baik itu pemerintah daerah atau pemerintah
pusat. Secara kelembagaan, pesantren memberikan contoh tauladan
yang sangat baik dengan memberikan contoh yang real (nyata)
dengan cara mengaktualisasikan dirinya dengan menunjukkan
semangat kemandirian melalui usaha-usaha yang konkrit dengan
didirikannya beberapa unit usaha ekonomi di pesantren yang
dimaksudkan adalah untuk memperkuat pendanaan pesantren dan
pemberdayaan ekonomi-ekonomi masyarakat.
Perubahan dan pengembangan pesantren terus dilakukan
termasuk dalam menerapkan manajemen yang profesional dalam
pengembangannyan tanpa harus menghilangkan keasliannya. Di
antara pengembangan yang harus dilakukan pesantren adalah
pengembangan sumber daya atau indeks pembangunan manusia
4
pesantren, pengembangan komunikasi pesantren, pengembangan
ekonomi pesantren, dan pengembagan teknologi informasi pesantren.
Sekian banyak identitas asli manajemen pesantren setidaknya
ada dua kategori akademik yang sudah diasumsikan jauh-jauh hari
oleh para ilmuan yakni dominannya kepemimpinannya didominasi
dan kemandirian pengelolaannya. Sejarah telah menunjukkan atau
mencatat bahwa pesantren lahir atas inisiasi sosok kyai dan partisipasi
aktif masyarakat di dalamnya. Semenjak berdiri, hingga bebarapa
dekade selanjutnya, tidak banyak pesantren yang didirikan atau
diinisiasi pembangunannya oleh pemerintah. Kendati menjadi
lembaga pendidikan yang diakui oleh pemerintah, keberadaan
pesantren jauh dari kata diperhatikan. Seringkali, pesantren
berkembang karena landasan kebutuhan bersama.
Selain kepemimpinan kyai, terdapat pula aspek kemandirian,
sebagaimana disebutkan sebelumnya. Penulis mengasumsikan, ada
dua kontestasi pemaknaan kemandirian pesantren dalam sudut
pandang kesejarahan. Pertama, pesantren itu mandiri dikarenakan
oleh kekuatan daripada partisipasi aktif masyarakat sekitar. Dalam hal
5
ini, pesantren memang didukung oleh swadaya masyarakat yang
sangat kuat manajerialnya. Misalnya masyarakat akan selalu bahu
membahu dan bantu-membantu untuk menyumbang pesantren di desa
atau wilayah mereka masing-masing. Kedua, kekuatan kemandirian
pesantren berada pada sosok kyai dalam mempertahankan
lembaganya tersebut.
Kyai umumnya mendirikan pesantren dengan memiliki tanah
dan lahan yang luas. Dan secara umum, dijadikan lahan penghasilan
sebagai bahan penyuplai proses tranmisi keilmuan di pesantren
mereka. Berdasarkan kategori tersebut, para pakar manajemen
pendidikan mengkategorikan kedua model pengelolaan pesantren
tersebut sebagai sistem manajemen tradisional pesantren. dimana
pengelolaannya berdasarkan proses. Dimana proses pelaksanaanya
berdasarkan proses seleksi alamiah. Baik itu dukungan yang kuat dari
dukungan masyarakat atau kegiatan ekonomis yang dimiliki oleh
kyai. Hal ini memang cukup berbeda dengan fenomena baru. Dimana
pesantren telah mulai menginternalisasi hal-hal baru ke dalam proses
manajerialnya.
6
Zamansyari Dhofier berpendapat bahwa “pesantren tradisional, secara manjerial, sangat bertumpu pada kekuatan kapital yang dimiliki kyai, mulai dari sawah, tanah, dan sumber-sumber ekonomi lainnya. Diakui atau tidak, kyai merupakan pimpinan sekaligus admistrator pesantren, artinya selain menentukan visi dan misi serta landasan pesantren kyai juga menjalankan ide-idenya sendirian. Tanpa dibantu oleh pengurus yang professional”. 5 Pengelolaan pesantren modern hari ini, peranan kyai berkurang
dari segi manajerial, dikarenakan pada fase ini, seorang kyai
mendelegasikan wewenang kepada pengurus dan pembantu lainnya
yang dianggap kompeten yang bisa mengurus keberlansungan
pesantren. Peran kepemimpinan kyai, pada fase ini, sangat minim.
Pengelolaan pesantren dimandatkan kepada seluruh elemen yang
mendukung kepemimpinan kyai. Kongkritnya ada banyak sekali
model pengelolaan pesantren profesional dan modern.
Abd A’la mengatakan bahwa “ada pesantren tempatnya di
daerah Jember yang mempunyai swalayan dan supermarket, pesantren
ini dikenal oleh orang timur sebagai pesantren yang mampu
menciptakan secara lansung tenaga-tenaga kerja baru, dimana setiap
alumninya dipekerjakan di swalayan-swalayan yang dikelola oleh
5 Zamansyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1984), 17.
7
pesantren tersebut.”6 Tidak hanya di Jawa Timur, ada Darut Tauhid di
Jawa Barat. Pesantren yang pertama kali dengan manajemen tingkat
tinggi. Aa Gym berpendapat bahwa pesantren memberikan warna
baru yang ada di Indonesia. Komitmennya untuk membentuk
pesantren yang megah, mewah namun mandiri secara pendanaan dan
perekonomiannya”.7
Fakta-fakta dan penomena di atas, membuktikan bahwa sistem
manajemen pesantren tidak lagi bertumpu pada recources yang
dimiliki oleh kyai. Pesantren dikelola berdasarkan prinsip-prinsip
manjerialisme modern. Manajemen itu sendiri bisa dikatakan sebagai
sebuah proses penting terstruktur yang dimulai dari perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
dan pengawasan (controlling). Selain itu, untuk mendukung proses-
proses manajerial yang efektif, secara teoritik, manajemen perlu juga
didukung orang-orang atau tenaga yang ahli atau profesional. Dengan
demikian, setiap kegiatan kewirausahaan (orientasi ekonomi untuk
6 Abd A’la, Pembaharuan Pesantren (Jogjakararta: Pelangi Aksara,
2006), 15. 7 Nur Dewi, ddk, Pesantren Agrobisnis Pendekatan Formula Area
Multifungsi Dan Model Konsepsi Perberdayaan Serta Profil Beberapa Santren (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), 45.
8
menyumbang kemandirian pesantren) memiliki resiko yang cukup
tinggi, maka pemimpin pesantren harus jeli dalam sistem manajerial
agar tetap mampu menjaga sustainsibilitasnya.
Dalam upaya menjaga keberlansungan operasional pesantren,
kyai biasanya melaksanakan tiga hal. Pertama, melibatkan partisipasi
masyarakat secara penuh; kedua, pengembangan SDA (sumber daya
alam) yang dimiliki oleh kyai atau pesantren sendiri. Ketiga,
menajemen kewirausahaan di pesantren harus disokong oleh SDM
(sumber daya manusia) yang memadai.
Di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru
Lombok Timur, mempunyai banyak unit bisnis. Seperti SPBU,
koperasi pesantren, pertanian, peternakan dan lain sebagainya. Dari
produk-produk unit bisnis tersebut, maka pendapatan pesantren akan
meningkat secara signifikan. Pengelolaan pesantren dengan baik dan
modern dapat dilihat dari manajemen strategi yang diterapkan
pimpinan pesantren dalam menjaga ketahanan (survive) pesantren
dalam menjalankan aktivitas pesantren sehari-sehari. Keberadaan
pesantren di lokasinya yang konon diidentikkan dengan wilayah yang
9
indeks pembangunan manusianya masih rendah dan lokasi yang
panas, tidak membuat pimpinan pesantren merasa tersisih dalam
berkarya. Di tengah-tengah situasi seperti ini pimpinan pesantren
mampu melakukan perubahan yang sangat besar di segala bidang,
salah satunya adalah dunia bisnis. Semuanya itu tidak bisa terlepas
dari pada kemampuan seorang pimpinan pesantren dalam segi
manajemen srtategi.
Kepemimpinan strategik pimpinan pesantren juga dapat
ditunjukkan oleh beragam kemampuannya dalam menetapkan segala
prioritas isu-isu strategis yang lagi hangat. Pada tataran ini, pimpinan
pesantren secara aktif menyimak serta menganalisa perkembangan
global, sehingga pimpinan pesantren mampu mengidentifikasi
kekuatan-kekuatan, kelemahan-kelemahan, peluang-peluang, dan
ancaman-ancaman atau ancaman yang mungkin muncul.
Di era globalisasi saat ini, adanya tuntutan terhadap pimpinan
pesantren dalam meningkatkan kemampuan dalam membentuk sikap
kompetisi yang sangat ketat (high-competition) yang diakibatkan
semakin kompleks dan nyata kompetisi di dunia usaha. Kemampuan
10
dan keunggulan bersaing di era globalisasi ini dituntut untuk terus
secara kontinu mentransformasi dan mengembangkan seluruh
kemampuan yang ada pada dirinya dengan mengimplementasikan
jiwa wirausahanya melalui aspek manajemen strateginya agar selalu
relevan dalam mengikuti setiap perubahan lingkungan dan situasi
persaingan.
Dengan adanya bisnis (kewirausahaan) di Yayasan Darul
Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur, tentu
pesantren tersebut merupakan salah satu pesantren yang tampil beda
di antara pesantren-pesantren yang ada di NTB. Keberadaan Yayasan
Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur
dengan mempunyai ciri khas kewirausahaannya, maka Yayasan Darul
Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur memiliki
tingkat percaya diri yang tinggi. Dan itu dibuktikan dengan ada
banyak sekali unit bisnis yang dikelola.
Yuyus Suryana dan Kartib Bayu mengatakan “dengan memiliki
jiwa kewirausahaan yang seutuhnya, diharapkan para pelaku usaha
akan mampu untuk dapat terus-menerus meningkatkan efisiensi,
11
produktivitas, kreativitas, dan inovasi dalam melaksanakan usahanya
guna meningkatkan kemampuan berbisnis dan memiliki keunggulan
untuk bersaing diberbagai situasi maupun kondisi dengan tetap
memperhatikan etika bisnis agar dapat menumbuhkan serta
meningkatkan kepercayaan bagi semua pihak”.8
Kekuatan popularitas pimpinan pesantren juga mempengaruhi
perkembangan unit-unit usaha yang ada di bawah
kepengurusan/naungan pesantren. Dalam dunia usaha (bisnis),
popularitas tidaklah cukup untuk membuat setiap bisnis berkembang,
melainkan pimpinan pesantren di Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur mempunyai keahlian
dalam mengimplementasikan manajemen strategi.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti serta
dokumentasi yang ditunjukkan oleh pihak pesantren, ada banyak
sekali lahan perluasan dan atau pengembangan unit usaha yang
dilakukan oleh pesantren, seperti halnya pada unit usaha peternakan,
pertanian dan lain sebagainya. Pada unit usaha peternakan contohnya,
8Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik Wiarusahawan Sukses (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), vi.
12
jumlah sapi awalnya kurang dari seratus ekor dan ditempatkan di satu
kompleks perkandangan. Karena, dengan adanya kemampuan dalam
pengemplementasian manajemen strategi, maka jumlah ekor sapi
serta perluasaan kandang sampai dengan saat ini jumlahnya
bertambah dan ditempatkan di tempat yang berbeda-beda. Sedangkan
hasil yang diperoleh dari keseluruhan unit usaha yang dimiliki
pesantren diserahkan sepenuhnya ke pesantren dan kemudian
perputaran keuangan pesantren ditentukan sepenuhnya oleh pesantren
dalam rangka pengembangan kewirausahaan pesantren.
Namun, dibalik semua itu, pimpinan pesantren masih merasa
kesulitan dalam meningkatkan keeksistensiannya dalam
mengembangkan setiap unit bisnis yang dikelolanya dikarenakan oleh
masih rendahnya sumber daya manusia yang digunakan dalam
menangani setiap unit-unit bisnis tersebut serta masih kurangnya
kemampuan dalam memanfaatkan serta menganalisa lingkungan
internal dan lingkungan eksternal pesantren. Noor Ahmady
menyebutkan bahwa “salah satu keberhasilan pesantren menjalankan
13
usaha adalah karena didukung oleh SDM (sumber daya manusia)
yang tangguh”.9
Dari paparan latar balakang di atas, maka peneliti tertarik dalam
melakukan penelitian di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
(Dayama) Jerowaru Lombok Timur dengan judul “Manajemen
Strategik Pesantren Dalam Pengembangan Kewirausahaan di
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Kecamatan
Jerowaru Kabupaten Lombok Timur”.
B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka identifikasi
permasalahannya adalah:
a. Pimpinan pesantren masih merasa kesulitan dalam
meningkatkan keeksistensiannya di dalam pengembangan setiap
unit usaha yang dikelolanya.
b. Masih rendahnya sumber daya manusia yang digunakan dalam
menangani setiap unit usaha yang dikelolanya tersebut.
9 Noor Ahmady, Pesantren Dan Kewirausahaan (Peran Pesantren
Sidogiri Pasuruan Dalam Mencetak Wirausaha Muda Dan Mandiri). Executive Summary Penelitian Di Lemlit UIN Sunan Ampel Surabaya.
14
c. Masih kurangnya kemampuan pimpinan pesantren dalam
menganalisa serta memanfaatkan lingkungan internal dan
lingkungan eksternal pesantren.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, untuk
mempermudah dan mengarahkan peniliti dalam penelitian ini,
maka peneliti akan membatasi masalah dalam penelitian ini yakni
tentang: Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal Yayasan
Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru, Perencanaan
Kewirausahaan Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama)
Jerowaru, Implementasi Manajemen Strategi Pesantren dalam
Pengembangan Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru, dan Pengawasan Pesantren dalam
Pengembangan Kewirausahaan, dan Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan :
15
a. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan lingkungan
eksternal pesantren dalam pengembangan kewirausahaan di
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru
Lombok Timur?
b. Bagaimana perencanaan kewirausahaan dalam pengembangan
kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
(Dayama) Jerowaru Lombok Timur?
c. Bagaimana implementasi manajemen strategi pesantren dalam
pengembangan kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur?
d. Bagaimana pengawasan pesantren dalam pengembangan
kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
(Dayama) Jerowaru Lombok Timur?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini yakni untuk menemukan,
membuktikan dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan secara
khusus, tujuan dari penelitian kualitatif yakni untuk menemukan.
Tujuan penelitian dalam proposal kualitatif ini bersifat sementara, dan
16
kemudian akan berkembang ketika peneliti di lapangan. Tujuan dari
penelitian ini yakni:
1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan internal dan lingkungan
eksternal pesantren dalam pengembangan kewirausahaan di
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok
Timur.
2. Untuk mengetahui perencanaan kewirausahaan dalam
pengembangan kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur.
3. Untuk mengetahui implementasi manajemen strategi pesantren
dalam pengembangan kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama
Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur.
4. Untuk mengetahui pengawasan pesantren dalam pengembangan
kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama)
Jerowaru Lombok Timur.
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian
Manfaat pelaksanaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
17
a. Untuk menambah wawasan tentang pesantren
b. Sebagai pengetahuan bagaimana manajemen strategi pimpinan
pesantren dalam pengembangan kewirausahaan.
c. Sebagai kontribusi dalam pengembangan kewirausahaan di
pesantren.
d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi bagi
peneliti-peneliti selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi pemimpin pesantren
Sebagai bahan evaluasi bagi pemimpin dalam menerapkan
manajemen strategi dalam pengembangan kewirausahaan.
b. Manfaat bagi warga pesantren
Sebagai bahan acuan atau referensi setiap warga pesantren
dalam membantu pimpinan pesantren untuk pengembangan
kewirausahaan.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Beberapa penelitian tentang manajemen strategi dan
kepemimpinan pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.
18
Untuk memahami beberapa permasalahan dalam penelitian yang
berjudul “Manajemen Strategik Pesantren Dalam Pengembangan
Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama)
Jerowaru Lombok Timur. Maka penulis melakukan penelaahan
terhadap beberapa sumber sebagai bahan penulisan tesis ini, dalam
artian memastikan tesis dengan judul “Manajemen Strategik Pesantren
Dalam Pengembangan Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama
Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur, tidak sama dengan
hasil-hasil penelitian sebelumnya.
1. Muhammad Aqbal Fasa10 (1320310001) Magister Ekonomi Islam
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014 “Manajemen Unit
Usaha Pesantren (Studi Kasus Pondok Modern Darussalam Gontor
1 Ponorogo Jawa Timur)”. Dalam tesis ini disimpulkan bahwa
keberhasilan pengelolaan pesantren modern Darussalam Gontor
dalam mengelola unit usaha membentuk karakteristik tersendiri
adapun karakteristik pengelolaan unit usaha pondok modern
Darussalam gontor adalah perencanaan berbasis nilai pondok,
10 Muhammad Aqbal Fasa, tesis, “Manajemen Unit Usaha Pesantren
(Studi Kasus Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo Jawa Timur, 2014)”.
19
pengorganasian berbasis nilai pengkaderan, kepemimpinan kolektif
transformatif, dan total quality control. Dalam pengimplementasian,
karakteristik pengelolaan (proses) tersebut membentuk karakteristik
secara umum yakni, pelaksanaan kegiatan bisnis berbasis learning
by doing, sentralisasi keuangan berpusat, dan terciptanya
keseimbangan kesejahteraan lahiriayah dan bathiniah. Keseluruhan
karakteristik unit usaha pesantren tercermin pada pola manajemen
berbasis pondok. Visi dan misi menjadi dasar pergerakan dan motto
pondok menjadi kekuatan dalam segala aktivitas.
2. Siti Nur Aini Hamzah11 (13710017), Manajemen Pendidikan Islam,
2015, “Manajemen Pesantren Dalam Kewirausahaan Berbasis
Agrobisnis (Studi Multi-Kasus Di Pesantren Mukmin Mandiri
Sidoarjo Siduarjo Dan Pesantren Nurul Karomah Pemakesan
Madura)”. Dalam tesis ini disimpulkan bahwa Pesantren Mukmin
Mandiri Siduarjo dan Pesantren Nurul Karomah Pemakesan,
mengoperasikan pola manajemen yang hampir sama. Kyai di
11Siti Nur Aini Hamzah, Tesis, “Manajemen Pondok Pesantren Dalam
Kewirausahaan Berbasis Agrobisnis (Studi Multi-Kasus Di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo Siduarjo Dan Pondok Pesantren Nurul Karomah Pemakesan Madura, 2015)”.
20
pesantren ini mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada
orang-orang yang ditunjuk dan diberi wewenang untuk mengelola
usaha yang dinaungi oleh pondok pesantren. Hanya saja pesantren
Mukmin Mandiri Siduarjo memiliki sistem kewirausahaan yang
yang modern, dalam pengertian penglolaan bisnis yang mereka
lakukan dengan sangat profesional yang didukung dengan peralatan
yang memadai. Adapun manajemen yang di kembangkan oleh
pesantren nurul karomah pamekasan lebih bersifat tradisional,
karena masih menggunakan peralatan yang kurang memadai.
Penelitian-penelitian di atas, merupakan sebagian dari penelitian
yang membahas/menguraikan tentang kepemimpinan di pesantren. jika
dilihat secara sekilas terdapat kemiripan antara penelitian di atas
dengan tesis peneliti, dimana pimpinan pesantren dituntuk untuk aktif
dan kreatif dalam mengelola kewirausahaan. Dimana dalam penelitian
ini di fokuskan pada bagaimana pimpinan pesantren dalam
pengembangan kewirausahaan, yang difokuskan dalam kajian
manajemen strategi pimpinan pesantren dalam pengembangan
kewirausahaan.
21
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam tesis ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif, dimana penelitian ini hanya menggambarkan atau
memaparkan data-data penelitian yang berhubungan dengan
Manajemen Strategik Pesantren dalam Pengembangan
Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
(Dayama) Jerowaru Kecamatan Jerowaru Lombok Timur
Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.
Meleong mengatakan bahwa penelitian kualitatif
merupakan “prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati”.12 Sugiyono menjelaskan “data yang
diperoleh di lapangan merupakan salah satu data yang mampu
menjawab masalah-masalah yang ada dalam penelitian. Pada
umumnya alasan menggunakan metode kualitatif kerena
permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh
12 Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002),3.
22
makna”.13 Selain itu peneliti bermaksud untuk berusaha
memahami situasi-situasi sosial secara mendalam dan dapat
menemukan pola serta hipotesis dan teori.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Di Yayasan Darul
Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Kecamatan Jerowaru
Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Pelaksanaan
penelitian dengan kajian tentang “Manajemen Strategik Pesantren
Dalam Pengembangan Kewirausahaan Di Yayasan Darul Yatama
Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Kecamatan Jerowaru
Kabupaten Lombok Timur”.
3. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, yang akan menjadi instrument
atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Kehadiran peneliti
berperan sebagai suatu instrumen kunci. Karena, itu merupakan
13 Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D
(Bandung: Alfabeta, 2016) 292.
23
penentu dari semua proses penelitian di lapangan. Mengingat
karakteristik penelitian kualitatif, maka kehadiran peneliti
bertindak sebagai “key instrument atau alat penelitian yang
utama”. Kehadiran peneliti itu bukan ditujukan hanya untuk
mempengaruhi suatu subyek peneliti, tetapi untuk memperoleh
atau mendapatkan data dan informasi yang tepat dan akurat serta
menyakinkan sesuai dengan yang dibutuhkan peneliti.
Peneliti kualitatif yang merupakan human instrument,
berfungsi dalam menetapkan fokus penelitian, memilih informan
yang tepat sebagai sumber data, menafsirkan data serta membuat
kesimpulan atas temuannya. Rancangan penelitian masih bersifat
sementara dan kemudian akan berkembang ketika peneliti tengah
memasuki obyek penelitian. Selain itu, dalam memandang suatu
realitas, penelitian kualitatif berasumsikan bahwa realitas itu
bersifat holistik/menyeluruh, dinamis, dan tidak dapat dipisahkan
dikarenakan oleh variabelnya akan banyak sekali. Meleong
mengatakan “penelitian kualitatif disadarkan pada upaya
24
membangun pandangan mereka yang diteliti dengan rinci,
dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit”.14
Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif belum dapat
digeneralisasikan (dikembangkan) instrument penelitian sebelum
masalah yang diteliti jelas sama sekali. Sugiyono menjelaskan
“dalam penelitian kualitatif “the researcher is the key
instrument”.15 Jadi, peneliti merupakan bagian yang sangat
penting dan kekaligus sebagai instrument kunci dalam penelitian
kualitatif yang bermaksud untuk memahami penomena tentang
apa saja yang dialami subjek penelitian. Misalnya perilaku,
motivasi, tindakan, persepsi dan lain sebagainya, secara holistik,
dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk bahasa atau kata-kata
pada suatu konteks khusus atau tertentu yang alamiah dengan
memanfaatkan berbagai macam metode alamiah.
Dalam hal ini, peneliti akan mendeskripsi tentang
Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal Yayasan Darul
Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru, Perencanaan
14 Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 6. 15 Sugiyono, Metode Penelitian, 223
25
Kewirausahaan Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama)
Jerowaru, Implementasi Manajemen Strategi Pesantren dalam
Pengembangan Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru Pengawasan Pesantren dalam
Pengembangan Kewirausahaan, dan Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru.
4. Sumber Data
Sugiyono mengatakan dalam penelitian kualitatif, sumber
data dipilih secara purposive sampling dan snowball sampling.
“Purposive sampling merupakam teknik pengambilan sampel sumber data pertimbangan tertentu dengan cara memilih orang yang dianggap (paling) tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan mumudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling merupakan teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, kemudian lama-lama menjadi besar”.16
Namun di dalam kegiatan penelitian ini, peneliti hanya
menggunakan metode Purposive sampling. Caranya yakni,
peneliti memilih orang-orang tertentu yang dipertimbangkan bisa
memberikan data yang diperlukan atau yang dapat memberikan
16 Sugiyono, Metode Penelitian, 223
26
data dengan lengkap valid. Dalam hal ini, peneliti mencari data
yang berkaitan dengan Lingkungan Internal dan Lingkungan
Eksternal Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama)
Jerowaru, Perencanaan Kewirausahaan Yayasan Darul Yatama
Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru, Implementasi Manajemen
Strategi Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan di
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru, dan
Pengawasan Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan di
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru.
Kaitannya dengan hal itu, tentu orang yang paling tepat
yang bisa memberikan data dengan lengkap dan valid adalah
pimpinan pesantren dan atau orang yang ditunjuk oleh pimpinan
pesantren yang dianggap mampu dan tahu tentang segala
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah paling
strategis dalam penelitian. Karena, tujuan utama penelitian adalah
untuk memperoleh data yang tepat, akurat, dan valid. Tanpa
27
mengetahui cara atau teknik dalam mengumpulkan data, maka
peneliti itu tidak akan bisa mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang ditetapkan.
Sugiyono menjelaskan “Pengumpulan data bisa dilakukan
dalam berbagai berbagai cara, setting, dan berbagai sumber.
Pengumpulan data bisa menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang lansung
memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak lansung memberikan data”.17
Macam-macam teknik dalam pengumpulan data penelitian
kualitatif yakni dengan menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
1. Metode Observasi
Husaini Usman mengatakan bahwa observasi
merupakan proses yang kompleks, tersusun dari aspek
psikologis dan biologis”.18 Observasi yang dimaksud adalah
observasi lansung. Observasi ini dilakukan dengan
17 Sugiyono, Metode Penelitian, 225. 18 Husaini Usman, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 54.
28
pengamatan secara lansung ke objek penelitian untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan.
Nasution mengatakan “lihat dan dengar, catat apa yang
dilihat, didengar termasuk apa yang ia katakana, pikirkan dan
rasakan”.19 Peneliti mengamati pelaksanaan dan kegiatan di
pesantren dalam rangka mengetahui bagaimana implementasi
manajemen strategi pesantren dalam pengembangan
kewirausahaannya.
2. Metode Wawancara
Esterberg mendefinisikan wawancara sebagai berikut.
“a meeting of two persons to exchange information and idea trhough question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about of particular topic”. “Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.20
Wawancara ini digunakan sebagai cara dalam
pengumpulan data ketika peneliti melakukan studi
pendahuluan dalam menemukan permasalahan-permasalahan
19 Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung:
Thersito, 2003), 57. 20Esterberg dalam Sugiyono, Metode Penelitian, 231.
29
yang diteliti dari informan secara lebih mendalam. Untuk
mendapatkan gambaran dari permasalahan secara lebih
lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara. Dalam
wawancara, peneliti secara pasti belum mengetahui data apa
saja yang didapatkan, sehingga peneliti itu sendiri lebih
banyak/sering mendengarkan setiap apa saja yang diceritakan
oleh informan.
Peneliti akan melakukan wawancara yang berkaitan
dengan Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru,
Perencanaan Kewirausahaan Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru, Implementasi Manajemen
Strategi Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan di
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru
Pengawasan Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan,
dan Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru.
Berdasarkan analisis setiap jawaban dari informan,
maka peneliti dapat kembali mengajukan berbagai pertanyaan-
30
pertanyaan (berikutnya) yang lebih terarah kepada suatu
tujuan.
Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu
untuk menentukan orangnya, dan akan meminta waktu untuk
dapat melakukan wawancara. Dengan cara seperti ini, maka
suasana akan lebih baik, sehingga data yang dapat akan lebih
lengkap dan valid serta tidak bias.
Sugiyono mengatakan “bias adalah menyimpang dari
yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut
subyektif dan tidak akurat. Kebiasan data ini akan tergantung
pada pewawanca, yang diwawancarai (informan) dan situasi
dan kondisi pada saat wawancara”.21
Adapun langkah-langkah wawancara untuk
mengumpulkan data penelitian kualitatif menurut Lincoln dan
Guba dalam Sugiyono yakni:22
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan. 2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi
bahan pembicaraan. 3. Melansungkan alur wawancara.
21 Sugiyono, Metode Penelitian, 235. 22 Sugiyono, Metode Penelitian, 235.
31
4. Mengkonfirmasikan ikhtisar dari hasil wawancara dan mengakhirinya.
5. Menuliskan hasil-hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
6. Mengidentifikasi tindak lanjut dari hasil wawancara
Dalam melakukan kegiatan wawancara ini, maka yang
akan diwawancara adalah pimpinan pesantren atau yang
ditunjuk pimpinan yang dianggap paling mampu dan tahu
tentang data yang dibutuhkan peneliti.
3. Metode Dokumentasi
Sugiyono menjelaskan “Dokumentasi merupakan
catatan-catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk gambar, tulisan, atau karya-karya monumental dari
seseorang”.23 Dokumen yang berbentuk tulisan seperti sejarah
kehidupan, catatan harian, ceritera, peraturan, biografi,
kebijakan dan lainya. Sedangkan dokumen yang berbentuk
gambar, seperti foto, sketsa, gambar hidup dan lain-lain.
Sedangkan, dokumen yang berbentuk karya-karya seperti
karya seni, yang berupa gambar, film, patung, dan lain-lain.
Studi dokumen ini merupakan pelengkap dari pada
23 Sugiyono, Metode Penelitian, 240
32
penggunaan metode observasi dan wawacara dalam penelitian
kualitatif.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data bersifat
dokumenter dari Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
(Dayama) Jerowaru Lombok Timur Kabupaten Lombok Timur
Nusa Tenggara Barat, seperti profil pesantren yang berupa
letak geografis, struktur organisasi, sejarah berdirinya, profil,
dan sebagainya.
6. Teknik Analisis Data
Nana Sudjana dan Awal Kusumah mendefinisikan “analisis
data adalah sebuahy proses yang dilakukan melalui pencatatan,
penyusunan, pengolahan dan penafsiran serta menghubungkan
makna data yang ada dalam kaitannya dengan masalah
penelitian”. 24 Data yang telah diperoleh melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi, maka peneliti melakukan analisis
melalui pemaknaan atau proses interpretasi terhadap data-data
yang telah diperolehnya.
24 Nana Sudjana & Awal Kusumah, Proposal Penelitian di Perguruan
Tinggi (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2000) 89.
33
Sugiyono mengatakan “dalam penelitian kualitatif, data
diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh”.25 Dengan
pengamatan yang terus-menerus mengakibatkan variasi data
tinggi sekali. Umumnya data yang diperoleh adalah data
kualitatif, sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada
polanya yang jelas. Sugiyono menjelaskan analisis data adalah:
“Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain”.26
Analisis data kualitatif bersifat induktif, yakni suatu
analisis yang berdasarkan atas data yang diperoleh, Analisis data
penelitian kualitatif dilaksanakan sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun,
dalam penelitian kualitatif analisis data akan lebih difokuskan
25 Sugiyono, Metode Penelitian, 243. 26 Sugiyono, Metode Penelitian, 244.
34
pada saat peneliti melakukan penelitian berproses di lapangan
bersamaan dengan peneliti mengumpulkan data. Analisis data
penelitian kualitatif dilakukan ketika pengumpulan data
berlansung, dan kemudian setelah selesai dalam pengumpulan
data pada periode tertentu.
Sugiyono menguraikan bahwa “adapun aktivitas dalam
menganalisis data, yakni data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification”.27
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga
diperoleh kesimpulan akhir dan diverifikasi. Reduksi data
berlansung terus-menerus selama penelitian berlansung.
Peneliti mengumpulkan semua hasil penelitian yang berupa
wawancara, dokumen-dokumen, foto-foto serta catatan penting
lainnya yang berkaitan dengan Lingkungan Internal dan
Lingkungan Eksternal Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
27 Sugiyono, Metode Penelitian, 246.
35
(Dayama) Jerowaru, Perencanaan Kewirausahaan Yayasan
Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru,
Implementasi Manajemen Strategi Pesantren dalam
Pengembangan Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama
Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Pengawasan Pesantren
dalam Pengembangan Kewirausahaan, dan Yayasan Darul
Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data atau menyajikan data. Dengan menyajikan
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami. Penyajian data dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari data-data
yang sudah diperoleh, kemudian disusun secara sistematis dari
bentuk informasi yang kompleks menjadi sederhana tetapi
selektif.
36
Data yang sudah disederhanakan selanjutnya disajikan
dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk paparan data
secara naratif. Dengan demikian didapatkan kesimpulan
sementara yang berupa temuan penelitian yang berkaitan
dengan Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru,
Perencanaan Kewirausahaan Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru, Implementasi Manajemen
Strategi Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan di
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru
Pengawasan Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan,
dan Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)
Menarik kesimpulan selalu harus mendasarkan diri
pada atas semua data yang telah diperoleh dalam kegiatan
penelitian. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan harus
didasarkan atas data, bukan atas angan-angan atau keingan
37
peneliti. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif akan
menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan.
Adapun rumusan masalah yang harus terjawab dalam
penelitian yang berjudul “Manajemen Strategik Pesantren
Dalam Pengembangan Kewirausahaan Di Yayasan Darul
Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Kecamatan
Jerowaru Kabupaten Lombok Timur” yakni: a) Bagaimana
kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal
pesantren dalam pengembangan kewirausahaan di Yayasan
Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok
Timur? b) Bagaimana perencanaan kewirausahaan dalam
pengembangan kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur? c) Bagaimana
implementasi manajemen strategi pesantren dalam
pengembangan kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur?, dan d)
Bagaimana pengawasan pesantren dalam pengembangan
38
kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
(Dayama) Jerowaru Lombok Timur?
Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
-
Gambar 1. Teknik Analisis Data
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memenuhi keabsahan data tentang manajemen
strategi pimpinan pesantren dalam pengembangan kewirausahaan
di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru
Data Collection
Data Reduction
Data Display
Data Collection:
Drawing/Verification
39
Lombok Timur Kecamatan Jerowaru Lombok Timur,
menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan yang dilakukan peniliti pada
saat melakukan pengamatan di lapangan akan memungkinkan
peningkatan kepercayaan terhadap data yang telah
dikumpulkan. Karena, dengan perpanjangan keikutsertaan di
lapangan, maka peneliti banyak mendapat informasi,
pengetahuan, pengalaman, dan dimungkinkan peneliti bisa
menguji kebenaran informasi yang diberikan oleh distorsi.
Meleong mengatakan bahwa “Keikutsertaan peneliti sangat
menentukan dalam pengumpulan data. Perpanjangan
keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian
sampai kejenuhan pengumpulan data”.28
Perpanjangan keikutsertaan memungkinkan terjadinya
peningkatan kepercayaan terhadap data yang telah
28 Lexy Meleong, Metodologi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),327. Edisi Revisi.
40
dikumpulkan, dikarenakan dengan perpanjangan keikutsertaan
peneliti barada di lokasi penelitian dalam waktu yang cukup
panjang guna mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang
mungkin dapat mengotori data.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan dalam melakukan pengamatan bermaksud
untuk menemukan unsur-unsur dan ciri-ciri (karakteristik)
dalam situasi yang dicari secara rinci. Dalam hal ini, peneliti
melakukan pengamatan dengan sangat teliti dan rinci serta
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol,
kemudiaan peneliti menelaahnya secara rinci sehingga seluruh
faktor mudah dipahami.
c. Triangulasi
Sugiyono menjelaskan “dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Tujuan penelitian kualitatif bukan semata-mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subjek terhadap dunia sekitarnya”.29
29Sugiyono, Metode Penelitian, 241.
41
Oleh karena itu, dengan menggunakan triangulasi dalam
mengumpulkan data, maka data yang telah diperoleh akan
lebih konsisten, tuntas dan pasti. Teknik triangulasi yang
sering digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Hal itu peneliti akan mencapainya dengan cara: (1)
membandingkan semua data dari hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara; (2) membandingkan segala apa yang
dikatakan informan di depan publik/umum dengan yang
dikatakan ketika secara pribadi; (3) membandingkan segala
yang dikatakan orang-orang tentang situasi tempat penelitian
dengan yang dikatakannya sepanjang waktu; (4)
membadingkan apa yang didapatkan dari hasil wawancara
dengan isi dokumen yang berkaitan.
Dengan triangulasi, peneliti dapat kembali mengecek
temuannya dengan cara membandingkan dengan berbagai
sumber, metode, atau teori. Untuk itu, maka peneliti
mengajukan beragam macam/variasi pertanyaan, mengecek
dengan menggunakan berbagai sumber data, dan
42
memanfaatkan berbagai metode agar mengecekan kepercayaan
data dapat dilakukan. Sehingga data yang diperoleh benar-
benar mencapai tingkat kejenuhan yang tinggi.
G. Kerangka Teori
1. Manajemen Strategi
a. Konsep Dasar Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Ramayulis & Mulyadi menyatakan bahwa “istialah manajemen berasal dari kata management (bahasa inggris), turunan dari kata to manage artinya: mengurus tata/tata laksana/ketatalaksanaan. Manajemen diartikan bagaimana (cara) manajer mengatur, membimbing, dan memimpin agar usaha yang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Sinonom dari to manage yaitu “to hand” berarti mengurus, “to control” memeriksa, “to guide” memimpin. Jadi, bila dilihat dari asal katanya manajemen dapat diartikan sebagai: mengurus, mangatur, melaksanakan, dan mengelola”.30
Manajemen selalu diakaitkan dengan organisasi.
Secara umum dapat diartikan bahwa manajemen itu
merupakan suatu proses dalam mengkordinasi seluruh
aktivitas yang ada dalam suatu organisasi demi tercapainya
tujuan dengan cara yang efektif dan efisien. Sebagian besar
30 Ramayulis & Mulyadi, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2017),23.
43
dari hidup manusia berada dalam organisasi, baik organisasi
formal maupun informal. Banyak para ahli berpendapat
tentang manajemen itu sediri, tetapi belum ada kesamaan
tentang arti yang telah dirumuskan.
Para ahli tersebut mengemukakan definisi yang
berbeda tetapi mempunyai arti atau makna yang sama.
Sedarmayanti mendefinisikan bahwa “Manajemen
merupakan proses dari rangkaian kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian
(pengawasan), dilakukan untuk mencapai tujuan melalui
pemanfaatan SDM (sumber daya manusia) dan sumber daya
lainnya”.31
Wilson Bangun mengatakan bahwa “manajemen
merupakan rangkaian aktivitas yang dikerjakan anggota
organisasi dalam mencapai tujuannya”.32 Sedangkan George
R. Terry berpendapat bahwa “manajemen merupakan sebuah
31 Sedarmayanti, Manajemen Strategi (Bandung: PT Refika Aditama,
2014),2. 32 Wilson Bangun, Intisari Manajemen (Bandung: PT Refika Aditama,
2014) hal.3.
44
kegiatan; pelaksanaanya disebut manajing dan yang
melakukannya disebut manajer”.33 Kemudian Ramayulis
berpendapat bahwa “manajemen merupakan proses
memperoleh suatu tindakan dari orang lain untuk mencapai
tujuan yang diinginkan”.34
Saipul Sagala berpendapat bahwa “manajemen sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Karena itu “manajemen adalah menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian menjadi rangkaian suatu kegiatan dalam pengambilan keputusan bersifat mendasar serta menyeluruh dalam pendayagunaan sumberdaya dengan efisien disertai penetapan cara pelaksanaannya oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi”.35
Definisi-definisi manajemen menurut para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah serangkaian
cara atau tindakan seseorang atau suatu kelompok dalam hal
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, serta
pengendalian/pengawasan guna tercapainya tujuan organisasi
atau bersama.
33 George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: pt bumi
aksara, 2014),9. 34 Ramayulis & Mulyadi, Manajemen Dan Kepemimpinan, 24. 35 Saipul Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2017),50-52.
45
2. Fungsi Manajemen
Ramayulis & Mulyadi mengutip pendapat para ahli yang
dituliskan dalam bukunya mengenai fungsi-fungsi manajemen
tesebut, antara lain:36
1. Menurut George R. Terry dan L. W.Roe (1973), fungsi
manajemen itu adalah:
a. Planning (perencanaan)
b. Organizing (pengorganisasian)
c. Staffing (pengontrolan staff)
d. Motivating (mengarahkan)
e. Controlling (pengawasan)
2. Menurut Sondang P. Siagian, fungsi manajemen itu adalah:
a. Planning (perencanaan)
b. Organizing (pengorganisasian)
c. Motivating (mengarahkan)
d. Controlling (pengawasan)
e. Evaluating (penilaian)
36 Ramayulis & Mulyadi, Manajemen Dan Kepemimpinan, 54-55.
46
3. Menurut Hendri Payol menegaskan bahwa fungsi manajemen
adalah sebagai berikut:
a. Planning (perencanaan)
b. Organizing (pengorganisasian)
c. Commanding (pemberian perintah)
d. Coordinating (pengkoordinasian)
e. Controlling (pengawasan)
4. Menurut Luther Gulick fungsi dari manajemen tersebut
adalah:
a. Planning (perencanaan)
b. Organizing (pengorganisasian)
c. Staffing (pengontrolan staff)
d. Directing (bimbingan)
e. Coordinating (pengkoordinasian)
f. Reporting (pembuatan laporan)
g. Budgeting (penganggaran)
Ramayulis dan Mulyadi berpendapat bahwa “Dari
beberapa definisi yang dikemukakan para ahli di atas, secara
47
umum fungsi manajemen meliputi: (1) perencanaan (planning),
(2) pengorganisasian (organizing), (3) penggerakan (actuating),
dan (4) pengawasan (controlling). Setidaknya keempat fungsi
tersebut dianggap sudah mencukupi bagi aktivitas manajerial
yang akan memadukan pemanfaatan SDM (sumber daya
manusia) dan sumber daya material melalui kerjasama untuk
mencapai tujuan yaitu37 :
1. Perencanaan (Planning)
Sondang P. Siagian berpendapat bahwa:
“Sebagai kegiatan awal yang akan dilakukan oleh pimpinan dalam pelaksanaan manajemen adalah membuat perencanaan. Sebab setiap kegiatan akan dapat berjalan efektif dan efesien apabila direncanakan terlebih dahulu dengan matang”. Adapun pengertian planning adalah perncanaan tentang yang akan di capai, kemudian dijadikan pedoman terhadap apa yang akan diinginkan. Planning merupakan persiapan-persiapan pelakasanaan suatu tujuan yang biasanya mencakup berbagai kegiatan seperti merumuskan langkah-langkah kegiatan, menentukan kebutuhan yang diikuti oleh penentuan strategi, pencapaian tujuan dan kemudian penentuan program guna melakasanakan strategi tertentu”.38
37 Ramayulis & Mulyadi, Manajemen Dan Kepemimpinan, 54- 66. 38 Sondang P. Siagian dalam Ramayulis & Mulyadi, Manajemen Dan
Kepemimpinan Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2017),55-56
48
2. Pengorganisasian (organizing)
Ramayulis & Mulyadi mengatakan“Pengorganisasian
merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-
hubungan kerja antar orang-orang, sehingga terwujud satu
kesatuan usaha dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan”.39
Dalam pengorganisasian terdapat adanya pembagian-
pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara
terperinci menurut bidang-bidang dan bagian-bagian
sehingga tercipta hubungan kerja sama yang harmonis dan
lancar dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada
saat merumuskan perencanaan.
3. Penggerakan (actuating)
Burhanuddin menjelaskan penggerakan (actuating)
“merupakan aktivitas seorang pemimpin yang mampu
mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara aktif agar
mereka mau bekerja secara sadar untuk tercapainya tujuan
39Ramayulis & Mulyadi, Manajemen Dan Kepemimpinan, 60.
49
yang ditetapkan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
pada suatu organisasi”.40
Penggerakan atau memberikan arahan merupakan
kegiatan manajemen yang berhubungan dengan usaha
memberikan bimbingan, saran-saran, perintah-perintah dan
instruksi-instruksi kepada bawahan dalam rangka
melaksanakan tugasnya masing-masing, agar dapat
terlaksana dengan baik dan terarah pada tujuan ditetapkan
sebelumnya.
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan menurut Sondang P. Siagian adalah:
“Keseluruhan upaya penguatan palaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa keadaan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan Pengawasan tersebut berupa kegiatan-kegiatan untuk mengamankan rencana dan keputusan yang telah dibuat atau yang tengah dilaksanakan. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang mempunyai hubungan erat dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan”.41
40 Burhanuddin dalam Ramayulis & Mulyadi, Manajemen Dan
Kepemimpinan Pendidikan Islam, 54- 66. 41 Sondang P. Siagian dalam Ramayulis & Mulyadi, Manajemen Dan
Kepemimpinan Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2017), 66.
50
Ini berarti pengawasan itu tidak mungkin akan terlaksana
tanpa adanya kegiatan perencanaan, dan rencana tidak akan
tercapai dengan optimal, jika tidak iringi dengan pelaksanaan
fungsi pengawasan, dengan demikian perencanaan dan
pengawasan dipandang sebagai sebuah mata rantai penting
yang selalu berhubungan, berkaitan, dan saling
mempengaruhi.
3. Tujuan dan Manfaat Menggunakan Manajemen
1. Tujuan menggunakan manajemen
a. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi.
b. Mengevaluasi kinerja, meninjau, dan mengkaji ulang
situasi di dalam pelaksanaan strategi.
c. Memperbaharui strategi agar sesuai dengan
perkembangan lingkungan eksternal.
d. Senantiasa meninjau kembali kekuatan-kekuatan,
kelemahan-kelemahan, peluang-peluang, serta ancaman-
ancaman yang ada.
e. melakukan inovasi baru atas kegiatan agar lebih teratur.
51
2. Manfaat menggunakan manajemen
a. Membantu membuat strategi yang lebih baik dengan
menggunakan pendekatan yang lebih logis, rasional,
sistematis pada pilihan strategis.
b. Merupakan sebuah proses bukan keputusan. Tujuan dari
proses adalah berkomitmen terhadap apa yang telah di
rencanakan.
c. Mengingatkan kesadaran akan ancaman eksternal
sehingga akan terbiasa mempersiapkan rencana lain atas
kejadian yang tidak dinginkan dari faktor luar.
d. Dapat mengetahui dengan baik strategi-strategi pesaing
sehingga akan lebih mudah menghadapinya.
e. Berkurangnya penolakan terhadap perubahan, karena
telah mempersiapkan rencana atas perubahannya tersebut.
f. Memungkinkan untuk identifikasi, penetuan prioritas, dan
mengeksplor peluang yang terbaik
g. Dapat merepresentasikan kerangka-kerangka kerja untuk
aktivitas control dalam mengatur rencana kegiatan.
52
h. Menciptakan kerangka kerja komunikasi (internal)
terhadap orang lain.
i. Membantu mengintegarasikan perilaku individu kita ke
dalam kelompok atau golongan.
j. Mendorong untuk berpikir ke masa depan, karena dengan
manajemen berarti belajar menganalisa rencana.
k. Menjadi lebih terintegrasi, kooperatif, dan besemangat
dalam menghadapi masalah-masalah dan peluang-
peluang.
l. Mendorong untuk terciptanya sikap positif akan
perubahan-perubahan.
b. Konsep Dasar Strategi
Istilah strategi dirumuskan sebagai suatu tujuan yang
ingin dicapai, upaya untuk mengkomunikasikan apa saja yang
akan dikerjakan, oleh siapa yang akan mengerjakannya,
bagaimana cara mengerjakannya, dan kepada siapa hal-hal
tersebut dikomunikasikan, dan perlu dipahami juga mengapa
hasil kerja itu perlu dinilai. Suatu strategi terdiri dari suatu
53
kumpulan pilihan yang terintegrasi, dan perlu disadari bahwa
pilihan tersebut belum tentu dapat menjangkau atau memenuhi
pilihan yang dianggap penting dari suatu hal yang dihadapi oleh
pimpinan atau eksekutif.
Sofjan Assauri mengatakan “Strategi adalah suatu
pernyataan yang mengarahkan kepada bagaimana masing-
masing individu bekerja sama dalam suatu organisasi, dalam
upaya pencapaian tujuan serta sasaran organisasi tersebut”.42
George R. Terry menguraikan “istilah strategi juga memilih arti
sebagai memilih cara yang paling efektif untuk menggunakan
sumber-sumber perusahaan dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan. Strategi direncanakan untuk menyusaikan diri
dengan lingkungan (lingkungan dalam dan luar perusahaan)”.43
Sedarmayanti mendefinisikan bahwa “strategi merupakan
rencana jangka panjang, diikuti tindakan yang ditujukan untuk
42 Sofjan Assauri, Strategic Management: Sustainable Competitive
Advantages (Jakarta: PT Rajagrapindo Persada) hal.3. edisi 2. 43 George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2014),58.
54
mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah
(kemenangan)”.44
Sedarmayanti lebih lanjut menjelaskan pengertian strategi
secara umum dan khusus.
1. Pengetian strategi secara umum: a. Strategi: proses penentuan rencana pemimpin puncak
berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai dengan penyusunan cara/upaya bagaimana agar tujuan tercapai.
b. Strategi: proses yang menentukan adanya perencanaan terhadap top manajer yang terarah terhadap tujuan jangka panjang perusahaan, disertai penyusunan upaya bagaimana agar mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Pengetian strategi secara khusus:
Srategi: tindakan yang bersifat senantiasa meningkat, terus-menerus berdasarkan pada sudut pandang yang diharapkan pelanggan di masa depan (future). Sedarmayanti berpendapat bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat terus-menerus, mengalami peningkatan, dan dilakukan sesuai dengan sudut pandang tentang apa yang diinginkan serta yang diharapkan oleh konsumen di masa depan”.45
44 Sedarmayanti, Manajemen Strategi (Bandung: PT Refika Aditama,
2014),2. 45 Sedarmayanti, Manajemen Strategi, 2.
55
Sondang P. Siagian dapat merumuskan suatu strategi
manajemen puncak harus memperhatikan beberapa faktor
yang sifatnya kritikal sebagai berikut:46:
a. Strategi berarti menentukan misi pokok suatu. b. Dalam merumuskan dan menerapkan strategi, manajemen
puncak mengembangkan profil tertentu bagi organisasi. Profil dimaksud harus menggambarkan kemampuan yang dimiliki dan kondisi internal yang dihadapi organisasi yang bersangkutan.
c. Pengenalan tentang lingkungan mana organisasi akan berinteraksi.
d. Suatu strategi harus merupakan analisis yang tepat tentang kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dimiliki organisasi yang diperkirakan akan dihadapi.
e. Mengidentifikasikan beberapa pilihan yang wajar dari berbagai alternatif yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
f. Menjatuhkan pilihan pada satu alternatif yang dipandang paling tepat yang mempunyai nilai paling strategi dan diperhitungkan dapat dicapai karena didukung oleh kemampuan dan kondisi internal organisasi.
g. Sasaran jangka panjang umumnya memiliki paling sedikit 4 (empat) ciri yang menonjol yakni: a) sifatnya yang idealistic; b) jangkauan waktunya juga jauh ke masa depan; c) dinyatakan secara kualitatif, serta d) masih abstrak.
h. Memeperhatikan pentingnya operasionalisasi keputusan dasar yang dibuat dengan memperhitungkan kemampuan organisasi dibidang anggaran, sarana prasarana dan waktu.
i. Mempersiapkan tenaga kerja yang profesional.
46 Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012),16-17.
56
j. Teknologi yang akan dimanfaatkan memerlukan seleksi yang tepat.
k. Bentuk, tipe dan struktur organisasi yang akan digunakan pun sudah harus turut diprhitungkan.
l. Menciptakan sistem pengawasan secara intens. m. Sistem penilaian tentang keberhasilan atau
ketidakberhasilan pelaksanaan strategi yang dilakukan berdasarkan serangakain kreterian yang rasional dan objektif.
n. Menciptakan suasana sistem umpan balik berbagai instrument yang ampuh bagi semua pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan strategi yang telah ditentukan itu untuk mengetahui apakah sasaran terlampaui, atau hanya sekedar tercapai bahkan mungkin tidak tercapai.
Kesemuanya itu diperlukan sebagai bahan dan dasar untuk
mengambil keputusan di masa depan. Dalam menentukan
strategi, harus dipahami bahwa hal yang pokok dari formulasi
strategi adalah menyusun perencanaan yang berkelanjutan.
1. Bentuk-Bentuk Strategi
Hadari Nawawi berpendapat bahwa “strategi terdapat beberapa
bentuk-bentuk yang dapat dipilih dan ditetapkan secara teoritis
ada 7 (tujuh) yakni47 :
a. Strategi Agresif
47 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit
Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi Bidang Pendidikan (Yogyakarta: UGM Press, 2000), 50-51.
57
Strategi yang mengatur suatu tindakan dengan cara
mendobrak penghalang, rintangan (ancaman) untuk
prestasi/keunggulan yang ditargetkan oleh perusahaan.
b. Strategi Konservatif
Strategi ini membuat program dan mengatur
tindakan/action dengan cara berhati-hati, yang disesuaikan
dengan kebiasaan.
c. Strategi Difensif
Strategi yang melakukan tindakan untuk mempertahan
kondisi keunggulan prestasi yang sudah dicapai.
d. Strategi Kompetitif
Strategi yang mengatur suatu tindakan (action) untuk
mewujudkan keunggulan yang melebihi organisasi lainnya
yang sama posisinya dan jenjangnya.
e. Strategi Inovatif
Strategi ini dilakukan dengan cara membuat program-
program yang bertujuan agar organisasi selalu tampil
sebagai pelopor.
58
f. Strategi Diversifikasi
Strategi ini dilakukan dengan cara membuat program-
program dan mengatur atau tindakan (action) berbeda dari
strategi biasa yang dilakukan sebelumnya.
g. Strategi Preventif
Strategi ini dilakukan untuk memperbaiki dan mengoreksi
segala kekeliruan, baik dilakukan oleh organisasi sendiri
maupun yang diperintahkan oleh organisasi atasnya.
2. Formulasi Strategi
Crown Dirgantoro mendefinisikan “formulasi strategi
merupakan penentuan rangkaian aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan. Dalam melakukan
formulasi strategi ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan di antaranya sebagai berikut”:48
a. Harus dipahami visi, misi, dan objektif perusahaan sehingga kita akan mengetahui ke arah mana perusahaan akan dibawa serta bagaimana caranya menuju ke arah tersebut.
b. Harus dipahami adalah posisi perusahaan pada saat ini.
48 Crown Dirgantoro, manajemen strategik (Jakarta: PT Grasindo,
2007), 83.
59
c. Kemampuan mengidentifikasikan (menganalisis) faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal yang sedang dipahami oleh perusahaan.
d. Mencari alternative solusi yang bisa dilakukan guna mencapai tujuan secara lebih efesien di masa yang akan datang.
3. Peranan Strategi
Yogi menjelaskan “dalam lingkungan organisasi atau
perusahaan, strategi mempunyai peranan penting untuk
mencapai tujuan, karena strategi memberikan arah tindakan
dan bagaimana (cara) tindakan tersebut dilakukan supaya
tujuan yang diinginkan tercapai”.49
Strategi mempunyai 3 (tiga) peranan penting dalam mengisi
tujuan manajemen, yakni:
a. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan.
b. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi.
c. Strategi sebagai target konsep strategi yang akan
digabungkan dengan visi dan misi untuk menentukan
perusahaan di masa yang akan datang.
49 Yogi, ddk, Manajemen Strategik Terapan: Panduan Cara Menganalisa Industri Dan Pesaing (Jakarta: Poliyama Widya Pustaka, 2007), 15.
60
c. Pengertian Manajemen Strategi
Keberhasilan suatu organisasi, ditentukan oleh
kemampuan pimpinan organisasi itu menetapkan strategi yang
tepat dalam menjalankan organisasinya dan memanfaatkan
lingkungan, dengan memilih pengorganisasian sumber daya
internal yang tepat. Ketepatan strategi yang diterapkan pimpinan
suatu organisasi, didasarkan pada pemikiran stratejik yang
dimilikinya dengan pengalaman pembelajarannya dalam situasi
lingkungan yang terus berubah. Manajemen stratejik merupakan
proses suatu organisasi menata perumusan dan
pengimplementasian strateginya.
Sofjan Assauri berpendapat bahwa “manajemen strategi
merupakan proses penetapan visi, misi, dan tujuan organisasi,
serta pengembangan kebijakan dan program pelaksanaan untuk
mencapainya”.50 Sedangkan Sedarmayanti mendefinisikan
“manajemen strategi sebagai suatu proses/rangakaian kegiatan
dalam pengambilan keputusan yang masih bersifat mendasar
50Sofjan Assauri, Strategic Management: Sustainable Competitive
Advantages (Jakarta: PT RajaGrapindo Persada) hal.9. edisi 2.
61
dan menyeluruh, serta disertai dengan penetapan bagaimana
(cara) melaksanakannya yang dibuat oleh seorang pimpinan dan
kemudian diimplimentasikan oleh seluruh jajaran dalam
organisasi, untuk mencapai tujuan”.51 Kemudian Sondang P.
Siagian mengatakan “manajemen strategi merupakan suatu
proses yang dinamik karena ia berlansung secara terus-menerus
dalam suatu organisasi”.52
Syaiful Sagala mendefinisikan manajemen strategi
adalah “ suatu proses formulasi dan serta implementasi rencana
dan kegiatan-kegiatan (tindakan) yang berhubungan dengan hal-
hal vital yang dapat menembus (pervasif), serta
berkesinambungan bagi organisasi secara keseluruhan”.53
2. Manajemen Strategik Kepemimpinan Pesantren
M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo berpendapat bahwa:
“Kepemimpinan strategi dibedakan dari kepemimpinan biasa/rutin berdasarkan tiga dimensi yakni waktu, skala, dan lingkup tindakan. Jenis kepemimpinan ini lebih berurusan dengan waktu yang agak lama (longer term) dari pada waktu
51 Sedarmayanti, Manajemen Strategi, 3. 52 Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012),27. 53 Saipul Sagala, Manajemen Strategik, 130.
62
yang pendek (shorter term). Isu-isu yang digarap berskala nasional atau internasional. Adapun lingkup tindakannya adalah lembaga pesantren secara keseluruhan dari pada hanya satu program khusus. Hasilnya berupa strategi tindakan”.54
Strategi-strategi tindakan pengasuh pesatren hendaknya
berkaitan dengan kurikulum pesantren, pendekatan belajar dan
mengajar, struktur dan proses perencanaan, pemecahan masalah,
pembuatan keputusan dan evaluasi, dan pendayagunaan berbagai
layanan baik secara individual dan institusional
Kepemimpinan strategi pengasuh pesantren juga ditunjukkan
dengan kemampuannya menetapkan prioritas isu-isu strategis. Pada
tataran ini, pengasuh pesantren aktif menyimak perkembangan
global sehingga mampu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman.
54 M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren
Dalam Perspektif Global (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2006), 49.
63
M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo kembali menjelaskan
“untuk membantu menemukan semua ini, dapat dipertimbangkan
beberapa pertanyaan ini berikut ini:55
1. Peluang apa saja yang bersumber dari perubahan-perubahan: a) konsektual (politik, ekonomi, legalitas, teknologi, budaya dan kependudukan); b) kurikulum (termasuk pendekatan dan dukungan terhadap belajar-mengajar) dan c) komunitas pesantren (termasuk hal-hal yang terkait dengan competitor/pesaing dan kolaborator/mitra kerja) yang dapat membantu pesantren untuk menjalankan misinya secara efektif?
2. Ancaman apa saja yang dapat ditimbulkan oleh perubahan konstektual, kurikulum dan komunitas pesantren yang harus diperhitungkan oleh lembaga agar dapat menjaga kemajuan dalam mencapai misi tersebut?
3. Keterbatasan internal apa yang musti dikelola dengan baik agar dapat memanfaatkan peluang atau menangkal/menghalau ancaman?
4. Kekuatan internal apa saja yang dapat membantu lembaga pesantren memanfaatkan peluang dan menghalau ancaman di atas?
Menyimak sejumlah pertanyaan di atas, seorang pengasuh
pesantren akan mampu merumuskan serentetan isu yang harus
dimasukkan ke dalam rencana strategis dengan mengedepankan
urutan prioritas tindakan. Suatu program akan dijalankan jika
55 M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren,
49-50
64
dipandang urgen untuk menghindari ancaman lembaga dan
potensial memberi sumbagan kepada pencapai misi.
3. Kewirausahaan
a.Pengertian Kewirausahaan
Menurut etimologi, kewirausahaan berasal dari kata wira
dan usaha. Wira berarti pahlawan, pejuang, manusia unggul,
berbudi luhur, teladan, berwatak agung, dan gagah berani.
Sedangkan usaha mempunyai penciptaan kegiatan atau berbagai
aktivitas/kegiatan bisnis. Wirausaha menurut KBBI adalah “orang
yang pandai atau berbakat mengenai produk baru, menentukan
cara produk baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk
baru, memasarkan, serta mengatur permodalan operasinya”.56
Sedangkan pengertian kewirausahaan menurut para ahli adalah
sebagai berikut:
1. Sulton mendefinisikan kewirausahaan adalah “semangat,
sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani
usaha atau suatu kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
56 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi. 2
cetakan 4 (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), 1012.
65
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk
baru dengan meningkatkan efesiensi dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh
keuntungan yang lebih besar”.57
2. Suryana dalam bukunya kewirausahaan (entrepreneurship)
adalah “suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,
kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam
menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang
dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapi”.58
3. Menurut Sukamdani Gitosardjono terdapat “enam hakikat
kewirausahaan yakni:
a. Kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
b. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, strategi, proses, dan hasil bisnis.
c. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam menggerakkan sesuatu yang kreatif dan inovatif yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
d. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan
57 Sulton, Manajemen Kewirausahaan Pendidikan, Dalam Ali Imron,
Et, Al (Ed), Manajemen Pendidikan Analisis Substantive Dan Aplikasinya Dalam Institusi Pendidikan (malang: uin malang, 2003), hal 233.
58 Suryana, Kewirausahaan (Jakarta: Salemba Empat, 2014), 2.
66
persoalan dalam menemukan peluang untuk memperbaiki, serta mengembangkan kehidupan usaha.
e. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan pengembangan usaha yang diyakini akan sukses.
f. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan semua sumber daya secara kreatif dan inovatif untuk memenangkan persaingan.59
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka bisa disimpulkan
bahwa kewirausahaan adalah suatu kemauan serta kemampuan
seseorang dalam menciptakan suatu kegiatan usaha dengan cara
berfikir kreatif dan inovatif serta dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada dan berani mengambil risiko semata-mata
bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik dan dapat
memperoleh keuntungan yang besar.
b. Jenis-Jenis Kewirausahaan
Menurut Indriyo Gito Sudarmo ada beberapa macam jenis
bisnis.
1. Ekstraktif adalah bisnis yang melakukan kegiatan dibidang pertambangan.
2. Agrobisnis, yaitu bisnis yang menjalankan bisnisnya dalam bidang pertanian.
59 Sukamdani Gitosardjono, Wirausaha Berbasis Islam Dan
Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Bisnis Indonesia, 2013), 206.
67
3. Industri, yaitu bisnis yang bergerak dibidang industri. 4. Jasa, yaitu bisnis yang bergerak dibidang jasa yang dapat
menghasilkan produk yang tidak terwujud”.60
c.Fungsi Wirausaha
Setiap wirausaha mempunyai fungsi pokok dan fungsi tambahan
sebagai berikut:61
1. Fungsi Pokok Wirausaha
a. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil
tujuan dan sasaran perusahan
b. Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan
c. Menetapkan bidang usaha pasar yang akan dilayani
d. Menghitung skala usaha yang diinginkannya
e. Mengendalikan secara efektif dan efesien
f. Menentukan permodalan yang diinginkannya
g. Memilih dan menetapkan criteria pegawai dan
memotivasinya
h. Mencari dan menciptakan berbagai cara baru
60 Indriyo Gito Sudarmo, Manajemen Keuangan (Yogyakarta: BPFE,
1993), hal, 3. 61 Leonardus Saiman, Kewirausahaan (Jakarta: Salemba Empat,
2015),45-46.
68
i. Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan
serta mengelolanya menjadi barang dan jasa yang
menarik
j. Memasarkan barang dan jasa tersebut untuk memuaskan
pelanggan dan sekaligus dapat memperoleh dan
mempertahankan keuntungan maksimal
2. Fungsi Tambahan
a. Mengenali lingkungan perusahaan dalam rangka
mencari dan menciptakan usaha
b. Mengendalikan lingkungan ke arah yang lebih
menguntungkan
c. Menjaga lingkungan usaha agar tidak merugikan
mayarakat dan lingkungan
d. Karakteristik Kewirausahaan
Para ahli mengemukan karakteristik-karakteristik
kewirausahaan dengan konsep serta pandangan yang berbeda-
beda. Suryana menjelaskan “adapun pendapat beberapa para ahli
tentang karakteristik kewirausahaan dilihat dari beberapa aspek
69
kepribadian, jiwa, watak, sikap, dan perilakunya dapat dilihat
dari ciri-ciri atau komponen sebagai berikut”:62
1. Percaya diri, indikatornya adalah optimis, penuh keyakinan, berkomitmen, disiplin dan tanggung jawab.
2. Memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energy, ceketa dalam bertindak dan aktif.
3. Memiliki motif berprestasi, indikatornya berorientasi pada hasil dan wawasan ke depan (future).
4. Memiliki jiwa kepemimpinan. Indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam bertindak.
5. Berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan.
Sedangkan Gitosardjono mengemukan karakteristik
kewirausahaan sebagai berikut:63
1. Disiplin Dalam melaksanakan kegiatan, wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi dengan ketetapan komitmen terhadap tugas dan pekerjaan secara menyeluruh yaitu ketetapan terhadap waktu terhadap peningkatan mutu pekerjaan, penerapan sistem kerja dan sebagainya.
2. Komitmen yang tinggi “Komitmen adalah kesepakatan yang dibuat oleh seseorang mengenai suatu hal, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain”;
3. Jujur “Kejujuran adalah landasan moral bagi wirausahawan, kejujuran dalam berprilaku dikehidupan yang bersifat kompleks dan kejujuran dalam segala hal”;
4. Kreativitas dan inovatif
62 Suryana, Kewirausahaan (Jakarta: Salemba Empat, 2014), 2. 63 Sukamdani Gitosardjono, Wirausaha Berbasis Islam Dan
Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Bisnis Indonesia, 2013), 207-209
70
“Untuk memenangkan persaingan, sebagai wirausahawan harus memiliki kreativitas yang tinggi yang dasarkan pada cara berpikir maju dengan gagasan baru yang inovatif”;
5. Mandiri “Seorang wirausahawan dikatakan mandiri dengan melakukan keingin yang baik tanpa ketergantungan dari pihak lain ketika mengambil keputusan atau tindakan”;
6. Realistis “Seorang wirausahawan selalu berpikir dengan realistis menggunakan fakta dan realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap mengambil keputusan maupun tindakan”.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan adalah rancangan urutan penyajian
laporan penelitian. Sistematika pembahasan tidak hanya berupa daftar
isi buku yang dikalimatkan, melainkan juga penjelasan tentang judul-
judul bab dan subbabnya serta urutannya.64
Bab I: Pendahuluan. Dalam bab ini memuat tentang Konteks
dan Permasalahan Penelitian, Permasalahan Penelitian yang meliputi
Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, dan Rumusan Masalah. Serta
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Orisinalitas Penelitian, Metode
Penelitian memuat tentang: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Tempat
Penelitian, Kehadiran Peneliti, Data Dan Sumber Data Penelitian,
64 Pedoman Penulisan Artikel, Makalah, Proposal, Tesis, Dan Disertasi (Pascasarjana UIN Mataram, 2018), ,24.
71
Teknik Pengumpulan Data, Teknis Analisa Data, Pengecekan
Keabsahan Data. Kajian teori (Manajemen Strategi meliputi: Konsep
Dasar Manajemen, Pengertian Manajemen, Fungsi Manajemen,
Tujuan dan Manfaat Menggunakan Manajemen, Konsep Dasar
Strategi, Pengertian Manajemen Strategi. Manajemen Strategik
Kepemimpinan Pesantren. Kewirausahaan: Pengertian Kewirausahaan,
Jenis-Jenis Kewirausahaan, Fungsi Kewirausahaan, Karakteristik
Kewirausahaan)
Bab II: Hasil Penelitian. Dalam bab ini memuat tentang
Profil Lokasi Penelitian yang meliputi: (Sejarah Berdirinya Yayasan
Darul Yatama Wal Masakin Jerowaru, Letak Geografis Pondok
Pesantren Dayama Jerowaru, Identitas Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin Jerowaru, Landasan Hukum Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin Jerowaru, Visi dan Misi Pondok Pesantren Dayama Jerowaru,
Maksud dan Tujuan Yayasan Darul Yatama Wal Masakin Jerowaru,
Struktur Organisasi Yayasan Darul Yatama Wal Masakin Jerowaru,
Fasilitas Induk Yayasan Darul Yatama Wal Masakin, Santri Yayasan
72
Darul Yatama Wal Masakin Jerowaru, Bidang Usaha Yayasan Darul
Yatama Wal Masakin Jerowaru).
Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal Yayasan
Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru, Perencanaan
Kewirausahaan Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama)
Jerowaru, Implementasi Manajemen Strategi Pesantren dalam
Pengembangan Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru Pengawasan Pesantren dalam
Pengembangan Kewirausahaan, dan Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru.
Bab III: Pembahasan. Dalam bab ini memuat tentang ulasan
dari hasil penelitian yang pernah dilakukan selama berada di lapangan
yang membahas tentang Lingkungan Internal dan Lingkungan
Eksternal Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru,
Perencanaan Kewirausahaan Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
(Dayama) Jerowaru, Implementasi Manajemen Strategi Pesantren
dalam Pengembangan Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru Pengawasan Pesantren dalam
73
Pengembangan Kewirausahaan, dan Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru.
Bab IV: Penutup. Dalam bab ini memuat tentang kesimpulan
dan saran dari apa yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Bagian
akhir dari tesis memuat tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
riwayat hidup.
74
75
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Profil Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
Jerowaru
Keberadaan Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
Jerowaru, tidak terlepas dari aktivitas dakwah islamiyah yang
digagas dan dirintis oleh TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al-
Khalimi sejak tahun 1947. Setelah kembali dari belajar di Mekah,
selama 3 (tiga) tahun (1945-1947), beliau membuka pengajian
kecil (majelis taklim) di Keramat Direk Jerowaru dengan sistem
khalaqah, dan aktif melakukan dakwah dengan cara ngamari,
berkeliling ke berbagai kampung (dusun).
Jumlah santri dan jama’ah TGH. Muhammad Mutawalli
Yahya Al-Khalimi dari tahun-ketahun semakin banyak, maka
muncul ide untuk mendirikan pondok pesantren, yang mendapat
dukungan dari masyarakat. Pada tahun 1954 didirikan pondok
pesantren salafiyah pertama di Jerowaru, yang diberi nama
76
Madrasah Nahdlatul Awam, setingkat madrasah ibtidaiyah (MI),
yang berlokasi di sebelah uatara Masjid Jamik Fathul Mubin
Jerowaru dan sebelah barat kantor Kepala Desa Jerowaru.65
Tetapi karena pengelolaannya belum bagus dan persoalan
pendanaan, maka pada tahun 1958 madrasah ini ditutup.
Setelah Madrasah Nahdlatul Awam tidak aktif lagi, TGH.
Muhammad Mutawalli Yahya Al-Khalimi lebih mengintensifkan
aktivitas dahwah dengan cara ngamari keberbagai tempat (desa),
dan majelis taklim (pengajian umum) di Jerowaru. Seiring
dengan aktivitas dakwahnya, beliau menyampaikan gagasan
mendirikan pondok pesantren permanen kepada para jama’ah, dan
mendapat dukungan besar dari masyarakat. Pada tahun 1968 -
1970 gedung madrasah permanen mulai dibangun, yang berlokasi
di komplek pondok pesantren yang sekarang, di sebelah timur
masjid Jerowaru. Pada tahun 1971 lembaga pondok pesantren
diresmikan, dengan nama Pondok Pesantren Darul Aitam
65 Fahrurrozi Dahlan, Sejarah Perjuangan dan Pergerakan
Dakwah Islamiyah TGH. Muhammad Mutawalli di Pulau Lombok: Pendekatan Cultural dan Sufistik Dalam Mengislamisasi Masyarakat Wetu Telu (Jakarta: Sentra Media, 2006), 46
77
Jerowaru. Pondok pesantren ini membuka jalur pendidikan
formal, yaitu Madrasah Tsanawiyah Darul Aitam. Lembaga
pondok pesantren ini kemudian menjadi yayasan, dengan nama
Yayasan Pondok Pesantren Darul Yatama Wal Masakin
(Dayama) Jerowaru.66
TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al-Khalimi wafat
pada tanggal 4 Rajab 1403 H, bertepatan dengan tanggal 4 April
1984 M, serta dimakamkan berlokasi di sebelah barat Masjid
Fathul Mubin Jerowaru dan sebelah timur Gedeng Beleq.67
Setelah beliau wafat, Yayasan Dayama kemudian diasuh
(dipimpin) oleh putra tertuanya, TGH. Muhammad Sibawaihi
Mutawalli Yahya Al-Kalimi. Di bawah kepemimpinan TGH.
Muhammad Sibawaihi Mutawalli Yahya Al-Kalimi, Yayasan
Dayama semakin berkembang lebih baik. Pendidikan formal
dikembangkan. Pada tahun 1995 dibuka Madrasah Aliyah Darul
Aitam (MA DA). Didirikan juga MTs. DA, MI DA, dan RA DA
di Mengkuru, Desa Pandan Wangi Kecamatan Jerowaru. Selain
66 Fahrurrozi Dahlan, Sejarah Perjuangan, 50. 67 Fahrurrozi Dahlan, Sejarah Perjuangan, 38.
78
menambah pendidikan formal, pendidikan nonformal juga
dikembangkan, berupa Diniyah Awwaliyah, dan Pengajian Kitab
Kuning. Lembaga sosial juga semakin mendapat perhatian pada
masa kepemimpinan TGH. Muhammad Sibawaihi Mutawalli,
dengan mengelola Panti Asuhan (PA) dan mengembangkan
program untuk pakir miskin dan orang tua jompo, serta
pengelolaan majelis ta’lim. TGH. Muhammad Sibawaihi
Mutawalli terkenal aktif melakukan dakwah islamiyah di berbagai
tempat di pulau Lombok, dan beberapa kali ke luar daerah.
TGH. Muhammad Sibawaihi Mutawalli wafat pada hari
Selasa, 24 Nopember 2015 M, bertempatan dengan tanggal 11
Safar 1437 H, serta dimakamkan di Bukit Ujung Kemalik
Surelalem Desa Pemongkong Kecamatan Jerowaru.
Sepeninggalnya, kepemimpinan Yayasan Dayama dilanjutkan
oleh putra-putranya, TGH. Badarul Islam sebagai Ketua Dewan
Pembina, dan TGH. Saipul Islam, MA sebagai Ketua Dewan
Pengurus Yayasan. Pada saat ini, Yayasan Dayama sedang dalam
tahap pembenahan untuk pengembangan lebih lanjut.
79
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Dayama Jerowaru
Yayasan Darul Yatama Wal Masakin(Yadama) berlokasi
di Desa Jerowaru. Letaknya strategis, berada di pusat desa dan
pusat kecamatan. Akses untuk menuju ke lokasi mudah.
Yadama merupakan pondok pesantren yang paling besar
di desa Jerowaru dan Kecamatan Jerowaru. Kantor sekretariatnya
beralamat di Jalan TGH. Muhammad Muatawalli Jerowaru,
sebelah utara masjid, wilayah Kadus Jerowaru Bat (Barat).
Sedangkan lokasi induk Yadama terletak di Jalan Tete Batu
Jerowaru, wilayah Kadus Jerowaru Daye (Utara), Desa Jerowaru.
Jarak dari ibu kota Kabupaten Lombok Timur (Selong), lebih
kurang 25 km, dan dari Mataram, ibu kota provinsi lebih kurang
52 km. Pondok Pesantren Dayama, terletak dengan batas-batas
sebagai berikut:
a) Sebelah utara adalah dibatasi oleh pemukiman penduduk dan
areal persawahan.
b) Sebelah timur dibatasi oleh areal persawahan.
80
c) Sebelah selatan dibatasi oleh pemukiman penduduk.
d) Sebelah barat adalah dibatasi oleh pemukiman penduduk.68
Adapun denah lengkap lokasi Pondok Pesantren Dayama
Jerowaru adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1. Denah Lokasi Yayasan Darul Yatama Wal Masakin Jerowaru69
68 Observasi, Pada Tanggal 1 Ramadhan 1439 H. 69 Observasi, Pada Tanggal 1 Ramadhan 1439 H.
1
30
26
31
2
1
14
4
9
67
13
17
24
28 2
8
3
10
11
12
5
15
1
6
18
1919
2
3
2
7
2
U ARAH S
81
Keterangan denah lokasi Pondok Pesantren Dayama
Jerowaru:
(1) = Waserda Al-Khalimi (lantai 1 / dasar) dan
Sekretariat Pondok Pesantren Dayama (lantai 2 dan 3).
(2) = Dari arah Penyambak (Barat).
(3) = Makam TGH. Muhammad Muatawalli Yahya Al
Khalimi
(4) = Masjid Jami’ Fathul Mubin Jerowaru.
(5) = Jalan TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al
Khalimi Jerowaru.
(6) = Dari arah Sepapan (Utara).
(7) = Dari arah Jor (Selatan).
(8) = Kantor Kepala Desa Jerowaru.
(9) = Jalan Tete Batu Jerowaru.
(10) = Koperasi Pondok Pesantren Dayama Jerowaru.
(11) = Gang Bale Belek Jerowaru.
(12) = Gang Otak Dese Jerowaru.
82
(13) = Asrama Putri Pondok Pesantren Dayama
Jerowaru lantai 3 (tiga).
(14) = Arasama Panti Asuhan Pondok Pesantren
Dayama Jerowaru lantai 2 (dua).
(15) = Gang Madrasah Jerowaru.
(16) = Terowongan, dan di atasnya terdapat bangunan
kantor dan raung kelas
MTs. DA Jerowaru.
(17) = Gedung (ruang belajar) MTs. DA Jerowaru
(lantai 3).
(18) = Parit.
(19) = 19a. Perumahan Pengasuh Pondok Pesantren
Dayama Jerowaru.
19b. Perumahan Pengasuh Pondok Pesantren
Dayama Jerowaru.
(20) = Musholla Pondok Pesantren Dayama Jerowaru.
(21) = Sumur Bor / Tandon Air..
(22) = Tempat Parkir MA DA Jerowaru.
83
(23) = Pos Satpam MA DA Jerowaru.
(24) = Gedung MA DA Jerowaru lantai 2 (lantai 1
kantor dan ruang belajar serta lantai 2 ruang belajar).
(25) = Gedung MA DA Jerowaru (ruang belajar lantai
1).
(26) = Aula lantai 2 (lantai 1 kantor Kepala, Ruang
TU, Perpusatakaan dan tempat ibadah MA DA, serta
lantai 2 aula Pondok Pesantren Dayama Jerowaru).
(27) = Jalan setapak di dalam kompleks Pondok
Pesantren Dayama Jerowaru.
(28) = Lapangan Pondok Pesantren Dayama Jerowaru.
(29) = Kantin.
(30) = Gedung Diniyah Pondok Pesantren Dayama
Jerowaru lantai 2 dan
kantin di lantai 1/dasar satu ruang.
(31) = Asrama Putra Pondok Pesanren Dayama
Jerowaru lantai 2.
84
3. Identitas Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
a) Nama Yayasan : Yayasan Darul Yatama Wal
Masakin Jerowaru
b) Nomor Akta Notaris : 03 Tanggal 06 Pebruari 2017.
c) Alamat : Jalan TGH. Muhammad Mutawalli
Yahya Al-Kalimi Jerowaru.
d) Desa : Jerowaru
e) Kecamatan : Jerowaru
f) Kabupaten/Kota : Lombok Timur
g) Provinsi : Nusa Tenggara Barat (NTB)
h) Tahun Bediri : 1971 M
i) Pendiri : TGH. Muhammad Mutawalli
Yahya Al-Kalimi.
j) Ketua Dewan Penasehat : Tajus Subki Imran
k) Ketua Dewan Pembina : TGH. Badarul Islam
l) Dewan Pengurus :
1) Ketua : TGH. Saipul Islam, MA.
2) Wakil Ketua : Putrawan Habibi, SP, MM.
85
3) Sekretaris : Multazam Marjak, S.IP.
4) Bendahara : Ahmad Turmuzi, S.Pd.
m) Website/E-mail :
n) Jumlah Ustadz/Ustazah : 250 orang.
o) Jumlah Santri/Santriwati : 1,679 orang70
4. Landasan Hukum Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
Jerowaru
Untuk memacu perkembangan pondok pesantren, Darul
Yatama Wal Masakin (Dayama) kemudian mendirikan yayasan
yang memegang kendali oprasional pesantren sehari-hari, yakni
sebuah badan hukum yang diberi nama Yayasan Darul Yatama
Wal Masakin (Dayama).
Akta Notaris pertama Yayasan Darul Yatama Wal
Masakin (Dayama). Nomor 57 tahun 1973 pada Kantor Notaris
Abdurrahman, SH, Mataram. Kemudian dirubah dengan Akta
Notaris : Nomor 03 Tanggal 06 Pebruari 2017 pada Kantor
Notaris Zainul Islam, SH. Kemudian telah mendapat pengesahan
70 Dokumentasi, Identitas Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
(Dayama) Jerowaru Lombok Timur, dikutip tanggal 1 Ramadhan 1439 H.
86
dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
melalui Surat Keputusan Nomor : AHU-
0002883.AH.01.04.Tahun 2017 Tentang Pengesahan Pendirian
Badan Hukum Yayasan Darul Yatama Wal Masakin Jerowaru.71
Dengan demikian Pondok Pesantren Dayama secara legal formal
telah diakui keberadaanya. Pengelolaan pondok pesantren
dipercayakan kepada Yayasan Dayama.
5. Visi dan Misi Pondok Pesantren Dayama Jerowaru
Visi : “Terwujudnya manusia yang cerdas dan sejahtera
dalam bingkai nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan agar
dapat menjadi rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin)”.
Misi :
1. Membina, mengembangkan dan memberdayakan potensi-
potensi sosial dan keagamaan melalui pendidikan.
2. Membina dan memberi suri toladan kepada masyarakat
melalui program-program pemberdayaan sosial, ekonomi, dan
lingkungan.
71 Dokumentasi, Badan Hukum, dikutip Tanggal 1 Ramadhan
1439 H.
87
3. Mendorong terciptanya keharmonisan sosial dan alamnya
dengan bersandar pada nilai-nilai ke-Islaman dan ke-
Indonesiaan.72
6. Maksud dan Tujuan Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
Jerowaru
Untuk mencapai visi dan misi, Yayasan Darul Yatama
Wal Masakin merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai
dengan merujuk pada ruang lingkup keagamaan, kesosialan dan
kemasyarakatan.
Tujuan-tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut:73
1. Berperan aktif dalam membangun karakter yang relijius di
dalam kehidupan bermasyarakat melalui majelis taklim serta
majelis pendidikan baik formal maupun nonformal.
2. Mengembangkan ruang lingkup aktifitas syi’ar yang toleran
dalam bermasyarakat dan bernegara.
72 Dokumentasi, dikutip Tanggal 1 Ramadhan 1439 H. 73 Dokumentasi, dikutip Tanggal 1 Ramadhan 1439 H.
88
3. Menyelenggarakan bentuk-bentuk kegiatan pengabdian dan
pemberdayaan masyarakat sebagai penegasan eksistensi
yayasan yang merupakan wadah sosial keummatan.
4. Membangun silaturahmi dan kerjasama dengan semua pihak
yang dipandang dapat memberikan kontribusi untuk
kemajuan yayasan dan masyarakat.
5. Meletakkan proses pendidikan sebagai pondasi utama dalam
kerangka kemanusian dan kehidupan sosial serta mampu
mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa dengan
melakukan pengembangan dan peningkatan sarana dan
prasarana pendidikan formal dan nonformal.
6. Memberikan prioritas ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dalam
proses pendidikan formal serta nilai-nilai ke-Islaman dalam
pendidikan nonformal.
7. Struktur Organisasi Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
Jerowaru
Keberadaan struktur organisasi dalam sebuah lembaga
(organisasi), dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas
89
pembagian tugas (job discription) di dalam jajaran
kepengurusan, sehingga memudahkan pola kerja, alur komando
dan koordinasi bagi semua unsur pelaksana organisasi. Dengan
begitu tidak terjadi tumpang tindih (over lapping) dalam
pelaksanaan tugas masing-masing. Apabila pola dan alur kerja
sesuai dengan struktur organisasi yang telah ditetapkan, tentu
akan memberikan hasil yang optimal serta mekanisme kerja
akan berjalan secara efektif dan efisien.
Organisasi Pondok Pesantren Dayama mempunyai
struktur organisasi yang mempunyai tanggungjawab masing-
masing. Pengasuh pondok pesantren adalah putra dari TGH.
Muhammad Sibawaihi Mutawalli, yang mempunyai
tanggungjawab meneruskan perjuangan ayahandanya. Adapun
struktur organisasi Pondok Pesantren Dayama Jerowaru yaitu:
si Yayasan Darul Yatama Wal Masakin JerowaruPeriode Tahun 2017-202174
74 Dokumentasi, dikutip Tanggal 1 Ramadhan 1439 H.
90
DEWAN PEMBINA
KETUA TGH. BADARUL ISLAM
DEWAN PENASEHAT
KETUA TAJUS SUBKI IMRAN
DEWAN PENGAWAS
KETUA
MUJITABE, S.Pd.
DEWAN PENGURUS
KETUA
TGH. SAIPUL ISLAM, MA
BENDAHARA
AHMAD TURMUZI, S.Pd.
SEKRETARIS
MULTAZAM MARJAK, S.IP.
BIDANG-BIDANG
BIDANG DAKWAH DAN KEUMMATAN
KETUA GUFRANIL HALIM, S.Pd.
BIDANG INVENTARIS DAN PENGELOLAAN ASET
KETUA H. BUSYAIRI, S.Sos.
BIDANG PENDIDIKAN DAN PESANTREN
KETUA
SIRAJUNNASIHIN,S.Pd.M.Pd.I.
BIDANG HUMAS DAN SOSIAL
KETUA BAYAN TEKE
SANTRI DAN JAMA’AH
= Garis = Garis
91
8. Fasilitas Induk Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
a) Tanah Yayasan
Tabel 2.1. Tanah Yayasan75
No. Jenis Saspras Luas (M2)
Tahun Asal/Cara Perolehan
1. Tanah MTs, MA dan Diniyah Jerowaru
8,455 1991 Milik Sendiri (Wakaf)
2. Tanah Sekretariat
400 2010 Beli
3. Tanah Asrama Putri
752 1993 Beli dan Tukar Guling
4. Tanah Asarama Putra, Lapangan dan Perumahan Ustadz/ Ustazah
14,417 1999 Beli
5. Tanah Panti Asuhan
500 Beli
6. Tanah MTs, MI dan RA Mengkuru
5,000 1993 Hibah
7. Tanah SPBU 6,000 2000 Beli 8. Tanah
Pertanian, Perkebunan, Perternakan dan
Milik Sendiri
75 Dokumentasi, Luas Tanah Yayasan, dikutip Tanggal, 2
Ramadhan 1439 H.
92
Perikanan
9. Tanah untuk Fasilitas Pendidikan di Dusun Erot
7,500 2011 Hibah Desa
b) Bagunan Yayasan
Tabel 2.2. Bangunan Yayasan. 76
No Jenis Bangunan Luas (M2) / Jumlah
Tahun Asal / Cara Perolehan
1 Mushola 200 1998 Milik Sendiri 2 Asrama Putra dan
Fasilitas Pendukungnya (Kamar Mandi, Sumur, Dapur)
600 1990 Milik Sendiri
3 Asarama Putri dan Fasilitas Pendukungnya (Kamar Mandi, Sumur, Aula, Dapur)
400 1990 Milik Sendiri
4 Asrama PA dan Fasilitas Pendukungnya (Kamar Mandi, Sumur, Aula, Dapur)
400 1990 Milik Sendiri
5 Gedung MA DA dan Fasilitas Pendukungnya (Perpustakaan, Laboratorium,
3,958,31 1989 Milik Sendiri
6 Gedung MTs DA dan 874 1971 Milik Sendiri
76 Dokumentasi, Bagunan Yayasan, dikutip Tanggal, 2 Ramadhan
1439 H.
93
Fasilitas Pendukungnya (Perpustakaan, Laboratorium, dll)
7 Aula 250 1990 Milik Sendiri 8. Gedung Diniyah 400 1985 Milik Sendiri 9. Unit Perumahan
Pengasuh, Ustadz/ Ustazah
450 1990 Milik Sendiri
10. Sumur Bor, Tandon Air dan Kamar Mandi/WC
100 1999 Bantuan Pemprov
11. Gedung Koperasi Ponpes
200 1999 Bantuan Pemprov
12. Ruang Berobat Santri 30 1990 Milik Sendiri
13. Rumah Penjaga dan Kantin
60 1990
14. Gedung MTs, MI dan RA Mengkuru serta Fasilitas Pendukungnya (Perpustakaan, Laboraturium, dll).
2,500 1993 Milik Sendiri
15. Gedung Sekretariat dan Waserda
350 2014 Milik Sendiri
16. Kandang ternak 4 Kompleks
2008 Milik Sendiri
94
17. Bangunan SPBU, Tempat Usaha Dagang
4 Jenis
18. Gudang 437 2017 Hibah 19. Dan lain-lainnya
9. Santri Yayasan Darul Yatama Wal Masakin Jerowaru
Ahmad Turmuzi, S. Pd., ketika diwawancarai oleh
peneliti menjelaskan bahwa:
“Santri yang terdapat di Yayasan Dayama terdiri dari dua macam, yaitu Santri bekerebung (santri mukim atau santri mondok), dan santri endek bekerebung (santri kolong/santri ngelaju atau santri tidak mondok). Jumlah santri seluruhnya pada tahun 2018, sebanyak 1,679 orang. Mereka umumnya berasal dari beberapa daerah di pulau Lombok, seperti Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara. Ada juga yang berasal dari Sumbawa dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Jumlah santri yang menetap tinggal di asrama pondok adalah 553 orang. Dengan rincian, 200 santri yang tinggal di Asrama Yasin Al-Imran Putra, 278 santri yang tinggal di Asrama Yasin Al-Imran Putri, dan 34 santri yang tinggal di Asrama Panti Asuhan Putra, 41 santri yang tinggal di Panti Asuhan Putri, Sisanya merupakan santri tidak mondok”.77
77 Ahmad Turmuzi, Wawancara, Tanggal 2 Ramadhan 1439 H.
95
10. Bidang Usaha Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
Jerowaru
a) Bidang Dakwah dan Keummatan
Dalam bidang ini, Yayasan Darul Yatama Wal Masakin
mengembangkan beberapa jenis kegiatan, yaitu:
1) Dakwah Islamiah oleh pengasuh yayasan ke basis-basis
jama’ah dengan sistem ngamari.
2) Majelis taklim / pengajian umum secara berkala oleh
pengasuh yayasan.
3) Pengumpulan zakat, infaq dan sadaqoh dari jama’ah,
berupa dana (uang) dan padi.
4) Pengasuhan anak yatim piatu / panti asuhan (PA).
5) Santunan kepada anak yatim, fakir miskin dan orang tua
jompo.
6) Kegiatan bakti sosial berupa penghijauan, pembangunan
jalan rintisan, pembangunan sarana irigasi, dan sunatan
masal.
96
b) Bidang Pendidikan dan Pesantren
1) Mengembangkan Pendidikan Formal
Sampai dengan sekarang, Yayasan Darul Yatama
Wal Masakin telah dapat mengembangkan beberapa
jenajang satuan pendidikan formal. Keseluruhan jenjang
pendidikan formal diselenggarakan pada pagi hari (pukul
07.00 – 14.00 wita).
2) Tabel 2.3. Jenjang Pendidikan Formal78
No Jenjang Pendidikan Tahun Berdiri
Jumlah Santri/ Siswa
Nama Kepala Madrasah
L P 1 RA DA Mengkuru 25 37 Fatimah,
S.Pd. 2 MI DA Mengkuru 1993 166 161 Makmun,
S.Pd.I
3 MTs DA Jerowaru 1971 209 250 Hendra Karma, S.Pd.
4 MTs DA 2 Mengkuru 2004 131 120 Nursami, S.Pd.I.
5 MA DA Jerowaru 1989 264 316 Agus Sugandi, S.Pd.I.
Jumlah 795 884
78 Dokumentasi, dikutip Tanggal, 2 Ramadhan 1439 H..
97
3) Mengembangkan Pendidikan Non Formal
Untuk mengembangkan pengetahuan keagamaan
para santri, Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
disamping mengembangkan jalur pendidikan formal juga
mengembangkan jalur pendidikan non formal. Waktu
penyelenggaraan pendidikan non formal dilaksanakan
pada sore dan malam hari.
Tabel 2.4. Jenis Pendidikan Non Formal79
No. Jenis
Pendidikan Non Formal
Tahun Dibuka
Jumlah Santri
Nama Kepala/ Ketua
Pengelola
Sistem / Metode
Pembelajaran
L P
1. Pendidikan Diniyah
1971 234 319 Gupranil Hakim, S.Pd.
- Klasikal - Soronga
n 2. Pengajian
Kitab Kuning 1971 234 319 Makmun,
S.Pd.I - Soronga
n 3. Pengajian
Dasar Al-Qur’an
2016 35 40 Lalu Mashur, S.Pd.I
- Klasikal
4. Tahfiz 2016 45 - Hafalan 5. Majelis
Taklim - Pengajia
n umum
79 Dokumentasi, dikutip Tanggal 2 Ramadhan 1439 H.
98
Tabel 2.5. Kitab-kitab yang diajarkan:80
No. Kelompok Kitab Nama Kitab 1. Kitab Nahwu - Syarah Dahlan
- Syeh Khalid - Asymawi - Mutammimah - Ibnu Agil - Hudari - Syarah Baikuniah - Katarun Nada’ - Azhari, dll.
2. Kitab Sharef - Kailani - Talhis, dll.
3. Kitab Fiqih - Fathul Qarib - Fathul Mu’in - Bujaerimi - Ikna’
4. Kitab Hadist - Muhtarul Ahadist - Riadus Shalihin - Arba’in Nawawi - Tamqkih, dll.
5. Kitab Tauhid - Kipayatul Awam - Matan Sanusiah - Tijanuddarari - Tanwirul Kulub - Aspuriah - Tambihul Gapilin, dll.
6. Kitab Adab - Ta’lim Muta’alim - Duratun Nasihin - Baikuniah, dll.
80 Dokumentasi, dikutip Tanggal 2 Ramadhan 1439 H.
99
c) Bidang Pengelolaan Usaha
1) Usaha Perdagangan
Tabel 2.6. Usaha Perdagangan81
No.
Jenis Usaha Perdagangan
Jasa Perdangan
Lokasi Nama Direktur/ Manajer/ Ketua
1. SPBU PT. Migas Hidayatullah
Melayani jual beli BBM, BBG dan Oli Pertamina
Sepapan, Jerowaru
H. Fathullah, SH
2. UD. Jumhuriah
Melayani jual beli sembako
Jerowaru
Turmuzi MJ, SE
3. Waserda Melayani jual beli ATK, kitab dan percetakan
Jerowaru
Sudarmono
2) Usaha Peternakan
Tabel 2.7. Usaha Peternakan82
81 Dokumentasi, dikutip Tanggal 2 Ramadhan 1439 H.
100
No Jenis ternak Lokasi kandang Jumlah (ekor)
1
SAPI
Dusun Paek, Pandan Wangi
90
2 Dusun Tabuan 50
3 Dusun Semoto 24
Jumlah 164 1
KAMBING
Erot 32
2 Surelalem 1
Jumlah 33
3) Usaha Pertanian dan Perkebunan
Tabel 2.7. Usaha Pertanian dan Perkebunan83
No. Lokasi Areal Spesifikasi Jenis Usaha Perikanan 1. Jerowaru Bat Sawah
1. Sawah Mangkung (Arpan / Panten)
Budidaya Padi dan Tembakau
2. Sawah Jeranjang (Ismail / Main)
Budidaya Padi dan Tembakau
3. Sawah Raubelek (Safa’at)
Budidaya Padi dan Tembakau
2. Jerowaru Daye
Sawah Timur Asrama Putra
Budidaya Padi dan Tembakau/ Semangka
3. Jerowaru Lauk
Sawah 1. Sawah Tuan Sahar Budidaya Padi dan
82Dokumentasi, dikutip Tanggal 2 Ramadhan 1439 H. 83 Dokumentasi, dikutip Tanggal 2 Ramadhan 1439 H..
101
Tembakau/Semangka 2. Sawah Pelambik Budidaya Padi dan
Tembakau/Semangka 3. Sawah Abdur
Rahman Budidaya Padi dan Semangka/ Tembakau
4. Serumbung, Pemongkong
Sawah Budidaya Padi dan Palawija
5. Tempelat, Jerowaru
Sawah Budidaya Padi dan Palawija
6. Pendem, Motong Wasi, Jerowaru
Kebun Bambu dan budidaya tanaman perkebunan
7. Dapur, Montong Wasi, Jerowaru
Sawah Budidaya Padi dan Tembakau
8. Tabuan Perkebunan Budidaya kelapa, Tembakau, Jagung, Palawija
9. Erot, Pemongkong
Perkebunan/ Ladang Jagung
10. Kwang Rundun
Perkebunan/ Ladang Jagung
11. Semerang Perkebunan Ladang Jagung
102
4) Usaha Perikanan dan Sawah Garam
Tabel 2.8. Usaha Perikanan dan Sawah Garam84
No. Lokasi Areal Perikanan Spesipikasi Jenis Usaha Perikanan
1 Ujung Batu Putek Desa Permas
Tambak Budidaya udang
2 Serumbung 1. Tambak Budidaya udang
2. Embung Serumbung
Budidaya ikan air
3. Embung Enten Budidaya ikan air tawar
4. Embung Anton Budidaya ikan air tawar
3 Montong Wasi Tambak/Sawah Garam
Budi daya udang dan garam
4 Sende Tambak -
5 Sekaroh Tambak -
6 Serumbung Sawah Garam Garam
84 Dokumentasi, dikutip Tanggal 2 Ramadhan 1439 H..
103
B. Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal
Lingkungan internal dan eksternal dalam suatu organisasi atau
yayasan itu pasti ada. Karena lingkungan internal dan eksternal ini
mempunyai karakteristik tertentu yang memiliki perbedaan-perbedaan
yang nyata. Adapun lingkungan internal dan lingkungan eksternal
dalam suatu organisasi atau yayasan meliputi sebagai berikut:
kekuatan-kekuatan, kelemahan-kelemahan, peluang-peluang, serta
ancaman-ancaman.
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru
Lombok Timur, memiliki beberapa kekuatan-kekuatan, kelemahan-
kelemahan, peluang-peluang, serta ancaman-ancaman. Dari hasil
wawancara yang dilakukan peneliti dengan pihak yayasan, maka
didapatkan sederetan jawaban-jawaban yang terkait dengan bagaimana
kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari Yayasan
Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur
sebagai berikut:
104
1. Lingkungan Internal
a. Kekuatan-kekuatan Pesantren
1. Pengasramaan
Salah satu ciri khas pesantren adalah adanya
asrama bagi santri sehingga para santri dapat tinggal di
asrama. Meskipun dengan bentuk asrama yang sederhana
namun pengasramaan santri membawa dampak yang cukup
berarti. Kondisi ini maka akan sangat mempermudah tuan
guru atau ustadz dalam melaksanakan pengajian meskipun
dengan waktu yang berbeda-beda. Selain itu, posisi santri
yang berada di asrama akan sangat membantu dalam
melakukan pengawasan terutama terhadap aktivitas atau
bahkan jika ingin menanamkan suatu nilai kepada para santri.
Selain itu, yang berhubungan langsung dengan
kewirausahaan pesntren, para santri yang tinggal di asrama
sekaligus sebagai konsumen langsung dari bebarapa unit
usaha yang dikembangkan, dan beberapa dari mereka juga
dilibatkan dalam pengelolaan beberapa unit usaha pesantren.
105
2. Keteladanan dan ketaatan
Pondok Pesantren Dayama Jerowaru dari awal
diasuh oleh tuan guru yang kharismatik, yang tidak saja
mengedepankan dakwah bi al-lisan, tetapi juga
mengedepankan dakwah bi al-hal, dan berjiwa ikhlas. Tuan
guru merupakan sumber suri tauladan bagi para santri dan
jamaahnya, serta menyebabkan ilmu yang diperoleh di
pondok pesantren menjadi lebih berkah. Keteladanan dan
ketaatan ini merupakan faktor penting dalam pengembangan
kewirausahaan pesntren. Melalui dakwah bi al-hal, dan
berjiwa ikhlas, tuan guru selaku pengasuh pesntren mampu
menggerakan jama’ah untuk gotong royong menyiapkan
fasilitas unit-unit usaha yang dibutuhkan, misalnya
membangun gedung tempat usaha, membuat kolam tambak,
penghijauan, dan lain sebagainya.
106
3. Kemandirian
Pengembangan unit kewirausahan pesntren
dilakukan secara mandiri oleh yayasan dengan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.
4. Aset tanah yayasan
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin memiliki asset
tanah yang tersebar di beberapa lokasi, terutama di wilayah
Kecamatan Jerowaru dan Keruak. Aset-aset tanah ini
memiliki pontensi untuk dijadikan lokasi pengembangan
unit-unit usaha.
5. Relevansi unit usaha
Unit-unit usaha yang dikembangkan oleh yayasan
sangat sesuai dengan kebutuhan masyarat dan lingkungan
setempat. Misalnya sembako yang dijual di unit usaha
dagang dan BBM di SPBU merupakan kebutuhan pokok
masyarakat. Alat tulis menulis yang disediakan di koperasi
pondok pesantren dapat memenuhi kebutuhan santri.
Kemudian unit usaha pertanian, perkebunan dan perikanan
107
sangat cocok dikembangkan mengingat masyarakat di sekitar
pesntren merupakan petani (masyarakat agraris) dan nelayan
(masyarakat pesisir).
b. Kelemahan-kelemahan pesantren
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang terlibat dalam
pengelolaan dan pengembangan kewirausahaan yayasan,
tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai. Latar
belakang pendidikannya beragam, tetapi tidak ada yang
sesuai dengan jenis unit usaha yang dikembangkan. Mereka
dipekerjakan atau direkrut sesuai dengan kebutuhan atas
dasar pertimbangan-pertimbangan tertentu, seperti bersikap
jujur, memiliki pengalaman kerja dalam unit usaha
tempatnya direkrut walaupun tidak berlatang belakang
pendidikan yang sesuai, dan lain-lainnya.
Akibat yang dirasakan dari sumber daya seperti itu,
menyebaban secra umum unit-unit usaha yang ada belum
terkelola dan berkembang seperti yang diharapkan.
108
2. Manajemen
Secara umum sumber daya manusia yang dilibatkan
dalam pengelolaan kewirausahaan yayasan belum
berkompeten dan belum memiliki kemampuan yang merata.
Sehingga unit-unit usaha yang dimiliki oleh yayasan belum
mampu dikelola dan dikembangkan secara optimal. Bahkan
ada beberapa unit usaha yang pernah mengalami kemuduran
dan hampir gulung tikar (bangkrut), seperti koperasi pondok
pesantren dan SPBU.
Dalam kaitannya dengan unit usaha yang merupakan
usaha budidaya, masih menerapkan sistem pengelolaan
tradisional (manajemen tradisional). Misalnya pada unit
usaha budidaya tambak udang, budidaya ikan air tawar,
budidaya garam, peternakan sapi dan kambing, perkebunan
dan pertanian. Sifat tradisional dalam pengelolaannya dapat
dilihat dari sarana prasana yang digunakan, dan cara
budidayanya yang masih menerapkan pola-pola umum yang
109
telah dikenal masayarakat sebelumnya (umumnya), belum
sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip budidaya modern.
3. Sumber Dana
Pengembangan kewirausahaan pesantren lenih
mengandalkan modal yang dimiliki yayasan (modal yayasan
merupakan modal pokok). Sehingga pengembangan berbagai
unit usaha belum bisa dikembangkan secara lebih luas dan
belum sesuai dengan kebutuhan pasar.
4. Pelibatan Santri
Santri belum dapat dilibatkan secara langsung dalam
unit-unit usaha pesantren yang dikembangkan. Mereka masih
focus untuk menuntut ilmu pendidikan di lembaga
pendidikan yang ada di madrasah pesantren, tetapi belum
dikembangkan potensi-potensi yang dimiliki dalam unit
kewirausahaan. Mereka belum diajarkan tentang
kewirausahaan melalui pengembangan unit usaha yang ada.
5. Alat Produksi Masih Tradisional
110
Untuk beberapa unit usaha pesantren, seperti
perikanan dan pertanian pada umumnya masih menggunakan
alat produksi tradisional atau cara produksi tradisional. Hal
ini tentu saja berimbas pada belum maksimalnya hasil
produksi.85
2. Lingkungan Eksternal
a. Peluang-peluang Pesantren
1. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
Kondisi sosial ekonomi masyarakat
Jerowaru/jama’ah yang menjadi basis masa tuan guru
pengasuh pesntren, sebagian besar berlatar belakang sebagai
petani dan memiliki sosial-budaya homogen, yang secara
langsung maupun tidak langsung telah membawa dampak
yang positif dalam perkembangan Pondok Pesantren Dayama
Jerowaru. Dengan kondisi masyarakat seperti itu, maka unit-
unit usaha yang dikembangkan pesantren mendapat
dukungan yang signifikan dari para jama’ah. Disamping
85 Ahmad Turmuzi, S. Pd., H. Tahir Thayyib & Lalu Amiruddin, Wawancara, pada Tanggal 3 Ramadhan 1439 H. di kediamannya, pukul 21.00 s/d 23.00 Wita.
111
menjadi sumber pembiayaan unit usaha pesantren, mereka ini
bisa dijadikan sebagai mitra dalam pengembangan unit-unit
usaha, sekaligus sebagai pangsa pasar unit usaha pesntren.
2. Fanatisme
Sebagai wilayah muslim yang luas, masyarakat
Sasak (Lombok) telah terbentuk menjadi pribadi-pribadi
yang memiliki fanatisme tinggi terhadap Islam dan para tuan
guru di wilayahnya. Termasuk para jamaah tuan guru
pengasuh pesantren Darul Yatama Wal-Masakin Jerowaru.
Setiap perkataan beliau pada umumnya (selalu) terpatri di
jiwa setiap pribadi jamaahnya dan ini menumbuhkan gairah
perjuangan untuk membesarkan Pondok Pesantren Dayama
Jerowaru. Sikap ini memberikan kontribusi yang berarti
dalam pengembangan kewirausahaan pesantren. Dari para
jema’ah inilah sumber dana (modal) unit usaha pesantren
diperoleh. Yayasan rutin melakukan penggalangan dana
terhadap jama’ah,
112
3. Alumni pesantren
Jama’ah yang merupakan lulusan dari pondok
pesantren Darul Yatama Wal-Masakin yang banyak dan
tersebar diberbagai tempat, terutama di wilayah Jerowaru dan
Keruak, merupakan tenaga kerja yang siap direkrut dalam
unit-unit usaha yang dikembangkan oleh pesantren.
4. Mitra Kewirausahaan
Dalam pengembangan kewirausahaan pesantren,
terdapat beberapa lembaga/instansi yang dapat diajak
bekerjasama atau menjadi mitra usaha, misalnya Puskeswan,
Dinas Perkebunan dan kehutanan, Dinas Perikanan dan
Kelautan, Universitas Mataram, pengusaha yang membeli
hasil produksi, dan lain-lainnya.
b. Ancaman-ancaman Pesantren
1. Keamanan
Faktor keamanan merupakan salah satu ancaman
yang cukup mengganggu dalam pengembangan unit usaha
113
pesntren. Beberapa kali pernah terjadi kasus pencurian
terhadap benda/barang atau ternak milik yayasan.
2. tatus Hukum Aset Yayasan
Aset-aset yang dimiliki yayasan umumnya belum
memiliki status hukum yang jelas atau belum memiliki
sertifikat kepemilikan, terutama sekali aset berupa tanah.
Sehingga masyarakat sekitar sering kali mengklaim aset
milik yayasan menjadi aset milik pribadi. Banyak aset tanah
yayasan sekarang luasnya sudah menyusut, tidak sesuai lagi
dengan keadaannya semula. Kondisi ini mendorong Pengurus
Yayasan untuk bekerja keras mengamankan aset-aset milik
yayasan, termasuk mengurus status hukum/sertifikat
kepemilikan aset.
3. Faktor Alam
Pengembangan unit usaha pesantren sangat
dipengaruhi juga oleh factor alam, terutama unit usaha
seperti perinakan (tambak) dan sawah garam. Pada saat
produksi ada kalanya laut tidak bersahabat, sehingga
114
berakibat kegagalan dalam produksi atau hasil produksi yang
diperoleh turun dan tidak sesuai dengan yang diharapkan,
Bentuk faktor alam dari laut ini, seperti naiknya permukaan
air laut sampai menggenangi kolam tambak dan sawah garam
(limpah), dan pencemaran air laut yang mengganggu
sirkulasi air tambak.
4. Sikap disiplin dan kejujuran
Pihak-pihak yang ditunjuk dalam pengelolaan unit
usaha tidak semuanya memiliki sikap disiplin dan jujur, Ada
diantara mereka yang justru menjadi sumber perusak,
misalnya menyalahgunakan uang unit usaha dan tidak
bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini tentu
menghambat pengembangan unit usaha,
5. Pemasaran hasil produksi
Beberapa unit usaha pesntren, seperti perikanan dan
perkebunan belum memiliki jaringan pemasaran yang tetap,
belum sepenuhnya melibatkan pengusaha besar (pabrik) yang
berkompeten dalam pemasaran hasil produksi. Selama ini
115
pemasaran dilakukan melalui pengusaha-pengusaha local dan
kecil, yang membeli hasil produksi di bawah harga normal.
Disamping itu, hasil produksi budidaya ikan air tawar sering
kali juga di pasarkan dengan system “bede’e” (ikan ditukar
dengan beras) kepada para jama’ah.86
C. Perencanaan Kewirausahaan
Planning merupakan persiapan-persiapan pelakasanaan suatu
tujuan yang biasanya mencakup berbagai kegiatan seperti merumuskan
langkah-langkah kegiatan, menentukan kebutuhan yang diikuti oleh
penentuan strategi, pencapaian tujuan dan kemudian penentuan
program guna melakasanakan strategi tertentu.
Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau
kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu.
Ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi,
menentukan kesempatan dan ancaman, menentukan strategi,
kebijakan, taktik dan program. Semua itu dilakukan berdasarkan
proses pengambilan keputusan secara ilmiah.
86 Ahmad Turmuzi, S. Pd., H. Tahir Thayyib & Lalu Amiruddin, Wawancara, Pada Tanggal 4 Ramadhan 1439 H. di Kediamannya Ahmad Turmuzi, S. Pd., pukul 21.00 s/d 23.00 Wita.
116
Ahmad Turmuzi, S. Pd., saat diwawancarai tentang
perencanaan kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
(Dayama) Jerowaru Lombok Timur menjelaskan sebagai berikut:
“Perencanaan kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin berangkat dari hasil pemikiran mendasar dari tokoh pendirinya, yaitu TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al-Kalimi. Beliau memiliki konsep pemikiran kemandirian dalam pengelolaan dan pendanaan pesantren, tidak bergantung sepenuhnya pada pemerintah. Konsep kemandirian yang digagasnya adalah menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dapat dijadikan sumber dana untuk membiayai pengelolaan pesantren”.87
Perencanaan memiliki kedudukan terpenting dalam manajemen
karena merupakan basis bagi fungsi-fungsi pengorganisasian,
pengembangan sumber daya manusia, pengarahan dan pengaruhan,
serta pengendalian/pengawasan. Perencanaan merupakan “Navigasi”
dari seluruh proses manajemen. Tanpa perencanaan tidak akan ada
arah tepat yang dijadikan rujukan dari seluruh unsur dinamis dalam
suatu organisasi. Perencanaan merupakan basis untuk arahan,
kerjasama, dan penyesuaian secara cerdas.
87 Ahmad Turmuzi, S. Pd., Wawancara, Pada Tanggal 5 Ramadhan
di Kediamannya, pukul 21.00 s/d 23.00 Wita.
117
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pihak
yayasan terkait dengan perencanaan bisnis yakni:
“Pada masanya, fasilitas yang telah dapat dikembangkan sebagai sumber dana terutama di sektor budidaya perikanan, pertanian dan perkebunan. Di sektor budidaya perikanan, beliau membangun dan mengembangkan budiya ikan air tawar, pertambakan dan sawah garam. Misalnya budi daya ikan air tawar di Embung Enten, Embung Anton, Embung Tabuan, dan Bedah Embung. Sementara fasilitas dan budidaya tambak, seperti di Tambak Serumbung (Ujung). Kemudian sawah garam di Serumbung (ujung). Sedangkan di sektor pertanian dan perkebunan, dilakukan dengan membuka areal untuk dikembangkan menjadi areal pertanian, perkebunan dan penghijaian (reboisasi), misalnya areal pertanian dan perkebunan di Tabuan sebagai lokasi budidaya kelapa, palawija dan padi, penghijauan di areal hutan Sekaroh”.88
Di samping untuk mengembangkan sosial ekonomi
masyarakat yang didakwahinya. TGH. Muhammad Mutawalli Yahya
Al-Kalimi, tidak saja mengembangkan sumber dana bagi pesantren,
tetapi juga mengedepankan dakwah bi al-hal kepada jama’ahnya
melalui sistem gotong royong dengan melibatkan masyarakat,
sehingga berhasil membangun berbagai fasilitas umum, seperti jalan,
88 Ahmad Turmuzi, S. Pd., Wawancara, pada tanggal 5 Ramadhan
di kediamannya, pukul 21.00 s/d 23.00 Wita.
118
jembatan, bendungan kecil, dan pasar (pasar baduik/ Jor, pasar Beleke,
pasar Pujut), dan lain-lainnya.
Pada kesempatan yang sama kembali Ahmad Turmuzi, S. Pd., menjelaskan bahwa:
“Gagasan pemikiran dan pola pengembangan sosial ekonomi pesantren yang dicetuskan dan dilaksanakan oleh TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al-Kalimi, merupakan cikal bakal kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin, dan kemudian diterusakan oleh penerusnya, putra tertuanya, TGH. Muhammad Sibawaihi Mutawalli. Pada masanya, unit-unit usaha pesantren lebih diperluas lagi, lebih banyak jenisnya”.89
Kemudian pada hari yang sama dan waktu yang berbeda, H. M. Tahir
Tayyib bersama H. Fathullah90 menambahkan bahwa:
“Pada masa TGH. Muhammad Sibawaihi Mutawalli dikembangkan beberapa macam unit usaha mandiri (kewirausahaan) Pondok Pesantren Dayama Jerowaru, yang diharapkan dapat dijadikan sumber pengembangan pondok pesantren ke depan, yaitu meliputi bidang : (1) pertanian (sawah), terdapat dibeberapa lokasi di wilayah Kecamatan Jerowaru dan Keruak; (2) peternakan (sapi dan kambing) di lima lokasi, yaitu di Paek (Mengkuru), Tabuan, Semoto, dan Surelalem (pribadi), serta
89 Ahmad Turmuzi, S. Pd., Wawancara, pada Tanggal 5 Ramadhan
di kediamannya, pukul 21.00 s/d 23.00 Wita. 90 H. Fathullah merupakan anak dari H. M. Tahir Tayyib dimana
kedua tinggal bersama dalam satu rumah.
119
di Dusun Erot (kusus kambing) ; (3) perikanan (embung dan tambak) tersebar di beberapa lokasi, seperti di Embung Tabuan, Embung Anton, Embung Enten, dan tambak di Ujung Batu Putik, Serumbung (Ujung), Motong Wasi dan Sende, serta di Surelalem dan Tuwas-uas (pribadi); (4) sawah garam di Serumbung (Ujung) dan Montong Wasi, (5) perkebunan yang tersebar di beberapa areal, seperti di Tabuan, Montong Bile (Erot), Pendem (Montong Wasi), Kuwang Rundun dan Semerang, (6) SPBU; dan (7) koperasi pondok pesantren/waserda, yaitu UD Jumuhuriyah, dan Koperasi Pondok Pesantren Al-Imran”.91
Seperti Ayahandanya, TGH. Muhammad Sibawaihi Mutawalli
juga memiliki kesolehan sosial melalui pengembangan dakwah bi al-
hal. TGH. Muhammad Sibawaihi Mutawalli bersama jama’ahnya, juga
mampu membangun berbagai fasilitas umum, seperti jalan,
pengelolaan sumur (air bersih), bendungan kecil (misalnya bendungan
di dusun Mungkuru/Paek), dan lain-lainnya.
Kemudian H. Fathullah menjelaskan ketika diwawancarai sebagai
berikut:
“Unit-unit usaha tersebut telah dapat menjadi sumber pendanaan pengembangan pondok pesantren walaupun belum seperti yang diharapkan. Unit-unit kewirausahaan
91H. M. Tahir Tayyib bersama H. Fathullah, Wawancara, pada
Tanggal 5 Ramadhan di kediamannya, pukul 23.00 s/d 24.10 Wita.
120
yang telah dikembangkan dari semenjak TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al-Kalimi dan TGH. Muhammad Sibawaihi Mutawalli, belum dapat dikembangkan secara optimal, bahkan beberapa unit usaha tersebut ada terbengkalai, tidak terurus lagi. Berbagai kendala menjadi penghambat pengembangannya, antara lain yang sangat menonjol adalah lemahnya manajemen, kurangnya sumber daya manusia, dan kurangnya sumber dana”.92
Adapun manfaat-manfaat dari Perencanaan yakni: a)
Perencanaan bermanfaat untuk mempersiapkan pemecahan masalah
menjadi lebih baik, baik masalah yang nampak (foreseen) maupun
yang tidak tampak (unforeseen). b) Perencanaan berfungsi sebagai
alat untuk mengadaptasi inovasi baru, memecahkan konflik,
memperbaiki pendekatan lama, meningkatkan kualitas, memperbaiki
komunikasi, dan mencapai hasil lain yang diinginkan.
Dengan segala kekurangan yang ada, Generasi penerus TGH.
Muhammad Sibawaihi Mutawalli, yaitu dua putra beliau, TGH.
Badarul Islam dan TGH. Saipul Islam, MA, tetap meneruskan ide
cemerlang dan mengembangkan kewirausahan tersebut. Beberapa unit
usaha yang sempat terbengkalai dan kurang terurus, dibenahi dan terus
92 H. Fathullah, Wawancara, Pada Tanggal 5 Ramadhan di kediamannya, Pukul 23.00 s/d 24.10 Wita.
121
dikembangkan, seperti tambak, koperasi pesantren, peternakan sapi,
dan SPBU. Pada masa ini telah dapat difungsikan kembali tambak
udang di Ujung Batu Putik dan Serumbung (Ujung), dibuka Waserda
Al-Kalimi, dan membuka kadang ternak di Semoto untuk
pengembangan ternak sapi, serta pengelolaan air bersih di Lingkok
Tutuk bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Lombok Timur.
Walaupun saat ini belum dapat memberi kontribusi yang besar
(optimal) sebagaimana diharapkan terhadap perkembangan pondok
pesantren, jenis-jenis kewirausahaan tersebut memberi harapan sebagai
sumber pembiayaan ke depannya.
D. Implementasi Manajemen Strategi dalam Pengembangan
Kewirausahaan
Keberhasilan suatu organisasi, ditentukan oleh kemampuan
pimpinan organisasi itu menetapkan strategi yang tepat dalam
menjalankan organisasinya dan memanfaatkan lingkungan, dengan
memilih pengorganisasian sumber daya internal yang tepat. Ketepatan
strategi yang diterapkan pimpinan suatu organisasi, didasarkan pada
pemikiran stratejik yang dimilikinya dengan pengalaman
122
pembelajarannya dalam situasi lingkungan yang terus berubah.
Manajemen strategik merupakan proses suatu organisasi atau
perusahaan menata perumusan dan pengimplementasian strateginya.
Bentuk-bentuk strategi yang digunakan dalam pengembangan
setiap unit usaha di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama)
Jerowaru Lombok Timur, fokus di dalam bagaimana pengorganisasian
serta pelaksanaan yayasan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
1. SPBU
SPBU ini merupakan unit usaha yang dikelola secara
swakelola oleh yayasan. Untuk menjalankan unit usaha ini
dilakukan dengan manajemen modern sesuai yang dipersyaratkan
oleh Pertamina.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Haji
Fathullah selaku Manajer SPBU menjelaskan bahwa:
“Bentuk organisasi/struktur kerjanya tertuang dalam akta notaris, yang secara garis besar terdiri dari komisaris, direktur dan manager. Tugas pokok dan fungsi masing-masing sudah tertuang secara jelas di dalam akta notaris yang dimiliki. Di bawah manager terdapat beberapa karyawan sebagai pekerja dan mengoperasikan pompa BBM. Karyawan yang mengoperasikan pompa BBM memiliki jam kerja sesuai
123
jadwal yang telah ditentukan dengan menggunakan system shief”.93
Komisaris, direktur, dan manager ditunjuk dan ditetapkan
oleh yayasan. Sedangkan karyawan dipilih dan ditetapkan oleh
manager atas persetuan direktur dan komisarus. Mereka semua
dipekerjakan dengan kontrak kerja yang jelas. Di dalam kontrak
kerja tersebut telah tertuang besaran upah (gaji) yang mereka
terima, yang ditetapkan berdasarkan UMR. Disamping gaji,
mereka juga memperoleh perlindungan kesehatan (BPJS Tenaga
Kerja). Bentuk penghargaan lain yang diperoleh adalah menerima
tunjangan hari raya.
Haji Fathullah mengatakan lebih lanjut menjelaskan
bahwa “Dana yang diperoleh dari dari hasil-hasil penjualan bahan
bakar minyak (BBM) yang terdiri dari premium, solar, pertalite,
dan pertamak kemudian diserahkan ke bendahara yayasan”.94
Penyerahan dana yang dihasilkan dari penjualan bahan bakar
93 H. Fathullah, Wawancara, Pada Tanggal 6 Ramadhan, di
kediamannya Pukul 21.00 s/d 23.00 Wita. 94 H. Fathullah, Wawancara, Pada Tanggal 6 Ramadhan, di
kediamannya Pukul 21.00 s/d 23.00 Wita.
124
minyak (BBM) ini untuk keperluan yayasan dalam perluasan unit
usaha.
Kemudian lebih lanjut Ahmad Turmuzi, S. Pd. Selaku
sekretaris yang sementara waktu merangkap sebagai bendahara
yayasan menjelaskan: “Dari dana yang terkumpul tersebut
dipergunakan oleh yayasan untuk membeli, menambah, dan
memperluas lahan unit bisnis dan atau segala sesuatu yang
menjadi kebutuhan yayasan”.95
2. Peternakan
Lalu Amiruddin selaku koordinator ketika diwawancara
menyatakan bahwa “Struktur organisasi pada unit kewirausahaan
ini dipimpin oleh seorang koordinator yang ditunjuk dan ditetapkan
oleh yayasan, sebagai perpanjangan tangan yayasan. Koordinator
dibantu oleh seorang ketua kelompok yang terdapat di masing-
masing kandang kolektif sebagai atasan langsung dari para
95 Ahmad Turmuzi, S. Pd. Wawancara, Pada Tanggal 6
Ramadhan, di kediamannya Pukul 21.00 s/d 23.00 Wita.
125
pemelihara ternak (peternak). Ketua kelompok dipilih dari salah
satu peternak”.96
H. M. Tahir Thayyib kembali menambahkan saat diwawancara bahwa:
“Unit kewirausahaan bidang peternakan (sapi dan kambing) dikelola dengan system kadasan (pemeliharaannya oleh orang lain dan bagi hasil anak ternak/sapi). dengan pola pengelolaan kandang kolektif dan perguliran. Kandang kolektif disediakan oleh yayasan, sekaligus selaku pemilik. Pengguliran anakan sapi dilakukan oleh ketua koordinator dan ketua kelompok peternak atas persetujuan yayasan. Pengguliran dapat dilakukan di tempat semula (masyarakat sekitar kandang kolektif semula) atau dikembangkan dilokasi lainnya dengan membuat kandang kolektif baru untuk memberdayakan masyarakat setempat. Sedangkan koordinator peternakan, diupah (digaji) oleh yayasan. Koordinator, ketua kelompok dan pengadas (peternak) juga diberikan THR oleh yayasan, yang bentuknya ditentukan oleh yayasan”.97
Hewan ternak yang dimiliki oleh yayasan terdiri dari sapi
dan kambing. Dimana jumlah kandang untuk sapi terdiri dari 3
(tiga) kandang yang jumlah sapi keseluruhan sebanyak 164 ekor
96 Lalu Amiruddin, Wawancara, Pada Tanggal 6 Ramadhan, di
kediamannya H. M. Tahir Thayyib Pukul 21.00 s/d 23.00 Wita. 97 H. M. Tahir Thayyib, Wawancara, Pada tanggal 6 Ramadhan, H.
M. Tahir Thayyib Pukul 21.00 s/d 23.00 Wita.
126
sapi dan jumlah kandang kambing terdiri dari 2 (dua) kandang yang
jumlah kambingnya 33 ekor kambing.
Dari pengakuan H. M. Tahir Tayyib saat diwawancara, saat
penjualan hewan ternak, hasil penjualannya itu diserahkan ke
yayasan guna untuk menambah dana yayasan dalam perluasan unit
usaha.98
Tabel 2.9. Jumlah hewan ternak yang dimiliki Yayasan
Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur.99
No Jenis ternak
Lokasi kandang Jumlah (ekor)
Asal/cara perolehan
Nama ketua kelompok
1
SAPI
Dusun Paek, Pandan Wangi
90 Bantuan Pemerintah Pusat, dan Beli
Suhirman
2 Dusun Tabuan 50 Anakan Sapi di Kandang Paek
Jumasih
3 Dusun Semoto 24 Anakan Sapi di Kandang Paek
Suhaibun
98 H. M. Tahir Thayyib, Wawancara, Pada tanggal 6 Ramadhan, H.
M. Tahir Thayyib Pukul 21.00 s/d 23.00 Wita. 99Dokumentasi, Dikutip Pada Tanggal . 6 Ramadhan, Pukul 21.00
s/d 23.00 Wita.
127
Jumlah 164 1
KAMBING
Erot 32 Bantuan Pemda Lotim
Amaq Rijal
2 Surelalem 1 Sumbangan Jama’ah
Kalam
Jumlah 33
3. Pertanian
Struktur organisasi pada unit kewirausahaan pertanian
ini juga sama seperti pada unit usaha peternakan di atas yakni
dipimpin oleh seorang koordinator lapangan yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh yayasan, sebagai perpanjangan tangan yayasan.
Lalu Amiruddin selaku koordinator unit usaha pertanian
saat diwawancara menjelaskan “Koordinator lapangan bertugas
untuk menentukan penggarap atau penyewa lahan pertanian. Unit
kewirausahaan bidang pertanian (sawah dan ladang) dilakukan
dengan sistem sakap (bagi hasil) dan sewa. Pada musim
penghujan lahan pertanian dikelola dengan system sakap”.100
100 Lalu Amiruddin, Wawancara, Pada tanggal 6 Ramadhan, Pukul
21.00 s/d 23.00 Wita, di rumahnya sekretaris yayasan,
128
Pada kesempatan dan tempat yang sama, H. M. Tahir
Thayyib yang selaku koordinator unit usaha pertanian saat
diwawancara menambahkan menambahkan bahwa:
“Pada sistem sakap ini yayasan memberikan modal kepada penggarap sebagai biaya pengerjaan. Hasil panen kemudian dibagi tiga, satu bagian untuk pengembalian modal, satu bagian untuk bagian yayasan dan satu bagian untuk bagian penggarap. Sedangkan untuk masa tanam pada musim kemarau, lahan pertanian milik yayasan tersebut dikelola dengan sistem sewa. Besarnya sewa lahan ditentukan oleh yayasan, dan sewanya masuk sepenuhnya ke dalam kas yayasan. Dana yang yang diperoleh tersebut kemudian dikelola oleh yayasan untuk kepentingan pengembangan unit usaha yayasan”.101
Tabel 2.10. Jumlah lahan serta lokasi pertanian yang dimiliki Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur102
No. Lokasi
Areal Spesifikasi Jenis
Usaha Perikanan
Luas (M2)
Tahun Asal/Cara Perolehan
1. Jerowaru Bat
Sawah 1. Sawah
Mangkung (Arpan /
Budidaya Padi dan Tembakau
15,403
2013 Beli
101 Lalu Amiruddin & H. M. Tahir Thayyib, Wawancara, Pada
tanggal 6 Ramadhan, Pukul 21.00 s/d 23.00 Wita, di rumahnya sekretaris yayasan,
102 Lalu Amiruddin & H. M. Tahir Thayyib, Dokumen Tentang Jumlah lahan serta lokasi Pertanian yang dimiliki yayasan.
129
Panten) 2. Sawah
Jeranjang (Ismail / Main)
Budidaya Padi dan Tembakau
3,000 2013 Beli
3. Sawah Raubelek (Safa’at)
Budidaya Padi dan Tembakau
Gadai
2. Jerowaru Daye
Sawah Timur Asrama Putra
Budidaya Padi dan Tembakau/ Semangka
11,073
2006 Beli
3. Jerowaru Lauk
Sawah 1. Sawah
Tuan Sahar
Budidaya Padi dan Tembakau/Semangka
13,290
2016 Beli
2. Sawah Pelambik
Budidaya Padi dan Tembakau/Semangka
Hibah
3. Sawah Abdur Rahman
Budidaya Padi dan Semangka/ Tembakau
3,069 2014 Beli
4. Serumbung, Pemongkong
Sawah Budidaya Padi dan Palawija
45,040
Milik Sendiri (Yayasan)
5. Tempelat, Jerowaru
Sawah Budidaya Padi dan Palawija
15,000
2013 Beli
130
6. Pendem, Motong Wasi, Jerowaru
Kebun Bambu dan budidaya tanaman perkebunan
2,020 2004 Hibah
7. Dapur, Montong Wasi, Jerowaru
Sawah Budidaya Padi dan Tembakau
3,000 2008 Hibah
8. Tabuan Perkebunan Budidaya kelapa, Tembakau, Jagung, Palawija
285,726
Milik Sendiri (Yayasan)
9. Erot, Pemongkong
Perkebunan/ Ladang
Jagung 200 2000 Wakaf
10. Kwang Rundun
Perkebunan/ Ladang
Jagung 1,600 2013 Wakaf
11. Semerang
Perkebunan Ladang
Jagung Wakaf
Dari data di atas, lahan tanah yang dibeli tersebut dananya
bersumber dari dana yayasan. Dimana dana yayasan itu sendiri
bersumber dari hasil unit-unit usaha yang sudah ada sebelumnya.
4. Perikanan
Unit usaha perikanan dikelola dan dikembangkan secara
swakelola oleh yayasan. Sama seperti unit usaha pertanian,
131
struktur organisasi pada unit kewirausahaan ini dipimpin oleh
seorang koordinator lapangan yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
yayasan, sebagai perpanjangan tangan yayasan. Koordinator
lapangan bertugas untuk menentukan penjaga, pekerja dan
penggarap.
Lalu Amiruddin ketika diwawancara oleh peneliti
menjelaskan:
“Unit kewirausahaan perikanan terdiri dari unit usaha pertambakan, unit usaha budidaya air tawar di embung, dan unit usaha sawah garam. Unit usaha pertambakan dan budidaya ikan air tawar dikelola oleh koordinator lapangan, penjaga dan pekerja. Mereka ini, seperti pada unit usaha pertanian, digaji oleh yayasan. Sedangkan tata kelola sawah garam dilakukan dengan sistem sakap (bagi hasil). Pada unit usaha sawah garam ini juga terdapat koordinator lapangan dan penjaga, yang mendapatkan upah dari yayasan. Dana yang yang diperoleh tersebut kemudian dikelola oleh yayasan untuk kepentingan pengembangan unit usaha yayasan”.103
Tabel 2.11. Jumlah lahan serta lokasi perikanan yang dimiliki Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur104
103 Lalu Amiruddin, Wawancara, Pada Tanggal 7 Ramadhan,Pukul
21.00 s/d 23.00 Wita. 104 Lalu Amiruddin, Dokumentasi, Dikutip Pada Tanggal 8
Ramadhan, Pukul 21.00 s/d 23.00 Wita di Rumahnya Sekretaris Yayasan,.
132
No.
Lokasi Areal Perikanan
Spesipikasi Jenis Usaha Perikanan
Luas (M2)
Tahun
Asal/Cara Perolehan
1 Ujung Batu Putek Desa Permas
Tambak Budidaya udang
70,000
1970 Milik Sendiri (Yayasan)
2 Serumbung
3. Tambak Budidaya udang
45,041
1970 Milik Sendiri (Yayasan) dan Beli
4. Embung Serumbung
Budidaya ikan air
40,042
1960 Milik Sendiri (Yayasan)
5. Embung Enten
Budidaya ikan air tawar
40,000
1960 Milik Sendiri (Yayasan)
6. Embung Anton
Budidaya ikan air tawar
35,000
1960 Milik Sendiri (Yayasan)
3 Montong Wasi
Tambak/Sawah Garam
Budi daya udang dan garam
Milik Sendiri (Hibah)
4 Sende Tambak - 60,000
1990 Beli
5 Sekaroh Tambak - 90,000
2018 Kemitraan dengan
133
BKPHL Renjani Timur
6 Serumbung
Sawah Garam
Garam 45,041
1970 Milik Sendiri (Yayasan)
5. Koperasi
Unit usaha ini terdiri dari tiga unit usaha, yaitu UD Jumuhuriyah,
Koperasi Pesntren dan Waserda Yayasan. Unit usaha ini
dijalankan dengan dua system :
a. UD Jumuhuriyah dikelola dengan model kemitraan dengan
pihak ketiga. Pengelolanya terdiri dari seorang manager dan
beberapa orang karyawan. Hasil usaha dari unit usaha ini
sepenuhnya dimanfaatkan untuk operasional Panti Asuhan
Yayasan.105
b. Koperasi pesantren Al-Imran dan waserda Al-Kalimi dikelola
secara swakelola. Pengelolanya terdiri dari seorang manager
dan beberapa orang karyawan. Hasil usahnya dimanfaatkan
105 Turmuzi MJ, SE, Wawancara, Pada Tanggal 9 Ramadhan,
Pukul 09.00 s/d 11.00 Wita.
134
untuk operasional yayasan secara umum. Manager dan
karyawan mendapatkan upah sesuai dengan konrak kerja yang
telah ditetapkan oleh yayasan.106
E. Pengawasan Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan
Dalam pengembangan kewirausahan dari pada suatu organisasi
selain melakukan perencanaan yang matang, pengorganisasian yang
tepat serta pelaksanaan yang sesuai dengan rencana, itu tidaklah
sempurna, karena selain yang tiga hal tersebut yang paling penting
dilakukan adalah pengontrolan atau pengawasan. Dengan melakukan
pengawasan dari setiap pelaksaan yang sudah direncanakan baru
kemudian melakukan evaluasi dari apa yang ditemukan dalam
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan maps yang telah ditentukan.
Adapun bentuk-bentuk kepengawasan Yayasan Darul Yatama
Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur terhadap setiap unit
usaha yang dimiliki sebagai berikut:
106 Sudarmono, Wawancara, Pada Tanggal 9 Ramadhan, Pukul
21.00 s/d 23.00 Wita.
135
1. SPBU
H. Fathullah, selaku Manager SPBU saat diwawancara oleh peneliti
tentang pengawasan yang dilakukan menjelaskan bahwa:
a. Pengawasan rutin setiap hari oleh direktur dan manajemen.
Temuan-temuan dalam pengawasan disampaikan kepada dewan
komisaris. Kemudian ditindaklanjuti dalam rapat internal satu
bulan sekali, yang melibatkan dewan komisaris, direktur dan
manager untuk mencari solusi atas masalah yang timbul,
dan/atau memperkuat/meningkatkan aspek-aspek pelayanan
yang sudah baik. Hasil rapat disampaikan kepada Dewan
Pengurus Yayasan yang ditembuskan kepada Dewan Pembina
dan Dewan Pengawas Yayasan.
b. Sidak Dewan Pengurus Yayasan sewaktu-waktu bila
dibutuhkan. Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan
pengawas, termasuk laporan yang disampaikan oleh direktur dan
manager juga menjadi materi pembahasan rapat.
136
c. Rapat Dewan Pengurus dilakukan minimal satu kali
sebulan.Hasil rapat disampaikan kepada dewan pembina dan
dewan pengawas.
d. Melakukan audit internal oleh Yayasan. Ketua Dewan Pembina
dan/atau Dewan Pengurus Yayasan menugaskan Dewan
Pengawas untuk melakukan audit internal satu tahun sekali.
Hasil audit dilaporkan kepada Dewan Pengurus dan Dewan
Pembina.107
2. Peternakan
Lalu Amiruddin & H. M. Tahir Thayyib menjelaskan terkait
dengan pengawasan yang dilakukan dirinya dengan yayasan
sebagai berikut:
a. Pengawasan rutin setiap hari yang dilakukan oleh penjaga
dan/atau ketua kelompok peternak. Bila ada masalah yang
dihadapi atau ada hal-hal penting yang ditemukan, disampaikan
kepada koordinator. Koordinator melakukan pengawasan ke
setiap kandang kolektif dan berkomunikasi langsung dengan
107 H. Fathullah, Wawancara, Di tempat kediamannya Pada tanggal
10 Ramadhan Pukul 21.00 s/d 23.00 Wita.
137
ketua kelompok dan peternak, dilakukan minimal dua kali dalam
sebulan. Hasil temuan dan hal-hal penting yang dianggap urgen
kemudian disampaikan oleh koordinator kepada pengurus
yayasan.
b. Sidak Dewan Pengurus Yayasan sewaktu-waktu bila
dibutuhkan. Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan
pengawas, termasuk hal-hal yang disampaikan oleh koordinator
juga menjadi materi pembahasan rapat. Rapat Dewan Pengurus
dilakukan minimal satu kali sebulan. Hasil rapat disampaikan
kepada dewan pembina.
c. Melakukan audit internal oleh Yayasan. Ketua Dewan Pembina
dan/atau Dewan Pengurus Yayasan menugaskan Dewan
Pengawas untuk melakukan audit internal satu tahun sekali.
Hasil audit dilaporkan kepada Dewan Pengurus dan Dewan
Pembina.
d. Melakukan patroli malam dengan melibatkan Pamswakarsa
Amphibi, dan melibatkan aparat Kepolisian dalam patroli
malam bila dibutuhkan.
138
e. Melibatkan puskeswan untuk melakukan pengawasan terhadap
kesehatan ternak dan memberikan pengobatan bila
dibutuhkan.108
3. Pertanian
Sedangkan untuk unit usaha bidang pertanian kembali Amiruddin
& H. M. Tahir Thayyib selaku koordinator bidang pertanian saat
diwawancara menjelaskan bahwa:
a. Untuk unit usaha perkebunan, yayasan menunjuk salah
seorang ketua kelompok. Ketua kelompok ini yang melakukan
pengawasan rutin, yang hasilnya disampaikan kepada
koordinator lapangan.
b. Koordinator lapangan melakukan pengawasan melekat
minimal satu kali sebulan, dan khusus untuk perkebunan
berkoordinasi dengan ketua kelompok termasuk dalam
pembagian hasil panen dan penentuan penggarap atau
penyewa lahan pertanian. Hasil atau temuan disampaikan
kepada dewan pengurus yayasan.
108 Lalu Amiruddin & H. M. Tahir Thayyib, Wawancara, Di tempat kediamannya H. M. Tahir Thayyib, Pada tanggal 10 Ramadhan pukul 21.00 s/d 23.00 Wita.
139
c. Sidak Dewan Pengurus Yayasan sewaktu-waktu bila
dibutuhkan. Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan
pengawas, termasuk hal-hal yang disampaikan oleh
koordinator juga menjadi materi pembahasan rapat. Rapat
Dewan Pengurus dilakukan minimal satu kali sebulan.Hasil
rapat disampaikan kepada dewan pembina.
d. Melakukan audit internal oleh Yayasan. Ketua Dewan
Pembina dan/atau Dewan Pengurus Yayasan menugaskan
Dewan Pengawas untuk melakukan audit internal satu tahun
sekali. Hasil audit dilaporkan kepada Dewan Pengurus dan
Dewan Pembina.109
4. Perikanan
Lalu Amiruddin menjawab saat diwawancara tentang bagaimana
pengawasann terhadap unit usaha perikanan menjelaskan tidak
jauh berbeda dengan bentuk pengawasan yang dilakukan pada
tiap unit usaha di atas yakni:
109 Lalu Amiruddin & H. M. Tahir Thayyib, Wawancara, Di
tempat kediamannya H. M. Tahir Thayyib, Pada tanggal 11 Ramadhan pukul 21.00 s/d 23.00 Wita.
140
a. Menunjuk penjaga di masing-masing unit usaha perikanan,
yang bertugas untuk melakukan pengawasan setiap hari.
b. Koordinator lapangan melakukan pengawasan melekat
minimal satu kali sebulan, dan berkoordinasi dengan penjaga
termasuk penentuan waktu panen dan penjualan hasil panen.
Hasil atau temuan disampaikan kepada dewan pengurus
yayasan.
c. Sidak Dewan Pengurus Yayasan sewaktu-waktu bila
dibutuhkan. Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan
pengawas, termasuk hal-hal yang disampaikan oleh
koordinator juga menjadi materi pembahasan rapat. Rapat
Dewan Pengurus dilakukan minimal satu kali sebulan.Hasil
rapat disampaikan kepada dewan pembina.
d. Melakukan audit internal oleh Yayasan. Ketua Dewan
Pembina dan/atau Dewan Pengurus Yayasan menugaskan
Dewan Pengawas untuk melakukan audit internal satu tahun
141
sekali. Hasil audit dilaporkan kepada Dewan Pengurus dan
Dewan Pembina.110
5. Koperasi
Untuk unit usaha koperasi ini, model pengawasan yang dilakukan
sama dengan apa yang dilakukan pada unit usaha SPBU, karena
unit usaha ini dilakukan dengan cara perdagangan sama halnya
dengan unit usaha SPBU.
Turmuzi MJ, SE & Sudarmono, saat diwawancara tentang
bagaimana pengawasan yang dilakukan pada unit usaha koperasi
ini menjelaskan:
a. Pada masing-masing unit usaha ditunjuk manager sebagai
pengelola dan pengawas rutin. Hasil dan hal-hal penting
disampaikan kepada dewan pengurus yayasan.
b. Sidak Dewan Pengurus Yayasan sewaktu-waktu bila
dibutuhkan. Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan
pengawas, termasuk hal-hal yang dilaporkan oleh manager
juga menjadi materi pembahasan rapat. Rapat Dewan
110 Lalu Amiruddin, Wawancara, Di tempat kediamannya Pada
tanggal 12 Ramadhan pukul 21.00 s/d 23.00 Wita.
142
Pengurus dilakukan minimal satu kali sebulan.Hasil rapat
disampaikan kepada dewan pembina.
c. Melakukan audit internal oleh Yayasan. Ketua Dewan
Pembina dan/atau Dewan Pengurus Yayasan menugaskan
Dewan Pengawas untuk melakukan audit internal satu tahun
sekali. Hasil audit dilaporkan kepada Dewan Pengurus dan
Dewan Pembina.111
111 Turmuzi MJ, SE & Sudarmono, Wawancara, Di tempat kediamannya Ahmad Turmuzi, S. Pd., Pada tanggal 13 Ramadhan pukul 21.00 s/d 23.00 Wita.
143
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini, fokus utama yang dibahas yakni manajemen
strategik pesantren dalam pengembangan kewirausahaan di Yayasan
Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur yang
mengkaji tentang: a) kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal
pesantren dalam pengembangan kewirausahaan, b) perencanaan
kewirausahaan pesantren, c) implementasi manajemen strategik pesantren
dalam pengembangan kewirausahaan, dan d) pengawasan pesantren
dalam pengembangan kewirausahaan di pesantren.
A. Lingkungan Internal dan Eksternal Pesantren
Lingkungan organisasi adalah sesuatu yang tak terhingga yang
berada di luar batas-batas organisasi yang mempunyai potensi
mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
bagian maupun keseluruhan organisasi. Dalam membuat
perencanaan, manajer harus memperhitungkan apa yang mungkin
terjadi pada periode mendatang.
144
Sebelum tahun 1970-an, manajer membuat perencanaan
jangka panjang mengandalkan asumsi, masa depan akan selalu lebih
baik sehingga perencanaan masa depan sekedar perpanjangan apa
yang telah dilakukan di masa lalu. Perubahan lingkungan dan kejutan
seperti krisis energi, deregulasi industri, percepatan teknologi,
meningkatnya persaingan global membuat perencanaan harus
berubah. Kondisi tersebut memaksa manajer perlu menyusun
pendekatan secara sistematis untuk analisa lingkungan baik internal
maupun eksternal. Saat ini, menstra tidak hanya digunakan untuk
organisasi bisnis yang mencari laba tapi juga badan pemerintah,
swasta, pendidikan, rumah sakit, organisasi nirlaba lainnya.
1. Strengths (Kekuatan-kekuatan)
Strengths (Kekuatan) adalah “kekuatan-kekuatan” yang
dimiliki & ada di Organisasi dan andal untuk didayagunakan agar
organisasi dapat tumbuh dan berkembang serta menang bersaing112.
Kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur cukuplah banyak.
112 Agusdin, Manajemen Strategic (Slide Perkuliahan Semester 2) UIN Mataram 2017.
145
Diantara semua kekuatan-kekuatan yang dimiliki yayasan sangat
mempengaruhi sekali dalam kegiatan pengembangan kewirausahaan
pesantren dengan berusaha mencoba memahami karakteristik dari
masing-masing kelebihan dari pada kekuantan-kekuatan yang
dimiliki yayasan.
Kekuatan-kekuatan inilah yang menjadi modal dasar dalam
melakukan pengembangan kewirausahaan serta menjadikan
kekuatan-kekuatan tersebut sebagai modal besar dalam melakukan
gebrakan baru dalam dunia usaha. Kemampuan yayasan dalam
mengimplementasian manajemen srtategi murupakan aset yang
sangat besar dalam pengembangan kewirausahaan yayasan. Dari
kekuatan yang dimiliki oleh yayasan, menjadikan Yayasan Darul
Yatama Wal-Masakin melakukan banyak hal baru yang dapat
menjadikan yayasan menjadi lebih maju dan mandiri. Kemandirian
yayasan ini sangatlah memungkinkan untuk melakukan hal yang
lebih besar dalam melakukan setiap tindakan kewirausahaan.
Yang merupakan kekuatan-kekuatan yayasan adalah
pengasramaan para santri, keteladanan dan ketaatan, kemandirian
146
pesantren, aset tanah yayasan, dan relevansi unit usaha. Dari sekian
jenis kekuatan-kekuatan yang dimiliki yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowatu Lombok Timur, kemudian ini yang
dimaksimalkan oleh pimpinan pesantren dalam melakukan setiap
jenis kewirausahaan yang dibentuk.
Keteladanan dan ketaatan jamaah misalnya, pimpinan
pesantren mampu mempengaruhi jamaah untuk menyiapkan unit-unit
usaha yang dibutuhkan. misalnya membangun gedung tempat usaha,
membuat kolam tambak, penghijauan, dan lain sebagainya. Kemudian
kemandirian pesantren dalam pengembangan unit usaha pesantren
dilakukan secara mandiri oleh yayasan dengan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki.
Sedangkan dengan asset yang dimiliki pesantren yang
tersebar di beberapa lokasi, terutama di wilayah Kecamatan Jerowaru
dan Keruak. aset tanah ini memiliki pontensi untuk dijadikan lokasi
pengembangan unit-unit usaha pesantren. Serta dengan adanya
relevansi unit usaha pesantren, Unit-unit usaha yang dikembangkan
oleh yayasan sesuai dengan kebutuhan masyarat dan lingkungan
147
setempat. Misalnya sembako yang dijual di unit usaha dagang dan
BBM di SPBU merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Alat tulis
menulis yang disediakan di koperasi pondok pesantren dapat
memenuhi kebutuhan santri. Kemudian unit usaha pertanian,
perkebunan dan perikanan sangat cocok dikembangkan mengingat
masyarakat di sekitar pesntren merupakan petani (masyarakat agraris)
dan nelayan (masyarakat pesisir).
2. Weaknesses (Kelemahan-kelemahan)
Weaknesses (Kelemahan-kelemahan) adalah kelemahan-
kelemahan yang dimiliki dan ada dalam Organisasi, yang
menjadikan Organisasi sukar/tidak dapat tumbuh dan berkembang
dan tidak mampu bersaing113. Diantara sekian kelemahan yang
dimiliki yayasan merupakan suatu dasar yang musti harus dipahami.
Kemampuan yayasan dalam mendeteksi kelemahan-kelemahan
yayasan merupakan sebagai bahan acuan dalam melakukan evaluasi.
113 Agusdin, Manajemen Strategic (Slide Perkuliahan Semester 2) UIN Mataram 2017.
148
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki yayasan menjadikan
yayasan sukar atau sulit dalam melakukan perkembangan serta
pertumbahan secara signifikan. Dengan adanya kelemahan-
kelemahan yang dimiliki yayasan serta kemampuan dalam
memamahami setiap kelemahan, maka dengan sendirinya yayasan
akan dapat dengan segera untuk mengantisipasi setiap kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi yang diakibatkan oleh kelemahan-
kelemahan yang dimiliki yayasan.
Sumber daya manusia (SDM) yang tidak memadai yang terlibat
dalam pengelolaan dan pengembangan kewirausahaan yayasan, tidak
memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai. Mereka dipekerjakan
atau direkrut sesuai dengan kebutuhan atas dasar pertimbangan-
pertimbangan tertentu, seperti bersikap jujur, memiliki pengalaman
kerja dalam unit usaha tempatnya direkrut walaupun tidak berlatang
belakang pendidikan yang sesuai. Akibat yang dirasakan dari sumber
daya seperti itu, menyebaban secara umum unit-unit usaha yang ada
belum terkelola dan berkembang seperti yang diharapkan.
149
Manajemen yang diterapkan pada umumnya dalam pengelolaan
kewirausahaan yayasan belum berkompeten dan belum memiliki
kemampuan yang merata. sehingga beberapa unit usaha pernah
mengalami kemuduran dan hampir gulung tikar (bangkrut), seperti
koperasi pondok pesantren dan SPBU. Kemudian Pengembangan
kewirausahaan pesantren lebih mengandalkan sumber dana atau
modal yang dimiliki yayasan. Sehingga pengembangan berbagai unit
usaha belum bisa dikembangkan secara lebih luas dan belum sesuai
dengan kebutuhan pasar. Kemudian para Santri belum terlibat secara
langsung dalam unit-unit usaha yang dikembangkan pesantren.
Dikarenakan karena mereka masih focus untuk menuntut ilmu di
lembaga pendidikan yang ada di pesantren.
Sedangkan untuk alat produksi yang digunakan pesantren
masih sangat tradisional. Hal ini tentu saja berimbas pada belum
maksimalnya hasil produksi. Dalam kaitannya dengan unit usaha
usaha budidaya juga masih menerapkan manajemen tradisional.
Misalnya pada unit usaha budidaya tambak udang, budidaya ikan air
tawar, budidaya garam, peternakan sapi dan kambing, perkebunan dan
150
pertanian. Sifat tradisional dalam pengelolaannya dapat dilihat dari
sarana prasana yang digunakan, dan cara budidayanya yang masih
menerapkan pola-pola umum yang telah dikenal masayarakat
sebelumnya (umumnya), belum sepenuhnya menerapkan prinsip-
prinsip budidaya modern.
3. Opportunities (Peluang-peluang)
Opportunities (Peluang-peluang) adalah sebanyak mungkin
peluang yang dapat diraih dan didayagunakan agar organisasi dapat
tumbuh dan berkembang dan mampu mengalahkan pesaing-
pesaingnya114. Kondisi sosial ekonomi masyarakat jema’ah Jerowaru
yang sebagian besar berlatar belakang sebagai petani dan memiliki
sosial-budaya homogen, yang secara langsung maupun tidak
langsung telah membawa dampak yang positif dalam perkembangan
Pondok Pesantren Dayama Jerowaru.
Dengan kondisi masyarakat seperti itu, maka unit-unit usaha
yang dikembangkan pesantren mendapat dukungan yang signifikan
114 Agusdin, Manajemen Strategic (slide perkuliahan semester 2) UIN Mataram 2017.
151
dari para jama’ah. Disamping menjadi sumber pembiayaan unit
usaha pesantren, mereka ini bisa dijadikan sebagai mitra dalam
pengembangan unit-unit usaha, sekaligus sebagai pangsa pasar unit
usaha pesantren.
Sedangkan sebagai wilayah muslim yang luas, masyarakat
Sasak memiliki fanatisme tinggi terhadap Islam dan para tuan guru di
wilayahnya. Termasuk para jamaah tuan guru pengasuh pesantren
Darul Yatama Wal-Masakin Jerowaru. Perkataan-perkataan beliau
umumnya terpatri di jiwa setiap pribadi jamaahnya dan ini
menumbuhkan gairah perjuangan untuk membesarkan Pondok
Pesantren Dayama Jerowaru. Sikap ini memberikan kontribusi yang
berarti dalam pengembangan kewirausahaan pesantren. Dari jema’ah
inilah sumber dana (modal) unit usaha pesantren diperoleh.
Dalam pengembangan kewirausahaan pesantren, terdapat
beberapa lembaga/instansi yang dapat diajak bekerjasama atau
menjadi mitra usaha, misalnya Puskeswan, Dinas Perkebunan dan
kehutanan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Universitas Mataram,
pengusaha yang membeli hasil produksi, dan lain-lainnya.
152
4. Threats (Ancaman)
Threats (Ancaman) adalah ancaman-ancaman terhadap
keberlangsungan Organisasi dalam persaingan yang jika Organisasi
tidak memahami dan menyadarinya untuk segera diatasi atau
diantisipasi, maka kehidupan, kemampu-tumbuhan, kemampuan
bersaing Organisasi bisa menurun.115
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru
Lombok Timur memiliki sederatan ancaman-ancaman yang mungkin
akan terjadi seperti faktor keamanan, Status Hukum Aset Yayasan,
Faktor Alam, Sikap disiplin dan kejujuran.
Faktor keamanan merupakan salah satu ancaman yang cukup
mengganggu dalam pengembangan unit usaha pesntren. Beberapa kali
pernah terjadi kasus pencurian terhadap benda/barang atau ternak
milik yayasan. Sedangakan untuk status hukum aset yayasan yang
dimiliki yayasan umumnya belum memiliki sertifikat kepemilikan,
terutama asset berupa tanah. Sehingga banyak sekali masyarakat
sekitar sering mengklaim milik yayasan menjadi asset milik pribadi
115 Agusdin, Manajemen Strategic (slide perkuliahan semester 2) UIN Mataram 2017.
153
dan ini yang membuat luasnya tanah yayasan mulai menyuyut, tidak
sesuai lagi dengan keadaannya semula. Dengan alasan inilah pengurus
yayasan bentindak lebih cepat dan tegas dalam mengamankan asset
yayasan termasuk dalam pembuatan sertifikat tanah.
Selain permasalah tentang asset tanah tersebut, dalam
Pengembangan unit usaha pesantren juga sangat dipengaruhi juga
oleh factor alam, terutama unit usaha seperti perikanan (tambak) dan
sawah garam. Pada saat produksi ada kalanya laut tidak bersahabat,
sehingga berakibat kegagalan dalam .
Sedangkan dalam pengelolaan unit usaha tidak semuanya
memiliki sikap disiplin dan jujur, Ada diantara mereka yang justru
menjadi sumber perusak, misalnya menyalahgunakan uang unit usaha
dan tidak bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini tentu
menghambat pengembangan unit usaha.
Kemudian untuk Pemasaran hasil produksi seperti perikanan
dan perkebunan selama ini pemasaran dilakukan melalui pengusaha-
pengusaha lokal dan kecil, bahkan dipasarkan dengan sistem “bede’e”
(ikan ditukar dengan beras) kepada para jama’ah.
154
B. Perencanaan Kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru.
Planning merupakan persiapan-persiapan pelakasanaan suatu
tujuan yang biasanya mencakup berbagai kegiatan seperti merumuskan
langkah-langkah kegiatan, menentukan kebutuhan yang diikuti oleh
penentuan strategi, pencapaian tujuan dan kemudian penentuan
program guna melakasanakan strategi tertentu.
Merencanakan adalah membuat suatu target-target yang akan
dicapai atau diraih di masa depan. Dalam organisasi perencanaan
adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan secara matang arah,
tujuan, dan tindakan sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan
metode/teknik yang tepat.
Perencanaan kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin berangkat dari hasil pemikiran mendasar dari tokoh
pendirinya, yaitu TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al-Kalimi.
Beliau memiliki konsep pemikiran kemandirian dalam pengelolaan
dan pendanaan pesantren, tidak bergantung sepenuhnya pada
155
pemerintah. Konsep kemandirian yang digagasnya adalah menyiapkan
fasilitas-fasilitas yang dapat dijadikan sumber dana untuk membiayai
pengelolaan pesantren.
Habib Thoha berpendapat bahwa “pesantren juga dipahami sebagai bagian yang terlibat dalam proses perubahan sosial (sosial change) di tengah perubahan yang terjadi. Dalam keterlibatannya dengan peran, fungsi dan perubahan yang dimaksud, pesantren memegang peranan kunci sebagai motivator, inovator, dan dinamisator mayarakat yang konsisten menanamkan semangat kemandirian, kewirausahaan, dan tidak menggantungkan dirinya kepada orang lain”.116
Pengembangan sektor-sektor usaha itu sepenuhnya dengan
melibatkan masyarakat yang menjadi basis massanya (jama’ahnya).
Dengan begitu, TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al-Kalimi, tidak
saja mengembangkan sumber dana bagi pesantren, tetapi juga beliau
mengedepankan dakwah bi al-hal kepada jama’ahnya melalui sistem
gotong royong. Penekanan pola dakwah bi al-hal, di samping pola
dakwah bi al-lisan sekaligus bertujuan untuk mengembangkan sosial
ekonomi masyarakat yang didakwahinya.
116 Habib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1996), 52.
156
Suhartini berpendapat bahwa “pesantren dengan berbagai harapan dan predikat yang dilekatkan kepadanya, sesungguhnya berujung pada tiga fungsi utama yang senantiasa diembannya, yakni: 1) sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama (centre of excellence), 2) sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resource), 3) sebagai suatu lembaga yang punya kekuatan dalam pemberdayaan masyarakat (agent of development)”.117
Oleh karena itu, TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al-
Kalimi bersama jama’ahnya telah berhasil membangun berbagai
fasilitas umum, seperti jalan, jembatan, bendungan kecil, dan pasar
(pasar baduik/ Jor, pasar Beleke, pasar Pujut), dan lain-lainnya.
Gagasan pemikiran dan pola pengembangan sosial ekonomi
pesantren yang dicetuskan dan dilaksanakan oleh TGH. Muhammad
Mutawalli Yahya Al-Kalimi, merupakan cikal bakal kewirausahaan
di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin, dan kemudian diterusakan
oleh penerusnya, putra tertuanya, TGH. Muhammad Sibawaihi
Mutawalli. Pada masanya, unit-unit usaha pesantren lebih diperluas
lagi, lebih banyak jenisnya.
117 Suhartini, Problem Kelembagaan Pengembagan Ekonomi Pondok
Pesantren, dalam A. Halim (eds). Manajemen pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), 233.
157
Unit-unit kewirausahaan yang telah dikembangkan dari
semenjak TGH. Muhammad Mutawalli Yahya Al-Kalimi dan TGH.
Muhammad Sibawaihi Mutawalli, belum dapat dikembangkan secara
optimal, bahkan beberapa unit usaha tersebut ada terbengkalai, tidak
terurus lagi. Berbagai kendala menjadi penghambat
pengembangannya, antara lain yang sangat menonjol adalah lemahnya
manajamen, kurangnya sumber daya manusia, dan kurangnya sumber
dana. Generasi penerus TGH. Muhammad Sibawaihi Mutawalli, yaitu
dua putra beliau, TGH. Badarul Isalam dan TGH. Saipul Islam, MA,
tetap meneruskan ide cemerlang dan mengembangkan kewirausahan
tersebut.
C. Manajemen Strategi Pesantren dalam Pengembangan
Kewirausahaan
Sofjan Assauri berpendapat bahwa “manajemen strategi
merupakan proses penetapan visi, misi, dan tujuan organisasi, serta
pengembangan kebijakan dan program pelaksanaan untuk
mencapainya”.118
118Sofjan Assauri, Strategic Management: Sustainable Competitive
Advantages (Jakarta: PT RajaGrapindo Persada) hal.9. edisi 2.
158
Lebih lanjut Sedarmayanti mengatakan “manajemen strategi
sebagai suatu proses/rangakaian kegiatan dalam pengambilan
keputusan yang masih bersifat mendasar dan menyeluruh, serta disertai
dengan bagaimana (cara) melaksanakannya yang dibuat oleh seorang
pimpinan dan kemudian diimplimentasikan oleh seluruh jajaran dalam
organisasi, untuk mencapai tujuan”.119
Adapun bentuk implementasi manajemen strategi yang
dilakukan oleh Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama)
Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur dalam
pengembangan kewirausahaan adalah sebagai berikut:
1. SPBU
Unit usaha yang dikelola secara swakelola oleh yayasan.
Untuk menjalankan unit usaha ini dilakukan dengan manajemen
modern sesuai yang dipersyaratkan oleh Pertamina. Bentuk
organisasi/struktur kerjanya tertuang dalam akta notaris, yang
secara garis besar terdiri dari komisaris, direktur dan manager.
Dana yang diperoleh dari dari hasil-hasil penjualan bahan
bakar minyak (BBM) yang terdiri dari premium, solar, pertalite,
119 Sedarmayanti, Manajemen Strategi, 3.
159
dan pertamak kemudian diserahkan ke bendahara yayasan.
Kemudian dana yang terkumpul tersebut dipergunakan oleh
yayasan untuk membeli, menambah, dan memperluas lahan unit
bisnis dan atau segala sesuatu yang menjadi kebutuhan yayasan.
2. Peternakan
Struktur organisasi pada unit kewirausahaan ini dipimpin
oleh seorang koordinator yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
yayasan, sebagai perpanjangan tangan yayasan. Koordinator
dibantu oleh seorang ketua kelompok yang terdapat di masing-
masing kandang kolektif sebagai atasan langsung dari para
pemelihara ternak (peternak). Ketua kelompok dipilih dari salah
satu peternak.
Unit kewirausahaan bidang peternakan (sapi dan kambing)
dikelola dengan system kadasan (pemeliharaannya oleh orang
lain dan bagi hasil anak ternak/sapi). dengan pola pengelolaan
kandang kolektif dan perguliran. Kandang kolektif disediakan
oleh yayasan, sekaligus selaku pemilik. Pengguliran anakan sapi
dilakukan oleh ketua koordinator dan ketua kelompok peternak
160
atas persetujuan yayasan. Pengguliran dapat dilakukan di tempat
semula (masyarakat sekitar kandang kolektif semula) atau
dikembangkan dilokasi lainnya dengan membuat kandang kolektif
baru untuk memberdayakan masyarakat setempat.
Tabel 3.1. Jumlah hewan ternak yang dimiliki Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur
No Jenis ternak Lokasi kandang
Jumlah (ekor)
Asal/cara perolehan
Nama ketua kelompok
1
SAPI
Dusun Paek, Pandan Wangi
90 Bantuan Pemerintah Pusat, dan Beli dari hasil SPBU
Suhirman
2 Dusun Tabuan
50 Anakan Sapi di Kandang Paek
Jumasih
3 Dusun Semoto
24 Anakan Sapi di Kandang Paek
Suhaibun
Jumlah 164 1
KAMBING
Erot 32 Bantuan Pemda Lotim
Amaq Rijal
2 Surelalem 1 Sumbangan Jama’ah
Kalam
Jumlah 33
161
Dari data di atas, menunjukkan bahwa pengembangan
unit usaha peternakan atau dikembangkan oleh yayasan dilakukan
dengan cara setiap hasil dari peranakan sapi yang bersumber dari
direktorat jendral peternakan dan hasil pembelian oleh yayasan
yang bersumber dari hasil SPBU yang berjumlah 90 ekor sapi
yang bertempat di Dusun Paek, Pandan Wangi yang kemudian
semua hasil peranakan itu yang jumlahnya 50 ekor sapi di
kembangkan serta ditempatkan ditempat lain serta 24 ekor dari
hasil peranakan sapi lainnya yang dari Dusun Paek, Pandan
Wangi kemudian dikembangkan lagi ketempat yang lain. Dan ini
menunjukkan bahwa kemampuan dalam pengembangan
kewirausahaan dari Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin
(Dayama) Jerowaru benar-benar cerdas dalam menerapkan
manajeman strategi dalam pengembagan setiap unit usaha.
3. Pertanian
Struktur organisasi pada unit kewirausahaan ini dipimpin
oleh seorang koordinator lapangan yang ditunjuk dan ditetapkan
oleh yayasan, sebagai perpanjangan tangan yayasan. Koordinator
162
lapangan bertugas untuk menentukan penggarap atau penyewa
lahan pertanian. Unit kewirausahaan bidang pertanian (sawah dan
ladang) dilakukan dengan sistem sakap (bagi hasil) dan sewa.
Pada musim penghujan lahan pertanian dikelola dengan sistem
sakap.
Pada sistem sakap ini yayasan memberikan modal kepada
penggarap sebagai biaya pengerjaan. Hasil panen kemudian
dibagi tiga, satu bagian untuk pengembalian modal, satu bagian
untuk bagian yayasan dan satu bagian untuk bagian penggarap.
Sedangkan untuk masa tanam pada musim kemarau, lahan
pertanian milik yayasan tersebut dikelola dengan system sewa dan
sewanya masuk sepenuhnya ke dalam kas yayasan. Dana yang
yang diperoleh tersebut kemudian dikelola oleh yayasan untuk
kepentingan pengembangan unit usaha yayasan.
4. Perikanan
Unit usaha perikanan dikelola dan dikembangkan secara
swakelola oleh yayasan. Sama seperti unit usaha pertanian, struktur
organisasi pada unit kewirausahaan ini dipimpin oleh seorang
163
koordinator lapangan yang ditunjuk dan ditetapkan oleh yayasan,
sebagai perpanjangan tangan yayasan. Koordinator lapangan
bertugas untuk menentukan penjaga, pekerja dan penggarap. Unit
kewirausahaan perikanan terdiri dari unit usaha pertambakan, unit
usaha budidaya air tawar di embung, dan unit usaha sawah garam.
Unit usaha pertambakan dan budidaya ikan air tawar
dikelola oleh koordinator lapangan, penjaga dan pekerja. Mereka
ini, seperti pada unit usaha pertanian, digaji oleh yayasan.
Sedangkan tata kelola sawah garam dilakukan dengan sistem sakap
(bagi hasil). Pada unit usaha sawah garam ini juga terdapat
koordinator lapangan dan penjaga, yang mendapatkan upah dari
yayasan. Dari dana yang terkumpul tersebut dipergunakan oleh
yayasan untuk membeli, menambah, dan memperluas lahan unit
bisnis dan atau segala sesuatu yang menjadi kebutuhan yayasan.
5. Koperasi
Unit usaha ini terdiri dari tiga unit usaha, yaitu UD Jumuhuriyah,
Koperasi Pesntren dan Waserda Yayasan. Unit usaha ini dijalankan
dengan dua system:
164
a. UD Jumuhuriyah dikelola dengan model kemitraan dengan
pihak ketiga. Pengelolanya terdiri dari seorang manager dan
beberapa orang karyawan.
b. Koperasi pesantren Al-Imran dan waserda Al-Kalimi dikelola
secara swakelola. Pengelolanya terdiri dari seorang manejer dan
beberapa orang karyawan.
Hasil usaha dari unit usaha ini sepenuhnya dimanfaatkan
untuk operasional Panti Asuhan Yayasan. Dari keseluruhan jenis
unit usaha yang dibentuk, dibangun dan dikembangkan oleh
Yayasan, keseluruhan hasil dari tiap-tiap unit usaha itu
dikumpulkan keyayasan dan kemudian yayasan memutuskan untuk
melakukan pengembangan secara lansung dari hasil tiap-tiap unit
bisnis tersebut untuk kemudian menjadikan tiap unit tersebut
bertambah maju atau bertambah luas.
Dana yang dikumpulkan dari hasil tiap-tiap unit usaha
tersebut ada yang diperuntukkan untuk lembaga pendidikan, ada
juga yang diperuntukkan untuk kegiatan lembaga sosial, dan ada
juga diperuntukkan untuk perputaran dana yang diperuntukkan
165
untuk tiap-tiap unit bisnis yang membutuhkan. Dengan adanya
perputaran uang hasil dari tiap-tiap unit bisnis yang dikelola oleh
yayasan, kemudian yayasan kembali mengelolanya dengan cara
membeli, menambah, serta membangun unit usaha yang baru.
Gambar 3.1. Bagan Perputaran Keuangan Yayasan
Perputaran keuangan di dalam Yayasan Darul Yatama Wal-
Masakin (Dayama) Jerowaru Lombok Timur sangatlah menarik.
Kemamampuan dalam mengimplementikan manajemen strategi
sangatlah kelihatan dengan sangat jelas. Sebagaimana dari data-data
yang telah didapatkan menunjukkan bahwa kepiawaian pimpinan
Bisnis Lembaga Sosial
Lembaga Pendidika
1. SPBU 2. Peternakan 3. Pertanian 4. Perikanan &
sawah garam 5. Koperasi
1. Panti Asuahan
1. MI 2. MTs 3. MA
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin Jerowaru
166
pesantren dalam mengelola keuangan sangatlah luar biasa.
Pengembangan serta penambahan unit usaha yang dilakukan oleh
yayasan dilakukan dengan cara apik sekali. Kebutuhan-kebutuhan
untuk tiap-tiap lembaga tertentu yang membutuhkan dana seperti
lembaga sosial masyarakat, hanya diambilkan dari hasil koperasi
yang dimiliki.
Sedangkan untuk keperluan dalam memajukan lembaga
pendidikan yang dimiliki pesantren, baik itu untuk pembangunan
infrastruktur sarana dan prasarana madrasah serta peningkatan
kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan diambilkan dari
sebagian dana yang di hasilkan dari hasil penjualan bahan bakar
minyak (BBM), peternakan, pertanian, dan perikanan serta sawah
garam.
Kemudian dari sisanya itu diperuntukkan kembali untuk
pembelian lahan baru untuk pertanian, peternakan, serta kebutuhan
lainnya yang diperlukan yayasan termasuk di dalamnya adalah
untuk dana operasional pesantren sehari-hari.
167
D. Pengawasan Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan
Pengawasan menurut Sondang P. Siagian dalam Ramayulis dan
Mulyadi adalah:
“Keseluruhan upaya penguatan palaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa keadaan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan Pengawasan tersebut berupa kegiatan-kegiatan untuk mengamankan rencana dan keputusan yang telah dibuat atau yang tengah dilaksanakan. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang mempunyai hubungan erat dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan”.120
Pengawasan yang dilakukan oleh yayasan tehadap setiap unit usaha
tetap dilakukan, karena dengan melakukan pengawasan, maka
implementasi manajemen strategi yang diterapkan oleh yayasan akan
berdampak secara signifikan terhadap kemajuan dan perkembangan
setiap unit bisnis.
1. SPBU
Pengawasan rutin setiap hari oleh direktur dan
manajemen. Temuan-temuan dalam pengawasan disampaikan
kepada dewan komisaris. Kemudian ditindaklanjuti dalam rapat
internal satu bulan sekali, yang melibatkan dewan komisaris,
120 Ramayulis & Mulyadi, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2017), 66.
168
direktur dan manager untuk mencari solusi atas masalah yang
timbul, dan/atau memperkuat/meningkatkan aspek-aspek
pelayanan yang sudah baik. Hasil rapat disampaikan kepada
Dewan Pengurus Yayasan yang ditembuskan kepada Dewan
Pembina dan Dewan Pengawas Yayasan.
Sidak Dewan Pengurus Yayasan sewaktu-waktu bila
dibutuhkan. Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan
pengawas, termasuk laporan yang disampaikan oleh direktur dan
manager juga menjadi materi pembahasan rapat. Rapat Dewan
Pengurus dilakukan minimal satu kali sebulan.Hasil rapat
disampaikan kepada dewan pembina dan dewan pengawas.
Melakukan audit internal oleh Yayasan. Ketua Dewan
Pembina dan/atau Dewan Pengurus Yayasan menugaskan Dewan
Pengawas untuk melakukan audit internal satu tahun sekali. Hasil
audit dilaporkan kepada Dewan Pengurus dan Dewan Pembina.
2. Peternakan
Pengawasan rutin setiap hari yang dilakukan oleh
penjaga dan/atau ketua kelompok peternak. Bila ada masalah
169
yang dihadapi atau ada hal-hal penting yang ditemukan,
disampaikan kepada koordinator. Koordinator melakukan
pengawasan ke setiap kandang kolektif dan berkomunikasi
langsung dengan ketua kelompok dan peternak, dilakukan
minimal dua kali dalam sebulan. Hasil temuan dan hal-hal penting
yang dianggap urgen kemudian disampaikan oleh koordinator
kepada pengurus yayasan.
Sidak Dewan Pengurus Yayasan sewaktu-waktu bila
dibutuhkan. Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan
pengawas, termasuk hal-hal yang disampaikan oleh koordinator
juga menjadi materi pembahasan rapat. Rapat Dewan Pengurus
dilakukan minimal satu kali sebulan. Hasil rapat disampaikan
kepada dewan pembina.
Melakukan audit internal oleh Yayasan. Ketua Dewan
Pembina dan/atau Dewan Pengurus Yayasan menugaskan Dewan
Pengawas untuk melakukan audit internal satu tahun sekali. Hasil
audit dilaporkan kepada Dewan Pengurus dan Dewan Pembina.
Serta melakukan patroli malam dengan melibatkan Pamswakarsa
170
Amphibi, dan melibatkan aparat Kepolisian dalam patroli malam
bila dibutuhkan. Melibatkan puskeswan untuk melakukan
pengawasan terhadap kesehatan ternak dan memberikan
pengobatan bila dibutuhkan.
3. Pertanian
Untuk unit usaha perkebunan, yayasan menunjuk salah
seorang ketua kelompok. Ketua kelompok ini yang melakukan
pengawasan rutin, yang hasilnya disampaikan kepada koordinator
lapangan. Koordinator lapangan melakukan pengawasan melekat
minimal satu kali sebulan, dan khusus untuk perkebunan berkoordinasi
dengan ketua kelompok termasuk dalam pembagian hasil panen dan
penentuan penggarap atau penyewa lahan pertanian. Hasil atau temuan
disampaikan kepada dewan pengurus yayasan.
Sidak Dewan Pengurus Yayasan sewaktu-waktu bila
dibutuhkan. Hasil temuan dibahas dalam forum rapat dewan pengawas,
termasuk hal-hal yang disampaikan oleh koordinator juga menjadi
materi pembahasan rapat. Rapat Dewan Pengurus dilakukan minimal
satu kali sebulan.Hasil rapat disampaikan kepada dewan pembina. Dan
171
melakukan audit internal oleh Yayasan. Ketua Dewan Pembina
dan/atau Dewan Pengurus Yayasan menugaskan Dewan Pengawas
untuk melakukan audit internal satu tahun sekali. Hasil audit
dilaporkan kepada Dewan Pengurus dan Dewan Pembina.
4. Perikanan
Untuk unit usaha perikanan Menunjuk penjaga di masing-
masing unit usaha perikanan, yang bertugas untuk melakukan
pengawasan setiap hari. Koordinator lapangan melakukan
pengawasan melekat minimal satu kali sebulan, dan berkoordinasi
dengan penjaga termasuk penentuan waktu panen dan penjualan hasil
panen. Hasil atau temuan disampaikan kepada dewan pengurus
yayasan.
Selanjutnya sidak Dewan Pengurus Yayasan sewaktu-
waktu bila dibutuhkan. Hasil temuan dibahas dalam forum rapat
dewan pengawas, termasuk hal-hal yang disampaikan oleh
koordinator juga menjadi materi pembahasan rapat. Rapat Dewan
Pengurus dilakukan minimal satu kali sebulan. Hasil rapat
disampaikan kepada dewan pembina dan melakukan audit internal
172
oleh Yayasan. Ketua Dewan Pembina dan/atau Dewan Pengurus
Yayasan menugaskan Dewan Pengawas untuk melakukan audit
internal satu tahun sekali. Hasil audit dilaporkan kepada Dewan
Pengurus dan Dewan Pembina.
6. Koperasi
Untuk unit usaha koperasi ini, ditunjuk manager sebagai
pengelola dan pengawas rutin. Hasil dan hal-hal penting disampaikan
kepada dewan pengurus yayasan. Sidak Dewan Pengurus Yayasan
sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Hasil temuan dibahas dalam forum
rapat dewan pengawas, termasuk hal-hal yang dilaporkan oleh
manager juga menjadi materi pembahasan rapat.
Kemudian rapat Dewan Pengurus dilakukan minimal satu kali
sebulan dan hasil rapat disampaikan kepada dewan pembina. Serta
melakukan audit internal oleh Yayasan. Selanjutnya Ketua Dewan
Pembina dan/atau Dewan Pengurus Yayasan menugaskan Dewan
Pengawas untuk melakukan audit internal satu tahun sekali dan hasil
audit dilaporkan kepada Dewan Pengurus dan Dewan Pembina.
173
B VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang diuraikan oleh penulis di atas terkait
tentang manajemen strategik pesantren dalam pemengembangan
kewirausahaan di Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama)
Jerowaru Lombok Timur dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang dimiliki oleh
Yayasan Darul Yatama Wal-Masakin (Dayama) Jerowaru
Lombok Timur masih belum mampu dianalisa serta dimanfaatkan
secara optimal dan menyeluruh. Karena, masih belum
memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki pesantren dalam
meraih segala peluang-peluang yang ada serta menghindari atau
menghalau kemungkinan ancaman-ancaman yang mungkin
terjadi, belum mampunya pesantren dalam memanfaatkan
kelemahan-kelemahan yang dimiliki dalam meraih peluang-
peluang yang ada serta menghindari atau mengahalau ancaman-
ancaman yang mungkin terjadi.
174
2. Perencanaan bisnis (kewirausahaan) di awali oleh TGH.
Mutawally Yahya mengelola lahan pertanian, peternakan, dan
perikanan, kemudian dikembangakan oleh anaknya TGH
Sibawaihi Mutawally dengan membuat unit-unit usaha lainnya
seperti SPBU, memperluas lahan peternakan, pertanian, serta
terbentuknya unit usaha yang lainnya seperti koperasi.
3. Manajamen strategik yang diterapkan Yayasan Darul Yatama
Wal-Masakin (Dayama) dalam pengembangan kewirausahaan
yakni dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
dan kemudian melakukan pengawasan (pengendalian). Dan
kemudian, hasil-hasil yang diperoleh dari tiap-tiap unit bisnis itu
dikumpulkan ke yayasan dan kemudian yayasan yang mengatur
keuangan secara menyeluruh serta mempergunakannya untuk
membeli, menambah, membangun unit-unit usaha serta kebutuhan
operasionalnya yayasan.
4. Bentuk pengawasan atau pengendalian yang dilakukan yayasan
dalam mengawasi setiap unit-unit usaha dilakukan dengan cara
terus menerus dan sidak Dewan Pengurus Yayasan sewaktu-
175
waktu bila dibutuhkan serta melakukan audit internal oleh
yayasan.
B. SARAN-SARAN
Berdasarkan hasil penelitian serta temuan lapangan yang
didapatkan oleh peneliti, maka dapat diajukan saran-saran sebagai
berikut:
1. Yayasan kedepannya berusaha untuk lebih mengenali lingkungan
organisasinya yang meliputi lingkungan internal dan eksternalnya,
supaya di masa mendatang, yayasan mampu untuk memanfaatkan
segala kekuatan-kekuatan dalam meraih segala peluang-peluang
dan mengahadang ancaman-ancaman yang mungkin terjadi serta
memanfaatkan kelemahan-kelemahan untuk meraih peluang-
peluang dan menghidari ancaman-ancaman yang mungkin atau
akan terjadi.
2. Meningkatkan sumberdaya manusia pesantren secara menyeluruh
dan kontinu untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan
kewirausahaan secara signifikan. Karena, dengan semakin
tingginya sumberdaya manusia yang digunakan dalam menangani
176
setiap unit usaha pesantren, maka akan dapat bekerja secara lebih
professional.
3. Mengadakan pelatihan secara terus-menerus tentang ilmu
manajemen, kewirausahaan, dan lain sebagainya yang bisa
berdampak positif untuk kelansungan pesantren dalam
meningkatkan dan atau mengembangkan kewirausahaan pesantren.
177
DAFTAR PUSTAKA
Abd A’la, Pembaharuan Pesantren (Jogjakararta: Pelangi Aksara,
2006).
Agusdin, Manajemen Strategic (slide perkuliahan semester 2) UIN
Mataram 2017.
Bawani, Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam (Surabaya: Al
Ikhlas).
Crown Dirgantoro, manajemen strategik (Jakarta: PT Grasindo, 2007).
Fahrurrozi Dahlan, Sejarah Perjuangan dan Pergerakan Dakwah Islamiyah TGH. Muhammad Mutawalli di Pulau Lombok: Pendekatan Cultural dan Sufistik Dalam Mengislamisasi Masyarakat Wetu Telu (Jakarta: Sentra Media, 2006)
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2014).
Habib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1996)
Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik Dan Riset Pendidikan,
Edisi 4 (Jakatra: Bumi Aksara, 2014). Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan Dengan Ilustrasi Bidang Pendidikan (Yogyakarta: UGM Press, 2000)
178
Husaini Usman, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,
1996).
Indriyo Gito Sudarmo, Manajemen Keuangan (Yogyakarta: BPFE,
1993).
Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu? (Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada, 2011).
Kasmir, Kewirausahaan (Jakarta: Rajagrafindo, 2010)
Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002).
Leonardus Saiman, Kewirausahaan (Jakarta: Salemba Empat, 2015)
M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pesantren Dalam Perspektif Global (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2006).
Mardiyah, Kepemimpinan Kyai Dalam Memelihara Budaya
Organisasi (Yogyakarta: Aditya Media Publishing, 2015). Muhammad Aqbal Fasa, Tesis, “Manajemen Unit Usaha Pesantren
(Studi Kasus Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo Jawa Timur, 2014)”.
Nana Sudjana & Awal Kusumah, Proposal Penelitian di Perguruan
Tinggi (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2000) Nasution, Metode Penelitian Naturalistic Kualitatif (Bandung:
Thersito, 2003)
179
Nurcholish Majid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina,1997)
Nur Dewi, ddk, Pesantren Agrobisnis Pendekatan Formula Area
Multifungsi Dan Model Konsepsi Perberdayaan Serta Profil Beberapa Santren (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004)
Noor Ahmady, Pesantren Dan Kewirausahaan (Peran Pesantren
Sidogiri Pasuruan Dalam Mencetak Wirausaha Muda Dan Mandiri). Executive Summary Penelitian Di Lemlit UIN Sunan Ampel Surabaya.
Pedoman Penulisan Artikel, Makalah, Proposal, Tesis, Dan Disertasi
(Pascasarjana UIN Mataram, 2018). Ramayulis & Mulyadi, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2017). Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2016). Sobry Sutikno, Pemimpin Dan Kepemimpinan:Tips Praktis Untuk
Menjadi Pemimpin Yang Diidolakan (Lombok:Holistica Lombok, 2014).
Sulton, Manajemen Kewirausahaan Pendidikan, Dalam Ali Imron, Et,
Al (Ed), Manajemen Pendidikan Analisis Substantive Dan Aplikasinya Dalam Institusi Pendidikan (Malang: UIN Malang, 2003)
Sugihartono, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: UNY Press, 2007).
Suhartini, Problem Kelembagaan Pengembagan Ekonomi Pondok Pesantren, dalam A. Halim (eds). Manajemen Pesantren (Yogyakarta: pustaka pesantren, 2005)
180
Sedarmayanti, Manajemen Strategi (Bandung: PT Refika Aditama,
2014).
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012).
Saipul Sagala, Manajemen strategi Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2017).
Sofjan Assauri, Strategi Management: Sustainable Competitive
Advantages (Jakarta: PT Rajagrapindo Persada) hal.3. edisi 2.
Sudarman Damin, Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius
(IQ + EQ), Etika, Perilaku Motivasional, Dan Mitos (Bandung: Alfabeta Bandung, 2012).
Suryana, Kewirausahaan (Jakarta: Salemba Empat, 2014)
Sukamdani Gitosardjono, Wirausaha Berbasis Islam Dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Bisnis Indonesia, 2013)
Siti Nur Aini Hamzah, Tesis, “Manajemen Pondok Pesantren Dalam
Kewirausahaan Berbasis Agrobisnis (Studi Multi-Kasus Di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo Siduarjo Dan Pondok Pesantren Nurul Karomah Pemakesan Madura, 2015)”.
Sukamdani Gitosardjono, Wirausaha Berbasis Islam Dan Kebudayaan
(Jakarta: Pustaka Bisnis Indonesia, 2013) Veithzal Rivai, Islamic Leadership: Membangun Superleadership
Melalui Kecerdasan Spiritual (Jakarta: Bumi Aksara, 2013).
181
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi. 2 cetakan 4 (Jakarta: Balai Pustaka, 1995)
Wilson Bangun, Intisari Manajemen (Bandung: PT Refika Aditama,
2014)
Yogi, ddk, Manajemen Strategik Terapan: Panduan Cara Menganalisa Industri Dan Pesaing (Jakarta: Poliyama Widya Pustaka, 2007)
Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan: Pendekatan
Karakteristik Wiarusahawan Sukses (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014).
Zamahsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1984)