teori kritis dan 3 tokoh
DESCRIPTION
Teori-Teori Kritis menurut Para Ahli ( 3 tokoh) dalam SosiologiTRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuh Tokoh Sosiologi Biografi dan Teori-Teorinya
1. Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia pada awal bulan ramadhan 732 H,
atau tepatnya pada 27 Mei 1332 M. Bani Khaldun kemudian pindah ke
Andalusia dan menetap di sevilla pada permulaan penyebaran islam di sana
pada sekitar abad ke-9 masehi. Khaldun meninggal dunia pada tahun 1406 M.
Khaldun adalah pemikir dan ilmuwan Muslim yang pemikirannya
dianggap murni dan baru pada zamannya. Buku karyanya yang berjudul
“Muqaddimah” cukup banyak memberikan dasar bagi lahirnya disiplin
sosiologi. Manusia, menurut Khaldun dalam bukunya Muqaddimah, pada
dasarnya diciptakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu
membutuhkan orang lain dalam mempertahankan kehidupannya, sehingga
kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan sebuah
keharusan (Khaldun, 1969). Kemudian, manusia hanya mungkin bertahan
untuk hidup dengan bantuan makanan. Untuk memenuhi makanan dalam
sehari saja memerlukan banyak pekerjaan. Selanjutnya, menurut khaldun
manusia juga membutuhkan orang lain untuk melindungi dirinya dalam
bahaya. Di sisi lain, manusia memiliki akal atau kemampuan berpikir dan ada
dua buah tangan. Akan tetapi, muntuk mempertahankan hidupnya manusia
3
tetap saling membutuhkan bantuan dari yang lainnya, sehingga organisasi
kemasyarakatan merupakan sebuah keharusan .
Semasa hidupnya, beliau membantu berbagai sultan di Tunisia, Maroko,
Spanyol dan Aljazair sebagai duta besar, bendaharawan dan anggota dewan
penasehat sultan.Tidak banyak catatan sejarah yang menceritakan riwayat
masa kecil atau masa mudanya. Namun, Ibnu Khaldun dikenal sebagai anak
yang sudah menguasai Alquran dan bahasa Arab pada usia yang relatif muda.
Dia juga menguasai ilmu-ilmu klasik, seperti filsafat, metafisika dan tasawuf.
Disamping itu, dia tertarik dengan geografi, sejarah dan ilmu ekonomi. Pada
usia 20 Tahun, beliau telah diangkat menjadi sekretaris Sultan Abu Inan di
Fez, Maroko. Setelah itu beliau menjadi Perdana Menteri Sultan Buogie
(Sekarang Aljazair), kemudian pada tahun 1366 M., Ibnu Khaldun pindah ke
Konstantinopel dan diangkat menjadi pembantu Raja Abdul Abbas.
Kemudian Ia pindah ke Biskra (daerah selatan Konstantinopel). Pada tahun
1375 M. ia mulai berkencimpung di dunia keilmuwan
Kritikannya bahwa penguasa negara bukanlah pemimpin yang
mendapatkan kekuasaan dari Tuhan menyebabkan Ibnu Khaldun dipenjara
selama 2 tahun di Maroko. Selama kurang lebih dua dekade aktif di bidang
politik, serta menyaksikan penyusutan peradaban dan perpecahan di dunia
Islam. Hal ini mendorong beliau untuk menganalisa sebab-sebabnya. Beliau
pun lalu meneliti kekacauan politik yang terjadi di Afrika Barat Laut (Lauer,
2003:41). Ibnu Khaldun mengundurkan diri dari kehidupan politik dan
kembali ke Afrika Utara. Di situ dia melakukan studi dan menulis secara
4
intensif selama 5 tahun dan menghasilkan karya-karya yang menyebabkan
beliau terkenal dan diangkat menjadi guru besar studi Islam di Universitas Al-
Azhar Kairo. Dalam mengajarkan tentang masyarakat dan ilmu-ilmu sosial,
Ibnu Khaldun menekankan pentingnya menghubungkan pemikiran sosiologi
dan observasi sejarah.
Menjelang kematiannya tahun 1400 M., Ibnu Khaldun telah menghasilkan
sekumpulan karya yang mengandung berbagai pemikiran yang mirip dengan
sosiologi jaman sekarang. Dia melakukan studi Ilmiah tentang masyarakat,
riset empiris, dan meneliti sebab-sebab fenomena sosial. Ia memusatkan
perhatian pada berbagai lembaga sosial (misalnya lembaga politik dan
ekonomi) dan hubungan antara lembaga sosial itu. Ia juga melakukan studi
perbandingan antara masyarakat primitif dan masyarakat modern atau tentang
masyarakat nomaden dengan masyarakat menetap.
Ibnu Khaldun tak berpengaruh secara dramatis terhadap sosiologi klasik,
tetapi setelah sarjana pada umumnya dan sarjana muslim khususnya meneliti
ulang karyanya, ia mulai diakui sebagai sejarahwan yang mempunyai
signifikansi historis.
Ibnu Khaldun bukan hanya seorang intelektual, tetapi juga praktisi politik.
Pergulatannya dengan politik mengantarkannya terlibat di berbagai kancah
politik di wilayah barat Afrika Utara seperti Tunisia, Aljazair, dan Maroko,
hingga ke Andalusia dan kemudian Timur Tengah. Namun, semangat
intelektualitasnya tidak pernah padam. Di saat jeda, dia masih sempat
5
menjalankan kerja intelektualnya dengan meneliti dan berkarya, termasuk
menulis buku sosiologi politik kenegaraan. Muqadimah-nya banyak
diperbincangkan para ahli selama berabad-abad. Intelektualitasnya tidak
hanya berputar di sekitar idea dan wacana, melainkan membumi ke dunia
nyata, bahkan ke realitas politik, sosial dan ekonomi.
Tidak banyak sosok yang dapat meraih posisi yang menonjol dalam
intelektualitas dan politik sekaligus seperti beliau, bahkan di dunia modern
sekarang. Ibnu Khaldun yang sempat mengambil jarak dari kekuasaan pun tak
mampu menahan diri untuk tidak terjun kembali ke politik di usia tuanya.
Ibnu Khaldun sempat melahirkan karya besar. Jika tidak, tak akan ada nama
Ibnu Khaldun yang dikenang dunia seperti sekarang.
Teori-teori
Ibnu Khaldun menganggap sejarah dalam terang metode baru penjelasan
dan penalaran, dan refleksi dan studi membawanya untuk mendirikan
semacam filsafat sosial. Dia menulis Muqaddimah karya sejarah sebagai
penjelasan awal dalam terang yang sejarah harus dibaca dan dipahami
event-nya. Hal demikian telah menjadi sebuah karya independen, merekam
sebuah sistem baru dalam memahami dan menjelaskan fenomena sosial, dan
juga dalam pengertian dan menganalisis sejarah.
Dia menjelaskan kepada kita studi baru yang ia temukan sebagai ilmu
mandiri, dengan subjek khusus.
Dia juga memberitahu kita bahwa ilmu ini " dengan orientasi aneh dan
6
kemenarikan yang besar", yang ia dipimpin oleh riset swasta, yang tidak
diatur oleh penulis sebelumnya kecuali, mungkin, orang dahulu yang
karyanya telah hilang.
Dia kemudian membagi subjek ke dalam enam bab besar:
1. Masyarakat manusia pada umumnya, jenis dan penyebarannya di dunia
2.Masyarakat nomaden, suku dan bangsa-bangsa.
3.Negara, Khilafah, kedaulatan dan fungsi monarkis.
4.Masyarakat beradab, negara dan kota-kota
5.Perdagangan, hidup dan cara untuk mencari nafkah
6. Ilmu dan bagaimana cara mendapatkannya
Pembagian divisi diatas umumnya memberikan kita gambaran tentang apa
yang Ibnu Khaldun anggap sebagai subyek ilmu komunitas manusia. Divisi
ini mengungkapkan banyak presisi dan kemampuan, terutama ketika kita
meninjau semua masalah yang ditangani dalam Muqaddimah dan melihat
bagaimana subjek meluas dan membuka begitu banyak konsekuensi, dan
bagaimana Ibnu mengatur penelitiannya secara terhubung, rantai kompak
yang membuktikan keunggulan kejeniusannya, orisinalitas dan kekuatan
argumennya.
Ibnu Khaldun membuka muqaddimah nya menyelidiki nilai sejarah dan
jenisnya, dan kesalahan ke mana sejarawan jatuh dalam rekaman berita dan
acara, baik ditentukan oleh tujuan dan memihak atau tidak sengaja dan dari
ketidaktahuan hukum sosiologi dan kondisi masyarakat, ingin presisi dan
7
investigasi dalam memperkirakan mungkin dan mustahil.
Ibnu kemudian memberikan beberapa contoh yang ia membahas dan
mencoba untuk menunjukkan kesalahan di dalamnya. Diskusi ini,
bagaimanapun, adalah beberapa kali lemah dan parsial.
Dia kemudian mengutuk filsafat dan filsuf yang dianggapnya ilmu
berguna bagi agama dan dan keyakinan, dan membahas dan membantah
beberapa prinsip filosofis. Dia kemudian melanjutkan untuk berbicara
tentang pendidikan dan sistem dan karakteristik teh dari para ulama, dan
negara-negara tha dalam Islam kebanyakan dari mereka adalah non-Arab.
A. Teori Siklus
Pokok pikirannya yang terpenting adalah teori sejarah masyarakat
manusia sebagai proses tak berujung (unlimited process), berputar dan
mengulang terus menerus itulah yang oleh ilmuwan menyebutnya dengan
teori Lingkaran atau teori Siklus Ibnu Khaldun. Teori ini dibangun
berdasarkan penelitiannya pada rangkaian proses sejarah masyarakat sosial-
politik di benua Afrika yaitu sekitar Tunisia, Maroko, dan Aljazair. Dan
secara praktis Ibnu Khaldun ikut terlibat dalam proses sejarah tersebut.
Berdasarkan kajian yang tertuang dalam Muqaddimah-nya, teori
siklus ini dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Solidaritas Sosial
8
Peradaban badui, orang kota dan solidaritas sosial menurut Ibnu
Khaldun merupakan faktor pembentuk negara (dawlah). As-Shabiyyah
yang mengandung makna group feeling, solidaritas kelompok, fanatisme
kesukuan, nasionalisme atau sentimen sosial yaitu cinta dan kasih sayang
seorang manusia kepada saudara atau tetangganya ketika salah satu
darinya diperlakukan tidak adil atau disakiti. Hal ini memunculkan dua
kategori sosial fundamental yaitu badawah (komunitas pedalaman,
masyarakat primitif atau daerah gurun) dan hadharah (komunitas
masyarakat kota, beradab) sebagai fenomena yang alamiah dan. Sifat-sifat
kepemimpinan selalu dimiliki oleh orang-orang yang memiliki solidaritas
sosial. Setiap suku biasanya terikat pada keturunannya yang bersifat khas
maupun umum.. Kelompok padang pasir yang liar lebih kuat dan mudah
menaklukan masyarakat kota. Ini adalah hasil penelitiannya pada
masyarakat Barbar (Ibnu Khaldun, 2000:138). Tujuan akhir solidaritas
adalah kedaulatan. Dan solidaritas sosial dapat mempersatukan tujuan,
mempertahankan diri dan mengalahkan musuh. Kemudian ketika satu
kelompok solidaritas sosial yang menguasai negara sudah tua maka akan
digantikan atau direbut oleh solidaritas sosial lain yang lebih kuat atau
merekruk pemimpin dari kelompok yang sudah tua bergandengan tangan
dengan pemimpin kelompok solidaritas sosial lain yang lebih kuat. Itulah
yang terjadi pada orang-orang Turki yang masuk ke dalam kedaulatan
Bani Abbas.
2. Politik
9
Menurut Ibnu Khaldun, ada tiga bentuk pemerintahan dalam suatu
Negara, yaitui: pertama, pemerintahan yang natural (siyâsah tâbi‟iyyah),
yaitu pemerintahan yang membawa masyarakat sesuai dengan tujuan
nafsu. Artinya, seorang raja lebih mementingkan keinginan nafsunya
ketimbang rakyatnya. Akibatnya, rakyatnya tidak mau mentaati
pemerintahannya, maka terjadilah teror, penindasan dan anarki. Pada
zaman sekarang disebut pemerintahan otokratik; kedua, pemerintahan
berdasarkan nalar (siyâsah „aqlîyah), yaitu, pemerintahan yang membawa
rakyatnya sesuai rasio dalam mencapai kemaslahatan duniawi dan
mencegah kemudharatan pemerintahan yang berdasarkan undang-undang,
dibuat oleh para cendekiawan. Pada zaman sekarang serupa dengan
pemerintahan republik dan kerajaan institusional. Karena hanya mampu
mewujudkan keadilan sampai batas tertentu; ketiga; Pemerintah
berdasarkan agama (siyâsah dîniyyah), yaitu pemerintahan yang membawa
semua rakyatnya sesuai dengan ketentuan agama baik yang bersifat
keduniawian maupun ukhrawi. Model pemerintahan seperti ini menurut
Ibnu Khaldun (2000:191) adalah pemerintahan yang berlandaskan agama
Islam. Kepala negara disebut khalifah, imam atau sultan karena mereka
harus berperan sebagai pengganti nabi dalam memelihara kelestarian
agama dan kesejahteraan duniawi dan rakyatnya. Imam sebagai pemimpin
negara ibarat imam dalam salat yang harus diikuti oleh rakyat sebagai
makmum.
10
Dari pembagian di atas, tampak bahwa Ibnu Khaldun menempuh
jalur baru dibandingkan dengan Al-Farabi dan Ibnu Al-Kabi dalam
mengklasifikasikan pemerintahan. Ia tidak memandang sisi personalnya
juga bukan pada jabatan imam melainkan pada makna fungsional
keimamahan itu sendiri. Sehingga menurutnya substansi setiap
pemerintahan adalah undang-undang yang menjelaskan karakter suatu
sistem pemerintahan.
3. Model Generasi Politik
Ibnu Khaldun juga memiliki gambaran tentang model generasi
politik. Dalam hal ini menurut dia, ada tiga model generasi, yaitu (1)
generasi pembangun yang dengan segala kesederhanaan di atas solidaritas
yang tulus di bawah otoritas kekuasaan yang didukukungnya; (2) generasi
penikmat, yaitu mereka yang karena diuntungkan secara ekonomi dan
politik dalam sistem kekuasaan menjadi tidak peka lagi terhadap
kepentingan bangsa dan Negara; dan (3) generasi yang tidak lagi memiliki
hubungan emosional dengan negara. Mereka dapat melakukan apa saja
yang mereka sukai tanpa memperdulikan nasib negara jika suatu bangsa
sudah sampai pada generasi ketiga maka keruntuhan negara sebagai
sunatullah sudah diambang pintu (Abdalla, 2008:172).
Menurut Ibnu Khaldun, ketiga model generasi ini ada secara
bergantian dalam beberapa kali proses pemerintahan atau berada dalam
rentang waktu sekitar satu abad. Sebuah peradaban besar dimulai generasi
11
dari masyarakat yang telah di tempa dengan kehidupan keras, kemiskinan
dan penuh perjuangan. Keinginan hidup yang makmur dan terbatas dari
kesusahan hidup ditambah dengan Asabiyyah di antara mereka membuat
mereka berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita mereka dengan
perjuangan yang keras. Impian yang tercapai kemudian memunculkan
sebuah peradaban baru. Kemudian diikuti dengan kemunduran peradaban
(Abdalla, 2008:172). Tahapan-tahapan ini kemudian terulang lagi, dan
begitu seterusnya. Berdasar ini pula, menurut Ibnu Khaldun, tidak ada
status quo, karena keniscayaan proses sejarah manusia yang selalu
berubah dan berputar.
4. Filsafat Sejarah
Ibnu Khaldun memperkenalkan bahwa terjadinya keberlangsungan
masyarakat nomaden dan masyarkat kota harus mengenal faktor-faktor
penyebabnnya demikian pula terhadap kekacauan politik di dunia Islam
masa itu. Dalam Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun menguraikan metodologi
penelitian sejarah dan penjelasan sejarah umat manusia. Ibnu Khaldun
tidak hanya sebagai pelaku sejarah tetapi juga ilmuwan sejarah yang dapat
melahirkan teori-teori baru berdasarkan hasil penelitian empiris dan sangat
metodologis.
Menurut Ibnu Khaldun hakekat sejarah adalah catatan tentang
masyarakat ummat manusia. Sejarah itu sendiri identik dengan peradaban
dunia, tentang revolusi, dan pemberontakan oleh segolongan yang lain
12
dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara dengan
berbagai macam tingkatannya; tentang kegiatan dan kedudukan orang,
baik untuk mencapai penghidupannya maupun dalam ilmu pengetahuan
dan pertukangan; dan pada umumnya tentang segala perubahan yang
terjadi dalam peradaban karena watak peradaban itu sendiri adalah
sunnatullah.
Ia menyadari bahwa penulisan sejarah sudah wataknya cenderung
mengalami kebohongan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain:
a) semangat terlibatnya sejarahwan atau penulis sejarah kepada pendapat-
pendapat atau mazhab-mazhab.
b) akibat terlalu percaya pada orang yang menukilkan sehingga
memerlukan personality criticism.
c) ketidaksanggupan memahami maksud yang sebenarnya dari hasil
observasinya.
d) asumsi yang tak beralasan terhadap kebenaran sesuatu hal termasuk
akibat terlalu percaya pada para penukil.
e) ketidaktahuan tentang bagaimana kondisi-kondisi sesuai dengan
realitas, disebabkan kondisi-kondisi itu dimasuki oleh ambisi-
f) ambisi dan distorsi-distorsi artifisial serta tidak mempunyai gambaran
yang benar tentang kondisi-kondisi tersebut.
13
g) adanya fakta bahwa kebanyakan manusia cenderung ingin dipuji atau
kepentingan politik sehingga informasi yang disampaikannya
cenderung tidak jujur.
h) kebohongan sejarah yang tidak dapat dihindarkan adalah ketidaktahuan
tentang berbagai watak berbagai kondisi yang muncul dalam
peradaban.
Sehubungan dengan peradaban umat manusia, Ibnu Khaldun
(2000:71) mengatakan organisasi kemasyarakatan merupakan suatu
keharusan karena manusia adalah makhluk yang bersifat politis menurut
tabiatnya. Menurut dia, tanpa organisasi itu eksistensi manusia tidak akan
sempurna. Umat manusia memerlukan seorang yang akan melaksanakan
kewibawaan dan memelihara mereka karena permusuhan dan kezaliman
adalah merupakan watak hewani yang dimiliki oleh manusia. Senjata yang
dibuat manusia untuk pertahanan dari serangan binatang tidaklah
mencukupi bagi pertahanan terhadap serangan sesama manusia. Dan ini
tidaklah mungkin datang dari luar. Oleh karena itu, dengan sendirinya
orang yang akan melaksanakan kewibawaan itu haruslah seorang di antara
mereka sendiri. Ia harus menguasai mereka dan mempunyai kekuatan dan
wibawa melebihi mereka sehingga tak seorang pun di antara mereka
sanggup menyerang yang lainnya dan inilah yang dinamakan kekuasaan
(mulk) atau kedaulatan.
14
5. Filsafat Pendidikan
Menurut Ibn Khaldun pendidikan memiliki arti yang luas,
pendidikan bukan hanya merupakan proses belajar mengajar yang dibatasi
oleh empat dinding, tetapi pendidikan adalah suatu proses, di mana
manusia secara sadar menangkap, menyerap, dan menghayati peristiwa-
peristiwa alam sepanjang zaman. Ibn khaldun juga mengatakan bahwa
seseorang yang tidak terdidik oleh orang tuanya, oleh gurunya atau oleh
orang-orang yang dianggap sesepuh di sekitarnya maka orang tersebut
akan terdidik oleh alam dan zaman. Hal ini memiliki makna seseorang
yang tidak mendapat pengajaran moral atau mengenai tata karma selama ia
menjalin hubungan sosial dengan orang tua, gurunya atau sesepuh maka
dia akan mempelajarinya dari alam dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
sepanjang zaman.
Ibn khaldun juga mengatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan
hal yang alami di dalam peradaban manusia. Hal ini terlihat dari perilaku
manusia, dimana manusia merupakan bagian dari binatang namun Allah
SWT memberikan akal dan pikiran agar manusia berbeda dengan binatang
lainnya lalu manusia dibekali pula dengan panca indera kemudian
timbullah keinginan dari dalam diri manusia secara alami untuk
mengetahui segalanya yang kemudian mendorongnya untuk mencari
sumber yang dapat menjawab segala keingintahuannya. Hal inilah yang
kemudian mendorong manusia untuk mempelajari suatu ilmu dengan
sebenar-benarnya dan manusia pun meminta bantuan kepada orang-orang
15
yang dianggap mampu untuk menjawab segala keingintahuannya dan
inilah yang menimbulkan adanya pengajaran.
Tujuan pendidikan menurut Ibn Khaldun antara lain :
a) Menyiapkan seseorang dari segi keagamaan.
b) Menyiapkan seseorang dari segi akhlak.
c) Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial.
d) Menyiapkan seseorang dari segi vokasional atau pekerjaan.
e) Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran.
f) Menyiapkan seseorang dari segi kesenian
16
2. Auguste Comte
Auguste Comte adalah merupakan salah satu tokoh sosiologi. Beliau lahir di
Montpellier, Prancis pada tanggal 19 Januari tahun 1798. Auguste Comte
dilahirkan dari keluarga seorang bangsawan berdarah Khatolik, tetapi sejak sejak
sekitar umur 14 tahun dirinya telah berani menyatakan bahwa adanya ketidak
percayaan terhadap eksistensi atau bisa disebut Auguste Comte adalah seorang
ateis atau orang yang tidak mempunyai Tuhan.
Keadaan dan lingkungan keluarga Auguste Comte sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan pemikiran Auguste Comte di kemudian hari. Ada dua
kejadian yang melatarbelakangi pemikiran Auguste Comte yaitu kehadirannya di
Ecole Polytechnique dan tugasnya sebagai sekertari pada bangsawan Perancis
yang bernama Claude Henri de Saint Simon. Pada saat itu pula Auguste Comte
kelihatannya telah meninggalkan tradisi keluarga kebangsawanannya, sebab ia
terpengaruh oleh pemikiran republik. Agaknya hubungan Auguste Comte dengan
keluarganya tidak terlalu harmonis.
Dalam bidang pendidikan Auguste Comte pernah bersekolah di pendidikan
lokal di Montepellier, sekolah dimana dia mendalami matematika. Kemudian di
hijrah ke Paris, dan menempuh pendidikan di Ecole Polytechnique. Disana ia
terdidik dalam lingkungan Psikologi dan Kedokteran.
Auguste Comte tergolong cepat menjadi mahasiswa, namun ia tidak berhasil
meraih ijazah di perguruan tinggi. Auguste Comte merupakan salah satu
mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak, dalam setiap kelasnya
17
Auguste Comte bersama seluruh teman kelasnya dikeluarkan karena gagasan
politik dan pemberontakan yang mereka lakukan. Ia juga dikenal sebagai
mahasiswa yang berpikiran bebas dan memiliki semangat untuk tidak ingin berada
di bawah posisi orang lain. Selama menjadi mahasiswa, Auguste Comte
mengalami suasana pergolakan sosial, politik, dan intelektual yang cukup hebat.
Auguste Comte hidup pada masa Revolusi Prancis, rezim Napoleon, pergantian
monarki, dan periode republik. Serentetan kondisi sosial itulah yang ikut melatar
belakangi perkembangan pemikiran Auguste Comte pada saat itu.
Ia dikenal sebagai seorang yang sangat brilian, pekerja keras, dan seorang
penulis yang produktif. Karir profesionalnya dimulai dengan memberi les dalam
bidang matematika. Kalau kita melihat latar belakang profesinya sebagai seorang
guru les matematika, maka tentulah dibenak kita bertanya, mengapa ia justru
“banting stir ” mengkaji bidang sosial? Inilah yang menjadi salah satu hal menarik
pada diri Auguste Comte.
Perhatiannya terhadap masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dan
kemanusiaan tidak terlepas dari pertemuannya dengan Saint Simon. Pada 1817 ia
menjadi sekretaris sekaligus menjadi anak angkat Simon, filsuf yang 40 tahun
lebih tua. Hal itu menyebabkan hubungan atara Saint Simon dan Auguste Comte
sangat erat sehingga keduanya berusaha saling timbal balik menjawab tantangan
yang ada di Perancis baik masalah ilmu ataupun masalah yang berkaitan dengan
revolusi Industri. Laksana sebagai kelurga, mereka bekerja sama secara akrab,
selama bertahu-tahun, Comte pun merasa berhutang budi kepada Saint Simon.
18
Disinilah ia melanjutkan kariernya sebagai pengajar filsafat positivistik dan
mendirikan masyarakat positivistik.
Keduanya ingin menemukan ilmu tentang kelakuan manusia oleh Saint
Simon disebut sebagai Fisiologi sosial. Disamping itu keduanya berharap untuk
menyusun kembali suatu masyarakat yang telah berubah kerena adanya revolusi
Perancis.
Saint Simon menemukan ide-ide tentang hukum tiga tahap yaitu:
a) periode organis
b) periode kritis dan
c) periode elit industri baru.
Penemuan hukum tiga tahap Sain Simon tersebut agaknya mengalami
pemikiran Auguste Comte yaitu tentang hukum tiga tahapnya yaitu :
a) Tahap teologi
b) Tahap metafisik dan
c) Tahap positif-ilmiah
Pemikiran Saint Simon dan Auguste Comte saling mempengaruhi sehingga
karya sehingga karya Auguste Comte muncul sebagai bagian akhir dari karya
Saint Simon juga.
Setelah Auguste Comte memutuskan hubungan dengan Saint Simon, ia yang tidak
pernah memperoleh tempat yang memuaskan di universitas berusaha mencari
19
nafkah dengan mengajar matematika. Pada tahun 1826, Auguste Comte memberi
kuliah untuk pendengar privat.
Pada tahun 1842 Auguste Comte cerai dengan isterinya dan dua tahun
kemudian Auguste Comte bertemu dengan Ny. Clothilde de Vaux, ia jatuh cinta
terhadap wanita tersebut. dari cinta itu Auguste Comte memperoleh inspirasi
tentang timbulnya semangat baru tentang adanya suatu agama universal
kemanusiaan. Hal itu di ungkapkan panjang lebar dalam bukunya yang berjudul
Catechisme positivist pada tahun 1852.
Pada tahun 1852 Comte menyatakan bahwa dirinya tidak lagi berhutang
apapun padaSaint Simon. Sejak itulah Comte mulai menjalani kehidupan
intelektualnya sendiri, menjadi seorang profesional dan Comte dalam hal yang
satu ini menurut pandangan Coser menjadi seorang intelektual yang
termarginalkan dikalangan intelektual Prancis pada zamannya.
Kehidupan pun terus bergulir, Comte mualai melalui hari-harinya sebagai
dosen penguji, pembimbing, dan mengajar mahasiswa secara privat. Kendati
demikian, penghasilannya tetap tidak mencukupi kebutuhannya. Bukan hanya itu,
karya awalnyapun menjadi mandek. Hai ini disebabkan oleh intensitas Comte
mengalami Fluktuasi yang drastis dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Kompleksitas permasalahan itu menyebabkan Comte berada dalam kegelisahan.
Inilah masa-masa titik rawan Comte, ia makin merasa tertekan dan akhirnya
psikologisnya pun menjadi terganggu. Karena sifat dasarnya sebagai seorang
pemberontak membawa dirinya mengalami gejala paranoid yang hebat. Tidak
20
jarang pula perdebatan yang dimulai Comte mengenai apapun di akhiri dengan
perkelahian.
Kegilaan yang di derita Comte membuat dirinya menjadi nekad dan
sempat menceburkan dirinya ke sungai. Lalu datanglah “dewi penyelamat”
kehidupan Comte yang bernama Caroline Massin, seorang pekerja Seks yang
sempat dinikahinya di tahun 1825. Caroline dengan tanpa pamrih merawat Comte
seperti bayi, bukan hanya terbebani secara materil saja, tetapi juga beban
emosional dalam merawat Comte karena tidak ada perubahan perlakuan Comte
untuk Caroline dan karena itulah Caroline memutuskan meninggalkan Comte
pada 1841. Akhirnya, Comte kembali dalam kegilaannya lagi dan sengsara. Pada
tahun-tahun terakhir masa hidupnya, Comte mengalami gangguan kejiwaan.
Akhirnya Comte wafat di Paris pada 5 September 1857 dan dimakamkan di
Cimetiere du Pere Lachaise.
1. Sosiologi dalam perspektif Comte
Auguste Comte, melihat perubahan-perubahan yang disebabkan
adanya ancaman terhadap tatanan sosial, menganggap bahwa perubahan
tersebut tidak saja bersifat positif, tetapi juga berdampak negative seperti
berkembangnya demokratisasi dalam masyarakat.
Salah satu dampak negative tersebut adalah terjadinya konflik
antarkelas dalam masyarakat. Menurutnya konflik-konlik tersebut terjadi
karena hilangnya norma atau pegangan (normless) bagi masyarakat dalam
21
bertindak Comte berkaca dari apa yang terjadi dalam masyarakat Perancis
ketika itu (abad ke-19).
Setelah pecahnya Revolusi Prancis, masyarakat Prancis dilanda
konflik antarkelas. Comte melihat hal itu terjadi karena masyarakat tidak
lagi mengetahui bagaimana mengatasi perubahan akibat revolusi dan
hukum-hukum apa saja yang dapat di pakai untuk mengatur tatanan sosial
masyarakat.
Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat
ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Comte
membayangkan suatu penemuan hukum-hukum yang dapat mengatur
gejala-gejala sosial. Namun, Comte belum berhasil mengembangkan
hukum-hukum sosial tersebut menjadi sebuah ilmu.
Ia hanya memberi istilah bagi ilmu yang akan lahir itu dengan
istilah sosiologi. Mengenai nama disiplin ilmu ini, semula Comte
bermaksud memberi nama social physic (fisik sosial), tetapi karena istilah
tersebut telah ada yang menggunakan sebelumnya, sehingga kajiannya
tentang kehidupan sosial ini disebutnya sosiologi.
Sosiologi lalu berkembang menjadi sebuah ilmu yang amapan
setelah Emile Durkheim mengembangkan metode sosiologi melalui
bukunya The Rules of Sosilogical Method.
Comte tetap disebut sebagai Bapak Sosiologi. Disini tampak
dengan jelas progresivitas Comte dalam memperjuangkan optimisme dari
22
pergolakan realitas sosial pada masanya, dengan ilmu sosial yang
sistematis dan analitis. Selanjutnya, analisisnya yang secara sistematis
tentang kehidupan masyarakat.
Comte mejadikan ilmu pengetahuan yang dikajinya ini
terklasifikasi atas dua bagian, yaitu statika sosial (social statics) dan
dinamika sosial(social dynamic). Kedua klasifikasi tersebut dimaksudkan
untuk memudahkan dalam rangka menganalisisnya.
Walaupun demikian, keduanya tetap merupakan begian yang
integral. Statika sosial mengkaji tentang tatanan sosial, misalnya kajian
terhadap struktur sosial, dan institusi sosial. Statika sosial mewakili
stabilitas. Sedangkan dinamika sosial, ilmu pengetahuan yang mempelajari
mengenai perkembangan masyarakat atau gerak sejarah masyarakat
kepada arah kemajuannya.
Dengan menggunakan analogi organik dari biologi, Comte
menyatakan bahwa hubungan anatara statika sosial dengan dinamika sosial
dapat disamakan dengan hubungan antara anatomi dan fisiologi. Dari
pembagian itu, menunjukan bahwa Comte menghendaki adanya tatanan
yang jelas mengendapkan keteraturan sosial (social order) dandialin
pihak, ia menginginkan adanya kemajuan perkembangan serta pemikiran
masyarakat ke arah yang positif. Sebagai seorang ilmuwan, Comte
mengharapkan sesuatu yang ideal, tetapi dalam hal ini Comte berbenturan
dengan realita sosial yang menginginkan perubahan sosial secara cepat.
23
Karena itu, Comte terpaksa memberikan stigma negatif terhadap
konflik. Menurutnya, konflik dalam masyarakat justru akan menyebabkan
tidak tumbuhnya keteraturan sosial yang pada gilirannya mempersulit
perkembangan masyarakat.
Ketertiban harus diutamakan apabila masyarakat menginginkan
kemajuan yang merata dan bebas dari anarkisme sosial dan anarkisme
intelektual. Atas pandangan inilah, comte dikenal sebagai salah seorang
tokoh utama dalam perkembangan sosiologi khususnya dalam perspektif
fungsionalisme struktural.
2. Positivisme dan Humanisme
Dalam konteks kemasyarakatan, tujuan utama kajian sosiologis
Comte adalah membatasi konstruksi masyarakat modern secara
evolusioner, dalam artian menghentikan disorganisasi moral dan
menekankan pada tuntutan moral. Comte senang tiasa mendambakan
organisasi masyarakat dalam tatanan humanisme sebagaiman fondasi
filsafat positivistiknya.
Pada ahkikatnya comte berupaya sekuat tenaga mengembangkan
fisika sosial dengan tujuan hasil kajiannya tentang masyarakat dapat
menghasilkan hukum-hukum sosial, sebagaimana hukum-hukum dalam
disiplin ilmu alam lainnya.
Comte merasa bahwa dinamika sosial lebih penting dibandingkan
dengan statika sosial. Meskipun Comte menghendaki adanya perubahan
24
sosial, tetapi ia tidak menginginkan perubahan secara revolusioner karena
menurutnya evolusi masyarakat secara alamiah akan membuat segala
sesuatu menjadi lebih baik. Pembagian ini berpengaruh dalam landasan
pemikiran Comte dengan teori Evolusinya atau hukum tiga jenjang.
Menurut Comte, masyarakat adalah suatu kenyataan sosial yng
lebih dari sekadar bagian-bagian yang saling tergantung. Oleh karena itu,
untuk memahami kenyataan sosial tersebut diperlukan metode penelitian
yang empiris.
Metode yang digunakannya itu disebutnya sebagai positivisme.
Positivisme sendiri adalah paham filsafat yang cenderung untuk
membatasi pengetahuan benar manusia kepada hal-hal yang dapat
diperoleh dengan menggunakan metode ilmu pengetahuan yang
mengandung ciri pengkajian fakta yang pasti, cermat, dan bermanfaat
melalui pengamatan, perbandingan, eksperimen, dan metode historis.
Dalam konteks ini, tampaknya Comte berusaha mengembangkan
kehidupan manusia dengan menciptakan sejarah baru, mengubah
pemikiran-pemikiran yang sudah membudaya, tumbuh, dan berkembang
pada masa sebelum Comte hadir. Comte mencoba dengan keahlian
berpikirnya untuk mendekonstruksi pemikiran yang sifatnya
25
Pemikiran Auguste Comte yaitu tentang hukum tiga tahapnya yaitu :
a. Tahap teologi
b. Tahap metafisik dan
c. Tahap positif-ilmiah
d. Tahap Teologik
Pemikiran manusia dalam tahap teologik dikuasai oleh imajinasi.
Manusia percaya bahwa semua fenomena berasal dari kekuasaan-
kekuasaan supranatural. Dalam perkembangan sejarah manusi individual
tahap ini merupakan periode anak-anak.
Masa teologi ini mulai sejak dulu dan berakhir pada abad ke empat
belas dimana manusia ingin mengubah pemikiran dogmatis agama
menjadi pemikiran setafisik. Menurut Auguste Comte tahap teologi atau
tahap fiktif mempunyai tiga tahapan perkembangan yaitu:
a) Tahap animisme
b) Tahap politeisme
c) Tahap monoteisme
Animisme merupakan tahap dimana kehidupan masyarakat yang
dilandasi oleh pemikiran-pemikiran yang mempunyai anggapan bahwa
segala sesuatu yang berada di sekeliling manusia bersuasana sama
kehidupannya seperti manusia sendiri.
26
Politeisme adalah salah satubentuk kehidupan masyarakat yang
dilandasi pemikiran-pemikiran yang mempunyai anggapan bahwa daya
pengaruh atau kekuatan penetu itu tidak lagi berasal dari benda-benda
alam yang berada di sekeliling manusia melainkan berasal dari makhluk-
makhluk yang tidak kelihatan yang berada di sekeliling manusia, dengan
demikian kekuatan yang mempengaruhi keberadaan manusia sudah
memiliki wujud tertentu.
Dalam bentuk kehidupan politeisme ini timbullah kepercayaan
behwa setiap benda, gejala dan peristiwa alam dikuasai dan dianut oleh
dewa-dewanya masing-masing.
Monoteisme adalah suatu bentuk kehidupan masyarakat yang
dilandasi oleh pemikiran-pemikiran yang mempunyai anggapan bahwa
pengaruh dan kekuatan tertentu berasal dari suatu kesatuan mutlak yang
adikodrati sifatnya. Biasanya disebut Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan
merupakan satu-satunya penentu sebab utama dan tujuan akhir dari sesuatu
yang ada.
Periode monoteisme disebut pula transisi katolik feodal sebagai ciri
adanya perkembangan gereja yang besar. Ada usaha-usaha mengatur
kehidupan manusia. Agama di anggap universal sedangkan negara-negara
adalah lokal. Oleh karena itu perlu adanya pemisahan negara dengan
agama. Timbullah faham eman sipasi wanita. Paham kebebasan dari
27
perbudakan yang menyadarkan manusia akan pentingnya hak asasi
manusia.
Menurut Auguste Comte pada fase monoteisme inilah tahap teologi
atau tahap fiktif akan berakhir.
Tahap Metafisik
Tahap metafisik atau tahap abstrak adlah tahapperalihan dari tahap
teologi menuju tahap positif. Tahap metafisik adalah modifikasi tentang
teologi.
28
3. Herbert Spencer
1. Biografi
Spencer adalah seorang berkebangsaan Inggris yang lahir di Derby,
pada tanggal 27 April 1820. Dari awal beliau menerima pendidikan
klasik dalam lingkungan keluarganya yang dikenal sebagai keluarga
pembangkang. Latar belakang keilmuan Herbert Spencer sejatinya
bukan dari seni humaniora, melainkan di bidang teknik dan bidang
utilitarian. Pada tahun 1837 ia mulai bekerja sebagai insinyur sipil
kereta api, ia menjabatnya sampai tahun 1846. Pada tahun 1848,
Spencer ditunjuk sebagai redaktur dalam majalah The Economist.
Spencer menjadi sub-editor The Economist pada tahun 1848,
sebuah mingguan keuangan penting pada saat itu untuk kelas
menengah atas. Ia berinteraksi dengan orang-orang terkenal seperti
Thomas Huxley dan John Tyndall, di antara banyak cendekiawan
terkemuka lainnya dari Victoria Inggris. Spencer menerbitkan banyak
artikel dalam pers radikal zamannya, seperti The Leader, The
Fortnightly dan The Westminster Review, terutama menyangkut
pemerintah, mendorong untuk membatasi perannya sebagai mediator
dalam masyarakat. Ia menganjurkan penghapusan Hukum Miskin ,
pendidikan nasional, dan sebuah gereja pusat, ia ingin pencabutan
semua pembatasan perdagangan dan legislasi pabrik. Di seberang jalan
dari tempat ia bekerja adalah kantor John Chapman, dan di situlah ia
pertama kali bertemu asistennya Marian Evans, kemudian dikenal
29
sebagai George Eliot . Mereka mengembangkan persahabatan yang
sangat dekat, dan berbicara tentang pernikahan tetapi tidak pernah
benar-benar menikah. Meski begitu, mereka tetap sahabat intim sampai
kematiannya. Buku Statika Sosial nya diterbitkan pada tahun 1851
untuk pujian besar, tapi nya Prinsip diam-diam berpengaruh Dari
Psikologi dirilis pada tahun 1855 bertemu dengan banyak kritik.
Pada tahun 1855, Spencer menerbitkan buku keduanya, The
Principles of Psychology. Seperti di Statika Sosial, Spencer melihat
Bentham dan Mill sebagai target utama, meskipun dalam karya ini dia
fokuskan pada kritik asosiasionisme yang terakhir. (Spencer kemudian
direvisi pekerjaan ini, dan Mill datang untuk menghormati beberapa
argumen Spencer.) Prinsip Psikologi jauh kurang berhasil
dibandingkan Statika Sosial, bagaimanapun, dan tentang waktu ini
Spencer mulai mengalami (terutama jiwa) masalah kesehatan serius
yang memengaruhinya selama sisa hidupnya. Hal ini menyebabkan dia
untuk mencari privasi, dan ia semakin menghindari tampil di depan
publik. Meskipun ia menemukan bahwa, karena sakit, ia bisa menulis
hanya beberapa jam setiap hari, ia memulai pada proyek-panjang
sembilan volume Sistem Filsafat Sintetis (1862-1893)-yang
menyediakan account sistematis pandangannya dalam biologi,
sosiologi, etika dan politik. Ini 'filsafat sintetik' menghimpun berbagai
data dari berbagai ilmu alam dan sosial dan terorganisir sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar teori evolusi nya.
30
Synthetic Filsafat Spencer pada awalnya hanya tersedia melalui
berlangganan pribadi, tetapi ia juga seorang kontributor untuk majalah
intelektual terkemuka dan surat kabar pada zamannya. Ketenarannya
tumbuh dengan publikasi, dan dia dihitung di antara pengagumnya
kedua pemikir radikal dan ilmuwan terkemuka, termasuk John Stuart
Mill dan fisikawan, John Tyndall. Pada 1860-an dan 1870-an,
misalnya, pengaruh teori evolusi Spencer adalah setara dengan Charles
Darwin.
Pada tahun 1883 Spencer terpilih anggota sesuai bagian
filosofis akademi Perancis ilmu moral dan politik. Karyanya juga
sangat berpengaruh di Amerika Serikat, di mana bukunya, The Studi
Sosiologi, berada di tengah-tengah kontroversi (1879-1880) di
Universitas Yale antara seorang profesor, William Graham Sumner,
dan presiden Universitas, Nuh Porter . Pengaruh Spencer diperluas ke
eselon atas masyarakat Amerika dan telah mengklaim bahwa, pada
tahun 1896, "tiga hakim Mahkamah Agung yang diakui 'Spencerians'."
Reputasinya mencapai puncaknya pada 1870-an dan awal 1880-an, dan
ia dinominasikan untuk Hadiah Nobel untuk Sastra tahun 1902.
Spencer, bagaimanapun, menolak sebagian besar penghargaan yang
diberikan.
Ia juga menerapkan secara analog (kesamaan fungsi) dengan
teori evolusi karya Charles Darwin (yang mengatakan bahwa manusia
berasal dari kera) terhadap masyarakat manusia. Ia yakin bahwa
31
masyarakat mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat
industri. Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang
memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi
yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Ia
menyoroti hubungan timbal-balik antara unsur-unsur masyarakat
seperti pengaruh norma-norma atas kehidupan keluarga, hubungan
antara lembaga politik dengan lembaga keagamaan.
Sikap evolusionernya memunculkan ide yang paling terkenal, "
Darwinisme Sosial . " Ini dipengaruhi ekonom awal evolusi seperti
Thorstein Veblen, serta anggota dari American apologis sekolah
seperti William Graham Sumner. Dia memproyeksikan teori evolusi
biologi ke pesawat sosial, menekankan pentingnya analogi organik,
yaitu kesamaan antara Organisme dan Negara. Dia melihat evolusi
sebagai perubahan dari kondisi homogen yang bawaan tidak stabil, ke
yang heterogen dan stabil. Dia menyoroti empat konsep utama:
Pertumbuhan, Diferensiasi, Integrasi dan Adaptasi, ide umumnya hadir
dalam biologi perkembangan, dan yang dapat dengan mudah dibawa
ke dalam konteks berkembang, masyarakat tumbuh.
Spencer mempopulerkan konsep ”yang kuatlah yang akan
menang” (Survival of the fittest) terhadap masyarakat. Pandangan
Spencer ini kemudian dikenal sebagai ‘Darwinisme sosial’. Ia
mempercayai akan kehidupan maasyarakat yang akan tumbuh
progresif menuju keadaan yang lebih baik, untuk itu masyarakat harus
32
dibiarkan bekembang sendiri. masyarakat harus dilepas dari campur
tangan eksternal yang diyakini justru memperburuk keadaan. Spencer
menyetujui akan adanya evolusi darwin dalam konteks sosial, yaitu
apabila dibiarkan dengan sendirinya teori itu akan berlaku dimana
individu yang layak bertahan hidup akan berkembang, sedangkan
individu yang yang tidak layak maka ia akan tersingkir.
Ajaran sistem sosial yang telah disepakati oleh Spencer adalah
sebagai berikut:
a) Masyarakat adalah organisme atau superorganis yang hidup
berpencar-pencar.
b) Antara masyarakat dan badan-badan yang ada di sekitarnya ada
suatu equilibrasi tenaga agar kekuatannya seimbang.
c) Konflik menjadi suatu kegiatan masyarakat yang sudah lazim.
d) Rasa takut mati dalam perjuangan menjadi pangkal kontrol
terhadap agama.
e) Kebiasaan konflik kemudian diorganisir dan dipimpin oleh
kontrol politik dan agama menjadi militerisme.
Spencer adalah seorang pembina sistem teori mengenai
evolusi universal di mana ia menegaskan bahwa proses biologi dan
mekanis dan menyampingkan proses psikologi yang menurutnya
adalah anak kunci keunikan sosial. Ia mendefinisikan evolusi
dalam First Principle nya bahwa “Evolusi adalah suatu penyatuan
33
kejadian dari keseragaman yang berserak kepada ketidakseragaman
yang berpusat dan emosi yang terpendam mengalami transformasi
yang salah”. Evolusi Spencer adalah suatu proses vertikal dari
keadaan yang sederhana menuju yang kompleks. Evolusi bagi
beliau adalah proses penggerak sendiri atau rencana sosial dapat
menyebabkan berlangsungnya sedikit perubahan.
Teori evolusi dan organik masyarakat yang dihasilkan
olehnya merupakan sumbangan dari Spencer yang paling penting
dari segi teori bagi sosiologi. Herbert Spencer adalah pendukung
kuat sistem laissez faire dan kebebasan alamiah. Dia mengutarakan
sebuah ideologi yang dinamakan hedonisme “… tindakan yang
menghasilkan kenikmatan adalah tindakan yang diteruskan.” Ia
mengatakan bahwa suatu moralitas perlu diadakan berdasarkan
unsur biologi.
Evolusi tentang serentetan perubahan kecil secara pelan-
pelan dan komulatif yang terjadi dengan sendirinya dan
memerlukan waktu lama. Evolusi dalam masyarakat adalah
serentetan perubahan yang terjadi karena usaha-usaha masyarakat
tersebut untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan
kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Perubahan ini tidak harus sejalan dengan rentetan peristiwa di
dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.
34
Menurut Spencer, pribadi mempunyai kedudukan yang
dominan terhadap masyarakat. Secara generik perubahan alamiah
di dala diri menusia mempengaruhi struktur masyarakat di
sekitarnya. Kumpulan pribadi dalam kelompok atau masyarakat
merupakan faktor penentu bagi terjadinya proses kemasyarakatan
yang pada hakikatnya merupakan struktur sosial dala menentukan
kualifikasi.
Hasil karyanya yang terkenal antara lain :
1. Sosial Statistics (1850)
2. Principle of Psychology (1955)
3. Principle of Biology (2 jilid, 1864 dan 1961)
4. Principle of Etnics (1893)
5. Programme of a System of Synthetic Philosophy (1862-1896)
Esai-esai :
1. Education (1861)
2. The Study of Sociology (1873)
3. The Nature and Reality of Religion (1885)
4. Various and Fragments (1897)
5. Facts and Comments (1902)
35
Herbert Spencer berhenti dari pekerjaannya dikarenakan
kondisi kejiwaan yang membuatnya tidak bisa tidur. Dan juga pada
tahun berikutnya masalah mental dan fisiknya semakin bertambah
parah. Spencer kemudian menderita gangguan saraf sepanjang sisa
hidupnya. Karena itu ia tidak pernah meraih gelar kesarjanaan
universitas terlebih lagi mendapatkan jabatan akademis. Oleh
karena sifatnya yang semakin tertutup, ditambah dengan
penyakitnya menyebabkan produktivitasnya semakin menurun.
Namun walaupun kondisinya demikian, kemahsyuran
Spencer bukan hanya di Inggris, tapi juga hingga internasional.
Terbukti dari karya-karyanya diantaranya Social Statics (1850),
First Principle (1862), Study of Sociology (1873), dan Descriptive
Sociology (1874). Namun sifatnya yang keras dan enggan
membaca karya orang lain menyebabkan kerusakan intelektualnya.
Sepertinya Spencer sama dengan Auguste Comte yang juga
mengalami gangguan otak.
Prinsip yang melatari keengganannya membaca karya
orang lain, karena Spencer merasa dirinya telah menjadi pemikir
sepanjang masa. Menurutnya, dengan membaca sebanyak apa yang
dibaca orang lain, maka menyebabkan dirinya hanya mengetahui
sedikit dari apa yang diketahui oleh kebanyakan orang. Menurut
Spencer, gagasannya muncul tanpa disengaja dan melalui proses
intuitif, secara bertahap, sedikit demi sedikit, secara rendah hati
36
tanpa disengaja ataupun kerja keras. Intuisi dianggapnya justru
jauh lebih efektif, jika dibandingkan dengan upaya lainnya.
Spencer lebih lanjut mengatakan bahwa harus ada hukumm
yang dapat menguasai kombinasi antara faktor-faktor yang berbeda
di dalam proses evolusioner. Sedang sistem evolusi umum yang
pokok menurut Spencer seperti yang dikutip Siahaan, ada 4 yaitu;
ketidakstabilan yang homogen, berkembangnya faktor yang
berbeda-beda dalam ratio gometris, kecenderungan terhadap
adanya bagian-bagian yang berbeda-beda dan terpilah-pilah
melalui bentuk-bentuk pengelompokkan atau segregasi, dan
adanya batas final dari semua proses evolusi di dalam suatu
keseimbangan akhir.
Lebih dari itu ia pun mengabaikan gagasan orang lain yang
tidak mengakui gagasannya. Egoisme Spencer atas aturan main
ilmu pengetahuan meyebabkan dirinya menghasilkan sejumlah
gagasan kasar. Sampai pada akhir hidupnya yaitu pada tanggal 8
Desember 1903, ia masih meninggalkan pernyataan yang belum
dibuktikan kebenarannya, contohnya tentang evolusi kehidupan
manusia. Arogansi intelektual itulah yang menggiring sosiolog di
abad ke-20 menolak gagasannya, lalu menggantinya dengan riset
ilmiah.
37
Spencer tahun terakhir yang ditandai dengan runtuhnya
optimisme awal nya, digantikan bukan oleh pesimisme tentang
masa depan umat manusia. Namun demikian, ia mengabdikan
banyak dari usahanya dalam memperkuat argumennya dan
mencegah mis-interpretasi teori monumental non-gangguan. Ia
dikagumi oleh banyak intelektual, termasuk filsuf Amerika
William James, tapi sering dituduh kecil, hypochondriacal, dan
cengeng. Dia meninggal pada tahun 1903, dan dimakamkan di
Highgate Cemetery dekat George Eliot dan Karl Marx.
2. Agama
Sebagai hasil dari pandangannya bahwa pengetahuan tentang
fenomena dibutuhkan demonstrasi empiris, Spencer menyatakan
bahwa kita tidak dapat mengetahui sifat realitas dalam dirinya sendiri
dan bahwa ada, oleh karena itu, sesuatu yang fundamental "diketahui."
(Ini termasuk pengetahuan lengkap tentang alam ruang, waktu, gaya,
gerak, dan substansi.)
Karena, Spencer mengklaim, kita tidak bisa tahu apa-apa non-
empiris, kita tidak bisa tahu apakah ada Tuhan atau apa karakter
mungkin. Meskipun Spencer adalah seorang kritikus parah agama dan
doktrin agama dan praktek-ini menjadi obyek yang tepat investigasi
empiris dan penilaiannya posisi umum tentang agama agnostik.
Teisme, menurutnya, tidak dapat diadopsi karena tidak ada sarana
38
untuk memperoleh pengetahuan yang ilahi, dan tidak akan ada cara
untuk menguji itu. Tapi sementara kita tidak dapat mengetahui apakah
keyakinan agama yang benar, kita juga tidak bisa mengetahui bahwa
(fundamental) keyakinan agama adalah palsu.
3. Teori-teori
A. Masyarakat sebagai organisme sosial
Teori Herbert Spencer berhubungan dengan tipe evolusi
organik, sama seperti teori dari Auguste Comte tentang pembagian
masyarakat menjadi masyarakat statis dan dinamis. Pandangan
Hebert Spencer terhadap masyarakat dipengaruhi oleh revolusi
industri. Spencer juga mengkaji masyarakat dengan menggunakan
perspektif organik.
Herbert Spencer dan Auguste Comte adalah tokoh
evolusionis yang lebih menekankan gambaran tentang masyarakat
sebagai suatu organisme keseluruhan yang lebih dari hanya sekedar
jumlah bagian-bagiannya. Dengan kata lain, organ-organ dalam
organisme sosial yang meliputi antar individu, antar kelompok, dan
lembaga ikut memberikan sumbangan bagi terpeliharanya
konsensus sosial atau keteraturan sosial.
Perspektif organik yang Herbert Spencer kemukakan
menyebut masyarakat sebagai suatu keseluruhan yang mempunyai
individualitas tersendiri karena terdapat hubungan yang permanen
39
antar komponen. Menurutnya masyarakat mempunyai struktur,
sama halnya dengan organisme biologis yang bertambah besar dan
juga kompleks. Analogi ini pun diformulasikan sedemikian dengan
melihat masyarakat primitif sebagai organisme yang bersahaja.
Dalam perspektif organik tersebut, Spencer begitu yakin
terhadap masyarakat sebagai suatu organisme dengan
menggunakan dasar pemikiran dari ilmu organisme hidup dalam
menguraikan organisme masyarakat. Dengan ini Spencer
memandang bahwa setiap masyarakat memiliki sistem peraturan
berupa pemerintah dan militer, sistem dristibusi yang meliputi
perniagaan dan komunikasi, dan sistem penopang kehidupan.
Inilah dasar pemikiran aliran organisme sosial bagi tokoh sosiologi
yang melihat konsepsi masyarakat layaknya organisme hidup.
Oleh karena itu, dalam analisisnya tentang masyarakat,
Spencer menamakan masyarakat sebagai suatu organisme hidup.
Menurutnya masyarakat dengan organisme hidup memiliki ciri
yang sama, yakni:
Masyarakat dan organisme hidup sama-sama mengalami
proses pertumbuhan. Dikarenakan adanya pertumbuhan, maka
struktur tubuh sosial maupun tubuh organisme mengalami
pertambahan.
40
Tubuh organisme biologis dan organisme sosial apabila
mengalami pertumbuhan, bagian lain pun ikut berubah.Tubuh
organisme biololgis dan sosial ,memiliki fungsi dan tujuan
tertentu.Masing-masing bagian tubuh saling berkaitan.
B. Evolusi Sosial
Analisis kajian Spencer tentang masyarakat didasarkan
pada suatu hukum evolusi yang berlaku di seluruh dunia.
Menurutnya suatu proses evolusi tidaklah tentu harus mengikuti
garis lurus. Proses tersebut menimbulkan perubahan baik
kemunduran maupun kemajuan, tergantung dari kondisi yang
memungkinkannya terjadi. Suatu evolusi itu tidak mengandung
implikasi kecenderungan untuk maju di mana pun hukum ini
beroperasi. Tidak ada gerak naik yang seragam dari yang rendah ke
yang tinggi, tetapi hanya ada penciptaan suatu bentuk sewaktu-
waktu yang disebabkan oleh kecocokan dengan kondisi-kondisi
yang lebih kompleks.
Spencer adalah orang pertama-tama yang menulis tentang
masyarakat atas dasar data empiris yang konkrit. Menurut Spencer,
suatu organisme akan bertambah sempurna apabila kompleks
masalahnya bertambah dan dengan adanya diferensiasi antara
bagian-bagiannya. Secara evolusioner, maka tahap organisme
tersebut semakin sempurna adanya.
41
Dengan demikian, maka organisme ada tiga kriteria;
kompleksitas, diferensiasi dan integrasi. Evaluasi sosial dan
perkembangan sosial pada dasarnya berarti bertambahnya
diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian kerja, dan suatu
transisi dari keadaan homogen ke keadaan heterogen. Spencer
bermaksud untuk membuktikan bahwa masyarakat tanpa
diferensiasi pada tahap pra industri, secara intern tidak stabil oleh
karena terlibat dalam pertentangan-pertentangan di antara mereka
sendiri.
Pengaruh dari ajaran Herbert Spencer sangatlah besar,
utamanya di Amerika Serikat. Salah satu karyanya adalah
Folkways yang merupakan karya klasik dalam kepustakaan dari
ilmu sosiologi. Maksudnya adalah kebiasaan-kebiasaan sosial yang
timbul secara tidak sadar dalam masyarakat, kebiasaan-kebiasaan
mana menjadi bagian dari tradisi. Hampir semua aturan-aturan
kehidupan sosial, upacara, sopan-santun, kesusilaan, dan lain-lain
termasuk dalam folkways. Apabila kaidah tadi dianggap
sedemikian pentingnya, maka kaidah tadi dinamakan mores.
Kaidah-kaidah tersebut tidaklah menjadi bagian dari suatu
masyarakat secara menyeluruh. Pembedaan ini ditujukan untuk
dapat memberikan petunjuk, bahwa ada orang-orang yang diterima
dalam suatu kelompok dan ada pula yang tidak. Pembedaan
42
tersebut, menimbulkan berbagai macam antagonisme, pertentangan
serta yang lebih parah pertikaian.
Perhatiannya tentang evolusi sosial, menjadikan Herbert
Spencer mengajukan empat pokok penting tentang sistem evolusi
umum.
Ketidakstabilan yang homogen. Setiap homogenitas akan
semakin berubah dan membesar dan akan kehilangan
homogenitasnya karena setiap kejadian tidak sama besarnya.
Berkembanganya faktor yang berbeda. Perkembangan
bentuk-bentuk tersebut sebenarnya hanya merupakan batas dari
suatu keseimbangan. Kecenderungan terhadap adanya bagian-
bagian yang berbeda-beda dan terpilah melalui bentuk-bentuk
pengelompokan segregasi. Adanya batas akhir dari semua proses
evolusi di dalam ssuatu keseimbangan akhir.
Pada akhirnya evolusi sosial dapat ditandai dengan mulai
terbentuknya bagian-bagian yang bisa dibedakan dan dengan
demikian dapat dikenali dengan jelas karakteristiknya. Jadi
peningkatan struktur berlangsung secara stimulan sesuai dengan
fungsi pada masing-masing bagian. Jadi dapat disimpulkan bahwa
dalam proses evolusi sosial terdapat tiga aspek yang terjadi, yaitu
diferensiasi struktural, spesialisasi fungsional, dan integrasi yang
meningkat.
43
Struktur-struktur yang timbul dalam proses evolusi sosial
terdiri atas tiga sistem.
1. Sistem penopang
Sistem ini berfungsi untuk mencukupi keperluan-keperluan
demi terciptanya ketahanan hidup, dengan kata lain sistem ini
memproduksi keperluan hidup secara besar-besaran sehingga
mayarakat dapat melanjutkan hidup secara besar-besaran sehingga
dapat melanjutkan proses kehidupannya.
2. Sistem pengatur
Sistem ini berfungsi untuk memelihara hubungan dengan
masyarakat lainnya dan mengatur hubungan intern. Sistem ini
terdiri atas para pemimpin yang secara rinci terbagi dalam sistem-
sistem pengatur politik, dan lainnya.
3. Sistem pembagi
Sistem ini berfungsi untuk mengangkut barang-barang dari
suatu sistem ke sistem lain.
C. Tipe Masyarakat
Dikarenakan sejalan dengan pembahasan tentang teori
evolusi sosial, maka di dalam prosesnya perlu diketahui tipe-tipe
dari masyarakat yang bersangkutan. Tipologi masyarakat ini yang
44
dikembangkan Spencer meliputi masyarakat yang didasarkan
dalam bentuk suatu ukuran, yakni masyarakat sederhana dan
majemuk. Juga dalam perkembangannya, Spencer membagi
masyarakat ke dalam masyarakat primitif, militer, dan industri.
Yang dimaksudkan Spencer mengenai masyarakat
sederhana adalah masyarakat yang terdiri atas satu kesatuan kerja
yang utuh dan juga tidak tunduk pada pihak manapun, bagian-
bagian dari masyarakatnya saling bekerja sama tanpa adanya pusat
yang mengaturnya. Masyarakat sederhana ini tidak memiliki
pimmpinan secara tetap. Hidupnya nomaden, maksudnya separuh
menetap atau menetap pada suatu tempat tertentu. Sedangkan yang
dimaksud dengan masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat di
mana setiap satu kelompok sosial mempunyai seorang ketua atau
pusat. Di dalam masyarakat majemuk ini kehidupan lebih bersifat
menetap dan memiliki berbagai jenis atau motif pemerintahan.
Selanjutnya dalam masyarakat primitif belum terjadinya
diferensiasi dan spesialisasi fungsional. Maka dari itu belum
terdapat pembagian kerja secara kompleks berdasarkan spesifikasi
dan keahlian yang dimiliki. Sebagai contoh suatu pekerjaan
dilakukan secara bersama-sama dan spontan atas dasar
kekeluargaan. Masyarakat pada tipe ini masih tergantung kepada
lingkungan sekitarnya karena belum mempunyai teknologi untuk
mengubah alam.
45
Lalu ada masyarakat militer, masyarakat ini terjadi
pengingkatan heterogenitas karena peningkatan jumlah penduduk
ataupun karena akibaat dari adanya suatu penaklukan terhadap
masyarakat ini. Hal yang penting dalam tipe masyarakat ini adalah
terjadinya koordinasi tugas secara khusus dan cenderung
dilaksanakan secara paksa. Sehingga kerja sama dalam
perkerjaannya dilakukan tidak dengan atas sukarela, melainkan
kelangsungannya dijamin oleh pemimpin dan oleh negara. Dengan
demikian, tipe masyarakat militer ini sering juga disebut
masyarakat militan.
Tipe masyarakat yang terakhir menurut Spencer adalah
masyarakat industri. Tipe masyarakat ini bercirikan adanya suatu
tingkatt kompleksitas yang sangat tinggi dan kehidupan pribadi tak
lagi dikendalikan semata-mata oleh kekuasaan negara. Melainkan
kehidupan pribadi ditentukan oleh diri sendiri. Atau dengan kata
lain setiap individu berhak menentukan hidupnya sendiri tanpa ada
campur tangan dari pemerintah. Negara hanya sebatas memberi
perlindungan kepada warganya dalam melaksanakan hubungan
kerja sama dan keseimbangan kepentingan bersama.
Dalam pandangan teori evolusi sosial ini mengakibatkan
individualisasi yang dapat dirasakan dengan kurangnya campur
tangan pemerintah. Kebebasan dan nilai tpleransi menjadi suatu hal
yang begitu pokok dan menjadi nilai sentral pada masyarakat.
46
Maka dari itu terjadilah konsensus tentang nilai-nilai sentral dan
utama yang didasarkan pada penerimaan yang tidak dapat
diintervensi secara berlebihan oleh siapapun.
4. Karl Marx
A. Biografi
Karl Heinrich Marx dilahirkan di Trier, distrik Moselle, Prussian
Rhineland, Jerman, pada 5 Mei 1818. Ayahnya seorang Yahudi yang
kemudian memeluk agama Protestan dan bekerja sebagai seorang
pengacara. Jerman, negeri dimana Marx tumbuh dewasa, kala itu adalah
negeri yang masih terbilang terbelakang disbanding negeri tetangga Barat
lainnya. Mayoritas penduduk negeri itu bekerja di sektor agraris, dan
produksi di perkotaan masih didominasi oleh sistem gilda, dan industri
modern baru masuk di Rheinland bagian utara. Marx mendalami ilmu
sejarah, filsafat, dan hokum. Ia terjun dalam bidang jurnalistik dan
radikalisme politik, termasuk pula dalam anggota Asosiasi Pekerja
Internasional (International Association of Workers), dan kongres Liga
Komunis (Congress of the Communist League). Pada masanya, Marx
banyak memberi reaksi terhadap tekanan ekonomi dan politik dalam
konteks intelektual idealisme Jerman, sosialisme Perancis, dan teori
ekonomi Inggris. Dalam menanggapi berbagai masalah sosial, politik, dan
ekonomi di masanya ia menggunakan prespektif idealisme filosofis, dalam
hal ini ia mengembangkan teori orientasi konflik dalam masyarakat yang
47
memiliki dampak yang cukup besar terhadap pemikiran sosiologi
kontemporer.
Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor filsafat dari Universitas
Berlin, Universitas yang sangat dipengaruhi oleh Hegel dan guru-guru
muda penganut filsafat Hegel yang berpikiran kritis. Setelah ia
menamatkan pendidikannya, Marx menjadi seorang penulis untuk sebuah
koran liberal radikal. Atas prestasi yang ia miliki, hanya dalam waktu 10
bulan dirinya telah diangkat menjadi editor kepala koran itu. Oleh karena
pendirian politiknya dianggap tidak sesuai dengan visi pemerintah saat itu
membuat koran itu ditutup oleh pemerintah. Di sini, Marx menuangkan
berbagai esai-esainya tentang prinsip-prinsip demokrasi, kemanusiaan, dan
idealisme awal.
Selang waktu 3 tahun pasca studi doktoralnya, pada 1843 Marx
mengakhiri masa lajangnya dan tidak lama kemudian ia meninggalkan
Jerman untuk mendapatkan suasana yang lebih liberal di Paris. Di Paris, ia
terus bergulat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga
menghadapi dua kumpulan gagasan baru, sosialisme Perancis dan
ekonomi politik Inggris. Di sinilah Marx menunjukkan orientasi
intelektualnya yang sangat unik, ia berhasil menggabungkan hegelianisme,
sosialisme, dan ekonomi politik. Dalam pergolakan intelektualnya di Paris,
ia kemudian menjalin persahabatan dengan Fredrich Engels.
48
Marx dan Engels adalah dua sosok kolaborasi yang sangat cocok
dalam menulis buku dan artikel, mereka memiliki orientasi teoretis yang
sama. Kendati demikian, mereka pun memiliki beberapa perbedaan. Marx
dikenal sebagai seorang intelektual teoretis yang kurang teratur dan sangat
berorientasi kepada keluarganya.
Marx menikah pada 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa
meninggalkan jerman untuk dapt suasana yang lebih libaral di Paris. Di
Paris ia bergualat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga
menghadapi dua kumpulan gagasan baru – sosialisme Prancis dan politik
Ekonomi Inggris. Dengan cara yang unik dia menggabungkan hegelian,
sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentuka orientasi
intelektualnya. Hal yang sangat penting pula adalah pertemuannya dengan
orang yang kemudian menjadi teman seumur hidupnya, donatur dan
kolabolatornya, yakni Fredrich Engels (Carver, 1983) Engels anak
penguasa pabrik tekstil menjadi seorang sosialis yang mengkritik kondisis
kehidupan yang di hadapi kelas buruh. Banyak di antara rasa kasihan Marx
kesengsaraan kelas buruh berasal dari paparannya kepada Engels dan
gagasannya sendiri. Tahun 1844 Marx dan Engels mengadakan diskusi
panjang di sebuah Café terkenal di Paris dan meletakkan landasan kerja
untuk bersahabat seumur hidup. Mengenai diskusi itu Engels berkata
”kesepakatan lengkap kami dalam dalam semua budang teori menjadi
nyata….dan perjanjian kerja sama kami mulai sejak itu”(McLellan,
1993:131) di tahun berikutnya Engels menerbitkan karya the condition Of
49
The Working Class in England. Selama periode itu Marx menerbitkan
sejumlah karya yang sangat sukar di pahami (kebenyakan belum di
terbitkan semasa hidupnya) termasuk the Holy Family dan The German
ideology (di tulis bersama Engels) dan ia pun menulis the economic and
philosophic manuscripts 1844 yang menandakan perhatiannya terhadap
bidang ekonomi makin meningkat.
Berbeda dengan Engels, ia adalah pemikir praktis, rapi, pengusaha
teratur dan orang yang tidak percaya pada lembaga keluarga. Selain buku dan
artikel, mereka juga bekerja sama dalam organisasi radikal. Pada kesempatan itu
Marx sering mendapatkan bantuan dana dari Engels. Walau Engels memiliki
kelebihan dalam bidang ekonomi, tetapi dirinya tetap merasa sebagai teman
junior. Ia merasa tidak mampu menandingi prestasi yang dicapai oleh Marx.
Tahun 1845 Marx diusir dari Paris karena beberapa tulisannya telah
mengkritik pemerintah setempat, ia pun terpaksa harus menjinjing kopernya
pindah ke Brussel, radikalismenya pun semakin meningkat dan ia menjadi
anggota aktif gerakan revolusioner internasional. Tahun 1849 ia pindah ke
London dan setelah kegagalan revolusi politik tahun 1849, ia mulai menarik diri
dari aktivitas politik dan beralih kegiatan riset tentang peran sistem kapitalis.
Kegagalan demi kegagalan dalam gerakan revolusioner dan penyakit yang
menggerogotinya membuat Marx ambruk. Istrinya wafat tahun 1881, anak
perempuannya tahun 1882, dan Marx sendiri wafat 14 Maret 1883 di London.
Kendatipun ia telah meninggal dunia, namun sang legendaris ini tetap saja popular
melalui beberapa karyanya, seperti, The German Ideologi(1845), The Communist
50
Manifesto (1848), Outlines of a Critique of Political Economy dalam tahun 1867
terbit bagian pertama dari Capital, dan A critique of Hegel’s Philosophy of Law,
Economic and Philosophical Manuscripts (1884). Dari beberapa karyanya itu,
nama Marx tidak hanya tersohor sebagai sosok filusuf kenamaan Jerman, tetapi
lebih dari itu. Ia dikenal sebagai seorang pemikir dalam berbagai bidang, mulai
dari ranah sejarah, ekonomi, politik, hingga politik. Perkembangan pemikiran
Marx tidak dapat dipisahkan dari konstruksi pemikiran Hegel dan Feuerbach.
B. Teori-teori
1. Pengaruh Pola Pikir Karl Marx
Berbicara tentang karya-karya hasil pemikiran Marx, berarti kita
sedikit akan menyinggung beberapa tokoh yang ikut mempengaruhi pola
pikirannya di saat itu. Karya-karya Marx yang telah berdengung di
berbagai pelosok negara tidak dapat di pisahkan dari konstruksi pemikiran
Hegel dan Feuerbach. Hegel (1770-1831) memiliki karakter berpikir yang
berdasarkan pada dialektika dan idealisme. Menurut Hegel pikiran
individual partikular merupakan bagian dari pikiran universal, tetapi
pikiran tersebut tidak menyadari satu kesatuan akhir ini, sehingga pikiran
terasingkan dari dirinya sendiri.
Hegel adalah salah seorang sosok pemikir yang dialektis.
Dialektika Hegel di konsepsikan bahwa dalam realitas ini tidak ada lagi
bidang-bidang yang terpisah atau terisolasi. Semuanya saling terkait dalam
satu gerak penyangkalan dan pembenaran. Dalam tinjauan lain, dialektika
51
berarti sesuatu itu hanya berlaku benar apabila dilihat dengan keseluruhan
hubungan dalam relasi yang bersifat negasi dialektis antara tesis,
antithesis, dan sintesis. Ciri khas dari filsafat Hegel adalah ciri proses.
Menurutnya, tidak ada bidang-bidang realitas maupun bidang-bidang
pengetahuan yang terisolasi. Semuanya saling terkait dalam satu gerak
penyangkalan dan pembenaran (Suseno,2001;Laeyendecker,1991). Selain
konsepnya tentang dialektika, Hegel mencerminkan diri sebagai filsuf
idealisme yang menekankan pentingnya pikiran dan produk mental
ketimbang produk materiil.
Selain Hegel, Ludwig Feuerbach (1804-1872) adalah tokoh yang
ikut berpengaruh terhadap jalan pemikiran Marx. Ia adalah jembatan
penting yang menghubungkan antara Hegel dan Marx. Feuerbach dikenal
sebagai tokoh filsafat materialis, dan karenanya ia mengkritik Hegel yang
dianggapnya terlalu berlebihan pada posisi kesadaran dan semangat
masyarakat. Menurutnya, filsafat Hegel seharusnya di tinggalkan dan
kemudian memusatkan perhatian pada realitas materiil kehidupan
manusia. Pada prinsipnya, materialisme Feuerbach mendewakan manusia
nyata, bukan pada gagasan abstrak termasuk agama.
Dua sosok filsuf (dialektika dan idealisme Hegel serta materialisme
Feuerbach) itulah yang memengaruhi sekaligus menjadi sumber kritik
dalam teori-teori Marx. Dalam pandangan Marx, filsafat semestinya aktif
membuat perubahan-perubahan karena yang terpenting adalah perbuatan
dan materi, bukan ide-ide sebagaimana jalan pemikiran Hegel. Manusia
52
selalu terkait dengan hubungan-hubungan kemasyarakatan yang
melahirkan sejarah. Manusia adalah makhluk yang bermasyarakat, yang
beraktivitas, dan terlibat langsung maupun tidak langsung dalam suatu
proses produksi. Hakikat manusia adalah kerja (homo laborans, homo
faber). Dengan demikian, terdapat korelasi yang erat antara filsafat,
sejarah, dan masyarakat. Pemikiran Karl Marx ini kemudian dikenal
dengan materialisme dialektika atau materialisme historis. Dasar
pemikiran yang demikian ini selanjutnya membawa pandangan Marx
terhadap teori pertentangan kelas, hingga pada perkembangan lebih lanjut
melahirkan komunisme.
2. Kapitalisme dan Materialisme Sejarah
Marx terkenal dengan analisisnya di bidang sejarah yang
dikemukakan dalam pembukaan bukunya Communist Manifesto (1848).
Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada hakikatnya
merupakan sejarah tentang pertentangan kelas. Marx berkeyakinan bahwa
“hantu-hantu” kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme,
masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode sosialisme radikal
menjadikan negara sebagai revolusi kediktatoran proletariat. Menurut
Marx, sejarah umat manusia di tentukan oleh materi atau benda dalam
bentuk alat produksi. Alat produksi ini untuk menguasai masyarakat. Alat
produksi adalah setiap alat yang menghasilkan komoditas. Komoditas
diperlukan oleh masyarakat secara sukarela. Bagi Marx fakta terpenting
53
adalah materi ekonomi. Karena itu, teori Marx ini juga dikenal dengan
determinisme ekonomi.
Tekanan materialisme Marx harus dimengerti sebagai reaksi
terhadap interpretasi idealistic Hegel mengenai sejarah bahwa suatu peran
yang paling menentukan dalam suatu perubahan berasal dari evolusi
progresif ide-ide. Marx menolak filsafat sejarah Hegel karena terlalu
berlebihan mengabaikan kenyataan, bahwa ide-ide ada terlepas dari
individu atau orang yang hidup dalam lingkungan materiil dan sosial.
Menurut lensa pandang Marx, ide-ide merupakan produk kesadaran
subjektif setiap individu, tetapi kesadaran tidak dapat terpisah dari
lingkungan materiil dan sosial, jadi selalu ada kesadaran akan
lingkungannya.
Konsepsi materialis Marx yang di terapkan pada perubahan sejarah
untuk pertama kalinya dijelaskan dalam The German Ideologi disusun
bersama Engels. Tema pokok dalam karya itu adalah perubahan-perubahan
dalam bentuk kesadaran, ideologi, dan gagasan-gagasan, bukan sebagai
faktor penyebab perubahan dalam kehidupan sosial dan materiil manusia,
tetapi kondisi-kondisi kehidupan materiil bergantung pada sumber-sumber
alam yang ada dan kegiatan manusia yang produktif. Jadi dalam
pandangan ini, tampak bahwa pemikiran Marx bukan hanya dipengaruhi
oleh idealisme Hegel dan materialisme Feuerbach, tetapi juga
mengkritiknya. Marx mendefinisikan materialisme dan menentang
konsep-konsep abstrak yang di kemukakan Hegel dan Feuerbach. Gagasan
54
adalah produk manusia dalam interaksinya antara indera dengan
pengalaman. Kesadaran manusia timbul dalam dialektika antara subjek
dan objek. Objek dari kepastian indera di berikan lewat perkembangan
sosial. Sejarah merupakan perumusan, penciptaan, ulang kebutuhan
manusia yang terus-menerus.
Penjelasan materialis tentang perubahan sejarah berpusat pada
perubahan-perubahan cara atau teknik produksi materiil sebagai sumber
utama perubahan sosial dan budaya. Hal ini mencakup perkembangan
teknologi baru, penemuan sumber-sumber baru, atau perkembangan baru
lain apa pun dalam bidang kegiatan produktif, perubahan-perubahan
seperti ini dapat muncul dari usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan
yang ada dalam lingkungan materiil untuk memenuhi kebutuhan yang ada
secara lebih efisien dan kebutuhan-kebutuhan baru yang muncul.
Perubahan tersebut dapat dilihat dari masyarakat primitive tanpa
kelas (classless primitive society) dimana pada masa ini ekonomi secara
materiil dalam masyarakat masih di nilai dari sektor agraris, dan tanahlah
sebagai alat produksi di masa itu. Dalam masyarakat demikian ini,
penindasan akan terjadi antara pemilik alat produksi yaitu pemilik tanah
dengan penggarap tanah. Oleh karena pengaruh “hantu-hantu” kapitalisme,
maka tanah sebagai alat produksi telah memiliki nilai ekonomi yang
berarti, kemudian muncullah motif pemilikan akan tanah. Dampak lanjut
dari proses ini ada terjadinya masyarakat perbudakan (slavery society).
55
Pada masa ini, penindasan terjadi antara majikan dan budak. Tahap ini
dapat juga disebut sebagai masyarakat feudal (feudalistic society).
Proses ini terus berkembang memasuki tahap borjuis. Pada tahapan
ini terjadi perombakan kehidupan komunal di bawah pengaruh panji-panji
individualistis yang menyebabkan pergeseran hubungan manusiawi,
menjadi hubungan pemilikan. Tahap ini dikenal dengan tahap kapitalis
(capitalistic society), dimana proletar memiliki hubungan dengan borjuis
hanya sebatas hubungan impersonal. Proletariat layaknya sebagai seorang
penjual tenaga kerja yang kegiatan produktifnya di pergunakan untuk
menghasilkan produksi-produksi yang akan dijual dalam sistem pasar oleh
kaum borjuis. Dalam kapitalisme terjadi swastanisasi, masyarakat diganti
dengan pasar bebas, penguasa ekonomi adalah pemilik uang. Jadi prinsip
dasarnya kapitalisme adalah investasi sebesar mungkin dengan mengikuti
arus (flow of capitalism) yang dimulai dari penumpukan modal, lalu
investasi komoditas yang diorientasikan pada keuntungan (profit). Kaum
kapitalis melakukan investasi bukan karena nilai sosial (social value),
melainkan karena ingin mengambil keuntungan dari investasi ditanamkan.
Tahap ini kemudian disusul oleh tahap komunis (communist
society), yang menurut gagasan ideal Marx merupakan satu tahap dimana
pemilikan pribadi akan lenyap dan masing-masing individu akan dapat
berinteraksi dalam hubungan-hubungan komunal, tidak melulu ekonomi
terutama aspek-aspek pembagian kerja yang menekankan bahkan
merendahkan martabat manusia akan diganti dengan suatu sistem yang
56
memungkinkan individu mengembangkan kemampuan-kemampuan
manusiawinya. Visi Marx mengenai masyarakat komunis merupakan visi
tentang kemakmuran material karena ia percaya bahwa produksi ilmiah
modern dengan baik dapat menyediakan lebih dari sekadar sarana-sarana
kelangsungan hidup yang memadai.
Kondisi masyarakat yang demikian itu mengandung penekanan
pada kesamaan dalam arti sempit . Dengan demikian, pada tahap komunis,
hak milik pribadi dihilangkan sebagai upaya menghilangkan penindasan,
karena hak miliklah yang selama ini digunakan sebagai alat penindasan.
Akhir materialisme sejarah menurut Marx akan berujung pada masyarakat
modern tanpa kelas (classless modern society). Ide Marx ini hingga kini
belum tercapai. Kenyataannya, “hantu-hantu” kapitalisme masih berdiri
kokoh dalam kehidupan masyarakat modern dewasa ini, pandangan yang
demikian disebut utopisme Marx.
Pemikiran Marx tentang materialisme sejarah mencerminkan
pendekatan versi positivisme. Positivismenya bersifat historis, dalam arti
bahwa generalisasi-generalisasi ilmiah yang hendak ia tetapkan adalah
mengenai arus sejarah manusia. Ia menyakini sejarah sebagai proses
evolusi dimana masyarakat melampaui berbagai tahap, masing-masing
tahap menghancurkan kemudian membangun di atas tahap sebelumnya.
Ciri pendekatan Marx terhadap studi sosial adalah klaimnya bawa hakikat
setiap manusia dan pola perkembangannya adalah sebuah fungsi dari cara
tuntutan materiil kehidupan manusia yang meliputi pangan, sandang,
57
papan, dan seterusnya (Campbell, 1994). Dalam hal ini, teori historis
Marx tentang masyarakat, kental bermakna positivistic. Marx bermaksud
menghasilkan penafsiran “kausal ketat” mengenai perubahan sosial.
Menurutnya, sejarah merupakan sebuah proses yang determinis bahkan
tidak dapat terelakkan.
Karl Marx beserta teman dekatnya, yakni Friedrich Engles (1820-
1895) menuliskan sebuah buku “Das Kapital”, yang isinya kurang lebih
tentang bagaimana ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan. Yang
kemudian disusul buku The Communist Manifesto (1848) yang berisikan
daftar singkat karakter alamiah komunis. Dimana suprastruktur yang
berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang dipengaruhi oleh historis
(seni, literatur, musik, filsafat, hukum, agama, dan bentuk budaya lai yang
diterima oleh masyarakat). Prinsip-prinsip komunis modern dalam
bukunya tersebut antara lain :
1. Pengahapusan kekayaan tanah dan menerapkan sewa tanah bagi tujuan-
tujuan publik.
2. Pengenaan pajak pendapat (tax income) yang bertingkat.
3. Pengapusan seluruh hak-hak warisan.
4. Penarikan kekayaan seluruh emigran dan para penjahat atau
pemberontak.
58
5. sentralisasi kredit pada negara melalui bank nasional dengan modal
negara dan monopoli yang bersifat eksklusif.
6. sentralisasi alat-alat komunikasi, dan transportasi di tangan negara.
7. perluasan pabrik dan alat-alat produksi yang dimilki oleh negara,
menggarap tanah yang tanah, dan meningkatkan guna tanah yang sesuai
dengan perencanaan umum.
Karl Marx percaya dalam kapitalisme, terjadi keterasinagan
(alienasi) manusia dari dirinya sendiri. Kekayaan pribadi dan pasar
menurutnya tidak memberikan nilai dan arti pada semua yang mereka
rasakan sehingga mengasingkan manusia, manusia dari diri mereka
sendiri. Hasil keberadaan pasar, khususnya pasar tenaga kerja menjauhkan
kemampuan manusia untuk memperoleh kebahagiaan sejati, karena dia
menjauhkan cinta dan persahabatan. Dia berpendepat bahwa dalam
ekonomi klasik, menerima pasar tanpa memperhatikan kekayaan pribadi,
dan pengaruh kebradaan pasar pada manusia. Sehingga sangat penting
untuk mengetahui hubungan antra kekayaan pribadi, ketamakan,
pemisahan buruh, modal dan kekayaan tanah, antara pertukaran dengan
kompetisi, nilai dan devaluasi manusia, monopoli dan kompetisi dan lain-
lain. Fokus kritiknya terhadap ekonomi klasik adalah, tidak
memperimbangkan kekuatan produksi akan meruntuhkan hubungan
produksi.
59
3. Teori dan Sumbangan
Mark adalah perletak dasar ajaran sosialisme (sosialisme Marx)
yang mempunyai banyak pengikut di seluruh dunia. Ajaran Marx dapat
diringkaskan seperti di bawah ini :
Sejarah konsepsi materialistik. Keseluruhan peraturan sosial
selalu di tentukan oleh keadaan ekonomi. Semua ideologi dan institusi
manusia adalah hasil tindak-balas dari ekonomi. Marx menulis begini :
“… keseluruhan hubungan produksi ini mewujudkan struktur ekonomi
masyarakat itu, asas yang sebenarnya, yang darinya lahir supra struktur
perundangan dan politik dimana terdapat bentuk-bentuk tetap
kesadaran sosial.” Kehidupan kebudayaan adalah gambaran peraturan
ekonomi.
Perjuangan klas yang universal. Dalam Communist Manivesto
ditulisnya, “Sejarah semua masyarakat yang ada sekarang ini adalah
sejarah perjuangan klas. Orang kebanyakan dan hamba, tuan hamba
dan hamba, dalam sepatah kata, yang menekan dan kena tekan, selalu
bertentangan satu sama lain, terus menerus berlakunya peperangan
kadangkala terbuka dan bisa juga tertutup…” Keseluruhan struktur
klasnya di permudah dengan membagikan masyarakat atas dua klas,
kapitalis dan proletar.
Doktrin nilai lebihan. Tujuan utama kapitalisme adalah
mendapatkan keuntungan melalui buruh. Buruh adalah sumber segala
60
nilai ekonomi, tetapi buruh dengan tugas dan daya ciptanya hanya
dapat memenuhi keperluan hidup sendiri. Kaum kapitalis mendapat
nilai lebihan dan terus mencoba memaksimalkan nilai lebih tersebut.
Jadi, buruh senantiasa diperah sebagian daripada hasilnya dan kaum
kapitalis terus menjadi kaya.
Revolusi dan keadaan dictator kaum proletar. Marx
menganggap masyarakat sebagai mencakup orang yang berada dan
yang tidak berada, pihak menindas dan kena tindas. Dia meramalkan
bahwa tidak berapa lama lagi kaum proletar maka wujud pula satu
masyarakat tanpa klas. Masyarakat tanpa klas ini ialah masyarakat
dimana tidak lagi terdapat perjuangan klas, karena tidak ada lagi
pembagian antara yang miskin dan kaya seperti sekarang. Ia akan
menjadi sebuah negara yang bebas, dan negara yang waktu dulu yang
memerlukan perjuangan klas, akan berangsur-angsur hapus.
Pada masa kapitalisme hubunganantara kekuatan dan relasi
prodksi akan berlangsung, namunkarena terjadi peningkatan output dan
kegiatanekonomi, sebagaimana feudalisme juga mengandung benih
kehancurannya, maka kapitalismepun akan hancur dan digantikan
dengan masyarakat sosialise.
Masa sosialisme dimana relasi produksi mengikuti kapitalisme
masih mengandung sisa-sisa kapitalisme. Pada masa komunisme,
61
manusia tidak didorong untuk bekerja dengan intensif uang atau
materi.
Menurut Karl Marx dalam komoditas dan kelas dapat dibagi
menjadi dua kelas, yaitu:
1. kaum kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.
2. Kaum buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi,
ruang kerja, maupun bahan-bahan produksi.
Teori historis dari Karl Marx mencoba menerapkan nya ke
dalam masyarakat, dengan meneliti antara kekuatan dan relasi
produksi. Dimana nantinya akan terjadi sebuah kontradiksi, yang
berakibat perubahan kekuatan produksi dari penggilingan tangan pada
sistem feodal menjadi penggilingan uap pada sistem kapitalisme.
Menurutnya satu-satunya biaya sosial untuk memproduksi barang
adalah buruh.
Analisa Karl Marx tentang Kapitalisme :
Karl Marx adalah salah satu penentang ekonomi kapitalis
memunculkan akibat social yang tidak diinginkan dan sebagai
pertentangan pada kapitalisme menjadi lebih nyata dari waktu ke
waktu. Kritik karl marx ini tertuang pada hukum Karl Marx
tentang kapitalisme, yang berisi tentang :
62
1. Surplus pengangguran
Pada konsep tentang surplus pengangguran ini, Karl Marx
berpendapat bahwa selalu terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja
yang erdampak pada penekanan tingkat upah sehingga menjadi
surplus value dan keuntungan tetap bernilai positif. Karl Marx
melihat ada 2 faktor penyebab terjadinya surplus tenaga kerja ini.
Pertama, yaitu Direct Recruitment yang terjadi akibat penggantian
tenaga kerja manusia oleh mesin-mesin produksi. Kedua, Indirect
Recruitment yang terjadi akibat adanya anggota baru tenaga kerja
yang memasuki pasar tenaga kerja.
2. Penurunan tingkat keuntungan
Dalam model Karl Marx dirumuskan bahwa tingkat
keuntungan (P) mempunyai hubungan positif dengan tingkat
surplus Value (S’) dan mempunyai hubungan negative dengan
organic komposition of capita (Q).
Dengan asumsi bahwa surpus value dipertahankan untuk
tidak berubah. Setiap kenaikan dalam organic composition of
capital akan menghasilkan penurunan pada tingkat keuntungan,
melalui mekanisme sebagai berikut.
Menurut Karl Marx ada pengaruh yang kuat para kapitalis
untuk menghimpun modal. Penghimpunan modal ini berarti bahwa
aka nada lebih banya fariabel modal yang digunakan untuk
63
menambah tenaga kerja, sehingga akan menaikkan upah dan akan
mengurangi tingkat pengangguran. Tingkat surplus value akan
mengalami penurunan sebagai akibat dari naiknya upah, begitu
juga tingkat laba juga akan turun. Para kapitalis akan bereaksi
dengan mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin dengan
menambah organic composition of capital. Jika tingkat surplus
value dipertahankan untuk tidak berubah maka kenaikan pada
organic composition of capital akan mendorong tingkat
keuntungan pada level yang lebih rendah.
3. Krisis Bisnis
Pada konteks krisis bisnis (depresi), Karl Marx berpendapat
bahwa adanya perubahan orientasi atau tujuan dari proses produksi
dari tujuan nilai guna pada zaman ekonomi barter berubah menjadi
tujuan nilai tukar dan keuntungan saat dibawah kapitalisme,
menyebabkan terjadinya fluktuasi ekonomi. Pada ekonomi barter,
produse hanya menghasilkan barang untuk dikonsumsi sendiri atau
ditukar dengan komoditi yang lain, sehingga pada saat ekonomi
barter ini tidak pernah terjadi over produksi. Sedangkan ketika
tujuan produksi berubah menjadi nilai tukar dan keuntungan maka
terjadinya over produksi pada suatu perekonomian akan mungkin
terjadi. Over produksi itu sendiri akan berdampak pada
menurunnya tingkat keuntungan. Perubahan tingkat keuntungan
tersebut akan berdampak pada pengeluaran untuk infestasi.
64
Volatility dari pengeluaran infestasi inilah yang menurut pendapat
Karl Mark merupakan penyebab umum dari fluktuasi pada
keseluruhan aktifitas ekonomi. menghasilkan siklus bisnis, hal ini
Karl Marx bercermin pada pertumbuhan dramatic pada industry
tekstil di Inggris dengan mekanisme sebagai berikut. Adanya
ledakan pada teknologi akan menyebabkan peningkatan akumulasi
dari modal dan permintaan pada tenaga kerja. Jumlah
pengangguran akan berkurang, tingkat upah akan naik, surplus
value akan berkurang, dan tingkat surplus value akan berkurangdan
akhirnya akan mengurangi tingkat keuntungan. Penurunan tingkat
keuntungan akan menyebabkan penurunan akumulasi modal dan
akan menyebabkan depresi. Namun menurut Karl Marx depresi ini
mempunyai elemen yang akhirnya, cepat atau lambat akan
menyebabkan ekspansi yang baru pada kegiatan ekonomi.
Teori klasikmelihat bahwaadanya pasar di harapkan dapat
memecahkan masalah alokasi sumber daya yang ada, hal ini akan
menciptakan suatu kondisi keseimbangan dalam jangka panjang.
4. Jatuhnya nilai profit dan krisis bisnis
Dalam model Karl Marxian sebuah ekonomi klasik dengan
jelas bergantung pada kapitalis itu sendiri yang berupaya untuk
mengubah jumlah atau nilai profit dan mengubah ekspetasi profit
dalam kaitannya dengan krisis bisnis. Karl Marx memakai
65
hukumnya itu untuk menjelaskan fluktusi dalam jangka pendek
dalam aktifitas ekonomi. Untuk memperoleh profit yang besar,
aliran kapitalis menambah komposisi modal an ternyata hal itu
justru menurunkan profit.
Kaum kapitalis secara periodic akan berusaha
menanggulangi jatuhnya nilai profit dengan mengurangi infestasi
secara berlebih yang dapat menyebabkan aktifitas ekonomi
mengalami fluktuasi yang nantinya bias menyebabkan krisis.
Karl Marx mengatakan bahwa fakor yang menyebabkan
fluktuasi dalam aktifitas bisnis, yaitu: jatuhnya nilai profit, factor
teknologi baru yang tidak sama, dan tidak proporsionalnya
pengembangan dalam suatu sector ekonomi yang nantinya dapat
menyebabkan penurunan dalam level kegiatan ekonomi.
Fluktuasi menurutnya terjadi dalam suatu system karena
pada dasarnya kebanyakan dari aktifitas kapitalis cenderung ingin
mencari jumlah profit sebanyak mungkin.
Adapun teori Karl Marx tentang krisis bisnis mungkin
banyak terdapat kekurangan secara internal, tidak diragukan lagi
bahwa pandangannya tentang kapitalis secara mendasar belum
stabil. Meskipun begitu, visi dari karl marx tentang teori kapitalis
ini secara lebih lanjut tidak mendapat smabutan oleh teori orthodox
sapai tahun 1930.
66
5. Konsentrasi modal
Karl Marx memberi asumsi mengenai adanya pasar
persaingan sempurna dengan jumlah yang besar untuk perusahan-
perusahan kecil dalam tiap –tiap industry, namun karena ketatnya
persaingan maka akan mengarah pada jatuhnya industry-industri
kecil sehingga akan mengurangi persaingan.
Untuk mengurangi adanya persaingan salah satunya dengan
peusatan modal. Pemusatan modal ini terjadi melalui sebuah
redistribusi pada modal. Karl Marx menujukan bahwa perusahaan
yang besar lebih bias mencapai skala ekonomi yang lebih baik
ketimbang perusahaan yang kecil, hal ini disebabkan karena
perusahaan yang besar itu dapat memproduksi dengan biaya yang
rendah. Persaingan diantara perusahaan yang besar dan yang kecil
menghasilkan pertumbuhan monopoli. Penambahan modal secara
lebih jauh dengan mengembangkan sistem kredit dan kerja sama
dalam bentuk organisasi bisnis.
6. Bertambahnya kesengsaraan kaum proletar
Kontradiksi kapitalisme menurut marx menyebabkan
bertambahnya tingkat kesengsaraan pada kaum proletar.
Bertambahnya kesengsaraan secara absolut menunjukkan
pendapatan dari masyarakat secara global menurun dalam sistem
67
kapitalis dan juga menunjukan bahwa bagian pendapatan nasional
mereka menjadi turun di kemudian hari.
Hingga pada akhirnya marx berasumsika secara konsisten
bahwa hal yang harus dilakukan untuk menghilangkan
kesengsaraan, yakni dengan lebih memperhatikan pada kualitas
hidup mereka.
4. Kapitalisme dan Alienasi
Inti seluruh teori Marx adalah proposisi bahwa kelangsungan
hidup manusia serta pemenuhan kebutuhannya bergantung pada
kegitan produktif dimana secara aktif seseorang terlibat dalam
mengubah lingkungan alam. Namun, kegiatan produktif itu
mempunyai akibat yang paradoks dan ironi, karena begitu individu
mencurahkan tenaga kreatifnya, maka produk-produk dari kegiatan ini
memiliki sifat sebagai benda objektif yang terlepas dari manusia yang
membuatnya. Oleh karena kegiatan produktif meliputi penggunaan
tenaga manusia dan kemampuan kreatifnya, maka produk-produk yang
di ciptakan itu sebenernya mewujudkan sebagian dari hakikat manusia.
Jadi manusia mengkonfrontasikan hakikatnya sendiri yaitu hasil
keringat dan kemampuan kreatifnya. Dalam bentuk yang sudah
terasing atau diasingkan, atau sebagai benda dalam dunia luar yang
berada diluar jangkauan control mereka, manusia justru harus
menyesuaikan diri dengannya. Dengan kata lain, individu harus
68
menyesuaikan diri dengan dunia benda-benda yang membatasi
kebebasannya sebagai manusia.
Marx menulis tentang konsekuensi-konsekuensi yang
mengasingkan itu dari sistem produksi yang sudah di mekanisasi
dalam pabrik. Mesin-mesin dibuat oleh manusia dan dengan demikian
mencerminkan kegiatan kreatif manusia, lebih dari kerja keras fisik.
Tetapi akibat aktual perkembangan teknologi mesin di awal revolusi
industri adalah memperbudak para pekerja, membatasi kesempatan
mereka untuk melakukan kegiatan kreatif. Pekerja tunduk pada disiplin
mesin, produksi, menurut Marx merendahkan martabat para pekerja,
yang menuntut mereka melayani mesin daripada mesin melayani
mereka. Keterasingan dalam pekerjaan merupakan dasar segala
keterasingan manusia, menurut Marx, pekerjaan merupakan aktivitas
yang paling fundamental. Dengan demikian, dengan bekerja berarti
manusia telah merealisasikan dan mengobjektifkan dirinya. Oleh
karena bekerja merupakan sarana perealisasian diri, maka semestinya
pekerjaan itu menyenangkan, menggembirakan, dan memberikan
kepuasan, bukan justru menyengsarakan.
Dalam kenyataannya, terkadang yang terjadi adalah sebaliknya.
Misalnya buruh pabrik dalam sistem kapitalis, pekerjaan tidak
merealisasikan hakikat diri mereka, melainkan justru mengalienasikan
diri mereka. Tentu saja kenyataan demikian ini menimbulkan tanda
tanya besar, mengapa demikian? Jauh sebelumnya Marx telah
69
menjawab masalah ini dalam analisisnya tentang keterasingan manusia
dalam pekerjaan. Menurutnya, dalam sistem kapitalis, manusia tidak
bekerja secara bebas, melainkan hanya sekadar terpaksa karena alasan
klasik, sekadar untuk dapat menyambung hidup. Dengan demikian,
pekerjaan pada prinsipnya tidak mengembangkan dan mendatangkan
kepuasan sebagaimana hakikat dari pekerjaan itu, melainkan lagi-lagi
justru mengasingkan manusia, baik terhadap dirinya maupun orang
lain.
Dalam teori alienasinya, Marx menjelaskan dampak alienasi
terhadap pekerja dalam sistem kapitalis. Menurutnya, orang yang
bekerja dalam sistem kapitalis pada dasarnya mereka tidak memiliki
suatu apa pun, baik mesin maupun bahan baku yang digunakan dalam
pekerjaan mereka, semuanya dimiliki oleh kapitalis. Para pekerja
menggadaikan tenaga dan keringat mereka untuk mendapatkan uang.
Dalam sistem kapitalis yang demikian ini menampilkan empat
hubungan yang meletakkan inti teori alienasi Marx. Pertama, pekerja
teralienasi dari aktivitas produksinya dan tidak memainkan peran
sedikit pun dalam menentukan apa yang harus dilakukan atau
bagaimana seharusnya melakukan pekerjaan itu. Kedua, pekerja
teralienasi dari produk hasil aktivitas mereka karena tidak memiliki
control terhadap apa yang dihasilkan dan akan jadi apa produksi
tersebut. Ketiga, pekerja teralienasi dari manusia yang lain karena
dengan kompetisi dan penyeragaman telah menjauhkan mereka dari
70
kerja sama. Keempat, pekerja teralienasi dari aneka ragam potensi diri
yang tersimpan dalam diri mereka sebagai manusia kreatif. Hubungan
yang demikian ini dapat mengakibatkan menurunnya karakteristik
individu, kelemahan secara fisik, kehilangan arah, kebingungan
mental, dan terisolasi sebagai makhluk sosial.
Begitu kompleks pertautan antara kapitalisme, pekerjaan, dan
keterasingan manusia. Dalam sistem kapitalis, manusia bekerja
didasarkan oleh upah, gaji, konkretnya dalah semata-mata uang, dan
uang, bukan demi pengembangan diri. Cara pandang demikian itu telah
“meradang” dalam sanubari manusia kapitalis, mereka beranggapan
bahwa untuk dapat bertahan hidup, maka segalanya membutuhkan
uang, dan untuk mendapatkan itu semua, manusia harus bekerja sesuai
keinginan majikan, boss, atasan, pimpinan. Karena itu, bukan hanya
pekerjaan, hasil produksinya juga tidak memiliki keterkaitan dengan
hakikat dirinya sebagai manusia. Karena alas an untuk hidup, manusia
memperalat bahkan terkesan “menghambakan” diri pada uang.
Di tengah kegemerlapan dunia kapitalis, sistem hak milik pribadi
telah memisahkan antara hakikat pemilik dan pekerja, antara pemilik
alat kerja dan yang menguasai tenaga kerja. Hal itu pasti terjadi karena
keterasingan dalam pekerjaan merupakan akibat langsung dari sistem
hak milik pribadi. Dalam sistem yang demikian ini, manusia yang
membutuhkan pekerjaan harus mengontrakkan diri mereka kepada
majikan, tuan, boss, atau apa pun namanya. Karena itu, Marx
71
mengatakan bahwa sumber keterasingan itu terletak pada sistem hak
milik pribadi, bukan karena kondisi politik, bukan karena agama,
bukan pula karena egoisme manusia, melainkan penataan produksi
menurut sistem hak milik pribadi (Suseno,2001).
Dari pemaparan di atas, sistematisasi kajian Marx berkenaan
dengan kapitalisme, materialisme sejarah, dan alienasi dapat kita
temukan dalam penahapan umat manusia ke dalam tiga tahap. Tahap
pertama adalah masyarakat purba, yakni masyarakat dimana belum
terjadinya pembagian kerja. Tahap kedua adalah tahap pembagian
kerja sekaligus tahap dimana terjadinya hak milik pribadi. Dengan
demikian, pada tahap ini telah terjadi keterasingan. Tahap ketiga yaitu
tahap kebebasan jika hak milik pribadi telah di hapuskan. Analisis
demikian menunjukkan bahwa sistem hak milik pribadi dalam
pandangan Marx bukan suatu prahara ataupun kecelakaan, tetapi
keniscayaan dalam perjalanan umat manusia. Lalu pertanyaan kritis
selanjutnya adalah bagaimana hak milik pribadi itu dapat terhapuskan?
Marx menawarkan konsep tentang komunisme sebagai sumber
keterasingan diri manusia. Lantas kapan pengakuan milik bersama itu
terjadi? Tampaknya pertanyaan ini belum juga terjawab oleh Marx.
Kealpaan jawaban atas pertanyaan itu, oleh sebagian besar teoritikus
dinilai menjadikan teori Marx tersebut sebagai teori yang utopia
belaka.
72
5. Kapitalisme, Kelas, dan Konflik Kelas
Kendati Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya,
namun yang paling tersohor adalah analisisnya terhadap sejarah, terutama
mengenai pertentangan kelas. Teori kelas Marx merupakan teori sosiologi
yang hingga kini masih tetap menjadi rujukan klasik dalam berbagai karya
ilmiah tentang konflik. Kelas yang di maksudkan oleh marx adalah suatu
kelompok orang-orang yang memiliki fungsi dan tujuan yang sama dalam
suatu organisasi produksi. Pada dasarnya teori konflik dari Marx
merupakan pokok-pokok dari interpretasi sejarah ekonomi. Menurutnya,
sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya merupakan
sejarah tentang pertentangan kelas atau antargolongan mulai dari
masyarakat sederhana hingga pada masyarakat kompleks. Faktor utama
yang menimbulkan konflik dalam analisis Marx adalah terletak pada
faktor produksi. Dengan adanya perbedaan atau ketimpanganyang semakin
tajamdalam proses produksi menjadi dasar terjadinya konflik atau
pertentangan kelas dalam masyarakat.
73
5. Pitirim A. Sorokin
Menulis pada tahun 1951, Sorokin didefinisikan Amitology sebagai ilmu
terapan atau seni mengembangkan persahabatan, saling membantu, dan
cinta dalam individu dan antar hubungan. Tujuannya adalah untuk
membendung gelombang Machiavellianism dengan menyediakan cetak biru
("buku panduan") untuk layanan bersama, kerjasama, dan persahabatan.
Amitology difokuskan pada penentuan karakteristik kepribadian altruistik,
teknik untuk mengembangkan dan menggunakan cinta sebagai sebuah
kekuatan dalam interaksi sosial, pengaruh "orang lain yang signifikan" pada
hubungan prososial, dan karakteristik lingkungan yang mempromosikan
tindakan altruistik. The Harvard Research Center di Altruisme Kreatif
berkomitmen untuk menemukan sifat-sifat ini, teknik, dan kondisi.
Pitirim Alexandrovich Sorokin lahir di Rusia pada 21 Januari 1889. Ia
adalah seorang akademis dan aktivitas politik di Rusia. Ia bernigrasi dari
Rusia ke Amerika pada tahun 1923. ia mendirikan departemen Sosiologi di
Universitas Harvad. Ia terkenal untuk sumbangannya kepada teori siklus
sosial. Di Amerika ia menetap secara tetap pada tahun 1930 Sorokin adalah
Profesor sosiologi di University of Minnesota (1924-1930) dan Universitas
Harvad pada tahun 1930-1955. Tulisan Sorokin mencakup luasnya luasnya
sosiologi. Kontroversial teori proses sosial dan tipologi historis budaya yang
di uraikan dalam dinamika sosial dan budayadan banyak karya lainnya.
Sorokin juga tertarik pada stratifikasi sosial yang sejarah teori sosiologis, dan
74
perilaku altueristik. Sorokin adalah penulis buku seperti Krisis usia kita dan
power dan moralias.
1. Bidang utama Filsafat Sorokin tentang Sejarah
Ide Sorokin tentang perubahan sejarah tidak dapat dipahami kecuali
Prinsip Batas disimpan selalu di garis depan pikiran. Filosofi Sorokin tentang
sejarah dimulai dengan proses sosial yang paling sederhana dan secara
bertahap bekerja ke luar ke ritme sosial budaya yang paling rumit.
Prinsip Batas pertama kali disajikan dalam bentuk yang paling
sistematis dalam Journal of Forces Sosial, Chapel Hill, North Carolina, pada
bulan September, 1927, dalam sebuah artikel berjudul, "Sebuah Survei
Konsepsi Siklus Proses Sosial dan Sejarah". Pada tahun 1927 penelitian ini
Sorokin membuat titik bahwa "tidak ada proses sosial yang pernah berlanjut
tanpa henti dalam satu arah". Survei besar memeluk dalam artikel ini
menunjukkan bahwa setiap gerakan tunggal dari proses sosial memiliki batas
yang kaku. Misalnya fenomena seperti kematian-rate atau tingkat perceraian-
tidak bisa terus meningkat atau menurun. Dalam artikel ini Sorokin bahkan
menyiratkan bahwa batas pergerakan dalam satu arah berlaku juga untuk
paling dikenal fisik, kimia dan fenomena lainnya, sebagian karena perubahan
substansi dan perubahan makna. Ketika uranium perubahan sangat, untuk
menggambarkan makna Sorokin, itu menjadi tidak lagi uranium, tapi
memimpin.
75
2. Keterkaitan Sistem Sosial dan Budaya
Meskipun setiap kelompok sosial berisi serangkaian sistem budaya
makna-nilai-norma dan setiap sistem budaya hidup memiliki kelompok
berinteraksi individu sebagai penciptanya, operator, atau agen,
bagaimanapun, peta sistem budaya umat manusia atau dalam populasi
tertentu tidak bertepatan dengan peta sistem sosial, menurut Sorokin. Batas-
batas dari kedua jenis sistem yang tidak identik atau koterminal dalam arti
yang sama di mana pola-pola bit yang sama dari kaca berwarna dalam kaleido
sama ¬ lingkup tidak identik dengan putaran yang berbeda dari kaleidoskop
atau dua sisi tangan kami sangat berbeda dari satu sama lain dalam karakter
dan penampilan mereka. Alasan untuk ini non-coterminability dan non-
coincidentality dari peta batas-batas dari sistem budaya dan sosial beberapa.
Pertama, karena banyak sistem budaya, terutama sistem budaya yang luas
seperti matematika, biologi, kedokteran, atau ilmu pengetahuan pada
umumnya, masukkan budaya total hampir semua sistem sosial, keluarga,
badan usaha, kelompok agama, negara, partai politik , serikat pekerja, semua
kelompok terorganisir harus dan melakukan aritmatika atau penggunaan obat
atau dasar-dasar ilmu biologi. Hal yang sama juga berlaku pada sistem
bahasa. Ada ribuan kelompok sosial beragam yang berbahasa Inggris. Hal ini
juga berlaku sistem budaya agama. Banyak sistem sosial memiliki sebagai
sistem keagamaan mereka baik Buddha atau Katolik Roma atau Protestan
atau Konfusianisme. Dan seterusnya. Dalam semua kasus, sistem budaya
76
yang luas seperti tubuh besar air di sekitarnya banyak beragam pulau
(kelompok sosial).
Sistem sosial dan budaya juga berbeda satu sama lain dalam bahwa
budaya total kelompok terorganisasi, bahkan dari satu orang, terdiri bukan
dari satu sistem sentral tetapi dari banyak sistem budaya perifer yang luas dan
kecil yang sebagian selaras, sebagian dari harmoni, satu sama lain dan di
samping banyak timbunan dari berbagai macam. Bahkan budaya total hampir
setiap individu tidak sepenuhnya terintegrasi ke dalam satu sistem budaya
tetapi merupakan banyak sistem budaya co-ada dan timbunan. Sistem-sistem
dan timbunan yang sebagian konsisten dengan, sebagian netral terhadap, dan
sebagian bertentangan, satu sama lain.
Sebuah penyelidikan rinci dari masalah mengenai apakah Creto-Mycenaean-
Yunani-Romawi dan budaya jumlah Barat telah diintegrasikan ke dalam
sensasi, Integral, dan ideasional supersystems dan bagaimana integrasi ini
telah terwujud dalam lukisan, patung, arsitektur, musik, sastra, ilmu
pengetahuan dan filsafat, etika dan hukum, bentuk organisasi sosial, politik,
dan ekonomi, dalam gerakan perang dan revolusi, serta bagaimana dan dalam
apa abad dari abad kedua belas SM sampai abad kedua puluh sensasi,
Integral, dan supersystems Ideational didominasi-ini adalah masalah utama
belajar di Dynamics. "
77
3. Otonomi dalam Sistem Sosial
Setiap logis, atau bahkan hanya fungsional, sistem yang terintegrasi
memiliki tingkat tertentu otonomi dan melekat self-regulation. Jadi lebih
terintegrasi itu, semakin otonomi itu. Hal ini meningkatkan ukuran pilihan itu
dalam memilih atau memodifikasi pertemuan dengan agen eksternal dan
objek. Sebuah budaya yang sangat terintegrasi memiliki otonomi yang lebih
besar dari kondisi eksternal (pengaruh luar atau agen kausal) daripada yang
kurang terintegrasi.
4. Tulisan-tulisan tentang Perubahan Sosial
Suatu sifat luar biasa atau karakteristik penting dalam pekerjaan
Sorokin adalah konsentrasi pada perubahan sosial setelah kedatangannya di
Amerika. Ia mendedikasikan sebagian besar waktunya untuk perubahan sosial
atau "dinamika" saat ia menyebutnya. Dia berusaha untuk mencari tahu apa
perubahan sosial berarti, mengapa hal tersebut terjadi, apa yang terjadi pada
orang dan masyarakat, dan apa yang menjadi tujuan akhir dari orang-orang
dan masyarakat dalam bentuk-bentuk baru.
Buku pertamanya dalam "kehidupan kedua" nya-setelah
pengampunan hukuman mati (setidaknya untuk sementara) dan pembuangan
permanen yang ia mampu mengamankan oleh tipu muslihat adalah Sosiologi
Revolusi. Kedua adalah Mobilitas Sosial, atau gerakan dan perubahan orang,
kelas, ide, nilai, dan hal sosial lainnya. Teori Sosiologi Kontemporer pada
dasarnya pot-boiler dan tambahan untuk maksud dan tujuan sendiri untuk
78
membuat keberhasilan dalam hidup barunya. Sosiologi pedesaan dengan
Zimmerman benar-benar sosiologi pedesaan-perkotaan, studi tentang
mobilitas vertikal dan horizontal campuran antara kota dan desa dan makna
dalam hal perubahan. Sejak saat itu masalah utama dipelajari hanya dinamika
sosial dan budaya yang bersangkutan dan ide-ide yang muncul dari menulis
empat jilid.
Dalam hal ini Sorokin punya satu "kehidupan menulis" sebelum
pembuangan dan satu lagi setelah. Kejahatannya pertama yang bersangkutan,
hukum, kondisi petani (sosiologi tradisional) ditambah tugas-tugas
profesional seperti Elemen Sosiologi (1919, Rusia) dan Sosiologi sistematis,
(2 jilid., 1920-21, Rusia). Kedua di Amerika Serikat terutama tentang
perubahan dan dinamika sosial, ditambah tugas beberapa profesional.
Dalam proses kehidupan setiap filsuf besar telah kehilangan status
sosial yang lebih berharga bagi mereka daripada kepemilikan lain kecuali
kehidupan itu sendiri. Seperti Sorokin menulisnya dalam huruf miring setelah
meninggalkan Rusia
Kehidupan, bahkan kehidupan yang paling sulit, adalah yang paling
indah, indah, dan ajaib harta di dunia. Dante dibuang untuk hidup dan
kemudian dihukum untuk dibakar di tiang jika ia kembali ke Florence.
Sebelum itu ia telah menjadi penulis prosa pada reformasi politik dan
pemerintahan. (Kami bahkan tidak tahu di mana dia tinggal saat dibuang.)
Menulis Nya beredar setelah pembuangan (dalam bahasa baru untuk menulis-
79
Italia) adalah Divine Comedy. (Mengapa disebut baik "ilahi" atau "komedi"
benar-benar tidak jelas karena itu, par excellence, polemik politik yang
bersifat perubahan sosial yang mendalam.)
Hal ini sangat mungkin bahwa analisis perubahan sosial, pentingnya
dan kelengkapan, yang dibuat oleh Sorokin mungkin kontribusi permanen
terhadap ilmu sosiologi dan pengetahuan kita. Ini akan memakan waktu untuk
memberitahu jawabannya. Tetapi bahkan jika Sorokin dilupakan kontribusi
terhadap perkembangan sosiologi obyektif sebagai kontras dengan sosiologi
subjektif dari banyak (yaitu oleh Max Weber) lama akan menjadi landmark
dalam pengembangan ilmu sosial yang berguna.
5. Sorokin sebagai Perubahan Sosial Penulis
Jika kita mengambil Sorokin sebagai anggota spesies filsuf Sejarah,
atau Perubahan Sosial penulis, pengamatan berikut mungkin menarik dalam
memahami dirinya, atau jika di tidak mengerti, menempatkan dia dalam
sebuah lingkungan nyata.
1. Dia adalah pria yang berasal di luar budaya tentang yang ia
menulis, dan datang ke mereka dengan beberapa dispassion dari
dosen tamu dari jauh. Dalam teknis dan rasa psikologis Sorokin
bukanlah massal atau ortodoks Rusia oleh budaya. Gerakan
konstan pernah menjadi budaya baru, dari pinggiran Arktik ke
Harvard University di Amerika Serikat Dalam hal ini ia selalu
memiliki objektivitas orang luar, hanya diperbesar.
80
2. Karakteristik kedua adalah keterlibatan awal Sorokin dalam agitasi
politik dengan resultan memperluas pengalaman dan kontak fisik dengan
kekuatan berwujud dan tidak berwujud baik dan jahat yang bersifat
Machiavellian dalam proses manajemen biasa masyarakat. Mungkin
menunjukkan bahwa sebagian besar penulis perubahan sosial, dan para
filsuf sejarah, memiliki cukup "pengalaman" alam ini.
3. Karakteristik ketiga yang dimiliki oleh sebagian besar filsuf
perubahan sosial telah bahwa pendidikan lazim timbul sebagian besar
keluar dari situasi di mana mereka menemukan diri mereka. Mereka tidak
biasanya menerima pendidikan formal dalam mata pelajaran standar di
mana mereka kemudian membuat nama mereka.
4. Akhirnya Karakteristik keempat kesamaan dengan banyak filsuf
besar dalam sejarah adalah bahwa penjara, hukuman, dan hukuman mati
untuk kegiatan dan pandangan mereka, dan kemampuan beruntung untuk
pulih dan keengganan untuk dihancurkan oleh bagian ini psikologis dari
hidup, dan kemudian kembali . Dalam kasus ini, pekerjaan besar mereka
yang bersifat kreatif dapat dikatakan telah dibuat dalam kehidupan kedua
mereka atau mereka "reinkarnasi". Kebanyakan dari penulis ini berada
dalam bahaya banyak waktu dan melarikan diri dengan margin yang
sempit. Mereka selalu hidup pada waktu yang telah diperoleh oleh
kecelakaan.
81
Augustinus telah dihukum mati ketika Afrika diserbu oleh kaum
barbar, dia tinggal tiga atau empat tahun lagi. Ini penjajah membutakan
semua gereja sebelum membunuh mereka. Dia menyebutkan biasa.
Artinya, hal-hal yang telah membuat jenius filsuf besar dalam
sejarah, Sorokin memiliki dosis liberal dari semua jenis.
6. Perubahan Sosial dan Filsafat Sorokin tentang Sejarah
Apa hubungan yang paling umum waktu untuk budaya manusia? Dalam
hal bahwa filsafat sejarah oleh sosiolog seharusnya berbeda satu oleh
sejarawan. Kita harus mengharapkan seorang sejarawan menjadi lebih
spesifik dan sosiolog lebih umum. Kita mungkin berpikir bahwa sejarawan
akan berbicara tentang perubahan tertentu dalam dinasti tetapi sosiolog akan
mencoba untuk mengucapkan prinsip-prinsip umum mengenai penciptaan dan
pembusukan dinasti.
Jelas bahwa Sorokin hanya berurusan dengan masyarakat terpadu modern
dan budaya dari "peradaban" sebagai jenis Toynbee mengklasifikasikan
mereka. Jenis ini telah menjadi ciri khas di beberapa bagian dunia untuk tujuh
atau delapan ribu tahun terakhir. Sorokin menemukan hubungan peradaban
ini untuk waktu yang sangat terlibat.
Ini akan menjadi sederhana untuk mengatakan ada perubahan kecil,
perubahan besar dan perubahan super. Ini adalah sifat dari peradaban ini
untuk mengubah. Sejumlah besar perubahan kecil membuat perubahan besar,
dan perubahan yang lebih besar membuat beberapa perubahan yang super.
82
Dalam "yang berarti akal" itu adalah perubahan Super saja, di saran Sorokin
tentang siklus atau kambuh, yang jelas membalikkan sendiri. Perubahan kecil
biasanya adalah integrational dan dapat muncul lebih atau kurang linier untuk
waktu singkat, setidaknya.
Perubahan kecil mungkin cenderung memiliki motif berbagai jenis dari
yang lebih besar. Pada akhirnya melanggar sistem besar spews keluar
sejumlah besar bahan baru bercampur namun timbunan terputus-putus. Tapi
timbunan ini akhirnya cenderung bergerak ke arah pewarnaan yang sama atau
sistem sosial baru yang memiliki integrasi logis-yang berarti. Dengan
demikian mereka mengambil kedua "kebaikan" dari sistem bermakna logis
dan akhirnya kelemahan.
Dalam arti yang paling umum ini adalah Filsafat Sorokin tentang Sejarah,
atau ide yang luas tentang hubungan waktu-perubahan peristiwa manusia. Ini
adalah salah satu yang sangat rumit tapi kompleksitas yang melekat dalam
materi penelitian. Jika benar, sebagai Sorokin percaya (data-nya
menunjukkan hal itu terjadi), masalah analisis sosiologis menjadi sangat jauh
lebih rumit dari biasanya digambarkan. Metode dalam sosiologi harus
meningkat pesat untuk berurusan dengan analisis kompleks diperlukan.
Sebuah peristiwa yang diberikan pada satu waktu mungkin dalam proses
mendapatkan dorongan dari sejumlah arus lintas. Jika kita harus memutuskan
"apa selanjutnya" maka kita juga harus memulai memvisualisasikan apa yang
bisa berikutnya setelah "apa selanjutnya".
83
Sorokin mengidentifikasi adanya 3 supersistem (mentalitas budaya) yang
ada di dunia yaitu:
1. Sistem ideasional
2. Sistem inderawi
3. Dan sistem campuran
6. William F. Ogburn
Dalam karya ini Ogburn mampu mendesak pada panitia salah satu
indeks utama nya Metodologi, yaitu, penelitian yang dilakukan di daerah
tidak ada kecuali data statistik yang tersedia untuk tujuan pengukuran. Dan
dalam kasus-kasus di mana para penulis besar tidak memiliki akses ke atau
pengalaman dalam penelitian statistik, itu adalah kebijakan dari Komite untuk
menyediakan asisten statistik. Dengan demikian, Samuel Stouffer, kemudian
pergi sebagai profesor sosiologi dan direktur laboratorium penelitian
hubungan sosial di Harvard, berkolaborasi dengan Jesse F. Steiner dalam bab
yang sangat baik pada masyarakat dan kegiatan rekreasi, dan Clarence Heer,
profesor keuangan di Utara Carolina, berkolaborasi dengan Howard W.
Odum dalam bab tentang kesejahteraan masyarakat.
William Fielding Ogbrun lahir di Bulter, Georgia pada tanggal 29 Juni
tanggal 1886. Setalah William Fielding Ogbrun lulus dari universitas
Penyalur Tekstil, Georgia pada tahun 1905. William Fielding Ogbrun
kemudian memulai studinya pada bidang sosiologi. William Fielding Ogbrun
84
adalah seorang profesor sosiologi di sebuah perguruan tinggi di Portland,
Oregon.
Meskipun Ogburn banyak kontribusi telah diindikasikan sebagai di
bidang metode statistik, pengaruh teknologi terhadap masyarakat, keluarga,
dan masyarakat, ia menulis bahwa "Saya kira saya akan digolongkan oleh
sebagian besar rekan-rekan saya di bidang perubahan sosial meskipun saya
tidak suka dipagari masuk " Dan dengan mengacu pada peluang besar
sosiologi di masa depan, ia menulis, "Saya pikir kesempatan terbesar dalam
sosiologi terletak pada semakin menjauh dari bias dan prasangka dan
memberikan kontribusi informasi yang dapat dipercaya. Anda akan ingat
bahwa ide yang Anda dan saya miliki dalam membawa melalui bersama-
sama studi Tren Sosial adalah untuk menyingkirkan semua pendapat yang
tidak didukung dan menerima apa-apa kecuali kesimpulan yang dapat
diandalkan. Idenya adalah bahwa sebagai meja perkalian harus handal baik
untuk Tory dan Komunis, sehingga kesimpulan dari tren sosial harus berlaku
sama untuk radikal dan konservatif saya pikir. penerimaan hampir universal
studi tren sosial adalah penghargaan untuk ukuran keberhasilan dalam
membuat dapat diandalkan. Jika kita berhasil dalam membangun rasa hormat
untuk keandalan ilmu sosial di kalangan negarawan, pendidik bertanggung
jawab, dan Kongres mampu, dan di antara bisnis dan sosial para pemimpin,
universitas dan siswa akan mengikuti. Salah satu hambatan terbesar untuk
pencapaian adalah efek distorsi bias dan emosi. kendala praktis lain untuk
penelitian saya datang untuk memikirkan adalah prestise yang pergi ke fungsi
85
penasehat dalam urusan publik dan prestise kerja komisi dengan instansi
seperti pemerintah federal dan lembaga perang khusus. Tidak mungkin untuk
melakukan pekerjaan penelitian dan kerja komite di Washington pada saat
yang sama, dan saat ini sosiolog lari dari panjang, keras, tugas lambat
penelitian untuk prestise lebih cepat, lebih mudah konseling dalam urusan
publik. konselor seperti saya sebut gelandangan komite. "
Pada tahun 1927, William Fielding Ogbrun di panggil ke Chicago
untuk mengajar pada sebuah Perguruan Tinggi. William Fielding Ogbrun
menerima gelar kehormatan LL.D dari almamaternya dan juga dari
Universitas Calorina Utara.
William Fielding Ogbrun merupakan ilmuan pertama yang melakukan
penelitian tentang proses perubahan yang sebanarnya terjadi. Akhirnya
William Fielding Ogbrun wafat di Tallahassee, Florida pada tanggal 27 April
1959.
1. Teori Matearilis
William Fielding Ogbrun memusatkan perhatian pada perkembangan
teknologi dan ia menjadi terkenalkarena mengembangkan ide mengenai
ketertinggalan budaya dan penyesuaian ta kerelakan dari faktor-faktor
kebudayaan terhadapteknologi.
Bila laju perubahan bagian-bagian yang saling tergantung dari suatu
kebudayaan tidak sama. Maka kita berharap dengan kondisi ketertinggalan
86
kebudayaan, dan penyesuaian selanjutnya kurang memuaskan dengan tujuan
yang dicapai mula-mula, (Lauer, 1993:210)
Teori Materialis William Fielding Ogbrun pada intinya mengemukakakn
bahwa penyebab dari perubahan adalah adanya ketidak puasan terhadap
kondisi sosial yang berlaku pada masa yang mempengaruhipribadi mereka.
Meskipun unsur-unsur sosial satu sama lain terdapat hubungan yang
berkesinambungan, namun dalam perubahan ternyata masih ada sebagian yang
mengalami perubahan tetapi sebagian yang masih dalam keadaan tetap. Hal ini
juga sering disebut dengan istilah cultural lag, ketertinggalan
menjadikesenjangan antara unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan yang
berubah lambat. Teknologi menyebabkan terjadinya perubahan sosial yang
sangat cepat yang sekarang tengah melanda dunia.
Perubahan teknologi akan lebih cepat dibandingkan perubahan pada perubahan
budaya, pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma yang menjadi alat
untuk mengatur kehidupan manusia.
2. Cara Teknologi Mengubah Kebudayaan
Penciptaan (Invensi)
William Fielding Ogbrun mendefinisikan penciptaan sebagai suatu kombinasi
unsur dan bahan yang ada untuk membentuk unsur dan bahan yang baru.
87
Penemuan (Discoveri)
William Fielding Ogbrun mendefinisikan penemuan sebagai suatu cara
baru untuk melihat kenyataan, sebagai suatu proses perubahan kedua. Salah satu
contoh dari penemuan ini antara lain, penemuan Amerika Utara oleh Colombus,
yang membawa konsekuensi besar sehingga mengubah perjalanan sejarah
manusia. Penemuan hanya akan menciptakan perubahan yang besar apabila
muncul pada waktu yang tepat.
Difusi
William Fielding Ogbrun menekankan bahwa difusi penyebaran suatu
penciptaan dan penemuan dari suatu wilayah ke wilayah lain, dapat berakibat
besar pada kehidupan manusia.
Akumulasi
Akumulasi dihasilkan dari lebih banyaknya unsur baru yang di tambahkan
pada suatukebudayaan dibanding dengan unsur-unsur lama yang lenyap dari
kebudayaan yang bersangkutan, (Laure, 1993:210)
Akumulasi adalah pertumbuhan teknologi karena fakta bahwa penemuan
hal-hal baru outpaces proses dimana penemuan lama menjadi usang atau lupa-
beberapa penemuan (seperti menulis) mempromosikan proses akumulasi.
Difusi adalah penyebaran ide dari satu kelompok budaya yang lain, atau dari satu
bidang kegiatan yang lain. Sebagai difusi membawa penemuan bersama-sama,
mereka bergabung membentuk penemuan baru.
88
Penyesuaian adalah proses dimana aspek non-teknis budaya menanggapi
penemuan. Setiap keterbelakangan proses penyesuaian ini menyebabkan lag
budaya.
7. Emile Durkheim
David Emile Durkheim lahir di Epinal, Prancis pada tanggal 15 April
1858. Ayahnya seorang pendeta yahidi dan iapun pernah belajar untuk
menjadi seorang pendeta, namun cita-citanya itu gagal, dia memutuskan
untuk tidak menjadi pendeta ketika ia berumur 10 tahun. Tampaknya
Durkheim saat itu mengalami kekecewaan terhadap pendidikan agama.
Bukan hanya itu, ia pun kecewa terhadap pendididkan pada umumnya.
Sejak itu kajian keagamaannya lebih bernuansa kademis, ketimbang
teologis. Pada umur 21tahun, Durkheim masuk kedalamuniversitas Ecole
Normale Superieure. Di masa itulah ia memiliki perhatian yang sangat besar
terhadap ilmu pengetahuan. Kenyataanini tampak dari peta perjalanan
intelektualnya yang tidak hanya fokus pada suatu bidangkeilmuan. Disinilah
Durkheim benyak mulai memberikan banyak perhatiannya terhadap masalah
kesusastraan, metodologi ilmiah, dan prinsip-prinsip moral yang
menurutnyadapat menentukan kehidupan sosial.
Dalam perjalanan intelektualnya, ia lalu menolak karier akademis
tradisional di bidang filsafat dan berusaha memperoleh pelatihan ilmiah yang
di gunakan untuk memandumoral masyarakat. Pada dasarnya Durkheim
tertarik pada sosiologi ilmiah, hanya saja di masa itu tidak ada disiplin ilmu
89
sosiologi, sehinggga mengantarnya menjadi seorang pengajar filsafat di
beberapa sekolah di sekitar Paris. Karier ini ditekuninnya sekitar tahun 1882
hingga 1887. Setelah masa kerjanyausai di Paris iapun hijrah ke Jerman.
Selama di Jerman Libidonya pun terhadap ilmu pengetahuan semakin
meningkat. Ia menerbitkan beberapa karya yang melukiskan pengalamannya
selama di Jerman. Publikasi-publikasi ini membenya meraih posisi di
departemen Filsafat Universitas Bordeaux pada tahun 1887. Mulai saat itulah
Durkheim memberikan kuliah ilmu sosial khususnya di pendidikan moral di
Universitas Perancis.
Selang beberapa tahun berikutnya, serentetan kesuksesan terpancar dalam
karya-karya monumentalnya. Ia memulai karyanya dengan menerbitkan tesis
doktornya dengan judul. The Division of Labour in Society (1893) kemudian
pernyataan metodologis utamanya dituangkan dalam bukunya yang
berjudulThe Rules of Sociologycal method 1895. Sekitar tahun 1896
Durkheim menjadi profesor penuh di Universitas Bordeaux, dan hanya
membutuhkan waktu sekitar dua tahun karyanya tentang metode-metode
tesebut di ikuti oleh penerapan dalam bentuk study empiris yang diberi judul
Le Suicide 1897.
Karyanya yang terakhir yang cukup populer yaitu analisisnya tentang
pengaruh kepecayaan terhadap kehidupan masyarakat yang ia beri judul The
Elementary Forms of The Religious Life 1912.di akhir hidupnya15
November !917 sosok Durkheim sering sekali dianggap sebagai seorang yang
berhaluan berhaluan politik konservatif. Kendati demikian, pada zamannya ia
90
justru dipandang sebagai seorang liberal dan ia tercermin ketika ia secara
aktif berperan dalam membela Alfret Dreyfus yang divonis mati terhadap
penghinaan terhadap tuhan.
1. Sosiologi dalam perspektif Durkheim
Salah satu konstribusiterpenting Durkheim terhadap perkembangan
sosiologi terpancar dalam bukunya yang berjudul The Rules of Sociological
Method 1965. Dalam karyanya ini, ia menawarkan definisi mengenai
sosiologi. Durheim menilai bahwa bidang yang seharusnya di pelajari
sosiologi adalah fakta sosial. Fakta sosial yang di maksud di sini adalah cara
bertindak, berfikir berperasaan yang berada di luar individu, mempunyai
kekuatan yang memaksa, dan mengendalikan individu.
Fakta sosial inilah yang mempelajari persoalan penyelidikan sosiologi.
Fakta sosial dinyatakan oleh Durkheim sebagai barang sesuatu (thing) yang
berbeda dengan ide. Berang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh
ilmu pengetahuan. Sesuatu itu tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental
murni semata, tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data rill
diluar pemikiran manusia melalui kegiatan penelitian empiris, dan tidak dapat
di pelajari melalui intropeksi. Tipe dasar dari fakta sosial adalah struktur
sosial dan pranata sosial.
Fakta sosial menurut Durkheim eksistensinya bersifat indepanden pada
tingkat sosial, karena indepanden, maka fakta sosial tidak di reduksi dalam
fakta individu. Dalam artian, untuk menjelaskan fakta sosial, maka kita harus
91
mengamati fakta sosial itu sendiri, bukannya fakta individu sebagimana
dipahami oleh Homans, bahwa setiapusaha untuk menjelaskan gejala sosial
harus didasarkanmengenai proporsinya terhadap perilaku hidup. Dengan
demikian tindakan individu merupakan tindakan yang ditentukan oleh norma-
norma, nilai-nilai, serta struktur sosial. Dengan kata lain Durkheim melihat
masyarakat berada pada posisi deterministik.
Menurutnya masyarakat menjadi wadah yang semourna untuk kehidupan
bersama antara sesama manusia, masyarakat berada di atas segalanya.
Masyarakat bersifat menentukan dalam perkembangan individu. Hal yang
penting dalam jiwa manusiapun berada di luar diri manusia sebagai individu,
misalnya kepercayaan keagamaan, kategori alam pikir, kehendak, bahkan
hasrat untuk bunuh diri. Serangkaian peristiwa tersebut bersifat sosial dan
terletak dalam masyarakat. Untuk mengerti masyarakat yang dimaksud
Durkheim dan perananya yang di mainkan dalam menganalisis tidakan-
tindakan kemanusiaan. Maka kita harus melepaskan diridari pengertian
abstrak, dan kita harus lebih melihatnya denganpenggunaan perspektif
masyarakat itu sendiri.
Masyarakat merupakan sumber dan dasar segala-galanya, dimana individu
tidak sama sekali mempunyai arti dan kedudukan. Fenomena sosial seperti
kajahatan, sakit jiwa, kesusialaan, kompetisi, ekonomi, undang-undang, dan
sebagainya. Semuanya diterangkan berdasarkan prioritas masyarakat.
Eksistensimasyarakat tidak tergantung pada anggota-anggotanya. Melainkan
sebagai strukturadat istiadat, kepercayaan sebagai suatu lingkungan hidup
92
terorganisasi. Sebagaimana tampak dengan jelas setiap individu itu lahir dan
hidup dalam suatu lingkungan, berbicara suatu bahasa memiliki sutu lembaga,
tanpa persetujuan individu sejakia lahir. Lingkungan telah membuktikan dan
memaksanya mengikuti arah tertentu, tanpa harus menolak.
Fakta sossial menurut Durkheim terdiri atas dua macam, yakni dalam
bentuk materil, yaitu barang sesuatu yang dapat di tangkap oleh indera
manusia. Fakta sosial inilah yangmerupakan bagian dari dunia nyata
contohnya norma hukum. Dan dalam bentuk non meteriil yaitu sesuatu yang
dinyatakan atau di anggap sebagai barang sesuatu yang nyata. Fakta ini
bersifat inter subjektif yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia,
sebagai contoh egoisme, alteruisme, dan opini.
Untuk kejelasan teorinya ini, Durkheim mencontohkannya pada
pendidikan anak, dimana sejak bayi seorang anak diwajibkan, makan, minum,
tidur pada waktu tertentu, diwajibkan taat dan menjaga kebersihan,
diharuskan tenggang rasa terhadap orang lain, menghormati adat dan
kebiasaan. Serangkaian kewajiban ini pada dasarnya dimaksudkan untuk
membentuk cara berfikir dan bertindak seseorang individu agar berperilaku
sesuai dengan nilai yang di anut bersama. Contoh lain dalam konsep fakta
sosial Durkheim dapat kita temukan dalam karyanya yang berjudul The
Division of Labour in Society 1893 dan Le Suicide 1897. Untuk lebih
jelasnya mengenai pandangan Durkheim dalam bukunya tersebut dapat
disimak pada pembahasan berikutnya.
93
2. Solidaritas sosial
Selain dari teorinya tentang fakta sosial, Durkheim juga mengkaji lebih
jauh tentang pembagian kerja. Perhatiannya tentang hal itu tertuang pada
karyanya yang berjudul The Division of Labour In Society 1893. Buku ini
merupakan bentuk upaya Durkheim untuk mengkaji suatu gejala yang sedang
melanda masyarakat yaitu pembagian kerja. Menurutnya terjadinya
penggunaan mesin sertainterksi modal dan tenaga kerja di bidang industri
modern mengakibatkan lahirnya pembagiankerja dalam bentuk spesialisasi
dan pemisahan okupasi yang semakin rinci.
Gejala pembagian kerja tersebut dijumpaipula di bidang perniagaan dan
pertanian. Tujuan dari Durkheim ini adalah untuk memahami fungsi dan
faktor yang menyebabkan pembagian kerja tersebut. dalam upaya ini
Durheim menggunakan pendekatan kolektivitas terhadap pemehaman tentang
masyarakat yang melibatkan berbagai bentuk solidaritas dalam berbagai
kehidupan masyarakat, seperti perekat sosial, dalam konteks ini dapat berupa,
nilai, adat istiadat dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota
masyarakat dalam ikatan dan kesadaran kolektif.
Durkheim membagi solidaritas kedalam dua tipe umum utama yaitu.
Solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas organik merupakan
suatu tipe solidaritas yang di dasarkan atas persamaan. Pada masyarakat
dengan tipe solidaritas mekanis, individu di ikat dalam bentuk solidaritas
yang memiliki kesadaran kolektif yang sama dan kuat. Solidaritas mekanis ini
94
dapat kita temukan pada masyarakat sederhana, segmental, praindustri, dan
masyarakat pedesaan.
Sementara itu ketika masyarakat berkembang menjadi semakin kompleks
melalui pembagian kerja, maka solidaritas mekanik luluh lantah dan digantik
oleh solidaritas organik. Pada masyarakat dengan tipe solidaritas organik
masing-masing anggota masyarakat nampaknya tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri, mereka terspesialisasi berdasarkan jenis pekerjaan
yang pada gilirannya yang menyebabkan depedensi atau saling
ketergantungan yang semakin menganga lebar.
Solidaritas organik merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas
bagian yang saling tergantung. Jika dalam solidaritas mekanik di dasarkan
pada hati nurani kolektif, maka lain halnya dengan solidaritas organik. Tipe
solidaritas ini didasarkan pada hukum dan akal.
Ikhwal ini yang menggairahkan individu untuk meningkatkan
kompetisinya secara individual, sehingga kesadaran kolektif semakin redup.
Secara konkret solidaritas ini dapat kita jumpai pada masyarakat industri atau
masyarakat perkotaan. Melihat fenomena ini Durkheim mengusulkan
perlunya suatu konsensus intelektual dan moral untuk menciptakan
keteraturan sosialyang bersifat harmonis dan integratif.
Durkheim menggabungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat tertentu
dengan dominasi dari suatu sistem hukum. Ia menumukan bahwa masyarakat
yang memiliki solidaritas mekanis hukum seringkali bersifat represif, dimana
95
pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan diberikan hukuman
dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang di langgar oleh kejahatan
itu. Hukuman tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan keutuhan
kesadaran. Namun pada solidaritas organis, hukum bersifat restitutif. Hukum
ini bertujuan bukan untuk menghukum. Melainkan untuk memulihkan
aktifitas norma dari suatu masyarakat yang kompleks.
Durkheim membuat kesimpulan bahwa masyarakat primitif dipersatukan
terutama oleh fakta sosial non materriil, khususnya karena kekuatan ikatan
moralitas bersama. Namun seiring perjalanan kompleksitas masyarakat
modern, maka kekuatan kesadaran kolektif tersebut menjadi memudar dan
menurun.
Menurut Durkheim pembagian kerjadalam masyarakat moderen dapat
menimbulkan beberapa patalogi. Kendati kerinduan atas kesadaran kolektif di
masa lalu tidak mungkin lagi kembali. Namun menurutnya dalam masyarakat
modern moralitas bersama dapat diperkuat dan karena itu manusia akan dapat
menanggulangi patalogi sosial yang mereka alami.
Ciri-ciri yang membedakan anatara struktur solidarita mekanis dengan
struktur solidaritas organisk.
1. Solidaritas mekanik
2. Pembagian kerja rendah
3. Kesadaran kolektif kuat
4. Individualitas rendah
96
5. Hukum represif dominan
6. Konsensus terhadap pola-pola normatif penting
7. Keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang
8. Saling ketergantungan rendah
9. Bersifat primitif atau desa
10. Solidaritas organik
11. Pembagian kerja tinggi
12. Kesadaran kolektif rendah
13. Individualistis tinggi
14. Hukum restitutif dominan
15. Konsensus pada nilai-nilai abstrak dan umum penting
16. Badan-badan kontrol yang menghukum orang yang menyimpang
17. Ketergantungan tinggi
18. Bersifat industrial/perkotaan
3. Bunuh diri menurut Emile Durkheim
Dalam karyanya Le Suicide 1897 Durkheim melihat bunuh diri
sebagaitindakan individu dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sosial. Ia
menunjukan bahwa ada keteraturan dalam pola-pola bunuh diri. Durkheim
menolak adanya serangkaian anggapan bahwa bunuh diri disebabkan oleh
penyakit kejiwaan, imitasi atau peniruan, iklim, alkohoisme, kemiskinan dan
adanya juga pengaruh ras tertentu yang memiliki kecenderungan melakukan
97
bunuh diri. Dalam studinya, Durkheim bermaksud untuk menyelidiki sampai
sejauh mana dan bagaimana individu-individu dalam masyarakat modern
masih tergantung dan berada di bawah pengaruh masyarakat. Durkheim
merumuskan empat tipe bunuhdiri:
4. Egoistic suicide
Yaitu suatu tindakan bunuh diri karena merasa kepentingan individu
lebih tinggi daripada kepentingan kesatuan sosialnya. Apabila seseorang tidak
dapat memenuhi kebutuhan pribadi yang sebagaimana diharapkan, maka
salah satu caranya adalah dengan melakukan bunuh diri.
5. Altruism suicide
Tipe bunuh diri yang satu ini justru menjadi kebalikan dari tipe
bunuhdiriegoistik. Dengan adanya perasaan integrasi antara sesama individu
yang satu dengan yang lainnya maka menciptakan masyarakat yang memiliki
integrasiyang kuat. Karena itu jikalau salah seorang anggota dari kelompok
menuntut mereka untuk mengorbankan diri mereka maka tentu saja mereka
tidak mempunyai pilihan lain selain melakukannya karena mereka telah
menjadi satu dalam kelompok mereka. Atasdasar integrasi yang kuat inlah
menyebabkan rasa, sikap, dan perilakuindividualisme anggota kelompok
dipandang tidak kayak, tidak penting, bahkan tidak pantas kedudukannya
sebagai individu.
98
6. Anomi suicide
Tipe bunuh diri yang satu ini lebih terfokus pada keadaan moral
dimana individu yang bersangkutang kehilangan cita-cita, tujuan, norma
dalam hidupnya. Secara moral, niali-nilai yang semula menjadi dasar
motivasi dalam berperilaku, kemudian tidak lagi merasa berpengaruh. Pada
kondisiyang seperti ini dapat menimbulkan kegoncangan dan kebimbangan
pada diri seseorang.
Dalam situasi yang demikian inilah, seseorang akanmerasa gamang,
bimbang, bahkan tanpa arah dan tujuan hidup hingga menyebabkan jalan
pintas untuk bunuh diri.
7. Fatalistic suicide
Tipe bunuh diri ini tidak terlalu banyak di bahas Oleh Dukheim.
Durkheim menggambarkan seseorang yang melakukan bunuh diri fatalistik
seperti seseorang yang masa depannya telah tertutup dan napsu yang tertahan
oleh nilai dan norma yang menindas, sebagai contoh pada masyarakat budak.
99