bab ii profil kemiskinan daerahbappeda.lamandaukab.go.id/wp-content/uploads/2019/11/4... · 2019....
TRANSCRIPT
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-1
BAB II
PROFIL KEMISKINAN DAERAH
2.1 Kondisi Umum Daerah
Luas wilayah Kabupaten Lamandau adalah 6.414 Km3, yang terdiri dari 8 kecamatan, 85
desa dan 3 kelurahan. Secara administratif, letak wilayah Kabupaten Lamandau berbatasan
dengan wilayah Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat, Kecamatan Seruyan Hulu
Kabupaten Seruyan, Kecamatan Arut Utara Kabupaten Kotawaringin Barat di sebelah Utara;
wilayah Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kecamatan Balai Riam,
Kabupaten Sukamara di sebelah Timur; wilayah Kecamatan Arut Utara Kabupaten
Kotawaringin Barat di sebelah Selatan dan wilayah Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan
Barat di Sebelah Barat. Batas wilayah administrasi Kabupaten Lamandau dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Lamandau
Secara geografis, Kabupaten Lamandau terletak pada 1˚ 9' sampai dengan 3˚ 36' Lintang
Selatan dan 110˚ 25' sampai dengan 112˚ 5' Bujur Timur. Ibukota Kabupaten Lamandau
terletak di Nanga Bulik, merupakan pintu gerbang wilayah barat dan outlet perekonomian
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-2
Provinsi Kalimantan Tengah yang berbatasan secara langsung dengan Provinsi Kalimantan
Barat.
Gambar 2.2. Orientasi wilayah Kabupaten Lamandau
Sedangkan luasan Kabupaten Lamandau menurut kecamatan dapat dilihat Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tinggi Rata-Rata, Luas Daerah, Persentase Luas Kecamatan, Jarak ke Ibukota Kabupaten, Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan
di Kabupaten Lamandau Tahun 2017
No Nama Kecamatan Tinggi Rata-Rata dpl (m)
Luas Daerah (Km2)
Persentase Luas Kecamatan
Jarak ke Ibukota
Kabupaten (Km)
Jumlah
Desa Kelurahan
1. Bulik 90,08 665,55 10,38 2 13 1
2. Bulik Timur 118,17 1074,72 16,76 80 12 -
3. Sematu Jaya 109,29 86,85 1,35 13 8 -
4. Menthobi Raya 124,00 620,88 9,68 60 11 -
5. Lamandau 95,30 1333,00 20,78 120 10 1
6. Belantikan Raya 110,33 1263,00 19,69 75 12 -
7. Batang Kawa 131,67 685,00 10,68 119 9 -
8. Delang 153,20 685,00 10,68 121 10 1
Sumber: Katalog BPS Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-3
Secara Demografi, Jumlah penduduk Kabupaten Lamandau berdasarkan data Badan Pusat
Statistik, dari tahun 2013 hingga tahun 2017 terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2013
berjumlah 69.700, tahun 2014 berjumlah 71.798 jiwa, tahun 2015 berjumlah 73.975, dan tahun
2016 berjumlah 76.160 jiwa. Penduduk Kabupaten Lamandau pada tahun 2017 berjumlah
78.341 jiwa, terdiri dari perempuan 36.512 jiwa dan laki-laki 41.829 jiwa. Apabila dibandingkan
dengan kepadatan penduduk tahun 2013, peningkatan tingkat kepadatan penduduk dari
10,87 jiwa per km2 selama tahun 2013 menjadi 12,21 jiwa per km2 pada tahun 2017.
Kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2017 di Kecamatan Sematu Jaya yaitu 125,91
penduduk per km2, diikuti Kecamatan Bulik sebanyak 41,45 penduduk dan Kecamatan
Menthobi Raya sebanyak 18,15 penduduk per km2. Sementara kecamatan dengan jumlah
penduduk paling sedikit adalah Batang Kawa (4-5 jiwa/km2) dan Belantikan Raya (3-4
jiwa/km2) sebagaimana terlihat dari tabel di bawah ini :
Tabel.2.2. Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Luas Daerah Berdasarkan Kecamatan Di Kabupaten Lamandau Tahun 2017
No Kecamatan Luas Daerah
(Km2) Jumlah
Penduduk Kepadatan Penduduk
(Per Km2)
1. Bulik 665,55 27.590 41,45
2. Bulik Timur 1.074,72 8.114 7,55
3. Sematu Jaya 86,85 10.935 125,91
4. Menthobi Raya 620,88 11.270 18,15
5. Lamandau 1.333,00 6.310 4,73
6. Belantikan Raya 1.263,00 4.999 3,96
7. Delang 685 6.105 8,91
8. Batang Kawa 685 3.018 4,41
Jumlah Total 6.414 78.341 12,21
Tahun 2016 6.414 76.160 11,87
Tahun 2015 6.414 73.975 11,53
Tahun 2014 6.414 71.798 11.20
Tahun 2013 6.414 69.700 10.87
Sumber: Katalog BPS Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018
Berdasarkan data laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Lamandau dalam tabel 2.3,
pertumbuhan penduduk kabupaten Lamandau sebesar 2,86%.
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Lamandau, 2010, 2016, dan 2017
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-4
Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun (%)
2010 2016 2017 2010-2017 2016-2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Bulik 21 989 26 776 27 590 3,29 3,04
2. Sematu Jaya 8 715 10 613 10 935 3,29 5,03
3. Menthobi Raya
8 982 10 938 11 270 3,29 3,04
4. Bulik Timur 6 467 7 875 8 114 3,29 3,03
5. Lamandau 5 454 6 195 6 310 2,10 1,86
6. Belantikan Raya
4 321 4 909 4 999 2,10 1,83
7. Delang 4 866 5 925 6 105 3,29 3,04
8. Batangkawa 2 405 2 929 3 018 3,30 3,04
Kabupaten Lamandau
63 199 76 160 78 341 3,12 2,86
Sumber : Katalog BPS Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018
Jika dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk perempuan di
Kabupaten Lamandau lebih sedikit dari jumlah penduduk laki-laki. Rasio jenis kelamin (sex
ratio) di Kabupaten Lamandau pada tahun 2017 sebesar 115, dimana terdapat 115 penduduk
laki-laki untuk setiap 100 penduduk perempuan.
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Lamandau, 2017
Kecamatan Jenis Kelamin Rasio Jenis
Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Bulik 14 763 12 827 27 590 115
2. Sematu Jaya 5 881 5 054 10 935 116
3. Menthobi Raya 6 100 5 170 11 270 118
4. Bulik Timur 4 328 3 786 8 114 114
5. Lamandau 3 332 2 978 6 310 112
6. Belantikan Raya 2 641 2 358 4 999 112
7. Delang 3 251 2 854 6 105 114
8. Batangkawa 1 533 1 485 3 018 103
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-5
Kabupaten Lamandau 41 829 36 512 78 341 115
Sumber : Katalog BPS Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018
Berdasarkan tabel 2.5, jika dilihat dari struktur penduduk Kabupaten Lamandau terlihat bahwa
penduduknya didominasi penduduk dengan kelompok umur muda dan produktif. Penduduk
berusia dibawah 15 tahun pada tahun 2017 sebanyak 20.935 jiwa atau sekitar 26,72 persen
dari jumlah penduduk Kabupaten Lamandau. Sedangkan penduduk usia 15 tahun keatas
berjumlah 57.406 jiwa atau sebesar 73,28 persen.
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lamandau, 2017
Kelompok Umur Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
0‒4 3 746 3 580 7 326
5‒9 3 689 3 514 7 203
10‒14 3 265 3 141 6 406
15‒19 3 132 2 796 5 928
20‒24 3 218 2 807 6 025
25‒29 4 011 3 363 7 374
30‒34 3 866 3 357 7 223
35‒39 3 567 3 155 6 722
40‒44 3 595 2 886 6 481
45‒49 2 892 2 365 4 257
50‒54 2 244 1 886 4 130
55‒59 1 789 1 410 3 199
60‒64 1 224 913 2 137
65-69 778 597 1 375
70-75 434 379 813
75+ 379 363 742
Total 41 829 36 512 78 341
Sumber : Katalog BPS Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018
Pada tahun 2017, jumlah penduduk usia muda (0-14) tahun di Kabupaten Lamandau sebanyak
20.935 jiwa dan penduduk tua (65 tahun ke atas) sebanyak 2.930 jiwa. Sementara itu jumlah
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-6
penduduk usia produktif Kabupaten Lamandau adalah sebanyak 53.476 jiwa. Angka rasio
ketergantungan Kabupaten Lamandau tahun 2017 adalah sebesar 43,81 persen yang
bermakna cukup baik dimana setiap 100 penduduk usia produktif, harus menanggung
kehidupan dari 43 sampai 44 penduduk yang tidak produktif. Jika dilihat secara terpisah antara
umur muda dan umur tua, ternyata di Kabupaten Lamandau, penduduk usia produktif lebih
banyak menanggung beban dari penduduk usia muda dibandingkan usia tua. Angka
ketergantungan usia muda sebesar 39,94 persen sementara angka ketergantungan usia tua
hanya sebesar 5,17 persen.
Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lamandau Tahun 2017
Lapangan Usaha Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan 16.680 7.301 23.981
Pertambangan & penggalian 284 - 284
Industri pengolahan 677 510 1.187
Listrik, gas, & air 83 49 132
Konstruksi 1.327 - 1.327
Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel 2.169 3.788 5.957
Angkutan, Pergudangan, & Komunikasi 519 169 688
Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan
477 56 533
Jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan 4.417 2.993 7.410
Jumlah 26.633 14.866 41.499
Berdasarkan data pada tabel 2.6, Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja
selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin tahun 2017,
jumlah penduduk yang bekerja, selama tahun 2017 sebagian besar penduduk Kabupaten
Lamandau bekerja pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan
yaitu sejumlah 23.981 dari total penduduk yang bekerja. Sedangkan penduduk yang bekerja di
sektor Perdagangan besar, eceran, Rumah Makan, dan hotel sejumlah 5.957, dan untuk Jasa
kemasyarakatan, sosial, dan perorangan sejumlah 7.410.
Peningkatan PDRB perkapita ADHB Kabupaten Lamandau juga masih sejalan dengan
peningkatan PDRB perkapita Provinsi Kalimantan Tengah ADHB yang mana pada tahun 2017
PDRB Per Kapita Kabupaten Lamandau sebesar Rp. 57,62 Juta meningkat dari tahun 2016
sebesar Rp. 53,33 juta seperti terlihat dalam grafik di bawah ini :
Grafik 2.1. PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Lamandau dan
Provinsi Kalimantan Tengah (Juta Rupiah), 2012 – 2017
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-7
Sumber : BPS, 2018
Inflasi
Tingkat Inflasi di Kalimantan Tengah pada kedua kota sampel IHK yaitu Kota Palangka Raya
dan Kota Sampit menunjukan kenaikan. Pada tahun 2018 dengan tingkat inflasi year on year
3,68% (Kota Palangka Raya), 6,02% (Kota Sampit), dan 4,52% (Kalimantan Tengah), naik
dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu 3,11% (Kota Palangka Raya), 3,29% (Kota Sampit),
dan 3,18% (Kalimantan Tengah). Capaian ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi
nasional sebesar 3,13%. Berdasarkan data BPS, tingginya laju inflasi tahun kalender dan inflasi
tahun ke tahun dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga kelompok transportasi, komunikasi, dan
jasa keuangan (11,95 persen), bahan makanan (5,89 persen), dan sandang (5,64 persen).
Kondisi Ketenagakerjaan
Salah satu faktor terpenting dalam pembangunan adalah ketenagakerjaan. Komposisi dan
jumlah tenaga kerja akan mengalami perubahan seiring dengan perubahan penduduk. Pada
urusan Ketenagakerjaan indikator yang dijelaskan adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
dan Tingkat Pengangguran Terbuka.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan antara penduduk
tergolong angkatan kerja dengan penduduk usia kerja.
40,3143,52
46,7849,47
53,33
57,62
31,5234,37 36,84
40,14
43,97
48,43
2012 2013 2014 2015 2016 2017
PDRB Perkapita ADHB KabupatenLamandau
PDRB Perkapita ADHB ProvinsiKalimantan Tengah
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-8
Tabel.2.7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kabupaten Lamandau Tahun 2014-2018
Uraian Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2017
Tahun 2018
TPAK (%) 65,55 71,76 73,00 67,93
Sumber: BPS, 2018
Tingkat partisipasi angkatan kerja tahun 2018 sebesar 67,93%, meningkat dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa di tahun 2018, dengan semakin
besar bagian dari penduduk usia kerja maka semakin meningkat pula nilai angkatan kerja yang
menunjukkan bahwa makin banyak penduduk di Kabupaten Lamandau yang berpartisipasi
dalam aktivitas ekonomi. Peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja diiringi dengan
ketersediaan lapangan kerja yang memadai akan berdampak baik bagi kesejahteraan
masyarakat.
Pemerintah diharapkan dapat membaca kondisi positif ini dengan memberikan stimulasi
maupun dukungan terhadap peningkatan TPAK, salah satu contohnya dalam memberikan
kemudahan para pengusaha kecil/menengah dalam melakukan pengurusan perijinan usaha,
pemenuhan pelayanan infrastruktur dasar, atau memberikan kredit berbasis kerakyatan dan lain
sebagainya. Dengan dukungan-dukungan tersebut diharapkan juga dapat menekan angka
pengangguran, dan tentu saja meningkatkan kinerja perekonomian di Kabupaten Lamandau.
Tingkat Pengangguran Terbuka
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang
sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Pengangguran terbuka adalah
penduduk yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik atau
penduduk yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan. Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan
kerja dapat digunakan untuk melihat perkembangan angka pengangguran.
Tabel 2.8. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Di Kabupaten Lamandau
Tahun 2014 – 2018
Uraian 2014 2015 2017 2018
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,61 5,00 1,35
2,42
Sumber: BPS, 2018
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-9
Berdasarkan data diketahui bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Lamandau
selama kurun waktu 2014-2018 selalu mengalami kecenderungan penurunan terkecuali di tahun
2015 ada sedikit lonjakan yang disebabkan adanya pergeseran dari bukan angkatan kerja
menjadi angkatan kerja yang didominasi oleh lulusan SMA/SMK. Pada tahun 2018 Angka TPT
tercatat sebesar 2,42%, yang artinya bahwa selama kurun waktu 4 (empat) tahun terjadi trend
penurunan. Pengangguran terbuka dapat dikurangi dengan beberapa cara diantaranya,
peningkatan kualitas tenaga kerja (Vokasi), peningkatan ketrampilan bagi ibu rumah tangga
dalam meningkatkan pendapatan keluarga, sertifikasi dan magang di industri, kemitraan dengan
industri. Hal ini merupakan salah satu upaya kebijakan dalam menurunkan ketimpangan yang
terjadi
Untuk melihat perkembangan tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Lamandau selama
periode tahun 2011-2018 dapat dilihat dari grafik di bawah ini :
Grafik 2.2. TPT Kabupaten Lamandau Tahun 2011-2018
Sumber: BPS, 2018
2.2 Kondisi Kemiskinan Multidimensi
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang sangat kompleks, bukan hanya
masalah pendapatan, tetapi juga menyangkut kerentanan dan kerawanan fenomena sosial yang
menuntut perhatian serius dari semua pihak,baik pemerintah maupun masyarakat. Cara pandang
yang berbeda akan menentukan pemahaman tentang kondisi, sifat dan konteks kemiskinan,
bagaimana sebab-sebab kemiskinan dapat diidentifikasi dan bagaimana masalah kemiskinan
dapat di atasi. Agar upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan secara tepat, hal
2,53
0,92
1,64
2,61
5
1,35
2,42
0
1
2
3
4
5
6
2011 2012 2013 2014 2015 2017 2018
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (%)
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-10
pertama yang harus dilakukan adalah memahami pengertian kemiskinan secara komperhensif.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, perumahan , pendidikan, kesehatan yang disebabkan oleh
kelangkaan pemenuhan kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses pada pendidikan dan
pekerjaan.
Untuk dapat mengurai permasalahan dan melakukan intervensi program/kegiatan
penanggulangan dan pengentasan kemiskinan secara utuh, diperlukan pemahaman tentang
konsep, definisi dan garis kemiskinan; fenomena kemiskinan abdolut dan relatif; data-data yang
dibutuhkan; dan faktor penyebab lambatnya pengentasan kemiskinan.
Data terkait kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu data makro dan
data mikro, dan diterbitkan resmi oleh BPS secara berkala.
a. Data Makro
▪ Data makro kemiskinan merupakan data yang diperoleh melalui mekanisme survey
(sampel), bersifat kualitatif, memberikan gambaran umum dan profil suatu daerah,
sebagai pengambilan kebijakan makro, dan tidak dapat menampilakan secara by name
by address.
▪ Contoh data makro adalah Data Kemiskinan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota
yang diterbitkan 2 kali setahun dalam Berita Resmi Statistik BPS.
b. Data Mikro
▪ Data mikro kemiskinan merupakan data yang diperoleh melalui mekanisme sensus
(bersifat menyeluruh), bersifat kuantitatif, dapat memberikan informasi detail, dan dapat
dipergunakan sebagai intervensi program/kegiatan secara by name by address;
▪ Contoh data mikro adalah data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011
dan yang terbaru adalah data pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015, data
mikro dilakukan pendataan secara periodik 3 tahun sekali oleh BPS.
Kondisi kemiskinan daerah digambarkan secara umum, dengan menggunakan indikator
kemiskinan konsumsi, yaitu 1) Persentase Penduduk Miskin (P0); 2) Jumlah Penduduk Miskin;
3) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1); 4) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Sedangkan
indikator kemiskinan non konsumsi, meliputi beberapa bidang seperti bidang ketenagakerjaan,
kesehatan, pendidikan, ketahanan pangan dan infrastruktur dasar. Dengan demikian analisis
terhadap determinan kemiskinan dapat dilakukan terhadap 5 kelompok bidang intervensi.
Kelompok bidang tersebut terdiri dari beberapa indikator yang menggambarkan capaian
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-11
(outcome) penanggulangan kemiskinan atau disebut juga sebagai indikator utama. Umumnya
indikator ini mewakili tujuan yang hendak dicapai oleh suatu program penanggulangan
kemiskinan, secara rinci seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.9. Perincian Bidang dan Indikator Utama Kondisi Kemiskinan
No Bidang Indikator Utama
A.
Kemiskinan Konsumsi
1. Persentase Penduduk Miskin (P0)
B. Kemiskinan Non Konsumsi
1. Ketenagakerjaan
1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
2. Kesehatan
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
2. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)
3. Angka Usia Harapan Hidup
3. Pendidikan
1. Angka Partisipasi Murni (APM)
a. APM SD/MI sederajat
b. APM SMP/MTs sederajat
c. APM SMA/MA sederajat
2. Angka Partisipasi Kasar (APK)
a. APK SD/MI sederajat
b. APK SMP/MTs sederajat
c. APK SMA/MA sederajat
3. Rata-Rata Lama Sekolah
4. Harapan Lama Sekolah
4. Infrastruktur Dasar
1. Rumah tangga pengguna air bersih
2. Rumah tangga bersanitasi
3. Rumah tangga pengguna listrik
5. Ketahanan Pangan
1. Ketersediaan Pangan Utama
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-12
2.2.1. Dimensi Kemiskinan dan Ketenagakerjaan
2.2.1.1. Dimensi Kemiskinan
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori, yaitu : Kemiskinan Absolut dan
Kemiskinan Relatif. Kedua konsep kemiskinan ini mengacu pada kepemilikan materi dikaitkan
dengan standar kelayakan hidup seseorang/keluarga. Kedua istilah itu menunjuk pada
perbedaan sosial (social distinction) yang ada dalam masyarakat berangkat dari distribusi
pendapatan. Perbedaannya adalah bahwa pada kemiskinan absolut ukurannya sudah terlebih
dahulu ditentukan dengan angka-angka nyata dan atau indikator atau kriteria yang digunakan,
sementara pada kemiskinan relatif, kategorisasi kemiskinan ditentukan berdasarkan
perbandingan relatif tingkat kesejahteraan antar penduduk.
Garis Kemiskinan merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100
kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. Garis Kemiskinan yang
digunakan oleh BPS terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang
terdiri atas 52 jenis komoditi dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) yang terdiri dari 51
jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan, di mana GK merupakan
penjumlahan dari GKM dan GKNM. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran konsumsi
per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Pada grafik 2.3. menunjukan bahwa perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten
Lamandau pada tahun 2013 dari Rp.312.204,- kapita /bulan terus mengalami kenaikan
menjadi Rp.409.912,-kapita/bulan pada tahun 2017, dimana sekitar 76% untuk perkotaan dan
31
2.2
04
32
8.2
93
35
0.2
94
38
0.8
88
40
9.9
12
L A M A N D A U
G R A F I K 2 . 3 .P E R K E M B A N G A N G A R I S K E M I S K I N A N
K A B U P A T E N L A M A N D A P A D A P E R I O D E 2 0 1 3 - 2 0 1 7
2013 2014 2015 2016 2017
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-13
81,6% untuk perdesaan dari total pengeluaran per kapita tersebut digunakan untuk konsumsi
makanan. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan adalah
beras, rokok kretek filter.
Beberapa komoditi makanan yang dapat berpengaruh terhadap kenaikan garis
kemiskinan dan dapat meningkatkan dan dapat meningkatkan jumlah kemiskinan, adalah :
Tabel 2.10. Daftar Komoditi Makanan yang Memberi Pengaruh Besar terhadap Garis Kemiskinan di Kalimantan Tengah Tahun 2017
Sumber: BPS Kabupaten Lamandau, Maret 2017
Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar untuk Garis
Kemiskinan baik untuk Perkotaan dan Perdesaan di Kalimantan Tengah adalah biaya
perumahan yaitu masing-masing sebesar 8,19% dan 8,09%. Untuk lebih lengkapnya
ditunjukan pada tabel 2.11. dibawah ini :
Tabel 2.11. Daftar Komoditi Bukan Makanan yang Memberi Pengaruh Besar terhadap Garis Kemiskinan di Kalimantan Tengah Tahun 2017
No Komoditi Kota (%) Komoditi Desa (%)
1. Beras 21,00
Beras 28,05
2. Rokok Kretek Filter 13,30 Rokok Kretek Filter 12,42
3. Daging Ayam Ras 5,27 Gula Pasir 4,33
4. Telur Ayam Ras 4,40 Daging Ayam Ras 4,18
5. Gula Pasir 3,40 Telur Ayam Ras 3,58
6. Mie Instan 3,40 Mie Instan 3,45
7. Kue Basah 2,84 Kue Basah 2,71
8. Cabe Rawit 2,08 Bawang Merah 2,38
9. Bawang Merah 2,08
Kopi Bubuk & Kopi Instan
(sachet) 1,86
10. Kopi Bubuk & Kopi
Instan (sachet) 1,71
Cabe Rawit 1,83
No Komoditi Kota (%) Komoditi Desa (%)
1. Perumahan 8,19 Perumahan 8,09
2. Bensin 3,49 Bensin 1,7
3. Listrik 2,69 Listrik 1,17
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-14
Sumber : BPS Kabupaten Lamandau, Maret 2017
Garis Kemiskinan Provinsi Kalimantan Tengah menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat
dari tabel 2.12. di bawah ini :
Tabel 2.12. Garis Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013-2017
No. Kabupaten/Kota Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
2013 2014 2015 2016 2017
1. Kotawaringin Barat 273.467 279.080 293.436 319.064 338.230
2. Kotawaringin Timur 300.929 312.363 325.234 353.640 381.776
3. Kapuas 235.187 246.679 252.866 266.943 283.222
4. Barito Selatan 311.166 322.062 333.917 355.341 377.932
5. Barito Utara 355.065 385.348 408.241 420.100 446.807
6. Sukamara 344.545 362.337 384.739 418.026 427.101
7. Lamandau 312.204 328.293 350.294 380.888 409.912
8. Seruyan 321.392 338.969 357.090 387.592 415.798
9. Katingan 325.773 341.896 356.695 387.848 412.113
10. Pulang Pisau 294.250 308.323 314.673 335.165 347.878
11. Gunung Mas 317.979 341.141 356.866 365.198 388.415
12. Barito Timur 373.579 401.513 415.710 442.068 467.091
13. Murung Raya 328.986 364.994 378.062 402.682 421.903
14. Palangka Raya 281.323 299.328 307.796 324.082 345.417
Kalteng 307.698 330.869 362.729 380.524 401.537
INDONESIA 275.779 326.853 356.378 372.114 415.614
Sumber : Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018.
Pada tabel 2.12. di atas ditunjukkan kabupaten/kota dengan garis kemiskinan paling
rendah adalah Kabupaten Kapuas sebesar Rp.283.222,-per kapita per bulan, sedangkan
4. Pendidikan 1,85 Perlengkapan Mandi 1,23
5. Perlengkapan
Mandi 0,89
Pendidikan 0,8
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-15
garis kemiskinan paling tinggi adalah Kabupaten Barito Timur sebesar Rp. 467.091,- per
kapita per bulan.
Garis Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 secara
posisi relatif dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. Garis Kemiskinan Rendah, adalah garis kemiskinan kabupaten/kota berada di bawah
garis kemiskinan provinsi sebesar Rp.401.537,- perkapita per bulan, terdapat di 7
Kabupaten, yaitu Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Selatan,
Pulang Pisau, Gunung Mas, dan Kota Palangka Raya.
b. Garis Kemiskinan Sedang, adalah garis kemiskinan Kabupaten/Kota yang berada di
antara garis kemiskinan provinsi sebesar Rp.401.537,- perkapita per bulan dan garis
kemiskinan nasional sebesar Rp.415.614,- per kapita per bulan, terdapat di 2 Kabupaten,
yaitu Kabupaten Lamandau dan Kabupaten Katingan.
c. Garis Kemiskinan Tinggi, adalah Kabupaten/Kota yang berada di atas garis kemiskinan
nasional sebesar Rp.401.537,- per kapita per bulan, terdapat di 5 Kabupaten , yaitu Barito
Utara, Sukamara, Seruyan, Barito Timur dan Murung Raya.
Adapun persentase tingkat kemiskinan di Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan
Tengah, dan Nasional selama periode tahun 2004-2017 memiliki trend penurunan seperti
pada tabel berikut dibawah ini :
Grafik 2.4. Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalteng dan Nasional periode 2010-2017.
13,33 12,36 11,66 11,47 10,96 11,13 10,70 10,12
7,526,64
6,19 6,23 6,07 5,91 5,36 5,26
5,81
5,184,66 4,87 4,66 3,95
3,803,52
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Relevansi Tingkat Kemiskinan (%) Kab. Lamandau Terhadap Provinsi dan Nasional,
Tahun 2010 - 2017
Nasional Provinsi Kalimantan Tengah Kab. Lamandau
Sumber :BPS (Susenas)
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-16
Dari grafik 2.4. di atas, terlihat pola trend tingkat kemiskinan nasional, Provinsi
Kalimantan Tengah dan Kabupaten Lamandau cenderung menurun pada periode 2010-2017
dimana posisi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Lamandau relatif lebih rendah yaitu 3,52%
dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Tengah (5,26%) maupun nasional (10,12%) pada
tahun 2017.
2.2.1.2. Dimensi Ketenagakerjaan
Pengangguran merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi negara dimana
apabila tingkat pengangguran tinggi maka akan berakibat pada lambannya pertumbuhan
ekonomi suatu daerah dan munculnya masalah sosial dan kemasyarakatan seperti
kemiskinan dan kriminalitas.
Kabupaten Lamandau memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang relatif
rendah dibandingkan dengan angka regional dan nasional. Tingkat pengangguran terbuka
Kabupaten Lamandau dapat dikatakan cukup rendah 2,42 % tahun 2018, di bawah TPT
Provinsi Kalteng tahun 2018 sebesar 4,01%.Bila dilihat dari tingkat pengangguran kategori
pendidikannya adalah angkatan kerja lulusan SMA(6,51%) dan SMK (10,99%). Sementara
jika dilihat dari posisi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Lamandau tahun
2018 adalah 66,22% .
2.2.2. Dimensi Pendidikan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengamanatkan setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan pendidikan
berkualitas untuk mencerdaskan bangsa. Pendidikan merupakan salah satu urusan wajib
pemerintah untuk memenuhi hak dasar setiap warga negara. Saat ini Kementerian
Pendidikan Nasional menetapkan kebijakan untuk fokus pada penutasan wajib belajar 12
tahun dengan pemikiran bahwa kewajiban dasar pemerintah dan juga hasil kajian bahwa
pencapaian wajib belajar 12 tahun berdampak pada peningkatan kesempatan pendidikan
bagi warga negara sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pemerintah terus memantapkan penjaminan layanan pendidikan melalui berbagai
kebijakan seperti meningkatkan anggaran pendidikan 20% dari APBN / APBD, peningkatan
dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) dan lainnya, merupakan langkah awal dari
peningkatan akses pelayanan pendidikan bagi seluruh warga negara. Penyaluran dana BOS
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-17
juga diharapkan dapat meringankan beban masyarakat dalam meningkatkan layanan
pendidikan.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai leading sector pendidikan melalui
kebijakan Pemerintah Kabupaten Lamandau telah melakukan secara teknis dan
megkoordinir satuan pendidikan diberbagai jenjang agar berinovasi dalam meningkatkan
layanan pendidikan berkualitas bagi masyarakat Kabupaten Lamandau. Upaya peningkatan
akses pelayanan pendidikan dilakukan melalui pencapaian standar pelayanan minimal yang
telah ditetapkan dengan indikator seperti Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi
Murni (APM), Angka Putus Sekolah (APS), Perkiraan Lama Sekolah (HLS) dan Rasio Siswa
dan Guru.
2.2.2.1. Perkembangan Antar Waktu dan Antar Wilayah
a. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya manusia yang
berkualitas. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu strategi dalam
meningkatkan kualitas SDM.Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan harus terus
diupayakan dengan membuka akses masyarakat kepada pendidikan hingga
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk
mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat
dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Pemerintah telah
mewajibkan program wajib belajar 12 tahun , angka partisipasi kasar yang digunakan
adalah APK Tingkat SMA/Sederajat. Perkembangan antar waktu APK SMA/Sederajat
di Kabupaten Lamandau menunjukan trend meningkat ke angka ideal 100% yaitu
78,88% (2017). Angka ini sedikit diatas APK Provinsi Kalteng tahun 2017 sebesar
80,38%. Sedangkan Rasio murid-guru pada SMA/Sederajat di Kabupaten Lamandau
adalah 12,40% tidak jauh dari kisaran 11-13% untuk data rasio yang sama di wilayah
kalteng namun masih belum mendekati rasio ideal guru-murid menurut Permendiknas
Nomor 23 Tahun 2013. Sedangkan untuk rasio murid-sekolah di tahun yang sama
sebesar 96 murid yang dididik. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar akan
mempengaruhi kondisi belajar dimana semakin ideal APK maka rasio murid-guru dan
murid-sekolah akan juga ideal terhadap kenyamanan belajar.
Tabel 2.14. Banyaknya Sekolah,Guru, dan Murid di Kabupaten Lamandau Tahun 2017/2018
No Jenis Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-18
1. SD 110 9.700 855
2. MI 4 978 49
3. SMP 41 4.080 369
4. MTs 3 296 40
5. SMA 11 1.847 149
6. MA 1 34 15
7. SMK 9 1.319 106
Jumlah 179 18.254 1.583
Sumber : Katalog BPS Kabupaten Lamandau Dalam Angka 2018
b. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni Kabupaten Lamandau menunjukan adanya selisih yang cukup
jauh dengan Angka Partisipasi Kasar artinya siswa di Kabupaten Lamandau ada
banyak proporsi siswa yang terlalu cepat atau terlalu lambat bersekolah. Hal ini dapat
dilihat di tahun 2017, dimana APM 49,02% sementara APK 78,88% dimana terdapat
29,86% dari proporsi siswa SMA/Sederajat yang terlalu cepat atau terlambat masuk
SMA/Sederajat pada tahun 2017. APM tahun 2017 ini masih berada di bawah capaian
APM Provinsi Kalteng sebesar 53,86%.
Kecenderungan Angka Partisipasi Murni pada SMA/Sederajat tidak mencapai 100%
diakibatkan oleh masih adanya anak usia sekolah di Kabupaten Lamandau yang tidak
melanjutkan lagi pada pendidikan formal setelah tamat SD atau memutuskan untuk
bekerja. Terjadi peningkatan APM dari 48,33% (2016) menjadi 49,02% (2017) ditingkat
SMA/Sederajat.
c. Angka Putus Sekolah (APS)
Angka putus sekolah (APS) dalam lima tahun terakhir di Kabupaten Lamandau
mencapai prestasi yang cukup baik dengan angka putus sekolah cenderung turun
signifikan dan menjadi nol persen pada anak usia sekolah SD dan SMP di tahun 2015.
Kenaikan APS hanya terjadi pada usia SMA dari 0,65% (2014)menjadi 3,73% (2015).
d. Harapan Lama Sekolah /Tahun (HLS)
Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan adalah
meningkatnya lama pendidikan(dalam tahun). HLS Kabupaten Lamandau tahun 2012
adalah 11,34 tahun meningkat menjadi 12,45 tahun pada tahun 2017 yang berarti
dalam lima tahun persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca
dan menulis meningkat 1,11% melalui berbagai upaya pemerintah seperti penambahan
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-19
jumlah guru, peningkatan kualitas pengajar, penambahan sarana dan prasarana
pendidikan di Kabupaten Lamandau.
2.2.2.2. Analisis Relevansi dan Efektivitas
a. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Lamandau menunjukan kecenderungan
fluktuatif meningkat di atas rentang APK Nasional dan Kalteng dalam lima tahun terakhir.
Hal ini berarti bahwa semakin banyak penduduk yang usianya sesuai dengan jenjang
pendidikannya. Sementara APK Nasional terus meningkat menuju angka ideal 100%,
demikian juga APK Provinsi Kalteng mengalami fenomena yang sama. Perbandingan
dapat terlihat dalam grafik sebagai berikut :
Grafik 2.6. Analisis Relevansi APK SMA/Sederajat Tahun 2010-2017
Sumber : BPS,2018, diolah
b. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni Kabupaten Lamandau Tahun 2010-2017 berfluktuatif menjauh
dari angka ideal 100% sejak tahun 2014 hingga 2017. Hal ini menunjukan bahwa
semakin sedikit siswa sekolah yang sesuai usia dengan jenjang pendidikannya.
Sementara APM Nasional dan Provinsi jauh lebih lebih tinggi dari APM Kabupaten
Lamandau namun dalam kecenderungan naik. Hal ini menunjukan bahwa trend di
tingkat nasional tidak relevan dengan trend APM Kabupaten Lamandau. Untuk itu,
Kabupaten Lamandau perlu melakukan program-program untuk meningkatkan APM
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Analisis Relevansi APK SMA/Sederajat Tahun 2010-2017
Nasional Kalteng Lamandau
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-20
Kabupaten Lamandau untuk mencapai angka ideal 100%. Sementara APM Provinsi
Kalteng menunjukan kecenderungan stabil, yang berarti bahwa tidak ada program yang
berpengaruh signifikan terhadap perkembangan APM di tingkat provinsi. Perbandingan
APM ini dapat dilihat dalam grafik berikut ini :
Grafik 2.7. Analisis Relevansi APM SMA/Sederajat Tahun 2010-2017
Sumber : BPS,2018, diolah.
2.2.3. Dimensi Kesehatan
Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, Kesehatan didefinisikan
secara lebih kompleks sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, tetapi
kesehatan dipandang sebagai alat atau sarana untuk hidup secara produktif. Dengan
demikian,upaya kesehatan yang dilakukan, diarahkan pada upaya yang dapat
mengarahkan masyarakat mencapai kesehatan yang cukup agar dapat hidup produktif.
Kerangka pembangunan kesehatan yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia
yang menggunakan konsep MGDs sekarang diganti Sustainable Depelopment Goals
(SDGs) yang akan melanjutkan konsep pembangunan MDGs yang berakhir pada tahun
2015.
1. Angka Kematian bayi (AKB)
Jumlah kematian bayi di Kabupaten Lamandau tahun 2017 berjumlah 9 kematian dari
1.305 kelahiran hidup, naik dari AKB tahun 2016 sebesar 8 kematian, setelah
0
10
20
30
40
50
60
70
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Analisis Relevansi APM SMA/Sederajat Tahun 2010-2017
Nasional Kalteng Lamandau
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-21
dikonversikan angka kematian bayi nasional 34 per 1000 kelahiran hidup, AKB
Kabupaten Lamandau masih dibawah AKB Nasional.
Berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai penyebab kematian bayi diantaranya
fasilitas kesehatan, aksesibilitas, pelayanan kesehatan dengan tenaga medis yang
terampil dan kesediaan masyarakat untuk merubah pola kehidupan tradisional ke
norma kehidupan yang lebih modern dalam bidang kesehatan. Secara rasional, target
pencapaian MDGs untuk AKB adalah 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015,
kondisi ini telah dicapai oleh Kabupaten Lamandau sejak tahun 2009 sebagaimana
grafik dibawah ini.
Grafik 2.3. Bayi Lahir Mati Dari Tahun 2009-2017 (%)
Sumber : Profil Kesehatan Kab.Lamandau, 2017
2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka kematian ibu di Kabupaten Lamandau pada tahun 2017 adalah dari 900 orang
yang diberikan pertolongan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan terdapat
4 kasus kematian ibu maternal, naik dari angka tahun AKI 2016 sebesar 1 kasus
kematian. Target MDGs yang ingin di capai Indonesia untuk AKI adalah menurunkan
AKI menjadi 110 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk tahun 2015 angka target MDGs
sudah tercapai di Kabupaten Lamandau yaitu sebesar capaian rasio AKI sebesar
0,01.
3. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
9
17
19
21
25
10
19
8
9
0 5 10 15 20 25 30
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Bayi Lahir Mati dari Tahun 2009-2017
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-22
Berat Badan Lahir Rendah (Kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian bayi.Di banyak negara berkembang,
bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang karena ibu berstatus gizi
buruk, anemi, malaria dan menderita penyakit seksual menular(PMS) sebelum dan
saat kehamilan. Di Kabupaten Lamandau tahun 2017 diperoleh gambaran dari 1.305
kelahiran hidup terdapat 3 bayi berat lahir rendah (7,1%) turun dari tahun sebelumnya
yang terdapat 4 bayi berat lahir rendah.
4. Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi bidan
Hasil pengumpulan data indikator SPM di Kabupaten Lamandau pada tahun 2015-
2016 menunjukkan bahwa persentase cakupan persalinan dengan pertolongan
tenaga kesehatan mengalami peningkatan 80,9% pada tahun 2015 menjadi 84% di
tahun 2016 dan terjadi penurunan menjadi sebesar 33,3% pada tahun 2017.
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada
masa disekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidananan (profesional). Berikut
gambaran cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan per puskesmas
tahun 2017 dimana Puskemas Kawa,Arga Mulya, Sematu, Bulik, Bukit Jaya,Tapin
Bini dan Merambang memiliki persentase cakupan pertolongan persalinan di
Kabupaten Lamandau di atas capaian rata-rata kabupaten sebesar 55,1% di tahun
2017. Puskesmas Kawa memiliki cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan di Kabupaten Lamandau tahun 2017 sebesar 132,3%.
Grafik 2.9. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Per Puskesmas di Kabupaten Lamandau Per Puskesmas Tahun 2017 (%)
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-23
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Lamandau, 2017
Sedangkan kecenderungan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di
Kabupaten Lamandau antar waktu melalui cakupan kunjungan ibu hamil K4 dari
tahun 2009-2015. Pada tahun 2017,cakupan K1 sebesar 86,6% dan cakupan
pelayanan K4 sebesar 86,7% ibu hamil, terjadi penurunan dibandingkan tahun 2016
K1 sebesar 93,1 dan peningkatan K4 sebesar 84,9% dan K4 sebesar 86,1% yang
menunjukan mulai kurangnya kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya setelah kunjungan pertama. K4 adalah gambaran besaran ibu hamil
yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit
empat kali kunjungan. Secara lengkap, data ini tersaji dalam grafik dibawah ini :
Grafik 2.10. Cakupan kunjungan Bumil K4 di Kabupaten Lamandau
(2010-2017)
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Lamandau Tahun 2017
60,5
81
60,2
110,3
23,1
27,8
78,5
60
132,3
9
20,2
0 50 100 150
Bulik
Argamulya
Bukit Jaya
Merambang
Kinipan
Melata
Sematu
Tapin Bini
Kawa
Bayat
Kudangan
70
75
80
85
90
95
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
82,4
82,1
90,3
78,9
81,8
86,1
84,986,7
K 4
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-24
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya adalah penanganan
permasalahan gizi yang sering dijumpai dalam masyarakat seperti kekurangan kalori
protein,kekurangan vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium dan anemia gizi
besi.
a. Pemberian Asi Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai
berumur 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman lain, kecuali obat, vitamin
dan mineral. Target pemberian ASI eksklusif 6 bulan adalah sebesar 80%
sedangkan pencapaian di Kabupaten Lamandau masih rendah dan bervariasi.
Jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif tahun 2017 sebesar 64,9% yang
meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 40,1% di tahun 2016. Pemberian ASI
eksklusif ini masih diperlukan pemantauan kembali dengan data pendukung
lainnya berupa survey dan penelitian khusus tentang pengunaan ASI eksklusif.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 2.11. Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Kabupaten Lamandau dari Tahun 2011-2017.
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Lamandau Tahun 2017
b. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Di Kabupaten Lamandau jumlah balita yang ada dan dilaporkan sebanyak 6.636
balita, balita yang ditimbang 4.802 balita (72,4%), terjadi peningkatan
dibandingkan tahun 2016 dari 3.235 balita, balita yang ditimbang 2.223 orang
52,8
59,8
46,8
70,7
19
40,1
64,9
0 10 20 30 40 50 60 70 80
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Bayi yang diberikan ASI eksklusif (%)
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-25
(68,7%). Ditemukan juga pada tahun 2017 masih ada balita dengan bawah garis
merah (BGM) sebanyak 37 balita atau 1,5% yang harus dipantau terus menerus
status gizinya.
c. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Gizi buruk atau malnutrisi adalah suatu bentuk terparah akibat kurang gizi
menahun. Balita gizi buruk yang dimaksud disini adalah balita yang memiliki nilai
berat badan
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-26
dokumen perencanaan dalam pengembangan/pembangunan sanitasi, air minum,
dan penyehatan lingkungan di Kabupaten Lamandau tahun 2015-2019.
Grafik 2.12. Persentase Rumah Tangga Bersanitasi Layak
Tahun 2012-2017
Sumber : BPS,2018, diolah
2.2.4.2. Akses Air Minum Layak
Pelayanan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Lamandau dilayani oleh PDAM
Nanga Bulik. Berdasarkan data tahun 2018, persentase penduduk dengan air
minum layak mencapai sekitar 66,92 %. PDAM Nanga Bulik telah melayani 3.391
sambungan rumah dengan jumlah distribusi rata-rata per bulan 83.875 m3 air
bersih yang disalurkan ke sambungan rumah. Selain PDAM, sumber air bersih
juga diperoleh dari pembuatan sumur gali dan mata air perbukitan. Rumah tangga
dengan akses ke air minum layak di Kabupaten Lamandau terus meningkat setiap
tahunnya karena adanya penambahan kapasitas PDAM, pengurangan tingkat
kebocoran di jaringan distribusi, dan kemudahan dalam pembayaran sistem
penagihan.
Grafik 2.13. Persentase Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak
Layak di Kabupaten Lamandau dan Kalteng Tahun 2012-2017
0 10 20 30 40 50 60 70 80
2012
2013
2014
2015
2016
2017
kalteng Lamandau
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-27
Sumber : BPS,2018, diolah
Kendala penyediaan air bersih yang dihadapi selama ini adalah penambahan
kapasitas produksi masih belum ditunjangnya ketersediaan akses listrik yang
mencukupi.
2.2.4.3. Akses Listrik
Pada tahun 2017 proporsi rumah tangga dengan akses listrik yang berasal dari
PT. PLN di Kabupaten Lamandau telah mencapai 86,60%, masih berada di
dibawah rata-rata Nasional (97,54%) dan Provinsi Kalteng (92,45%) seperti pada
grafik di bawah ini.
Grafik 2.14. Persentase Rumah Tangga Dengan Akses Listrik di Kabupaten Lamandau, Kalteng, dan Nasional Tahun 2012-2017
0 20 40 60 80
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Kalteng Lamandau
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-28
Sumber : BPS,2018, diolah
Jika Jika dibandingkan dengan capaian Nasional dan Provinsi Kalteng tahun
2012 maka Proporsi Rumah Tangga dengan jaringan listrik di Kabupaten
Lamandau dalam lima tahun terakhir masih berada di dibawah rata-rata Nasional
dan di atas Propinsi Kalteng seperti dilihat pada Grafik di atas. Berdasarkan data
PLN Rayon Nanga Bulik, pada tahun 2018, jangkauan pelayanan listrik yang
menggunakan PLN adalah 15.393 KK dengan daya terpasang 26,638 MHz.
Adapun penyedia sumber listrik di Kabupaten Lamandau tahun 2016 dari data
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lamandau dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel 2.16. Penyediaan sumber energi listrik di Kab.Lamandau
No Sumber Energi Kapasitas Cakupan Wilayah
1. 2.
a. PLTD Nanga Bulik
b. PLTD Menthobi Raya
c. PLTD Mandiri Desa Bayat d. PLTD CSR Desa Bintang Mengalih
PLTS Terpusat
a. Daya Mampu 5.150 KW, Beban Puncak 3.630 KW
b. Daya Mampu 700 KW,Beban Puncak 584 KW
c. 2x100KW d. 50 KW
a. Guci 5 KW b. Liku 5 KW c. Sepondam 15 KW d. Kinipan 15 KW e. Merambang 2x15 f. Nangakoring 20KW g. Sungkup 30 KW
13 desa 5 desa 1 desa 1 desa 7 desa
94,15
94,83
95,78
96,46
97,01
97,54
0 20 40 60 80 100 120
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik di Lamandau,Kalteng,Nasional (%)
Nasional Kalteng Lamandau
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-29
3. 4.
PLTS Tersebar PLTMH
1x 50W a. Kubung 25 KW b. Cuhai 76 KW c. Sumber Jaya 23KW d. Benuatan 16 KW
24 desa 4 desa
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi, 2016
2.2.5. Dimensi Ketahanan Pangan
Ketersediaan pangan sangat penting diketahui secara periodik, karena kebutuhan
pangan merupakan kebutuhan yang berkelanjutan sepanjang waktu dan dengan
ketersediaan pangan yang cukup akan menjamin adanya ketahanan pangan yang
kuat. Ketersediaan pangan merupakan salah satu subsistem utama dalam sistem
ketahanan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah bahan pangan yang tersedia di
suatu wilayah.
Ketersediaan pangan adalah sejumlah bahan pangan (makanan) yang tersedia untuk
di konsumsi setiap penduduk suatu Negara/daerah dalam suatu kurun waktu tertentu
baik dalam bentuk natural maupun bentuk gizinya. Ketersediaan pangan dihitung dari
produksi dalam negeri ditambah cadangan pangan dan import dikurangi ekspor.
2.2.5.1. Ketersediaan Pangan Utama
Ketersediaan pangan utama di Kabupaten Lamandau ditunjukkan dalam tabel
perkembangan pangan utama di Kabupaten Lamandau 2014-2017 berikut di
bawah ini :
Tabel 2.17.Ketersediaan Pangan Utama di Kabupaten Lamandau
Tahun 2014-2017
No Uraian Satuan Tahun
2014 2015 2016 2017
1. Beras ton/thn 16.973,62 16.291,02 17.416,02 8.321
2. Daging ton/thn 402,375 574,018 217,124 -
3. Telur Kg/tahun 29,10 95,77 105 -
4. Ikan ton/thn 2.205,24 2.347,34 2.432,13 2.794,92
Sumber : Distanakan Kabupaten Lamandau, 2017
-
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
II-30
Dalam 3 tahun terakhir Kabupaten Lamandau mengalami surplus swasembada beras, daging,
dan ikan. Pada tahun 2017 mengalami defisit untuk beras sebesar 1.212,80 ton, dan ikan
108,18 ton.
-
II-31
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
Tabel 2.18.
Rencana dan Capaian Indikator Kinerja Daerah Dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Kabupaten Lamandau Tahun 2014-2018
NO INDIKATOR KINERJA SASARAN SATUAN CAPAIAN KINERJA
2014 2015 2016 2017 2018
1 2 3 4 5 6 7 8
Misi 1 : Membangun ekonomi kerakyatan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi penduduk miskin, angka pengangguran sehingga masyarakat sejahtera.
1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka persen 2,61 4,99 2,35 2,20 2,05
1.2 Persentase Penduduk Miskin persen 4,66 4,87 3,95 3,78 3,65
1.3 Indeks Gini Gini rasio 0,33 0,33 0,33 0,30 0,30
1.4 Jumlah produksi komoditi unggulan
- Karet Ton/ha/tahun 1,3 1,23 1,6 1,7 1,8
- Kelapa Sawit Ton/ha/tahun 18 18 23 24 26
- Jengkol Ton/ha/tahun 175 172 180 182 185
- Kopi Ton/ha/tahun 0,18 0,28 0,4 0,5 0,6
- Gaharu Ton/ha/tahun 0,16 0,17 0,3 0,5 0,6
1.5 Ketersediaan Pangan Utama
- Beras Ton/tahun 16.481,3 17.519,43 18.647,82 19.867,9 21.218,45
- Daging Ton/tahun 723,32 795,55 795,55 834,39 875,18
- Telur kg/tahun 38.124 39.746 40.057 41.176 41.818
- Ikan Ton/tahun 1.826 1.922,53 2.013,38 2.095,87 2.174,87
1.6 Persentase Koperasi Aktif persen 95,49 98,05 9,92 97,78 97,65
1.7 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil Unit Usaha 95,49 98,05 9,92 97,78 97,65
1.8 Jumlah Investor berskala Nasional(PMA/PMDN) Jumlah 95,49 98,05 9,92 97,78 97,65
1.9 Nilai Investasi berskala nasional(PMA/PMDN) Triliun Rp 95,49 98,05 9,92 97,78 97,65
-
II-32
LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
NO INDIKATOR KINERJA SASARAN SATUAN CAPAIAN KINERJA
2014 2015 2016 2017 2018
1 2 3 4 5 6 7 8
Misi 2 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar generasi muda memiliki pengetahuan, ketrampilan dan mandiri.
2.1 Angka Rata-Rata Lama Sekolah tahun 7,67 7,68 7,79 8,10 8,30
2.2 Harapan Lama Sekolah tahun 11,80 12,43 12,44 12,60 12,65
2.3 Angka Kelulusan (AL) SD/MI persen 100,00 96,11 98,10 99,20 100,00
2.4 Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs persen 92,22 98,69 98,50 99,10 100,00
2.5 Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA (sejak 2017 telah menjadi kewenangan provinsi)
persen 97,53 97,35 97,84 - -
2.6 APM SD persen 100 99,91 100 100 100
2.7 APM SMP 100 79,38 100 100 100
2.8 APM SMA (sejak 2017 telah menjadi kewenangan provinsi) persen 48,92 41,94 41,32 - -
2.9 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV persen 78 64,56 70,40 80,50 90,50
2.10 Rasio Guru terhadap Murid
- SD Rasio 1:11 1:12 1:14 1:16 1:18
- SMP Rasio 1:13 1:9 1:20 1:22 1:24
- SMA Rasio 1:10 1:10 1:19 - -
2.11 Jumlah organisasi pemuda yang aktif Organisasi 9 10 10 11 12
Misi 3 Mewujudkan pola hidup masyarakat sehat agar angka harapan hidup meningkat, angka kematian ibu dan bayi menurun.
3.1 Angka Usia Harapan Hidup jiwa 69,07 69,12 69,20 69,15 69,21
3.2 Angka Kematian Bayi Kasus 10 21 13 12 11
3.3 Angka Kematian Ibu kasus 4 5 4 4 3
Misi 5 Membuka keterisolasian daerah pedesaan dan kecamatan agaar lancarnya angkutan orang, barang, dan jasa.
5.1 Panjang jaringan jalan dalam kondisi baik Km 495,37 408,13 468,75 488,75 495,37
5.2 Lingkungan pemukiman kumuh Persen 1,84 0 0 0 0
Sumber : Ringkasan Eksekutif Perubuhan RPJMD Kabupaten 2013-2018, diolah.