teoti konflik

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Historisasi / Konteks Sosial Lewis A Coser lahir di Berlin, tahun 1913. Ia memusatkan perhatiannya pada kebijakan sosial dan politik. Pasca Perang Dunia II, tamatan Universitas Columbia (1968) ini mengajar di Universitas Chicago dan Universitas Brandeis tempat dimana dia dinobatkan gelar guru besar. Tahun1975 Lewis Coser terpilih menjadi Presiden American Sociological Association (ASA). Coser juga aktif sebagai columnis di berbagai jurnal. Tulisan Coser yang terkenal adalah Greedy Institutions alias Institusi Tamak. Penulis buku The Functons of Social Conflict ini, mengutip dan mengembangkan gagasan George Simmel untuk kemudian dikembangkan menjadi penjelasan-penjelasan tentang konflik yang menarik. Coser mengkritik dengan cara menghubungkan berbagai gagasan Simmel dengan perkembangan fakta atau fenomena yang terjadi jauh ketika Simmel masih hidup. Ia juga mengkritisi dan membandingkannya dengan gagasan sosiolog-sosiolog klasik. Menambahkan dengan gagasan seperti dinyatakan ahli psikologi seperti Sigmund Freud. Hal yang menarik dari Coser adalah bahwa ia sangat disiplin dalam satu tema. Coser benar-benar concern pada satu tema-tema konflik, baik konflik tingkat eksternal maupun internal. Ia mampu mengurai konflik dari sisi luar maupun sisi dalam. Jika dihubungkan dengan pendekatan 1

Upload: vivi-ocktaviani

Post on 16-Feb-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Lewis A Coser

TRANSCRIPT

Page 1: Teoti konflik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Historisasi / Konteks Sosial

Lewis A Coser lahir di Berlin, tahun 1913. Ia memusatkan perhatiannya pada

kebijakan sosial dan politik. Pasca Perang Dunia II, tamatan Universitas Columbia

(1968) ini mengajar di Universitas Chicago dan Universitas Brandeis tempat dimana

dia dinobatkan gelar guru besar. Tahun1975 Lewis Coser terpilih menjadi Presiden

American Sociological Association (ASA). Coser juga aktif sebagai columnis di

berbagai jurnal. Tulisan Coser yang terkenal adalah Greedy Institutions alias Institusi

Tamak.

Penulis buku The Functons of Social Conflict ini, mengutip dan mengembangkan

gagasan George Simmel untuk kemudian dikembangkan menjadi penjelasan-penjelasan

tentang konflik yang menarik. Coser mengkritik dengan cara menghubungkan berbagai

gagasan Simmel dengan perkembangan fakta atau fenomena yang terjadi jauh ketika

Simmel masih hidup. Ia juga mengkritisi dan membandingkannya dengan gagasan

sosiolog-sosiolog klasik. Menambahkan dengan gagasan seperti dinyatakan ahli

psikologi seperti Sigmund Freud.

Hal yang menarik dari Coser adalah bahwa ia sangat disiplin dalam satu tema.

Coser benar-benar concern pada satu tema-tema konflik, baik konflik tingkat eksternal

maupun internal. Ia mampu mengurai konflik dari sisi luar maupun sisi dalam. Jika

dihubungkan dengan pendekatan fungsionalisme, nampak ada upaya Coser untuk

mengintegrasikan fungionalisme dengan konflik.Menurut George Ritzer dalam

melakukan kombinasi itu, baik teori fungsionalime maupun teori konflik akan lebih

kuat ketimbang berdiri sendiri.

Selama lebih dari dua puluh tahun Lewis A. Coser tetap terikat pada model

sosiologi dengan tertumpu kepada struktur sosial. Pada saat yang sama dia

menunjukkan bahwa model tersebut selalu mengabaikan studi tentang konflik sosial.

Berbeda oleh karena itu dapat oleh berdasarkanbeberapa ahli sosiologi yang

menegaskan eksistensi dua perspektif yang berbeda (teori fungsionalis dan teori

konflik), coser mengungkapkan komitmennya pada kemungkinan menyatukan kedua

pendekatan tersebut.

1

Page 2: Teoti konflik

Akan tetapi para ahli sosiologi kontemporer sering mengacuhkan analisis konflik

sosial, mereka melihatnya konflik sebagai penyakit bagi kelompok sosial. Coser

memilih untuk menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif

yaitu membentuk serta mempertahankan struktur suatu kelompok tertentu. Coser

mengembangkan perspektif konflik karya ahli sosiologi Jerman George Simmel.

Seperti halnya Simmel, Coser tidak mencoba menghasilkan teori menyeluruh yang

mencakup seluruh fenomena sosial. Karena ia yakin bahwa setiap usaha untuk

menghasilkan suatu teori sosial menyeluruh yang mencakup seluruh fenomena sosial

adalah premature (sesuatu yang sia- sia Memang Simmel tidak pernah menghasilkan

risalat sebesar Emile Durkheim, Max Weber atau Karl Marx. Namun, Simmel

mempertahankan pendapatnya bahwa sosiologi bekerja untuk menyempurnakan dan

mengembangkan bentuk- bentuk atau konsep- konsep sosiologi di mana isi dunia

empiris dapat ditempatkan Penjelasan tentang teori konflik Simmel sebagai berikut:

A. Simmel memandang pertikaian sebagai gejala yang tidak mungkin dihindari dalam

masyarakat. Struktur sosial dilihatnya sebagai gejala yang mencakup berbagai

proses asosiatif dan disosiatif yang tidak mungkin terpisah- pisahkan, namun dapat

dibedakan dalam analisis.

B. Menurut Simmel konflik tunduk pada perubahan. Coser mengembangkan proposisi

dan memperluas konsep Simmel tersebut dalam menggambarkan kondisi- kondisi

di mana konflik secara positif membantu struktur sosial dan bila terjadi secara

negatif akan memperlemah kerangka masyarakat.

1.2. Tokoh Pengagas

Lewis Alfred Coser (1913 – 2003)

2

Page 3: Teoti konflik

Lewis Coser, atau yang memiliki nama lengkap Lewis Alfred Coser dilahirkan

dalam sebuah keluarga borjuis Yahudi pada 27 November 1913, di Berlin, Jerman.

Coser memberontak melawan atas kehidupan kelas menengah yang diberikan

kepadanya oleh orang tuanya, Martin (seorang bankir) dan Margarete (Fehlow) Coser.

Pada masa remajanya ia sudah bergabung dengan gerakan sosialis dan meskipun bukan

murid yang luar biasa dan tidak rajin sekolah tetapi ia tetap membaca voluminously

sendiri. Ketika Hitler berkuasa di Jerman, Coser melarikan diri ke Paris, tempat ia

bekerja serabutan untuk mempertahankan eksistensi dirinya. Ia menjadi aktif dalam

gerakan sosialis, bergabung dengan beberapa kelompok-kelompok radikal, termasuk

organisasi Trotskyis yang disebut “The Spark.” Pada tahun 1936, ia akhirnya mampu

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, menjadi seorang ahli statistik untuk

perusahaan broker Amerika.

Dia juga terdaftar di Sorbonne sebagai mahasiswa sastra komparatif tetapi

kemudian mengubah fokus untuk sosiologi. Pada tahun 1942 ia menikah dengan Rose

Laub dan dikaruniai dua orang anak, Ellen dan Steven. Pada tahun 1948, setelah

periode singkat sebagai mahasiswa pascasarjana di Columbia University, Coser

menerima posisi sebagai tenaga pengajar ilmu sosial di Universitas Chicago. Pada

tahun yang sama, ia menjadi warga negara AS naturalisasi. Pada tahun 1950, ia kembali

ke Universitas Columbia sekali lagi untuk melanjutkan studinya, menerima gelar doktor

pada tahun 1954. Ia diminta oleh Brandeis University di Waltham, Massachusetts pada

tahun 1951 sebagai seorang dosen dan kemudian sebagai profesor sosiologi. Dia tetap

di Brandeis, yang dianggap sebagai surga bagi kaum liberal, sampai 1968.

Buku Coser tentang Fungsi Konflik Sosial adalah hasil dari disertasi doktoralnya.

Karya-karya lainnya antara lain adalah; Partai Komunis Amerika: A Critical History

(1957), Men of Ideas (1965), Continues in the Study of Sosial Conflict (1967), Master

of Sosiological Thought (1971) dan beberapa buku lainnya disamping sebagai editor

maupun distributor publikasi. Coser meninggal pada tanggal 8 Juli 2003, di Cambridge,

Massachusetts dalam usia 89 tahun.

3

Page 4: Teoti konflik

BAB II

ASUMSI-ASUMSI DASAR TEORI

2.1. Teori Konflik Perspektif Lewis Coser

Teori konflik yang dikonsepsikan coser merupakan sebuah system social yang

bersifat fungsional .Bagi lewis A. Coser ,konflik yang terjadi di dalam masyarakat tidak

semata-mata menunjukkan fungsi negatif saja ,tetapi dapat pula menimbulkan dampak

positif .Oleh karena itu ,konflik bias menguntungkan bagi system yang

bersangkutan.Bagi Coser ,konfik adalah salah satu bentuk interaksi dan tak perlu

diingkari keberadaannya .Seperti halnya dengan George simmel,yang berpendapat bahwa

konflik merupakan salah satu bentuk interaksi social yang dasar,dan peruses konflik itu

berhubungan dengan bentuk-bentuk alternative seperti kerja sama dalam berbagai cara

yang tekterhitung jumlahnya dan bersifat kompleks.

Terdapat perbedaan antara coser dan simmel.coser tidak terlalu banyak menaruh

perhatian pada hubungan timbal balik yang kompleks dan tidak kentara anatar bentuk-

bentuk konflik dan interaksi lainya pada tingkat antarperibadi ,tetapi lebih menyoroti

pada konsekuensi-konsekuensi yang timbul bagi system social yang lebih besar di mana

konflik tersebut terjadi.Coser bermaksud menunjukan bahwa konflik tidak harus merusak

atau bersifat ‘disfungsional’ bagi system yang bersangkutan .Konflik bias juga

menimbulkan kosekuensi positif .Dengan demikian ,konflik bias bersifat menguntungkan

bagi system yang bersangkutan.

Coser menyatakan ,perselisihan atau konflik dapat berlangsu antara

individu,kumpulan atau antara individu dan kumpulan.Bagemanapun ,konflik anatar

kelompok maupun yang intra kelompok senantiasa ada di tempat orang itu hidup

bersama.Coser juga menyatakan,konflik itu usur interaksi yang sangat penting ,dan sama

sekali tidak boleh dikatakan bahwa konflik selalu tidak baik atau memecah belah atau

merusak .Konflik bias saja menyumbang banyak kepada kelsestarian kelompok atau

mempererat hubungan antara anggotanya. Seperti menghadapi musuh bersama dapat

mengintegrasikan orang menghasilkan solidaritas dan keterlibatan ,dan membuat orang

lupa akan perselisihan intern mereka sendiri.

4

Page 5: Teoti konflik

2.2 Gagasan-Gagasan Lewis Alfred Coser

Semasa hidupnya Coser, telah banyak menyumbang gagasan gagasan tentang

konflik sosial, antara lain yaitu:

a. Fungsi positif konflik sosial.

b. Katup penyelamat ( savety valve).

c. Konflik realistis dan non realistis.

d. Permusuhan dalam hubungan-hubungan social yang intim

e. Isu Fungsional konflik.

f. Kondisi kondisi yang mempengaruhi konflik kelompok dalam( in group)

dengan kelompok luar (out group).

2.3. Fungsi Positif Konflik Menurut Lewis Coser

Konflik merupakan cara atau alat untuk mempertahankan ,mempersatukan dan

bahkan mempertegas system social yang ada. Contoh yang paling jelas untuk memahami

fungsi positif konflik adalah hal-hal yang menyangkut dinamika hubungan antara “in-

group (kelompok dalam) dengan “out-group” (kelompok luar).Berikut ini adalah

sejumlah proposisi yang dikemukakan oleh lewis A.Coser:

a. Kekuatan solidaritas internal dan integrasi kelompok dalam (in group ) akan

bertambah tinggi apabila tingkat permusushan atau konflik dengan kelompok luar

bertambag besar.

b. Integritas yang semakin tinggi dari kelompok yang terlibat dalam konflik dapat

membantu memeperkuat batas antara kelompok itu dan kelompok-kelompok lainnya

dalam lingkungan itu,khususnya kelompok yang bermusuhan atau secara potensi

dapat menimbulkan permusuhan.

c. Dalam kelompok itu ada kemungkinan berkurangnya toleransi akan perpecahan ,dan

semakin tingginya tekanan pada konsesus dan konformintas.

d. Para penyimpang dalam kelompok itu tidak lagi ditoleransikan, mereka tidak dapat

dibujuk masuk kejalan yang benar, mereka mungkin diusir atau dimasukkan dalam

pengawasan yang ketat.

Cosar memang mengakui bahwa komplik itu dapat membahayakan persatuan. Oleh

karena itu, perlu dikembangkan cara agar bahaya tersebut dapat dikurangi atau bahkan

dapat diredam. Baginya, Katup penyelamat ( savety valve) dapat diartikan sebagai “jalan

keluar yang meredakan permusuhan”, atau singkatnya dapat kita sebut dengan mediator.

5

Page 6: Teoti konflik

Dengan adanya katup penyelamat (mediator) tersebut, kelompok kelompok yang bertikai

dapat mengungkapkan penyebab dari munculnya konflik tersebut .Tetapi bagaimana

seandainya ada orang atau kelompok yang merasa tidak puas dengan system yang

berlaku?, Dewan Perwakilan Rakyat dapat diambil contoh sebagai ketup pengaman

untuk menertibkan dan menyalurkan semua aspirasi, termasuk perasaan kurang puas

terhadap system politikyang ada atau sedang berlaku. Dengan cara demikian, dorongan –

dorongan agresif atau permusuhan dapat diungkapkan dengan cara – cara yang tidak

mengancam atau merusak solidaritas dan kesatuan masyarakat.

Menurut Coser, ketup pengaman ini disamping dapat berbentuk institusi social dapat

juga berbentuk tindakan – tindakan atau kebiasaan – kebiasaan yang dapat mengurangi

ketegangan, karena konflik tidak dapat disalurkan.

Coser mengakui beberapa susunan structural merupakan hasil persetujuan dan

consensus, suatu proses yang ditonjolkan oleh kaum fungsionalis structural, tetapi ia juga

menunjukkan pada proses lain yaitu konflik social. Menurut Coser, bahwa konflik itu

bersifat fungsional ( baik ) dan bersifat disfungsional ( buruk ), bagi hubungan –

hubungan dan struktur yang tidak terangkum dalam system social sebagai suatu

keseluruhan. Perhatian Coser cendrung melihat dari sisi fungsi bukan dari sisi

disfungsinya. Karena Cosar mendefinisikan konflik social sebagai suatu perjuangan

terhadap nilai dan pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan

sumber – sumber pertentangan di netralisasikan atau di langsungkan, atau dieliminasi

saingan – saingannya.

Coser dengan konflik fungsionalnya menyatakan, bahwa konflik dapat merubah

bentuk intraksi, sedangkan ungkapan perasaan permusuhan tidaklah demikian. Cosar

merumuskan fungsionalisme ketika membincangkan tentang konflik disfungsional bagi

struktur social ketika terdapat toleransi atau tidak terdapat konflik. Intensitas konflik itu

lantas mengancam adanya suatu perpecahan yang akan menyerang basis consensus

system social berhubungan dengan kekuatan suatu struktur. Apa yang mengancam

kondisi pecah belah bukanlah konflik melainkan kekacauan konflik itu sendiri, yang

mendorong adanya permusuhan yang terakumulasi dan tertuju pada suatu garis pokok

perpecahan yang dapat meledakkan konflik.

6

Page 7: Teoti konflik

2.4. Konflik Realistis dan Non Realistis

Dalam membahas berbagai situasi konflik, Coser membedakan konflik menjadi dua

macam yaitu:

a. Konflik Realistis

Konflik realistis yaitu konflik yang berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan

runtutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan

keuntungan para partisipan, yang di tujukan pada obyek yang dianggap

mengecewakan. Konflik realistis memiliki beberapa ciri antara lain:

Konflik muncul dari frustasi atas tuntutan khusus dalam hubungan dan dari

perkiraan keuntungan anggota dan yang diarahkan pada objek frustasi. Di samping

itu, konflik merupakan keinginan untuk mandapatkan sesuatu (expectations of gains).

Konflik merupakan alat-alat untuk mendapatkan hasil-hasil tertentu. Langkah-

langkah untuk mencapai hasil ini jelas disetujui oleh kebudayaan mereka. Dengan

kata lain, konflik realistis sebenarnya mengejar: power, status yang langka, resources

(sumber daya), dan nilai-nilai. Konflik akan berhenti jika aktor dapat menemukan

pengganti yang sejajar dan memuaskan untuk mendapatkan hasil akhir.

Pada konflik realistis terdapat pilihan-pilihan fungsional sebagai alat untuk

mencapai tujuan. Pilihan-pilihan amat bergantung pada penilaian partisipan atas solusi

yang selalu tersedia. Contoh dari konflik ini yaitu para karyawan yang mengadakan

pemogokan kerja melawan manajemen perusahaan sebagai aksi menuntut kenaikan

gaji.

b. Konflik Non Realistis.

Konflik non realistis yaitu konflik yang bukan berasal dari tujuan tujuan saingan

yang antagonistis, melainkan dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling

tidak dari salah pihak. Contoh dari konflik ini yaitu: dalam masyarakat buta huruf,

pembalasan dendam lewat ilmu gaib sering merupakan bentuk konflik non realisitis,

sebagaimana halnya dengan pengkambinghitaman yang sering terjadi dalam

masyarakat yang telah maju. Dalam hubungan antar kelompok, pengkambinghitaman

digunakan untuk menggambarkan keadaan dimana seseorang tidak melepaskan

prasangka mereka melawan kelompok yang benar benar merupakan lawan, melainkan

menggunakan kelompok pengganti sebagai obyek prasangka.

7

Page 8: Teoti konflik

2.5. Permusuhan Dalam Hubungan-Hubungan Sosial Yang Intim

Menurut Coser terdapat kemungkinan seseorang terlibat dalam konflik reaistis tanpa

sikap permusuhan atau agresif. Sebagai contoh adalah: Dua pengacara yang selama

masih menjadi mahasiswa berteman erat. Kemudian setelah lulus dan menjadi pengacara

dihadapkan pada suatu masalah yang menuntut mereka untuk saling berhadapan di meja

hijau. Masing-masing secara agresif dan teliti melindungi kepentingan kliennya, tetapi

setelah meniggalkan persidangan mereka melupakan perbedaan dan pergi ke restoran

untuk membicarakan masa lalu. Contoh-contoh dimana konflik tidak diikuti oleh rasa

permusuhan biasanya terdapat pada hubungan-hubungan yang bersifat parsial atau

segmented, daripada hubungan yang melibatkan keseluruhan pribadi pada peserta.

Akan tetapi apabila konflik berkembang dalam hubungan- hubungan yang intim,

maka pemisahan (antara konflik realistis dan non-realistis) akan lebih sulit untuk

dipertahankan. Coser mennyatakan bahwa, semakin dekat suatu hubungan semakin besar

rasa kasih saying yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan

untuk menekan ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan. Sedang pada hubungan-

hubungan sekunder, seperti misalnya dengan rekan bisnis, rasa permusuhan dapat relatif

bebas diungkapkan. Hal ini tidak selalu bisa terjadi dalam hubungan- hubungan primer

dimana keterlibatan total para partisipan membuat pengungkapan perasaan yang

demikian merupakan bahaya bagi hubungan tersebut. Apabila konflik tersebut benar-

benar melampaui batas sehingga menyebabkan ledakan yang membahayakan hubungan

tersebut. Contoh: Seperti konflik antara suami dan istri, serta konflik sepasang kekasih.

2.6. Isu Fungsionalitas Konflik

Seperti yang kita ketahui, konflik dapat secara positif fungsional sejauh ia

memperkuat kelompok dapat secara negatif fungsional sejauh ia bergerak melawan

struktur. Coser mengutip hasil pengamatan simmel yang menunjukkan bahwa konflik

mungkin positif dapat meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok dengan

memantapkan keutuhan dan keseimbangan. Di samping itu, coser menyatakan bahwa

yang penting dalam menentukan apakah suatu konflik fungsional atau tidak ialah tipe isu

yang merupakan subyek konflik itu. Selanjutnya, coser juga mengatakan bahwa

masyarakat yang terbuka dan berstruktur longgar membangun benteng untuk

membendung tipe konflik yang akan membahayakan consensus dasar kelompok itu dari

serangan terhadap nilai intinya dengan membiarkan konflik tersebut berkembang di

sekitar masalah-masalah yang tidak mendasar. Konflik antara dua kelompok dan antara

8

Page 9: Teoti konflik

berbagai kelompok antagonistis yang demikian itu saling menetralisir dan sesungguhnya

berfungsi untuk mempersatukan sistem sosial. Di dalam mempertentangkan nilai-nilai

yang berada di daerah pinggiran, kelompok-kelompok yang bermusuhan tidak pernah

sampai pada situasi yang akan menyebabkan permusuhan. Masyarakat atau kelompok

yang memperbolehkan konflik sebenarnya adalah masyarakat atau kelompok yang

memiliki kemungkinan yang rendah dari ancaman yang akan menghancurkan struktur

sosial.

2.7. Kondisi-Kondisi Yang Mempengaruhi Konflik Dengan Kelompok Luar dan

Struktur Kelompok

Coser menjelaskan bahwa konflik dengan kelompok luar akan membantu

pemantapan batas-batas struktural. Sebaliknya konflik dengan kelompok luar juga dapat

mempertinggi integrasi di dalam kelompok. Coser (1956:92-93) berpendapat bahwa

“tingkat konsensus kelompok sebelum konflik terjadi” merupakan hubungan timbal balik

paling penting dalam konteks apakah konflik dapat mempertinggi kohesi kelompok.

Coser menegaskan bahwa kohesi sosial dalam kelompok mirip sekte itu tergantung pada

penerimaan secara total seluruh aspek-aspek kehidupan kelompok. Untuk kelangsungan

hidupnya kelompok “mirip-sekte” dengan ikatan tangguh itu bisa tergantung pada

musuh-musuh luar. Konflik dengan kelompok-kelompok lain bisa saja mempunyai dasar

yang realistis, tetapi konflik ini sering (sebagaimana yang telah kita lihat dengan

berbagai hubungan emosional yang intim) berdasar atas isu yang non-realistis

9

Page 10: Teoti konflik

BAB III

APLIKASI TEORI

3.1. Analisis Konflik Pemilu 2014

Dalam kehidupan sosial manusia, dimana saja tidak lepas dari namanya konflik.

Konflik merupakam rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antara peribadi

maupun kelompok. Menurut Teori Konflik Lewis A Cosser. Konflik sosial yang terjadi

dalam masyarakat sering kali dianggap sebagai suatu yang negative, namun di anggap

tidak betul oleh cosser. Menurutnya konflik tidak hanya bersifat negatif (disfungsional)

tetapi konflik juga mempunyai segi positif (fungsional ). Sering kita lihat di media masa

berita tentang pemilihan umum, terutama pemilihan legislative pada Tanggal 9 april

2014 pasti di iringi dengan perpecahan dan konflik.

Seperti kasus yang di atas polres sumatera selatan memberikan pengawasan secara

merata di setiap kecamatan. Dia menjelaskan, beberapa hal yang berpotensi

menimbulkan konflik dalam pemilihan karena harapan warga tidak tercapai dan mereka

memerotes tahapan pemilu atau hasilnya terdapat pelangaran dan kecurangan.

masyarakat di berikan kebebasan dalam mengeluarkan pendapat seharusnya di gunakan

dengan baik tapi sebaliknya semunya itu menjadi konflik. Namun kasus ini bisa menjadi

fungsional, Karena menurut cosser konflik memiliki fungsisosial. Konflik ini juga dapat

mencegah pembekuan system social dengan adanya inovasi dan kreativitas dan

menghadapi musuh bersama dapat mengintegrasikan orang menghasilkan solidaritas dan

keterlibatan, dan membuat orang lupa akan perselisihan intern mereka sendiri.

Diikut sertakannya masyarakat dalam pemilu dapat memberikan sumbangsi besar

baik bagi pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Hal Ini dapat dilihat dari tingginya

animo masyarakat terhadap pemilu tersebut Yang Berdampak pada peningkatan

sosialisasi politik masyarakat. Untuk menghindari konflik ini dengan cara masyarakt

harus ikut sera dalam menjaga keamana. Apabila ada konflik harus di selesaikan dengan

jalur hukum dan tidak melakukan gerakan massa apalagi samapai anarkis.

10

Page 11: Teoti konflik

BAB IV

KESIMPULAN

Coser merupakan sosiolog yang mengembangkan teori konflik dari George simmel.

Oleh karena banyaknya analisa kaum fungsionalis yang melihat bahwa konflik adalah

disfungsional bagi suatu kelompok, coser mencoba untuk menjelaskan kondisi-kondisi di

mana secara positif, konflik membantu memperrtahankan struktur social dan mencegah

pembekuan social . Konflik sebagai proses sosial dapat merupakan mekanisme di mana

kelompok - kelompok dan batas batasnya dapat terbentuk dan dipertahankan. Coser

membedakan antara konflik in group dengan out group, antara nilai inti dengan masalah yang

bersifat pinggiran, antara konflik yang menghasilkan perubahan structural lawan konflik yang

disalurkan lewat lembaga lembaga katup penyelamat( safety valve). Di samping itu coser

juga menjelaskan mengenai konflik realistis dan konflik non relaistis. Keseluruhan teori

tersebut merupakan faktor factor yang menetukan fungsi konflik sebagai suatu proses sosial.

11

Page 12: Teoti konflik

REFERENSI

Teori-teori social : penulis Ida bagus wirawan : 2012, penerbit kencana,gramedia,jakarta

Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teori_konflik&oldid=5150395

http://supriyantowibowo.blogspot.com/2012/01/teori-konflik-menurut-lewis-coser.html

12