terpikat habitat badak - ftp.unpad.ac.id · wendy mehari utami d ari dermaga di desa taman jaya,...

1
WENDY MEHARI UTAMI D ARI dermaga di Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Pulau Peucang yang masuk kawa- san Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dicapai dalam waktu sekitar 3 jam dengan menggunakan kapal motor yang bisa me- muat 15 orang. Jalurnya menyisir tepian utara Semenanjung Ujung Kulon ke arah barat, memasuki Selat Panaitan di antara Semenanjung Ujung Kulon dan Pulau Panaitan, pulau lain yang masih termasuk TNUK. Pulau Peucang terletak di ujung barat semenanjung. Di balik penanda nama bertuliskan ‘Taman Nasional Ujung Kulon Pulau Peucang’ yang dibangun dari tembok tidak jauh dari dermaga, terhampar padang rumput dikelilingi penginapan. Setiap bangunan memuat sampai delapan kamar. Fasilitas air tawar dan dapur tersedia di sana, sedangkan listrik yang bersumber dari genset dinyalakan pada pukul 18.00-07.00 WIB. “Ini lagi musim ramai, April sampai September lah. Ada saja yang datang. Kapan itu malah pernah ada yang harus balik lagi karena sudah tidak ada tempat,” tutur Sakri, petugas resor. Sore itu ia tengah duduk-duduk di muka bangunan pusat informasi yang letaknya paling dekat dengan dermaga. Tentu saja bukan ramai ala kota besar yang dimaksudkan Sakri. Tidak ada deru kendaraan dan ingar bingar musik di sana. Sebagai gantinya, pasir putih nan halus dan suara debur ombak yang diselingi sahutan monyet-monyet liar. Pelancong terlihat melintas sesekali. Beberapa ekor rusa, babi hutan, dan monyet berkeliaran di padang sepanjang hari hingga malam. “Ada satu keluarga babi hutan yang sudah jinak, mungkin enam ekor, yang biasa berkeliaran di tengah sini, tapi sebenarnya babi hutan masih ratusan di dalam sana,” ujar Sakri, menunjuk hutan di balik resor. Di hutan itu pula berdiri gagah pepohonan berusia ratusan tahun. Akar- akar raksasa menjulur di mana-mana. Salah satunya pohon kiara yang disebut- sebut paling besar dan paling tua di sana. Tingginya puluhan meter, dengan batang utama yang seakan dililit batang-batang pohon lain. Kata Rasid, seorang pemandu, “Itu sepertinya parasit. Pohon yang sebenarnya sudah ketutupan.” Sesekali suara burung rangkong membahana, monyet berlompatan, dan rusa mengintip di sela batang-batang pohon tua. Kano Selain berjalan menembus hutan, kegiatan para pelancong biasanya meliputi beberapa area lain TNUK. Di sana, kapal berperan penting sebagai alat transportasi untuk berpindah-pindah lokasi. “Ada beberapa kapal nelayan yang disewa, tapi ada juga yang memang khusus buat tamu. Biasanya yang kayak gini mah bagusan (lebih bagus),” tutur Mis, warga Desa Taman Jaya yang terkadang memasak untuk pelancong. Ia dan suaminya, Anang, beserta Rasid, membantu memandu perjalanan kali itu. Dengan kapal, padang penggembalaan di Cidaon bisa dicapai. Padang rumput di tepian Semenanjung Ujung Kulon yang berseberangan dengan Pulau Peucang itu biasa menjadi tempat berkumpulnya banteng, rusa, dan burung merak. Pelancong bisa menikmati pemandangan itu dari jauh sehingga tidak membuat hewan-hewan takut hingga lari. Dengan kapal pula, biasanya berawak 3 orang dengan ongkos sewa mulai dari Rp2 juta per rute yang disepakati, pelancong bisa menyambangi Sungai Cigenter dari muara di Teluk Selamat Datang. Dengan menggunakan kano sepanjang 3 meter yang bisa memuat 6-7 orang duduk dengan lebar pas-pasan, Sungai Cigenter ditelusuri. Lorong sungai diapit dataran hutan semenanjung di kanan dan kiri. Konon hanya di Semenanjung Ujung Kulon itulah badak jawa tinggal juga buaya. Namun, mereka tidak mudah ditemui, apalagi di siang hari. Seekor biawak kecil terlihat bertengger di batang pohon yang rebah. Diam, seakan tidak memedulikan kano yang melintas. (M-2) [email protected] Terpikat Habitat Badak 36 KAMIS, 15 DESEMBER 2011 Trave “Selain berjalan menembus hutan, kegiatan para pelancong biasanya meliputi beberapa area lain TNUK. Kapal berperan penting sebagai alat transportasi untuk berpindah lokasi.” KARANG COPONG: Berlokasi di Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten. MELINTAS: Sampan melintas di perairan Pulau Badul, TNUK, Banten PULAU BADUL: Mungil, dengan pantai berpasir putih, dapat dikitari dalam waktu lima menit. POHON KIARA: Pelancong melintasi pohon kiara yang berusia ratusan tahun, tumbuh melilit tumbuhan inangnya. Pohon dengan akar-akar berukuran raksasa ini ditemui di Pulau Peucang, TNUK, Banten. Tidak ada deru kendaraan dan asap hitam merebak di sini. Hanya ada deburan ombak dan teriakan monyet bersahutan, serta bentangan langit biru tanpa penghalang. FOTO-FOTO: MI/PANCA SYURKANI

Upload: vuongliem

Post on 17-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Terpikat Habitat Badak - ftp.unpad.ac.id · WENDY MEHARI UTAMI D ARI dermaga di Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Pulau Peucang yang masuk kawa-san

WENDY MEHARI UTAMI

DARI dermaga di Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Pulau Peucang yang masuk kawa-

san Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dicapai dalam waktu sekitar 3 jam dengan menggunakan kapal motor yang bisa me-muat 15 orang.

Jalurnya menyisir tepian utara Semenanjung Ujung Kulon ke arah barat, memasuki Selat Panaitan di antara Semenanjung Ujung Kulon dan Pulau Panaitan, pulau lain yang masih termasuk TNUK. Pulau Peucang terletak di ujung barat semenanjung.

Di balik penanda nama bertuliskan ‘Taman Nasional Ujung Kulon Pulau Peucang’ yang dibangun dari tembok tidak jauh dari dermaga, terhampar padang rumput dikelilingi penginapan.

Setiap bangunan memuat sampai delapan kamar. Fasilitas air tawar dan dapur tersedia di sana, sedangkan listrik yang bersumber dari genset dinyalakan pada pukul 18.00-07.00 WIB.

“Ini lagi musim ramai, April sampai September lah. Ada saja yang datang. Kapan itu malah pernah ada yang harus balik lagi karena sudah tidak ada tempat,” tutur Sakri, petugas resor.

Sore itu ia tengah duduk-duduk di muka bangunan pusat informasi yang letaknya paling dekat dengan dermaga. Tentu saja bukan ramai ala kota besar yang dimaksudkan Sakri. Tidak ada deru kendaraan dan ingar bingar musik di sana. Sebagai gantinya, pasir putih nan halus dan suara debur ombak yang diselingi sahutan monyet-monyet liar. Pelancong terlihat melintas sesekali. Beberapa ekor rusa, babi hutan, dan monyet berkeliaran di padang sepanjang hari hingga malam.

“Ada satu keluarga babi hutan yang sudah jinak, mungkin enam ekor, yang biasa berkeliaran di tengah sini, tapi sebenarnya babi hutan masih ratusan di dalam sana,” ujar Sakri, menunjuk hutan di balik resor.

Di hutan itu pula berdiri gagah pepohonan berusia ratusan tahun. Akar-akar raksasa menjulur di mana-mana. Salah satunya pohon kiara yang disebut-sebut paling besar dan paling tua di sana. Tingginya puluhan meter, dengan batang utama yang seakan dililit batang-batang pohon lain.

Kata Rasid, seorang pemandu, “Itu

sepertinya parasit. Pohon yang sebenarnya sudah ketutupan.” Sesekali suara burung rangkong membahana, monyet berlompatan, dan rusa mengintip di sela batang-batang pohon tua.

KanoSelain berjalan menembus hutan,

kegiatan para pelancong biasanya meliputi beberapa area lain TNUK. Di sana, kapal berperan penting sebagai alat transportasi untuk berpindah-pindah lokasi.

“Ada beberapa kapal nelayan yang disewa, tapi ada juga yang memang khusus buat tamu. Biasanya yang kayak gini mah bagusan (lebih bagus),” tutur Mis, warga Desa Taman Jaya yang terkadang memasak untuk pelancong. Ia dan suaminya, Anang, beserta Rasid, membantu memandu perjalanan kali itu. Dengan kapal, padang penggembalaan di Cidaon bisa dicapai.

Padang rumput di tepian Semenanjung Ujung Kulon yang berseberangan dengan Pulau Peucang itu biasa menjadi tempat berkumpulnya banteng, rusa, dan burung merak.

Pelancong bisa menikmati pemandangan itu dari jauh sehingga tidak membuat hewan-hewan takut hingga lari. Dengan kapal pula, biasanya berawak 3 orang dengan ongkos sewa mulai dari Rp2 juta per rute yang disepakati, pelancong bisa menyambangi Sungai Cigenter dari muara di Teluk Selamat Datang.

Dengan menggunakan kano sepanjang 3 meter yang bisa memuat 6-7 orang duduk dengan lebar pas-pasan, Sungai Cigenter ditelusuri. Lorong sungai diapit dataran hutan semenanjung di kanan dan kiri. Konon hanya di Semenanjung Ujung Kulon itulah badak jawa tinggal juga buaya.

Namun, mereka tidak mudah ditemui, apalagi di siang hari. Seekor biawak kecil terlihat bertengger di batang pohon yang rebah. Diam, seakan tidak memedulikan kano yang melintas. (M-2)

[email protected]

Terpikat Habitat Badak

36 ◆ K AMIS, 15 DESEMBER 2011 Trave

“Selain berjalan menembus hutan, kegiatan para pelancong biasanya meliputi beberapa area lain TNUK. Kapal berperan penting sebagai alat transportasi untuk berpindah lokasi.”

KARANG COPONG:

Berlokasi di Pulau Peucang, Taman Nasional

Ujung Kulon (TNUK), Banten.

MELINTAS: Sampan melintas di

perairan Pulau Badul, TNUK, Banten

PULAU BADUL: Mungil, dengan pantai

berpasir putih, dapat dikitari dalam waktu

lima menit.

POHON KIARA: Pelancong melintasi

pohon kiara yang berusia ratusan

tahun, tumbuh melilit tumbuhan inangnya.

Pohon dengan akar-akar berukuran raksasa ini ditemui

di Pulau Peucang, TNUK, Banten.

Tidak ada deru kendaraan dan asap hitam merebak di sini. Hanya ada deburan ombak dan teriakan monyet bersahutan, serta bentangan langit biru tanpa penghalang.

FOTO-FOTO: MI/PANCA SYURKANI