teori perancangan kota rob krier

48
TEORI PERANCANGAN KOTA ROB KRIER Arsitektur Kota Teori figure/ground Teori-teori figure/ground di pahami dari tata kota sebagai hubungan tekstural antara bentuk yang di bangun (building mass) dan ruang terbuka (open space).merupakan analisis yang sangat baik untuk mengidentifikasikan sebuah tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan, serta mengidentifikasikan masala keteraturan perkotaan 2.1 pola sebuah tempat Kemampuan untuk menentukan pola-pola dapat membantu menangani masalah mengenai ketepatan (constancy) dan perubahan (change) dalam perancangan kota serta membantu menentukan pedoman-pedoman dasar untuk menentukan sebuah perancangan lingkungan kota yang konkret sesuai tekstur konteksnya. Fungi pengaturan Untuk memahami bagaimanakah pikiran manusia bekerja karena pikiran manusia menentukan suatu tatanan dunia dalam pikiran tradisional, dunia alam adalah kacau dan tidak tertib (contoh: daerah hutan). Artinya manusia cendrung menggolongkan, mengatur dan menghasilkan bagan-bagan kognitif misalnya permukiman-permukiman bangunan-banguanan dan pertamanan. Sistim pengaturan Suatu lingkungan binaaan tidak dapat di rasakan tanpa adanya suatu bagan kognitif yang mendasarinya.

Upload: yessi-amanda-pandiangan

Post on 16-Feb-2016

151 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

rob krier

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Perancangan Kota Rob Krier

TEORI PERANCANGAN KOTA ROB KRIERArsitektur Kota

 Teori figure/groundTeori-teori figure/ground di pahami dari tata kota sebagai hubungan tekstural antara bentuk

yang di bangun (building mass) dan ruang terbuka (open space).merupakan analisis yang

sangat baik untuk mengidentifikasikan sebuah tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang

perkotaan, serta mengidentifikasikan masala keteraturan perkotaan

2.1 pola sebuah tempatKemampuan untuk menentukan pola-pola dapat membantu menangani masalah mengenai

ketepatan (constancy) dan perubahan (change) dalam perancangan kota serta membantu

menentukan pedoman-pedoman dasar untuk menentukan sebuah perancangan lingkungan

kota yang konkret sesuai tekstur konteksnya.

                     Fungi pengaturanUntuk memahami bagaimanakah pikiran manusia bekerja karena pikiran manusia menentukan

suatu tatanan dunia dalam pikiran tradisional, dunia alam adalah kacau dan tidak tertib (contoh:

daerah hutan). Artinya  manusia cendrung menggolongkan, mengatur dan menghasilkan

bagan-bagan kognitif misalnya permukiman-permukiman bangunan-banguanan dan

pertamanan.

Sistim pengaturanSuatu lingkungan binaaan tidak dapat di rasakan tanpa adanya suatu bagan kognitif yang

mendasarinya.

Beberapa kehidupan dan kegiatan perkotaan secara arsitektural dapat di klasifikasikan dalam

tiga kelompok sebagai berikut:

Susunan khawasan bersifat homogen yang jelas, dimana ada hanya satu pola

penataan.

Susunan kawasan yang bersifat heterogen, dimana dua (atau lebih) pola berbenturan

Susunan kawasan yang bersifat menyebar dengan kecenderungan kacau.

2.2  dua pandangan pokok terhadap pola kota

Page 2: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Di Sebuah wilayah yg besar seperti kota, muncul aktifitas-aktifitas sangat luas dan bebeda.

Semua aktivitas itu secara umum menggambarkan pilihan yang dibuat berdasarkan seluruh

kemungkinan alternative yang ada. Dengan demikian kawasan perkotaan tidak mengesankan

sebagai suayu bagian daerah yang luas, melainkan permukiman itu terorganisir menurut

prioritas-prioritas tertentu.

Organisasi lingkunganDengan kata lain, dapat di ungkapkan suatu prinsip dasar tentang bagaimana lingkungan kota

di organisasikan :

 

 Kenyataan ini menunjukan bahwa perancangan kota selalu berhadapan dengan organisasi

ruang yang bersifat fisik dan social.

Figure yang figurativePandangan pertama memperhatikan konfigurasi massa atau blok yang di lihat secara figurative

artinya, perhatian di berikan pada figure massanya. Kebanyakan orang, baik perancang

maupun masyarakat trtarik pada pandangan tersebut yang dapat di temukan di dalam budaya

tradisional, maupun modern. Misalkan pada masa kini kebanyakan kawasan perkotaan seperti

real estate atau daerah perdagangan juga mengekspresikan cara pandang tersebut.

Ground yang figurativePandangan kedua mengutamakan konfigurasi ground (konfigurasi ruang tau void). Artinya,

konfigurasi ruang atau vloid dilihat sebagai suatu bentuk tersendiri. Dan sekali lagi pandangan

ini pun dapat di temukan di dalam budaya tradisional maupun budaya teknologi.

Secara teknis pandangan konfigurasi yang bersifat special telah lama di perkenalkan dan pada

saat ini secara umum sering di pakai di dalam perancangan perkotaan sejak gerakan

postmodernisme. Hal itu muncul karena sebuah kawasan kota atau sebuah gedung sebagai

sebuah nucleus (inti) kota sering menghadapi ketidakteraturan ekstern dalam lingkungannya.

Secara khusus ada teori desain yang di sebut sistim poche yang seringkali membantu

keberhasilan para perancang kota dalam tugas mencari kualitas baru tekstur figure/ground

sebuah khawasan kota yang belum jelas sebelumnnya.

Definisi system poche

Page 3: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Sistim poche dalam lingkungan kota di rumuskan sebagai berikut:

 

 Sistim desain ini akan sangat membantu arsitek dan perancang kota dalam masalah

menemukan nucleus yang stabil sehingga mampu mengatur ketidakteraturan ekstern

lingkungan masing-masing

Pemakaian sistim poche dalam perancangan kotaSistim poche sebenarnya tidak baru, melainkan sudah lama di kenal dan sering di pakai perlu di

perhatikan skala perkotaan dimana system ini dapat di pakai secara efektif.

Tekstur figure/ground perkotaan secara fungsional

Pada tahun 1748 giambatista nolli seorang arsitek italia, menemukan suatu cara analitis

arsitektural dengan menunjukan secara analitis semua massa dan ruang perkotaan yang

bersifat public (dan semipublic) ke dalam suatu gambaran figure/ground secara khusus cara

analisisnya  sejak waktu itu di sebut dengan nolli plan dimana semua massa yang bersifat

public atau semipublic tidak lagi di ekspresikan sebagai massa (dengan warna hitam)

melainkan di golongkan bersama tkstur ruang dengan warna putih.

2.2 solid dan void sebagai elemen perkotaanSeperti yang telah di katakan, system hubungan di dalam arsitektur figure/ground mengenal

dua kelompok elemen, yaitu solid dan void. Selanjutnya akan di kemukakan elemen-elemen

kedua kelompok tersebut. Ada tiga elemen dasar yang besifat solid serta empat elemen dasar

yang bersifat solid serta empat elemen dasar yang bersifat void.

Ke tiga elemen itu merupakan elemen konkrit karena dibangun secara fisik (dengan bahan

massa). Paling mudah untuk di perhatikan adalah elemen blok tunggal karena bersifat

individual. Akan tetapi elemen ini juga dapat di lihat sebagai bagian dari satu unit yang lebih

besar dimana elemen tersebut sering memiliki sifat yang penting (misalnya sebagai penentu

sudut, hirarki atau penyambung).

3 elemen solid diantaranya

Blok tunggal (single block)

Blok yang mendefinisi sisi (edge defining block)

Page 4: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Blok medan (field block)

4 elemen void diantaranya

System tertutup yang linear (linear closed system)

System tertutup yang sentral (central closed system)

System terbuka yang sentral (central open system)

System terbuka yang linear (linear open system) 2.4 void dan solid sebagai unit perkotaanSering dipakai istilah untuk unit perkotaan adalah :

Di dalam kota keberadaan unit sangatlah penting, karena unit-unit berfungsi sebagai kelompok

banguanan bersama ruang terbuaka yang menegaskan kesatuan massa di kota secara

tekstural. Melelui kebersamaan tersebut, penataan kawasan akan tercapai lebih baik kalau

massa dan ruang di hubungkan dan di satukan sebagai suatu kelompok.

Pola dan dimensi unit-unit perkotaan

Oleh sebab itu, elemen-elemen solid/void tidak boleh di lihat terpisah satu dengan yang lain,

karena secara bersama-sama membentuk unit-unit perkotaan yang sering menunjukan sebuah

tekstur perkotaan di dalam dimensi yang lebih besar.

Artiny, setiap kawasan dapat di mengeri bagiannya melalui salah satu cara tekstur tersebut.

Namun, batas antara tekstur dan unit-unit perkotaan tidak selalu jelas di dalam realitas, karena

kawasan kota jarang bersifat homogen, melainkan memiliki keadaan yang heterogen bahkan

sering bersifat menyebar sehingga agak sulit.

Pola dan dimensi unit-unit perkotaanOleh karena itu elemen-elemen void/solid tidak boleh di lihatterpisah satu sama yang lain,

karena secara bersama-sama membentuk unit-unit perkotaan yang sering menunjukan sebuah

tekstur perkotaan di dalam dimensi yang lebih besar. Di bedakan enam pola kawasan kota

secara tekstural, yaitu grid, angular, kurvilinear, radial, kosentris, aksial,serta organis. Namun

Page 5: Teori Perancangan Kota Rob Krier

batas antara tekstur dan unit-unit perkotaan tidak selalu jelas dalam realita karena kawasan

kota jarang bersifat homogen, melainkan heterogen, bahkan menyebar. Sehingga agak sulit.

Untuk mengatasi hal itu, dalam analisi perlu di perhatikan 3 variabel terstruktur yakni tingkat

keteraturan, tingkat keseimbangan,tingkat kepadatan.antara masa dan ruang sehingga

pengelompokan dapat di capai.

KesimpulanPembentukan solid/void dengan elemen-elemennya sangat berbeda, bahkan juga pola

hubungan di antara keduannya. Secara arsitektural bentuk-bentuk masa dan ruang serta pola

kombinasinya secara tekstural dapat di analisa secara tepat dengan memperhatikan teori yang

di kemukakan di dalam bab ini  dambar di bawah memberikan suatu kesimpulan tentang

pemakaian bentuk segi empat dan pola grid saja 

3. Teori lingkage3.1 Hubungan sebuah tempat dengan yang lainPembahasan sebelumnya lebih banyak diberikan pada pola kawasan perkotaan serta

bagaimanakah keteraturan massa dan ruangnya secara tekstural. Namun demikian, perlu

dilihat keterbatasan kelompok teorifigure/ground karena, di samping memiliki kelebihan,

pendekatannya sering mengarah ke gagasan-gagasan ruang perkotaan yang bersifat dua

dimensi saja dan perhatiannya terhadap ruang perkotaan terlalu statis. Artinya, dinamika

hubungan secara arsitektural berbagai kawasan kota belum diperhatikan dengan baik.

Oleh sebab itulah, perlu diperhatikan suatu kelompok teori perkotaan lain yang

membahas hubungan sebuah tempat dengan yang lain dari berbagai aspek sebagai suatu

generator perkotaan. Kelompok teori itu disebut dengan istilahlingkage (penghubung), yang

memperhatikan dan menegaskan hubungan-hubungan dan gerakan-gerakan (dinamika)

sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric). Sebuah lingkage perkotaan dapat diamati dengan

cara dan pendekatan yang berbeda. Di dalam bab ini lingkage perkotaan akan dikemukakan

dalam tiga pendekatan yaitu:

-          Lingkage yang visual-          Lingkage yang struktural-          Lingkage bentuk yang  kolektif.

Kota adalah sesuatu yang kompleks dan rumit, maka perkembangan kota sering mempunyai

kecenderungan membuat orang merasa tersesat dalam gerakan di daerah kota yang belum

mereka kenal. Hal itu sering terjadi di daerah yang tidak mempunyai lingkage. Setiap kota

Page 6: Teori Perancangan Kota Rob Krier

memiliki banyak fragmen kota, yaitu kawasan-kawasan kota yang berfungsi sebagai beberapa

bagian tersendiri dalam kota.

Walaupun identitas serta bentuk massa dan ruang fragmen-fragmen itu bisa tampak sangat

jelas, orang masih sering bingung saat bergerak di dalam suatu daerah yang belum cukup

mereka kenal. Kota kota seperti New York atau Mexico City dan juga kota-kota di Asia telah

menggambarkan masalah tersebut. Hal ini menunjukan bahwa jumlah kuantitas dan kualitas

masing-masing bagian (fragmen) di kota tersebut belum memenuhi kemampuan untuk

menjelaskan sebagai bagian dalam keseluruhan kota. Oleh karena itu, diperlukan elemen-elemen penghubung, yaitu elemen-elemen lingkage dari satu kawasan ke kawasan lain yang

membantu orang untuk mengerti fragmen-fragmen kota sebagai bagian dari suatu keseluruhan

yang lebih besar.

 3.2 Lingkage visualIstilah ‘lingkage visual’ dapat dirumuskan sebagai:

Dalam lingkage yang visual dua atau lebih banyak fragmen kota dihubungkan menjadi satu

kesatuan secara visual.

Edmund Bacon membahas tema ini secara mendalam. Bukunya sudah menjadi standar di

dalam teori perkotaan yang secara khusus memperhatikan lingkage yang visual. Teorinya

menjadi terkenal pada saat ia mengemukakan kasus-kasus yang menunjukkan dampak

elemen-elemen visual di dalam sejarah kota. Artinya, elemen-elemen tersebut sudah lama

dikenal dan dapat dipakai baik dalam skala makro besar maupun makro kecil, yaitu dalam kota

secara keseluruhan maupun dalam kawasan kota, karena sebuah lingkage yang visual mampu

Page 7: Teori Perancangan Kota Rob Krier

menyatukan daerah kota dalam berbagai skala. Pada dasarnya, ada dua pokok perbedaan

linkage visual, yaitu:

-          Yang menghubungkan dua daerah secara netral;

-          Yang menghubungkan dua daerah dengan mengutamakan satu daerah

Kebanyakan penghubung bersifat kaitan saja dan dapat ditemukan di banyak daerah di kota-

kota seluruh dunia, misalnya kota-kota di Italia atau di kota-kota Amsterdam (Belanda),

Washington (Amerika Serikat), Jaipur (Cina), Yogyakarta (Indonesia), dan banyak kota lain.

Hubungan yang bersifat sebagai fokus lebih sedikit, karena memusatkan sebuah kawasan

tertentu. Walaupun demikian, cara keterkaitan tersebut juga ada di beberapa daerah di kota-

kota, khususnya di dalam pusatnya. Contoh yang baik ada di Versailles (Prancis), atau

beberapa daerah pusat di Roma (Italia), atau daerah Arc de Triumph di Paris (Prancis), serta

daerah Monas Jakarta (Indonesia). Daerah ‘fokus’ tersebut sering memiliki juga fungsi dan arti

khusus di dalam kotanya karena bersifat lebih dominan dan menonjol daripada lingkungannya.

Lima elemen lingkage visualSelanjutnya akan diperkenalkan lima elemen lingkage visual yang menghasilkan hubungan

secara visual, yakni garis, koridor, sisi, sumbu, dan irama. Setiap elemen memiliki ciri khas atau

suasana tertentu yang akan digambarkan satu per satu. Bahan-bahan dan bentuk-bentuk yang

dipakai dalam sistem penghubungnya dapat berbeda. Namun, perlu ditekankan bahwa dengan

merancang lanskap (yang sering hanya dianggap sebagai dekorasi perkotaan), akan sangat

efektif bila menghubungkan fragmen dan bagian kota dengan cara lingkage visual.

Elemen garis menghubungkan secara langsung dua tempat dengan satu deretan massa. Untuk

massa tersebut bisa dipakai sebuah deretan bangunan ataupun sebuah deretan pohon yang

memiliki rupa assif. Elemen koridoryang dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau

pohon) membentuk sebuah ruang. Elemen sis sama dengan elemen garis, menghubungkan

dua kawasan dengan satu massa. Walaupun demikian, perbedaanya dibuat secara tidak

langsung, sehingga tidak perlu dirupakan dengan sebuah garis tidak langsung, sehingga tidak

perlu dirupakan dengan sebuah garis yang massanya agak tipis, bahkan hanya merupakan

sebuah wajah yang massanya kurang penting. Elemen tersebut bersifat massif di belakan

tampilannya, sedangkan di depan bersifat spasial. Elemen sumbu mirip dengan elemen koridor

yang bersifat spasial. Namun, perbedaan ada pada dua daerah yang dihubungkan oleh elemen

tersebut, yang sering mengutamakan salah satu daerah tersebut. Elemen irama,

menghubungkan dua tempat dengan variasi massa dan ruang. Elemen tersebut jarang

diperhatikan dengan baik, walaupun juga memiliki sifat yang menarik dalam menghubungkan

dua tempat secara visual.

Page 8: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Elemen-elemen tersebut akan digambarkan dengan berbagai contoh yang menegaskan sifat

elemen masing-masing. Perlu ditegaskan di sini bahwa cara pemakaian lanskap di dalam kota

akan sangat mendukung dan memperjelas sistem hubungan yang ada di dalam kota.

Sayangnya, potensi penanaman pohon-pohon jarang dipakai sesuai kebutuhan lingkungan,

baik secara visual maupun fungsiaonal (sudah deketahui bahwa pohon-pohon besar adalah

‘paru-paru kota’ dan mengurangi kepanasan dan udara kotor di dalam kota!). Pohon-pohon

hanya dianggap sebagai penghias kawasan kota saja. Sudah saatnya bahwa pendekatan

terhadap lanskap – dan secara khusus mengenai pohon-pohon – diganti dengan suatu

pendekatan yang lebih berarti di dalam kota, lebih-lebih di dalam kota tropis.

3.3 Lingkage struktural  Sebuah kota memiliki banyak kawasan. Beberapa kawasan mempunyai bentuk dan ciri khas

yang mirip, tapi ada juga kawasan yang sangat berbeda. Sering pula terjadi perbedaan antara

kawasan yang letaknya saling berdekatan sehingga terlihat agak terpusan dan berdiri sendiri.

Hal ini disebabkan karena kurangnya bentuk jaringan. Dalam kota sering terlihat tidak adanya

hubungan antara satu daerah dan yang lain. Permasalahan tersebut telah dicoba untuk diatas

dengan pendekatan lingkage yang visual. Tetapi solusi visual tersebut sering kurang tepat,

sehingga perlu ditambahkan bahwa masalah kurangnya bentuk jaringan kawasan perkotaan

juga penting dibahas secara struktural. Di dalam realitasnya, kota tidak hanya mementingkan

masalah yang bersifat visual saja, tetapi juga hubungan strukturalnya, yang jarang sekali

diperhatikan dengan baik dalam perancangan perkotaan. Colin Rowe sebagai tokoh perancang

kota secara struktural melihat masalah tersebut sebagai ‘suatu krisis objek-objek perkotaan

dengan kondisi struktrur yang sangat disayangkan’. Ia menggambarkan bahwa kawasan-

kawasan yang tidak terhubungkan secara struktural, atau terhubungkan tapi secara kurang

baik, akan menimbulkan suatu kualitas kota yang diragukan.

Lingkage struktural dengan sistem kolaseLalu bagaimana perancang kota dapat mengatasi secara arsitektural masalah perbedaan

kawasan-kawasan yang nyata ini? Colin Rowe memakai sebuah sistem perancanaan yang

mampu mengatasi masalah tersebut dengan menyatukan kawasan-kawasan kota melalui

bentuk jaringan struktural yang lebih dikenal sebagai sistem kolase. Istilah ‘kolase’ (dari bahasa

inggris; collage) biasanya dipakai di bidang seni lukis yang bersifat tekstural saja, di mana

sebuah gambar ditempel dengan beberapa bahan tekstur (yang sering berbeda-beda) menjadi

Page 9: Teori Perancangan Kota Rob Krier

satu kesatuan di dalam tatanannya. Pada tingkat kota, Rowe mengamati bahwa sistem kolase

ini juga dapat dipakai secara efektif sebagai berikut:

Dalam lingkage yang struktural dua atau lebih bentuk struktur kota digabungkan menjadi satu

kesatuan dalam tatanannya.

Sama seperti lingkage yang visual, dalam lingkage yang struktural pada dasarnya dapat diamati

dua perbedaan pokok sebagai berikut:

-          Menggabungkan dua darah secara netral;

-          Menghubungkan dua darah dengan mengutamakan satu daerah.

Pemakaian kedua cara terseebut juga tergantung pada fungsi kawasan di dalam konteks

masing-masing. Tidak setiap kawasan memiliki arti struktural yang sama di dalam kota,

sehingga cara hubungannya secara hierarkis juga dapat berbeda (menyamakan dua kawasan

atau mengutamakan salah satunya).

Fungsi lingkage struktural di dalam kotaDalam lingkage struktural yang baik, pola ruang perkotaan dan bangunannya sering berfungsi

sebagai sebuah stabilisator dan koordinator di dalam lingkungannya, karena setiap kolase

(atau dengan kata lain, penghubung fragmen-fragmen) perlu diberikan stabilitas tertentu dan

koordinasi tertentu dalam strukturnya. Tanpa ada daerah-daerah yang polanya tidak

dikoordinasikan serta distabilisasikan tata lingkungannya, maka cenderung akan muncul pola

tata kota yang kesannya agak kacau. Hal itu dapat diatasi dengan memprioritaskan sebuah

daerah yang menjelaskan lingkungannya dengan suat struktur, bentuk, wujud, atau fungsi yang

memberikan susunan tertentu di dalam prioritas penataan kawasan.

Elemen-elemen lingkage strukturalAda tiga elemen lingkage struktural yang mencapai hubungan secara arsitektural, yaitu:

tambahan, sambungan, serta tembusan. Setiap elemen tersebut memiliki ciri khas dan tujuan

tertentu di dalam sistem hubungan dengan berbagai kawasan perkotaan. Karena tiga elemen

struktural ini bersifat agak abstrak, sering kali elemen-elemen lingkage yang struktural kurang

diperhatikan di dalam perancangan perkotaan.

Secara struktural elemen tambahan melanjutkan pola pembangunan yang sudah dan

sebelumnya. Bentuk-bentuk massa dan ruang yang ditambah dapat berbeda, namun pola

kawasannya tetap dimengarti sebagai bagian atau tambahan pola yang sudah ada di

sekitarnya.

Berbeda halnya dengan elemen sambungan karena elemen ini memperkenalkan pola baru

pada lingkungan kawasannya. Dengan pola baru ini, diusahakan menyambung dua atau lebih

Page 10: Teori Perancangan Kota Rob Krier

banyak pola di sekitarnya, supaya keseluruhannya dapat dimengerti sebagai satu kelompok

yang baru memiliki kebersamaan melalui sambungan itu. Elemen tersebut sering diberi fungsi

khusus di dalam lingkungan kota, karena rupanya agak istimewa.

Lain pula halnya dengan ciri khas elemen tembusan karena elemen ketiga ini tidak

memperkenalkan pola baru yang belum ada. Elemen tembusan sedikit mirip dengan elemen

tambahan, namun lebih rumit polanya karena di dalam elemen tembusan terdapat dua tau lebih

pola yang sudah ada di sekitarnya dan akan disatukan sebagai pola-pola yang sekaligus

menembus di dalam satu kawasan. Dengan cara demikian, sebuah kawasan yang memakai

elemen tembusan tidak akan memiliki keunikan dari dirnya sendiri, melainkan hanya ‘campuran’

dari lingkungannya.

Colin Rowe mengemukakan beberapa kasus di dalam sejarah kota, misalnya di kota Roma,

Italia. Sistem lingkage struktural sudah lama dipaka dalam suatu kualitas menghubungkan

berbagai kawasan. Oleh karena itu, banyak tokoh perancang tertarik menerapkan teori Colin

Rowe (mengenai perhatian kota secara struktural). Misalnya Roger Trancik memakai linkage

struktural untuk sebuah studi pengembangan kawasan kota Goteborg di Sweida. Dalam

pernacangan tersebut sistem lingkage struktural dipakai dalam menggunakan elemennya

secara baik.

3.4 Lingkage sebagai bentuk kolektifSeperti telah dikemukakan terdahulu, kelompok teori lingkage memperhatikan susunan dan

hubungan bagian-bagian kota satu dengan yang lainnya. Roger Trancik membandingkan

dinamika itu seperti suatu komposisi musik dengan suatu sistem datum. Dan Francis Ching

memakai istilah yang sama dengan definisi berikut ini:

Suatu datum diartikan sebagai suatu garis, bidang atau ruang acuan untuk menghubungkan

unsur-unsur lain di dalam suatu komposisi. Datu mengorganisir suatu pola acak unsur-unsru

melalui ketertaturan kontinuitas dan kehadirannya yang konstan. Sebagai contoh, garis-garis

lagu berfungsi sebagai suatu datum yang memberi dasar visual untuk membaca not dan irama

nada-nada yang ada secara relatif.

Garis-garis lagu adalah suatu datum konstan yang menyiapkan suatu bingkai ciptaan pada

seorang komponis. Itu sama halnya dengan lingkungan perkotaan, karena suatu datum (atau

kesamaan) yang bersifat spasial akan berfungsi sebagai landasan tertentu. Contoh datum yang

bersifat spasial adalah sebuah garis lahan-lahan, suatu aliran gerakan yang diarahkan, sebuah

sumbu yang bersifat organisasional atau sebuah sisi kelompok bangunan. Sebetulnya bentuk

dan pola datum perkotaan sudah banya k sekali. Ching mengamati dengan baik, bahwa

sebagai pengatur yang efektif, sebuah garis datum harus memiliki kontinuitas visual untuk

Page 11: Teori Perancangan Kota Rob Krier

menembus atau melintasi semua unsur yang diorganisir sebagai figure yang dapat merangkum

atau mengumpulkan semua unsur-unsur yang terorganisir di dalam lingkungannya. Jika

demikian, garis datum yang spasial itu menunjukan suatu sistem penghubung yang perlu

dipertimbangkan seandainya ada suatu tambahan atau perubahan massa atau ruang di dalam

lingkungannya.

Walaupun demikian, di dalam realitas kota dan perancangannya, faktor penting itu jarang

diperhatikan degnan baik. Sering dilupakan bahwa sebuah kota memiliki arti luas daripada

jumlah gedung dan prasarananya saja. Sebuah kota hanya akan berarti sebagai sejumlah unit-

unit. Kenyataan tersebut telah dibahas dengan memperhatikan unit-unit secara visual dan

struktural. Meskipun demikian, masih perlu ditambah satu cara lagi yang memperhatikan secara

langsung keadaan rupa bentuk yang bersifat kolektif di dalam kawasan kota.

Implikasi keadaan tersebut sering kurang disadari. Masalah itu muncul karena secara nyata di

kota juga ada kawasan yang berbentuk kolektif, tetapi bentuk tersebut sering kurang jelas

dalam batasan maupun ciri khasnya. Kenyataan ini menunjukkan perlu adanya perhatian

secara khusus terhadap analisis mengenai keberadaan bentuk-bentuk kolektif di dalam kota,

karena dengan hal tersebut akan dicapai landasan perancangan untuk memperkuat kualitas

kawasan melalui pengelompokan berbagai objek sebagai bagian dari satu bentuk kolektif.

Perhatian perlu diberikan secara khusus pada ciri khas, organisasi, dan hubungan bentuknya

yang bersifat kolektif, baik di suatu derah maupun dengan daerah yang lain, karena sebuah

kota memiliki banyak wilayah yang mempunyai arti terhadap hubungan dari dalam maupun luar,

yaitu dari diri sendiri maupun dari lingkungannya. Oleh sebab itu, kawasan-kawasan perkotaan

yang mempunyai sifat bentuk kolektif merupakan karakterisktik perkotaan yang penting.

Fumihiko Maki menganggap kriteria linkage tersebut sebagai karakteristik yang sangat penting

di dalam lingkungan perkotaan:

Penghubung (lingkage) adalah hakikat utama di dalam kota. Penghubung adalah tindakan yang

menyatukan semua lapisan aktivitas serta hasilnya yang memiliki rupa secara fisik di dalam

kota ... Perancangan kota memperhatikan pertanyaan yang membuat hubungan secara luas

antara objek yang dipisahkan. Sebagai akibatnya, penghubungan memperhatikan upaya

memperjelas sebuah keberadaan yang luas sekali dengan mengartikulasi bagiannya.

Perbedaan dan hubungan terhadap lingkunganSupaya sebuah bentuk kolektif dapat dilihat, maka syarat yang diperlukan adalah bagaimana

fungsi arsitektural dari bentuk kolektif tersebut. Ada dua syarat, yaitu bentuk kolektif yang

berbeda dengan lingkungannya dan bentuk kolektif yang berhubungan dengan lingkungannya.

Bentuk kolektif yang berbeda dengan lingkungannya

Page 12: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Sebuah bentuk kolektif tidak dapat dilihat tanpa sedikitnya wujud perbedaan terlihat pada

lingkungannya. Hal itu berarti bahwa batasan visual atau struktural diperlukan agar bentuk

kolektif jelas dalam keseluruhannya. Batasan visual atau struktural itu bisa elemen alamiah

ataupun buatan.

Bentuk kolektif yang berhubungan dengan lingkungannya

Sebuah bentuk kolektif tidak dapat dilihat tanpa sedikitnya wujud hubungan tampak pada

lingkungannya. Hal itu berarti bahwa suatu hubungan visual atau struktural diperlukan supaya

bentuk kolektif felas dalam keseluruhannya. Hubungan visual atau struktural itu boleh menjadi

elemen alamiah atau buatan.

Elemen-elemen sistem bentuk kolektifFumihiko Maki melihat tiga tipe bentuk kolektif, yaitu compositional form,

megaform, serta groupform.

Sebuah compositional form atau ‘bentuk komposisi’ merancang objek-objek seperti komposisi

dua dimensi dan individual yang hubungan antara masing-masing agak abstrak. Dalam tipe ini

lingkage agak sedikit diasumsikan dan tidak langsuang kelihatan. Tipe ini sering dipakai dalam

desain fungsionalisme atau gerakan Modernisme Klasik pada tahun 1930-an sampai sekarang.

Namun demikian, penghubung tersebut sering kurang memperhatikan fungsi ruang terbuka di

dalam segala aktivitas para pelakunya. Oleh sebab itu, ruang terbuka di dalam pembentukan

tersebut sering berkualitas rendah karena tidak terwujud dengan jelas serta tidak dapat dipakai

dengan baik secara fungsional.

Sebuah megaform atau ‘bentuk mega’ menghubungkan struktur-struktur seperti bingkai yang

linear atau sebagai grid. Dalam tipe ini, lingkage dicapai melalui hierarki-hierarki yang

bersifat open ended (masih terbuka untuk berkembang). Secara alami  megaform dapat dilihat

di dalam skala yang bermacam-macam. Suatu contoh yang paling tampak dan umum adalah

bentuk dan pola pohon. Banyak eksperimen desain tipe seperti ini dibuat pada tahun 1960-an

yang memberikan perhatian secara khusus pada kota yang bersifat megastruktural. Pada masa

kini perhatian pada elemen megaformsudah berkurang, namun cara perancangannya masih

sering dipakai dalam proyek-proyek besar, khususnya kalau melibatkan banyak prasarana dan

sirkulasi di dalam kawasan yang bersifat makro (misalnya lapangan terbang, stasiun, kampus,

industri, daerah metropolitan, dan sebagainya). Nama elemen tersebut sudah menjelaskan

bahwa sebuah  megaform kurang tepat dalam skala mikro saja (yaitu gedung) karena sifat

elemen tersebut cenderung makro.

Sebuah groupform muncul dari penambahan akumulasi bentuk dan struktur yang biasanya

berdiri di samping ruang terbuka publik. Dalam tipe ini lingkage dikembangkan secara organis.

Page 13: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Kota kuno dan desa tradisional cenderung mengikuti tipe ini. Tetapi pada saat ini

elemen groupform juga sering dipakai dalam perancangan kawasan baru dengan dibuat suatu

akumulasi banguan sebagai satu kelompok. Kompleks tersebut akan mengekspresikan suatu

persamaan bangunan di dalam kawasannya, yang terwujud melalui pola struktur bangunannya

yang saling terikat.

3.5 KesimpulanDi dalam bab ini dibahas tiga macam cara penghubungan, yaitu linkagevisual, linkage struktural, serta linkage bentuk kolektif. Semua pembahasaan tersebut menarik

perhatian pada sistem bagaimana kawasan-kawasan kota sebagai sebuah produk arsitektural

dihubungkan satu dengan yang lain.

Penghubung bagian-bagian kota satu dengan yang lain memang kriteria yang penting sehingga

kawasan-kawasan kota bisa dipahami sebagai sebuah hierarki yang lebih besar daripada

hierarki yang ada di dalamnya saja. Cara penghubungannya secara arsitektural dapat dilakukan

sesuai konteksnya, yang masing-masing memiliki kriteria arsitektural tersendiri, yaitu secara

visual, struktural, atau melalui bentuk kolektif. Tingkat penhubungan dapat berbeda pula, baik

secara kuantitas maupun kualitas. Oleh sebab itu, dibutuhkan suat kepekaan yang baik

terhadap lingkungan agar suat intervensi arsitektural di dalamnya dapat meningkatkan kualitas

penghubungan dalam lokasi secara keseluruhan. Peningkatan itu akan juga menguntungkan

intervensi terebut bagi diri sendirinya. Bab berikut secara khusus akan berfokus pada hal

tersebut, karena tanpa pembahasaan sebuat ‘arti’ dari suat produk, maka produk tersebut

belum dapat dipahami dengan baik.

4. Teori place4.1 Makna sebuah tempatPada bab ini dibahas makna sebuah kawasan sebagai sebuah tempat perkotaan secara

arsitektural. Manusia memerlukan suatu sistem places(tempat-tempat tertentu) yang berarti dan

agak stabil untuk mengembangkan kehidupan dan budayanya. Kebutuhan itu timbul karena

adanya kesadaran orang terhadap suatu tempat yang lebih luas daripada hanya sekadar

masalah fisik saja. Pandangan umum mengenai sistem places dapat sengat berbeda, misalnya

antara sistem places perdesaan dan sistem places perkotaan. Namun pada setiap tempat, agar

dapat dilihat dan dirasakan, orang memerlukan suatu batasan dengan makna tertentu. Ada dua

pengamatan yang menarik dalam hal tersebut:

Sebuah batas bukan ditentukan karena sifatnya sebagai daerah tempat berhenti, melainkan di

mana sebuah tempat memulai kehadirannya.

Page 14: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Bagian dari keadaan sebuah tempat yang baik adalah perasaan yang kita miliki terhadapnya,

yang terwujud dan dilindungi oleh sebuah medan yang spasial yang dimiliki sendiri dengan

pembatasannya serta kesanggupannya.

Kenyataan itu kurang diperhatikan di dalam kota modern. Misalnya, gerakan arsitektur modern

yang disebut gaya internasional (international style), dengan puncaknya pada pertengahan

abad ke-20, sama sekali tidak memperhatikan aspek tersebut, karena fokus hanya diberikan

pada objek-objek secara fungsional saja. Pada masa kini konsep-konsep perkotaan dari

gerakan itu terbukti gagal di dalam realitasnya: beberapa tokoh arsitek sudah mengusulkan

gagasan-gagasan baru, misalnya para arsitek dari TEAM 10, TAU-Group dari Prancis, Rob dan

Leon Krier bersaudara dari Luxemburg, Hermann Herzberger dari Belanda, atau Hans Hollein

dari Jerman, dan lain-lainnya. Namun, sampai saat ini pemikiran para perancang secara umum

masih sangat dipengaruhi oleh gerakan modernisme yang sudah terbukti gagal tersebut,

ditambah lagi dengan gerakan post-modernisme yang sering dipakai sebagai alat ‘dekorasi’

kawasan perkotaan saja.

Definisi placeApa yang dimaksud dengan kata place, dan apa perbedaan antara place danspace? Christian

Norberg-Schulz member difinisi umum berikut ini:

Sebuah place adalah sebuah space yang memiliki suat ciri khas tersendiri.

Lebih lanjut secara arsitektural Roger Trancik merumuskan secara lebih spesifik:

Sebua space akan ada kalau dibatasi sebagai sebuah void dan sebua space menjadi

sebuah place kalau mempunyai arti dari lingkungan yang berasal dari budaya daerahnya.

Artinya, sebuah place dibentuk sebagai sebuah space jika memiliki ciri khas dan suasana

tertentu yang berarti bagi lingkungannya. Suasan itu tampak dari benda yang konkret (bahan,

rupa, tekstur, warna) maupun benda yang abstrak, yaitu asosiasi kultural dan regional yang

dilakukan oleh manusia di tempatnya. Aldo van Eyck mengatakan:

Whatever space  and time  mean,  place  and occasion mean more.

Aldo van Eyck mengembangkan konsep yang sudah umum, yaiut ‘space-time-

conception’ secara lebih mendalam dengan memperhatikan perilaku manusia di dalam konsep

tersebut. Ia mengamati bahwa istilah abstrak ‘ruang’ (space) di dalam citra manusia akan lebih

konkret jika dapat dialami sebagai ‘tempat’ (place), dan istilah ‘waktu’ (time) menjadi lebih

konkret jika dilihat sebagai suatu ‘kejadian’ (occasion). Ia mengamati bahwa selama setengah

abad ini kebanyakan arsitek modern menegaskan suatu perbedaan antara ‘di luar’ (outside) dan

‘di dalam’ (inside), yaitu antara interior dan eksterior bangunan. Namun menurut Van Eyck,

tugas para arsitek sebtulnya adalah selallu menyiapkan bagi manusia sebua keadaan yang

Page 15: Teori Perancangan Kota Rob Krier

bersifat ‘di dalam’ (inside). Hal ini tersebut juga berlaku untuk ‘di luar’ (outside), yaitu di antara

bangunan, karena selama orang hidup dia selalu berada di dalam ruang, baik di dalam maupun

di luar gedung. Arsitektur dan urbanisme mengandung usaha penciptaan sebuah interior untuk

di dalam (inside) maupun di luar (outside). Ruang yang berada di luar bangunan lebih baik

diperhatikan sebagai sebuah bagian yang penting bagi manusia yang hidup di dalamnya.

P.H. Chombart de Lauwe sebagai ahlli sosiologi membahas tema tersebut secara mendalam.

Ahli arsitektur-antropologi Amos Rapoport mengembangkan bidan EBR (Environmental

Behavior Relations) yang memperhatikan secara khusus hubungan antara lingkungan yang

dibangun (built-environmental) dan perilaku manusia (human behavior).

Dalam rumusan dan penjelasan ini, penting kiranya untuk menganalisis dan merancang

kawasan perkotaan dari segi konteks, citra, dan artistiknya secara mendalam, karena jelaslah

jenis dan rupa places yang memungkinkanoccasions di dalamnya akan mempengaruhi

masyarakat di tempatnya. Itulah bahan yang sebetulnya perlu diperhatikan di dalam kelompok

teori perkotaan yang ketiga ini. Oleh karena akan mengungkap suatu pandangan atau

pengalaman terhadap ruang kota sebagai tanda kehidupan perkotaan melalui pembentukan

dan pemakaian place di dalam lingkungan tempatnya, baik secara konkret maupun abstrak.

4.2 Konteks kotaSebuah bangunan tidak perlu menjiplak berbagai gaya lingkunganya supaya dapat disebut

kontekstual dan mendukung kesatuan lingkungan. Di dalam pembangunan gedung-gedung

baru, secara kontekstual perlu diterapkan prinsip-prinsip tertentu yang berasal dari

lingkungannya. Ada pengamatan yang menarik dalam hal tersebut:

Di dalam perancangan kontekstual yang benar perlu lebih banyak diperhatikan sejarah

kawasan, kebutuhan masyarakat, tradisi ketukangan dan pemakaian bahan, serta realitas

politik dan ekonomi masyarakatnya, daripada hanya sekadar analisis-analisis yang dangkal.

Perancangan tidaklah lebih dari proses pencarian apa yang diinginkan seseorang atau suatu

objek: bentukan yang dibuat oleh mereka sendiri merupakan bentuk dari hasil proses pencarian

itu sendiri. Tidak diperlukan suatu penemuan baru oleh perancang; yang dibutuhkan ialah

mendengarkan baik-baik saja.

Dengan kata lain, suatu perancangan yang kontekstual merupakan hasil dar suatu proses

mengalihkan arti lingkungan ke dalam sebuah objek baru

Konteks dan kontrasWalaupun demikian, suatu perancangan secar kontekstual tidak boleh mengabaikan kontras,

karena konras dibutuhkan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang menarik dan kreatif.

Diamati dengan baik bahwa prinsip ‘kontras’ hanya bersifat sebagai ‘bumbu makanan’ yang

Page 16: Teori Perancangan Kota Rob Krier

perlu dipakai dengan hati-hati, supaya ‘makanan’ tetap sedap. Dalam kawasan perkotaan,

kontras adalah salah satu alat perancangan yang bagus, dan akan meningkatkan kualitas

kawasan jika dipaik dengan cara yang baik. Namun sebaliknya, tanpa perhatian yang sungguh-

sungguh, akan terjadi pemusnahan yang mengubah sebuah kawasan ke arah kekacauan.

Secara nyata pada masa kini di dalam pembangunan perkotaan, kontras terlalu sering dipakai

dan sifatnya sering disalahgunakan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan suatu pemahaman

yang baik menganai kontras dan sifat-sifat dasarnya serta keterbatasannya, agar suatu kontras

menjadi seimbang dengan konteksnya. Ada klasifikasi enam tingkat perbedaan antara dua

bentuk, yaitu bentuk-bentuk yang sama serupa, mirip serupa, variasi, diferensiasi, kontras, serta

kontras radikal.

Makin meningkatnya perbedaan antara dua bentuk makin menghilangkan kesamaannya.

Dinamika tersebut perlu diperhatikan secara khusus di dalam kawasan perkotaan.

Dua elemen perkotaan yang kontekstualSelanjutnya secara konkret perlu diperhatikan kedua elemen pokok perkotaan yang

mendefinisikan secara mendasar sebuah konteks tertentu, yaitu elemenplace yang statis, serta

elemen place  yang dinamis.

Secara arsitektural sebuah tempat yang bersifat statis yang berbeda dengan konteks yang

bersifat dinamis. Perbedaan dasarnya secara spasial terletak pada arah dan gerakan di dalam

lingkungannya. Dalam berbagai teori perkotaan sedara kontekstual, kedua elemen ini dikenal

dengan bermacam-macam nama yang agak membingungkan. Misalnya, di dalam bahasa

Inggris istilah place (sam dengan istilah Platz dalam bahasa Jerman) dipaka secara umum,

tetapi juga dipakai secara khusus untukk suatu tempat yang cenderung bersifat statis, yang

kadang-kadang juga disebut sebaga square (skala makro) atau court (skala mikro). Dalam

bahasa Indonesia terdapat beberapa istilah yang masing-masing memiliki makna tertentu.

Misalnya, istilah ‘alun-alun’ dipakai untuk sebuah tempat khusus di pusat kota saja. Istilah

‘lapangan’ biasanya dipakai untuk sebuah tempat yang sudah memiliki fungsi tertentu (untuk

olah raga dan lain-lain), serta istilah ‘halaman’ cenderung bersifat mikro saja. Istilah ‘ruang

kosong’ yang kebanyakan bersifat statis juga dipakai, namun istilah tersebut memiliki

bermacam arti, sama dengan istilah ‘jalan’ yang sifatnya dinamis. Oleh karena itu, di dalam

buku ini kedua elemen kontekstual dibedakan dengan pemakaian kedua istilah dasar,

yaitu ruang statis serta ruang dinamis. Selanjutnya secara teknis hanya dua istilah tersebut

yang akan dipakai.

Di sini tidak ada maksud untuk membahas kawasan perkotaan yang kontekstual dari sudut

pandang berbagai bidang ilmu (antropologi dan sebagainya) ataupun dari sudut pandang yang

Page 17: Teori Perancangan Kota Rob Krier

subjektif (misalnya gaya). Perhatian hanya akan diberikan secara dasar pada pembicaraan

formulasi bentuk dan ruang yang berfokus secara arsitektural pada suatu konteks secara

objektif dan umum.

Pada dasarnya, pembentukan dua elemen pokok ini dapat dilihat dalam dua karakteristik dasar

yang bersifat arsitektural, yaitu rupa dan tampak. Dua tokoh teori perancangan kota, yaitu Rob

Krier dan Jim McCluskey, mendefinisikan ruang statis/dinamis dari empat aspek, yaitu dari

tipologi, skala, hubungan, dan identitas. Keempat aspek ini perlu diperhatikan secara mendalam

karena hanya melalui aspek-aspek pokok inilah kedua karakteristik ‘rupa’ dan ‘tampak’ dapat

dibahas secara objektif. Masalah tersebut sering dilupakan, bahkan dicampuradukkan dengan

masalah geometri dan stetika perancangan perkotaan yang sering berpandangan subjektif.

TipologiPada dasarnya, tipologi bentuk sebuah tempat tidak selalu sudah jelas, karena bisa jadi ada

campuran antara sifat yang statis dan dinamis. Demikian pula batas tidak selalu jelas.

Selanjutnya, tipologi kedua elemen tersebut akan dibahas satu demi satu.

Tipologi ruang statis. Sejak awal abad ini, karakter ruang terbuka yang bersifat statis di dalam

kota hanya dianggap sebagai tempat estetik perkotaan, khususnya di Eropa. Oleh sebab itu,

karakter tempat tersebut hanya digolongkan pada geometrinya saja tanpa memperhatikan

fungsinya di dalam kota. Misalnya, teori perancangan kota yang terkenal dari Rob Krier

berusaha menggolongkan semua tempat tersebut sesuai bentuknya dengan pemakaian elemen

geometri dasar saja, yaitu lingkaran, segitiga, bujur sangkar, serta kombinasinya. Banyak

pengkritik, khususnya yang berhubungan dengan ilmu sosial, mempermasalahkan makna teori

tersebut sebagai sesuatu yang lihiriah saja. Walaupun anggapan tersebut betul, jelas bahwa

ruang perkotaan yang bersifat statis juga tidak bisa diklarsifikasikan dari sudut pandang bidang

sosial saja melainkan juga memiliki arti yang diekspresikan melalui bentuknya.

Hans J. Aminde menggabungkan dengan baik kedua pendekatan tersebut secara itegral

dengan memperhatikan karakter ruang perkotaan yang bersifat statis beserta fungsi ruang

tersebut, yang masing-masing bisa dihubungkan sepuluh karakter ruang tersebut, yang masing-

masing bisa dihubungkan dengan bermacam fungsi sesuai konteksnya, misalnya sebagai ruang

terbuka untuk perdagangan, budaya, monumen, permukiman, perdagangan, lalu lintas, parkir,

dan lain-lain.

Kedua hal tersebut tidak boleh dipisahkan satu dengan yang lain. Fungsi/aktifitas sebuah

tempat sama pentingnya dengan bentuknya, dan demikian pula sebaliknya. Spiro Kostof

membahas hal tersebut secara mendalam di dalam konteks Eropa. C. Cooper bersama C.

Page 18: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Francis memberikan kontribusi menarik dalam konteks Amerika. Sayangnya, di dalam konteks

Asia belum tersedia banyak literatur mengenai hal tersebut.

Tipologi Ruang Dinamissama dengan ruang statis, ruang dinamis (yang sering disebut sebagai street atau jalan)

memiliki tipologi tersendiri. Sama dengan ruang st          atis, ruang dinamis juga memiliki kaitan

tersendiri antara bentuk dan fungsinya, sehingga Spiro Kostof dengan tepat mengantakan

bahwa ruang dinamis yang disebut ‘jalan’ sekaligus adalah elemen   dan institusi perkotaan.

Bentuknya bisa juga sangat berbeda sesuai lokasi dan fungsinya di dalam kota . oleh sebab

itu,  sering diberikan padanya nama yang sesuai dengan keadaanya

Selanjutnya dikemukakan kriteria kedua, yaitu skala, karena perlu juga ditanyakan  mengenai

sebuah tempat: Seberapa besar ukurannya? Bagaimana perbandingan secara spasial antara

ketinggian elemen dan lebarnya? Bagaimana hubungan secara  spasial antara objek-objek di

dalamnya

Walaupun kesan sebuah tempat tergantung pada banyak factor, bisa dikatakan secara umum

bahwa skala, yaitu hubungan antara lebar./panjang dan tinggi ruang dari sebuah tempat,

memberikan sebuah kesan yang bersifat agak umum pada orang yang bergerak didalamnya.

MorfologiKemudian kriteria yang ketiga, morfolgi sebuah tempat, juga perlu dianalisis. Ini berarti bahwa

sebuah elemen place tertentu tidak hanya boleh diperhatikan dari tempatnya saja, melainkan

juga dari segi arti hubungan antara tempat dan tempat yang lain. Oleh sebab itu yang perlu

ditanyakan adalah: Bagaimanakah konteks elemen tersebut? Bagaimanakah kombinasi antara

elemen-elemennya? Bagaimanakah pencampuran elemnnya? Aspek-aspek itu sangat penting

bagi suasana didalam suatu konteks tempat tertentu.

IdentitasAkhirnya, kriteria yang keempat, yakni identitas suatu tempat , perlu juga diperhatikan. Apakah

cirri khas tempat tersebut? Apakah yang  menyebabkan adanya suatu perasaan terhadap suatu

tempat? Dengan cara manakah? Bahan apakah yang dipakai? Dengan pola manakah? Dengan

warna manakah? Inilah beberapa pertanayaan yang penting terhadap gambaran sebagai suatu

identitas tertentu dalam konteksnya.  Misalnya kota kuno dan kota tradisional tidak hanya

sekadar kebetulan terjad, melainkan dicapai melalui hierarki-hierarki tertentu yang beraturan

dan berulang-ulang dalam banyak aspek yang mendukung hierarkinya. Walaupun kebanyakan

place di kota tradisional mempunyai karakteristik geometris yang berbeda, tetapi identitas place

secara keseluruhan masih dapat diamati. Pembentuk place mengikuti suatu regularitas dan

repetisi tertentu yang sesuai dengan dengan hierarki supaya jelas identitasnya. Artinya , setiap

Page 19: Teori Perancangan Kota Rob Krier

bangunan disebuah place boleh berbeda, namun perbedaan ini seharusnya mengikuti dan

memperkuat identitas place tersebut. Di dalam tugas perancangan kawasan, regularitas dan

repetisi yang mengikuti hierarki tertentu adalah factor penting  dalam perancangan sebuah

place yang berkualitas tinggi

Dengan demikian, menjadi jelas betapa pentingnya pula memperhatikan elemen-elemen

arsitektural di dalam skala mikro, misalnya rupa bangunan atau bentuk jendela dan elemen-

elemen lain serta cara penyusunan didalam tampilan bangunan.

4.3 Citra KotaTeori mengenai citra place sering disebut sebagai milestone suatu teori penting dalam

perancangan kota, karena sejak tahun 1960-an teori ‘citra kota’ mengarahkan pandangan

perancangan kota kearah yang memperhatikan pikiran terhadap kota dari orang yang hidup di 

dalamnya. Teori-teori berikutnya sangat dipengaruhi oleh teori tokoh ini. Teori ini diformulasikan

oleh Kevin Lynch, seorang tokoh peneliti kota. Risetnya didasarkan pada citra mental sejumlah

penduduk dari kota tersebut. Dalam risetnya, ia menemukan betapa pentingnya citra mental

jumlah penduduk dari kota tersebut. Dalam risetnya, ia menemukan betapa pentingnya citra

mental itu karena citra yang jelas akan memberikan banyak hal yang sangat penting bagi

masyarakatnya. Seperti kemampuan untuk berorientasi dengan mudah  dan cepat disertai

perasaan nyaman karena tidak merasa tersesat, identitas yang kuat terhadap suatu tempat,

dan keselarasan hubungan dengan tempat-tempat yang lain.

Definisi dan Prinsip Citra PerkotaanCitra kota dapat didefinisikan sebagai berikut

 Sebuah citra kota adalah gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-rata

pandangan masyarakatnya

Kevin Lynch di dalam risetnya meminta para penduduk untuk menjelaskan kepadanya suatu

gambaran mental terhadap kota mereka: apa yang diingat? Dimana letaknya dalam kawasan?

Bagaimana rupanya? Kemana saya harus pergi dari tempat ini ke tempat yang lain? Lynch

mengamati dengan baik bahwa rata-rata berbagai jawaban yang diberikan orang agak sama ,

dan sering jauh berbeda dengan realitas di dalam kawasan. Misalnya, sketsa-sketsa yang

dibuat orang dengan tim peneliti sering jauh berbeda dengan peta kota yang sebenarnya. Ia

mengamati bahwa masalah itu terutama tidak disebabkan oleh ketidakbiasaan orang untuk

menggambar sketsa, melainkan karena kesulitan mereka untuk mengingat keadaan tempatnya.

Lynch mengamati bahwa di beberapa kota dan di berbagai kawasan masalah tersebut lebih

sedikit dialami orang. Dalam riset ini telah diteliti dari mana perbedaan itu berasal dan mengapa

Page 20: Teori Perancangan Kota Rob Krier

di berbagai kota orang memiliki gambaran mental yang lebih kuat terhadap kawasannya

daripada di tempat lain. Berdasarkan analisis tersebut,Lynch menemukan tiga komponen yang

sangat memengaruhi gambaran mental orang terhadap suatu kawasan yaitu:

·         Potensi ‘dibacakan’ >identitas

artinya orang dapat memahammi gambaran perkotaan (identifikasi objek, perbedaan dan lain-

lain)

·         Potensi ‘disusun’ >struktur

Artinya orang dapat melihat pola perkotaan (hubungan objek, hubungan subjek)

·         Potensi ‘dibayangkan’ >makna

Artinya orang dapat mengalami ruang perkotaaan  (arti objek, arti subjek – objek)

Kevin Lynch mengamati bahwa tiga potensi ini lebih mudah ditemukan di beberapa kota

(misalnya boston, amerika serikat), sedangkan sulit di kota-kota lainnya (misalnya new jersey,

amerika serikat). Jika dibandingkan perbedaan masing-masing peta kota tidak terlalu besar,

tetapi nyatanya kebanyakan orang akan memakai kriteria-kriteria lain untuk mengingat identitas,

struktur, dan arti kawasan perkotaan daripada peta kota.

Krieria-kriteria umum yang dipakai oleh masyarakat adalah citra terhadap tempatnya.

 Lima Elemen Citra Kota 

Elemen-elemen apakah yang dipakai untuk mengungkapan citra perkotaan? Menurut Kevin

Lynch, citra kota dapat dibagi dalam lima elemen yaitu path (jalur), edge (tepian), district

( kawasan), node (simpul), serta landmark. Setiap elemen citra tersebut akan di jelaskan satu

demi satu, serta akan diilustrasikan salah  satu contoh keadaannya di dalam satu kota di

Indonesia yaitu Yogyakarta.

Oleh karena istilah dari bahasa inggris untuk lima elemen tersebut sudah begitu umum dipakai

di dalam konteks bahasa Indonesia, maka istilah-istilah itu akan  dipakai dalam bahan ajar.

Page 21: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Path(jalur) adalah elemen yang paling penting dalam citra kota . Kevin Lynch menemukan

dalam risetnya bahwa jika identitas elemen itu tidak jelas, maka kebanyakan orang-orang 

meragukan citra kota selara keseluruhan.  Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya

digunakan orang  untuk melakukan pergerakan secara umum, yakni jalan, gang, jalan transit dll

Edge(tepian) adalah elemen linear yang tidak dipakai/dilihatsebagai path. Edge berada pada

batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear misalnya pantai,

tembok dll. Edge merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk,

edge merupakan pengakhiran dari sebuah distric atau batasan suatu distric dengan distric

lainnya.

District(kawasan) merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala 2 dimensii. Sebuah

kawasan district memiliki cirri khas yang mirip (bentuk, pola, dan wujudnya) dan khas pula

dalam batasanya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya. District dalam kota

dapat dilihat sebagai referensi interior maupun eksterior. District mempunyai identitas yang

lebih baik jika batasanya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta

fungsi dan posisinya jelas

Node(simpul) merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitas

saling bertemu dan dapat diubah kea rah atau aktivitas lain, misalnya persimpangan, stasiun

ataupun lapangan terbang dalam kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar ,

taman , square dan lain-lain

 Landmark(tangeran) merupakan titik refrensi seperti elemen node, tetapi orang  tidak masuk

kedalamnya karena bisa dilihat dari  luar letaknya. Landmark adalah elemen eksternal dan

merupakan bentuk visual yang  menonjol dari kota,misalnya gunung, gedung tinggi dan

sebagainya. Landmark adalah elemen paling penting dari bentuk kota karena membantu orang

mengorientasikan diri di dalam kota  dan membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark

mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, dan

ada sekuens dari berbagai landmark, serta ada perbedaan skala masing-masing

Page 22: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Formulasi dan Kombinasi elemen citra Kota

Lima elemen citra tersebut hanya merupakan unsure dasar sebuah citra lingkungan

keseluruhan. Pada kenyataanya lima elemen ini dalam kiota tidak dapat terlihat secara terpisah

karena keberadaanya satu dengan yang lain. Kelima elemen akan berfungsi  dan berarti secara

bersmaaan dalam satu jaringan (interaksi) besar. Sering terjadi bahwa sebuah elemen berasal

dari satu elemen citra lain yang berbeda. Semua elemen ini berfungsi bersama dalam

lingkunfan yang sama. Dan yang lebih sulit lagi, citra kota dalam keseluruhan dapat berbeda

pula tergantung luas daerahnnya, posisi subjek dalam daerah, waktu dan musim.

Dalam analisi dan perancangan kota kualitas bentuk lima elemen tersebut harus dicari dan

ditingkatkan.

Sepuluh pola karakterisitik diperhatikan dalam proses ini adalah

Ø  Ketajaman batas elemen

Ø  Kesederhanaan bentuk elemen secara geometris

Ø  Kontinuitas elemen

Ø  Pengaruh yang terbesar anatara elemen

Ø  Tempat hubungan antar elemen

Page 23: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Ø  Perbedaan antar elemen

Ø  Artikulasi antar elemen

Ø  Orientasi atar elemen

Ø  Pergerakan antar elemen

Ø  Nama dan arti elemen

Ø  Teori “citra perkotaan” yang diformulasikan Kevin Lynch ini memperhatikan skala makro di

dalam kota. Namun demikian sesuai pandangan Aldo van Eyck bahwa kota  adalah “rumah

yang besar” dan rumah adalah “kota yang kecil” maka prinsip-prinsip yang diungkapkan teori ini

juga berlaku sampai ke skala mikro yaitu gedung.

Seperti yang sudah di tekankan

Prinsip arsitektur bersifat universal, hanya tingakat skalanya (makro/mikro) yang berbeda

Kelima elemen akan berfungsi dan berarti secara bersamaan dalam satu interaksi besar. Sering

terjadi bahwa sebuah elemen berasal dari satu elemen citra lain yang berbeda. Semua elemen

ini berfungsi bersama dalam lingkungan yang yang sama. 

Dalam analisis dan perancangan kota, kualitas bentuk lima elemen tersebut harus dicari dan

ditingkatkan.

Sepuluh pola karakteristik diperhatikan dalam proses ini ialah:

-          Ketajaman batas elemen

-          Kesederhanaan bentuk elemen secara geometris

-          Kontinuitas elemen

-          Pengaruh yang terbesar antara elemen

-          Tempat hubungan antara elemen

-          Perbedaan antara elemen

-          Artikulasi antara elemen

-          Orientasi antara elemen

-          Pergerakan antara elemen;

-          Nama dan arti elemen

4.4 Estetika kota

Page 24: Teori Perancangan Kota Rob Krier

 Kota dan artistiknya dalam arti place  merupakan teori terakhir yang membahas kota sebagai

sebuah produk pembuatan. Mungkin agak mengherankan bahwa estetika di dalam

perancangan kota baru dibahas di sini.

Seni perhubunganSebuah kota mempunyai arti lebih luas dibandingkan dengan jumlah penduduknya yang muncul

dari dinamika kebersamaan sebuah sistem hubungan. Dari bidang psikologi persepsi, dikenal

fenomena bahwa ‘keseluruhan bagian-bagian memiliki ciri khas lain daripada jumlah bagiannya.

Gordon Cullen merumuskan seni perhubungan:

Memakai semua elemen yang cocok untuk menciptakan sebuah lingkungan: bangunan, pohon,

sungai, lalu lintas, papan iklan, dan lain-lain.

Secara arsitektural, rumusan di atas berarti bahwa sebuah gedung tidak akan dilihat sebagai

sebuah hasil arsitektur saja, karena terletak di dalam sebuah konteks tertentu.

Tiga faktor estetika dari sebuah placeOrientasi

Ciri khas sebuah kota adalah adanya kawasan-kawasan yang dapat dilihat atau dipahami

sebagai seri visual. Cullen memakai istilah ‘optik’ untuk proses tersebut, yang ia bagi dalam 2

yaitu:

-          Pandangan yang ada (existing view) > Fokus pada satu daerah saja

-          Pandangan yang timbul (emerging view) >

-          Fokus pada kaitan antara satu daerah dan yang lain.

PosisiIni adalah faktor kedua yang dibahas Cullen dengan mengilustrasikan bahwa orang selalu

membutuhkan suatu perasaan terhadap posisinya dalam lingkungannya, di mana dia berada,

baik secara sadar maupun tidak sadar.

IsiSelain posisi di dalam tempat tertentu, masalah ‘isi’ perlu juga diperhatikan. Cullen membahas

hal tersebut secara mendalam. Perasaan mengenai satu tempat juga dipengaruhi oleh apa

yang ada.

Tujuh prinsip sebuah place secara estetisCamillo Sitte, seorang tokoh perancangan dari abad ke 19, mengemukakan antara lain

beberapa prinsip agar kualitas itu dapat dicapai. Melalui studi banding di berbagai tempat, ia

Page 25: Teori Perancangan Kota Rob Krier

mengemukakan hubungan erat antara kehidupan masyarakat perkotaan dan rupa estetika

perkotaan.

Berikut tujuh prinsip Camillo Sitte:

-          Keseluruhan sebagai unit

Places di dalam kota seharusnya dilihat sebagai unit. Artinya, sebuah kawasan seharusnya

dilihat dalam batasannya. Tidak semua tempat sama penting di dalam tata kota.

-          Bentuk unit

Sebuah  place  sebagai unit seharusnya memiliki bentuk yang sejelas mungkin dalam hal

tipologi, geometri, ukuran, dan skalanya, baik dalam dua dimensi maupun tiga dimensi.

-          Kekosongan pusatnya

Sebuah place yang berfungsi sebaai ruang statis seharusnya memiliki pusat yang kosong.

Artinya, pohon, tugu, monumen dan lain-lain ditempatkan di luar pusat ruang itu.

-          Penutupan batasnya

Penutupan batas sebah place perkotaan secara tiga dimensi adalah syarat pokok bagi

kualitasnya. Tanda batas tempat, arti sebuah place tidak jelas

-          Perabotan tempat

Sebuah place diisi dengan perbotan perkotaan yang mendukung kualitasnya. Artinya, lampu,

penghijauan, tempat menempel, papan pengumuman, tiang-tiang, tempat dudu, dan lain-lain

tidak merusak tempat melainkan memberi dukungan

-          Gambaran visual

Sebuah place seharusnya memiliki suatu citra yang menarik. Artinya, sebuah etmpat yang

berkualitas tinggi mempunyai ciri khas yang berasal dari interaksi antara ruang dan bentuk,

antara yang buatan dan yang alami, antara yang lama dan baru, antara yang formal dan yang

bebas

4.5 KesimpulanBab ini telah dibahas teori-teori perancangan kota yang secara khusus memperhatikan makna

sebuah tempat dari segi konteks, citra, estetika.Dikemukakan bahwa arti sebuah tempat, secara kaitan antara tempat masing-masing, tidak

boleh terlepas dari pemahaman manusia yang hidup dan bergerak di dalamnya.

Tiga kelompok teori pokok sudah dikemukakan, yaitu teori figure/ground, teori-teori linkage,

serta teori-teori place.

Page 26: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Ketiga kelompok teori pokok yang telah dikemukakan pada tiga bab ini baru membahas kota

sebagai produk. Seperti sudah ditunjukkan lebih dahulu, dimensi kota yang bersifat sosio-

spasial juga tergantung pada aspek-aspek serta kriteria-kriteria yang memperhatikan kota

sebagai proses yang bersifat dinamis. Suatu perancangan kota belum dapat dikatakan bersifat

terpadu seluas-luasnya jika lingkup serta dapmak kedua hal pokok tersebut belum

memperhatikan semua aspek pembuatannya.

(George, 2011)

 

TEORI PERANCANGAN KOTA SPIRO KOSTOF

Teori Ruang KotaMenurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari bangunan dan penduduk,

sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini

dipengaruhi dengan budaya yang tertentu. Bentuk kota ada dua macam yaitu geometri dan

organik. Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri kota yaitu

Planned dan Unplanned.

·         Bentuk Planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota eropa abad pertengahan dengan

pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometrik.

·         Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota metropolitan, dimana satu

segmen kota berkembang secara sepontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling

mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut

dengan organic pattern, bentuk kota organik tersebut secara spontan, tidak terencana dan

memiliki pola yang tidak teratur dan non geometrik.

Elemen-elemen pembentuk kota pada kota organik, oleh kostol dianalogikan secara

biologis seperti organ tubuh manusia, yaitu :

·         Square, open space sebagai paru-paru.

·         Center, pusat kota sebagai jantung yang memompa darah (traffic).

·         Jaringan jalan sebagai saluran arteri darah dalam tubuh.

Page 27: Teori Perancangan Kota Rob Krier

·         Kegiatan ekonomi kota sebagai sel yang berfikir.

·         Bank, pelabuhan, kawasan industri sebagai jaringan khusus dalam tubuh.

·         Unsur kapital (keuangan dan bangunan) sebagai energi yang mengalir ke seluruh

system perkotaan.

         Dalam suatu kota organik, terjadi saling ketergantungan antara lingkungan fisik dan

lingkungan sosial. Contohnya : jalan-jalan dan lorong-lorong menjadi ruang komunal dan ruang

publik yang tidak teratur tetapi menunjukkan adanya kontak sosial dan saling menyesuaikan diri

antara penduduk asli dan pendatang, antara kepentingan individu dan kepentingan umum.

Perubahan demi perubahan fisik dan non fisik (sosial) terjadi secara sepontan. Apabila

salah satu elemnya terganggu maka seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan

mencari keseimbangan baru. Demikian ini terjadi secara berulang-ulang.

 Menurut Kevin Lynch (1981), definisi model organik atau kota biologis adalah kota yang

terlihat sebagai tempat tinggal yang hidup, memiliki ciri-ciri kehidupan yang membedakannya

dari sekedar mesin, mengatur diri sendiri dan dibatasi oleh ukuran dan batas yang optimal,

struktur internal dan perilaku yang khas, perubahannya tidak dapat dihindari untuk

mempertahankan keseimbangan yang ada, menurutnya bentuk fisik organik:

·         Membentuk pola radial dengan unit terbatas.

·         Memiliki focused centre.

·         Memiliki lay out non geometrik atau cenderung romantis dengan pola yang membentu.

·         lengkung tak beraturan.

·         Material alami.

·         Kepadatan sedang sampai rendah.

·         Dekat dengan alam

Di dalam model organik ini, organisasi ruang telah membentuk kesatuan yang terdiri dari

unit-unit yang memiliki fungsi masing-masing. Kota terbentuk organik mudah untuk mengalami

penurunan kualitas karena perkembangannya yang spontan, tidak terencana dan sepotong-

Page 28: Teori Perancangan Kota Rob Krier

sepotong. Masyarakat penghuni kota ini bermacam-macam yang merupakan percampuran

antara berbagai macam manusia dalam suatu tempat (place) yang memiliki keseimbangan.

Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, saling menyimpang tetapi juga saling mendukung

satu sama lain. Kota organik memiliki ciri khas pada kerjasama dalam pemeliharan lingkungan

sosial oleh masyarakat.

B.      Morfologi Kota

Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan perubahan suatu kawasan dan

sekitarnya sebagai bagian dari suatu kawasan perkotaan yang lebih luas,

menurut Galliondalam buku (The Urban Pattern) disebutkan bahwa perubahan suatu kawasan

dan sebagian kota dipengaruhi letak geografis suatu kota. Hal ini sangat berpengaruh terhadap

perubahan akibat pertumbuhan daerah di kota tersebut, apabila terletak di daerah pantai yang

landai, pada jaringan transportasi dan jaringan hubungan antar kota, maka kota akan cepat

tumbuh sehingga beberapa elemen kawasan kota akan cepat berubah. Dalam proses

perubahan yang menimbulkan distorsi (mengingat skala perubahan cukup besar) dalam

lingkungan termasuk didalamnya perubahan penggunaan lahan secara organik, terdapat

beberapa hal yang bisa diamati yaitu :

·         Pertumbuhan terjadi satu demi satu, sedikit demi sedikit atau terus

menerus.

·       Pertumbuhan yang terjadi tidak dapat diduga dan tidak dapat diketahui

kapan dimulai dan kapan akan berakhir, hal ini tergantung dari kekuatan-

kekuatan yang melatar belakanginya.

·         Proses perubahan lahan yang terjadi bukan merupakan proses segmental yang berlangsung

tahap demi tahap, tetapi merupakan proses yang komprehensif dan berkesinambungan.

·         Perubahan yang terjadi mempunyai kaitan erat dengan emosional (sistem nilai) yang ada

dalam populasi pendukung.

·         Faktor-faktor penyebab perubahan lainya adalah vision (kesan), optimalnya kawasan,

penataan yang maksimal pada kawasan dengn fungsi-fungsi yang mendukung, penggunaan

struktur yang sesuai pada bangunan serta komposisi tapak pada kawasan. (Cristoper

Alexander, A New Theory Of Urban Design, 1987, 14:32-99).

Page 29: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Uraian tersebut sesuai dengan kondisi kawasan penelitian yang berada di kawasan

bencana alam, yaitu adanya perubahan pola tata ruang lingkungan permukiman (kampung

kota) mengarah kepada tatanan kawasan mitigasi bencana alam yang nantinya melalui tahapan

proses terus menerus yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan

manusianya.

Dalam kaitanya dengan kota dan arsitektur, morfologi memiliki dua aspek yaitu aspek

diakronik yang berkaitan dengan perubahan ide dalam sejarah dan aspek sinkronik yaitu

hubungan antar bagian dalam kurun waktu tertentu yang dihubungkan dengan aspek lain.

Aspek metamorfosis adalah sejarah individual dari bangunan dan kota, kesemuanya

harus dilakukan dalam analisis morfologi. Karya arsitektur merupakan salah satu refleksi dan

perwujudan kehidupan dasar masyarakat menurut makna yang dapat dikomunikasikan

(Rapoport, 1969). Keseragaman dan keberagaman sebagai ungkapan perwujudan fisik yang

terbentuk yaitu citra dalam arti identitas akan memberikan makna sebagai pembentuk citra

suatu tempat (place). Ada tiga komponen struktural yang dapat dikaji (Schultz, 1984) :

·         Tipologi : menyangkut tatanan sosial (sosial order) dan pengorganisasian ruang (spatial

organization) yang dalam hal ini menyangkut ruang (space) berkaitan dengan tempat yang

abstrak.

·         Morfologi : menyangkut kualitas spasial figural dan konteks wujud pembentuk ruang yang

dapat dibaca melalui pola, hirarki, dan hubungan ruang satu dengan yang lainya. 

Tipologi lebih menekankan pada konsep dan konsistensi yang dapat memudahkan

masyarakat mengenai bagian-bagian arsitektur.

 Morfologi lebih menekankan pada pembahasan bentuk geometris, sehingga untuk

memberi makna pada ungkapan ruang harus dikaitkan dengan nilai ruang tertentu, nilai ruang

sangat berkaitan dengan organisasi ruang, hubungan ruang dan bentuk ruang, perwujudan

spasial fisik merupakan produk kolektif perilaku budaya masyarakat serta pengaruh

¡¨kekuasaan¡¨ tertentu yang melatarbelakanginya.Karakteristik suatu tempat dalam hal ini

penggunaan suatu lingkungan binaan tertentu bukan hanya sekedar mewadahi kegiatan

fungsional secara statis, melainkan menyerap dan menghasilkan makna berbagai kekhasan

suatu tempat antara lain setting fisik bangunan, komposisi dan konfigurasi bangunan dengan

ruang publik serta kehidupan masyarakat setempat. Perubahan morfologi tidak lepas dari

pendukung kegiatan (activity support) karena adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang

umum kawasan dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang yang

menunjang keberadaan ruang-ruang umum. Kegiatan dan ruang-ruang umum merupakan hal

yang saling mengisi dan melengkapi, keberadaan pendukung kegiatan mulai muncul dan

Page 30: Teori Perancangan Kota Rob Krier

tumbuh, bila berada diantara dua kutub kegiatan yang ada di kawasan tersebut keberadaan

pendukung kegiatan tidak lepas dari tumbuhnya fungsi kegiatan publik yang mendominasi

penggunaan ruang kawasan, semakin dekat dengan pusat kegiatan semaking tinggi intensitas

dan keberagaman kegiatan.

C.     Elemen-elemen Fisik Kota

Dalam desain perkotaan (Shirvani, 1985) terdapat elemen-elemen fisik Urban Design

yang bersifat ekspresif dan suportif yang mendukung terbentuknya struktur visual kota serta

terciptanya citra lingkungan yang dapat pula ditemukan pada lingkungan di lokasi penelitian,

elemen-elemen tersebut adalah :

a.       Tata Guna Tanah

Tata guna lahan dua dimensi menentukan ruang tiga dimensi yang terbentuk, tata guna

lahan perlu mempertimbangkan dua hal yaitu pertimbangan umum dan pertimbangan pejalan

kaki (street level) yang akan menciptakan ruang yang manusiawi. Peruntukan lahan suatu

tempat secara langsung disesuaikan dengan masalah-masalah yang terkait, bagaimana

seharusnya daerah zona dikembangkan, Shirvany mengatakan bahwa zoning ordinace

merupakan suatu mekanisme pengendalian yang praktis dan bermanfaat dalam urban design,

penekanan utama terletak pada masalah tiga dimensi yaitu hubungan keserasin antar

bangunan dan kualitas lingkungan.Jika kita melihat dilokasi penelitian bisa dilihat dari zona

mitigasi tiap-tiap wilayah kaitanya dalam menyiapkan daerah yang masuk dalam wilayah

bencana alam siap menghadapinya dan juga membentuk kualitas hidup lingkungan dan bersifat

kawasan yang manusiawi.

b.      Bentuk Dan Massa Bangunan

Menyangkut aspek-aspek bentuk fisik karena setting, spesifik yang meliputi ketinggian,

besaran, floor area ratio, koefisien dasar bangunan, pemunduran (setback) dari garis jalan,

style bangunan, skala proporsi, bahan, tekstur dan warna agar menghasilkan bangunan yang

berhubungan secara harmonis dengan bangunan-bangunan lain disekitarnya. Prinsip-prinsip

dan teknik Urban Design yang berkaitan dengan bentuk dan massa bangunan meliputi :

·         Scale, berkaitan dengan sudut pandang manusia, sirkulasi dan dimensi bangunan sekitar.

·         Urban Space, sirkulasi ruang yang disebabkan bentuk kota, batas dan tipe-tipe ruang.

·         Urban Mass, meliputi bangunan, permukaan tanah dan obyek dalam ruang yang dapat

tersusun untuk membentuk urban space dan pola aktifitas dalam skala besar dan kecil.

c.       Sirkulasi Dan Parkir

Page 31: Teori Perancangan Kota Rob Krier

Elemen sirkulasi adalah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur lingkungan

perkotaan, tiga prinsip utama pengaturan teknik sirkulasi adalah :

·         Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif.

·         Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan

menjadi jelas terbaca.

·         Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

d.      Ruang Terbuka

Ian C. Laurit mengelompokkan ruang terbuka sebagai berikut :

·         Ruang terbuka sebagai sumber produksi.

·         Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia (cagar alam,

daerah budaya dan sejarah).

·         Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan.

Ruang terbuka memiliki fungsi :

·         Menyediakan cahaya dan sirkulasi udara dalam bangunan terutama di pusat kota.

·         Menghadirkan kesan perspektif dan visa pada pemandangan kota (urban scane) terutama

dikawasan pusat kota yang padat.

·         Menyediakan arena rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus.

·         Melindungi fungsi ekologi kawasan.

·         Memberikan bentuk solid foid pada kawasan.

·         Sebagai area cadangan untuk penggunaan dimasa depan (cadangan area pengembangan).

Aspek pengendalian ruang terbuka pusat kota sebagai aspek fisik, visual ruang, lingkage

dan kepemilikan dipengaruhi beberapa faktor :

·         Elemen pembentuk ruang, bagaimana ruang terbuka kota yang akan dikenakan (konteks

tempat) tersebut didefinisikan (shape, jalan, plaza, pedestrian ways, elemen vertikal).

·         Faktor tempat, bagaimana keterkaitan dengan sistem lingkage yang ada.

·         Aktifitas utama.

·         Faktor comfortabilitas, bagaimana keterkaitan dengan kuantitas (besaran ruang, jarak

pencapaian) dan kualitas (estetika visual) ruang.

·         Faktor keterkaitan antara private domain dan public domain.

e.       Jalur Pejalan Kaki Sistem pejalan kaki yang baik adalah :

Page 32: Teori Perancangan Kota Rob Krier

·           Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota.

·           Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memprioritaskan skala manusia.

·           Lebih mengekspresikan aktifitas PKL mampu menyajikan kualitas udara.

f.       Activity Support

Muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota dengan seluruh

kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang menunjang akan keberadaan ruang-

ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan dan ruang-ruang umum bersifat saling mengisi dan

melengkapi.

Pada dasarnya activity support adalah :

·         Aktifitas yang mengarahkan pada kepentingan pergerakan (importment of movement).

·         Kehidupan kota dan kegembiraan (excitentent).

Keberadaan aktifitas pendukung tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi kegiatan publik

yang mendominasi penggunaan ruang-ruang umum kota, semakin dekat dengan pusat kota

makin tinggi intensitas dan keberagamannya. actifity support adalah kegiatan penunjang yang

menghubungkan dua atau lebih pusat kegiatan umum yang ada di kota, mislnya open space

(taman kota, taman rekreasi, plaza, taman budaya, kawasan PKL, pedestrian ways dan

sebagainya) dan juga bangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan umum.

g.      Simbol Dan Tanda Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk :

·         Menciptakan kesesuaian.

·         Mengurangi dampak negatif visual.

·         Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta persaingan dengan tanda lalu

lintas atau tanda umum yang penting.

·         Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan karakter pada fasade bangunan dan

menghidupkan street space dan memberikan informasi bisnis.

h.      Simbol Dan Tanda

Dalam urban design, preservasi harus diarahkan pada perlindungan permukiman yang

ada dan urban place, sama seperti tempat atau bangunan sejarah, hal ini berarti pula

mempertahankan kegiatan yang berlangsung di tempat itu.

D.    Teori Desain Spasial

Kota Menurut Tracik (1986) dalam suatu lingkungan permukiman ada rangkaian antara

figure ground, linkage dan palce. Figure ground menekankan adanya public civics space atau

open space pada kota sebagai figure. Melalui figure ground plan dapat diketahui antara lain

Page 33: Teori Perancangan Kota Rob Krier

pola atau tipologi, konfigurasi solid void yang merupakan elemtal kawasan atau pattern

kawasan penelitian, kualitas ruang luar sangat dipengaruhi oleh figure bangunan-bangunan

yang melingkupinya, dimana tampak bangunan merupakan dinding ruang luar, oleh karena itu

tata letak, bentuk dan fasade sistem bangunan harus berada dalam sistem ruang luar yang

membentuknya. Komunikasi antara privat dan publik tercipta secara langsung. Ruang yang

mengurung (enclosure) merupakan void yang paling dominan, berskala manusia (dalam lingkup

sudut pandang mata 25-30 derajat) void adalah ruang luar yang berskala interior, dimana ruang

tersebut seperti di dalam bangunan, sehingga ruang luar yang enclosure terasa seperti interior.

Diperlukan keakraban antara bangunan sebagai private domain dan ruang luar sebagai public

dominan yang menyatu. Dalam ¡¨lingkage theory¡¨ sirkulasi merupakan penekanan pada

hubungan pergerakan yang meruakan kontribusi yang sangat penting. Menurut Fumihiko Maki,

Linkage secara sederhana adalah perekat, yaitu suatu kegiatan yang menyatukan seluruh

lapisan aktivitas dan menghasilkan bentuk fisik kota, dalam teorinya dibedakan menjadi tiga tipe

ruang kota formal, yaitu : Composition form, Megaform dan groupform. Teori linkage yang dapat

diterapkan dalam kajian ini adalah group form yang merupakan ciri khas dari bentuk-bentuk

spasial kota yang mempunyai kajian sejarah. Linkage ini tidak terbentuk secara langsung tetapi

selalu dihubungkan dengan karakteristik fisik skala manusia, rentetan-rentetan space yang

dipertegas oleh bangunan, dinding, pentu gerbang, dan juga jalan yang membentuk fasade

suatu lingungan perkampungan. Linkage theory ini dapat digunakan sebagai alat untuk

memberikan arahan dalam penataan suatu kawasan (lingkungan). Dalam konteks urban

design, linkage menunjukkan hubungan pergerakan yang terjadi pada beberapa bagian zone

makro dan mikro, dengan atau tanpa aspek keragaman fungsi yang berkaitan dengan fisik,

historis, ekonomi, sosial, budaya dan politik (danarti Karsono, 1996).

Menurut Shirvani (1985), linkage menggambarkan keterkaitan elemen bentuk dan tatanan

masa bangunan, dimana pengertian bentuk dan tatanan massa bangunan tersebut akan

meningkatkan fungsi kehidupan dan makna dari tempat tersebut. Karena konfigurasi dan

penampilan massa bangunan dapat membentuk, mengarahkan, menjadi orientasi yang

mendukung elemen linkage tersebut. Bila pada figure ground theory dan linkage theory

ditekankan pada konfigurasi massa fisik , dalam place theory ditekankan bahwa integrasi kota

tidak hanya terletak pada konfigurasi fisik morfologi, tetapi integrasi antara aspek fisik morfologi

ruang dengan masyarakat atau manusia yang merupakan tujuan utama dari teori ini, melalui

pandangan bahwa urban design pada dasarnya bertujuan untuk memberikan wadah kehidupan

yang baik untuk penggunaan ruang kota baik publik maupun privat.

Pentingnya place theory dalam spasial design yaitu pemahaman tentang culture dan

Page 34: Teori Perancangan Kota Rob Krier

karakteristik suatu daerah yang ada menjadi ciri khas untuk digunakan sebagai salah satu

pertimbangan agar penghuni (masyarakat) tidak merasa asing di dalam lingkungannya.

Sebagaimana tempat mempunyai masa lalu (linkage history), tempat juga terus berkembang

pada masa berikutnya. Artinya, nilai sejarah sangat penting dalam suatu kawasan kota. Aspek

spesifik lingkungan menjadi indikator yang sangat penting dalam menggali potensi, mengatur

tingkat perubahan serta kemungkinan pengembangan di masa datang, teori ini memberikan

pengertian bahwa semakin penting nilai-nilai sosial dan budaya, dengan kaitan sejarah di dalam

suatu ruang kota.

(Febry, 2012)