terhadap pt. emi indonesia - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2007-3-00022-ak-bab...

46
57 BAB IV ANALISIS PENERAPAN TAX TREATY TERHADAP PT. EMI INDONESIA IV.1. Jenis dan Model Perjanjian Perpajakan (PT.EMI INDONESIA) Untuk menghindari pemajakan berganda, PT. EMI Indonesia mengacu pada perjanjian internasional yang dilakukan antar dua negara yang dibuat secara tertulis dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku dalam pembuatan perjanjian internasional. Dilihat dari segi penggolongan dan jenis perjanjian internasional, tax treaty yang diacu PT. EMI Indonesia termasuk dalam kategori perjanjian bilateral. Hal ini terbukti bahwa perjanjian tersebut berlaku antara dua pihak, yaitu misalnya Negara United Kingdom dengan negara Indonesia. Pada perjanjian bilateral yang dilakukan antara dua negara tersebut tetap mengacu pada Konvensi Wina. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jenis perjanjian yang diacu PT. EMI merupakan perjanjian bilateral karena menyangkut antara Negara Indonesia dengan United Kingdom. Oleh karena itu, untuk mengadakan suatu perjanjian bilateral, diperlukan adanya suatu model yang dapat dipergunakan sebagai acuan (pedoman), khususnya dalam tahapan perundingan dan dalam hal terjadi perbedaan pendapat dalam pelaksanaan perjanjian. Terdapat tiga model Tax Treaty yang diterapkan oleh masing-masing negara yang terkait antara lain; model UN (united nations), yang lebih menerapkan pemajakan yang berasal dari negara yang memberi penghasilan; model OECD (organization for

Upload: trinhcong

Post on 07-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

57

BAB IV

ANALISIS PENERAPAN TAX TREATY

TERHADAP PT. EMI INDONESIA

IV.1. Jenis dan Model Perjanjian Perpajakan (PT.EMI INDONESIA)

Untuk menghindari pemajakan berganda, PT. EMI Indonesia mengacu pada

perjanjian internasional yang dilakukan antar dua negara yang dibuat secara tertulis

dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku dalam

pembuatan perjanjian internasional.

Dilihat dari segi penggolongan dan jenis perjanjian internasional, tax treaty yang

diacu PT. EMI Indonesia termasuk dalam kategori perjanjian bilateral. Hal ini terbukti

bahwa perjanjian tersebut berlaku antara dua pihak, yaitu misalnya Negara United

Kingdom dengan negara Indonesia. Pada perjanjian bilateral yang dilakukan antara dua

negara tersebut tetap mengacu pada Konvensi Wina.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jenis perjanjian yang diacu PT.

EMI merupakan perjanjian bilateral karena menyangkut antara Negara Indonesia dengan

United Kingdom. Oleh karena itu, untuk mengadakan suatu perjanjian bilateral,

diperlukan adanya suatu model yang dapat dipergunakan sebagai acuan (pedoman),

khususnya dalam tahapan perundingan dan dalam hal terjadi perbedaan pendapat dalam

pelaksanaan perjanjian.

Terdapat tiga model Tax Treaty yang diterapkan oleh masing-masing negara yang

terkait antara lain; model UN (united nations), yang lebih menerapkan pemajakan yang

berasal dari negara yang memberi penghasilan; model OECD (organization for

Page 2: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

58

economic cooperation and development), yang didirikan di Paris, 14 Desember 1960,

meliputi 24 negara; dan model Indonesia yang mengkombinasikan kedua jenis model

UN dan OECD.

Perbandingan Tax Treaty dalam model OECD, dan UN terletak pada:

a. Model UN

Merupakan model yang dikembangkan untuk memperjuangkan kepentingan

negara-negara berkembang, sehingga prinsip sumber penghasilan tergambar

dalam model ini.

b. Model OECD

Merupakan model yang dikembangkan oleh negara-negara Eropa Barat,

prinsip yang digunakan adalah azas pengenaan pajak domisili.

Negara Indonesia dalam kebijakan dibidang persetujuan penghindaran pajak

berganda atau P3B menggunakan campuran antara model UN (united nations) dengan

model OECD (organization for economic cooperation and development), atau yang

dikenal dengan model Indonesia. Hal-hal yang dapat mendorong perkembangan Negara

Indonesia menjadi lebih maju dapat diatur dalam perjanjian ini, misalnya penghasilan

atas guru dan peneliti, dimana dalam kedua model UN dan OECD tidak diatur, namun

dalam model Indonesia diatur dalam pasal tersendiri. Model tersebut yang dijadikan

pijakan dalam perundingan antara negara Indonesia dengan United Kingdom.

Page 3: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

59

IV.1.1 Pelaksanaan Penerapan Ketentuan Perjanjian Perpajakan

Penarikan penghasilan kantor pusat seperti yang telah dijelaskan dalam objek

pajak bentuk usaha tetap, merupakan penerapan suatu konsep force of attraction

rule, yang biasanya dianut dalam sistem perpajakan di kebanyakan negara

berkembang untuk mencegah usaha penghindaran pajak oleh perusahaan luar

negeri (dalam hal ini Inggris).

Contoh konkrit dari konsep force of attraction ini adalah kantor pusat EMI di

Inggris, yang memproduksi rekaman lagu menjual langsung hasil produksinya

berupa compact disc dan cassette kepada konsumen yang ada di Indonesia tanpa

melalui bentuk usaha tetapnya yang ada di Indonesia (PT. EMI Indonesia).

Kegiatan PT. EMI Indonesia, juga menjual produk yang sama dengan produk yang

dijual kantor pusatnya. Dalam kasus ini, keuntungan yang diperoleh kantor pusat

dari hasil penjualan rekaman yang langsung kepada konsumen di Indonesia tanpa

melalui bentuk usaha tetap tersebut, akan dianggap sebagai keuntungan bentuk

usaha tetap. Sedangkan biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan penjualan

hasil rekaman langsung oleh kantor pusat tersebut, dapat dibebankan sebagai biaya

oleh bentuk usaha tetap.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu tujuan diadakannya perjanjian

perpajakan, dilihat dari sisi kepentingan negara-negara yang mengadakan

perjanjian, adalah untuk pencegahan penyelundupan pajak. Oleh karena itu untuk

mencegah penyelundupan pajak (prevention of fiscal evasion) terdapat mekanisme

pelaksanaan perjanjian perpajakan yang akan dijabarkan berikut ini.

Apabila Indonesia menerima informasi dari negara mitra (dalam hal ini

Inggris), biasanya informasi tersebut diterima oleh Kantor Pusat Direktorat

Page 4: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

60

Jenderal Pajak, dalam hal ini biasanya oleh Direktorat Peraturan Perpajakan.

Selanjutnya apabila informasi tersebut menyangkut informasi mengenai wajib

pajak, informasi tersebut akan diproses oleh Kantor Pelayanan Pajak. Proses nya

dengan melakukan pengecekan terhadap SPT wajib pajak.

Sebaliknya apabila Indonesia membutuhkan informasi dengan negara lain,

baik mengenai ketentuan perundang-undangan perpajakan, maupun informasi

mengenai wajib pajak, Indonesia akan memintanya melalui surat menyurat yang

dilakukan melalui Direktorat Jenderal Pajak. Namun demikian, ada kalanya

permintaan informasi tersebut dilakukan melalui Menteri Keuangan.

IV.2 Pembahasan Tax Treaty PT. EMI Indonesia.

Pengenaan pajak berganda secara internasional pada dasarnya merupakan akibat

dari perbedaan prinsip-prinsip perpajakan internasional yang dianut oleh setiap negara.

Perbedaan prinsip tesebut mengakibatkan konflik jurisdiksi antara satu negara dan

negara lainnya. Walaupun setiap negara mempunyai metode penghindaran pajak

berganda secara unilateral, hal ini tidak sepenuhnya menjamin tidak terjadinya

pengenaan pajak berganda.

Pada dasarnya, pengenaan pajak berganda disebabkan oleh tiga jenis konflik

jurisdiksi yang akan dibahas berikut ini:

a. Konflik antara azas domisili dan azas sumber

Masalah yang umum terjadi dalam pengenaan pajak berganda adalah

bertemunya azas domisili dengan azas sumber. Negara domisili, dalam hal ini

adalah United Kingdom, mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yang

diperoleh penduduknya, sedangkan negara sumber yaitu Indonesia

Page 5: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

61

mengenakan pajak atas penghasilan yang dihasilkan dari negara tersebut.

Dalam hal ini terjadi konflik antara world-wide income principle dan konsep

kewenangan atas wilayah.

b. Konflik karena perbedaan definisi ”penduduk”

Seseorang pribadi atau badan pada saat yang bersamaan dapat dianggap

sebagai penduduk dari dua negara. Hal ini dapat terjadi karena definisi

”penduduk” kedua negara tersebut berbeda. Keadaan ini memperburuk

pengenaan pajak berganda sebab pajak ”penduduk” tersebut akan dikenakan

dua kali. Konflik mengenai penduduk ganda ini (dual residence) biasanya

terjadi atas orang pribadi, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada suatu

badan hukum.

Dalam Perjanjian Perpajakan Indonesia-Inggris dipakai istilah Fiscal Domicile

yang mengatur mengenai kependudukan seseorang. Dan orang atau badan yang

tercakup dalam perjanjian perpajakan antar kedua negara tersebut adalah

penduduk Indonesia, penduduk Inggris, dan orang atau badan yang pada saat

yang bersamaan dianggap penduduk baik oleh Indonesia maupun Inggris.

c. Perbedaan definisi tentang ”sumber penghasilan”

Sebab ketiga yang dapat menyebabkan pengenaan pajak berganda adalah

apabila dua negara atau lebih memperlakukan satu jenis penghasilan yang

bersumber dari wilayahnya. Ini berakibat penghasilan yang sama dikenai pajak

di dua negara.

Dalam Bab ini, akan dibahas mengenai beberapa pasal mengenai permasalahan

yang terdapat pada perjanjian penghindaran pajak berganda beserta dengan pembahasan

Page 6: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

62

dan solusinya. Contoh yang dibahas dalam perjanjian penghindaran pajak berganda pada

penulisan skripsi ini adalah antara negara Indonesia dengan United Kingdom, dimana

kedua negara tersebut terlibat kerjasama secara ekonomi, sosial dan budaya yang

berkaitan dengan kepentingan pada PT. EMI.

IV.2.1. Persetujuan Penghidaran Pajak Berganda antara Indonesia dengan

Inggris

AGREEMENT

BETWEEN

THE GOVERMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

AND

THE GOVERNMENT OF THE UNITED KINGDOM OF GREAT BRITAIN

FOR THE AVOIDANCE OF DOUBLE TAXATION AND THE PREVENTION

OF FISCAL EVASION WITH RESPECT TO TAXES ON INCOME AND ON CAPITAL

Article 2

TAX COVERED

(1) Pajak-pajak yang tunduk dalam persetujuan ini adalah:

a) Indonesia:

i. Pajak pendapatan (income tax)

ii. Pajak perseroan (company tax)

iii. Pajak kekayaan (capital tax)

Page 7: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

63

iv. Pajak atas bunga, dividend dan royalty (tax on interest,

dividend and royalty) yang selanjutnya disebut “Pajak

Indonesia”

b) United Kingdom:

i. The income tax

ii. The corporation tax, and

iii. The capital gain tax, yang selanjutnya disebut “United

Kingdom Tax).

(2) Persetujuan ini berlaku pula terhadap setiap pajak yang serupa atau pada

hakekatnya sama yang dikenakan pajak setelah tanggal penandatanganan

persetujuan ini sebagai tambahan terhadap, atau sebagai pengganti dari, pajak-

pajak yang ada dalam perjanjian ini. Pejabat-pejabat yang berwenang dari

kedua negara akan saling memberitahukan satu sama lain mengenai setiap

perubahan penting yang terjadi dalam perundang-undangan pajak masing-

masing.

Penjelasan:

i. Pada ayat (1) menjelaskan bahwa pemungutan pajak dapat dilakukan oleh

pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah atau negara bagian.

ii. Pada ayat (2) menjelaskan menjelaskan pengenaan pajak dikenakan atas

penghasilan dan kekayaan termasuk unsur-unsur yang terkait.

Undang-undang Pajak Penghasilan di Negara Indonesia dalam pasal 4 ayat 1

telah mengenakan atas semua penghasilan dan kekayaan.

Page 8: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

64

Article 4

FISCAL DOMICILE

(1) Untuk kepentingan persetujuan ini istilah “penduduk dari negara yang

mengadakan persetujuan” berarti setiap orang atau badan yang, menurut

perundang-undangan negara tersebut, dapat dikenai pajak di negara itu

berdasarkan domisilinya, tempat kediamannya, tempat kedudukan

manajemennya atau dasar lainnya yang sifatnya serupa.

(2) Jika berdasarkan ketentuan-ketentuan pada ayat (1) seseorang menjadi

penduduk di kedua negara, statusnya ditentukan sebagai berikut:

a) Ia akan dianggap sebagai penduduk negara dimana ia mempunyai

tempat tinggal tetap yang tersedia baginya; apabila ia mempunyai

tempat tinggal tetap yang tersedia di kedua negara, ia akan dianggap

sebagai penduduk negara dimana terdapat hubungan-hubungan

pribadi dan ekonomi yang lebih erat;

b) Jika negara dimana pusat kepentingan-kepentingan pokoknya tidak

dapat ditentukan, atau jika ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap

yang tersedia baginya di salah satu negara, ia akan dianggap sebagai

penduduk negara dimana ia biasanya berada;

c) Jika ia mempunyai tempat yang biasanya ditinggali di kedua negara,

ia akan dianggap sebagai penduduk negara dimana ia menjadi

warga negara;

d) Jika ia menjadi warga negara di kedua negara atau bukan warga

negara dari kedua negara tersebut, pejabat-pejabat yang berwenang

Page 9: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

65

dari kedua negara akan menyelesaikan masalah tersebut

berdasarkan persetujuan bersama.

(3) Apabila berdasarkan ketentuan pada pasal 4 ayat (1), suatu badan mempunyai

tempat kedudukan di kedua negara, ia akan dianggap sebagai penduduk

diamana kedudukan dari manajemen yang sebenarnya berada.

Penjelasan :

i. Seseorang yang memiliki kependudukan di kedua negara, dalam rangka

perpajakan ditentukan dengan: hubungan pribadi dan ekonomi yang paling

kuat ada di negara mana; dimana penduduk itu biasanya berada;

kewarganegaraan; jika ketiga hal tersebut di atas tidak bisa ditangani, maka

ditentukan pejabat yang berwenang dari kedua negara dengan persetujuan

bersama.

ii. Badan hukum yang memiliki penduduk di kedua negara, dalam penentuan

pemajakannya tergantung manajemen perusahaan berada di negara mana.

Permasalahan:

i. Dalam pasal 4 ayat (1), dijelaskan bahwa penghasilan dikenakan berdasarkan

azas domisili, hal ini mengingat adanya negara yang memberikan sumber

penghasilan juga mengenakan pajak dan negara domisili juga mengenakan pajak

oleh karena itu terdapat kata “dapat”, karena kedua negara yang terlibat dalam

perjanjian bisa mengenakan pajak.

Untuk menghindari pemajakan ganda, maka negara sumber memotong pajak dan

diperhitungkan kembali penghasilan dan pajak yang dibayar di negara domisili.

Page 10: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

66

ii. Dalam hal seseorang atau badan dianggap sebagai penduduk Indonesia dan

sebagai penduduk negara mitra dalam hal ini Negara Inggris (dual residence

status), beban pajak bagi orang atau badan tersebut akan sangat memberatkan

karena apabila kedua negara sama-sama menganut azas domisili dalam

pengenaan pajaknya, di kedua negara pajak penghasilannya akan dikenakan atas

penghasilan yang diperoleh atau diterima orang atau badan tersebut di seluruh

dunia (world wide income). Hal demikian tidak sesuai dengan tujuan

diadakannya perjanjian perpajakan yang antara lain untuk menghindarkan

terjadinya pajak ganda.

Untuk menghindari adanya pajak ganda sebagai akibat adanya status

kependudukan yang rangkap untuk suatu badan, seperti yang telah disebutkan

dalam Pasal 4 ayat (3) Tax Treaty di atas, badan yang bersangkutan akan

dianggap sebagai penduduk (resident) di negara di mana efektif manajemennya

berada.

Article 5

PERMANENT ESTABLISHMENT

(1) Untuk tujuan perjanjian ini, istilah Bentuk Usaha Tetap, berarti suatu tempat

usaha tertentu dimana seluruh atau sebagian usaha suatu perusahaan

dijalankan.

(2) Istilah ”Bentuk Usaha Tetap” terutama meliputi:

a. Suatu tempat kedudukan manajemen

b. Suatu cabang

Page 11: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

67

c. Suatu pabrik

d. Suatu tempat kerja

e. Suatu gudang

f. Sebuah pertanian atau perkebunan

g. Suatu pertambangan, suatu sumur minyak atau gas, suatu tempat

penggalian atau tempat lainnya untuk pengambilan sumber

kekayaan alam.

(3) Istilah ”Pendirian Tetap” juga mencakup:

a. Bangunan, konstruksi, perakitan atau instalasi atau kegiatan

pengawasan yang ada hubungannya dengan proyek tersebut,

asalkan bangunan dan konstruksi serta kegiatan pengawasannya

berlangsung lebih 6 bulan;

b. Pemberian jasa, termasuk jasa konsultan yang diberikan oleh suatu

perusahaan melalui karyawannya atau orang lain yang dipekerjakan

oleh perusahaan untuk keperluan tersebut, sepanjang kegiatan itu

berlangsung untuk proyek yang sama, atau yang berkaitan, di

negara tersebut selama lebih dari 6 bulan dalam kurun waktu 12

bulan.

Permasalahan:

i. Dalam Model Indonesia (Indonesia dengan United Kingdom) sudah

memasukkan unsur gudang sebagai BUT, meskipun dalam model UN dan

OECD serta dalam Undang-undang pajak penghasilan tidak mengaturnya.

Model Indonesia lebih mengedepankan azas sumber penghasilan, dan hal

Page 12: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

68

tersebut berguna untuk menghindari pemajakan di negara sumber. Kadang kala

fiskus sulit membedakan antara pabrik, kantor, bengkel atau gudang. Oleh

karena itu sebaiknya dalam pembuatan P3B dimasukkan unsur gudang sebagai

salah satu bentuk BUT.

ii. P3B Indonesia dengan United Kingdom, hanya mengatur tentang jasa

konsultan atau jasa pengawasan sehubungan dengan pendirian bangunan,

konstruksi atau proyek instalasi, dan tidak mengatur tentang jasa-jasa lainnya

yang dilakukan di Indonesia untuk ditetapkan sebagai BUT. Untuk itu

hendaknya pengertian BUT terhadap jasa harus diperluas.

iii. Kegiatan-kegiatan itu berlangsung (untuk dua atau lebih proyek yang sama

atau yang berhubungan) dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan dalam suatu

tahun pajak. Time test untuk BUT, hendaknya lebih diperpendek, dan

batasannya sebaiknya bukan dalam suatu tahun pajak, agar tidak menimbulkan

persepsi lain. Hal ini dapat dilihat pada Undang-undang PPh Pasal 2 ayat (5)

dimana batasan pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh

orang lain,

sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan, lainnya

dianggap BUT, hal ini tidak melihat tahun pajak.

Page 13: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

69

Article 8

BUSINESS PROFITS

(1) Laba perusahaan dari negara pada persetujuan hanya akan dikenakan pajak di

negara itu kecuali jika perusahaan itu menjalankan usaha di negara pihak

lainnya pada persetujuan, melalui suatu bentuk usaha tetap yang berkedudukan

di negara pihak lainnya. Apabila perusahaan tersebut menjalankan usahanya

sebagaimana yang dimaksud diatas, maka laba perusahaan itu dapat dikenaan

pajak di negara lainnya tetapi hanya atas bagian laba yang berasal dari bentuk

usaha tetap tersebut.

(2) Jika suatu perusahaan dari suatu negara pihak pada persetujuan menjalankan

usaha di setiap negara melalui suatu bentuk usaha tetap yang berkedudukan di

negara pihak lainnya, maka yang akan diperhitungkan sebagai laba bentuk

usaha tetap itu oleh masing-masing negara ialah laba yang diperolehnya

seandainya bentuk usaha tetap tersebut merupakan suatu perusahaan lain yang

terpisah dan berdiri sendiri, yang melakukan kegiatan-kegiatan yang sama atau

serupa, dan mengadakan hubungan yang sepenuhnya bebas dengan perusahaan

yang memiliki bentuk usaha tetap itu.

Penjelasan:

i. Laba perusahaan akan dikenakan pajak di negara domisili, kecuali jika ia

menjalankan usaha di negara lainnya berupa BUT, maka pengenaan pajaknya

dikenakan di negara lainnya. Yang dikenakan pajak hanya atas labanya saja yang

diperoleh dari negara sumber penghasilan. Laba tersebut dapat dipeoleh dari:

Page 14: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

70

a. BUT tersebut.

b. Penjualan barang-barang atau barang dagangan di negara lainnya,

yang jenisnya serupa seperti yang dijual melalui BUT tersebut.

c. Kegiatan usaha lainnya yang dilakukan di negara lain yang jenisnya

sama saperti yang dilakukan BUT tersebut.

ii. Biaya BUT yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah biaya yang terkait

dengan kegiatan usaha BUT dan harus dilakukan koreksi fiskal sesuai pasal 9

ayat (1) UU PPh dan biaya BUT juga dikoreksi apabila biaya tersebut dibayarkan

kepada kantor pusatnya atau kantor lain milik kantor pusat seperti; royalty,

imbalan jasa manajemen, imbalan jasa lainnya dan bunga kecuali BUT yang

usahanya perbankan.

Article 9

SHIPPING AND AIR TRANSPORT

(1) Laba yang berasal dari pengoperasian kapal laut atau pesawat udara dalam

jalur lalu lintas internasional oleh perusahaan dari suatu negara, hanya akan

dikenakan pajak di negara pihak pada persetujuan dimana tempat pimpinan

perusahaan yang sebenarnya berkedudukan atau dioperasikan dibawah The

Indonesia-Europe Freight Conference Arrangement.

(2) Ketentuan-ketentuan ayat (1) pasal ini akan berlaku pula terhadap laba yang

diperoleh dari penyertaan dalam suatu gabungan perusahaan, suatu usaha

Page 15: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

71

bersama atau suatu keagenan usaha internasional, tetapi hanya sebesar

keuntungan yang seimbang dengan penyertaan dalam usaha kerjasama itu.

Penjelasan :

laba perusahaan dari kapal atau pesawat udara yang menjalankan operasi dalam

jalur lalu lintas internasional, dikenakan pajak hanya di negara dimana ia

berkedudukan (domisili) atau dimana pimpinan perusahaan yang sebenarnya

berada, dan bila pimpinan kapal tersebut berada di kapal, maka dikenakan pajak di

negara dimana kapal tersebut memiliki pelabuhan atau jika tidak ada pangkalan,

maka di negara dimana perusahaan tersebut berkedudukan (domisili). Negara

Singapore dalam hal ini dapat diuntungkan karena memiliki jalur transit

internasional, sehingga memiliki pangkalan pelabuhan untuk kapal-kapal dalam

jalur internasional.

Permasalahan:

i. Laba yang berasal dari pengoperasian kapal laut atau pesawat udara dalam jalur

lalu lintas internasional oleh perusahaan dari suatu negara, hanya akan

dikenakan pajak di negara itu. Sesuai pasal 15 UU PPh, Indonesia akan

mengenakan pajak atas pembayaran charter kapal atau pesawat yang dibayar

ke Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN). Dengan demikian harus ada pengaturan

khusus tentang jalur lalu lintas internasional, misalnya kapal tersebut akan

digunakan untuk mengangkut barang dari Surabaya ke Jakarta, kemudian dari

Jakarta ke Inggris, apakah jalur dari Surabaya ke Jakarta dapat dianggap bagian

dari lalu lintas internasional.

Page 16: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

72

ii. Ketentuan-ketentuan ayat (1) pasal ini akan berlaku pula terhadap laba yang

diperoleh dari penyertaan dalam suatu gabungan perusahaan, suatu usaha

bersama atau suatu keagenan usaha internasional, tetapi hanya sebesar

keuntungan yang seimbang dengan penyertaan dalam usaha kerjasama itu.

Laba dari penyertaan usaha bersama atau keagenan internasional tidak akan

dikenakan pajak di negara domisili, hal ini perlu diatur lebih lanjut tentang

bentuk usaha bersama dan agen tersebut, apakah berdiri bebas atau hanya

sebagai agen tunggal, apakah dapat mengadakan kontrak atau tidak. Jika

terbukti sebagai agen tunggal maka dapat dianggap sebagai BUT di Indonesia.

Article 11

DIVIDENS

(1) Dividen yang dibayarkan oleh suatu perseroan yang berkedudukan di United

Kingdom kepada penduduk Negara Indonesia pada persetujuan dapat

dikenakan pajak di Indonesia.

(2) Namun demikian dividen itu dapat juga dikenakan pajak di United Kingdom

sesuai dengan perundang-undangan negara tersebut, akan tetapi pajak yang

dikenakan tidak akan melebihi 15% (ditentukan berdasarkan kesepakatan

antara kedua negara yang bersangkutan).

(3) Istilah ”dividen” sebagaimana digunakan dalam pasal ini berarti penghasilan

dari saham-saham, atau hak-hak lainnya yang bukan merupakan surat-surat

hutang, namun turut serta dalam pembagian laba, demikian halnya penghasilan

dari hak-hak perseroan lainnya yang dalam hal pengenaan pajaknya

Page 17: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

73

diperlakukan sama sebagai penghasilan dari saham-saham menurut undang-

undang perpajakan negara dimana perseroan yang melakukan pembayaran

berkedudukan.

Penjelasan:

i. Istilah dividen adalah pembagian laba atau keuntungan dari sebuah perusahaan

kepada para pemegang saham. Sedangkan menurut tax treaty adalah penghasilan

dari saham-saham, atau hak-hak lainnya yang bukan merupakan surat-surat

piutang, namun turut serta dalam pembagian laba, demikian halnya penghasilan

dari hak-hak perseroan lainnya yang dalam hal pengenaan pajaknya diperlakukan

sama sebagai penghasilan dari saham-saham menurut undang-undang perpajakan

negara dimana perseroan yang melakukan pembayaran berkedudukan.

ii. Dividen merupakan sistem pemajakan withholding tax, dan merupakan

pengenaan pajak yang menggunakan azas sumber penghasilan, tarif lebih rendah

diterapkan jika terdapat kepemilikan saham paling rendah 10% namun pada

umumnya kepemilikan saham yang ditentukan adalah 25% sesuai metode equity

dalam kepemilikan saham.

iii. Apabila penduduk asing tersebut memiliki usaha berupa BUT di negara sumber

penghasilan dalam hal ini negara Indonesia, maka pemajakannya bukan dividen,

namun berlaku ketentuan penghitungan laba rugi sebagaimana diatur dalam

ketentuan BUT, jika ada laba BUT dan tidak dibagi maka tidak akan dikenakan

pajak, sebaliknya jika ditransfer ke luar negeri maka dikenakan pemajakan

tersendiri sesuai dengan PPh pasal 26 ayat (4) dimana penghasilan kena pajak

dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenakan pajak sebesar 20%, kecuali

Page 18: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

74

penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang ketentuannya diatu

lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Article 13

ROYALTIES

(1) Royalti yang berasal dari negara pihak pada persetujuan dan dibayarkan kepada

penduduk dari suatu negara pihak lainnya pada persetujuan dapat dikenakan

pajak di negara lain tersebut.

(2) Namun demikian royalti tersebut dapat juga dikenakan pajak di negara pihak

pada persetujuan dimana royalti itu berasal sesuai dengan perundang -

undangan negara itu, tetapi apabila penerima royalti adalah pemilik royalti

yang menikmatinya, maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 10% dari

jumlah total kotor royalti. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua negara

pihak pada persetujuan dengan mengadakan perjanjian yang saling

menguntungkan dapat mengatur pelaksanaan pengenaan pajak atas royalti

tersebut.

(3) Istilah ”royalty” sebagaimana digunakan dalam pasal ini berati segala jenis

pembayaran yang diterima sebagai balas jasa atas penggunaan, hak

menggunakan setiap hak cipta kesusasteraan, kesenian atau karya ilmiah,

termasuk film-film sinematrogafi dan film-film atau pita-pita untuk siaran

radio, televisi, paten, merk dagang, desain atau model, rencana rumus rahasia

atau cara pengolahan, atau hak menggunakan pelengkapan- perlengkapan

Page 19: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

75

industri, perdagangan atau pengetahuan, atau untuk keterangan mengenai

pengalaman di bidang industri, perdagangan atau ilmu pengetahuan.

Penjelasan:

i. Istilah royalti menurut penulis adalah hak yang diterima oleh pemilik hak cipta,

hak paten atau pemberi informasi atas penggunaan hasil cipta atau penggunaan

merek oleh pihak ketiga.

Permasalahan:

i. Ayat (1) diatas menjelaskan bahwa dua negara, yaitu negara sumber dan negara

domisili diberi hak pemajakan atas royalti, dengan kata lain, hak mengenakan

pajak tidak diberikan hanya kepada satu negara. Ayat (2) merupakan

konsekuensi logis dari apa yang diatur dalam ayat (1), bahwa pengenaan pajak

oleh negara sumber dibatasi. Terdapat asumsi lagi, yaitu dalam bagian awal dari

kalimat pertama terdapat syarat bahwa hal itu berlaku sepanjang undang-undang

di negara sumber mengatur pengenaan pajak atas royalti melalui pemotongan.

Beberapa negara memang tidak mengenakan pajak terhadap royalti, sehingga

walaupun terdapat hak pemajakan dalam P3B tetapi undang-undang domestiknya

tidak mengatur hal itu, negara tersebut tidak dapat menerapkannya. Hal ini

mengartikan bahwa, pajak yang dikenakan di negara sumber dengan withholding

tax, sedangkan di negara domisili dengan menghitung kembali penghasilan

tersebut ke dalam laba usaha kantor pusat atau penerima royalti.

Page 20: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

76

ii. Untuk menghindari pemajakan ganda, maka tarif withholding tax paling tinggi

pada umumnya 10%, dan sebaik mungkin lebih kecil pengenaannya, agar

pemajakan di negara sumber kredit pajaknya dapat dikreditkan seluruhnya.

Dibawah ini merupakan Tax treaty antara Indonesia dengan United Kingdom yang

menjelaskan tentang royalty netting payment pada 2006.

Tabel IV. 1 Royalty Netting Payment 2006 :

Reported

period

Paid In Amount (USD) Withholding

tax 20%

(without Tax

Treaty)

Withholding

tax10%

(Tax Treaty)

0905-1105 Feb 06 159,142.5 31,828.5 15,914.3

1205-0206 May 06 150,108.4 30,021.7 15,010.8

0306-0506 Aug 06 119,602.4 23,920.5 11,960.2

0606-0806 Nov 06 189,268.1 37,853.6 18,926.8

Page 21: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

77

Article 25

ELIMINATION OF DOUBLE TAXATION

(1) Tunduk kepada undang-undang Inggris yang mengatur tentang pengkreditan

pajak atas yang dibayar di luar Inggris (yang tidak akan mengubah prinsip yang

terkandung dalam ketentuan ini):

a. Pajak Indonesia yang dibayar berdasarkan undang-undang di

Indonesia dan sesuai dengan ketentuan persetujuan ini, baik melalui

pembayaran langsung maupun melalui pemotongan atas laba,

penghasilan yang bersumber dari Indonesia (kecuali dalam hal

dividen, pajak atas laba dari mana dividen tersebut dibayar) dapat

dikreditkan terhadap pajak Inggris yang dihitung berdasarkan pajak

atas penghasilan yang sama seperti yang dikenai oleh Indonesia;

b. Dalam hal dividen yang dibayar oleh perusahaan yang berdomisili

di Indonesia kepada perusahaan yang berkedudukan di Inggris dan

yang menguasai baik secara langsung maupun tidak langsung

setidaknya 10% dari hak suara (persentase modal) pada perusahaan

yang membayar dividen, kredit pajak yang diberikan adalah

termasuk pajak atas laba usaha dari perusahaan tempat dividen

tersebut dibayarkan.

Untuk keperluan ayat (1) dari pasal ini, istilah “pajak Indonesia yang terutang “

mencakup pajak yang seharusnya dibayar tetapi dibebaskan atau diberi

keringanan. Keringanan dari pajak Inggris atas penghasilan dari mana pun

sumbernya tidak diberikan berdasarkan ayat ini jika penghasilan tersebut

timbul dalam masa 10 tahun setelah diberikan pembebasan, atau pengurangan,

Page 22: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

78

dari pajak Indonesia yang diberikan pertama kali kepada sumber penghasilan

itu.

Pembahasan:

i. Ayat (1)a di atas menyebutkan bahwa jika penghasilan usaha (tidak termasuk

dividen) diperoleh penduduk Inggris dari Indonesia, pajak yang dibayar di

Indonesia dapat dikreditkan di Inggris.

ii. Ayat (1)b mengatur tentang pengkreditan pajak atas dividen yang dibayar oleh

perusahaan Indonesia. Ayat ini menunjukkan metode indirect credit dengan

memperkenankan kredit pajak atas pajak yang dipungut terhadap dividen dan

pajak di tingkat perusahaan yang membayar dividen tersebut. Syarat yang

harus dipenuhi adalah pemegang saham Inggris harus memiliki paling sedikit

10% penyertaan modal di perusahaan Indonesia. Dari ketentuan ini tampak

bahwa Inggris menganut indirect tax credit karena kredit pajak yang diberikan

adalah atas pajak atas dividen dan pajak atas laba usaha yang digunakan untuk

membayar dividen

iii. Metode tax sparing juga diterapkan dalam pasal ini. Dalam ayat (2)

menyebutkan bahwa berdasarkan undang-undang di Indonesia, dividen yang

diterima dari perusahaan di Indonesia dibebaskan dari pajak berdasarkan

insentif yang diberikan oleh pemerintah Indonesia. Dalam hal ini PMA

(Penanaman Modal Asing), yang salah satu pemegang sahamnya adalah

perusahaan yang berdomisili di Inggris, memperoleh fasilitas berupa tax

holiday. Fasilitas pembebasan pajak tersebut juga meliputi pembayaran dividen

kepada pemegang sahamnya, termasuk perusahaan Inggris tersebut.

Page 23: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

79

Article 29

EXCHANGE OF INFORMATION

Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua negara pihak pada persetujuan akan

melakukan tukar-menukar informasi yang diperlukan untuk melaksanakan

ketntuan-ketentuan dalam persetujuan ini atau untuk melaksanakan Undang-

Undang nasional masing-masing negara pihak pada persetujuan mengenai pajak-

pajak yang dicakup dalam persetujuan, sepanjang pengenaan pajak menurut

Undang-Undang negara yang bersangkutan tidak bertentangan dengan persetujuan

ini, khususnya untuk mencegah terjadinya penggelapan atau penyelundupan pajak.

Setiap informasi yang diterima yang diterima oleh salah satu negara akan dijaga

kerahasiannya seperti halnya informasi yang diperoleh berdasarkan Undang-

Undang nasional negara tersebut. Namun, jika informasi tersebut dianggap rahaia

di negara yang mengirimkannya, hal itu hanya boleh diungkapkan kepada orang-

orang yang berkaitan dengan penetapan atau penagihan pajak, pelaksanaan

tuntutan atau penentuan banding sehubungan dengan pajak-pajak yang dicakup

dalam persetujuan ini. Para pejabat yang berwenang melalui konsultasi, dapat

menetapkan syarat, metode, dan tekhnik yang berkaitan dengan masalah-masalah

pertukaran informasi, termasuk jika dipandang, pertukaran informasi yang

menyangkut penghindaran pajak.

Pembahasan:

Dalam pertukaran informasi yang dilakukan oleh kedua negara yang terlibat dalam

perjanjian terdapat faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh negara yang

mengirim informasi, dan oleh negara yang menerima informasi.

Page 24: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

80

a. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh negara yang mengirim

(Inggris).

Salah satu faktor yang perlu dijadikan pertimbangan adalah kemampuan

administrasi negara tersebut dalam mengirim informasinya. Hal ini

tergantung pada efektivitas prosedur administrasi yang ada dan

pemanfaatan dari sistem pemotongan pajak (withholding tax), pemanfaatan

data dalam SPT. Dalam hal ini, informasi yang dikirim berupa sebuah

transaksi yang terjadi antar mereka yang berada dalam satu grup di dua

negara, yang mungkin berpengaruh tehadap kewajiban pajak di negara

penerima sehubungan dengan Undang-Undang domestiknya atau dengan

ketentuan dalam persetujuan.

b. Faktor- faktor yang harus dipertimbangkan oleh negara yang menerima

(Indonesia)

Negara yang menerima informasi harus mempertimbangkan

kemampuannya dalam memanfaatkan data yang diterimanya secara rutin,

misalnya kemampuan menggunakan data tersebut dan menghubungkannya

secara efektif dengan wajib pajaknya.

Informasi tersebut diperlukan untuk menentukan kewajiban wajib pajak di

negara yang menerima informasi jika kewajiban tersebut tergantung pada

penghasilan dari seluruh dunia atau kekayaannya.

Sesuai dengan article 31 tax treaty tentang berlakunya persetujuan,

persetujuan ini akan sah berlaku pada hari ke 30 setelah tanggal pertukaran

Page 25: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

81

instrumen ratifikasi dan diterapkan pada kedua negara, terhadap pandapatan yang

diterima selama suatu tahun pajak yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari

tahun takwim berikutnya sesudah persetujuan ini sah berlaku.

Berdasarkan article 32 tax treaty tentang berakhirnya persetujuan,

persetujuan ini akan tetap berlaku sampai diakhiri oleh salah satu pihak pada

persetujuan. Masing-masing pihak pada persetujuan dapat mengakhiri berlakunya

persetujuan ini, melalui perwakilan diplomatik, dengan menyampaikan

pemberitahuan tertulis tentang berakhirnya persetujuan sekurang-kurangnya 6

bulan sebelum berakhirnya tahun takwim berikutnya sejak tahun 1977. Dengan

demikian, persetujuan ini tidak akan berlaku lagi bagi kedua negara sehubungan

dengan pendapatan yang diperoleh selama tahun pajak yang dimulai atau setelah 1

Januari tahun takwim berikutnya setelah pemberitahuan tersebut. Dengan

kesaksian para penandatangan yang telah diberi surat kuasa sah untuk ini oleh

masing-masing pemerintahnya telah menandatangani persetujuan ini.

Tax Treaty ini dibuat dalam rangkap dua di Jakarta pada tanggal 13 maret 1974.

IV.2.2. Transaksi Dalam Hubungan Istimewa

Hubungan istimewa di antara wajib pajak dapat terjadi karena

ketergantungan atau keterikatan satu dengan yang lain yang disebabkan karena:

i. Kepemilikan atau penyertaan modal langsung atau tidak langsung

paling rendah 25% pada wajib pajak lain.

ii. Adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan

teknologi

Page 26: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

82

Apabila terdapat transaksi internasional yang tidak wajar, misalnya adanya

transfer pricing, untuk penjualan ke Indonesia lebih besar dibandingkan dengan

pembelian yang dilakukan dari Indonesia, sehingga mengakibatkan usaha di

Indonesia mengalami kerugian, maka Direktur Jenderal Pajak akan menghitung

kembali jumlah kewajaran atas penghasilan dan biaya tersebut dalam Pasal 18 UU

PPh.

Maksud diadakannya ketentuan Pasal 18 adalah untuk mencegah terjadinya

penghindaran pajak, yang dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa. Apabila

terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat terjadi penghasilan dilaporkan

kurang dari seharusnya. Dalam hal demikian Direktur Jenderal Pajak berwenang

untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan atau biaya sesuai dengan

keadaan seandainya di antara para wajib pajak tersebut tidak terdapat hubungan

istimewa.

Di samping itu Direktur Jenderal Pajak juga berwenang melakukan perjanjian

dengan wajib pajak dan bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain

untuk menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa, yang berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi

pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu berakhir.

Perjanjian dengan Direktur Jenderal Pajak tersebut dikenal dengan nama

Advance Pricing Agreement (APA), yang merupakan kesepakatan antara wajib

pajak dengan Direktur Jenderal Pajak mengenai harga jual wajar produk yang

dihasilkannya kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

dengannya. Tujuan diadakannya APA adalah untuk mengurangi terjadinya praktik

penyalahgunaan transfer pricing oleh perusahaan multinasional. Serta keuntungan

Page 27: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

83

dari APA adalah bahwa aparat perpajakan tidak lagi disibukkan dengan penelitian

apakah transaksi yang dipengaruhi oleh hubungan istimewa sudah arm’s length

(atau setidaknya mendekati arm’s length) atau belum. Transfer pricing merupakan

suatu isu pajak yang utama, oleh karena itu sebagian besar negara yang menerima

perjanjian modal Organization of Economic Cooperation and Development

(OECD) dimana salah satunya adalah Negara Inggris, menyatakan bahwa harga-

harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan arm’s length standard.

Pernyataan transaksi dalam hubungan istimewa pada PT. EMI Indonesia,

dalam hal perusahaan dalam tahun pajak melakukan transaksi dengan pihak yang

mempunyai hubungan istimewa, antara lain dengan pihak:

a. EMI Music UK

b. EMI Electrola Germany

c. EMI Australia

d. EMI Music USA

e. EMI Music Netherlands

f. EMI Medley Denmark

g. EMI Sweden

h. Toshiba EMI Japan

i. EMI Malaysia

j. Virgin Recordse

Dan dalam hal ini PT. EMI Indonesia belum mempunyai perjanjian dengan

Direktur Jenderal Pajak mengenai penentuan harga transfer atas transaksi tersebut

diatas. PT. EMI Indonesia menggunakan metode harga pasar dalam penentuan

harga transfer untuk masing-masing transaksi tersebut. Penentuan harga transfer

Page 28: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

84

berdasarkan harga pasar digunakan oleh PT. EMI, karena dengan market basis

dapat mengukur kinerja divisi atau unit dalam satu grup perusahaan, serta

sekaligus dapat merefleksikan keuntungan setiap produk dan menstimulasi divisi

untuk bekerja per basis kompetisi. Basis ini dianggap merupakan tolak ukur untuk

menilai kinerja manajer divisi, karena kemampuannya menghasilkan laba dan

merangsang divisi untuk bekerja secara bersaing.

IV.3 Analisis Laporan Keuangan PT. EMI Indonesia

Dari laporan keuangan PT. EMI Indonesia yang telah disediakan dalam bab

sebelumnya, dalam bab ini akan dijabarkan beberapa akun neraca serta laba rugi pada

akhir tahun 2005 dengan tahun 2006, antara lain:

1. FIXED ASSETS

Movements in 2006

Balance Balance

March 31,2005 Additions Deductions March 31,2006

At cost

Furniture and fittings 736,212 32,678 (105,862) 663,028

Office equipment 415,756 137,634 - 553,390

Motor vehicles 1,937,872 1,238,000 (319,000) 2,856,872

Computer and accessories 1,699,253 77,888 (18,858) 1,758,283

4,789,093 1,486,200 (433,720) 5,831,573

Accumulated depreciation

Furniture and fittings 607,837 101,008 (88,812) 620,033

Office equipment 323,562 103,679 - 427,241

Page 29: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

85

Motor vehicles 1,008,643 584,158 (192,729) 1,400,072

Computer and accessories 1,423,737 114,550 (18,858) 1,519,429

3,363,779 903,395 (300,399) 3,966,775

Net book value 1,425,314 1,864,798

2. ACCOUNT PAYABLE

2006 2005

Trade 5,603,786 4,820,818

Other payable 653,926 715,598

6,257,712 5,536,416

3. ACCRUAL AND OTHER LIABILITIES

2006 2005

Provision for returns 1,092,532 807,240

Bonus 552,765 -

Provision for employee benefit 539,702 474,775

Marketing and promotion 164,741 689,550

Professional fees 115,840 138,481

Distribution cost 113,705 338,858

Others 1,151,101 661,680

3,730,386 3,110,584

4. ROYALTIES

2006 2005

Due to affiliated company 2,733,372 4,375,810

Due to third parties 4,039,903 2,826,213

6,773,275 7,202,023

5. SHAREHOLDER’S EQUITY

The share ownership compotition as of March 31, 2006 and 2005 was as follows:

Page 30: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

86

Percentage Numbers Amount Amount

Shareholders of ownership of shares (Rupiah) (US$)

EMI Group International B.V. 99% 2,475 577,417 247,500

Delta Holdings B.V 1% 25 5,833 2,500

100% 2,500 583,250 250,000

6. NET REVENUE

2006 2005

Sales of local album 50,938,714 20,333,435

Sales of international albums 24,526,969 32,471,750

Distribution deal sales 23,551,719 32,260,210

Royalties income 2,981,048 474,506

Joint venture revenue 823,058 98,152

102,821,508 85,638,053

Less:

Free goods and discounts (9,518,487) (10,280,807)

Sales return (12,118,932) (11,078,025)

81,184,932 64,279,221

7. COST OF SALES

2006 2005

Distribution deal 12,178,722 18,117,785

Manufacturing and distribution 13,314,333 12,338,444

Royalties and copyrights 19,651,476 12,299,505

Managements charges 1,466,547 1,749,340

Provision for obsolete inventories 772,345 1,255,941

Joint venture costs 48,813 582,623

Recording costs 1,611,825 457,007

Product origination 335,285 321,985

49,379,346 47,122,630

Page 31: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

87

8. SELLING AND MARKETING

2006 2005

Promotion 7,549,042 3,925,891

Employee remuneration 1,595,229 1,117,875

Distribution 424,423 363,513

Depreciation 244,331 247,094

Provisions for returns and doubtful accounts 856,889 171,742

Others 355,867 239,410

11,025,781 6,065,525

9. GENERAL AND ADMINISTRATION

2006 2005

Employee remuneration 2,793,569 2,071,411

Professional services 245,752 703,586

Office lease 653,508 630,545

Depreciation 659,064 544,136

Provision (reversal) for advances (159,290) 104,288

Others 1,734,023 1,407,953

5,926,626 5,461,919

10. TAXATION ( in thousand rupiah)

a. Prepaid taxes 2006 2005

Value added tax stickers 2,196,163 1,593,893

Value added tax 348,536 1,127,310

2,544,699 2,721,203

b. Taxes payable

Corporate income tax payable 2,464,396 218,002

Employee income tax-article 21 49,095 35,909

Withholding tax-article 23 195,925 87,602

2,709,416 341,513

Page 32: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

88

c. Corporate income tax (benefit) 5,179,119 2,172,605

Deffered (457,601) (211,156)

4,721,518 1,961,449

d. Reconciliation between tax expense and the product of accounting multiplied by the tax

rate:

2006 2005

Income before corporate income tax 15,296,100 5,904,010

Expense (income)that are not deductible/

(assessable) in determinimg taxable profit:

Income subject to final tax-interest ( 461,672) (203,467)

Gain from disposal of assets (41,816) (871)

Benefits in kind 276,881 117,296

Depreciation of fixed asset 316,636 (216,975)

Other non deductible expense 410,598 1,049,482

Temporary differences:

Provision for inventories 772,345 453,078

Provision (reversal) for doubtful accounts 571,597 (47,644)

Provision for returns 285,292 219,386

Provision for employee 64,927 (484,538)

Depreciation of fixed asset (9,533) 406,307

Provision (reversal) for advance (159,290) 104,288

Taxable income subject to tax at standard

Statutory rates 17,322,065 7,300,352

Income tax expense at standard statutory rates 5,179,119 2,172,605

e. Deffered tax assets consist of:

Provision for employee 161,911 142,433

Page 33: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

89

Provision for inventories 578,482 346,779

Provision for returns 327,482 242,172

Provision for advances 65,959 113,746

Provision for doubtful accounts 229,613 58,134

Fixed assets 29,313 32,173

Deffered tax assets 1,393,038 935,437

Dari beberapa pos-pos akun dari laporan neraca dan laba/rugi yang

diperbandingkan antara akhir tahun 2005 dengan 2006, menunjukkan:

1. Jumlah rupiah masing-masing aktiva, hutang dan modal serta jumlah total masing-

masing golongan aktiva, hutang, modal pada tanggal 31 Maret 2005 dan 31 maret

2006 dengan perubahan-perubahannya.

2. Dari perubahan (kenaikan dan penurunan) dapat diketahui bahwa:

a. Aktiva lancar naik Rp 13,594,859,- sedangkan hutang lancar hanya naik Rp

3,940,684,-. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan modal kerja yang

kemungkinan disebabkan oleh diperolehnya keuntungan, perubahan aktiva tetap

menjadi aktiva lancar melalui proses penjualan ataupun penyusutan dan

penambahan modal saham. Dengan adanya perubahan aktiva lancar yang lebih

baik daripada perubahan hutang lancar menunjukkan adanya perbaikan posisi

keuangan jangka pendek.

b. Aktiva tetap naik sebesar Rp 920,407 dan modal naik sebesar Rp 10,574,582

dimana Rp 583,250 merupakan jumlah saham yang beredar. Adanya kenaikan

dalam sektor modal sendiri menunjukkan bahwa modal sendiri semakin

berperanan sebaliknya modal yang berasal dari kreditor semakin kurang

Page 34: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

90

berperan, tetapi keamanan para kreditor semakin terjamin karena perusahaan

makin solvabel.

c. Perubahan dalam jumlah-jumlah rupiah seperti yang diterangkan di atas, nampak

lebih jelas lagi perubahan dalam prosentasenya. Aktiva lancar naik dengan 42%

sedangkan hutang lancar hanya naik 21% berarti perusahaan makin likwid.

Total aktiva naik 41%, modal naik 65%. Hal ini menunjukkan bahwa posisi

keuangan jangka panjang dalam tahun 2006 lebih baik dibandingkan 2005.

3) Dalam neraca dan laba rugi yang diperbandingkan tersebut dapat diketahui pula

prosentase masing-masing pos terhadap jumlah aktiva ataupun jumlah hutang dan

modal. Data tersebut dangat membantu bagi pengambilan keputusan terhadap

perusahaan.

4) Dengan menganalisa Laporan Laba Rugi yang diperbandingkan antara periode 2005

dan 2006 akan diperoleh berbagai kesimpulan yang dapat membantu dalam proses

pengambilan keputusan, disamping itu diketahui tingkat perkembangan dan efisiensi

yang telah dicapai misalnya:

a. Terdapat kenaikan pendapatan bersih sebesar 26% diikuti dengan kenaikan Cost

of Sales sebesar Rp 2,256,716, sehingga laba kotor naik sebesar 86%. Kenaikan

laba kotor tersebut dapat disebabkan oleh adanya perubahan volume penjualan

dan perubahan harga jual.

b. Biaya penjualan naik Rp 4,960,256 atau 82% dan biaya administrasi naik Rp

464.707 atau 8%.

c. Adanya kenaikan penjualan dapat mengakibatkan naiknya laba besih.

Page 35: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

91

d. Gross income dalam tahun 2006 mengalami kenaikan sebanyak Rp 14,648,995

(86%), kenaikan gross income ini karena adanya kenaikan net revenue sebesar

Rp 16,905,711 (26%).

e. Ditinjau dari modal kerjanya maka dalam tahun 2006 telah mengalami kenaikan

sebesar Rp 9,654,175.

Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Ditinjau dari faktor likwiditas tahun 2006 lebih baik daripada tahun 2005,

karena current ratio tahun 2005 sebesar 173%, sedang dalam tahun 2006

sebesar 203%.

2. Ditinjau dari faktor solvabilitas tahun 2006 lebih solvabel daripada tahun 2005

karena solvabilitas tahun 2006 sebesar 218% sedang tahun 2005 hanya 187%.

3. Ditinjau dari rentabilitas dan efisiensi perusahaan secara keseluruhan, maka

tahun 2006 lebih efesien dibanding dengan 2005. Rentabilitas ekonomis tahun

2006 ada 57% sedangkan tahun 2005 hanya 36%. Rentabilitas modal sendiri

(tanpa memperhatikan beban pajak) dalam tahun 2006 39% dan tahun 2005

24%.

IV.4 Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan PT. EMI Indonesia.

Tax treaty hanya mencakup pada Undang–Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) dan

tidak berlaku untuk Undang–Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Ketentuan –

ketentuan dalam Undang–Undang PPh yang terkait dengan perpajakan internasional

khususnya yang menyangkut kerja sama antara perusahaan di Indonesia dengan United

Kingdom adalah sebagai berikut :

Page 36: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

92

o Pasal 23 UU PPh

(1) Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk

apa pun yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah, subjek

pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau

perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak dalam

negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib

membayarkan :

a. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas :

1) Dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf g

2) Bunga sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf f

3) Royalti

4) Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong pajak

penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1)

huruf e

b. Sebesar 15% dari jumlah bruto dan besifat final atas bunga

simpanan yang dibayarkan oleh koperasi

c. Sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto atas :

1) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan

harta

2) Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa

konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah

dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 21.

Page 37: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

93

(2) Besarnya perkiraan penghasilan neto dan jenis jasa lain sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf c ditetapkan dengan keputusan Direktur

Jenderal Pajak

(3) Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri dapat ditunjuk oleh

Direktur Jenderal Pajak untuk memotong pajak sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1).

(4) Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dilakukan

atas :

a. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank

b. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa

guna usaha dengan hak opsi

c. Dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf f

d. Bunga obligasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3)

huruf j

e. Bagian laba sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf i

f. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada

anggotanya.

g. Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dibayarkan oleh

koperasi kepada anggotanya.

Dari hasil perhitungan PPh pasal 23 pada PT. EMI terdapat PPh yang dipotong

sebesar Rp.763.439.920. Dari daftar kredit pajak yang tersedia, maka jumlah kredit

pajak PPh Pasal 22 dengan PPh Pasal 23 adalah sebesar Rp. 772,532,007.

Page 38: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

94

o Pasal 24 UU PPh

Untuk menghindari terjadinya pajak berganda, maka negara Indonesia

mengatur dalam Pasal 24 tentang pengkreditan pajak luar negeri atas penghasilan

yang diterima atau diperoleh penduduk Indonesia di luar negeri.

Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri terutang pajak atas seluruh

penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam

negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-

Undang ini dalam tahun pajak yang sama. Ketentuan ini bermanfaat untuk

meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pemajakan atas

penghasilan yang diterima di luar negeri.

Ketentuan kredit pajak luar negeri adalah sebesar pajak penghasilan yang

dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi perhitungan pajak

yang terutang berdasarkan Undang-Undang PPh. Untuk memberikan perlakuan

pemajakan yang sama antara penghasilan yang diterima dari luar negeri dengan

penghasilan yang diterima di Indonesia, maka besarnya pajak yang dibayar atau

terutang di luar negeri dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia

tetapi tidak boleh melebihi besarnya pajak terutang di Indonesia.

o Withholding Tax PPh Pasal 26

Penghasilan yang diterima oleh Subjek Pajak Luar Negeri yang memperoleh

penghasilan dari Indonesia, harus dikenakan pajak, karena negara Indonesia

menganut azas sumber (Source Principle) yaitu siapapun yang memperoleh

penghasilan dari negara Indonesia maka harus dilakukan pemotongan pajak.

Page 39: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

95

Pemotongan tersebut merupakan Objek PPh Pasal 26. Subjek Pajak Dalam

Negeri di Indonesia yang melakukan pembayaran kepada Subjek Pajak Luar

Negeri (SPLN) atas penghasilan yang diterima atau berasal dari Indonesia harus

melakukan pemotongan PPh Pasal 26 sebesar 20%.

IV.4.1. Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak dalam Tahun Berjalan

o Pasal 25

(1) Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar

sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak

Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:

a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana yang dimaksud dalam

pasal 21 dan pasal 2 serta Pajak Penghasilan yang dipungut

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 22; dan

b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang

boleh dikreditkan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 24 dibagi

12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

(2) Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak

untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT PPh, sama dengan

besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

Penjelasan:

Ketentuan ini mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran perbulan yang

Dibayar PT. EMI dalam tahun berjalan:

Page 40: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

96

Penghasilan kena pajak Rp 17,322,065,000

Penghasilan tidak teratur

- laba karena selisih kurs (24,739,142)

- laba karena penjualan aktiva (15,137,077)

Penghasilan teratur kena pajak, dibulatkan Rp 17,282,188,000

PPh badan

- 10% X 50,000,000 5,000,000

- 15% X 50,000,000 7,500,000

- 30% X 17,182,188,000 5,154,656,400

Total PPh Badan Rp 5,167,156,400

Kredit Pajak

- PPh pasal 22 9,092,087

- PPh pasal 23 763,439,920

Total kredit pajak Rp 772,532,007

Dasar penghitungan PPh Pasal 25 Rp 4,394,624,393

PPh pasal 25 bulanan tahun pajak 2006 Rp 366,218,699

Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk tahun 2006

adalah sebesar Rp 366,218,699.

Page 41: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

97

IV.4.2 Fiskal Luar Negeri

Berdasarkan pasal 25 ayat (8), Wajib Pajak Orang Pribadi yang bertolak ke

luar negeri diwajibkan membayar pajak yang ketentuannya diatur dengan peraturan

pemerintah. Peraturan pemerintah yang terakhir adalah PP no.42 tahun 2000.

Pembayaran Fiskal Luar Negeri dan Tata Cara Pengkreditannya berdasarkan

surat edaran Direktur Jenderal Pajak noor SE-27/PJ.41/2000 diatur sebagai berikut:

1. Setiap orang pribadi yang akan bertolak ke Luar Negeri selain mereka

yang dikecualikan, diwajibkan membayar Pajak Penghasilan Pasal 25

(Fiskal Luar Negeri ), sebesar:

a. Rp1.000.000 (satu juta rupiah) bagi setiap orang untuk setiap kali

bertolak ke Luar Negri dengan menggunakan pesawat udara;

b. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) bagi setip orang untuk setiap

kali bertolak ke Luar Negeri dengan menggunakan kapal laut.

2. Pembayaran PPh Pasal 25 tersebut dilaksanakan dengan menggunakan

Tanda Bukti Fiskal Luar Negeri (TBFLN) di unit Pelaksana Fiskal Luar

Negeri di Bandar udara atau pelabuhan laut keberangkatan ke luar negeri

maupun tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

PT. EMI Indonesia, yang merupakan perusahaan yang bekerja sama dengan

perusahaan asing di luar negeri dan sering bertolak ke luar negeri dalam melaksanakan

operasional perusahaannya wajib untuk membayar fiskal luar negeri. Daftar Surat

Keterangan Fiskal Luar Negeri PT. EMI Indonesia untuk tahun yang berakhir pada 31

Maret 2006 terdapat Total Fiskal Luar Negeri sebesar Rp.24,000,000. Pajak

Page 42: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

98

Penghasilan yang wajib dibayar tersebut merupakan angsuran pajak yang dapat

dikreditkan dengan jumlah pajak penghasilan yang terutang pada akhir tahun.

IV.5. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan PT. EMI

Setelah tahun pajak berakhir, sebagai wajib pajak yang memenuhi kewajiban

perpajakannya harus mengambil SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan Pajak Penghasilan

(SPT Tahunan PPh) ke Kantor Pelayanan Pajak dan harus dikembalikan paling lambat

tanggal 31 Maret setelah akhir tahun takwim. Dalam hal tahun buku tidak sama dengan

tahun takwim, SPT Tahunan paling lambat disampaikan 3 (tiga) bulan setelah tahun

buku berakhir.

PT. EMI Indonesia telah memenuhi kewajiban perpajakannya dengan menyetor

SPT Tahunan PPh pada Tanggal 26 Juni 2006 dengan status kurang bayar sebesar Rp

2.281.279.571 dan ditandatangani oleh Agus Kuswanto selaku Direktur Keuangan PT.

EMI. Laporan keuangan PT. EMI telah diaudit oleh kantor akuntan publik ERNST &

YOUNG, dimana berdasarkan Independent Auditors’ Report tersebut laporan keuangan

PT. EMI telah disajikan dengan wajar dalam semua hal yang material berdasarkan

prinsip dan kriteria Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) di Indonesia.

Dalam penyajian SPT juga terdapat lampiran Daftar Pemegang Saham/ Pemilik

Modal yang terdiri dari EMI Group International BV dengan jumlah modal yang disetor

sebesar 99%, serta Delta Holding BV dengan jumlah modal yang disetor sebesar 1%,

Serta Daftar Susunan dan Komisaris antara lain; Arnel Affandi sebagai Managing

Director dan Agus Kuswanto sebagai Director.

Page 43: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

99

IV.6 Laporan Koreksi Fiskal PT. EMI

Besarnya pajak penghasilan suatu badan akan menimbulkan suatu masalah. Hal ini

terjadi karena adanya perbedaan interpretasi antara pihak perusahaan dan pihak fiskus.

Dalam menentukan dan atau mengakui penghasilan (pendapatan) dan biaya (beban)

antara akuntansi dan PPh terdapat persamaan dan perbedaan. Perbedaan terdiri dari beda

tetap (permanent difference) dan beda waktu (temporary difference).

Perbedaan waktu adalah perbedaan antara “accounting base” yaitu nilai buku atau

nilai tercatat aktiva dan kewajiban menurut akuntansi dengan “Tax Base” yaitu nilai

buku fiskal yang digunakan untuk menghitung penghasilan kena pajak (rugi fiskal) yang

dilaporkan dalam SPT-PPh. Perbedaan tetap adalah perbedaan pengakuan pendapatan

dan beban antara akuntansi komersial dan fiskal yang selamanya tetap berbeda.

Perbedaan tersebut berpengaruh kepada pos-pos laba rugi yang secara langsung

mempengaruhi besarnya penghasilan kena pajak, dan penjelasan penggolongan

perbedaan tersebut dikelompokkan dalam permanent difference atau dimasukkan dalam

kelompok timing difference. Dalam pembahasan akan disajikan terlebih dahulu nilai pos

yang bersangkutan menurut laporan keuangan perusahaan, lalu koreksi fiskal yang

dilakukan perusahaan.

Koreksi fiskal terdiri dari satu atau dua jenis koreksi. Koreksi yang disebabkan

oleh perbedaan waktu (timing difference) saja, koreksi yang disebabkan oleh perbedaan

tetap (permanent difference) saja, maupun koreksi fiskal karena dipengaruhi oleh

keduanya. Oleh karena itu, dalam pembahasan untuk setiap pos akan dipisahkan antara

selisih yang disebabkan oleh perbedaan waktu dan yang disebabkan oleh perbedaan

tetap.

Page 44: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

100

Perhitungan PPh untuk laba usaha dihitung berdasarkan laporan keuangan yang

dibuat perusahaan berasarkan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), berupa

neraca dan laporan laba rugi. Untuk keperluan laporan keuangan tersebut perlu

direkonsiliasi menjadi laporan keuangan fiskal, hal ini menimbulkan koreksi-koreksi

fiskal sebagai berikut:

a. Koreksi fiskal positif : koreksi fiskal yang menyebabkan bertambahnya laba

fiskal dibandingkan laba komersial, penyebabnya adalah tidak diakuinya beban

komersial oleh fiskal. Contoh: sumbangan, beban natura.

b. Koreksi fiskal negatif : koreksi yang menyebabkan berkurangnya laba fiskal

dibandingkan laba komersial, penyebabnya adalah diakuinya beban yang lebih

besar oleh fiskal dibandingkan dengan komersial, contoh: beban depresiasi.

Penyebab lainnya adalah pendapatan menurut komersial bukan pendapatan

menurut fiskal, contoh: pendapatan bunga deposito karena sudah dikenakan

PPh final.

Akibat koreksi fiskal tersebut diatas menyebabkan berbedanya jumlah laba

komersial dengan laba fiskal. Dalam perhitungan net income PT. EMI Indonesia untuk

tahun yang berakhir pada 31 maret 2006 terdapat perbedaan antara perhitungan yang

dilakukan secara komersial dan secara fiscal atau terdapat Koreksi Fiskal – Positif /

Negatif. Dalam penyajian secara fiskal nilai yang disajikan sebagai net income sebesar

Rp 596,291,363 sedangkan secara komersial sebesar Rp 903.394.293. Untuk itu terdapat

selisih biaya penyusutan sebesar Rp (307,102,920).

Page 45: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

101

Koreksi Fiskal – Positif / Negatif

I. Koreksi fiskal karena beda sementara

Biaya penyusutan (307,102,931)

Provisi (1,534,872,066)

Total Beda Sementara (1,841,974,997)

II. Koreksi fiskal karena beda tetap

Koreksi positif :

Penggantian atau imbalan pekerjaan (290,933,213)

Lain-lain (396,545,246)

Total koreksi positif (687,478,459)

Koreksi negatif :

Pendapatan bunga 461,672,214

Laba/(rugi) penjualan aktiva tetap 41,815,832

Total koreksi negatif 503,488,046

Total Beda Tetap (183,990,413)

Dalam penyajian perkiraan tersebut mencakup jumlah seluruh penyusutan yang

dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan metode saldo menurun (declining

balance method).

Jadi koreksi fiskal yang dilakukan merupakan selisih biaya penyusutan, karena

metode dan besarnya persentase. Metode saldo menurun akan menghasilkan suatu

pengakuan biaya penyusutan yang lebih cepat dibandingkan dengan metode garis lurus.

Page 46: TERHADAP PT. EMI INDONESIA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2007-3-00022-AK-Bab 4.pdf · dengan dasar yang jelas dan kuat serta memenuhi syarat–syarat yang berlaku

102

Perbedaan yang terjadi dalam alokasi nilai atau harga perolehan merupakan perbedaan

yang bersifat sementara (timing difference) yang akan terhapus dengan sendirinya dalam

beberapa periode.