bab ii profil kemiskinan daerahbappeda.lamandaukab.go.id/wp-content/uploads/2019/11/4... · 2019....

32
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH II-1 BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH 2.1 Kondisi Umum Daerah Luas wilayah Kabupaten Lamandau adalah 6.414 Km 3 , yang terdiri dari 8 kecamatan, 85 desa dan 3 kelurahan. Secara administratif, letak wilayah Kabupaten Lamandau berbatasan dengan wilayah Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat, Kecamatan Seruyan Hulu Kabupaten Seruyan, Kecamatan Arut Utara Kabupaten Kotawaringin Barat di sebelah Utara; wilayah Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kecamatan Balai Riam, Kabupaten Sukamara di sebelah Timur; wilayah Kecamatan Arut Utara Kabupaten Kotawaringin Barat di sebelah Selatan dan wilayah Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat di Sebelah Barat. Batas wilayah administrasi Kabupaten Lamandau dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Lamandau Secara geografis, Kabupaten Lamandau terletak pada 1˚ 9' sampai dengan 3˚ 36' Lintang Selatan dan 110˚ 25' sampai dengan 112˚ 5' Bujur Timur. Ibukota Kabupaten Lamandau terletak di Nanga Bulik, merupakan pintu gerbang wilayah barat dan outlet perekonomian

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-1

    BAB II

    PROFIL KEMISKINAN DAERAH

    2.1 Kondisi Umum Daerah

    Luas wilayah Kabupaten Lamandau adalah 6.414 Km3, yang terdiri dari 8 kecamatan, 85

    desa dan 3 kelurahan. Secara administratif, letak wilayah Kabupaten Lamandau berbatasan

    dengan wilayah Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat, Kecamatan Seruyan Hulu

    Kabupaten Seruyan, Kecamatan Arut Utara Kabupaten Kotawaringin Barat di sebelah Utara;

    wilayah Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kecamatan Balai Riam,

    Kabupaten Sukamara di sebelah Timur; wilayah Kecamatan Arut Utara Kabupaten

    Kotawaringin Barat di sebelah Selatan dan wilayah Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan

    Barat di Sebelah Barat. Batas wilayah administrasi Kabupaten Lamandau dapat dilihat pada

    Gambar 2.1.

    Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Lamandau

    Secara geografis, Kabupaten Lamandau terletak pada 1˚ 9' sampai dengan 3˚ 36' Lintang

    Selatan dan 110˚ 25' sampai dengan 112˚ 5' Bujur Timur. Ibukota Kabupaten Lamandau

    terletak di Nanga Bulik, merupakan pintu gerbang wilayah barat dan outlet perekonomian

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-2

    Provinsi Kalimantan Tengah yang berbatasan secara langsung dengan Provinsi Kalimantan

    Barat.

    Gambar 2.2. Orientasi wilayah Kabupaten Lamandau

    Sedangkan luasan Kabupaten Lamandau menurut kecamatan dapat dilihat Tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Tinggi Rata-Rata, Luas Daerah, Persentase Luas Kecamatan, Jarak ke Ibukota Kabupaten, Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan

    di Kabupaten Lamandau Tahun 2017

    No Nama Kecamatan Tinggi Rata-Rata dpl (m)

    Luas Daerah (Km2)

    Persentase Luas Kecamatan

    Jarak ke Ibukota

    Kabupaten (Km)

    Jumlah

    Desa Kelurahan

    1. Bulik 90,08 665,55 10,38 2 13 1

    2. Bulik Timur 118,17 1074,72 16,76 80 12 -

    3. Sematu Jaya 109,29 86,85 1,35 13 8 -

    4. Menthobi Raya 124,00 620,88 9,68 60 11 -

    5. Lamandau 95,30 1333,00 20,78 120 10 1

    6. Belantikan Raya 110,33 1263,00 19,69 75 12 -

    7. Batang Kawa 131,67 685,00 10,68 119 9 -

    8. Delang 153,20 685,00 10,68 121 10 1

    Sumber: Katalog BPS Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-3

    Secara Demografi, Jumlah penduduk Kabupaten Lamandau berdasarkan data Badan Pusat

    Statistik, dari tahun 2013 hingga tahun 2017 terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2013

    berjumlah 69.700, tahun 2014 berjumlah 71.798 jiwa, tahun 2015 berjumlah 73.975, dan tahun

    2016 berjumlah 76.160 jiwa. Penduduk Kabupaten Lamandau pada tahun 2017 berjumlah

    78.341 jiwa, terdiri dari perempuan 36.512 jiwa dan laki-laki 41.829 jiwa. Apabila dibandingkan

    dengan kepadatan penduduk tahun 2013, peningkatan tingkat kepadatan penduduk dari

    10,87 jiwa per km2 selama tahun 2013 menjadi 12,21 jiwa per km2 pada tahun 2017.

    Kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2017 di Kecamatan Sematu Jaya yaitu 125,91

    penduduk per km2, diikuti Kecamatan Bulik sebanyak 41,45 penduduk dan Kecamatan

    Menthobi Raya sebanyak 18,15 penduduk per km2. Sementara kecamatan dengan jumlah

    penduduk paling sedikit adalah Batang Kawa (4-5 jiwa/km2) dan Belantikan Raya (3-4

    jiwa/km2) sebagaimana terlihat dari tabel di bawah ini :

    Tabel.2.2. Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Luas Daerah Berdasarkan Kecamatan Di Kabupaten Lamandau Tahun 2017

    No Kecamatan Luas Daerah

    (Km2) Jumlah

    Penduduk Kepadatan Penduduk

    (Per Km2)

    1. Bulik 665,55 27.590 41,45

    2. Bulik Timur 1.074,72 8.114 7,55

    3. Sematu Jaya 86,85 10.935 125,91

    4. Menthobi Raya 620,88 11.270 18,15

    5. Lamandau 1.333,00 6.310 4,73

    6. Belantikan Raya 1.263,00 4.999 3,96

    7. Delang 685 6.105 8,91

    8. Batang Kawa 685 3.018 4,41

    Jumlah Total 6.414 78.341 12,21

    Tahun 2016 6.414 76.160 11,87

    Tahun 2015 6.414 73.975 11,53

    Tahun 2014 6.414 71.798 11.20

    Tahun 2013 6.414 69.700 10.87

    Sumber: Katalog BPS Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018

    Berdasarkan data laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Lamandau dalam tabel 2.3,

    pertumbuhan penduduk kabupaten Lamandau sebesar 2,86%.

    Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Lamandau, 2010, 2016, dan 2017

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-4

    Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun (%)

    2010 2016 2017 2010-2017 2016-2017

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1. Bulik 21 989 26 776 27 590 3,29 3,04

    2. Sematu Jaya 8 715 10 613 10 935 3,29 5,03

    3. Menthobi Raya

    8 982 10 938 11 270 3,29 3,04

    4. Bulik Timur 6 467 7 875 8 114 3,29 3,03

    5. Lamandau 5 454 6 195 6 310 2,10 1,86

    6. Belantikan Raya

    4 321 4 909 4 999 2,10 1,83

    7. Delang 4 866 5 925 6 105 3,29 3,04

    8. Batangkawa 2 405 2 929 3 018 3,30 3,04

    Kabupaten Lamandau

    63 199 76 160 78 341 3,12 2,86

    Sumber : Katalog BPS Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018

    Jika dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk perempuan di

    Kabupaten Lamandau lebih sedikit dari jumlah penduduk laki-laki. Rasio jenis kelamin (sex

    ratio) di Kabupaten Lamandau pada tahun 2017 sebesar 115, dimana terdapat 115 penduduk

    laki-laki untuk setiap 100 penduduk perempuan.

    Tabel 2.4. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Lamandau, 2017

    Kecamatan Jenis Kelamin Rasio Jenis

    Kelamin

    Laki-Laki Perempuan Jumlah

    (1) (2) (3) (4) (5)

    1. Bulik 14 763 12 827 27 590 115

    2. Sematu Jaya 5 881 5 054 10 935 116

    3. Menthobi Raya 6 100 5 170 11 270 118

    4. Bulik Timur 4 328 3 786 8 114 114

    5. Lamandau 3 332 2 978 6 310 112

    6. Belantikan Raya 2 641 2 358 4 999 112

    7. Delang 3 251 2 854 6 105 114

    8. Batangkawa 1 533 1 485 3 018 103

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-5

    Kabupaten Lamandau 41 829 36 512 78 341 115

    Sumber : Katalog BPS Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018

    Berdasarkan tabel 2.5, jika dilihat dari struktur penduduk Kabupaten Lamandau terlihat bahwa

    penduduknya didominasi penduduk dengan kelompok umur muda dan produktif. Penduduk

    berusia dibawah 15 tahun pada tahun 2017 sebanyak 20.935 jiwa atau sekitar 26,72 persen

    dari jumlah penduduk Kabupaten Lamandau. Sedangkan penduduk usia 15 tahun keatas

    berjumlah 57.406 jiwa atau sebesar 73,28 persen.

    Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lamandau, 2017

    Kelompok Umur Jenis Kelamin

    Laki-Laki Perempuan Jumlah

    (1) (2) (3) (4)

    0‒4 3 746 3 580 7 326

    5‒9 3 689 3 514 7 203

    10‒14 3 265 3 141 6 406

    15‒19 3 132 2 796 5 928

    20‒24 3 218 2 807 6 025

    25‒29 4 011 3 363 7 374

    30‒34 3 866 3 357 7 223

    35‒39 3 567 3 155 6 722

    40‒44 3 595 2 886 6 481

    45‒49 2 892 2 365 4 257

    50‒54 2 244 1 886 4 130

    55‒59 1 789 1 410 3 199

    60‒64 1 224 913 2 137

    65-69 778 597 1 375

    70-75 434 379 813

    75+ 379 363 742

    Total 41 829 36 512 78 341

    Sumber : Katalog BPS Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018

    Pada tahun 2017, jumlah penduduk usia muda (0-14) tahun di Kabupaten Lamandau sebanyak

    20.935 jiwa dan penduduk tua (65 tahun ke atas) sebanyak 2.930 jiwa. Sementara itu jumlah

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-6

    penduduk usia produktif Kabupaten Lamandau adalah sebanyak 53.476 jiwa. Angka rasio

    ketergantungan Kabupaten Lamandau tahun 2017 adalah sebesar 43,81 persen yang

    bermakna cukup baik dimana setiap 100 penduduk usia produktif, harus menanggung

    kehidupan dari 43 sampai 44 penduduk yang tidak produktif. Jika dilihat secara terpisah antara

    umur muda dan umur tua, ternyata di Kabupaten Lamandau, penduduk usia produktif lebih

    banyak menanggung beban dari penduduk usia muda dibandingkan usia tua. Angka

    ketergantungan usia muda sebesar 39,94 persen sementara angka ketergantungan usia tua

    hanya sebesar 5,17 persen.

    Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lamandau Tahun 2017

    Lapangan Usaha Jenis Kelamin

    Jumlah Laki-Laki Perempuan

    (1) (2) (3) (4)

    Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan 16.680 7.301 23.981

    Pertambangan & penggalian 284 - 284

    Industri pengolahan 677 510 1.187

    Listrik, gas, & air 83 49 132

    Konstruksi 1.327 - 1.327

    Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel 2.169 3.788 5.957

    Angkutan, Pergudangan, & Komunikasi 519 169 688

    Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan

    477 56 533

    Jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan 4.417 2.993 7.410

    Jumlah 26.633 14.866 41.499

    Berdasarkan data pada tabel 2.6, Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja

    selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin tahun 2017,

    jumlah penduduk yang bekerja, selama tahun 2017 sebagian besar penduduk Kabupaten

    Lamandau bekerja pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan

    yaitu sejumlah 23.981 dari total penduduk yang bekerja. Sedangkan penduduk yang bekerja di

    sektor Perdagangan besar, eceran, Rumah Makan, dan hotel sejumlah 5.957, dan untuk Jasa

    kemasyarakatan, sosial, dan perorangan sejumlah 7.410.

    Peningkatan PDRB perkapita ADHB Kabupaten Lamandau juga masih sejalan dengan

    peningkatan PDRB perkapita Provinsi Kalimantan Tengah ADHB yang mana pada tahun 2017

    PDRB Per Kapita Kabupaten Lamandau sebesar Rp. 57,62 Juta meningkat dari tahun 2016

    sebesar Rp. 53,33 juta seperti terlihat dalam grafik di bawah ini :

    Grafik 2.1. PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Lamandau dan

    Provinsi Kalimantan Tengah (Juta Rupiah), 2012 – 2017

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-7

    Sumber : BPS, 2018

    Inflasi

    Tingkat Inflasi di Kalimantan Tengah pada kedua kota sampel IHK yaitu Kota Palangka Raya

    dan Kota Sampit menunjukan kenaikan. Pada tahun 2018 dengan tingkat inflasi year on year

    3,68% (Kota Palangka Raya), 6,02% (Kota Sampit), dan 4,52% (Kalimantan Tengah), naik

    dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu 3,11% (Kota Palangka Raya), 3,29% (Kota Sampit),

    dan 3,18% (Kalimantan Tengah). Capaian ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi

    nasional sebesar 3,13%. Berdasarkan data BPS, tingginya laju inflasi tahun kalender dan inflasi

    tahun ke tahun dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga kelompok transportasi, komunikasi, dan

    jasa keuangan (11,95 persen), bahan makanan (5,89 persen), dan sandang (5,64 persen).

    Kondisi Ketenagakerjaan

    Salah satu faktor terpenting dalam pembangunan adalah ketenagakerjaan. Komposisi dan

    jumlah tenaga kerja akan mengalami perubahan seiring dengan perubahan penduduk. Pada

    urusan Ketenagakerjaan indikator yang dijelaskan adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

    dan Tingkat Pengangguran Terbuka.

    Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

    Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan antara penduduk

    tergolong angkatan kerja dengan penduduk usia kerja.

    40,3143,52

    46,7849,47

    53,33

    57,62

    31,5234,37 36,84

    40,14

    43,97

    48,43

    2012 2013 2014 2015 2016 2017

    PDRB Perkapita ADHB KabupatenLamandau

    PDRB Perkapita ADHB ProvinsiKalimantan Tengah

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-8

    Tabel.2.7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kabupaten Lamandau Tahun 2014-2018

    Uraian Tahun 2014

    Tahun 2015

    Tahun 2017

    Tahun 2018

    TPAK (%) 65,55 71,76 73,00 67,93

    Sumber: BPS, 2018

    Tingkat partisipasi angkatan kerja tahun 2018 sebesar 67,93%, meningkat dibandingkan tahun-

    tahun sebelumnya. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa di tahun 2018, dengan semakin

    besar bagian dari penduduk usia kerja maka semakin meningkat pula nilai angkatan kerja yang

    menunjukkan bahwa makin banyak penduduk di Kabupaten Lamandau yang berpartisipasi

    dalam aktivitas ekonomi. Peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja diiringi dengan

    ketersediaan lapangan kerja yang memadai akan berdampak baik bagi kesejahteraan

    masyarakat.

    Pemerintah diharapkan dapat membaca kondisi positif ini dengan memberikan stimulasi

    maupun dukungan terhadap peningkatan TPAK, salah satu contohnya dalam memberikan

    kemudahan para pengusaha kecil/menengah dalam melakukan pengurusan perijinan usaha,

    pemenuhan pelayanan infrastruktur dasar, atau memberikan kredit berbasis kerakyatan dan lain

    sebagainya. Dengan dukungan-dukungan tersebut diharapkan juga dapat menekan angka

    pengangguran, dan tentu saja meningkatkan kinerja perekonomian di Kabupaten Lamandau.

    Tingkat Pengangguran Terbuka

    Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang

    sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Pengangguran terbuka adalah

    penduduk yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik atau

    penduduk yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan. Tingkat Pengangguran

    Terbuka (TPT) merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan

    kerja dapat digunakan untuk melihat perkembangan angka pengangguran.

    Tabel 2.8. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Di Kabupaten Lamandau

    Tahun 2014 – 2018

    Uraian 2014 2015 2017 2018

    Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,61 5,00 1,35

    2,42

    Sumber: BPS, 2018

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-9

    Berdasarkan data diketahui bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Lamandau

    selama kurun waktu 2014-2018 selalu mengalami kecenderungan penurunan terkecuali di tahun

    2015 ada sedikit lonjakan yang disebabkan adanya pergeseran dari bukan angkatan kerja

    menjadi angkatan kerja yang didominasi oleh lulusan SMA/SMK. Pada tahun 2018 Angka TPT

    tercatat sebesar 2,42%, yang artinya bahwa selama kurun waktu 4 (empat) tahun terjadi trend

    penurunan. Pengangguran terbuka dapat dikurangi dengan beberapa cara diantaranya,

    peningkatan kualitas tenaga kerja (Vokasi), peningkatan ketrampilan bagi ibu rumah tangga

    dalam meningkatkan pendapatan keluarga, sertifikasi dan magang di industri, kemitraan dengan

    industri. Hal ini merupakan salah satu upaya kebijakan dalam menurunkan ketimpangan yang

    terjadi

    Untuk melihat perkembangan tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Lamandau selama

    periode tahun 2011-2018 dapat dilihat dari grafik di bawah ini :

    Grafik 2.2. TPT Kabupaten Lamandau Tahun 2011-2018

    Sumber: BPS, 2018

    2.2 Kondisi Kemiskinan Multidimensi

    Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang sangat kompleks, bukan hanya

    masalah pendapatan, tetapi juga menyangkut kerentanan dan kerawanan fenomena sosial yang

    menuntut perhatian serius dari semua pihak,baik pemerintah maupun masyarakat. Cara pandang

    yang berbeda akan menentukan pemahaman tentang kondisi, sifat dan konteks kemiskinan,

    bagaimana sebab-sebab kemiskinan dapat diidentifikasi dan bagaimana masalah kemiskinan

    dapat di atasi. Agar upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan secara tepat, hal

    2,53

    0,92

    1,64

    2,61

    5

    1,35

    2,42

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    2011 2012 2013 2014 2015 2017 2018

    TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (%)

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-10

    pertama yang harus dilakukan adalah memahami pengertian kemiskinan secara komperhensif.

    Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar

    seperti makanan, pakaian, perumahan , pendidikan, kesehatan yang disebabkan oleh

    kelangkaan pemenuhan kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses pada pendidikan dan

    pekerjaan.

    Untuk dapat mengurai permasalahan dan melakukan intervensi program/kegiatan

    penanggulangan dan pengentasan kemiskinan secara utuh, diperlukan pemahaman tentang

    konsep, definisi dan garis kemiskinan; fenomena kemiskinan abdolut dan relatif; data-data yang

    dibutuhkan; dan faktor penyebab lambatnya pengentasan kemiskinan.

    Data terkait kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu data makro dan

    data mikro, dan diterbitkan resmi oleh BPS secara berkala.

    a. Data Makro

    ▪ Data makro kemiskinan merupakan data yang diperoleh melalui mekanisme survey

    (sampel), bersifat kualitatif, memberikan gambaran umum dan profil suatu daerah,

    sebagai pengambilan kebijakan makro, dan tidak dapat menampilakan secara by name

    by address.

    ▪ Contoh data makro adalah Data Kemiskinan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota

    yang diterbitkan 2 kali setahun dalam Berita Resmi Statistik BPS.

    b. Data Mikro

    ▪ Data mikro kemiskinan merupakan data yang diperoleh melalui mekanisme sensus

    (bersifat menyeluruh), bersifat kuantitatif, dapat memberikan informasi detail, dan dapat

    dipergunakan sebagai intervensi program/kegiatan secara by name by address;

    ▪ Contoh data mikro adalah data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011

    dan yang terbaru adalah data pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015, data

    mikro dilakukan pendataan secara periodik 3 tahun sekali oleh BPS.

    Kondisi kemiskinan daerah digambarkan secara umum, dengan menggunakan indikator

    kemiskinan konsumsi, yaitu 1) Persentase Penduduk Miskin (P0); 2) Jumlah Penduduk Miskin;

    3) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1); 4) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Sedangkan

    indikator kemiskinan non konsumsi, meliputi beberapa bidang seperti bidang ketenagakerjaan,

    kesehatan, pendidikan, ketahanan pangan dan infrastruktur dasar. Dengan demikian analisis

    terhadap determinan kemiskinan dapat dilakukan terhadap 5 kelompok bidang intervensi.

    Kelompok bidang tersebut terdiri dari beberapa indikator yang menggambarkan capaian

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-11

    (outcome) penanggulangan kemiskinan atau disebut juga sebagai indikator utama. Umumnya

    indikator ini mewakili tujuan yang hendak dicapai oleh suatu program penanggulangan

    kemiskinan, secara rinci seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 2.9. Perincian Bidang dan Indikator Utama Kondisi Kemiskinan

    No Bidang Indikator Utama

    A.

    Kemiskinan Konsumsi

    1. Persentase Penduduk Miskin (P0)

    B. Kemiskinan Non Konsumsi

    1. Ketenagakerjaan

    1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

    2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

    2. Kesehatan

    1. Angka Kematian Bayi (AKB)

    2. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)

    3. Angka Usia Harapan Hidup

    3. Pendidikan

    1. Angka Partisipasi Murni (APM)

    a. APM SD/MI sederajat

    b. APM SMP/MTs sederajat

    c. APM SMA/MA sederajat

    2. Angka Partisipasi Kasar (APK)

    a. APK SD/MI sederajat

    b. APK SMP/MTs sederajat

    c. APK SMA/MA sederajat

    3. Rata-Rata Lama Sekolah

    4. Harapan Lama Sekolah

    4. Infrastruktur Dasar

    1. Rumah tangga pengguna air bersih

    2. Rumah tangga bersanitasi

    3. Rumah tangga pengguna listrik

    5. Ketahanan Pangan

    1. Ketersediaan Pangan Utama

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-12

    2.2.1. Dimensi Kemiskinan dan Ketenagakerjaan

    2.2.1.1. Dimensi Kemiskinan

    Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori, yaitu : Kemiskinan Absolut dan

    Kemiskinan Relatif. Kedua konsep kemiskinan ini mengacu pada kepemilikan materi dikaitkan

    dengan standar kelayakan hidup seseorang/keluarga. Kedua istilah itu menunjuk pada

    perbedaan sosial (social distinction) yang ada dalam masyarakat berangkat dari distribusi

    pendapatan. Perbedaannya adalah bahwa pada kemiskinan absolut ukurannya sudah terlebih

    dahulu ditentukan dengan angka-angka nyata dan atau indikator atau kriteria yang digunakan,

    sementara pada kemiskinan relatif, kategorisasi kemiskinan ditentukan berdasarkan

    perbandingan relatif tingkat kesejahteraan antar penduduk.

    Garis Kemiskinan merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang

    dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100

    kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. Garis Kemiskinan yang

    digunakan oleh BPS terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang

    terdiri atas 52 jenis komoditi dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) yang terdiri dari 51

    jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan, di mana GK merupakan

    penjumlahan dari GKM dan GKNM. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran konsumsi

    per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

    Pada grafik 2.3. menunjukan bahwa perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten

    Lamandau pada tahun 2013 dari Rp.312.204,- kapita /bulan terus mengalami kenaikan

    menjadi Rp.409.912,-kapita/bulan pada tahun 2017, dimana sekitar 76% untuk perkotaan dan

    31

    2.2

    04

    32

    8.2

    93

    35

    0.2

    94

    38

    0.8

    88

    40

    9.9

    12

    L A M A N D A U

    G R A F I K 2 . 3 .P E R K E M B A N G A N G A R I S K E M I S K I N A N

    K A B U P A T E N L A M A N D A P A D A P E R I O D E 2 0 1 3 - 2 0 1 7

    2013 2014 2015 2016 2017

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-13

    81,6% untuk perdesaan dari total pengeluaran per kapita tersebut digunakan untuk konsumsi

    makanan. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan adalah

    beras, rokok kretek filter.

    Beberapa komoditi makanan yang dapat berpengaruh terhadap kenaikan garis

    kemiskinan dan dapat meningkatkan dan dapat meningkatkan jumlah kemiskinan, adalah :

    Tabel 2.10. Daftar Komoditi Makanan yang Memberi Pengaruh Besar terhadap Garis Kemiskinan di Kalimantan Tengah Tahun 2017

    Sumber: BPS Kabupaten Lamandau, Maret 2017

    Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar untuk Garis

    Kemiskinan baik untuk Perkotaan dan Perdesaan di Kalimantan Tengah adalah biaya

    perumahan yaitu masing-masing sebesar 8,19% dan 8,09%. Untuk lebih lengkapnya

    ditunjukan pada tabel 2.11. dibawah ini :

    Tabel 2.11. Daftar Komoditi Bukan Makanan yang Memberi Pengaruh Besar terhadap Garis Kemiskinan di Kalimantan Tengah Tahun 2017

    No Komoditi Kota (%) Komoditi Desa (%)

    1. Beras 21,00

    Beras 28,05

    2. Rokok Kretek Filter 13,30 Rokok Kretek Filter 12,42

    3. Daging Ayam Ras 5,27 Gula Pasir 4,33

    4. Telur Ayam Ras 4,40 Daging Ayam Ras 4,18

    5. Gula Pasir 3,40 Telur Ayam Ras 3,58

    6. Mie Instan 3,40 Mie Instan 3,45

    7. Kue Basah 2,84 Kue Basah 2,71

    8. Cabe Rawit 2,08 Bawang Merah 2,38

    9. Bawang Merah 2,08

    Kopi Bubuk & Kopi Instan

    (sachet) 1,86

    10. Kopi Bubuk & Kopi

    Instan (sachet) 1,71

    Cabe Rawit 1,83

    No Komoditi Kota (%) Komoditi Desa (%)

    1. Perumahan 8,19 Perumahan 8,09

    2. Bensin 3,49 Bensin 1,7

    3. Listrik 2,69 Listrik 1,17

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-14

    Sumber : BPS Kabupaten Lamandau, Maret 2017

    Garis Kemiskinan Provinsi Kalimantan Tengah menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat

    dari tabel 2.12. di bawah ini :

    Tabel 2.12. Garis Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013-2017

    No. Kabupaten/Kota Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)

    2013 2014 2015 2016 2017

    1. Kotawaringin Barat 273.467 279.080 293.436 319.064 338.230

    2. Kotawaringin Timur 300.929 312.363 325.234 353.640 381.776

    3. Kapuas 235.187 246.679 252.866 266.943 283.222

    4. Barito Selatan 311.166 322.062 333.917 355.341 377.932

    5. Barito Utara 355.065 385.348 408.241 420.100 446.807

    6. Sukamara 344.545 362.337 384.739 418.026 427.101

    7. Lamandau 312.204 328.293 350.294 380.888 409.912

    8. Seruyan 321.392 338.969 357.090 387.592 415.798

    9. Katingan 325.773 341.896 356.695 387.848 412.113

    10. Pulang Pisau 294.250 308.323 314.673 335.165 347.878

    11. Gunung Mas 317.979 341.141 356.866 365.198 388.415

    12. Barito Timur 373.579 401.513 415.710 442.068 467.091

    13. Murung Raya 328.986 364.994 378.062 402.682 421.903

    14. Palangka Raya 281.323 299.328 307.796 324.082 345.417

    Kalteng 307.698 330.869 362.729 380.524 401.537

    INDONESIA 275.779 326.853 356.378 372.114 415.614

    Sumber : Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018.

    Pada tabel 2.12. di atas ditunjukkan kabupaten/kota dengan garis kemiskinan paling

    rendah adalah Kabupaten Kapuas sebesar Rp.283.222,-per kapita per bulan, sedangkan

    4. Pendidikan 1,85 Perlengkapan Mandi 1,23

    5. Perlengkapan

    Mandi 0,89

    Pendidikan 0,8

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-15

    garis kemiskinan paling tinggi adalah Kabupaten Barito Timur sebesar Rp. 467.091,- per

    kapita per bulan.

    Garis Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 secara

    posisi relatif dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

    a. Garis Kemiskinan Rendah, adalah garis kemiskinan kabupaten/kota berada di bawah

    garis kemiskinan provinsi sebesar Rp.401.537,- perkapita per bulan, terdapat di 7

    Kabupaten, yaitu Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Selatan,

    Pulang Pisau, Gunung Mas, dan Kota Palangka Raya.

    b. Garis Kemiskinan Sedang, adalah garis kemiskinan Kabupaten/Kota yang berada di

    antara garis kemiskinan provinsi sebesar Rp.401.537,- perkapita per bulan dan garis

    kemiskinan nasional sebesar Rp.415.614,- per kapita per bulan, terdapat di 2 Kabupaten,

    yaitu Kabupaten Lamandau dan Kabupaten Katingan.

    c. Garis Kemiskinan Tinggi, adalah Kabupaten/Kota yang berada di atas garis kemiskinan

    nasional sebesar Rp.401.537,- per kapita per bulan, terdapat di 5 Kabupaten , yaitu Barito

    Utara, Sukamara, Seruyan, Barito Timur dan Murung Raya.

    Adapun persentase tingkat kemiskinan di Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan

    Tengah, dan Nasional selama periode tahun 2004-2017 memiliki trend penurunan seperti

    pada tabel berikut dibawah ini :

    Grafik 2.4. Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalteng dan Nasional periode 2010-2017.

    13,33 12,36 11,66 11,47 10,96 11,13 10,70 10,12

    7,526,64

    6,19 6,23 6,07 5,91 5,36 5,26

    5,81

    5,184,66 4,87 4,66 3,95

    3,803,52

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

    Relevansi Tingkat Kemiskinan (%) Kab. Lamandau Terhadap Provinsi dan Nasional,

    Tahun 2010 - 2017

    Nasional Provinsi Kalimantan Tengah Kab. Lamandau

    Sumber :BPS (Susenas)

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-16

    Dari grafik 2.4. di atas, terlihat pola trend tingkat kemiskinan nasional, Provinsi

    Kalimantan Tengah dan Kabupaten Lamandau cenderung menurun pada periode 2010-2017

    dimana posisi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Lamandau relatif lebih rendah yaitu 3,52%

    dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Tengah (5,26%) maupun nasional (10,12%) pada

    tahun 2017.

    2.2.1.2. Dimensi Ketenagakerjaan

    Pengangguran merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi negara dimana

    apabila tingkat pengangguran tinggi maka akan berakibat pada lambannya pertumbuhan

    ekonomi suatu daerah dan munculnya masalah sosial dan kemasyarakatan seperti

    kemiskinan dan kriminalitas.

    Kabupaten Lamandau memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang relatif

    rendah dibandingkan dengan angka regional dan nasional. Tingkat pengangguran terbuka

    Kabupaten Lamandau dapat dikatakan cukup rendah 2,42 % tahun 2018, di bawah TPT

    Provinsi Kalteng tahun 2018 sebesar 4,01%.Bila dilihat dari tingkat pengangguran kategori

    pendidikannya adalah angkatan kerja lulusan SMA(6,51%) dan SMK (10,99%). Sementara

    jika dilihat dari posisi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Lamandau tahun

    2018 adalah 66,22% .

    2.2.2. Dimensi Pendidikan

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional mengamanatkan setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan pendidikan

    berkualitas untuk mencerdaskan bangsa. Pendidikan merupakan salah satu urusan wajib

    pemerintah untuk memenuhi hak dasar setiap warga negara. Saat ini Kementerian

    Pendidikan Nasional menetapkan kebijakan untuk fokus pada penutasan wajib belajar 12

    tahun dengan pemikiran bahwa kewajiban dasar pemerintah dan juga hasil kajian bahwa

    pencapaian wajib belajar 12 tahun berdampak pada peningkatan kesempatan pendidikan

    bagi warga negara sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

    Pemerintah terus memantapkan penjaminan layanan pendidikan melalui berbagai

    kebijakan seperti meningkatkan anggaran pendidikan 20% dari APBN / APBD, peningkatan

    dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) dan lainnya, merupakan langkah awal dari

    peningkatan akses pelayanan pendidikan bagi seluruh warga negara. Penyaluran dana BOS

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-17

    juga diharapkan dapat meringankan beban masyarakat dalam meningkatkan layanan

    pendidikan.

    Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai leading sector pendidikan melalui

    kebijakan Pemerintah Kabupaten Lamandau telah melakukan secara teknis dan

    megkoordinir satuan pendidikan diberbagai jenjang agar berinovasi dalam meningkatkan

    layanan pendidikan berkualitas bagi masyarakat Kabupaten Lamandau. Upaya peningkatan

    akses pelayanan pendidikan dilakukan melalui pencapaian standar pelayanan minimal yang

    telah ditetapkan dengan indikator seperti Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi

    Murni (APM), Angka Putus Sekolah (APS), Perkiraan Lama Sekolah (HLS) dan Rasio Siswa

    dan Guru.

    2.2.2.1. Perkembangan Antar Waktu dan Antar Wilayah

    a. Angka Partisipasi Kasar (APK)

    Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya manusia yang

    berkualitas. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu strategi dalam

    meningkatkan kualitas SDM.Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan harus terus

    diupayakan dengan membuka akses masyarakat kepada pendidikan hingga

    peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk

    mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat

    dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Pemerintah telah

    mewajibkan program wajib belajar 12 tahun , angka partisipasi kasar yang digunakan

    adalah APK Tingkat SMA/Sederajat. Perkembangan antar waktu APK SMA/Sederajat

    di Kabupaten Lamandau menunjukan trend meningkat ke angka ideal 100% yaitu

    78,88% (2017). Angka ini sedikit diatas APK Provinsi Kalteng tahun 2017 sebesar

    80,38%. Sedangkan Rasio murid-guru pada SMA/Sederajat di Kabupaten Lamandau

    adalah 12,40% tidak jauh dari kisaran 11-13% untuk data rasio yang sama di wilayah

    kalteng namun masih belum mendekati rasio ideal guru-murid menurut Permendiknas

    Nomor 23 Tahun 2013. Sedangkan untuk rasio murid-sekolah di tahun yang sama

    sebesar 96 murid yang dididik. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar akan

    mempengaruhi kondisi belajar dimana semakin ideal APK maka rasio murid-guru dan

    murid-sekolah akan juga ideal terhadap kenyamanan belajar.

    Tabel 2.14. Banyaknya Sekolah,Guru, dan Murid di Kabupaten Lamandau Tahun 2017/2018

    No Jenis Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-18

    1. SD 110 9.700 855

    2. MI 4 978 49

    3. SMP 41 4.080 369

    4. MTs 3 296 40

    5. SMA 11 1.847 149

    6. MA 1 34 15

    7. SMK 9 1.319 106

    Jumlah 179 18.254 1.583

    Sumber : Katalog BPS Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018

    b. Angka Partisipasi Murni (APM)

    Angka Partisipasi Murni Kabupaten Lamandau menunjukan adanya selisih yang cukup

    jauh dengan Angka Partisipasi Kasar artinya siswa di Kabupaten Lamandau ada

    banyak proporsi siswa yang terlalu cepat atau terlalu lambat bersekolah. Hal ini dapat

    dilihat di tahun 2017, dimana APM 49,02% sementara APK 78,88% dimana terdapat

    29,86% dari proporsi siswa SMA/Sederajat yang terlalu cepat atau terlambat masuk

    SMA/Sederajat pada tahun 2017. APM tahun 2017 ini masih berada di bawah capaian

    APM Provinsi Kalteng sebesar 53,86%.

    Kecenderungan Angka Partisipasi Murni pada SMA/Sederajat tidak mencapai 100%

    diakibatkan oleh masih adanya anak usia sekolah di Kabupaten Lamandau yang tidak

    melanjutkan lagi pada pendidikan formal setelah tamat SD atau memutuskan untuk

    bekerja. Terjadi peningkatan APM dari 48,33% (2016) menjadi 49,02% (2017) ditingkat

    SMA/Sederajat.

    c. Angka Putus Sekolah (APS)

    Angka putus sekolah (APS) dalam lima tahun terakhir di Kabupaten Lamandau

    mencapai prestasi yang cukup baik dengan angka putus sekolah cenderung turun

    signifikan dan menjadi nol persen pada anak usia sekolah SD dan SMP di tahun 2015.

    Kenaikan APS hanya terjadi pada usia SMA dari 0,65% (2014)menjadi 3,73% (2015).

    d. Harapan Lama Sekolah /Tahun (HLS)

    Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan adalah

    meningkatnya lama pendidikan(dalam tahun). HLS Kabupaten Lamandau tahun 2012

    adalah 11,34 tahun meningkat menjadi 12,45 tahun pada tahun 2017 yang berarti

    dalam lima tahun persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca

    dan menulis meningkat 1,11% melalui berbagai upaya pemerintah seperti penambahan

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-19

    jumlah guru, peningkatan kualitas pengajar, penambahan sarana dan prasarana

    pendidikan di Kabupaten Lamandau.

    2.2.2.2. Analisis Relevansi dan Efektivitas

    a. Angka Partisipasi Kasar (APK)

    Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Lamandau menunjukan kecenderungan

    fluktuatif meningkat di atas rentang APK Nasional dan Kalteng dalam lima tahun terakhir.

    Hal ini berarti bahwa semakin banyak penduduk yang usianya sesuai dengan jenjang

    pendidikannya. Sementara APK Nasional terus meningkat menuju angka ideal 100%,

    demikian juga APK Provinsi Kalteng mengalami fenomena yang sama. Perbandingan

    dapat terlihat dalam grafik sebagai berikut :

    Grafik 2.6. Analisis Relevansi APK SMA/Sederajat Tahun 2010-2017

    Sumber : BPS,2018, diolah

    b. Angka Partisipasi Murni (APM)

    Angka Partisipasi Murni Kabupaten Lamandau Tahun 2010-2017 berfluktuatif menjauh

    dari angka ideal 100% sejak tahun 2014 hingga 2017. Hal ini menunjukan bahwa

    semakin sedikit siswa sekolah yang sesuai usia dengan jenjang pendidikannya.

    Sementara APM Nasional dan Provinsi jauh lebih lebih tinggi dari APM Kabupaten

    Lamandau namun dalam kecenderungan naik. Hal ini menunjukan bahwa trend di

    tingkat nasional tidak relevan dengan trend APM Kabupaten Lamandau. Untuk itu,

    Kabupaten Lamandau perlu melakukan program-program untuk meningkatkan APM

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

    Analisis Relevansi APK SMA/Sederajat Tahun 2010-2017

    Nasional Kalteng Lamandau

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-20

    Kabupaten Lamandau untuk mencapai angka ideal 100%. Sementara APM Provinsi

    Kalteng menunjukan kecenderungan stabil, yang berarti bahwa tidak ada program yang

    berpengaruh signifikan terhadap perkembangan APM di tingkat provinsi. Perbandingan

    APM ini dapat dilihat dalam grafik berikut ini :

    Grafik 2.7. Analisis Relevansi APM SMA/Sederajat Tahun 2010-2017

    Sumber : BPS,2018, diolah.

    2.2.3. Dimensi Kesehatan

    Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, Kesehatan didefinisikan

    secara lebih kompleks sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, tetapi

    kesehatan dipandang sebagai alat atau sarana untuk hidup secara produktif. Dengan

    demikian,upaya kesehatan yang dilakukan, diarahkan pada upaya yang dapat

    mengarahkan masyarakat mencapai kesehatan yang cukup agar dapat hidup produktif.

    Kerangka pembangunan kesehatan yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia

    yang menggunakan konsep MGDs sekarang diganti Sustainable Depelopment Goals

    (SDGs) yang akan melanjutkan konsep pembangunan MDGs yang berakhir pada tahun

    2015.

    1. Angka Kematian bayi (AKB)

    Jumlah kematian bayi di Kabupaten Lamandau tahun 2017 berjumlah 9 kematian dari

    1.305 kelahiran hidup, naik dari AKB tahun 2016 sebesar 8 kematian, setelah

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

    Analisis Relevansi APM SMA/Sederajat Tahun 2010-2017

    Nasional Kalteng Lamandau

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-21

    dikonversikan angka kematian bayi nasional 34 per 1000 kelahiran hidup, AKB

    Kabupaten Lamandau masih dibawah AKB Nasional.

    Berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai penyebab kematian bayi diantaranya

    fasilitas kesehatan, aksesibilitas, pelayanan kesehatan dengan tenaga medis yang

    terampil dan kesediaan masyarakat untuk merubah pola kehidupan tradisional ke

    norma kehidupan yang lebih modern dalam bidang kesehatan. Secara rasional, target

    pencapaian MDGs untuk AKB adalah 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015,

    kondisi ini telah dicapai oleh Kabupaten Lamandau sejak tahun 2009 sebagaimana

    grafik dibawah ini.

    Grafik 2.3. Bayi Lahir Mati Dari Tahun 2009-2017 (%)

    Sumber : Profil Kesehatan Kab.Lamandau, 2017

    2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

    Angka kematian ibu di Kabupaten Lamandau pada tahun 2017 adalah dari 900 orang

    yang diberikan pertolongan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan terdapat

    4 kasus kematian ibu maternal, naik dari angka tahun AKI 2016 sebesar 1 kasus

    kematian. Target MDGs yang ingin di capai Indonesia untuk AKI adalah menurunkan

    AKI menjadi 110 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk tahun 2015 angka target MDGs

    sudah tercapai di Kabupaten Lamandau yaitu sebesar capaian rasio AKI sebesar

    0,01.

    3. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

    9

    17

    19

    21

    25

    10

    19

    8

    9

    0 5 10 15 20 25 30

    2009

    2010

    2011

    2012

    2013

    2014

    2015

    2016

    2017

    Bayi Lahir Mati dari Tahun 2009-2017

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-22

    Berat Badan Lahir Rendah (Kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor

    utama yang berpengaruh terhadap kematian bayi.Di banyak negara berkembang,

    bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang karena ibu berstatus gizi

    buruk, anemi, malaria dan menderita penyakit seksual menular(PMS) sebelum dan

    saat kehamilan. Di Kabupaten Lamandau tahun 2017 diperoleh gambaran dari 1.305

    kelahiran hidup terdapat 3 bayi berat lahir rendah (7,1%) turun dari tahun sebelumnya

    yang terdapat 4 bayi berat lahir rendah.

    4. Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi bidan

    Hasil pengumpulan data indikator SPM di Kabupaten Lamandau pada tahun 2015-

    2016 menunjukkan bahwa persentase cakupan persalinan dengan pertolongan

    tenaga kesehatan mengalami peningkatan 80,9% pada tahun 2015 menjadi 84% di

    tahun 2016 dan terjadi penurunan menjadi sebesar 33,3% pada tahun 2017.

    Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada

    masa disekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga

    kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidananan (profesional). Berikut

    gambaran cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan per puskesmas

    tahun 2017 dimana Puskemas Kawa,Arga Mulya, Sematu, Bulik, Bukit Jaya,Tapin

    Bini dan Merambang memiliki persentase cakupan pertolongan persalinan di

    Kabupaten Lamandau di atas capaian rata-rata kabupaten sebesar 55,1% di tahun

    2017. Puskesmas Kawa memiliki cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

    kesehatan di Kabupaten Lamandau tahun 2017 sebesar 132,3%.

    Grafik 2.9. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Per Puskesmas di Kabupaten Lamandau Per Puskesmas Tahun 2017 (%)

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-23

    Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Lamandau, 2017

    Sedangkan kecenderungan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di

    Kabupaten Lamandau antar waktu melalui cakupan kunjungan ibu hamil K4 dari

    tahun 2009-2015. Pada tahun 2017,cakupan K1 sebesar 86,6% dan cakupan

    pelayanan K4 sebesar 86,7% ibu hamil, terjadi penurunan dibandingkan tahun 2016

    K1 sebesar 93,1 dan peningkatan K4 sebesar 84,9% dan K4 sebesar 86,1% yang

    menunjukan mulai kurangnya kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan

    kehamilannya setelah kunjungan pertama. K4 adalah gambaran besaran ibu hamil

    yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit

    empat kali kunjungan. Secara lengkap, data ini tersaji dalam grafik dibawah ini :

    Grafik 2.10. Cakupan kunjungan Bumil K4 di Kabupaten Lamandau

    (2010-2017)

    Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Lamandau Tahun 2017

    60,5

    81

    60,2

    110,3

    23,1

    27,8

    78,5

    60

    132,3

    9

    20,2

    0 50 100 150

    Bulik

    Argamulya

    Bukit Jaya

    Merambang

    Kinipan

    Melata

    Sematu

    Tapin Bini

    Kawa

    Bayat

    Kudangan

    70

    75

    80

    85

    90

    95

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

    82,4

    82,1

    90,3

    78,9

    81,8

    86,1

    84,986,7

    K 4

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-24

    5. Perbaikan Gizi Masyarakat

    Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya adalah penanganan

    permasalahan gizi yang sering dijumpai dalam masyarakat seperti kekurangan kalori

    protein,kekurangan vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium dan anemia gizi

    besi.

    a. Pemberian Asi Eksklusif

    ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai

    berumur 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman lain, kecuali obat, vitamin

    dan mineral. Target pemberian ASI eksklusif 6 bulan adalah sebesar 80%

    sedangkan pencapaian di Kabupaten Lamandau masih rendah dan bervariasi.

    Jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif tahun 2017 sebesar 64,9% yang

    meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 40,1% di tahun 2016. Pemberian ASI

    eksklusif ini masih diperlukan pemantauan kembali dengan data pendukung

    lainnya berupa survey dan penelitian khusus tentang pengunaan ASI eksklusif.

    Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut :

    Grafik 2.11. Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Kabupaten Lamandau dari Tahun 2011-2017.

    Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Lamandau Tahun 2017

    b. Pemantauan Pertumbuhan Balita

    Di Kabupaten Lamandau jumlah balita yang ada dan dilaporkan sebanyak 6.636

    balita, balita yang ditimbang 4.802 balita (72,4%), terjadi peningkatan

    dibandingkan tahun 2016 dari 3.235 balita, balita yang ditimbang 2.223 orang

    52,8

    59,8

    46,8

    70,7

    19

    40,1

    64,9

    0 10 20 30 40 50 60 70 80

    2011

    2012

    2013

    2014

    2015

    2016

    2017

    Bayi yang diberikan ASI eksklusif (%)

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-25

    (68,7%). Ditemukan juga pada tahun 2017 masih ada balita dengan bawah garis

    merah (BGM) sebanyak 37 balita atau 1,5% yang harus dipantau terus menerus

    status gizinya.

    c. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

    Gizi buruk atau malnutrisi adalah suatu bentuk terparah akibat kurang gizi

    menahun. Balita gizi buruk yang dimaksud disini adalah balita yang memiliki nilai

    berat badan

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-26

    dokumen perencanaan dalam pengembangan/pembangunan sanitasi, air minum,

    dan penyehatan lingkungan di Kabupaten Lamandau tahun 2015-2019.

    Grafik 2.12. Persentase Rumah Tangga Bersanitasi Layak

    Tahun 2012-2017

    Sumber : BPS,2018, diolah

    2.2.4.2. Akses Air Minum Layak

    Pelayanan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Lamandau dilayani oleh PDAM

    Nanga Bulik. Berdasarkan data tahun 2018, persentase penduduk dengan air

    minum layak mencapai sekitar 66,92 %. PDAM Nanga Bulik telah melayani 3.391

    sambungan rumah dengan jumlah distribusi rata-rata per bulan 83.875 m3 air

    bersih yang disalurkan ke sambungan rumah. Selain PDAM, sumber air bersih

    juga diperoleh dari pembuatan sumur gali dan mata air perbukitan. Rumah tangga

    dengan akses ke air minum layak di Kabupaten Lamandau terus meningkat setiap

    tahunnya karena adanya penambahan kapasitas PDAM, pengurangan tingkat

    kebocoran di jaringan distribusi, dan kemudahan dalam pembayaran sistem

    penagihan.

    Grafik 2.13. Persentase Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak

    Layak di Kabupaten Lamandau dan Kalteng Tahun 2012-2017

    0 10 20 30 40 50 60 70 80

    2012

    2013

    2014

    2015

    2016

    2017

    kalteng Lamandau

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-27

    Sumber : BPS,2018, diolah

    Kendala penyediaan air bersih yang dihadapi selama ini adalah penambahan

    kapasitas produksi masih belum ditunjangnya ketersediaan akses listrik yang

    mencukupi.

    2.2.4.3. Akses Listrik

    Pada tahun 2017 proporsi rumah tangga dengan akses listrik yang berasal dari

    PT. PLN di Kabupaten Lamandau telah mencapai 86,60%, masih berada di

    dibawah rata-rata Nasional (97,54%) dan Provinsi Kalteng (92,45%) seperti pada

    grafik di bawah ini.

    Grafik 2.14. Persentase Rumah Tangga Dengan Akses Listrik di Kabupaten Lamandau, Kalteng, dan Nasional Tahun 2012-2017

    0 20 40 60 80

    2012

    2013

    2014

    2015

    2016

    2017

    Kalteng Lamandau

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-28

    Sumber : BPS,2018, diolah

    Jika Jika dibandingkan dengan capaian Nasional dan Provinsi Kalteng tahun

    2012 maka Proporsi Rumah Tangga dengan jaringan listrik di Kabupaten

    Lamandau dalam lima tahun terakhir masih berada di dibawah rata-rata Nasional

    dan di atas Propinsi Kalteng seperti dilihat pada Grafik di atas. Berdasarkan data

    PLN Rayon Nanga Bulik, pada tahun 2018, jangkauan pelayanan listrik yang

    menggunakan PLN adalah 15.393 KK dengan daya terpasang 26,638 MHz.

    Adapun penyedia sumber listrik di Kabupaten Lamandau tahun 2016 dari data

    Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lamandau dapat dilihat dari tabel

    berikut :

    Tabel 2.16. Penyediaan sumber energi listrik di Kab.Lamandau

    No Sumber Energi Kapasitas Cakupan Wilayah

    1. 2.

    a. PLTD Nanga Bulik

    b. PLTD Menthobi Raya

    c. PLTD Mandiri Desa Bayat d. PLTD CSR Desa Bintang Mengalih

    PLTS Terpusat

    a. Daya Mampu 5.150 KW, Beban Puncak 3.630 KW

    b. Daya Mampu 700 KW,Beban Puncak 584 KW

    c. 2x100KW d. 50 KW

    a. Guci 5 KW b. Liku 5 KW c. Sepondam 15 KW d. Kinipan 15 KW e. Merambang 2x15 f. Nangakoring 20KW g. Sungkup 30 KW

    13 desa 5 desa 1 desa 1 desa 7 desa

    94,15

    94,83

    95,78

    96,46

    97,01

    97,54

    0 20 40 60 80 100 120

    2012

    2013

    2014

    2015

    2016

    2017

    Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik di Lamandau,Kalteng,Nasional (%)

    Nasional Kalteng Lamandau

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-29

    3. 4.

    PLTS Tersebar PLTMH

    1x 50W a. Kubung 25 KW b. Cuhai 76 KW c. Sumber Jaya 23KW d. Benuatan 16 KW

    24 desa 4 desa

    Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi, 2016

    2.2.5. Dimensi Ketahanan Pangan

    Ketersediaan pangan sangat penting diketahui secara periodik, karena kebutuhan

    pangan merupakan kebutuhan yang berkelanjutan sepanjang waktu dan dengan

    ketersediaan pangan yang cukup akan menjamin adanya ketahanan pangan yang

    kuat. Ketersediaan pangan merupakan salah satu subsistem utama dalam sistem

    ketahanan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah bahan pangan yang tersedia di

    suatu wilayah.

    Ketersediaan pangan adalah sejumlah bahan pangan (makanan) yang tersedia untuk

    di konsumsi setiap penduduk suatu Negara/daerah dalam suatu kurun waktu tertentu

    baik dalam bentuk natural maupun bentuk gizinya. Ketersediaan pangan dihitung dari

    produksi dalam negeri ditambah cadangan pangan dan import dikurangi ekspor.

    2.2.5.1. Ketersediaan Pangan Utama

    Ketersediaan pangan utama di Kabupaten Lamandau ditunjukkan dalam tabel

    perkembangan pangan utama di Kabupaten Lamandau 2014-2017 berikut di

    bawah ini :

    Tabel 2.17.Ketersediaan Pangan Utama di Kabupaten Lamandau

    Tahun 2014-2017

    No Uraian Satuan Tahun

    2014 2015 2016 2017

    1. Beras ton/thn 16.973,62 16.291,02 17.416,02 8.321

    2. Daging ton/thn 402,375 574,018 217,124 -

    3. Telur Kg/tahun 29,10 95,77 105 -

    4. Ikan ton/thn 2.205,24 2.347,34 2.432,13 2.794,92

    Sumber : Distanakan Kabupaten Lamandau, 2017

  • LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    II-30

    Dalam 3 tahun terakhir Kabupaten Lamandau mengalami surplus swasembada beras, daging,

    dan ikan. Pada tahun 2017 mengalami defisit untuk beras sebesar 1.212,80 ton, dan ikan

    108,18 ton.

  • II-31

    LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    Tabel 2.18.

    Rencana dan Capaian Indikator Kinerja Daerah Dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan Daerah

    Kabupaten Lamandau Tahun 2014-2018

    NO INDIKATOR KINERJA SASARAN SATUAN CAPAIAN KINERJA

    2014 2015 2016 2017 2018

    1 2 3 4 5 6 7 8

    Misi 1 : Membangun ekonomi kerakyatan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi penduduk miskin, angka pengangguran sehingga masyarakat sejahtera.

    1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka persen 2,61 4,99 2,35 2,20 2,05

    1.2 Persentase Penduduk Miskin persen 4,66 4,87 3,95 3,78 3,65

    1.3 Indeks Gini Gini rasio 0,33 0,33 0,33 0,30 0,30

    1.4 Jumlah produksi komoditi unggulan

    - Karet Ton/ha/tahun 1,3 1,23 1,6 1,7 1,8

    - Kelapa Sawit Ton/ha/tahun 18 18 23 24 26

    - Jengkol Ton/ha/tahun 175 172 180 182 185

    - Kopi Ton/ha/tahun 0,18 0,28 0,4 0,5 0,6

    - Gaharu Ton/ha/tahun 0,16 0,17 0,3 0,5 0,6

    1.5 Ketersediaan Pangan Utama

    - Beras Ton/tahun 16.481,3 17.519,43 18.647,82 19.867,9 21.218,45

    - Daging Ton/tahun 723,32 795,55 795,55 834,39 875,18

    - Telur kg/tahun 38.124 39.746 40.057 41.176 41.818

    - Ikan Ton/tahun 1.826 1.922,53 2.013,38 2.095,87 2.174,87

    1.6 Persentase Koperasi Aktif persen 95,49 98,05 9,92 97,78 97,65

    1.7 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil Unit Usaha 95,49 98,05 9,92 97,78 97,65

    1.8 Jumlah Investor berskala Nasional(PMA/PMDN) Jumlah 95,49 98,05 9,92 97,78 97,65

    1.9 Nilai Investasi berskala nasional(PMA/PMDN) Triliun Rp 95,49 98,05 9,92 97,78 97,65

  • II-32

    LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

    NO INDIKATOR KINERJA SASARAN SATUAN CAPAIAN KINERJA

    2014 2015 2016 2017 2018

    1 2 3 4 5 6 7 8

    Misi 2 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar generasi muda memiliki pengetahuan, ketrampilan dan mandiri.

    2.1 Angka Rata-Rata Lama Sekolah tahun 7,67 7,68 7,79 8,10 8,30

    2.2 Harapan Lama Sekolah tahun 11,80 12,43 12,44 12,60 12,65

    2.3 Angka Kelulusan (AL) SD/MI persen 100,00 96,11 98,10 99,20 100,00

    2.4 Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs persen 92,22 98,69 98,50 99,10 100,00

    2.5 Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA (sejak 2017 telah menjadi kewenangan provinsi)

    persen 97,53 97,35 97,84 - -

    2.6 APM SD persen 100 99,91 100 100 100

    2.7 APM SMP 100 79,38 100 100 100

    2.8 APM SMA (sejak 2017 telah menjadi kewenangan provinsi) persen 48,92 41,94 41,32 - -

    2.9 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV persen 78 64,56 70,40 80,50 90,50

    2.10 Rasio Guru terhadap Murid

    - SD Rasio 1:11 1:12 1:14 1:16 1:18

    - SMP Rasio 1:13 1:9 1:20 1:22 1:24

    - SMA Rasio 1:10 1:10 1:19 - -

    2.11 Jumlah organisasi pemuda yang aktif Organisasi 9 10 10 11 12

    Misi 3 Mewujudkan pola hidup masyarakat sehat agar angka harapan hidup meningkat, angka kematian ibu dan bayi menurun.

    3.1 Angka Usia Harapan Hidup jiwa 69,07 69,12 69,20 69,15 69,21

    3.2 Angka Kematian Bayi Kasus 10 21 13 12 11

    3.3 Angka Kematian Ibu kasus 4 5 4 4 3

    Misi 5 Membuka keterisolasian daerah pedesaan dan kecamatan agaar lancarnya angkutan orang, barang, dan jasa.

    5.1 Panjang jaringan jalan dalam kondisi baik Km 495,37 408,13 468,75 488,75 495,37

    5.2 Lingkungan pemukiman kumuh Persen 1,84 0 0 0 0

    Sumber : Ringkasan Eksekutif Perubuhan RPJMD Kabupaten 2013-2018, diolah.