terapi sirosis

3
TERAPI Untuk memberikan terapi pada penderita sirosis perlu ditinjau apakah sudah ada hipertensi portal dan gangguan faal hati atau belum. Pada sirosis tanpa kegagalan faal hati dan hipertensi portal perlu diberikan diit tinggi kalori dan tinggi protein, misalnya diit yang mengandung 2500 kalori dengan protein 80-100 gram per hari, lemak tidak perlu dibatasi jumlahnya. Di samping itu perlu diberikan vitamin, diantaranya vitamin C, thiamin, riboflavin, asam nikotin, dan vitamin B12, essential phospholipid (EPL), cursil, dan obat yang mengandung protein tinggi misalnya superton. Makanan atau minuman yang dilarang ialah yang mengandung alkohol dan zat hepatotoksik (Hadi, 2013). Terapi pasien juga ditujukan untuk menghilangkan etiologi. Pada hepatitis autoimun dapat diberikan steroid atau imunosupresif. Pada hemokromatosis flebotomi setiap minggu sampai konsentrasi besi menjadi normal dan diulang sesuai kebutuhan. Pada penyakit hari nonalkoholik menurunkan berat badan akan mencegah terjadinya sirosis. Pada hepatitis B, interferon alfa lan lamivudin merupakan terapi utama. Lamivudin sebagai terapi lini pertama diberikan 100 mg secara oral setiap hari selama satu tahun. Interferon alfa diberikan secara injeksi subkutan 3 MIU, tiga kali seminggu

Upload: incredible

Post on 10-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

TERAPI

Untuk memberikan terapi pada penderita sirosis perlu ditinjau apakah sudah ada hipertensi portal dan gangguan faal hati atau belum. Pada sirosis tanpa kegagalan faal hati dan hipertensi portal perlu diberikan diit tinggi kalori dan tinggi protein, misalnya diit yang mengandung 2500 kalori dengan protein 80-100 gram per hari, lemak tidak perlu dibatasi jumlahnya. Di samping itu perlu diberikan vitamin, diantaranya vitamin C, thiamin, riboflavin, asam nikotin, dan vitamin B12, essential phospholipid (EPL), cursil, dan obat yang mengandung protein tinggi misalnya superton. Makanan atau minuman yang dilarang ialah yang mengandung alkohol dan zat hepatotoksik (Hadi, 2013).Terapi pasien juga ditujukan untuk menghilangkan etiologi. Pada hepatitis autoimun dapat diberikan steroid atau imunosupresif. Pada hemokromatosis flebotomi setiap minggu sampai konsentrasi besi menjadi normal dan diulang sesuai kebutuhan. Pada penyakit hari nonalkoholik menurunkan berat badan akan mencegah terjadinya sirosis. Pada hepatitis B, interferon alfa lan lamivudin merupakan terapi utama. Lamivudin sebagai terapi lini pertama diberikan 100 mg secara oral setiap hari selama satu tahun. Interferon alfa diberikan secara injeksi subkutan 3 MIU, tiga kali seminggu selama 4-6 bulan. Pada hepatitis C kronik, kombinasi interferon dengan ribavirin merupakan terapi standard. Interferon diberikan secara injeksi subkutan dengan dosis 5 MIU tiga kali seminggu dengan kombinasi ribavirin 800-1000 mg/hari selama 6 bulan (Nurdjanah, 2009).Pada pasien dengan sirosis dekompensata manifestasi yang dapat ditemukan adalah ikterus, edema perifer, perdarahan, ensefalopati hepatik, splenomegali, varises esofagus, dan asites. Pada asites terapi dapat dilakukan dengan tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram. Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretik. Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respon diuretik dapat dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan adanya edema kaki. Apabila pemberian spironolakton tidak adekuat dapat dikombinasi dengan furosemid 20-40 mg/hari. Pemberian furosemid dapat ditambah dosisnya bila tidak ada respon, maksimal dosisnya 160 mg/ hari. Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan albumin (Nurdjanah, 2009).Pada ensefalopati hepatik, laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan amonia. Neomisin dapat digunakan untuk mengurangi bakteri intestinal penghasil amonia. Diet protein dikurangi sampai 0,5kg/kgBB/hari. Pada varises esofagus sebelum dan sesudah perdarahan dapat diberikan vasopresin. Waktu perdarahan akut dapat diberikan preparat somatostatin atau oktretoid diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi. Pada peritonitis bakterial spontan dapat diberikan antibiotika seperti sefotaksim intravena, amoksilin, atau aminoglikosida (Nurdjanah, 2009).Penderita sirosis hepatis sebaiknya membatasi aktivitas fisik dan dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur sekurang-kurangnya setengah hari setiap harinya terutama gai merekan yang disertai asites. Bila tidak ada tanda-tanda koma hepatikum dapat diberikan diit 1500-2000 kalori dengan protein sekurang-kurangnya 1 gram per kg berat badan perharinya (Nurdjanah, 2009).

Hadi, Sujono. 2013. Gastroenterologi. Bandung : P.T. AlumniNurdjanah, Siti. 2009. Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing