terapi perilaku

23
Terapi Perilaku Terapi pada umumnya di bagi menjadi dua yaitu terapi medis dan psikoterapi. psikoterapi adalah sebuah proses yang difokuskan untuk membantu menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu- isu dalam kehidupan. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran.Psikotrapi sendiri dibagi menjadi beberpa bagian seperti psikoanalisa, humanistik, terapi prilaku, gesralt, analisis transaksional, rasional emotif dan realitas. Eysenck (dalam Singgih) membedakan antara psikoterapi dengan terapi perilaku, sebagai berikut: Psikoterapi Terapi perilaku 1. Mendasarkan pada teori yang tidak konsisten, tidak pernah dirumuskan dengan tepat dalam bentuk yang pasti. 2. Diperoleh daro obserfasi klinis yang dibuat tanpa 1. Mendasarkan pada perumusan teori yang tepat dan konsisten yang diuji secara deduktif 2. Diperoleh dari hasil eksperimen untuk mnguji teori dasar dan deduksinya

Upload: alfianz-highezt-jump

Post on 24-Nov-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Psikoterapi

TRANSCRIPT

Terapi Perilaku

Terapi pada umumnya di bagi menjadi dua yaitu terapi medis dan psikoterapi. psikoterapi adalah sebuah proses yang difokuskan untuk membantu menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu-isu dalam kehidupan. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran.Psikotrapi sendiri dibagi menjadi beberpa bagian seperti psikoanalisa, humanistik, terapi prilaku, gesralt, analisis transaksional, rasional emotif dan realitas.

Eysenck (dalam Singgih) membedakan antara psikoterapi dengan terapi perilaku, sebagai berikut:PsikoterapiTerapi perilaku

1. Mendasarkan pada teori yang tidak konsisten, tidak pernah dirumuskan dengan tepat dalam bentuk yang pasti.2. Diperoleh daro obserfasi klinis yang dibuat tanpa pengontrolan melalui abservasi atau eksperimen.3. Menganggap gajala sebagai perwujudan dari sebab yang tidak disadari.4. Menganggap gajala sebagai tanda adanya penekanan.5. Percaya bahwa muncul sesuatu gejala yang ditentukan oleh mekanisme pertahanan diri.6. Semua perilaku terhadap pasien yang mengalami kelainan neorotik harus mendasarkan pada sejarahnya.7. Kesembuhan diperoleh dengan memperlakukan dinamika yang mendasarinya tidak dengan memperlakukan gejala itu sendiri.8. Intepretasi terhadap gejala, mimpi, tindakan, adalah elemen yang penting.9. Terapi pada gejalanya menyebankan muncul gejala baru10. Transferens adalah hal yang penting untuk kesembuhan pasien

1. Mendasarkan pada perumusan teori yang tepat dan konsisten yang diuji secara deduktif2. Diperoleh dari hasil eksperimen untuk mnguji teori dasar dan deduksinya3. Menganggap gejalan sebagai respon terkondisi yang tidak sesuai4. Menganggap gejalan sebagai adanya proses belajar yang salah5. Muncul suatu gejala ditentukan oleh perbedaan perorangan yang bias dikondisikan dan memiliki otonomi yang labil.6. Perlakuan terhadap pasien neurotic, berhubungan dengan munculnya kebiasaan pada waktu sekarang7. Kesembuhan diperoleh dengan memperlakukan gejala itu sendiri, yaitu membuat respon terkondisi yang tidak sesuai menjadi suatu yang menjenuhkan.8. Interpertasi, tidak subjektif atau tidak melakukan kesalah sekalipun tidak relevan9. Terapi pada gejala menyebabkan kesembuah secara menetap.10. Hubungan pribadi tidak penting untuk menyembuhkan penderita neurotic.

Terapi perilakuTerdapat dua pendapat mengenai terapi perilaku ini, sekelompok ahli mengatakan jika terminology terapi perilaku (behavior therapy) yang pertama kali di pakai Skiner, Solomon,Lindsley dan Richards sama dengan teknik pengubahan prilaku (behavior modification) oleh Eyesenck. Namun kelompok lain mengatakan bahwa terapi perilaku biasanya berhubungan dengan metode kondisioning yang berlawanan (counterconditioning).Dalam perkembangannya terapi perilaku sebagai metode yang dipakai untuk mengubah prilaku dalam arti umum sebagai salah sati teknik psikoterapi yang memiliki 3 tahap:1. Kondising klasik pada masa prilaku baru, hasil dari individu secara pasif.2. Kondisionong aktif (operant), di mana perubahan-perubahan di lingkungan yang terjadi akibat sesuatu perilaku, bias berfungsi sebagai penguat ulang, agar perilaku akan sering di perlihatkan3. Kognitif, peran berfikir diperlihatkan dapat di perlakukan terhadap pasienPerubahan perilaku merupakan pengalaman dasar ridet dari psikologi eksperimental untuk mempengaruhi perilaku dengan tujuan mengatasi masalah pribadi dan social dan meningkatkan fungsinya. Karakteristik dari pendekatan behavioristik :1. Terapi perilaku didasarkan pada hasil eksperimen yang diperoleh dari pengalaman sistematik dasar-dasar teori belajar untuk membantu seseorang mengubah perilaku.2. Terapi memusatkan terhadap masalah yang dirasakan pasien sekarang dan terhadap factor-faktornya3. Terapi ini menitikberkatkan perubahan perilaku yang terdapat sebagai kriteria utama.4. Merumuskan tujuan terapi dalam terminology kongkret dan objektif, agar memungkinkan dilakukan intervensi untuk mengulang apa yang pernah dilakukan.5. Terapi perilaku umumnya bersifat pendidik.Dengan demikian terapi perilaku tidak hanya mengubah gejala perilaku namun akan terjadi perubahan pada keseluruhan pribadinya, sehingga terapi perilaku dalam arti sempit adalah juga psikoterapi.

Sabtu, 23 Maret 2013 PSIKOTERAPI PERILAKU (BEHAVIOR) A. Sejarah Perkembangan Terapi PerilakuPendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan classical conditioning atau associative learning. Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.Watson dkk selama 1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal.Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans Eysenck. Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku.Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.Ogden Lindsley merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan celeration) standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner secara pribadi lebih tertarik pada program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan programmed instruction. Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald Patterson menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak dengan masalah perilaku.

B. Teori, Konsep Dasar dan Tujuan Terapi PerilakuSebagai salah satu teknik psikoterapi, terapi perilaku realtif masih sangat muda,baru dipergunakan sejak 30 tahun yang lalu. Dalam kaitan dengan pengubahan perilaku (behavior modification), terdapat dua pendapat mengenai terapi perilaku. di dalamperkembangannya, terapi perilaku sebagai metode yang dipakai untuk mengubah perilakuatau arti umumnya sebagai salah satu teknik psikoterapi, menurut corey (1991) terdiri dari tiga tahap :1. Tahap pertama adalah tahap kondisioning klasik pada mana perilaku yang baru,dihasilkan dari individu secara pasif. Tokoh-tokoh pada kelompok ini ialah : Skinner (Science and Human Behavior); A. Lazarus (Behavior Therapy and Beyond) danEysenck (Behavior Therapy and The Neurosis).2. Tahap kedua adalah tahap kondisioning aktif [operant], dimana perubahan-perubahandi lingkungan yang terjadi akibat sesuatu perilaku, bisa berfungsi sebagai penguat-ulang [reinforcer] agar sesuatu perilaku bisa terus diperlihatkan, sehinggakemungkinan perilaku tersebut akan diperlihatkan terus dan semakin diperkuat.Tokoh utama pada tahap kedua ini adalah Skinner.3. Tahap ketiga adalah tahap kognitif. Sebagaimana diketahui bahwa munculnya terapiperilaku dengan cirri-ciri khas yang bertentangan dengan pendekatan psikoanalisis,psikodinamik, mengesampingkan konsep berfikir, konsep sikap dan konsep nilai.Menurut Masters, et al (1987) ada beberapa paham dasar pada terapi perilaku, yakni :a. Dihubungkan dengan psikoterapi, terapi perilaku secara relative lebih memusatkanpada perilaku itu sendiri dan kurang memperhatikan factor penyebab yangmendasarinya. Khususnya psikoanalisi yang bertumpu pada keyakinan bahwa gejalayang muncul atau terlihat harus dihilangkan dengan menghilangkan sumberpenyebabnya, akarnya.b. Perilaku manusia dalam batas tertentu diperoleh melalui proses belajar, sama halnyadengan setiap perilaku lain. Pada terapi perilaku, memperhatikan secara khusus,bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku, antara lain dilihat dari sudut teori danproses belajar.c. Dasar-dasar psikologi, khususnya dasar teori dan proses belajar, dapat dipergunakansecara sangat efektif dalam mengubah perilaku malasuai. Namun tidak berarti bahwasemua perilaku malasuai bisa diubah dengan dasar pendekatan bhavioristik karenafactor biologic masih tetap dianggap.d. Terapi perilaku menentukan dan merumuskan tujuan khusus terapi. Meskipun tidakmengubah kepribadian secara keseluruhan, tetapi dengan menghilangkan respon-respon yang malasuai (sebagai sumberny)], diharapkan akan mempengaruhipeibadinya sebgai keseluruhan (sstotalitas).e. Terapi perilaku menolak teori klasik mengenai aspek dasar kepribadian (trait theory). Sebagaimana diketahui bahwa aspek dasar kepribadian adalah predisposisi untukmelakukan sesutau perilaku secara sama pada macam-macam situasi. Ada pengaruhdari situasi sebgai sumber perangsangan (stimulus) yang mempengaruhi jawabansecara berbeda pula.f. Terapis perilaku menyesuaikan metode terapinya dengan masalah yang ada padaklien.dalam terapi perilaku tidak lagi berlaku konsep metode tunggal dalammenghadapi persoalan yang dialami pasien.sebaliknya prosedur pelaksanaan terapiperlu disesuaikan dengan persoalan yang ada dan kondisi khusus pribadinya.g. Terapi perilaku memusatkan pada keadaan sekarang.dari sudut pendekatanpsikodinamok yang menitik beratkan terjadinya pemahaman terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat diyakininya akan mempunyai efek terapeutik.h. Terapis perilaku menilai hasil-hasil yang diperoleh secara empirik,merupakandukungan yang besar dalam mempergunakan macam-macam teknik.meskipun hasilobjektif melalui penelitian-penelitian,namun ada tingkatan-tingkatan misalnya:padakemantapan metodologi yang dipakai,sehingga kuantifikasi saja,tidak selalumenjamin akan adanya metodologi yang mantap yang menghasilkan sesuatu hasil penelitian.

Terapi perilaku bertujuan untuk mengubah perilaku manusia yang bisa diamati dan bisa diukur. Perubahan-perubahan itu dipilih oleh terapis bersama dengan kliennya. Karena pendekatan ini bertujuan melihat perubahan perilaku, beberapa problem lebih cocok dilakukan terapi perilaku daripada terapi lainnya. Terapis bersikap direktif, memberi petunjuk yang jelas tentang yang harus dilakukan agar bias menghasilkan perubahan. Terapi perilaku berpandangan bahwa semua perilaku, baik berguna ataupun tidak, normal atau abnormal, dipelajari melalui pengkondisian operan atau klasik. Gejala-gejalanya dilihat sebagai perilaku yang tak diinginkan. Tujuan umum terapi perilaku adalah menghasilkan perubahan perilaku realistis yang diinginkan melalui pendekatan yang terencana dan konsisten. Terapi perilaku berasumsi bahwa emosi dan pikiran yang berubah akan otomatis mengikuti perilaku yang berubah. Ketika kecemasan dan ketakutan terjadi, tujuannya bukanlah menghilangkan perasaan itu sepenuhnya dari seseorang (tujuan yang tidak mungkin berhasil), namun membuat perasaan itu ke suatu titik yang bisa dipersepsikan dan dikelola daripada disingkirkan sama sekali.Perkakas utama terapi perilaku adalah terapi paparan dan keterampilan dan pelatihan pengendalian diri yang masing-masing konsisten dengan prinsip-prinsip pengkondisian klasik dan pengkondisian operan. Seseorang dengan problem tertentu biasanya akan dikaji dan dirujuk untuk terapi perilaku jika sesuai. Jika orang itu dan problemnya sesuai untuk dilakukan terapi perilaku, asesmen perilaku penuh untuk problem itu akan dilakukan. Hal itu juga dikenal sebagai analisis perilaku. Inti dari pendekatan terapi perilaku adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".

C. Langkah-langkah Terapi Perilaku1. AsesmenSeseorang dengan problem tertentu biasanya akan dikaji dan dirujuk untuk terapi perilaku jika sesuai (lihat bagian Klien mana yang paling mendapatkan manfaat). Jika orang itu dan problemnya sesuai untuk dilakukan terapi perilaku, asesmen perilaku penuh untuk problem itu akan dilakukan (Analisis Perilaku). Terapis menggunakan pendekatan direktif dan berorientasi masalah, mengajukan pertanyaan langsung kepada klien tentang masalahnya. Cara yang lebih ilmiah untuk mengkaji dan mengevaluasi lingkup problem adalah dengan menggunakan kuesioner.2. Proses TerapiBegitu problem target telah dikaji penuh, terapeutik dimulai. Kemajuan dalam terapi dicapai dengan menjelaskan secara gamblang kepada klien tentang apa saja yang dilakukan dalam terapi, bagaimana prosesnya berjalan, apa yang diharapkan dari klien dan bagian yang diperankannya dalam kemajuannya sendiri. Kesulitan yang diantisipasinya akan dibahas secara terbuka dan dihasilkan solusinya.

3. Terapi PaparanPrinsip paparan selalu sama (seseorang yang takut anjing, justru akan dipapar anjing). Dengan paparan terus-menerus pada objek atau situasi yang ditakuti, awalnya kecemasan akan muncul, namun akhirnya memudar pada level yang bisa ditoleransi. Paparan dilakukan dengan cara yang terstruktur dan bisa dikelola, selalu dengan pemahaman dan persetujuan klien, namun juga dengan pemberian rasionalisasi yang jelas.a. Flooding, seseorang dipapar pada situasi yang paling ditakuti untuk periode yang lama, tetap dalam situasi itu hingga ketakutannya mereda.b. Implosi (Implosion), seseorang dipapar pada situasi yang paling ditakuti namun hanya dalam imajinasi4. Pelatihan KeterampilanPelatihan keterampilan dilakukan setahap demi setahap. Bidang-bidang umum yang ditangani terapis adalah pelatihan keterampilan asertif, pelatihan keterampilan social, dan pelatihan keterampilan seksual. Dalam pemodelan terapis mendemonstrasikan perilaku yang sesuai, komponen demi komponen, dan mendorong klien mengikuti contoh, memberi masukan dan pujian jika berkinerja bagus. 5. Pelatihan Pengendalian DiriPelatihan pengendalian diri bertujuan membantu klien mengendalikan perilaku dan perasannya. Bentuk monitor diri (menyimpan catatan harian tentang perilaku bermasalah dan keadaan ketika itu terjadi) banyak digunakan dalam terapi perilaku, sehingga klien bisa mengidentifikasi petunjuk spesifik yang memicu perilaku bermasalahnya dan didorong untuk berlatih mengendalikan diri ketika perilaku itu muncul. Klien didorong untuk menghargai dirinya dengan berbagai cara jika ia bisa mengendalikan diri, maka disebut penguatan.6. Format Sesi KhasSesi asesmen utama berbeda dengan sesi yang sedang berjalan karena dirancang untuk menemukan banyak informasi tentang klien dan masalahnya. Sesi-sesi berikutnya pada tahap tertentu akan ditentukan oleh sifat dasar permasalahan tertentu klien, namun akan mengikuti rencana umum. Terapis menyambut klien dan menegosiasikan agenda untuk sesi-sesi terapi.

D. Aplikasi dalam Pendidikan (Contoh Kasus) Pendekatan behavioral dapat diaplikasikan menuju proses pembelajaran. Hal yang tampak terlihat diantaranya sebagai berikut :a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.b. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.c. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.d. Materi pelajaran digunakan sistem modul.e. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.f. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.g. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.h. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.i. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.j. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).k. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan. l. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.m. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.n. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.o. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.

PSIKOTERAPI TERAPI PERILAKU (BEHAVIOUR THERAPY)5 April 2011 pukul 19:17PENDEKATAN TERAPI PERILAKU (BEHAVIOUR THERAPY)Materi Kuliah Psikoterapi UIN-Makassar,Fak. Dakwah, Jur. BPI, Dosen: Ir.Henrikus, S.Psi, CHtTerapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang didisain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. SEJARAH PERKEMBANGAN TERAPI PERILAKUWatson dkk selama 1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal. Pada tahun 1927, Ivan Pavlov terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan memakai suara bell untuk mengkondisikan anjing bahwa bell = makanan, yang kemudian dikenal juga sebagai Stimulus dan Respon.Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans Eysenck.Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku.Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.Ogden Lindsley merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan celeration) standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner secara pribadi lebih tertarik pada program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan programmed instruction.Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald Patterson menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak dengan masalah perilaku.Tujuan:Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari; Meningkatkan perilaku, atau Menurunkan perilaku Meningkatkan perilaku: Reinforcement positif: memberi penghargaan thd perilaku Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi Mengurangi perilaku: Punishment: memberi stimulus aversi Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer Extinction: menahan reinforcerTeori dasar Metode Terapi Perilaku Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari (learned) Terapi untuk perilaku maladaptif adalah dg penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning) Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning)Fungsi dan Peran Terapis Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.Hubungan antara Terapis dan Klien Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam proses terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi perkuatan. Para terapis tingkah laku menghindari bermain peran yang dingin dan impersonal sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun daripada hanya memaksakan teknik-teknik kaku kepada para klien. .Bentuk bentuk terapi Perilaku1. Sistematis Desensitisasi, adalah jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya. Lebih khusus lagi, adalah jenis terapi Pavlov/terapi operant conditioning therapy yang dikembangkan oleh psikiater Afrika Selatan, Joseph Wolpe.Dalam metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi untuk mengontrol rasa takut dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien dianjurkan menggunakannya untuk bereaksi terhadap situasi dan kondisi sedang ketakutan. Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang individu akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi phobianya, yang kemudian mampu mengatasi rasa takut dalam phobianya.Fobia spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan proses desensitisasi sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional dari sebuah objek, seperti ketinggian, anjing, ular, mereka cenderung untuk menghindarinya.Tujuan dari desensitisasi sistematis untuk mengatasi ini adalah pola memaparkan pasien bertahap ke objek fobia sampai dapat ditolerir.2. Exposure and Response Prevention (ERP), untuk berbagai gangguan kecemasan, terutama gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini berhasil bila efek terapeutik yang dicapai ketika subjek menghadapi respons dan menghentikan pelarian. Metodenya dengan memaparkan pasien pada situasi dengan harapan muncul kemampuan menghadapi respon (coping) yang akan mengurangi mengurangi tingkat kecemasannya. Sehingga pasien bisa belajar dengan menciptakan coping strategy terhadap keadaan yang bisa menyebabkan kecemasan perasaan dan pikiran. Coping strategy ini dipakai untuk mengontrol situasi, diri sendiri dan yang lainnya untuk mencegah timbulnya kecemasan.3. Modifikasi perilaku, menggunakan teknik perubahan perilaku yang empiris untuk memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan reaksi terhadap rangsangan melalui penguatan positif dan negatif.Penggunaan pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike pada tahun 1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini digunakan oleh kelompok penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk meningkatkan perilaku adaptif melalui reinforcement dan menurunkan perilaku maladaptive melalui hukuman (dengan penekanan pada sebab).Salah satu cara untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima pujian untuk setiap satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam mengubah perilaku dalam cara yang dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi stabil.4. Flooding, adalah teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati fobia. Ini bekerja dengan mengekspos pasien pada keadaan yang menakutkan mereka. Misalnya ketakutan pada laba laba (arachnophobia ), pasien kemudian dikurung bersama sejumlah laba laba sampai akhirnya sadar bahwa tidak ada yang terjadi.Banjir ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967. Flooding adalah bentuk pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain psychopathologies. Bekerja pada prinsip-prinsip pengkondisian klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di mana pasien mengubah perilaku mereka untuk menghindari rangsangan negatif.Tehnik Terapi:1. Mencari stimulus yang memicu gejala gejala2. Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan tingkah laku klien dari keadaan normal sebelumnya.3. Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai celaan atau judgement oleh terapis.4. Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang dialami klien dan meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan 5. Ulangi lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien.5. Latihan relaksasiRelaksasi menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan yaitu kecepatan denyut jantung yang lambat, peningkatan aliran darah perifer, dan stabilitas neuromuscular. Berbagai metode relaksasi telah dikembangkan, walaupun beberapa diantaranya, seperti yoga dan zen, telah dikenal selama berabad-abad.Sebagian besar metode untuk mencapai relaksasi didasarkan pada metode yang dinamakan relaksasi progresif. Pasien merelaksasikan kelompok otot-otot besarnya dalam urutan yang tertentu, dimulai dengan kelompok otot kecil di kaki dan menuju ke atas atau sebaliknya. Beberapa klinisi menggunakan hypnosis untuk mempermudah relaksasi atau menggunakan tape recorder untuk memungkinkan pasien mempraktekkan relaksasi sendiri.Khayalan mental atau mental imagery adalah metode relaksasi dimana pasien diinstruksikan untuk mengkhayalkan diri sendiri di dalam tempat yang berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan pasien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi seperti yang dinamakan oleh Benson, respon relaksasi.6. Observational learning, Juga dikenal sebagai: monkey see monkey do. Ada 4 proses utama observasi pembelajaran. Attention to the model. Retention of details (observer harus mampu mengingat kebiasaan model) Motor reproduction (observer mampu menirukan aksi) Motivation and opportunity (observer harus termotivasi melakukan apa yang telah diobservasi dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya). reinforcement. Punishment may discourage repetition of the behaviour7.Latihan AsertifTehnik latihan asertif membantu klien yang:1. Tidak mampu mengungkapkan emosi baik berupa mengungkapkan rasa marah atau perasaan tersinggung.2. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, 3. Klien yang sulit menyatakan penolakan, mengucapkan kata Tidak.4. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri. Prosedur: Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran.Misalnya, klien mengeluh bahwa dia acap kali merasa ditekan oleh atasannya untuk melakukan hal-hal yang rnenurut penilaiannya buruk dan merugikan serta mengalami hambatan untuk bersikap tegas di hadapan atasannya itu. Cara Terapinya: Pertama-tama klien memainkan peran sebagai atasan, memberi contoh bagi terapis, sementara terapis mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi atasan. Kemudian, mereka saling menukar peran sambil klien mencoba tingkah laku baru dan terapis memainkan peran sebagai atasan. Klien boleh memberikan pengarahan kepada terapis tentang bagaimana memainkan peran sebagai atasannya secara realistis, sebaliknya terapis melatih klien bagaimana bersikap tegas terhadap atasan.8. Terapi AversiTeknik-teknik pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat/hilang.Terapi ini mencakup gangguan, kecanduan Alkohol, Napza, Kompulsif, Fetihisme, Homoseksual, Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya.Teknik-teknik aversi adalah metode-metode yang paling kontroversi, misalnya memberikan kejutan listrik pada anak anak autis bila muncul tingkah laku yang tidak diinginkan.Efek-efek samping: Emosional tambahan seperti tingkah laku yang tidak diinginkan yang dihukum boleh jadi akan ditekan hanya apabila penghukum hadir. Jika tidak ada tingkah laku yang menjadi alternatif bagi tingkah laku yang dihukum, maka individu ada kemungkinan menarik diri secara berlebihan, Pengaruh hukuman boleh jadi digeneralisasikan kepada tingkah laku lain yang berkaitan dengan tingkah laku yang dihukum, Mis; Seorang anak yang dihukum karena kegagalannya di sekolah boleh jadi akan membenci semua pelajaran, sekolah, semua guru, dan barangkali bahkan membenci belajar pada umumnya,9. Pengondisian operanTingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. Ia adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku operan merupakan tingkah laku paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain, dsb.Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip penguatan yang menerangkan pembentukan, memelihara, atau penghapusan pola-pola tingkah laku, merupakan inti dari pengondisian operan. Berikut ini uraian ringkas dari metode-metode pengondisian operan yang mencakup: perkuatan positif, pembentukan respons, perkuatan intermiten, penghapusan, pencontohan, dan token economy. Perkuatan positif, adalah pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Cara ini ampuh untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder, diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan dan tidur atau istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan kebutuhan kebutuhan psikologis dan sosial, memiliki nilai karena berasosiasi dengan pernerkuat-pemerkuat primer. Pembentukan Respon, adalah tingkah laku yang sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respons berwujud pengembangan suatu respons yang pada mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan tingkah laku individu. Perkuatan sering digunakan dalam proses pembentukan respons ini. jadi, misalnya, jika seorang guru ingin membentuk tingkah laku kooperatif sebagai ganti tingkah laku kompetitif, dia bisa memberikan perhatian dan persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkannya itu. Pada anak autistik yang tingkah laku motorik, verbal, emosional, dan sosialnya kurang adaptif, terapis bisa membentuk tingkah laku yang lebih adaptif dengan memberikan pemerkuat-pemerkuat primer maupun sekunder. Perkuatan intermiten, diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik. Tingkah laku yang dikondisikan oleh perkuatan intermiten pada umumnya lebih tahan terhadap penghapusan dibanding dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian perkuatan yang terus-menerus. Dalam menerapkan pemberian perkuatan pada pengubahan tingkah laku, pada tahap-tahap permulaan terapis harus mengganjar setiap terjadi munculnya tingkah laku yang diinginkan, sesegera mungkin saat tingkah laku yang diinginkan muncul. Dengan cara ini, penerima perkuatan akan belajar, tingkah laku spesifik apa yang diganjar. Bagaimanapun, setelah tingkah laku yang diinginkan itu meningkat frekuensi kemunculannya, frekuensi pemberian perkuatan bisa dikurangi. Penghapusan, adalah dengan landadsan bahwa apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah laku yang maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan intermiten dalam jangka waktu lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa penghentian pemberian perkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belaj.u tingkah laku yang diinginkan. Modeling, metodenya dengan mengamati seorang kemudian mencontohkan tingkah laku sang model. Bandura(1969), menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung, bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umumnya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat. Token Ekonomi, metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diingini. Metode taken economy sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka.Hasil Terapi PerilakuTerapi perilaku telah berhasil dalam berbagai gangguan dan mudah diajarkan. Cara ini memakan waktu yang lebih sedikit dibandingkan terapi lain dan lebih murah digunakan. Keterbatasan metode adalah bahwa cara ini berguna untuk gejala perilaku yang terbatas, bukannya disfungsi global (sebagai contohnya, konflik neurotic, gangguan kepribadian). Ahli teori yang berorientasi analitik telah mengkritik terapi perilaku dengan mengatakan bahwa menghilangkan gejala sederhana dapat menyebabkan gejala pengganti. Dengan kata lain, jika gejala tidak dipandang sebagai akibat dari konflik dalam diri ( inner conflict ) dan jika penyebb inti dari gejala tidak di jawab atau di ubah, hasilnya adalah timbulnya gejala baru. Satu interpretasi terapi perilaku dicontohkan oleh pernyataan controversial dari Eysenck: teori belajar tentang gejala neurotic adalah semata mata kebiasaan yang dipelajari; tidak terdapat neurosis yang mendasari gejala, tetapi semata- mata gejala itu sendiri. Sembuhkan gejalanya dan anda telah menghilangkan neurosis. Beberapa ahli terapi percaya bahwa terapi perilaku adalah pendekatan yang terlalu disederhanakan kepada psikopatologi dan interaksi kompleks antara ahli terapi dan pasien. Substitusi gejala mungkin tidak dapat dihindari, tetapi kemungkinannya adalah suatu pertimbangan penting dalam menilai kemanjuran terapi perilaku.Seperti pada bentuk terapi lainnya, suatu pemeriksaan masalah, motivasi dan kekuatan psikologis pasien harus dilakukan sebelum menerapkan pendekatan terapi perilaku.