pengantar teori kuantum

28
B A B PENGANTAR TEORI KUANTUM Fisika klasik, yakni fisika sebelum abad keduapuluh, didominasi oleh mekanika Newton dan elektromagnetika klasik yang digambarkan oleh persamaan Maxwell. Hal ini tidak mengherankan karena gejala-gejala alamiah yang teramati oleh manusia pada waktu itu dapat dijelaskankan secara memuaskan dan diprediksi (diramalkan) secara akurat oleh kedua teori itu. Keteraturan gerakan planet-planet mengelilingi pusat suatu tatasurya (matahari untuk sistem tata surya kita) dirumuskan secara empiris oleh Kepler melalui hukum-hukumnya. Ketiga hukum Kepler itu dibangun dengan berdasarkan pada data-data yang telah dikumpulkan oleh Brahe. Hukum-hukum Kepler itu ternyata secara mendasar dapat dijelaskan oleh hukum Newton tentang gerak dan gravitasi. Ketiga hukum Kepler itu berhasil diturunkan dari hukum-hukum Newton. Sementara itu, gejala-gejala alamiah seperti pemantulan dan pembiasan cahaya, defraksi (pelenturan) cahaya, interferensi cahaya, polarisasi cahaya dan lain sebagainya dapat dijelaskan dengan baik oleh elektromagnetika klasik berdasarkan keyakinan bahwa cahaya sesungguhnya merupakan gelombang elektromagnetik. Keyakinan manusia akan kebenaran kedua teori tersebut meningkatkan status kedua teori itu menjadi hukum-hukum dasar ilmu fisika, lalu membangun anggapan bahwa semua gejala-gejala alamih sudah semestinya dapat 6 Matahari boleh dianggap benda hitam sempurna. Oleh karena itu, matahari adalah pemancar radiasi yang baik sekaligus penyerap panas yang baik. Apa yang dimaksud benda hitam sempurna? (Foto matahari di samping merupakan hasil X-ray imaging diambil dari buku Sun, Earth, an Sky, oleh K.R. Lang )

Upload: nina-trisna-nurmalasari

Post on 01-Jan-2016

121 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

B A B PENGANTAR TEORI KUANTUM

Fisika klasik, yakni fisika sebelum abad keduapuluh, didominasi oleh mekanika

Newton dan elektromagnetika klasik yang digambarkan oleh persamaan Maxwell. Hal ini

tidak mengherankan karena gejala-gejala alamiah yang teramati oleh manusia pada waktu

itu dapat dijelaskankan secara memuaskan dan diprediksi (diramalkan) secara akurat oleh

kedua teori itu. Keteraturan gerakan planet-planet mengelilingi pusat suatu tatasurya

(matahari untuk sistem tata surya kita) dirumuskan secara empiris oleh Kepler melalui

hukum-hukumnya. Ketiga hukum Kepler itu dibangun dengan berdasarkan pada data-data

yang telah dikumpulkan oleh Brahe. Hukum-hukum Kepler itu ternyata secara mendasar

dapat dijelaskan oleh hukum Newton tentang gerak dan gravitasi. Ketiga hukum Kepler itu

berhasil diturunkan dari hukum-hukum Newton. Sementara itu, gejala-gejala alamiah

seperti pemantulan dan pembiasan cahaya, defraksi (pelenturan) cahaya, interferensi

cahaya, polarisasi cahaya dan lain sebagainya dapat dijelaskan dengan baik oleh

elektromagnetika klasik berdasarkan keyakinan bahwa cahaya sesungguhnya merupakan

gelombang elektromagnetik. Keyakinan manusia akan kebenaran kedua teori tersebut

meningkatkan status kedua teori itu menjadi hukum-hukum dasar ilmu fisika, lalu

membangun anggapan bahwa semua gejala-gejala alamih sudah semestinya dapat

6

Matahari boleh

dianggap benda hitam

sempurna. Oleh karena

itu, matahari adalah

pemancar radiasi yang

baik sekaligus penyerap

panas yang baik. Apa

yang dimaksud benda

hitam sempurna? (Foto

matahari di samping

merupakan hasil X-ray

imaging diambil dari buku

Sun, Earth, an Sky, oleh

K.R. Lang )

dijelaskan berdasarkan kedua teori itu. Lalu, benarkah anggapan semacam itu? Sejarah

mencatat kejadian yang lain.

Keyakinan kita bahwa fisika klasik (mekanika Newton dan elektromagnetika

Maxwell) dapat menjelaskan semua gejala alamiah itu agaknya mulai menyusut ketika para

eksperimentator berhasil mencapai kemampuan yang mengagumkan dalam menjelajahi

dunia mikroskopis, sehingga mampu mendapatkan data-data baru dalam ranah itu. Mereka

banyak menyadari adanya gejala-gejala alamiah yang sukar bahkan sama sekali tidak dapat

dijelaskan oleh kedua teori klasik itu. Beberapa eksperimen memaksa orang mulai ragu

terhadap kebenaran mekanika Newton. Beberapa yang lain membawa kita kepada

kesangsian akan elektromagnetik klasik. Dalam bab ini kita hendak membicarakan

beberapa eksperimen tersebut dan bagaimana orang keluar dari permasalahan yang

dihadapi oleh fisika klasik itu.

(Catatan: Mekanika Newton dan elektromagnetika Maxwell lazim disebut teori

klasik atau fisika klasik untuk membedakannya dari pandangan-pandangan baru yang

seringkali tampak radikal dari sudut pandang teori klasik. Pandangan-pandangan baru ini

dikenal sebagai teori kuantum.)

6.1. Radiasi Benda Hitam

6.1.1 Radiasi Termal, Hukum Stefan dan Pergeseran Wien

Gejala alamiah paling awal yang gagal dijelaskan oleh elektromagnetika klasik

adalah radiasi termal. Radiasi, seperti telah anda ketahui, adalah pemindahan tenaga melalui

pancaran gelombang elektromagnetik. Jadi, radiasi termal adalah pemancaran gelombang

elektromagnetik oleh suatu benda semata-mata karena suhunya. Semakin tinggi temperatur

benda itu semakin banyak tenaga yang dipancarkan dalam bentuk radiasi. Untuk benda-

benda yang memiliki temperatur kurang dari kira-kira 700° C, radiasi cahaya tampak (yaitu

Gambar 6.1 Seketsa Pe-

ngamatan spektrum radi-

asi termal

Benda pada

suhu T1

Detektor

Prisma

pengurai

Kolimator

d

gelombang elektromagnetik pada daerah panjang gelombang 4000 Å < λ < 7000 Å)

sebegitu lemahnya sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Radiasi pada

panjang gelombang tersebut baru dapat dilihat dengan mata telanjang pada temperatur di

atas 700° C. Pada saat itu benda yang bersangkutan berpijar. Spektrum pancarannya

bersifat kontinyu (malar) dan semua padatan menampakkan kecenderungan untuk

mempunyai spektrum pancaran yang sama pada suhu yang sama. Semuanya mendekati

spektrum pancaran benda hitam sempurna. Apa yang dimaksud dengan benda hitam

sempuran? Kita akan uraikan di belakang.

Gambar 6.1 memperlihatkan susunan peralatan guna mengukur spektrum radiasi

termal. Benda bersuhu T1 yang akan diukur spektrumnya diletakkan dibelakang kolimator.

Benda itu memancarkan radiasi elektromagnetik ke segala arah. Adanya kolimator

memungkinkan kita hanya memilih pancaran-pancaran ke arah tertentu saja. Radiasi yang

berhasil melalui kolimator kemudian dilewatkan prisma atau peranti-peranti dispersif

(pengurai) yang lain. Radiasi-radiasi dengan panjang gelombang berbeda akan terlihat pada

sudut yang berbeda. Oleh karena itu dengan menggerakkan detektor dari satu sudut ke

sudut yang lain kita dapat mengukur intensitas pada masing-masing sudut, yakni intensitas

masing-masing panjang gelombang yang bersesuaian dengan sudut-sudut itu. Tetapi

penampang detektor bukanlah titik geometris, sehingga yang terukur bukan intensitas

radiasi pada sudut tunggal, melainkan intensitas radiasi pada selang sudut d di sekitar ,

yakni bersesuaian dengan intensitas radiasi pada selang panjang gelombang d di sekitar .

Besaran yang terukur ini disebut rapat intensitas radiasi atau intensitas radiasi spektral

dan dilambangkan dengan I. Hasil-hasil pengukuran itu kemudian diplot sebagaimana

grafik yang ditunjukkan pada gambar 6.2 untuk dua suhu yang berbeda T2 > T1.

Dari hasil-hasil eksperimen yang telah dilakukan didapatkan bahwa intensitas

radiasi keseluruhan yang dipancarkan oleh sebuah benda, yakni intensitas radiasi yang

Panjang gelombang

Rap

at i

nte

nsi

tas

mak

mak

T2

T2

Gambar 6.2

menyangkut keseluruhan panjang gelombang berbanding lurus dengan pangkat empat dari

suhu mutlak benda. Jika W(T) intensitas radiasi keseluruhan yang dimaksud, maka

W(T) = eT4, (6.1)

dengan dikenal sebagai tetapan Stefan-Bolztmann yang besarnya 5,6703 × 10-8

watt/m2.K

4 dan e adalah emisivitas yang nilainya antara 0 sampai 1. Emisivitas tergantung

dari sifat-sifat permukaan benda yang ditinjau. Tetang konsep emisivitas ini akan dijelaskan

pada subbagian mendatang. Persamaan (6.1) dikenal sebagai hukum Stefan. W(T) tidak

lain adalah luas wilayah di bawah kurva I pada suhu T.

Contoh 1 : Suhu normal badan anda berkisar dari 36 C samapai 37 C berapakah

intensitas radiasi total yang dipancarkan oleh badan anda, jika emisivitas permukaan badan

anda 0,2?

Jawab : Dalam skala kelvin suhu badan anda berkisar dari 309

K sampai 310 K. Oleh karena itu berdasarkan hukum stefan,

badan anda memancarkan radiasi dengan intensitas berkisar

dari

W(309 K) = (0,2)(5,6703 × 10-8

watt/m2.K

4)( 309 K)

4

= 103,39 watt/m2

sampai

W(310 K) = (0,2)(5,6703 × 10-8

watt/m2.K

4)( 310 K)

4

= 104,73 watt/m2.

Anggaplah luas permukaan badan sama dengan lingkar badan dikalikan tinggi badan. Jika

lingkar badan anda rata-rata 1,0 meter dan tinggi badan anda 1,6 meter, maka luas

permukaan badan anda kira-kira 1,6 m2. Dengan demikian, maka anda memancarkan

tenaga antara 165,42 Joule sampai 167,57 Joule perdetik. Untuk dibayangkan saja, tenaga

sebesar 165,42 joule sama dengan tenaga yang kita gunakan untuk mengangkat beban

16,542 kg setinggi satu meter.

Pada gambar 6.2 terlihat puncak-puncak kurva rapat intensitas. Puncak-puncak itu

bertepatan dengan panjang gelombang mak. Jadi, yang dimaksud dengan mak adalah

panjang gelombang yang dimiliki oleh komponen radiasi dengan intensitas paling tinggi.

Oleh karena itu, mak bukanlah panjang gelombang maksimum. Pada grafik gambar 6.2

tampak bahwa semakin tinggi suhu benda, semakin kekiri puncaknya. Hal ini bersesuaian

dengan pergeseran mak. Wien menemukan kaitan antara pergeseran mak dengan suhu

benda. Hukum pergeseran Wien diungkapkan melalui persamaan

mak = T

m.K10 2,898 -3. (6.2)

Gambar 6.3 Joseph Stefan

Contoh 2 : Hukum pergeseran Wien dapat digunakan untuk mengukur temperatur

permukaan sebuah bintang. Dengan melakukan pengukuran rapat intensitas radiasi yang

dipancarkan oleh bintang itu untuk berbagai panjang gelombang, maka anda bisa

memperoleh grafik seperti pada gambar 6.2 untuk bintang yang anda amati. Dari grafik itu

anda mendapatkan mak, yakni panjang gelombang yang dimiliki oleh komponen radiasi

yang intensitasnya paling tinggi. Dengan memanfaatkan persamaan (6.2) anda dapat

menghitung suhu permukaan bintang itu. Andaikan spektrum sebuah bintang memiliki mak

= 5,0 × 10-7

meter. (a) Berapakah suhu pada permukaan bintang itu? (b) Berapakah

intensitas radiasi keseluruhan yang dipancarkan oleh bintang itu bila emisivitasnya 1? (c)

Dapatkah anda perkirakan jaraknya dari bumi bila I merupakan intensitas bintang itu diukur

di permukaan bumi?

Jawab :

(a) Dengan mak = 5,0 × 10-7

meter, maka dari persamaan (6.2) diperoleh

T = mak

m.K10 2,898 -3 = 5796 K.

(b) Dari persamaan (6.1)

W(5796 K) = eT4 = (1)( 5,6703 × 10

-8 watt/m

2.K

4)( 5796 K)

2 = 6,399 × 10

7 watt/m

2.

(c) Bintang itu memancarkan radiasi ke segala penjuru. Oleh karena itu bila Rbb jarak bumi

dari bintang itu, maka bumi terletak pada permukaan bola raksasa yang berpusat pada

bintang itu. Karena di bumi intensitas cahaya bintang itu I, maka tenaga keseluruhan

radiasi yang dipancarkan tiap satu satuan waktu melalui permukaan bola raksasa itu adalah

4Rbb2I. Tenaga radiasi sebesar inilah yang dipancarkan dari permukaan bintang itu tiap

satu-satuan waktu. Bila jejari bintang itu Rb, maka

4Rbb2I = 4Rb

2 W(5796 K).

Jadi,

Rbb = I

K) W(5796 Rb.

Jadi, jarak bintang itu dapat dihitung bilamana kita mengetahui jejari bintang itu.

Sedangkan, jejari bintang dapat diukur melalui fasilitas yang disediakan teleskop.

6.1.2 Radiasi Benda Hitam

Sekarang saatnya kita bicarakan benda hitam. Benda hitam sempurna (selanjutnya

sebut saja benda hitam) ialah sesuatu yang menyerap radiasi pada semua panjang

gelombang. Berapapun panjang gelombangnya, bila suatu radiasi mengenai benda hitam,

maka radiasi itu akan diserap. Dengan kata lain benda hitam adalah benda yang koefisien

pantulannya nol untuk semua panjang gelombang. Dari eksperimen diperoleh kenyataan

bahwa selain sebagai penyerap yang baik, benda hitam merupakan pemancar radiasi yang

baik pula. Salah satu contoh benda hitam adalah matahari kita (dan tentu saja adalah

bintang-bintang lain di jagad raya ini). Contoh lain yang cukup memadai untuk benda hitam

ialah lubang kecil pada suatu rongga (lihat gambar 6.4a). Semua radiasi yang jatuh pada

lubang itu tidak lagi dapat keluar melalui lubang itu. Hal ini sebagai akibat terjadinya

pantulan berulang-kali yang menyusutkan intensitas radiasi itu hingga pudar sama sekali

(gambar 64.a). Bila benda berongga itu dipanasi sampai berpijar, maka justru lobang itulah

yang paling terang.

Sifat-sifat permukaan suatu benda, seperti telah disinggung di depan, ikut

berpengaruh pada intensitas spektral radiasi yang dipancarkan oleh benda itu. Lebih jauh

sifat permukaan ini termasuk kemampuan memantulkan radiasi, warna permukaan dan lain

se-bagainya. Jadi, intensitas radiasi kese-luruhan semata-mata bukan hanya tergantung dari

suhu benda itu. Sifat-sifat permukaan benda ini pada hukum Stefan dicerminkan oleh

emisivitas benda. Tetapi pada benda hitam, sifat-sifat itu lenyap sama sekali sehingga

intensitas radiasi keseluruhan hanya tergantung pada suhu permukaan benda hitam. Benda

hitam dari bahan apapun akan memiliki intensitas radiasi kese-luruhan yang sama asalkan

suhu permukaanya sama. Hukum Stefan un-tuk benda hitam diberikan oleh

W(T) = T4, (6.3)

Gambar 6.4 (a) Lubang pada silinder berongga dapat dianggap sebagai benda hitam

sempurna. Setiap radiasi yang masuk ke dalam lubang itu praktis tidak dapat keluar. Hal

ini disebabkan karena beberapa kali pemantulan mengakibatkan penyusutan intensitas

radiasi itu hingga sangat rendah (nol). (b) Bila Silinder itu di pijarkan maka lobang akan

tampak paling cerah.

(a) (b)

Gambar 6.4 (a) Lubang pada silinder berongga dapat dianggap sebagai benda hitam

sempurna. Setiap radiasi yang masuk ke dalam lubang itu praktis tidak dapat keluar. Hal

ini disebabkan karena beberapa kali pemantulan mengakibatkan penyusutan intensitas

radiasi itu hingga sangat rendah (nol). (b) Bila Silinder itu di pijarkan maka lobang akan

tampak paling cerah.

(a) (b)

Keistimewaan inilah yang kemudian menjadikan benda hitam sebagai acuan dalam kajian

tentang radiasi termal. Intensitas spektral benda hitam hasil eksperimen untuk berbagai

suhu diperlihatkan pada gambar 6.5.

Sekarang kita siap untuk memahami batasan yang lebih rinci tantang emisivitas.

Emisivitas suatu benda ialah nisbah (rasio) antara tenaga keseluruhan yang diradiasikan

oleh benda itu tiap satu satuan waktu pada temperatur T dengan tenaga yang diradiasikan

oleh benda hitam dengan luas yang sama pada temperatur yang sama tiap satu satuan

waktu. Jadi, secara matematik

e =

Dari batasan di atas tentu saja berlaku bahwa emisitas benda hitam bernilai 1. Selanjutnya

perlu pula dipahami definisi berikut. Emisivitas spektral e suatu benda ialah nisbah

tenaga yang diradiasikan oleh benda itu pada selang panjang gelombang ∆λ di sekitar tiap

satu satuan waktu terhadap tenaga pada selang panjang gelombang yang sama yang

diradiasikan oleh benda hitam dengan luas dan pada suhu yang sama.

atau

e =

Tenaga radiasi pada selang ∆λ di sekitar λ yang dipancarkan oleh benda hitam

Tenaga radiasi pada selang ∆λ disekitar λ yang dipancarkan oleh benda

Tenaga total yang dipancarkan oleh benda itu tiap satu satuan waktu pada suhu T

Tenaga total yang dipancarkan oleh benda hitam tiap satu satuan waktu pada suhu T

Gambar 6.5 Radiasi

benda hitam

Lalu, bagaimanakah hasil eksperimen radiasi termal benda hitam tersebut dapat

dijelaskan oleh teori klasik? Harapan tinggal harapan. Pada kenyataan mengatakan bahwa

teori klasik tidak mampu memberi penjelasan yang memadai. Gambar 6.6 menyajikan

ketidakcocokan antara penjelasan yang diberikan oleh fisika klasik dengan hasil

eksperimen. Pada grafik itu, lingkaran-lingkaran kecil merupakan hasil eksperimen. Untuk

menjelaskan spektrum radiasi benda hitam secara klasik, mula-mula radiasi benda hitam

dipandang sebagai sekumpulan getaran elektromagnetik yang berada pada keseimbangan

panas dengan lingkungannya. Secara klasik, masing-masing getaran mempunyai tenaga

sebesar (1/2)kT. Perhitungan selanjutnya (yang tidak atau belum perlu untuk disuguhkan di

dalam buku sini) menghasilkan rumus untuk intensitas radiasi persatuan panjang

gelombang IRJ

sebagai berikut

IRJ

= 4

2

ckT. (6.4)

Persamaan (6.4) diturunkan pertama kali oleh Rayleigh dan Jeans sehingga dikenal sebagai

rumus Rayleigh-Jeans. Dengan adanya faktor λ−4

pada persamaan (6.4), maka kita

mendapatkan masalah yang cukup pelik, yakni munculnya ketakterhinggaan (singularitas)

saat mengecil. Masalah ini dikenal sebagai bencana ultraungu. Mengapa disebut

bencana ultra ungu? Hal ini mudah dipahami mengingat daya total yang diradiasikan oleh

benda hitam persatuan luas adalah

0

dI RJ = 2ckT

0

4

d= luas daerah di bawah kurva I

RJ

(lihat gambar 6.6). Nilai integral

ini menuju ke tak terhingga. Kalau

hal ini benar, tentulah terjadi

kerusakan hebat akibat adanya

radiasi gelombang pendek. Itulah

sebabnya sebutan “bencana

ultraviolet”. Tetapi kenyataannya

tidak.

Terhadap kesulitan ini,

Max Planck mengajukan gagasan

yang dianggap cukup radikal kala

itu, yaitu gagasan kuantisasi tenaga

yang dimiliki oleh getaran-getaran

elektromagnetik. Maksudnya,

suatu getaran elektromagnetik

tidak boleh memiliki sembarang

nilai tenaga, tetapi tenaga getaran

merupakan kelipatan bulat dari

paket atau catu tenaga (kuanta Gambar 6.6 Teori kuantum Planck vs. Fisika Klasik

Teori Planck

Fisika Klasik

tenaga) senilai h, dengan h tetapan Planck senilai 6,63 × 10-34

J.dt dan adalah frekuensi getaran. Jadi, tenaga osilator terkait

dengan frekuensinya hal yang tidak benar menurut teori klasik

(sebagaimana kita ketahui, secara klasik, tenaga suatu getaran

tergantung pada amplitudonya). Tenaga getaran juga bukan

(1/2)kT sebagaimana yang dipakai dalam analisa secara klasik,

melainkan nhv (n bilangan bulat). Berdasarkan gagasan ini,

dengan cara perhitungan yang sama, Planck mendapatkan hasil

yang menakjubkan. Menurut Planck intensitas radiasi persatuan

panjang gelombang I diberikan oleh

I = 5

22

hc

1exp

1

kT

hc

. (6.5)

Gambar 6.6 memperlihatkan kesesuaian persamaan (6.5) dengan hasil eksperimen.

Ternyata persamaan (6.5) ini merupakan perumuman (perluasan) hukum Stefan. Hal ini

terlihat jelas karena Hukum Stefan untuk benda hitam segera dapat diperoleh dengan

mengintegralkan persamaan (6.5) dengan batas dari 0 sampai . Hasilnya adalah

W(T) =

0

dI = 32

45

15

2

hc

kT

4 = (5,6703 × 10

-8 watt/m

2.K

4)T

4.

Dari persamaan ini bersama batasan emisivitas, maka segera diperoleh hukum Stefan, yakni

persamaan (6.1).

Latihan Konsep 6.1 :

1. Dua benda identik kecuali bahwa yang satu halus dan berwarna putih sedang yang

lain kasar dan berwarna hitam. Andaikan kedua-duanya juga memiliki suhu yang

sama. (a) Manakah dari keduanya yang akan memanas atau mendingin lebih cepat

jika mula-mula memiliki suhu yang berbeda dari lingkungannya? (b) Perbedaan laju

pendinginan dan pemanasan itu akan lebih nyata bila diamati dalam ruang hampa.

Mengapa?

2. Matahari dapat dianggap sebagai benda hitam berbentuk bola raksasa berjari-jari

700 ribu km dengan suhu permukaan sekitar 5800 K. Jika radius orbit Jupiter 7,78 x

1011

m dan radius planetnya 6,87 x 107 m. (a) Dengan suhu sebesar itu, pada

panjang gelombang berapakah spektrum gelombang radiasi yang paling dominan?

(b) Berapakah energi radiasi yang diterima Jupiter dari Matahari untuk setiap kali

revolusinya? Diketahui koefisien absobsi (e) Jupiter adalah 0,7 dan periode revolusi

Jupiter terhadap Matahari 11,86 tahun.

3. Tentukanlah frekuensi cahaya yang diperoleh dari radiasi termal benda bersuhu

1000 K!

4. Jika mak suatu benda hitam disepertigakan, maka menjadi berapa kalikah tenaga

radiasi yang dipancarkan benda itu tiap detiknya dibandingkan sebelumnya?

Gambar 6.7 Max Planck

6.2. Gejala (Efek) Fotolistik

Efek Fotolistik adalah satu dari gejala lepasnya elektron dari permukaan suatu

benda. Bila seberkas cahaya (yang memenuhi syarat tertentu) jatuh pada permukaan suatu

benda maka elektron-elektron pada permukaan benda itu akan terbebaskan dari ikatannya

sehingga elektron-elektron tersebut

terlepas. Begitulah efek fotolistik.

Skema eksperimen efek fotolistik

diperlihatkan oleh gambar 6.8. Pada

lempeng anoda (A) dijatuhkan

seberkas cahaya. Jika berkas cahaya

ini memenuhi syarat, maka akan

terjadi pelepasan elektron-elektron

dari permukaan anoda itu. Elektron-

elektron yang terlepas dari anoda itu

mempunyai tenaga kinetik sehingga

berhamburan keberbagai arah.

Elektron-elektron tersebut ada yang

sampai di katoda (K) apabila mampu

mengatasi beda potensial yang

dipasang antara katoda dan anoda.

Jatuhnya elektron-elektron pada

permukaan katoda menyebabkan

terjadinya arus yang dapat dibaca

pada Ampermeter. Arus ini disebut

fotoarus if. Beda potensial antara

anoda A dan katoda diatur dengan potensiometer P. Dengan mengatur P kita dapat

mengusahakan agar tidak ada elektron yang mampu mencapai katoda K.

Berikut adalah beberapa gejala yang teramati :

(a) Arus if mengalir hampir sesaat setelah cahaya yang memenuhi “syarat” dijatuhkan pada

pada permukaan anoda A, walaupun intensitas cahaya itu cukup rendah (10−10

W/m2).

Dibutuhkan waktu tidak lebih dari 10−9

detik untuk melepaskan elektron dari saat

pertama kali cahaya dijatuhkan. (Gambar 6.9a)

(b) Untuk frekuensi cahaya v dan potensial V yang dipasang tetap pada suatu nilai, arus fi

berbanding lurus dengan intensitas I. (Gambar 6.9b)

(c) Untuk frekuensi v dan intensitas I yang dibuat tetap, arus if berkurang dengan naiknya

potensial V dan akhirnya mencapai nol pada saat V sama dengan V0. Potensial V0

disebut potensial penghenti dan nilainya sama untuk semua nilai intensitas I, Jadi V0

tidak tergantung pada intensitas cahaya yang dipakai (Gambar 6.9c)

(d) Untuk sembarang bahan anoda, potensial V0 tergantung pada frekuensi sinar yang

dijatuhkan pada anoda. Terdapat frekuensi batas (ambang), katakanlah 0v , agar efek

fotolistrik terjadi. Bila sinar yang dijatuhkan pada anoda memiliki frekuensi yang

P

A

V

Gambar 6.8 Sketsa Eks-

perimen Gejala Foto-listrik

K A

cahaya

nilainya di bawah frekuensi ini, maka efek fotolistrik tidak dapat berlangsung. Lalu,

bila sinar yang dipakai diganti dengan yang berfrekuensi di atas frekuensi 0v , maka

efek fotolistrik dapat berlangsung. Frekuensi 0v tergantung pada jenis zat (logam) yang

dipakai untuk anoda (Gambar 6.9d).

Nah, sekarang bagaimanakah gejala-gejala ini dapat dijelaskan? Pertama,

bagaimana teori klasik memberi penjelasan?

Penjelasan fisika klasik :

Fisika klasik memandang cahaya sebagai gelombang elektromagnetik. Tenaganya bersifat

kontinyu dan tidak tergantung pada frekuensinya. Menurut teori klasik, intensitas adalah

energi cahaya yang jatuh pada suatu permukaan seluas satu satuan tiap satu satuan waktu.

Jadi, semakin lama sinar dijatuhkan pada permukaan anoda semakin banyak pula energi

yang diterima oleh elektron-elektron di permukaan anoda itu.

Tentang fenomena (a), teori klasik gagal memberi penjelasan. Perhitungan secara klasik

meramalkan bahwa dengan seberkas sinar berintensitas 10−10

W/m2

tidak mungkin terjadi

if if

Waktu t

(I dan tetap)

10−9

dt (a)

Intensitas I

( dan V tetap)

(b)

if

V V0

I1

I2

I3

(c)

eV0

0 untuk Cs

Cs K Cu

0 untuk Cu

(d)

0 untuk K

Gambar 6.9

bila waktu penyinaran kurang dari 10-9

detik. Hal ini secara klasik disebabkan elektron

membutuhkan waktu untuk mengumpulkan energi yang dibawa oleh cahaya. Padahal

secara klasik energi yang dibawa oleh cahaya berbanding lurus dengan intensitasnya. Oleh

karena itu bila intensitas cahaya rendah, maka butuh waktu yang lama untuk mendapatkan

energi yang cukup.

Tentang fenomena (b), teori klasik menjelaskan bahwa semakin tinggi intensitas sinar yang

dipakai semakin banyak energi yang diterima oleh permukaan anoda sehingga semakin

banyak elektron yang dilepaskan olehnya. Semakin banyak elektron yang dilepaskan,

semakin besar pula arus fi yang mengalir. Penjelasan ini mudah sekali dan bisa diterima.

Tentang fenomena (c) teori klasik tidak mampu memberi penjelasan mengapa untuk

intensitas yang berbeda diperlukan tegangan V0 yang sama guna menghentikan mengalirnya

elektron dari anoda ke katoda?. Logikanya, secara klasik, semakin tinggi intensitas semakin

besar energi yang diterima oleh elektron-elektron. Semakin banyak energi elektron-elektron

itu semakin tinggi potensial yang diperlukan untuk menghentikan arus elektron itu. Namun,

kenyataannya tidak : intensitas berapapun memerlukan potensial penghenti yang sama,

yakni V0.

Tentang fenomena (d), jelas sekali bahwa teori klasik menentangnya, karena secara klasik

tenaga cahaya tidak tergantung dari frekuensi melainkan amplitudo.

Kedua, bagaimana teori kuantum menjelaskan fenomena-fenomena (a), (b), (c) dan (d)?

Penjelasan fisika kuantum :

Teori kuantum memandang cahaya sebagai semburan paket-paket atau partikel-partikel

yang disebut foton. Tenaga tiap foton sebesar h. Intensitas berbading lurus dengan jumlah

foton yang jatuh pada suatu permukaan seluas satu satuan secara tegak lurus tiap satu

satuan waktu. Tepatnya,

Intensitas = I = nh, (6.6)

dengan n adalah jumlah foton yang jatuh secara tegak lurus pada permukaan seluas satu

satuan tiap satu satuan waktu. Bila sebuah foton menabrak elektron di permukaan anoda,

maka terjadi pengalihan tenaga foton kepada elektron. Tenaga ini dipergunakan untuk

melepaskan ikatan elektron itu dengan permukaan anoda. Jika tenaga tersebut kurang dari

tenaga ikat elektron dengan permukaan anoda, maka elektron itu tidak dapat lepas. Efek

fotolistrik terjadi bila tenaga yang diterima elektron itu cukup untuk mengatasi tenaga

ikatnya dengan permukaan anoda. Fraksi (bagian) tenaga yang digunakan untuk mengatasi

ikatan elektron itu disebut fungsi kerja . Fungsi kerja tergantung pada jenis logam

anoda. Fungsi kerja terkait dengan frekuensi ambang 0v melalui

= 0h . (6.7)

Sisa tenaga setelah digunakan untuk mengatasi ikatan merupakan tenaga kinetik maksimum

elektron. Jadi, bila sebuah foton berfrekuensi menyerahkan tenaganya sebesar h kepada

elektron, maka

h = + Energi kinetik maksimum

= h0 + 2

1mvmak

2 . (6.8)

Tentang fenomena (a), teori kuantum menjelaskan bahwa karena tenaga yang diterima

elektron tidak tergantung lama penyinaran tetapi tergantung pada frekuensi foton, maka

tidaklah diperlukan waktu yang cukup lama untuk menimbulkan efek fotolistrik asalkan

frekuensi cahaya melebihi 0v .

Tentang fenomena (b), dengan mudah dapat dijelaskan oleh teori kuantum. Intensitas

berbanding lurus dengan jumlah foton. Tiap foton melepaskan satu elektron. Semakin

banyak jumlah foton yang jatuh pada permukaan anoda, semakin banyak elektron yang

lepas. Dengan kata lain semakin tinggi intensitas cahaya semakin besar arus yang mengalir.

Tentang fenomena (c), dijelaskan bahwa tenaga kinetik maksimum elektron tergantung

pada frekuensi cahaya (foton) dan tidak tergantung pada intensitas cahaya, maka sangat

layak bila potensial V0 bernilai sama untuk berbagai intensitas pada frekuensi yang sama.

Tentang fenomena (d), dengan sendirinya telah jelas.

Latihan Konsep 6.2 :

1. Jelaskan mengapa kebanyakan elektron-elektron yang terbebaskan dari anoda pada

gejala fotolistrik memiliki tenaga kinetik kurang dari h − ?

2. Cahaya tampak memilki kisaran panjang gelombang dari 400 nm sampai 700 nm.

Bagaimanakah kisaran tenaga fotonnya?

3. Fungsi kerja Cesium sebesar 1,9 eV.

a. Tentukanlah frekuensi ambang gelombang elektromagnetik yang mampu

menghasilkan efek fotolistrik pada Cesium serta panjang gelombangnya!

b. Jika diinginkan berkas elektron fotolistrik berenergi 1,5 eV, berapakah panjang

gelombang gelombang elektromagnetik yang dibutuhkan?

Catatan: 1 eV = 1,602 x 10-19

J

4. Suatu sumber cahaya monokromatik meradiasikan cahaya berpanjang gelombang

480 nm dan berdaya 10 watt. Berapa banyakah foton yang dipancarkan setiap

detiknya dari sumber cahaya ini?

5. Ketika suatu permukaan benda disinari cahaya berpanjang gelombang 420 nm,

tenaga kinetik maksimum elektron yang lepas sebesar 0,4 eV. Berapakah panjang

gelombang ambang terjadinya efek fotolistrik pada permukaan tersebut?

6. Sumber cahaya masih dapat terlihat oleh mata jika paling tidak terdapat 80 buah

foton perdetik yang masuk ke mata melalui pupil (berdiameter 4 mm). Sejauh

berapakah sumber cahaya berdaya 500 watt yang meradiasikan cahaya berpanjang

gelombang 600 nm ke segala arah masih dapat terlihat?

6.3 Efek Compton

Efek Fotolistik adalah salah satu eksperimen yang mendukung teori korpuskuler

tentang cahaya. Teori ini mengatakan bahwa cahaya merupakan semburan butiran-butiran

yang sangat kecil. Efek fotolistrik menandai bangkitnya teori tersebut yang pada abad

sebelumnya tergusur oleh teori undulasi Huygens dan kawan-kawan. Bangkitnya teori

korpuskuler ini juga ditandai oleh eksperimen yang dilakukan oleh Compton pada tahun

1923 yang selanjutnya dikenal sebagai effek Compton. Eksperiemn Compton termasuk

eksperimen yang disebut eksperimen hamburan, yakni jenis eksperimen yang memegang

peranan penting dalam ilmu fisika. Skema effek Compton tersaji pada Gambar 6.10.

Pada gambar 6.10 tersebut terlihat sebuah foton dengan tenaga 1 bermomentumkan

k1 menabrak elektron diam bermassa me. Foton tersebut terhambur dan elektronnya

terpental. Foton yang terhambur ditangkap dengan detektor D dan diukur panjang

gelombangnya (juga frekuensinya). Secara klasik, panjang gelombang foton setelah

terhambur sama dengan panjang gelombang foton sebelum terhambur. Sedang menurut

teori kuantum, foton terhambur mempunyai panjang gelombang yang berbeda dengan foton

sebelum hamburan tergantung dari sudut hamburannya. Pada gambar 6.10 itu, foton

terhambur dan elektron terpental masing-masing memiliki (momentum, tenaga) berturut-

turut (k2,2) dan (p2,E2). Secara kuantum berlaku 1 = h1, k1 = h/1, 2 = h2, dan k2 = h/2.

Setelah melalui perhitungan yang tidak begitu panjang, diperoleh bahwa

cos112 cm

h

e

(6.9)

dengan θ adalah sudut hambur foton. Tetapan

c = cm

h

e

mec2

k1, 1

k2, 2

p2, E2

foton datang

foton terhambur

Elektron terpental

Gambar 6.10 Hamburan Compton

disebut panjang gelombang Compton. Gambar 6.11 memperlihatkan hasil eksperimen yang

dilakukan oleh Compton untuk empat sudut yang berbeda, yakni 0, 45, 90 dan 135.

Terlihat adanya perbedaan panjang gelombang sebelum dan sesudah hamburan. Artinya,

2 − 1 = , (6.10)

dengan tidak sama dengan nol. Hasil ini tentu sebuah pukulan lagi bagi teori klasik.

Latihan Konsep 6.3:

1. Dalam sebuah ekperimen hamburan menggunakan berkas sinar-X, diketahui bahwa

fraksi perubahan panjang gelombang ( / ) adalah 1 % saat sudut hamburannya

120o. Berapakah panjang gelombang sinar-X yang digunakan?

2. Suatu berkas cahaya dalam eksperimen hamburan Compton terhambur dengan

panjang gelombang 0,14 nm. Jika sudut hamburan foton adalah 90o, berapakah

panjang gelombang foton yang datang? Berapa pula energi foton yang diberikan

pada elektron?

3. Sebuah elektron yang awalnya diam, terlempar dengan energi 180 eV searah dengan

arah foton yang menumbuknya. Berapakah energi dan panjang gelombang foton

yang datang menumbuk elektron?

4. Apakah sebabnya foton tidak mungkin memberikan seluruh energi dan

momentumnya pada elektron bebas? Hal ini menerangkan mengapa efek fotolistrik

hanya dapat terjadi bila foton menumbuk elektron terikat.

Gambar 6.11 Hasil eksperimen hamburan Compton

6.4. Eksperimen Frank-Hertz

Teori klasik tak mengenal konsep

kuantisasi suatu besaran. Teori klasik

beranggapan bahwa semua besaran fisis

bersifat kontinyu. Model atom yang

dikemukakan oleh Bohr menentang

anggapan ini dengan memasukkan kuantisasi

momentum sudut. Akibatnya diperoleh aras-

aras tenaga elektron pada atom. Adanya

aras-aras tenaga tersebut dibuktikan dengan

eksperimen Franck-Hertz. Susunan alatnya

sebagaimana disajikan oleh gambar 6.12.

Suatu filamen digunakan untuk

memanasi katoda K sehingga terjadi

pancaran termionik, yakni pancaran

elektron-elektron akibat adanya pemanasan.

Elektron yang terlepas tersebut bergerak ke

arah kisi yang diberi tegangan positif lebih

tinggi dari pada anoda. Pada rangkaian Gambar 6.12 itu tampak bahwa kisi selalu memiliki

potensial 0,5 volt lebih tinggai dibandingkan anoda. Elektron-elektron itu selanjutnya

menuju ke anoda. Bila elektron-elektron tersebut mampu mencapai anoda, maka di

ampermeter akan terbaca adanya arus i yang mengalir. Sepanjang perjalanan dari katoda

menuju ke kisi elektron-elektron tersebut bertabrakkan dengan atom-atom gas yang telah

dimasukkan ke dalam tabung itu. Bila tenaga elektron diserap oleh atom-atom gas maka

elektron itu bisa jadi tidak akan mampu mengatasi beda potensial antara kisi dan anoda.

Akibatnya, grafik arus terhadap tegangan V (yakni beda potensial antara katoda dan kisi)

diperlihatkan oleh gambar 6.13. Terlihat adanya penurunan arus secara periodik.

Dalam eksperimen ini, tenaga elektron Te terkait dengan beda potensial V melalui Te

= eV. Arus i diukur untuk berbagai nilai V.

Terlihat dari hasil eksperimen bahwa pada

potensial V tertentu saja terjadi penurunan

kuat arus i. Artinya, hanya untuk tenaga

elektron tertentu saja terjadinya penurunan

kuat arus. Karena penurunan kuat arus

berarti terjadinya penyerapan tenaga

elektron, maka hal ini menandakan bahwa

penyerapan tenaga elektron-lektron oleh

atom-atom gas bersifat diskret. Mengapa

harus begitu? Teka-teki ini segera terjawab

bila diingat kembali model atom Bohr-

Rutherford. Sebuah elektron dalam suatu

atom dapat menyerap sejumlah tenaga

untuk pindah ke aras tenaga di atasnya.

Karena aras-aras tenaga yang ada tidak

sembarangan, atau diskret, maka sejumlah

Gambar 6.12

Gambar 6.13 Hasil eksperimen Franck-Hertz

tenaga yang dibutuhkan oleh elektron untuk berpindah araspun tidak sembarangan. Tidak

boleh lebih tidak boleh kurang.

Latihan Konsep 6.4 :

1. Apakah makna selisih beda tegangan senilai 4,86 volt pada grafik yang

diperlihatkan oleh gambar 6.13?

2. Apa yang akan terjadi pada grafik 6.13 bila tegangan antara kisi dan anoda diubah

menjadi 1,0 volt? Apa yang akan terpengaruh oleh perubahan itu? Apakah selisih

beda potensial yang 4,86 volt itu akan berubah?

6.5 Hipotesa de Broglie

Telah terbukti bahwa teori undulasi (yang mengatakan bahwa cahaya adalah

gelombang) telah secara sempurna dapat menjelaskan gejala difraksi, interferensi, refleksi,

polarisasi, dispersi dan refraksi cahaya (lihat kembali bab 2 buku ini). Sementara bagi teori

kospuskuler gejala-gejala alamiah seperti itu merupakan ganjalan yang sangat berarti, sulit

bahkan gagal untuk dijelaskan. Tetapi, sebaliknya, untuk efek fotolistrik dan efek Compton

teori korpuskuler tampak cukup memuaskan dalam memberikan penjelasannya. Kemudian,

pertanyaannya adalah yang manakah dari keduanya yang benar? Betulkah cahaya

merupakan gelombang elektromagnetik? Betulkah cahaya merupakan partikel-partikel?

Sintesa (gabungan) dua pandangan ini memunculkan padangan baru yang dikenal sebagai

paham dualisme cahaya. Paham ini mengatakan bahwa cahaya memiliki dua aspek :

aspek gelombang dan aspek partikel. Aspek gelombang terlihat pada fenomena difraksi,

interferensi, refleksi, polarisasi, dispersi dan refraksi. Aspek partikel terlihat pada efek

fotolistrik dan efek Compton.

Pada tahun 1924, L. de Broglie mencoba melihat kemungkinan berlakunya paham

dualisme untuk partikel-partikel semisal elektron, proton, netron dan lain sebagainya.

Dalam disertasi doktornya, dia mengemukakan hipotesa tersebut. Bila suatu partikel

mempunyai momentum p, maka partikel tersebut terkait dengan gelombang partikel yang

memiliki panjang gelombang

= p

h . (6.11)

Kemudian karena partikel dihipotesakan memiliki aspek gelombang, maka logis bila

kemudian ditanyakan kemungkinan partikel-partikel juga mengalami gejala-gejala difraksi,

interferensi, refleksi, polarisasi, dispersi, dan refraksi? Jawabnya, “ya, betul sekali bahwa

partikel-partikel itu mengalami gejala-gejala itu“. Hal ini dibuktikan, misalnya, dengan

eksperimen difraksi elektron yang dilakukan oleh Dvisson dan Germer, difraksi neutron

dan interferensi elektron.

Latihan Konsep 6.5 :

Diketahui massa elektron = 9,1 x 10-31

kg, massa proton = 1,67 x 10-27

kg.

1. Tentukanlah energi total dan energi kinetik proton yang mempunyai panjang

gelombang de Broglie 0,1 eV (baik secara relativistik maupun secara tak-

relativistik)!

2. Energi kinetik setiap atom dalam gas ideal sebesar Tk23 . Pada suhu 400 K,

berapakah momentum dan panjang gelombang gas ideal yang berisikan atom-atom

hidrogen?

3. Tentukanlah energi elektron dengan panjang gelombang de Broglie sama dengan

panjang gelombang proton berenergi 900 eV!

4. Berapakah panjang gelombang de Broglie bola golf bermassa 46 gr yang bergerak

dengan kecepatan 30 m/s? Bandingkanlah dengan panjang gelombang elektron yang

bergerak dengan kecepatan 107 m/s! Mengapa sifat gelombang bola golf tidak

begitu terlihat tetapi pada elektron lebih terlihat?

6.6 Mekanika Kuantum

Tahap lanjutan pemikiran de Broglie adalah lahirnya mekanika gelombang yang

“dibidani“ oleh Erwin Schrödinger dan mekanika matriks yang dibidani oleh Werner

Heisenberg. Keduanya ternyata ekivalen satu dengan yang lain. Artinya, kedua teori itu

selalu memberikan ramalan dan penjelasan yang sama kalau diterapkan untuk menjelaskan

permasalahan yang sama. Tetapi, secara matematispun dapat dibuktikan bahwa mekanika

gelombang dapat diperoleh dari mekanika matriks dan sebaliknya, mekanika matriks dapat

diturunkan dari mekanika gelombang. Kedua mekanika itu kemudian dirangkum dalam

bentuk yang lebih kompak sebagai mekanika kuantum.

Dalam mekanika kuantum peluang memegang peran yang sangat penting. Peluang

mengatur segalanya. Orang tidak dapat menentukan secara pasti di mana posisi sebuah

partikel pada suatu waktu, kecuali ia melakukan pengukuran posisi partikel itu. Untuk dua

buah partikel identik yang berada pada keadaan yang sama, belum tentu pengukuran posisi

kedua partikel itu memberikan hasil ukur posisi yang sama. Jadi, situasinya seperti ketika

anda main dadu. Anda sama sekali tidak mengetahui angka berapa pada dadu itu yang akan

keluar ketika dilempar. Oleh karena itu, dalam mekanika kuatum tidak dikenal adanya

lintasan partikel dalam ruang. Yang diketahui adalah bahwa nilai peluang partikel itu

melewati suatu titik dalam ruang pada suatu saat. Demikian pula halnya dengan

momentum. Momentum sebuah partikel tidak dapat diketahui kecuali diukur. Tetapi hasil

ukur yang akan diperoleh tidak dapat dipastikan. Untuk dua partikel identik yang berada

pada keadaan yang sama, belum tentu pengukuran momentum kedua partikel itu

memberikan hasil ukur yang sama. Hal ini bukan saja berlaku untuk momentum dan posisi

tetapi berlaku pula untuk besaran-besaran fisika yang lain.

Sifat “aneh“ mekanika kuantum yang lain adalah bahwa nilai yang akan keluar

sebagai hasil ukur ketika orang mengukur suatu besaran fisis tidak sembarang nilai. Hal ini

sama saja bila anda melempar dadu, yang akan muncul hanyalah salah satu dari enam

macam angka yang tertera pada setiap sisinya. Ketika anda melempar dadu, tak sekalipun

anda akan mendapatkan angka 10. Hal ini, dalam fisika atom, tercermin bila anda melihat

kembali aras-aras tenaga atom hidrogen. Tak akan pernah sebuah elektron dalam atom

hidrogen akan memberikan hasil ukur, misalnya −10 eV atau − 6eV, bila tenaganya diukur.

Hasil yang akan didapatkan di kala orang melakukan pengukuran tenaga atom hidrogen

adalah nilai-nilai yang tertera pada aras-aras tenaganya (lihat gambar 5.12 atau 5.13).

Secara umum, untuk setiap besaran fisika terdapat sekumpulan nilai-nilai yang disebut

himpunan sampel bagi besaran fisika itu. Nilai-nilai yang termuat dalam himpunan sampel

itulah yang dimungkinkan akan keluar sebagai hasil ukur bila besaran fisika itu diukur.

Nilai-nilai yang tidak termuat dalam himpunan sampel itu tidak mungkin akan keluar

sebagai hasil ukur.

Contoh 3 : Ditinjau sebuah partikel bermassa m yang dimasukkan ke dalam kubus yang

sangat kedap (sehingga tak dapat ditembus oleh partikel itu). Andaikan kubus itu berukuran

L×L×L. Energi partikel tersebut memiliki himpunan sampel yang anggota-anggotanya

ditentukan oleh persamaan

En = n2

2

2

8mL

h= n

2E1,

dengan n adalah bilangan asli dan h tetapan Planck. Jika E1 = h2/8mL

2, maka himpunan

sampel bagi energi partikel dalam kubus itu adalah

{ E1, 4E1, 9E1, 16E1, 25E1, 36E1, ... }.

Jika massa partikel itu 9,12 × 10−31

kg dan rusuk kubus itu 5 mm, maka

(a) sebutkanlah nilai-nilai yang dimungkinkan akan keluar sebagai hasil ukur energi

bila energi partikel dalam kubus itu diukur!

(b) bila tenaga partikel itu diukur, mungkinkah akan didapatkan hasil ukur senilai 2,2 ×

10-31

J?

(c) bila tenaga pertikel itu diukur, mungkinkah akan didapatkan hasil ukur senilai 1,92

×10-31

J?

Jawab :

(a) Karena tetapan Planck senilai 6,63 × 10-34

J.dt, maka

E1 = 23-31-

2-34

m)10 kg)(5 10 (8)(9,12

J.dt.) 10 (6,63

= 1,2 × 10

-32 J.

Dengan cara yang serupa didapatlah nilai-nilai tenaga yang

lain. Jadi, nilai-nilai yang mungkin akan keluar sebagai hasil

ukur energi partikel dalam kubus adalah (1,2 ×10-32

J), (4,8

×10-32

J), (1,08 ×10-31

J), (1,92 ×10-31

J, 3,0 ×10-31

J), (4,32

× 10-31

J), dst.

(b) Tidak akan didapatkan hasil ukur senilai 2,2 × 10-31

J karena nilai ini bukan anggota

himpunan sampel.

(c) Nilai ini dimungkinkan akan keluar sebagai hasil ukur karena nilai ini salah satu

anggota himpunan sampel untuk energi partikel.

Gambar 3.14 W. Heisenberg

Kalau anda melempar dadu secara fair (adil), maka masing-masing angka pada dadu

memiliki peluang yang sama untuk keluar sebagai hasil pelemparan. Bila salah satu muka

dadu diberi pemberat, maka pelemparan dadu dikatakan tidak fair dan peluang masing-

masing angka pada dadu tidak sama. Bagaimana dengan pengukuran besaran fisika secara

kuantum? Pengukuran suatu besaran fisika pada umumnya merupakan “pelemparan dadu“

yang tak fair. Semua ini ditentukan oleh yang disebut keadaan partikel. Jadi, berapa

peluang masing-masing anggota himpunan sampel sebuah besaran fisika untuk keluar

sebagai hasil ukur sangat tergantung pada keadaan partikel.

Sifat “aneh“ dalam mekanika kuantum selanjutnya adalah apa yang dikenal sebagai

ketakpastian Heisenberg. Dalam mekanika Newton, dimungkinkan untuk mendapatkan

hasil pengukuran momentum dan posisi kedua-duanya dengan kepastian, yakni ralatnya

nol. Jadi, dalam mekanika Newton dapat dikatakan bahwa orang selalu dapat

mengusahakan secara bersamaan diperolehnya hasil pengukuran momentum dan posisi

suatu partikel secara pasti. Seperti telah dijelaskan pada buku jilid satu bab 1, bahwa

pengukuran suatu besaran fisika dikatakan pasti bila ralat pengukurannya nol. Jadi, ralat

pengukuran posisi (x) tidak ada hubungannya dengan ralat pengukuran momentum (p).

Tetapi, sesuatunya tampak lain dalam mekanika kuantum. Pengukuran dua besaran seperti

posisi dan momentum harus tunduk pada kaitan ketakpastian Heisenberg, yaitu

xp ≈ h. (6.12)

Persamaan (6.12) dapat ditulis menjadi

x ≈ h/p.

Terlihat bahwa x menuju ke tak terhingga (yakni pengukuran posisi menjadi sangat tidak

teliti) manakala p menuju nol (yakni jika pengukuran momentum diusahakan seteliti

mungkin). Bila x menuju ke tak terhingga, maka kita tidak tahu lagi di mana posisi

partikel itu. Sebaliknya dari persamaan (6.12) kita dapatkan

p ≈ h/x

yang berarti bahwa p menuju ke tak terhingga (yakni pengukuran momentum menjadi

sangat tidak teliti) bila x diusahakan sekecil mungkin (yakni, pengukuran posisi

diusahakan seteliti mungkin). Ketakpastian Heisenberg bukan saja berlaku bagi momentum

dan posisi, tetapi berlaku pula untuk pasangan-pasangan besaran fisika yang lain, semisal

sudut rotasi dan momnetum sudut.

Pasangan energi dan waktu juga memiliki perilaku seperti di atas. Relasi

ketidakpastian Heisenberg untuk pasangan ini adalah

Et ≈ h. (6.13)

Contoh 4 : Hitunglah ralat minimum pengukuran momentum sebuah atom Helium 4He

yang dikukung dalam wilayah sepanjang 0,40 nanometer!

Jawab : Yang kita tahu adalah bahwa atom helium itu berada di dalam selang 0,40 nm.

Oleh karena itu, ralat pengukuran posisi maksimum adalah x = 0,40 nm. Dan ralat

minimum pengukuran momentum adalah

p ≈ h/x = 1,66 × 10−24

kg.m/dt.

Latihan Konsep 6.6 :

1. Telah diketahui bahwa inti atom terdiri atas proton dan neutron. Radius inti atom

sekitar 2 x 10-15

m. Berapakah perkiraan energi proton dalam inti tersebut?

2. Atom hidrogen berjejari 5,3 x 10-11

m. Gunakan prinsip ketidakpastian untuk

memperkirakan energi elektron yang dapat dimiliki atom tersebut!

3. Sebuah atom yang bereksitasi mengeluarkan kelebihan energinya dengan

memancarkan foton yang memiliki frekuensi tertentu. Periode rata-rata pemancaran

foton eksitasi tersebut adalah 10-8

s, perkirakanlah energi dan frekuensi foton

eksitasi tersebut !

4. Sebuah pengukuran mencapai keakuratan pengukuran posisi proton hingga 10-11

m. Tentukanlah ketelitian kedudukan proton 1 detik kemudian!

Rangkuman (Peta Konsep)

Fisika klasik (mekanika Newton dan elektromagnetika klasik) mulai disangsikan

keakuratannya ketika gagal menjelaskan sifat-sifat radiasi termal dan gejala-gejala

subatomik.

Radiasi termal : pemancaran gelombang elektromagnetik oleh suatu benda semata-

mata karena suhunya. Beberapa sifat penting radiasi termal:

1. Hukum Stefan: Intensitas radiasi pada seluruh panjang gelombang elektromagnetik

yang dipancarkan (W(T)) sebanding dengan pangkat empat suhu benda

W(T) = eT4

dengan dikenal sebagai tetapan Stefan-Bolztmann yang besarnya 5,6703 × 10−8

watt/m2.K

4 dan e adalah emisivitas yang nilainya antara 0 sampai 1. Benda dengan

e = 1 disebut dengan benda hitam.

2. Hukum pergeseran Wien : Panjang gelombang yang dimiliki oleh komponen

radiasi dengan intensitas paling tinggi( mak ) berbanding terbalik dengan suhu

mak = T

m.K10 2,898 -3

3. Intensitas radiasi persatuan panjang gelombang IRJ

pada benda hitam menurut:

- Fisika klasik (Rumus Rayleigh-Jeans) dan tidak cocok dengan data

eksperimen:

Benda hitam dipandang sebagai sekumpulan getaran elektromagnetik yang

berada pada keseimbangan panas dengan lingkungannya. Secara klasik, masing-

masing getaran mempunyai tenaga sebesar (1/2)kT. Sehingga

IRJ

= 4

2

ckT.

- Menurut Max Planck dan cocok dengan data eksperimen:

Suatu getaran elektromagnetik tidak boleh memiliki tenaga sembarang nilai,

tetapi tenaga getaran merupakan kelipatan bulat dari paket atau catu tenaga

(kuanta tenaga) senilai h, dengan h tetapan Planck yang nilainya 6,63 × 10-34

J.dt dan adalah frekuensi getaran. Sehingga

I = 5

22

hc

1exp

1

kT

hc

Efek Fotolistik: gejala lepasnya elektron dari permukaan suatu benda setelah disinari

seberkas cahaya yang memenuhi syarat tertentu.

- Fakta-fakta yang berkaitan dengan efek fotolistrik gagal dijelaskan fisika klasik.

- Teori kuantum: Cahaya sebagai semburan partikel-partikel yang disebut (foton)

dengan tenaga tiap foton sebesar h. Efek fotolistrik terjadi bila tenaga yang

diterima elektron itu cukup untuk mengatasi tenaga ikat dengan permukaan anoda

() yang tergantung pada jenis logamnya dan terkait dengan frekuensi ambang 0v

melalui

= h0.

Tenaga kinetik maksimum elektron adalah sisa tenaga setelah digunakan untuk

mengatasi ikatan.

h = + Energi kinetik maksimum

Efek Compton: foton yang menabrak elektron mengalami pertambahan panjang

gelombang.

- Secara klasik, panjang gelombang foton setelah terhambur sama dengan panjang

gelombang foton sebelum terhambur.

- Secara kuantum, pertambahan panjang gelombang foton tergantung pada sudut

hamburan (θ), yaitu

cos112 cm

h

e

Eksperimen Franck-Hertz: Mekanisme penyerapan tenaga elektron-elektron dalam

atom bersifat diskret = elektron dalam atom mempunyai tingkat-tingkat tenaga tertentu.

Paham dualisme cahaya (bahwa cahaya mempunyai aspek gelombang dan aspek

partikel sekaligus) diadopsi L. de Broglie pada partikel. Bila suatu partikel mempunyai

momentum p, maka partikel tersebut terkait dengan gelombang partikel yang

memiliki panjang gelombang

= p

h

sehingga partikelpun mempunyai sifat-sifat gelombang: difraksi, interferensi, refleksi,

polarisasi, dispersi, dan refraksi.

Tahap lanjutan pemikiran de Broglie adalah lahirnya mekanika gelombang (Erwin

Schrödinger) dan mekanika matriks (Werner Heisenberg) yang dirangkum sebagai

mekanika kuantum. Beberapa asas mekanika kuantum:

- Setiap partikel mempunyai gelombang partikel yang bersesuaian dengannya.

- Kuatitas fisis partikel tidak dapat terukur pasti, yang ada hanyalah kemungkinan

nilainya.

- Ketakpastian Heisenberg: sifat partikel dan sifat gelombang tidak dapat terukur

sekaligus dan sama akuratnya.

“If anybody says he can think about quantum problems without getting giddy, that only

shows he has not understood the first thing about them.” (Max Planck)

6.7 Daftar Pustaka

1. Haken, H., Wolf, H.C. 1984. Atomic and Quantum Physics. Springer-Verlag. Berlin.

2. Hewitt, P.G., 2002, Conceptual Physics, ninth edition, Addison Wesley, New York.

3. Krane, K.S., 1983, Modern Physics, John Wiley & Sons, New York.

4. Lang, K.R., 1995, Sun, Earth, and Sky, Springer-Verlag, Berlin

5. Resnick, R. 1972. Basics Concept of Relativitynand Early Quantum Theory. John

Wiley & Son. New York.

6. Rosyid, M. F., 2005, Mekanika Kuantum, Laboratorium Fisika Atom dan Fisika Inti,

Jurusan Fisika FMIPA UGM, Yogyakarta.

7. Serway, R. A. dan Beichner, R.J., 2000, Phyisics for Scientists and Engineers with

Modern Physics, Saunders College Publishing, New York.

8. Sproull, R.L., Phillips, W.A. 1980. Modern Physics, Third Edition, John Wiley & Son.

New York.

9. Weidner, R.T., Sells, R.L. 1980. Elementary Modern Physics, Third Edition, Allyn and

Bacon, Inc. Boston.

6.8 Proyek Kita

Proyek 1 (Eksperimen) : Manakah yang lebih terang?

Bahan-bahan:

- kaleng bekas dari bahan logam (dengan ukuran diameter 5 cm dan tinggi 8 cm,

jangan terlalu besar)

- paku dan palu

- tungku pembakaran seperti yang dipakai di tempat pandai besi atau temapt

pengecoran logam.

Cara kerja :

1. Siapkan kaleng bekas anda, dan berilah lubang pada salah satu sisinya. Usahakan

ukuran lubang yang anda buat tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar sehingga

masih mudah terlihat. Lubang ini berperan sebagai lubang hitam.

2. Panaskan kaleng tersebut di atas pembakaran hingga terlihat membara (tidak cukup

hanya terasa panas saja)

3. Anda akan melihat kaleng tersebut terlihat menyala. Amatilah setiap sisi kaleng

tersebut, manakah bagian kaleng yang terlihat membara paling terang ?

Proyek 2 (Kajian Teoritis) : Menurunkan Hukum Stefan dan Pergeseran Wien dari

persamaan intensiatas radiasi Plank.

Anda telah mengetahui bahwa persamaan inetnsiatas radiasi Plank (persamaan 6.5) cocok

dengan eksperimen pengukuran intensiatas radiasi termal (grafik gambar 6.2). Oleh karena

itu, grafik yang tergambar mempunyai persamaan yang sama persis dengan persamaan

intensitas radiasi Plank

I = 5

22

hc

1exp

1

kT

hc

1. Kurva di bawah kurva I adalah intensitas radiasi termal yang terukur pada seluruh

rentang panjang gelombang yang disebut dalam Hukum Stefan. Coba turunkan bentuk

eksplisit hukum tersebut dari persamaan intensiatas radiasi Plank dengan cara

mengambil integrasi I pada daerah panjang gelombang 0 s/d .

2. Pergeseran Wien menunjukkan daerah panjang gelombang radiasi termal yang

mempunyai intensitas radiasi termal tertinggi. Secara matematik, daerah tersebut adalah

puncak kurva I yang dapat dicari dengan syarat maksimum 0)(

d

Id dan

0)(

2

2

d

Id. Menggunakan syarat tersebut, turunkanlah bentuk eksplisit hukum

pergeseran Wien.

6.9 Soal-soal

6.9.1 Soal-soal Uraian

1. Intensitas I maksimum untuk radiasi suatu bintang terjadi pada panjang gelombang λ =

4700 Å. Diasumsikan bahwa bintang merupakan benda hitam. Perkirakan suhu

permukaan matahari !

2. Mengapa para insinyur dan ilmuwan harus diberi pelindung terhadap radiasi sinar-X

yang dihasilkan oleh peralatan bertegangan tinggi?

3. Emisivitas total tungsten pada temperatur 2000º K senilai 0,26. Berapakah tenaga yang

dibutuhkan untuk menjaga suhu filamen tabung transmisi radio (2000º K) jika luas

filamen adalah 0,001 m2 dan tidak ada tenaga yang hilang selain radiasi?

4. Berdasarkan ungkapan untuk I, yaitu persamaan (6.5), hitunglah tetapan pada hukum

pergeseran Wien !

5. Alam semesta terisi oleh radiasi termal, yang memiliki spektrum sebagaimana spektrum

benda hitam pada suhu efektif 2,7º K. Berapakah panjang gelombang intensitas

maksimum dari radiasi ini? Berapakah energi kuantannya (dalam eV) pada panjang

gelombang intensitas maksimum ini? Dalam daerah spektrum elektromagnet manakah

panjang gelombang intensitas maksimum ini ?

6. Suatu permukaan logam memiliki panjang gelombang ambang fotolistrik sebesar 325,6

nm. Ia disinari dengan cahaya berpanjang gelombang 259,8 nm. Berapakah potensial

penghentinya?

7. Kelajuan maksimum elektron-elektron yang dibebaskan dari anoda oleh foton pada

gejala fotolistrik adalah 2,00 × 105 m/dt. (a) berapakah tenaga kinetik elektron-elektron

itu? (b) Berapakah potensial penghenti untuk elektron-elektron itu? (c) Mengapa

masalah ini dapat diselesaikan tanpa relativitas khusus Einstein?

8. Suatu cahaya mempunyai frekuensi 5 × 1014

Hz dan Intensitas 3,3×10-16

watt/m2 .

Cahaya tersebut jatuh pada suatu permukaan logam seluas 0,1 m2 dengan membentuk

sudut 60º terhadap normal pada permukaan itu (lihat gambar). Berapakah jumlah

elektron yang terbebaskan tiap detik bila terjadi efek fotolistrik?

9. Bila logam natrium disinari dengan cahaya berpanjang gelombang 4,20 × 102 nm, maka

potensial hentinya didapati sebesar 0,65 V; bila panjang gelombangnya diubah menjadi

3,10 × 102 nm, maka potensial hentinya menjadi 1,69 V. Dengan hanya menggunakan

data ini dan nilai laju cahaya, serta muatan elektron, carilah fungsi kerja logam natrium

dan nilai tetapan Planck !

6.9.2 Soal-soal Pilihan Ganda

1. Sebuah benda yang mempunyai suhu T akan...........

a. memancarkan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu

60 N

Cahaya datang

Elektron

terlempar

b. memancarkan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang dari nol sampai

takberhingga.

c. memancarkan radiasi elektromagnetik pada beberapa panjang gelombang tertentu

saja

d. Panjang gelombang yang mempunyai intensitas tertinggi akan sebanding dengan

suhu benda

e. makin tinggi suhunya, makin besar panjang gelombang yang mempunyai intensitas

maksimum

2. Sebuah bintang terlihat dominan memancarkan cahaya dengan panjang gelombang

4200 Å, dengan demikian temperatur permukaan bintang tersebut adalah

a. 6500 K d. 7100 K

b. 6700 K e. 7300 K

c. 6900 K

3. Sebuah bola berjejari a mempunyai suhu 127 oC dan mempunyai koefisien emisivitas

0,8. Setiap detiknya akan memancarkan radiasi energi termal sebesar........

a. 4000 J d. 4645 J

b. 4465 J e. 4700 J

c. 4564 J

4. Terdapat dua buah benda, A dan B. Keduanya bersuhu sama tetapi luas permukaan A

dua kali lipat luas permukaan B. Jika emisivitas B adalah 0,6 dan energi termal yang

dipancarkan oleh A tiga kali lipat yang dipancarkan oleh B, maka tetapan emisivitas A

adalah

a. 0,1 d. 0,4

b. 0,2 e. 0,5

c. 0,3

5. Berikut adalah fakta yang salah tentang efek foto listrik

a. foto arus bergantung pada intensitas cahaya yang jatuh pada anoda

b. energi foton yang jatuh pada keping anoda dimanfaatkan untuk melepaskan elektron

dan energi kinetik elektron

c. elektron dapat dilepas dari keping anoda dengan menggunakan foton sembarang

frekuensi

d. frekuensi ambang setiap bahan anoda berbeda satu dengan yang lain

e. frekuensi ambang sebanding dengan tenaga ikat elektron dan bahan anoda.

6. Anoda dari bahan kalium mempunyai fungsi kerja 2,2 eV. Jika foton ultraviolet dengan

panjang gelombang 3500 Å dijatuhkan pada anoda tersebut, maka energi kinetik

fotoelektronnya mempunyai harga maksimal

a. 1,0 eV d. 1,3 eV

b. 1,1 eV e. 1,4 eV

c. 1,2 eV

7. Berapakah beda potensial yang diperlukan untuk menghentikan fotoelektron dari

permukaan nikel (energi ambangnya 5,01 eV) akibat disinari dengan cahaya ultraviolet

2000 Å ?

a. 1,0 eV d. 1,3 eV

b. 1,1 eV e. 1,4 eV

c. 1,2 eV

8. Apabila sebuah elektron (massa elektron me = 9,11 x 10-31

kg ) diberikan kecepatan 0,01

kecepatan cahaya, maka panjang gelombangnya....

a. 1,02 Å d. 2,24 Å

b. 1,20 Å e. 2,42 Å

c. 2,04 Å

9. Untuk menghasilakn elektron dengan panjang gelombang 0,5 Å, sebuah mikroskop

elektron memerlukan beda potensial sebesar.....

a. 100 eV d. 402 eV

b. 206 eV e. 601 eV

c. 301 eV

10. Sebuah proton dan sebuah elektron mempunyai panjang gelombang yang sama, ini

berarti

a. momentum proton lebih besar dari elektron

b. keduannya mempunyai momentum yang sama besar

c. momentum proton lebih kecil dari pada momentum elektron

d. energi keduanya sama

e. kecepatan keduannya sama

11. Dalam efek fotolistrik, banyaknya elektron yang lepas perdetiknya........

a. sebanding dengan intensitas cahaya

b. sebanding dengan panjang gelombang cahaya yang dipakai

c. sebanding dengan frekuensi cahaya yang dipakai

d. sebanding dengan energi ambang atau fungsi kerja bahan yang dipakai

e. tidak ada jawaban yang tepat

12. Dua buah benda A dan B masing-masing memancarkan cahaya dengan panjang

gelombang 400 nm dan 600 nm. Jika daya radiasi keduannya sama, maka dalam satu

detik..........

a. A mengeluarkan lebih banyak foton dari pada B tetapi kurang dari dua kali lipatnya.

b. A mengeluarkan foton dua kali lipat dari yang dikeluarkan B

c. A dan B menghasilkan foton sama banyak

d. A menghasilkan lebih dari setengah bagian foton yang dikeluarkan B

e. A menghasilkan kurang dari setengah bagian foton yang dikeluarkan B

13. Sebuah elektron mempunyai........

a. energi kinetik yang tidak bergantung panjang gelombangnya

b. momentum yang tidak bergantung panjang gelombangnya

c. energi kinetik yang sebanding dengan momentumnya

d. energi kinetik yang sebanding dengan kuadrat momentumnya

e. panjnag gelombang yang sebanding dengan kuadrat momentumnya

14. Suatu proton dan elektron mempunyai kecepatan yang sama, dengan demikian proton

mempunyai panjang gelombang yang........

a. lebih besar dari panjang gelombang elektron

b. sama dengan panjang gelombang elektron

c. kurang dari panjang gelombang elektron

d. kurang dari panjang gelombang elektron hanya jika energi kinetik proton kurang

dari energi diamnya

e. lebih dari panjang gelombang elektron hanya jika energi kinetik proton kurang dari

energi diamnya

15. Foton yang terhambur balik setelah menabrak elektron akan..........

a. mendapat tambahan panjang gelombang sebesar cm

h

e

2

b. panjang gelombangnya berkurang sebesar cm

h

e

c. panjang gelombangnya bertambah sebesar cm

h

e

d. panjang gelombangnya berkurang sebesar cm

h

e

2

e. panjang gelombangnya tidak berubah