teori perkembangan kuantum
DESCRIPTION
by: Made Trisna Sastradi, jurusan pendidikan Fisika UndikshaTRANSCRIPT
radiasi
Gambar 1. Analogi benda hitam (bola logam berongga yang memiliki sebuah lubang )
PERKEMBANGAN TEORI KUANTUM
Lahirnya teori kuantum disebabkan karena ketidakmampuan teori fisika
klasik dalam menjelaskan beberapa fenomena fisik yang muncul sekitar abad ke-
19. Beberapa fenomena ini di antaranya adalah: fenomena radiasi benda hitam,
efek fotolistrik, dan fenomena kalor jenis zat padat. Ketidakmampuan teori fisika
klasik dalam menjelaskan fenomena-fenomena di atas menimbulkan anomali
dalam eksistensi fisika klasik yang mendorong fisikawan menemukan fisika
modern, khususnya teori kuantum. Berikut akan dijelaskan beberapa pokok
bahasan penting yang menjembatani teori fisika klasik (teori gelombang kontinyu)
dengan teori kuantum (teori partikel diskrit) yakni, fenomena radiasi benda hitam,
efek fotolistrik, dan efek Compton.
Radiasi Benda Hitam
Benda hitam didefinisikan sebagai benda yang mampu menyerap semua radiasi
yang mengenainya. Sebagai contoh adalah bola logam berongga yang memiliki
sebuah lubang yang mampu menyerap seluruh radiasi yang masuk di dalamnya.
Sebaliknya, apabila bola dipanaskan
maka radiasi akan keluar dari
rongga melalui lubang yang
selanjutnya disebut radiasi benda
hitam (blackbody radiation).
Radiasi yang dihasilkan oleh setiap
benda hitam bergantung pada
temperatur benda tersebut serta tidak dipengaruhi oleh jenis benda. Sehingga pada
temperatur yang sama, benda-benda akan memancarkan spectrum radiasi yang
sama. Distribusi radiasi oleh suatu spektrum (daya yang dipancarkan per satuan
luas permukaan benda hitam per satuan waktu) atau yang disebut distribusi radiasi
spektral RT(v) memiliki karakteristik yakni,
Fisika Kuantum 1
Analisis Rayleigh-Jeans
Analisis Eksperimen
)(T
(Hertz)
Gambar 2. Perbandingan grafik energi-frekuensi radiasi dari hasil eksperimen dengan grafik hasil analisis Rayleigh-Jeans
(a) bernilai nol pada frekuensi mendekati nol ataupun pada frekuensi sangat
tinggi /mendekati tak hingga
(b) terdapat frekuensi utama yang nilainya bertambah/berkurang secara
linear terhadap temperatur benda (Hukum Pergeseran Wien):
atau
(c) luas daerah di bawah kurva RT(v) merupakan total energi termal yang
dipancarkan tiap satuan waktu per luas permukaan benda hitam yang
memiliki temperatur T (Hukum Stefan-Boltzmann), yakni sebesar:
dengan
Dalam menganalisis radiasi spektrum yang dipancarkan benda hitam, terdapat dua
pandangan yang berbeda antara teori klasik dan teori kuantum. Analisis fisika
klasik mengenai energi radiasi spektrum benda hitam dilakukan oleh Lord
Rayleigh dan James Jeans yang dikenal dengan persamaan radiasi Rayleigh-Jeans.
Ternyata apa yang dirumuskan oleh Rayleigh-Jeans hanya berlaku untuk frekuensi
rendah (Gambar 2), sedangkan pada frekuensi tinggi analisis Rayleigh-Jeans
menyimpang dari hasil eksperimen (yang dikenal dengan “ultraviolet
catastrophe”).
Kegagalan teori klasik dalam
menjelaskan fenomena
radiasi benda hitam, semata-
mata disebabkan karena
pandangan klasik yang
mendasar tentang radiasi
sebagai bentuk gelombang
elektromagnetik yang merambat kontinyu sebagaimana menurut Maxwell.
Sebaliknya, Max Planck (1858-1947) menganalisis energi spektrum radiasi benda
hitam dengan berpandangan bahwa energi tersebut terkuantisasi dalam paket-
paket energi (kuanta). Hasil analisis Planck ternyata sesuai dengan pengamatan
empiris sekaligus menjadi tonggak lahirnya fisika modern khususnya teori
kuantum. Perbedaan kedua pandangan di atas dapat disimak pada Tabel 1.
Fisika Kuantum 2
Tabel 1. Perbedaan pandangan mengenai radiasi benda hitam
No
Pandangan Fisika Klasik (Teori
Gelombang) tentang Radiasi
Benda Hitam Melalui Analisis
Rayleigh-Jeans
Pandangan Fisika Modern (Teori
Kuantum) tentang Radiasi Benda
Hitam Melalui Analisis Planck
1 Rayleigh- Jeans dalam teorinya
berhipotesis bahwa energi tiap
ragam gelombang tegak di dalam
rongga dapat bernilai sembarang
mulai nol sampai tak berhingga,
bergantung pada amplitudonya.
Planck mengajukan hipotesis bahwa
energi tiap ragam tidak bernilai
sembarang dari nol sampai tak
berhingga, melainkan harus
merupakan salah satu dari sederetan
nilai diskret yang terpisah secara
seragam dengan interval .
2 Energi rata-rata tiap ragam dihitung
berdasarkan statistika Boltzmann
yang menyatakan bahwa sejumlah
besar (ansambel statistik) entitas
fisis sejenis yang terbedakan dan
berada pada kesetimbangan termal
pada tempetatur T, fraksi entitas
fisis yang memiliki energi
sebanding dengan faktor
Boltzmann exp(- /kBT).
Energi tiap ragam haruslah salah satu
dari 0, ∆ , 2∆ , n∆ ,.. dengan n =
1,2,3,.....
Untuk menghasilkan energi rata-rata
yang bergantung pada frekuensi, maka
energi tiap ragam juga harus
bergantung pada frekuensi. ini berarti
harus berbanding lurus terhadap
v. Jika tetapan kesebandingan
dilambangkan h energi tiap ragam
haruslah salah satu dari nilai n=nhv,
di mana n=0,1,2............
3 Perhitungan energi rata rata melalui
proses integrasi
Karena energi tiap ragam tidak
bersifat kontinu maka penghitungan
digunakan cara penjumlahan biasa
Fisika Kuantum 3
dengan P( )menyatakan fungsi
distribusi Boltzmann
4 Hasil perhitungan kenyataannya
bahwa teori ini cocok untuk
frekuensi rendah yang bernilai kBT.
Akan tetapi hasil perhitungan
menyababkan rumus distribusi
rapat energi spektral yang
dihasilkan tidak cocok dengan
eksperimen kususnya untuk
frekuensi tinggi (daerah ultra
violet)
Perlu dicatat langkah-langkah yang
dilakukan Rayleigh dan Jeans
sepenuhnya tidak bertentangan
dengan teori yang ada saat itu.
Kegagalan ini sekaligus merupakan
kegagalan fisika yang telah
dikembangkan sampai saat ini.
Peristiwa itu dalam sejarah fisika,
dikenal sebagai bencana ultraviolet.
Hasil perhitungan menghasilkan
penjelasan energi rata-rata tiap ragam
haruslah bergantung pada
frekuensinya. Pada frekuensi tinggi
bernilai nol dan pada frekuensi rendah
bernilai kBT. Pernyataan tersebut
dapat dijawab denan mengamati nilai
limit pada mendekati
pada mendekati nol .
Pencocokan dengan seluruh data
eksperimen dilakukan dengan
memilih nilai h. Hasil terbaik dari
nilai tersebut adalah
h = 6,634x10-34 J.s.
keberhasilan Planck dalam
memecahkan masalah ini, khususnya
yang berkaitan dengan tetapan ,
sebagai awal lahirnya fisika kuantum
5 Hasil perhitungan Rayleigh-Jeans: Hasil perhitungan Planck:
Fisika Kuantum 4
Tk
B
BeTk
1
elektron
sinar
tabung hampa udara
Gambar 3. Perangkat percobaan efek fotolistrik
Efek Fotolistrik
Dalam fisika modern, fenomena efek fotolistrik merupakan salah satu
pokok bahasan yang mempunyai kedudukan istimewa karena interpretasi
mekanisme terjadinya peristiwa ini telah mengantarkan fisika pada tahapan baru
yang melahirkan fisika kuantum. Gejala ini pertama kali diamati oleh Hertz
(1886-1887) ketika sedang melakukan percobaan gelombang elektromagnetik.
Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron pada permukaan
logam akibat penyinaran dengan spektrum yang memiliki frekuensi tertentu.
Elektron yang terlepas pada efek fotolistrik disebut elektron foton. Elektron yang
terlepas dari ikatannya ini dapat memiliki energi yang lebih untuk bergerak
sehingga menghasilkan arus fotolistrik. Besarnya arus yang dihasilkan dalam efek
fotolistrik yang mengalir akan sebanding dengan besarnya intensitas foton. Efek
fotolistrik hanya dapat dijelaskan dengan menggunakan teori kuantum yakni
dengan menganggap bahwa cahaya merupakan paket-paket energi (foton).
Secara skematik perangkat untuk mempelajari efek fotolistrik adalah
seperti pada Gambar 3. Alat tersebut terdiri atas dua plat logam (plat anoda yang
bermuatan negatif dan plat katoda yang bermuatan positif) yang ditempatkan
dalam tabung kaca yang dihampakan dan terpisah pada jarak tertentu, yang
berfungsi untuk meminimalkan benturan antara elektron-foto dengan molekul gas,
tabung kaca yang dilengkapi dengan jendela, yang terbuat dari bahan kuarsa,
dimana melalui jendela inilah berkas cahaya monokromatis ditembakkan ke plat
katode sehingga plat tersebut melapaskan elektron. Dalam rangkaian alat ini juga
terdapat galvanometer yang digunakan untuk mendeteksi arus listrik yang
dihasilkan, dan potensiometer diperlukan untuk mengatur beda potensial antara
plat anode dan plat katode.
Fisika Kuantum 5
Terdapat beberapa gejala yang tidak dapat dijelaskan dengan teori fisika klasik,
yakni:
(a) tidak adanya waktu tunda antara penyinaran sampai terjadinya arus
fotoelektrik
(b) energi kinetik fotoelektron tidak bergantung pada intensitas sinar
sebagaimana menurut teori fisika klasik tetapi hanya bergantung pada
frekuensi sinar
(c) diperlukan frekuensi ambang untuk menghasilkan arus fotolistrik dan
setiap jenis bahan/logam memiliki fekuensi ambang yang berbeda-beda
(d) kuat arus efek fotolistrik dipengaruhi oleh intensitas penyinaran.
Dalam menjelaskan fenomena efek
fotolistrik, Albert Einstein
menggunakan teori kuantum sebagai
landasan berpikir. Einstein
mengemukakan bahwa energi yang
dibawa oleh cahaya terdistribusi secara
diskrit (terkuantisasi) tidak kontinyu
seperti yang diungkapkan dalam teori
gelombang. Pada Gambar 4, cahaya
yang merupakan paket energi (foton)
yang bersifat seperti partikel tetapi
tidak bermassa yang memiliki energi dengan h = 6,634x10-34 J.s.
Fenomena efek fotolistrik hanya dapat dijelaskan dengan konsep
tumbukan (Gambar 4), sama artinya dengan menganggap bahwa cahaya
berperilaku sebagai partikel (foton). Foton hanya berinteraksi dengan satu
elektron di mana lepas tidaknya elektron dari ikatannya tidak bergantung berapa
banyak foton yang menumbuknya, tetapi bergantung pada energi yang dimiliki
Fisika Kuantum 6
0hE hE
0 hhEKmaks 0EK
logam
Gambar 4. Permukaan logam yang disinari dengan frekuensi sinar tertentu
0
c
hvp
hvE
Foton mula-mula
Foton setelah tumbukan
Elektron target
Elektron setelah tumbukan
Gambar 5. Tumbukan antara foton dan elektron
c
hvp
hvE
'
'
0
2
p
mcE
pp
cpcmE
2242
foton (berarti bergantung pada frekuensi foton). Dalam tumbukan, energi foton
akan diserap oleh elektron. Elektron membutuhkan energi minimum untuk
melepaskan diri dari ikatannya yang disebut fungsi kerja. Apabila energi yang
diperoleh elektron melebihi fungsi kerja ( ), maka kelebihan energi itu akan
menjadi energi kinetik yang membuat elektron mampu bergerak meninggalkan
permukaan logam (maka terjadilah arus fotolistrik). Secara matematis
diformulasikan:
Di mana, = energi yang dibawa foton
Efek Compton
Menurut teori kuantum, cahaya merupakan paket-paket energi yang
disebut foton. Foton dikatakan memiliki sifat partikel terkecuali karakteristiknya
yang tidak memiliki massa. Analogi ini kemudian digunakan untuk menjelaskan
fenomena tumbukan antara cahaya yang dianggap sebagai foton dan elektron yang
selanjutnya disebut efek Compton untuk menghormati Arthur Holly Compton
(1892-1962) yang telah melakukan analisis ini sebelumnya. Sebagai contoh pada
Gambar 5 adalah pada peristiwa hamburan sinar x yang menumbuk elektron di
mana, elektron diasumsikan mula-mula diam (dalam koordinat laboratorium).
Sinar X yang bertumbukan dengan elektron akan diserap energinya oleh elektron
sehingga setelah tumbukan, energi dari sinar X akan berkurang (dalam hal ini
frekuensi sinar X akan berkurang atau panjang gelombangnya akan bertambah).
Teori fisika klasik tidak mampu menjelaskan fenomena ini karena fisika klasik
menganggap sinar X berperilaku sebagai gelombang saja. Dari sudut pandang
fisika klasik khususnya dalam mekanika, tumbukan hanya terjadi pada partikel
bukan pada gelombang. Berbeda dengan teori kuantum, sinar X dianggap sebagai
foton yang berperilaku seperti partikel yang tidak bermassa sehingga teori
kuantum memandang fenomena efek Compton sebagai fenomena tumbukan
(collision) seperti halnya pada fenomena efek fotolistrik.
Fisika Kuantum 7
Dalam teori relativistik, momentum dari suatu partikel yang tidak bermassa
bergantung pada energi partikel tersebut. Yang diformulasikan:
karena energi dari foton sebesar maka momentum dari foton adalah:
Perlu ditekankan bahwa momentum berbeda dengan energi, momentum
merupakan kuantitas yang memiliki arah (besaran vektor) sedangkan energi tidak.
Dalam peristiwa tumbukan selalu berlaku hukum kekekalan momentum;
momentum awal sama dengan momentum akhir.
Untuk momentum total arah mendatar
searah gerakan foton mula-mula:
...........
.1)
Untuk arah tegak lurusnya:
…..................
2)
Kedua persamaan di atas menjadi:
...................................................................................3)
...........................................................................................4)
Apabila kedua persamaan dikuadratkan kemudian dijumlakan akan mengasilkan:
Fisika Kuantum 8
Energi foton yang berkurang = Peningkatan energi kinetik elektron
cosp
sinpp
c
hvsin
'
c
hv
cos'
c
hvc
hv'
Gambar 6. Analisis komponen-komponen vektor momentum dalam tumbukan foton-elektron
........................................................5)
Dalam teori relativitas, energi total suatu partikel diformulasikan sebagai:
sehingga hubungan kedua persamaan itu menjadi,
atau
....................................................................................6)
dengan mensubtitusikan pada persamaan 6 maka diperoleh,
....................................7)
Subtitusikan persamaan 7 pada persamaan 5 sehingga diperoleh,
........................................................8)
Persamaan 8 akan menjadi lebih sederhana apabila dituliskan sebagai berikut.
............................................................................9)
karena dan maka persamaan 9 dapat dinyatakan sebagai
berikut,
....................................................................................10)
Dengan melakukan penyederhanaan pada persamaan 10, akan diperoleh
persamaan umum untuk efek Compton yakni:
Sedangkan kuantitas, yang besarnya 2,426 x 10-12 meter disebut panjang
gelombang Compton. Dengan menggunakan kuantitas ini, maka persamaan efek
Compton menjadi:
Secara fisis, efek Compton sebenarnya telah membuktikan kebenaran teori
kuantum. Cahaya tidak semata-mata hanya merupakan gelombang
elektromagnetik saja, tetapi dapat dipandang sebagai paket-paket energi yang
Fisika Kuantum 9
terkuantisasi (foton-foton) yang berperilaku sebagai partikel atau memiliki sifat
sebagai partikel, misalnya dapat mengalami tumbukan.
Referensi
Beiser, A. 2003. Concepts of Modern Physics (6th edition). New York: McGraw-
Hill
Mart, T. 2005. Mengapa Einstein Mendapat Nobel dari Efek Fotolistrik.
http://www.kompas.com/teknologi/index.htm
Sutopo. 2004. Pengantar Fisika Kuantum. Malang:Universitas Negeri Malang
Fisika Kuantum 10