teori zabetakis
TRANSCRIPT
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Purwadarmitnto,1984) penerapan adalah cara
menerapkan. Keselamatan adalah keadaan selamat. Menurut Chaidir Situmorang
(2003:1), Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat dideskripsikan secara filosofis dan
keilmuan. Secara filosofis yaitu suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmani dan rohaniah tenaga kerja, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara keilmuan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Menurut Dainur (1993:75) Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah keselamatan yang
berkaitan dengan hubungan tenaga kerja dengan peralatan kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan cara – cara melakukan pekerjaan tersebut.
Menurut Suma’mur (2001:104) keselamatan kerja merupakan suatu rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
berkerja di perusahaan yang bersangkutan.
Anwar Sutrisno yang dikutip Moenir (1993:201) mengemukakan keselamatan kerja
adalah suatu keadaan dalam lingkungan /tempat kerja yang dapat menjamin secara
maksimal keselamatan serta kesehatan orang – orang yang berada didaerah/ditempat
tersebut, baik orang tersebut pegawai maupun bukan pegawai organisasi kerja itu.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja
danlingkungan, serta cara – cara melakukan pekerjaan. Dari beberapa definisi dan konsep
di atas peneliti menyimpulkan bahwa penerapan dan keselamatan kerja adalah suatu cara
untuk menerapkan diri atau mengatur diri sendiri pada suatu pekerjaan agar bisa bekerja
dengan aman dan sehat baik secara jasmani dan rohani yang berhubungan dengan proses
kerja dan lingkungan kerjanya.
Unsur dan Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Untuk dapat menciptakan kondisi yang aman dan sehat dalam bekerja diperlukan adanya
unsur – unsur dan prinsip – prinsip keselamatan dan kesehatan kerja. Adapun unsur –
unsur keselamatan dan kesehatan kerja menurut Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi
(2007:5) antara lain adalah :
1) Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja
2) Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya
3) Adanya peraturan pembagiaan tugas dan tanggungjawab
4) Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat – syarat lingkungan
kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi,
getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik, lampu
penerangan cukup memedai, ventilasi dan sirkulasi udara seimbang, adanya aturan kerja
atau aturan keprilakuan.
5) Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja
6) Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja
7) Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
Selain unsur – unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja di atas, hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Menurut
Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi (2007:54) prinsip – prinsip keselamatan kerja
meliputi aspek hiegene, aspek sanitasi, dan aspek lingkungan kerja.
Aspek Hygiene meliputi kesehatan dan kebersihan pribadi, makanan, minuman serta
pakaian. Aspek sanitasi meliputi pengadaan air bersih, pengadaan tempat sampah,
merawat dan menyimpan peralatan, serta penataan lingkungan. Sedangkan aspek
lingkungan kerja meliputi mengantisipasi penyebab penyakit dan kondisi fisik di
lingkungan tempat kerja, kondisi kimia, kondisi biologi, dan kondisi psikologi pekerja.
Sanitasi Hygiene adalah mengikuti prosedur Hygiene, mengidentifikasi dan mencegah
resiko Hygiene, menilai dan merespon situasi darurat pada kecelakaan kerja memberikan
perawatan tempat, memonitor situasi, membersikan dan menyimpan peralatan,
membersihkan dan mensanitasi tempat kerja, serta menangani limbah linen.
Syarat – syarat lingkungan kerja yang baik menurut Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi
(2007:6) adalah,
1) tempat kerja yang steril dari debu, kotoran, asap rokok, uap, gas, radiasi, peralatan,
kebisingan,
2) tempat kerja aman dari sengatan listrik,
3) lampu penerangan cukup memadai,
4) ventilasi dan sirkulasi udara seimbang,
5) adanya tata tertib atau aturan keperilakuan kerja.
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia(1992:13) kondisi gedung
yang yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja meliputi bentuk
bangunan yang kuat atau tidak, pembagian ruangan, keadaan lantai, dinding, langit –
langit/atap, fasilitas ventilasi udara, pencahayaan, saluran air, dan tempat sampah.
Untuk menjaga kesehatan lingkungan kerja perlu diperhatikan juga tentang aspek
sanitasi. Menurut pendapat Ichsan (1979:25) sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit
melalui cara pemberantasan atau pengawasan berbagai faktor lingkungan yang
merupakan mata rantai penghubung dari penularan penyakit. Aspek sanitasi, meliputi
prinsip – prinsip yang berhubungan dengan lingkungan misalnya pengadaan air bersih,
pembuangan air kotor dan limbah. Aspek sanitasi lainya adalah pengadaan tempat
sampah sementara, pemberantasan serangga dan tikus, penataan lingkungan kerja dan
perumahan karyawan, pengendalian suara – suara bising. Pemeliharaan area kerja
termasuk merapikan dan membersihkan adalah suatu proses dimana area kerja harus
selalu terjaga kebersihan. Kerapian dan keteraturannya yang merupakan tanggung jawab
fasilitator dan peserta didik. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, maka
setiap pekerja/siswa harus menjaga kebersihan dan kesegaran lingkungan kerja serta
pribadi masing – masing.
b. Tujuan dan Syarat - syarat Keselamatan dan Keselamatan Kerja
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada intinya adalah untuk melindungi pekerja
dari kecelakaan akibat kerja. Menurut Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi (2007:7)
mengemukakan bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk tercapainya
keselamatan karyawan saat bekerja dan setelah bekerja.
Menurut Suma’mur (1981:70) Tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja adalah untuk
melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas kerja, untuk
menjamin keselamatan orang lain yang berada dilingkungan tempat kerja dan sumber
produksi dipelihara dan digunakan secara efisien
Sedangkan menurut Ernawati (2008:70). Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah :
a. Melindungi para siswa dari kemungkinan – kemungkinan buruk yang mungkin
terjadi akibat kecerobohan siswa.
b. Memelihara kesehatan para siswa untuk memperoleh hasil pekerjaan yang
optimal.
c. Mengurangi angka sakit atau angka kematian diantara pekerja
d. Mencegah timbulnya penyakit menular dan penyakit – penyakit lain yang
ditimbulkan oleh sesame pekerja.
e. Membina dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental.
f. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada ditempat kerja
g. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di sekolah adalah untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja
para siswa dari potensi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta dapat
menggunakan dan memelihara sumber produksi secara aman dan efisien.
Sedangkan syarat – syarat keselamatan kerja dalam peraturan perundangan No. 1 tahun
1970 Pasal 3 seperti yang dikutip oleh Bennett Silalahi (1985:44) terdiri dari:
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2) Mencegah, mengurangi, dan memedamkan kebakaran
3) Mencegah dan mengurangu bahaya peledakan
4) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian – kejadian yang berbahaya
5) Member pertolongan pada kecelakaan
6) Memberi alat – alat perlindungan diri pada para pekerja
7) Mencegah dan mengendalikan timbul atau memyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, dan hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan
gertaran
8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
9) baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan
10) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
11) Menyelanggaraka suhu dan lembab udara yang baik
12) Menyelenggarakan kesegaran udara yang cukup
13) Memelihara kesehatan, ketertiban, dan kebersihan
14) Meperoleh keserasiaan antara tenega kerja, alat kerja, linkungan, cara proses
kerjanya.
15) Mengamankan dan mempelancar pengangkatan kerja orang, binatang, tanaman
atau barang.
Berdasarkan tujuan dan syarat keselamatan kerja diatas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa salah satu upaya yang dapat ditempuh agar keselamatan dan
kesehatan kerja di sekolah dapat terlaksana dengan baik adalah dengan menghilangkan
sumber bahaya melalui identifikasi bahaya dan mendeskripsikan upaya penanganan
bahaya sehingga dapat tercipta suasana kerja yang aman dan kondusif bagi siswa serta
dapat tercapai kecelakaan kerja nol (zero accident)
c. Mengikuti Prosedur Keselamatan dan Kesehatan kerja
Cara kerja sangat mempengaruhi tercapainya keselamatan dan kesehatan dalam bekerja.
Jika seorang pekerja tidak bekerja sesuai dengan cara kerja yang ditentukan maka akan
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau gangguan kerja. Prosedur bekerja dengan
aman dan tertib yang berlaku di setiap dunia usaha atau industry biasanya telah dibuat
dalam bentuk tata tertib dan aturan keperilakuan (Sutrisno dan Kusmawan, 2007:11).
Sehingga untuk mencapai keselamatan dan kesehatan adalah melalui penerapan ergonomi
dan pemakaian APD (Alat Pelindung Diri). Ergonomi adalah peraturan yang mengatur
tenaga kerja, sarana kerja dan pekerjaannya. Ergonomi juga dapat didefinisikan sebagai
rencanana kerja yang memungkinkan manusia bekerja dengan melindungi seseorang
dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasitubuh dari bahaya ditempat kerja (Widarto,
2008:68).
Menurut Ernawati (2008 :82), perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis
pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat diutamakan. Alat-alat
demikian harus memenuhi persyaratan: enak dipakai, tidak mengganggu kerja, memberi
perlindungan yang efektif terhadap jenis bahaya. Jenis alat proteksi diri beraneka ragam
macamnya, antara lain :
1) untuk kepala, pengikat dan penutup rambut, topi dari berbagaibahan,
2) untuk mata, kaca mata dari berbagai bahan,
3) untuk muka, perisai muka,
4) untuk tangan dan jari, sarung tangan, bidal jari,
5) untuk kaki, sepatu dan sendal,
6) untuk alat pernapasan, respirator atau master khusus,
7) untuk telinga, sumbat telinga atau tutup telinga,
8) untuk tubuh, pakaian kerja yang memenuhi persyaratan sesuaikan dengan jenis
pekerjaan.
Menurut Nurul Triaini dkk (1996 : 25), peralatan yang bersifatmelindungi pribadi yaitu
menggunakan sarung tangan sesuai jenis untuk bahan kimia dan termasuk resikonya,
menggunakan kaca tameng dengan perisai sisi, perisai muka penuh atau kaca mata hitam,
melindungi kaki dari bahan kimia bersifat menghancurkan, menggunakan celemek
bersifat menahan bahan kimia Berdasarkan beberapa teori di atas peneliti menyimpulkan
bahwa Alat Pelindung Diri adalah alat yang digunakan untuk pekerja atau siswa untuk
melindungi diri dari bahaya di tempat kerja dan dapat memberikan rasa aman kepada
siswa atau pekerja. Alat yang di gunakan harus memenihi persyaratan berikut : enak
dipakai, tidak menggangu pekerjaan dan dapat memberikan perlindungan secara efektif.
Bagian yang harus dilindungi meliputi kepala, muka, mata, tangan dan kaki, alat
pernafasan, telinga dan badan
Tujuan dan Pembatasan Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, perawat, alat kerja
dan bahan proses pengolahannya. Landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara
melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1995). Menurut Ramlan Dj, 2006, pelaksanaan
keselamatan kerja adalah berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor bahaya, baik berasal dari penggunaan
mesin-mesin produksi maupun lingkungan kerja serta tindakan pekerja sendiri. Jadi yang
dimaksud dengan keselamatan kerja adalah yang berkaitan dengan kecelakaan kerja, yaitu
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Sedangkan dalam hubungannya kondisi-kondisi dan
situasi di Indonesia, pengertian kecelakaan adalah cacat dan kematian sebagai akibat
kecelakaan kerja (Suma’mur, 1995).
Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah :
1. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktifitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
3. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Menurut Mangkunegara (2001), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai
berikut :
1. Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial dan psikologis.
2. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaikbaiknya dan seefektif
mungkin.
3. Semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5. Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
7. Setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Menurut Rivai (2006), tujuan dan pentingnya keselamatan kerja meliputi :
1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena
menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya
partisipasi dan rasa kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan.
Perusahaan yang dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan-kecelakaan kerja,
penyakit dan hal-hal yang berkaitan dengan stres serta mampu meningkatkan kualitas
kehidupan kerja para pekerjanya, maka perusahaan tersebut akan semakin efektif (Rivai,
2006).
Hubungan Keselamatan Kerja dengan Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Produktivitas kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkana danya kaitan output
dengan input yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk menghasilkan produk. Pengukuran
produktivitas dilakukan dengan melihat jumlah output yang dihasilkan oleh setiap karyawan
selama sebulan. Seorang karyawan dapat dikatakan produktif apabila ia mampu menghasilkan
jumlah produk yang lebih banyak dibandingkan dengan karyawan lain dalam waktu yang sama.
Produktivitas kerja merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan bahwa mutu kehidupan hari harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik
dari hari ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas (Bambang Tri, 1996:283) adalah:
a) Manusia
Faktor manusia mencakup beberapa aspek antara lain kuantitas, tingkat keahlian, latar
belakang kebudayaan dan pendidikan, kemampuan, sikap, minat, struktur pekerjaan,
umur, jenis kelamin.
b) Modal
Faktor modal meliputi aspek modal tetap, teknologi, bahan baku.
c) Faktor metode (proses)
Faktor metode meliputi tata ruang tugas, penanganan bahan baku penolong dan mesin,
perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharaan melalui pencegahan, teknologi
yang memakai cara alternatif.
d) Faktor produksi
Meliputi kuantitas, kualitas, ruangan produksi, struktur campuran, spesialisasi produksi.
e) Faktor lingkungan organisasi
Meliputi organisasi dan perencanaan, kebijaksanaan personalia, system manajemen, gaya
kepemimpinan, kondisi kerja, ukuran perusahaan, iklim kerja, system intensif.
f) Faktor lingkungan negara
Meliputi struktur social politik, struktur industri, pengesahan, tujuan pengembangan
jangka panjang dan lain-lain.
g) Faktor lingkungan internasional
Meliputi kondisi perdagangan dunia, masalah-masalah perdagangan internasional,
kebijakan migrasi tenaga kerja.
Faktor – Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Terdapat banyak teori yang menjelaskan bagaimana kecelakaan dapat terjadi, pada
intinya kecelakaan adalah hal yang terjadi diluar dugaan dan tidak terencana, kecelakaan
menimbulkan korban, baik korban materil ataupun non-materil. Namun pada kesempatan kali ini
kami hanya membahas teori menurut Dr. Michael Zabetakis.
Teori Zabetakis
Zabetakis M. Mengemukakan bahwa umumnya kecelakaan sesungguhnya disebabkan
oleh adanya pelepasan energi (berupa mekanik, listrik, kimia, suhu, radiasi ion) yang
berlebihan atau bahan-bahan berbahaya (seperti karbon monoksida, karbon dioksida,
hidrogen sulfida, dan air) yang tidak direncanakan atau tidak diharapkan. Dengan sedikit
pengecualian, pelepasan ini disebabkan tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman.
Tindakan dan keadaan yang berbahaya adalah penyebab dasar kecelakaan yang hanyalah
merupakan suatu simptom. Penyebab dasar selalu dapat ditelusuri bersumber dari aturan-
aturan dan keputusan manajemen yang salah, faktor individu (pekerja) dan lingkungan.
Dr. Michael Zabetakis (dalam Heinrich, 1980) mengembangkan teori Domino Heinrich
yang membagi penyebab kecelakaan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Penyebab Langsung
Dalam menganalisis sebuah kecelakaan secara detail, haruslah mempertimbangkan
penyebab langsung yang mendasari terjadinya yaitu pelepasan energi dan atau material
yang berbahaya. Orang-orang yang menyelidiki penyebab terjadinya kecelakaan lebih
tertarik pada penyebab langsung karena sangat memungkinkan untuk memperbaiki dan
memodifikasi peralatan, material dan fasilitas, pelatihan karyawan untuk lebih sadar
terhadap bahaya yang ada disekitar lingkungan kerja,dan menyediakan alat pelindung diri
untuk mencegah kecelakaan.
2. Penyebab Tidak Langsung
Zabetakis menyatakan bahwa kecelakaan yang terjadi tidak disebabkan langsung
oleh Unsafe Actsdan Unsafe Conditions. Mereka timbul akibat adanya kebijakan
manajemen yang lemah, kontrol yang lemah, kurangnya pengetahuan, assessment yang
tidak tepat terhadap bahaya yang ada, dan faktor personal lainnya.
3. Penyebab Dasar
Banyak teori terdahulu mengenai pencegahan kecelakaan yang hanya mengidentifikasi
dan mengkoreksi perilaku dan kondisi tidak aman di area kerja. Zabetakis menyatakan
bahwa pencegahan kecelakaan dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengkoreksi
perilaku yang menjadi penyebab dasar terjadinya kecelakaan, yang terbagi atas 3 bagian:
a. Kebijakan dan Objekif Manajemen terhadap Keselamatan
Kategori ini merupakan bagian kebijakan manajemen mengenai komitmen terhadap
keselamatan, seperti production and safety goals, prosedur perekrutan karyawan,
dokumentasi, tugas dan tanggung jawab, pelatihan, penempatan, direksi dan supervisi,
prosedur komunikasi, prosedur inspeksi danassessment, peralatan, penawaran, desain
fasilitas, purchase and maintenance, standar operasi prosedur, dan housekeeping.
b. Faktor Personal
Faktor personal, termasuk di dalamnya motivasi, kemampuan, pengetahuan, pelatihan ,
kesadaran akan keselamatan kerja dan lingkungan, tugas dan tanggung jawab, kinerja,
fisik dan mental, respon, dan perhatian.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan, termasuk di dalamnya temperatur, tekanan, debu, uap, gas,
kelembaban, kebisingan, pencahayaan, arus udara, keadaan dan sifat lingkungan fisik
sekitar (permukaan yang licin, halangan/hambatan, bahan-bahan berbahaya).
d. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan, termasuk di dalamnya temperatur, tekanan, debu, uap, gas,
kelembaban, kebisingan, pencahayaan, arus udara, keadaan dan sifat lingkungan fisik
sekitar (permukaan yang licin, halangan/hambatan, bahan-bahan berbahaya).
Contoh-Contoh Kecelakaan Kerja dan Lingkungan
Dunia industri minyak dan gas bumi adalah industri yang rawan terhadap kecelakaan
yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Sifat material minyak dan gas bumi yang
mudah terbakar dan beracun serta berbahaya membuat kelalaian sekecil apapun dapat
menjadi bencana lingkungan yang besar. Terjadinya kecelakaan kerja dan lingkungan
didominasi oleh faktor kesalahan manusia karena perilaku tidak aman dalam bekerja.
Contoh-contoh kecelakaan kerja dan lingkungan yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Tumpahan minyak (Oil Spill)
Tumpahan minyak salah satunya disebabkan oleh pekerja yang tidak mengikuti Standard
Operation Procedure (SOP) dalam bekerja. Tumpahan minyak ini tidak hanya
menyebabkan kerugian pada pekerja itu sendiri dan peralatan, namun juga menyebabkan
kerusakan pada lingkungan. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pekerja yang
tidak mengikuti SOP berdampak pada timbulnya pencemaran udara, air dan tanah di
lingkungan kerja dan lingkungan sekitar. Tumpahan minyak selalu terjadi setiap
tahunnya di beberapa perusahaan Migas akibat dari kelalaian pekerja yang tidak
mengikuti SOP.
2. Ledakan
Ledakan di area kerja acap kali terjadi akibat kelalaian pekerja atas perilaku yang tidak
aman dalam bekerja. Ledakan pernah terjadi di area pengelasan yang disebabkan karena
terakumulasinya gas di dalam tool box tempat penyimpanan lampu potong (cutting
torch). Pada saat peletakkan lampu potong, pekerja tidak menyadari bahwa tangkai
pengangan (handle/valve) lampu potong masih dalam keadaan terbuka, sehingga tertekan
dengan tidak sengaja di dalam tool box dan terjadilah akumulasi gas. Percikan api dari
pengelasan yang berada di area tool box menyebabkan gas dan api bertemu dan
menimbulkan ledakan di lingkungan kerja.
3. Kebakaran
Kebakaran yang terjadi dalam hal ini tidak hanya berdampak negatif pada pekerja dan
peralatan, tetapi juga pada lingkungan kerja dan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
1) Heinrich, H.W. (1980). Industrial Accident Prevention: A Asfety Management Approach. New York: McGraw-Hill Inc.
2) Ramadhani, D. A. (2012). Hubungan Kesadaran Lingkungan, Program Behaviour Based Safety, Faktor Eksternal dengan Perilaku Pekerja. Tesis: Universitas Indonesia