teori-teori dalam dunia pendidikan modern · tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: roger...

15
67 I. PENDAHULUAN Berbicara masalah teori-teori pendidikan modern erat sekali hubungan dengan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan ada periodisasi perkembangan ilmu yang dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer. Surajiyo (2008) mengatakan periodisasi tersebut adalah Zaman Pra Yunani, Zaman Yunani Kuno, Zaman Abad Pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, dan Zaman Kontemporer. Penomena-penomena suatu zaman, akan mempengaruhi secara langsung konsepsi pendidikan atau dapat dikatakan teori-teori pendidikan adalah pencerminan suatu zaman. Teori- teori pendidikan modern dimulai dari gerakan Zaman Renaissance. Zaman Modern yang diawali dengan teori pendidikan pertama yakni: Humanisme, behaviorisme, kognitivisme dan sibernetik. Berkenaan dengan itu dalam teori-teori pendidikan modern ini akan diungkapkan suatu bahasan berkisar periodisasi zaman terkait, paradigama-paradigma pendidikan modern dan teori-teori pendidikan modern. II. PEMBAHASAN 2.1 Pendidikan Pencerminan Suatu Zaman Teori pendidikan modern dimulai dengan gerakan yang dikenal dengan Renaisance karena pendidikan selalu dikaitkan dengan pencerminan suatu zaman maka dapat dikatakan pendidikan modern dimulai pada zaman Renaissance serta dasar- dasar berbagai teori modern pendidikan telah diletakan pada zaman kuno dan zaman pertengahan, perubahan-perubahan dalam bidang sosial politik ekonomi dan kebudayaan di Eropa Barat telah terjadi pada abad XIV dan XV, perubahan-perubahan itu mengkristal kemudian menjadi teori-teori pendidikan modern. Teori pendidikan modern pertama adalah teori Humanisme. Pendidikan Humanisme adalah pertumbuhan tersendiri dari Renaissance. TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN Oleh I Nyoman Temon Astawa Dosen pada Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar Abstract The theories in education are reflections of both the Renaissance and modern era. In the history of science the discrepancy between the epistemology of the Rationalism, Empiricism, Positivism, and Saintism have become the major interest. The first theory of modern education is the Humanismand the post classical ones which include Behaviorism, Cognitivism, Humanismand Cybernetics. Key Words: Modern Education Renaissance adalah salah satu vase dari suatu kebangunan di Eropa. Wells dalam Sudirdjo (1975) mengatakan Renaissance adalah kehidupan kembali dari kuburnya kesenian dan pelajaran klasik. Itu adalah salah satu faktor dalam kebangunan kembali kemampuan dan kekuatan Eropa yang lebih besar dan rumit. Faktor-faktor penyebab kebangkitan kembali itu akan secara langsung memperngaruhi konsepsi/teori-teori pendidikan. Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance adalah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Surajiyo (2008) mengatakan manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas, manusia ingin mencapai kemajuan atas usaha sendiri tidak didasarkan campur tangan Illahi. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zaman Renaissance, ilmu pengetahuan berkembang maju terutama bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler, Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan pengetahuan ilmiah, perkembangan pengetahuan pada zaman modern sudah dirintis pada zaman Renaissance. Rizal Mustansyir dalam Surajiyo (2008) mengatakan tokoh-tokoh yang terkenal sebagai filsafat modern yaitu Rene Descrates seorang ahli ilmu pasti yang menemukan sumbu X dan sumbu Y. Tokoh yang lainnya adalah Isaac Newton menemukan teori gravitasi, Charles Darwin menemukan teori Struggle for life (perjuangan untuk hidup), JJ Thompson menemukan teori electron. Jurgen Habermas dalam Karim (2009), mengatakan istilah modern adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu era baru yang berfungsi untuk membedakan dengan masa lalu (the ancient), artinya modern itu tidak semata-mata ditandai dengan zaman Renaissance, di Prancis hal ini menyempitkan makna dari modern itu sendiri Teori-teori Dalam Dunia Pendidikan Modern | I Nyoman Temon Astawa

Upload: others

Post on 18-Nov-2020

105 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

67

I. PENDAHULUANBerbicara masalah teori-teori pendidikan

modern erat sekali hubungan dengan sejarahperkembangan ilmu pengetahuan. Dalam sejarahperkembangan ilmu pengetahuan ada periodisasiperkembangan ilmu yang dimulai dari peradabanYunani dan diakhiri pada zaman kontemporer. Surajiyo(2008) mengatakan periodisasi tersebut adalah ZamanPra Yunani, Zaman Yunani Kuno, Zaman AbadPertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern,dan Zaman Kontemporer. Penomena-penomenasuatu zaman, akan mempengaruhi secara langsungkonsepsi pendidikan atau dapat dikatakan teori-teoripendidikan adalah pencerminan suatu zaman. Teori-teori pendidikan modern dimulai dari gerakan ZamanRenaissance. Zaman Modern yang diawali denganteori pendidikan pertama yakni: Humanisme,behaviorisme, kognitivisme dan sibernetik.Berkenaan dengan itu dalam teori-teori pendidikanmodern ini akan diungkapkan suatu bahasan berkisarperiodisasi zaman terkait, paradigama-paradigmapendidikan modern dan teori-teori pendidikanmodern.

II. PEMBAHASAN2.1 Pendidikan Pencerminan Suatu Zaman

Teori pendidikan modern dimulai dengangerakan yang dikenal dengan Renaisance karenapendidikan selalu dikaitkan dengan pencerminansuatu zaman maka dapat dikatakan pendidikanmodern dimulai pada zaman Renaissance serta dasar-dasar berbagai teori modern pendidikan telahdiletakan pada zaman kuno dan zaman pertengahan,perubahan-perubahan dalam bidang sosial politikekonomi dan kebudayaan di Eropa Barat telah terjadipada abad XIV dan XV, perubahan-perubahan itumengkristal kemudian menjadi teori-teori pendidikanmodern.

Teori pendidikan modern pertama adalah teoriHumanisme. Pendidikan Humanisme adalahpertumbuhan tersendiri dari Renaissance.

TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN

OlehI Nyoman Temon Astawa

Dosen pada Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar

Abstract

The theories in education are reflections of both the Renaissance and modern era. Inthe history of science the discrepancy between the epistemology of the Rationalism,Empiricism, Positivism, and Saintism have become the major interest. The first theory ofmodern education is the Humanismand the post classical ones which include Behaviorism,Cognitivism, Humanismand Cybernetics.

Key Words: Modern Education

Renaissance adalah salah satu vase dari suatukebangunan di Eropa. Wells dalam Sudirdjo (1975)mengatakan Renaissance adalah kehidupan kembalidari kuburnya kesenian dan pelajaran klasik. Ituadalah salah satu faktor dalam kebangunan kembalikemampuan dan kekuatan Eropa yang lebih besardan rumit. Faktor-faktor penyebab kebangkitankembali itu akan secara langsung memperngaruhikonsepsi/teori-teori pendidikan.

Zaman Renaissance ditandai sebagai erakebangkitan kembali pemikiran yang bebas daridogma-dogma agama. Renaissance adalah zamanperalihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulaiberubah menjadi suatu kebudayaan modern. Surajiyo(2008) mengatakan manusia pada zaman ini adalahmanusia yang merindukan pemikiran yang bebas,manusia ingin mencapai kemajuan atas usaha sendiritidak didasarkan campur tangan Illahi. Penemuan ilmupengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zamanRenaissance, ilmu pengetahuan berkembang majuterutama bidang astronomi. Tokoh-tokoh yangterkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon,Copernicus, Johaness Keppler, Galilio, Galilei

Zaman modern ditandai dengan berbagaipenemuan pengetahuan ilmiah, perkembanganpengetahuan pada zaman modern sudah dirintis padazaman Renaissance. Rizal Mustansyir dalam Surajiyo(2008) mengatakan tokoh-tokoh yang terkenalsebagai filsafat modern yaitu Rene Descratesseorang ahli ilmu pasti yang menemukan sumbu Xdan sumbu Y. Tokoh yang lainnya adalah IsaacNewton menemukan teori gravitasi, Charles Darwinmenemukan teori Struggle for life (perjuangan untukhidup), JJ Thompson menemukan teori electron.

Jurgen Habermas dalam Karim (2009),mengatakan istilah modern adalah suatu istilah yangdigunakan untuk menyebut suatu era baru yangberfungsi untuk membedakan dengan masa lalu (theancient), artinya modern itu tidak semata-mataditandai dengan zaman Renaissance, di Prancis halini menyempitkan makna dari modern itu sendiri

Teori-teori Dalam Dunia Pendidikan Modern | I Nyoman Temon Astawa

Page 2: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

68 JURNAL PENJAMINAN MUTU

tetapi dalam modern ada suatu era baru. BertrandRussel mengungkapkan ada dua hal yang terpentingyang menandai sejarah modern, yakni runtuhnyaotoritas Gereja dan menguatnya otoritas saint. Padaabad ke 16 dan 17 ketika era Renaissance agamasebagai institusi yang sangat dominan dan terjadihegemonis di Eropa. Saat itu terjadi perubahan yangradikal agama sebagai pemegang otoritas penuhterhadap segala bentuk kebenaran dan terlepasnyasains dari otoritas agama.

Disisi lain perkembangan pengetahuan sekulerdan skeptisme adalah menjadi landasanpengetahuan ilmu pengetahuan, wacana filsafatmenjadi tofik utama pada zaman modern khususnyapada abad ke 17 muncul persoalan epistemology,yakni sumber pengetahuan dan bagaimanamemperoleh pengetahuan itu, untuk menjawabmasalah epistemology tersebut pada abad ke 17munculah filsafat yang memberi jawaban yangberbeda dan bertentangan, yakni: aliran emperismedan aliran rasionalisme. Karim (2009) mengatakanRasionalisme, Emperisme, Positivisme, dan Saintismetelah menjadi paradigma primadona dalam pendidikanmodern.

2.2 Paradigma Pendidikan ModernBerbicara masalah teori-teori pendidikan

modern hendaknya memahami paradigma-paradigmapendidikan modern. Untuk itu akan dijelaskan masing-masing paradigama pendidikan modern sebagaiberikut.

1) RasionalismeRene Deskrates (1596-1650) telah dianggap

sebagai Bapak Rasionalisme modern barat yangsampai saat ini masih dijadikan landasanpembangunan peradaban. Beliau adalah seorangfilsuf yang disinyalir sebagai pembuka gerbangmodern. Sekilas pemikiran/jargon Beliau adalah“Cogito Ergo Sum”, kata Cogito yang bermaknakesadaran, kata Ergo Sum berarti saya ada, (Karim,2009:31). Jadi Cogito Ergo Sum artinya aku berpikirmaka aku ada. Jargon ini diistilahkan dengan metodekesangsian yang digunakan untuk menemukansebuah kepastian.

Untuk menemukan titik kepastian ReneDescrates memulai dengan sebuah kesangsian atassegala sesuatunya, semakin kita dapat menyangsikansegala sesuatu termasuk menyangsikan diri kitaberarti kita semakin mengada (eksis), jadikesangsianlah yang membuktikan bahwa kita nyata.Lebih lanjut dikatakan cogito sebagai bawaan sejaklahir memiliki tiga substansi/tiga ide bawaan, yakniide pemikiran, ide keluasan tubuh/jasmani dan ideTuhan sebagai ide tentang yang sempurna.Descrates menyangsikan dunia di luar dirinyasebagai satu-satunya jalan untuk menerima dunia

luar dengan mengakui adanya Tuhan yang tidakmungkin menipu kita. Walaupun disatu sisirasionalisme membawa semangat individu untukberkreaktivitas namun disisi lain masih munculsekulerisme yang berdampak pada penyelenggaraanpendidikan yang dibandingkan dengan agama dankepercayaan umat manusia.

2) EmperismeTokoh aliran Emperisme adalah John Locke

(1632-1704). John Locke lahir tahun 1632 anakseorang ahli hukum, beliau belajar ilmu kedokterandi universitas Oxford. Beliau mempelajari ilmu alamdan ilmu filsafat. John Locke adalah seorang yangRasionalis, aliran ini tidak mau menerimapengetahuan yang ditetapkan terlebih dahulu tanpamelalui penginderaan, pemikiran deduktifditinggalkan diganti dengan pemikiran/penyelidikaninduktif. Tidak ada pengetahuan tanpa melaluipenginderaan dan pengalaman. Rasio/pikiran adalahhakim dan pemimpin tertinggi yang bekerja bebas.Tahun 1960 ia menulis “Essay Concerning HumanUnderstanding” penyelidikan tentang pikir manusia,buku ini berisi falsafah dan pandangan hidupnya,yakni: “tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnyatidak ada dalam indera, dengan kata lain tak adasesuatu dalam jiwa, tanpa melalui indera” (Soejono1978:19). Lebih lanjut dikatakan pengetahuan yangdibentuk oleh gagasan/ide berasal dari “sensation”penginderaan dunia luar, dan reflexion, yakni:pengalaman dari dalam jiwa. jadi tidak ada sesuatudalam jiwa sejak lahir.

Sokardjo (2009) mengatakan Emperisme dikenaljuga dengan environmentalisme, pendidikanmemegang peranan yang sangat penting sebabpendidikan menyediakan lingkungan yang sangatideal kepada anak-anak. Lingkungan ini diterimasebagai sejumlah pengalaman, semua pengalamanini telah disesuaikan dengan tujuan pendidikan.

Dalam dunia pendidikan/pandangannya dalampendidikan dalam bukunya tahun 1693 “Somethoughts concerning education of children”beberapa pemikiran tentang pendidikan kanak-kanak,dengan teorinya tabula rasa, yang mengatakan bahwaanak baru lahir jiwanya kosong seperti kertas putih(tabula rasa) (meja berlapis lilin) yang menungguisinya berupa pengalaman/pendidikan, jadipendidikan mempunyai peranan yang mutlak/mahakuasa sesuai dengan aliran optimisme dalampendidikan.

Karim (2009), mengatakan David Hume (1711-1776) adalah filsuf berkebangsaan Inggris yangmengembangkan filsafat emperis J Locke,ditangannya emperisme menjadi radikal denganmetode skeptismenya.

Page 3: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

69

Substansi adalah kumpulan persepsi belakakarena pikiran artificial atas ciri dan gejala setelahmengamati sehingga seolah-olah substansi itu ada,misalnya hitam padat dan kasar, pikiranmenyimpulkan itu batu. Hume menawarkansketifisme (menyangsikan kenyataan) terhadapsemua gejala, dengan rincian api menyebabkan kertasterbakar (propterhoc) kepercayaan naïf, karena yangdiketahui kertas terbakar sesudah api menyentuhnya(posthoc) gejala yang satu menyusul gejala yanglain.

Dengan munculnya semangat emperismesetelah rasionalisme telah melengkapi sejarahpengetahuan Eropa yang kemudian lebihmengukuhkan Eropa sebagai sentral peradaban yangharus ditiru keadaan ini diperkuat oleh Comte yangdisinyalir menggabungkan semangat pengetahuanemperisme dan rasionalisme dengan paradigmapositivismenya.

3) PositivismePositivisme lahir dengan pengujian rasional dan

emperis. Aguste Comte (1789-1857) adalah tokohyang refresentatif membicarakan positivisme. Karim(2009), mengatakan positivisme dapat diartikansebagai penyusunan fakta-fakta yang teramati,dengan kata lain positivisme sama dengan faktual,positivisme menegaskan bahwa pengetahuanhendaknya jangan melampoi fakta-fakta.

Perjalanan tingkat kesadaran menurut Comte(dalam Karim 2009), yakni taraf teologis/fiksi,metafisis/abstraksi, dan positif/observasi. Pada tahappertama yaitu tahap teologis manusia percaya bahwadibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa kodrati(Tuhan/Dewa) yang mengatur fungsi dan geraksetiap gejala. Pada tahap kedua tahap metafisis,kekuatan manusiawi sekarang diubah menjadiabstraksi-abstraksi metafisis, pada tahap ketigapositif, manusia tidak lagi menjelaskan sebab-sebabdiluar fakta yang teramati.pikiran memusatkan diripada yang faktual.

Melalui positivisme corak peradaban yangdibangun akhirnya membentuk standarisasi segalahal yang dianggap ilmiah (pureprocedure) dan tidakilmiah (fix procedure) sehingga ada semacam sistemyang harus dilalui untuk sebuah karya yang ilmiah.

Standarisasi pengetahuan akhirnya membuat statusquo, dalam pengetahuan itu /idiologi kemudian terjadiadanya dogmatisasi ajaran sehingga terkesan rasiomanusia hanya menjalankan sistem ilmiah yang telahdibuat sebelumnya yang dalam istilah Khantdisebut” rasio perkakas.” Comte juga mengklasifi-kasikan pengetahuan mulai dari pure procedure, fixprocedure hingga objektif. Kesemuanya itu berakibatjatuhnya positivisme pada pendekatan instrumetalisdan ideologis dalam memahami pengetahuan.

4) SaintismeSaintisme lahir dari pengujian rasionalisme dan

emperisme dalam perjalanan filafat dan ilmu-ilmusosial berujug pada rasio teknologis instrumentalatau rasio perkakas. Munculnya teknologi daninstrumentalisasi telah menjadi belenggu kebebasanmanusia, menjadi kesulitan bersikap otonom danmandiri, manusia telah menggantungkan diri danmasa depannya kepada teknologi.

Pada awal dua dasa warsa abad dua puluh Capra(dalam Karim, 2009) menemukan berbagai krisisglobal yang serius, kompleks dan multi dimensionalyang menyentuh segala aspek kehidupan. Lebihlanjut Capra mengatakan penomena ini akanmengancam kehidupan ras manusia karenaketidakmampuan kaum intelektual mencari jalankeluar dan mengatasinya. Pada Nopember 1978 padawaktu Amerika Serikat dan Uni Soviet sedangmenyelesaikan babak kedua pembicaraanpembatasan senjata nuklir, saat itu terjadi pembeliansenjata besar-besaran dan banyak anak-anak yangmati kelaparan dan kekurangan gizi. Yangmenyebabkan kehancuran.

Capra (dalam Karim, 2009) mengatakanpenyebab kehancuran tersebut adalah terjadikekeliruan pemikiran/paradigma dalam membangunperadaban kebudayaan barat, yakni karena dibangundengan menggunakan satu paradigma yaitu sains.Warisan dari Descartes dan Newton, paradigma inibelum mampu melihat alam semesta secaramenyeluruh, paradigma ini melihat sebagian dari alamyakni alam emperis saja.

2.3 Teori - Teori Pendidikan Modern

1) Teori HumanismeSodirdjo (1980), mengatakan teori pendidikan

modern pertama adalah teori Humanisme, untuk ituakan dibahas tentang bagaimana munculnyahumanisme dan tujuan pendidikan humanisme.Kemajuan Ilmu pengatahuan dan teknologi bagaikanpisau bermata dua, dalam arti kemajuan teknologimemiliki nilai positif dan dampak yang negatif.Kemajuan ilmu pengtahuan dan teknologi terutamadalam bidang informatika dalam batas-batas tertentudapat mempermudah kehidupan manusia, jarak-jarak

Teori-teori Dalam Dunia Pendidikan Modern | I Nyoman Temon Astawa

Page 4: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

70 JURNAL PENJAMINAN MUTU

menjadi terasa dekat waktu dan masa menjadimemadat oleh kesibukan-kesibukan manusia dalammenggarap dan memanfaatkan iptek tersebut. Namundisisi lain hati nurani kemnusiaannya mengeluhkarena beradaptasi dengan iptek yang tidak lagiHuman Centric melainkan Tekno Centric.Baharuddin (2007) mengatakan manusia tidak lagisecara otonom dikontrol oleh nurani pribadinyamelainkan dikontrol oleh faktor eksternal yaitu iptek,manusia secara makro benar-benar telahmenyandarkan segala harapannya kepada hasiliptek. Lebih lanjut dikatakan musuh utama manusiabukan lagi binatang buas di hutan tetapi dirinyasendiri dan rekan sesamanya. Dalam batas-batastertentu dampak destruktif iptek telah menundukkanmanusia, manusia sangat tergantung padanya, danmanusia tidak lagi mampu mengendalikan hasilperbuatannya tetapi seakan didikte oleh hasilproduknya sendiri, manusia menjadi robot darimahluk raksasa yang bernama iptek. Dari perspektifhumanisasi iptek yang demikian sejalan denganproses dehumanisasi agar tidak terjadi demikian. Halini perlu dilakukan terapi melalui pendidikan karenasains dan teknologi berkembang melalui pendidikan.Maka lahirlah pendidikan humanistic. Pendidikanhumanistik yang meletakan manusia sebagai titiktolak dan sebagai titik tujuan, menurut Bahariddin(2007), mengatakan: paradigma pendidikanhumanistik terdapat dua harapan besar yakni: nilai-nilai pragmatis iptek tidak akan mematikankepentingan-kepentingan kemanusiaan, dan akandapat terhindar dari tirani teknologi dan dapat hidupsejahtera dan kondusif.

Tujuan pendidikan humanistik yaitu membentukmanusia yang memiliki komitmen humaniter sejati,yakni manusia yang memiliki kesadaran, kebebasandan tanggung jawab sebagai mahluk individualmaupun sebagai mahluk sosial (Baharuddin, 2007).Sudirdyo (1998), mengatakan tujuan pertamahumanisme Italia adalah “cita-cita Yunani mengenaipendidikan liberal, yaitu perkembangan harmonis dariakal, jasmani dan moral. Perkembangan ideal bagipara humanist Italia adalah pribadi yang mempunyaiperkembangan bulat dan lengkap dalam semua aspekkehidupan manusia. Isi atau jenis pendidikanhumanistic adalah pendidikan jasmani, kesusasteraan,kesenian, musik, drama, keindahan, perilaku dankesehatan. Peendidikan keindahan memegangperanan penting karena sempat diabaikan pada abadpertenganhan.

Proses belajar dalam humanisme, adalah belajarharus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.Dibandingkan dengan teori lain, teori humanistikyang paling abstrak dan paling mendekati duniafilsafat dari pada dunia pendidikan. Meskipun teoriini sangat mementingkan pentingnya isi dari padaproses, dalam kenyataan teori ini lebih banyak

berbicara tentang pendidikan dan proses belajardalam bentuknya yang paling ideal. Teori ini lebihtertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang palingideal dari pada belajar seperti apa adanya, sepertiapa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian.Wajar teori ini sangat bersifat eklektik. Kenyataannyateori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untukmemanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri).

Tokoh teori ini Bloom dan Krathwohl, Kolh,Honey, Mumford dan Harbermas. Bloom danKrathwohl menekankan apa yang mungkin dikuasai(dipelajari) oleh siswa, yang mencakup tiga kawasanyaitu kognitif, afektif dan psikomotor. TaksonomiBloom berhasil memberi inspirasi kepada pakar lainuntuk mengembangkan teori-teori belajar danpembelajaran (teori ini menjadi amat terkenal)

Pada tingkatan yang lebih praktis, TaksonomiBloom telah banyak membantu praktisi pendidikanuntuk memformulasikan tujuan-tujuan belajar dalambahasa yang mudah dipahami, operasional dan dapatdiukur. Dari beberapa taksonomi belajar, TaksonomiBloom ini yang paling terkenal dan populer(setidaknya di Indonesia). Taksonomi Bloom banyakdijadikan pedoman untuk menyusun butir-butir soalujian, termasuk orang-orang pendidikan yang seringmengkritik Taksonomi Bloom. Sedangkan Kolhmembagi tahapan belajar menjadi: 1) Pengalamankonkrit, 2) Pengamatan aktif dan reflektif, 3)Konseptualisasi, dan 4) Eksperimentasi aktif. Honeydan Mumford berdasarkan teori Kolh, membagi tipesiswa yaitu aktivis, refektor, teoris dan pragmatis.Tipe siswa yang aktivis adalah tipe siswa sukamelibatkan diri pada pengalaman – pengalaman baru.Siswa cendrung berpikiran terbuka dan mudah diajakberdialog (identik dengan sifat mudah dipercaya)Tipe siswa reflektor adalah sebaliknya, cendrungsangat berhati-hati mengambil langkah, sukamenimbang baik-buruk suatu keputusan..Tipe siswateoris, biasanya sangat kritis, senang menganalisis,dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yangsifatnya subyektif, curiga dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif. Tipe siswa pragmatisadalah menaruh perhatian besar pada aspek-aspekpraktis dari segala hal. Belahar menurut Harbernessangat dipengaruhi oleh interaksi, baik denganlingkungan maupun sesama manusia. Habermasmembagi tipe belajar adalah belajar teknis, belajarpraktis dan belajar emansipatoris.

Dalam perkembangan selanjutnya selain teoriHumanisme sebagai teori modern pertama, teori-teoripendidikan modern yang lain adalah teori–teoripendidikan yang tergolong kedalam pendidikan pascaklasik. Teori-teori pendidikan klasik adalahbehaviorisme (yang fokus pada proses dan hasilbelajar), teori kognitivisme (yang fokus pada prosesbelajar), humanistik (fokus pada isi/apa yangdipelajari) dan teori sibernetik (yang fokus padasistem informasi yang dipelajari).

Page 5: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

71

2) Teori BahaviorismeBelajar adalah perubahan dalam tingkah laku

sebagai akibat darri interaksi antara stimulus danrespon. Penganut teori ini setuju premis dasarperubahan tingkah laku, namun mereka berbedapendapat dalam beberapa hal penting.

1) Thorndike : Belajar adalah proses interaksiantara stimulus (mungkin berupa pikiran,perasaan atau gerakan) dan respon (yang jugabisa berbentuk pikiran, perasaan ataugerakan). Perubahan tingkah laku berwujudsuatu yang konkrit (dapat diamati) atau nonkonkrit (tak teramati). Thorndike takmenyebutkan cara mengukur tingkah laku,sehingga menjadi obsesi ahli behaviorselanjutnya, Teori ini disebut jugaKoneksionisme.

2) Watson : Stimulus dan respon tersebut harusberbentuk tingkah laku yang bisa diamati(observable), perubahan mental diabaikan;faktor tersebut tidak dapat menjelaskanapakah proses belajar telah terjadi atau belum.Hanya mementingkan perubahan tingkahlaku yang bisa diukur (pengukuran hanyatingkah laku nyata) meskipun mengakuisemua hal penting.

3) Clark Hull (Neo Behaviorisme/aliran tingkahlaku baru) : Sangat terpengaruh oleh teoriCharles Darwin/evolusi. Semua tingkah lakubermanfaat untuk menjaga kelangsunganhidup. Untuk itu kebutuhan biologis danpemuasan kebutuhan biologis menempatiposisi sentral. Stimulus/rangsangan hampirselalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,meskipun respon berbeda bentuknya. SetelahSkinner, teori ini tidak banyak dipakai dalamdunia praktis, kecuali dalam eksperimen dilab.

4) Edwin Guthrie : Stimulus tidak harusberbentuk kebutuhan biologis, yang pentinghubungan stimulus dan respon bersifatsementara. Diperlukan pemberian stimulusyang sering agar hubungan menjadi lebihlanggeng. Respon akan lebih kuat (menjadikebiasaan) bila berhubungan denganberbagai stimulus (banyak rangsangan agartingkah laku berubah ke arah positif)

5) Skinner : Hubungan stimulus dan respondalam perubahan perilaku, tidak sederhana;tapi stimulus yang diberikan berinteraksi satusama lainnya, dan interaksi tersebutmempengaruhi respon yang dihasilkan.Respon yang diberikan juga menghasilkanberbagai konsekuensi, yang pada gilirannyaakan mempengaruhi tingkah laku siswa.

3) Teori KognitivismeCiri khas kognitivisme lebih mementingkan

proses belajar dari pada hasil belajar. Belajar tidak

sekedar melibatkan hubungan antara stimulus danrespon, belajar melibatkan proses berpikir yangsangat komplek (erat hubungannya dengan teoriSibernetik). Teori ini mencoba menjelaskan bagaimanasiswa mengolah stimulus dan bagaimana siswasampai pada respon tertentu (pengaruh teoribehavior masih tampak), lambat laun perhatian mulaibergeser, perhatian teori ini terpusat pada prosesbagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi denganilmu yang sebelumnya telah dikuasai oleh siswa.

Teori Kognitif menekankan pada ilmupengetahuan dibangun dalam diri siswa melaluiproses interaksi yang berkesinambungan denganlingkungannya. Proses belajar tidak berjalanterpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir,berkesinambungan dan menyeluruh sebagai satukesatuan yang utuh masuk dalam pikiran danperasaan siswa. Seperti membaca buku, bukan alfabetyang terpisah yang diserap oleh pikiran, tapi kata,kalimat, paragraf yang semuanya menjadi satu,mengalir, menyerbu secara total bersamaan. Dalampraktek teori ini berwujud : 1) Tahap-tahapperkembangan (Jean Piaget). 2) Belajar bermakna atauMeaningful learning (Ausubel) 3) Belajar penemuansecara bebas (Jerome Bruner) .

Menurut Piaget proses belajar terdiri dari tigatahap yaitu Asimilasi, Akomodasi, dan Equilibrasi(penyeimbangan). Proses asimilasi yaitu prosespenyatuan (pengintegrasian) informasi baru kestruktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Equilibrasi yaitupenyesuaian berkesinambungan antara asimilasi danakomodasi. Proses belajar siswa harus disesuaikandengan perkembangan kognitif siswa, yakni : tahapsensorimotor (1,5 – 2 tahun), tahap praoperasional(2/3 – 7/8 tahun), tahap operasional konkret (7/8 –12/14 tahun), dan tahap operasional formal (14 tahunke atas).

Menurut Ausubel, siswa akan belajar denganbaik jika bahan ajar dan informasi lainnya mencakupsemua isi pelajaran yang akan diajarkan kepadasiswa. Manfaat bahan ajar dan informasi yanglengkap di sampaikan kepada siswa yaitu : 1) dapatmenyediakan kerangka konseptual untuk bahan ajaryang akan dipelajari siswa, 2) dapat berfungsi sebagaijembatan yang menghubungkan bahan ajar yangdipelajari saat ini dengan yang akan datang, 3) dapatmembantu siswa memahami bahan ajar secara lebihmudah.

Bruner, mengatakan proses belajar akanberjalan dengan baik dan kreatif, jika guru memberikesempatan kepada siswa untuk menemukan suatuaturan (termasuk konsep, teori, definisi, dsb) melaluicontoh-contoh yang menggambarkan (mewakili)aturan yang menjadi sumbernya (free discoverylearning), dengan pola berpikir “Induktif” (apreori= sebelum) teori. Siswa dibimbing secara induktifuntuk memahami suatu kebenaran umum. Untuk

Teori-teori Dalam Dunia Pendidikan Modern | I Nyoman Temon Astawa

Page 6: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

72 JURNAL PENJAMINAN MUTU

memahami konsep “kejujuran” siswa tidak dimulaidengan menghapal definisinya, tetapi mempelajaricontoh-contoh konkret tentang kejujuran. Daricontoh tersebut siswa dibimbing untukmendefinisikan kata “kejujuran”. Lawannya dari teoriini adalah belajar ekspositori (belajar dengan caramenjelaskan) dengan pola berpikir “deduktif”(sesudah teori). Siswa diberi bahan ajar yangberbentuk “definisi kejujuran” dari definisi tersebutsiswa diminta untuk mencari contoh konkret tentangkejujuran.

4) Teori SibernetikTeori ini berkembang sejalan dengan

perkembangan ilmu informasi. Menurut teori inibelajar adalah pengolahan informasi. Teori inimempunyai kesamaan dengan teori kognitif yangmementingkan proses. Proses memang pentingdalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagiadalah sistem informasi yang diproses itu, informasitersebut yang akan menentukan proses. Asumsi lainteori sibernetik adalah tidak ada satu prosesbelajarpun yang ideal dengan segala situasi yangcocok untuk semua siswa. Informasi akan dipelajarioleh siswa dengan satu macam proses belajar,informasi yang sama itu akan dipelajari oleh siswalain melalui proses belajar yang berbeda hal inidisebabkan oleh (perbedaan tipe siswa yang belajar,perbedaan seni guru mengajar). Dalam bentuk yanglebih praktis, teori sibernetik telah dikembangkan oleh: Landa (pendekatan algoritmik dan heuristik) danPask dan Scott (pendekatan menyeluruh/wholist danbagian/serialis)

Ada dua macam proses berpikir yaitu prosesberpikir algoritmik dan heuristic. Algoritmik adalahproses berpikir linier, konvergen, logis, lurus menujukesuatu target tertentu. Heuristik yaitu prosesberpikir divergen, tidak linier, tidak lurus, tidak logis,kreatif menuju kebeberapa target sekaligus.

Proses belajar akan berjalan dengan baik, jikaapa yang hendak dipelajari itu, merupakan masalahyang hendak dipecahkan, sistem informasi yanghendak dipelajari diketahui ciri – cirinya, suatu yanglebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier,substansial, suatu hal yang lebih tepat disajikandalam bentuk terbuka dan memberi keleluasaan siswauntuk berimajinasi dan berpikir. Agar siswa mampumemahami sebuah rumus matematika, akan lebihefektif jika presentasi informasi tentang rumusmatematika disajikan secara algoritmik.

Pendekatan serialis (Pask dan Scott) samadengan algoritmik, namun Wholist tidak sama denganHeuristik. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikiryang cendrung melompat ke depan lansung kegambaran lengkap sebuah sistem informasi, sepertimelihat sebuah lukisan, bukan detil-detil yangdiamati lebih dahulu, tetapi keseluruhan lukisan itusekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang

lebih kecil. Pendekatan yang beroreintasi padapengolahan informasi menekankan pada ingatanjangka pendek dan ingatan jangka panjang yangberkaitan dengan apa yang terjadi di otak dalamproses pengolahan informasi. Proses belajar dapatberjalan dengan optimal, bukan hanya cara kerja otakyang perlu dipahami, tetapi lingkungan yangmempengaruhi mekanisme itupun perlu diketahui.

III. PENUTUPTeori-teori pendidikan modern, sudah dirintis

dari kebangkitan Renaissance yang ditandai sebagaiera kebangkitan kembali pemikiran yang bebas daridogma-dogma agama. Renaissance adalah zamanperalihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulaiberubah menjadi suatu kebudayaan modern.Manusia pada zaman ini adalah manusia yangmerindukan pemikiran yang bebas, manusia inginmencapai kemajuan atas usaha sendiri tidakdidasarkan campur tangan illah Tokoh-tokoh yangterkenal pada masa ini yakni: Roger Bacon,Copernicus, Johaness Keppler, Galilio, Galilei.

Modern adalah suatu istilah yang digunakanuntuk menyebut suatu era baru (new age) yangberfungsi untuk membedakan dengan masa lalu (theancient), artinya modern itu tidak semata-mataditandai dengan zaman Renaissance di Prancis halini menyempitkan makna dari modern itu sendiritetapi dalam modern ada suatu era baru.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, H. Pendidikan Humanistik, (KonsepTeori dan Aplikasi Praksis alam DuniaPendidikan).

Karim, Muhammad. Pendidikan Kritis Transformatif,Jogjakarta: Ar. Ruzz Media,2009.

Sukardjo. M. dan Komarudin Ukim, LandasanPendidikan Konsep dan plikasinya, Jakarta:PT Raja Grafindo, 2009.

Tirtarahardja, Umar. dan Sulo, S.L.La. PengantarPendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.

Sudarsono, Sididjo. Teori-Teori Pendidikan Modern,IKIP Malang, 1990.

Soejono. Aliran - aliran baru Dalam Pendidikan Bagian1, Bandung: CV Ilmu, 2000.

Dahar. Ratna Wilis, Teori - Teori Belajar, 1996.

Soekamto. Toeti dan Winataputra, Udin Saripudin.Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran,Dirjen Depdikbud. 1999.

Maba. Wayan, Materi Pembelajaran ProgramPascasarjana S3, 2009

Surajiyo, Filsafat Ilmu Perkembangan di Indonesia,Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Page 7: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

73

I. PENDAHULUANKemajuan suatu bangsa dan negara sangat

ditentukan oleh mutu sumber daya manusia (SDM).Mutu SDM tidak hanya dilihat dari penguasaan ilmupengetahuan dan teknologi saja, melainkan jugakarakter atau perilakunya. Untuk memenuhi SDMyang memiliki kompetensi dan karakter diperlukansistem pendidikan yang baik. Undang-Undang No20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasionalpada Pasal 3, menyebutkan bahwa PendidikanNasional berfungsi mengembangkan kemampuandan membentuk karakter serta peradaban bangsayang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuanuntuk berkembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiserta peradaban manusia, memaksa kita sebagaibagian masyarakat dunia, turut mengejar danmengembangkan diri agar tidak tertinggal jauhdibelakang. Dalam rangka mengejar ketertinggalanini sebagai bangsa harus terus menerusmeningkatkan diri dalam segala aspek bidangkehidupan baik ideologi, politik, ekonomi, sosial,budaya, pertahanan, keamanan, hukum, danteknologi melalui pembangunan. Pembangunanbidang pendidikan yang merupakan salah satupembangunan aspek sosial dan budaya merupakanbagian yang sangat penting dan tidak dapat ditawarlagi dan menjadi suatu keharusan dalam rangkameningkatkan dan mengembangkan sumber daya

manusia yang memiliki kemampuan/ketrampilan yangtinggi, moral dan budi pekerti yang luhur serta cerdasdan kreatif. Hal ini dimaksudkan agar mutu sumberdaya manusia Indonesia dapat bersaing denganbangsa-bangsa lain di dunia.

Dunia pendidikan di Indonesia yang saat inimasih belum menunjukkan wajah yangsesungguhnya, sangat wajar kalau output yangdihasilkan dari proses yang berlangsung di dalamnyatidak begitu menggembirakan. Kalangan pemerintahtermasuk masyarakat nampaknya sudah terseretdalam pola pikir bahwa pendidikan semata-matamerupakan proses makanis yang berorientasi padapola pikir yang mengedepankan pragmatisme.Pendidikan di Indonesia belum dipandang sebagaisebuah proses kultural yang lebih menekankan padapembentukan cara berpikir yang holistik. Yangtercipta kemudian adalah generasi-generasi yangmudah berada dalam kebimbangan dalam pesatnyakemajuan perkembangan modernitas Capra (2000).

Seiring dengan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi, serta memasuki eraglobalisasi dan era informasi menuntut semua bidangkehidupan untuk mengaktualisasikan diri dengankebutuhan agar tidak ketinggalan zaman.Penyesuaian-penyesuain yang dilakukan dalambidang pendidikan demi meningkatkan kualitaspendidikan diantaranya memberlakukan kurilulumtingkat satuan pendidikan, sertifikasi tenagapendidikan, mengadakan evaluasi hasil belajar secaranasional, mengadakan pelatihan-pelatihan kepadapara pendidik (Elmubarok, 2009). Konsekwensi logisdari era globalisasi & era informasi yang meniadakanbatas-batas lokal, regional dan international, adalah

PENANAMAN AJARAN AGAMA HINDU BERBASIS BUDAYADALAM MEMBENTUK KARAKTER PESER TA DIDIK

OlehMade Mardika

Guru Pendidikan Agama Hindu di SD Saraswati 6 Denpasar

Abstract

The rapid development of science and technology these days have influenced thecharacters of the children, who are faced with heavy challenges. Teaching children shouldbe then directed towards strenghtening their morals. Regarding that, it needs aneotraditional norm that is based on the traditional origins. The Hindu education couldbecome the normative agent that builds any modern Indonesian characters through theirlocal wisdoms that are motivative to the children. On the instrumental level, the primaryvalues to be taught are autonomy, dignity, creativity, morality, pride, and sense of aesthetics,and democracy awareness. They should preserve the local cultural heritage, including thelanguages and the arts, while adapting the global trend. As the educators, the teachers atschools as well as the parents at homes must be the role models whose responsibilities anddisciplines are followed.

Key words: Hindu Teachings, characters, students

Penanaman Ajaran Agama Hindu Berbasis BudayaDalam Membantuk Karakter Peserta Didik | Made Mardika

Page 8: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

74 JURNAL PENJAMINAN MUTU

mempercepat pengaruh budaya, pola hidup sertaperilaku yang tidak sesuai dengan budaya nasional.Fakta menunjukan di masyarakat telah terjadidekadensi moral, penyalah gunaan narkoba,penurunan iman dan takwa, disharmonisasi antarwarga masyarakat, kriminal serta meningkatnyakorupsi dan perilaku sex yang menyimpang. Hal inilahyang menjadi tantangan bagi dunia pendidikankhususnya pendidikan agama.

Memperhatikan hal tersebut di atas mengenaidilemanya proses pendidikan, mengenai kontribusipendidikan agama termasuk pendidikan agama dalammenopang perilaku menyimpang peserta didik.Pembentukan kembali karakter peserta didikmerupakan sebuah hal yang cukup sulit namunpenting untuk dirilis kembali. Sebab dewasa inipendidikan agama Hindu dihadapkan padapersimpangan jaman globalisasi yang cukupmembuat resah masyarakat. Oleh karena demikiantuntutan akan pendekatan multidisiplin dalampembelajaran agama Hindu penting digerakan kembalidemi kepentingan persatuan nasional dan nilai-nilaikebangsaan.

II. PEMBAHASAN2.1Pembenahan Mutu Pendidikan Agama Hindu

yang MenyimpangKemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang pesat seperti dewasa ini mempengaruhi polakehidupan anak terutama perkembangan sikap dankepribadiannya, karena kehidupan pada abad ini anakdihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat.Kenyataan seperti adanya kenakalan pada anak,kesulitan para orang tua untuk mengatur anaknya,kurangnya minat belajar anak dan yang lainnya.Membina seorang anak hendaknya ditekankan padapembentukan nilai moralnya, agar kualitas anak lebihberharga, mampu menghadapi tekanan sertarongrongan dari luar dan dalam dirinya, seseorangtidak cukup membina anak dengan kecukupan materi,apalagi kalau hal itu dilakukan berlebih-lebihan danberakibat merusak jiwa anak (Muharyono, 2008).Sebab ilmu dan pengetahuan yang tidak dibarengidengan tingkat keimanan dan moralitas yang tinggimenyebabkan pendidikan kehilangan esensinyasebagai wahana memanusiakan manusia.

Dengan hasil sain dan teknologi berbagaitemuan didapatkan, jarak waktu dapat diperpendek,berbagai macam penyakit bisa ditanggulangi,teknologi informasi berkembang pesat dan lainsebagainya, menyebabkan hidup manusia makinmeningkat. Kemudahan yang didapatkan tersebuttidak akan berarti apa-apa, apabila tidak didasari olehnilai, etika dan moral yang kokoh dalampenggunaannya. Hal tersebut bisa akan menjadibumerang pada manusia itu sendiri. Banyak orang

memiliki kecerdasan yang luar biasa dan prestasiyang gemilang secara akademik namun tidakmemberikan manfaat yang berarti dalam lingkunganmasyarakatnya, bahkan menjadi racun yang sangatmembahayakan bagi eksistensi budaya dan nilai-nilaikemanusiaan karena iman dan moralitasnya rendah.Tidak sedikit kasus amoral terjadi yang dilakukanoleh anak-anak usia sekolah maupun oleh parailmuwan, baik melalui layar televisi maupun mediamasa.

Pendidikan agama merupakan salah satu aspekpenting dalam upaya pembentukan perilaku pesertadidik. Karena itu, setiap wacana pendidikan agamaselalu menarik perhatian publik. Melalui pendidikanagama, kepribadian peserta didik dibentuk dandiarahkan sehingga dapat mencapai derajatkemanusiaan sebagai makhluk berbudaya. Untuk itu,idealnya pendidikan agama tidak hanya sekedarsebagai transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan(transfer of knowledge and skill) tetapi lebih dari ituadalah transfer perilaku (transfer of attitude).

Di sekolah upaya pembentukan kepribadianpeserta didik secara lebih intens dilakukan melaluipendidikan agama. Diharapkan, pendidikan agamamampu membentengi peserta didik dari berbagaipengaruh negatif lingkungan, sekaligus dapatmenjadi agen sosial (social agent) menujumasyarakat yang lebih berperadaban (civil society).Namun demikian, belakangan masyarakat mulaimempertanyakan efektivitas penyelenggaraanpendidikan agama dalam konteks pembentukanperilaku peserta didik. Fenomena dalam masyarakatmemperlihatkan bahwa secara umum hasilpembelajaran pendidikan agama Hindu (PAH) disekolah dewasa ini belum memuaskan banyak pihak,dan bahkan dinilai gagal.

Pelajaran agama serta pesan-pesan moral yangdisampaikan oleh guru di depan kelas, tidak mampumenjiwai setiap gerak langkah peserta didik dalamkehidupan masyarakatnya. Hal ini tentunya,disebabkan oleh keringnya pembelajaran yangdirasakan peserta didik, materi-materi pelajaran agamamasih berorientasi pada pengajaran agama yangbersifat kognitif dan sebagai pelajaran tambahanyang harus dihapal. Disamping itu kurangkeintegrasian pendidikan agama Hindu dengan matapelajaran lain, sehingga nilai moral tidak dapatmeresap dalam kepribadian peserta didik secara utuh(Tanu, 2008:207).

Diantara indikator yang sering dikemukakan,bahwa dalam kehidupan masyarakat, masih dijumpaibanyak kasus tindakan masyarakat yangbertentangan dengan ajaran agama. Adanyakekerasan dan keberingasan yang dilakukan dikalangan pemuda, pelajar dan mahapeserta didik,masih marak diberitakan dalam media massa.

Page 9: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

75

Demikian juga perilaku maksiat, kasus kehamilan diluar nikah di kalangan peserta didik-peserta didiksekolah serta banyaknya para peserta didik sekolahterlibat dalam penggunaan narkoba, memperlihatkanadanya penghayatan peserta didik belum memadaiterhadap nilai-nilai ajaran agama.

Agama memiliki peran yang amat penting dalamkehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandudalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yangbermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwaperan agama amat penting bagi kehidupan umatmanusia maka internalisasi agama dalam kehidupansetiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yangditempuh melalui pendidikan baik pendidikan dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama dimaksudkan untukmembentuk peserta didik menjadi manusia yangberiman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esadan berakhlak mulia serta peningkatan potensispiritualnya. Akhlak mulia mencakup etika, budipekerti, dan moral sebagai perwujudan daripendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritualmencakup pengenalan, pemahaman, dan penanamannilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individualataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatanpotensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuanpada optimalisasi berbagai potensi yang dimilikimanusia yang aktualisasinya mencerminkan harkatdan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Pendidikan Agama Hindu adalah usaha yangdilakukan secara terencana dan berkesinambungandalam rangka mengembangkan kemampuan pesertadidik untuk memperteguh sradha dan bhaktiterhadap Tuhan Yang Maha Esa/ Sang Hyang WidhiWasa sesuai dengan ajaran Weda, dengan tetapmemperhatikan penghormatan terhadap agama laindalam hubungan kerukunan antar umat beragamadalam masyarakat untuk mewujudkan persatuannasional.

Perubahan yang diperoleh individu setelahmelalui suatu proses belajar meliputi perubahankeseluruhan tingkah laku. Pendidikan agama Hindudiharapkan dapat dipahami dengan baik oleh pesertadidik, agar dengan pemahaman ini peserta didik dapatmengaktualisasikan nilai-nilai agama yang diperolehdalam praktek kehidupannya. Guru diharapkan dapatmenyampaikan materi secara komunikatif, edukatifdan persuasif sehingga tujuan yang diharapkandapat terpenuhi.

Berdasarkan uraian diatas, maka Pendidikanagama Hindu memiliki peran dalam penanggulanganperilaku yang kurang baik melalui interaksi edukatifyang dilakukan antara guru dan peserta didik.Pengembangan pendidikan lebih berorientasi padakompetensi peserta didik, dan difokuskan padakemampuan life skill peserta didik. Kompetensi dasar

pendidikan agama Hindu adalah; peserta didikmemiliki sradha dan bhakti kepada Ida Sang HyangWidhi Wasa, berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur)yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalamhubungannya sebagai mahkluk ciptaan Tuhan,sesama manusia, dan alam sekitar mampu membacadan memahami kitab suci Weda, serta mampumenjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.

Pendidikan agama Hindu juga diarahkan untukmembangun kualitas mental pribadi peserta didikyang cerdas, terampil dan memiliki sikapkeberagamaan, peka terhadap perubahan perilaku dimasyarakat, komitmen terhadap nilai-nilai danprinsip-prinsip hidup secara harmonis dan kreatifdalam masyarakat yang pluralistk, kepedulianterhadap lingkungan dan berkarya sesuai denganswadarmanya (Tanu, 2008 : 27).

Pendidikan Agama Hindu merupakan salah satumata pelajaran yang ikut menentukan lajuperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi(IPTEK), oleh karena itu penyelenggaraan kegiatanpendidikan tidak bisa lepas dari peranan pendidikanagama Hindu. Hal ini dikarenakan proses pendidikanagama Hindu dijadikan sebagai sebuah media dalammengembangkan nilai spiritual dan etika terhadappeserta didik yang telah mengalami kemerosotan.Dengan demikian peserta didik diharapkan mampumembangun segenap potensi dalam dirinya yaitumenghayati dan merefleksikan pengetahuan yangdimiliki ke dalam cara berpikir, ucapan dan tindakansehari-hari dalam lingkungan sekolah sebagailingkungan terkecil dalam menggali pengetahuan.

Krisis moral dan etika, harus diakui telahmengkondisikan kesenjangan di masyarakat.Masyarakat mulai mempertanyakan efektivitaspendidikan agama di lembaga pendidikan. Ditengaraiada permasalahan mendasar yang layak dipecahkanguna optimalisasi pencapaian sasaran pendidikan.Keberadaan kurikulum pendidikan agamapun mulaiditimang-timang. Ternyata, terbatasnya alokasiwaktu hanya tiga jam dalam seminggu dinilai olehberbagai kalangan sebagai salah satu penyebabnya.Pemuatan materi pelajaran yang tidak sesuai denganperkembangan peserta didik, pengetahuan yangdisampaikan sangat teoritis, telah membuatmembiasnya pencapaian sasaran.

Fenomena tersebut terjadi karena kesenjanganantara penanaman nilai agama dengan pengetahuan.Hal tersebut mengingat bahwa ilmu dan agamapernah memiliki hubungan yang tidak harmonis dimasa lalu, ketika golongan rohaniawan mendominasiseluruh aspek kehidupan manusia, tidaklah dapatdipungkiri. Karena itu, perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi mengalami hambatan.Tetapi, di jaman modern ini, sejak jaman pencerahanEnstein menyatakan bahwa ilmu tanpa agama buta,

Penanaman Ajaran Agama Hindu Berbasis BudayaDalam Membantuk Karakter Peserta Didik | Made Mardika

Page 10: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

76 JURNAL PENJAMINAN MUTU

agama tanpa ilmu lumpuh (Suriasumantri, 1985).Mencermati suatu fenomena mengenai

rendahnya sikap disiplin peserta didik yang sangatberimbas kepada keberadaan materi agama Hindu.Dewasa ini banyak sekali ditemukan sikap pesertadidik yang sangat arogan dalam dunia pendidikansekolah. Moral dan sikap displin peserta didik disekolah sangat rendah yang dibuktikan oleh berbagaibukti pelanggaran peserta didik seperti: (1) Pesertadidik tidak menyapa guru dengan salam yangseyogyanya; (2) cara berpakaian dan tutur katapeserta didik jauh dari kode etik seorang pelajar; (3)sering membuat kerusuhan bila ada jam kosong danbahkan terjadi pertengkaran antar peserta didik; (4)sering membolos, terlambat dan bahkan tidak masuksekolah tanpa alasan yang pasti. Kenyataan tersebutbila dicermati dari hakikat tujuan pendidikansangatlah pahit, namun guru agama yang membawamisi dan pesan moral tidaklah dapat bekerja sendiri.

Mengenai contoh sebuah isu menurun moralpeserta didik di sekolah disebabkan oleh beberapahal yang semestinya tidak boleh terjadi. Adapunfaktor yang menyebabkan hal tersebut, yaitu : (1)kurang kesinergian dan peran aktif semua guru dilingkungan sekolah untuk peduli dalam membentukkarakter peserta didik; (2) analisis latar belakangpeserta didik banyak sekali yang menjadikan sekolahtersebut sebagai sebuah pelarian; (3) tes penerimaanpeserta didik tidak memperhatikan psikologis anaksehingga setelah mulai bersekolah peserta didikmemiliki sifat sekehendak hati; (4) pendidikan agamasebagai modal pembentukan nilai dan karakter pesertadidik, mendapatkan posisi yang terbelakang dalamartian materi pelajaran agama lain lebih penting.Kenyataan seperti hal tersebut yang menghambatproses pembelajaran, yang akhirnya menyebakansuatu dekadensi moral peserta didik.

Terjadinya dekadensi moral yang sangatmengkhawatirkan menjadi indikasi betapa pendidikanformal sesungguhnya bisa divonis gagal membangunsebuah peradaban yang lebih baik. Ketika kesadaranmulai merasuki relung-relung pemikiran mereka yangmemiliki kepedulian terhadap nasib generasi penerus,segera melirik pendidikan yang menekankan ajaran-ajaran agama sebagai solusi alternatif. Di dalamUndang-Undang Dasar 1945 pasal 31 tentangpendidikan menyebutkan antara lain pemerintahmemajukan ilmu pengetahuan dan teknologi denganmenjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuanbangsa untuk kemajuan peradaban sertakesejahteraan umat manusia. Pendidikan agamamemiliki kedudukan sangat penting dalammembentuk akhlak mulia dan moral peserta didik. Haltersebut disebabkan oleh pendidikan agama termasukpendidikan agama Hindu merupakan bagian integraldalam membentuk perilaku peserta didik secara nyata

(Tanu, 2008:13).Pendidikan Agama Hindu sebagai bagian dari

sistem pendidikan nasional harus memiliki kontribusidalam rangka mengentaskan dekadensi moral danefek negatif lainnya yang memang merupakan ranahgarapan dari bidang ini sejajar dengan pendidikanagama lainnya di Indonesia, pendidikan moral danpendidikan seni, sosial dan budaya. Gejalamerosotnya moral peserta didik disebabkan olehkurangnya pemahaman nilai normatif agama dalamkepribadian peserta didik. Selain itu, peserta didikbelum siap melakukan aktivitas keagamaan secararutinitas sebagaimana diamanatkan dalam kitab suciweda, yakni proses pembelajaran belum dipandangsebagai kewajiban moral oleh peserta didik (Tanu,2008:192).

Sehubungan dengan hal tersebut penting sekalidilakukan penggalian nilai-nilai baru dalampenyelenggaraan agama, disamping diadakankesenergian dalam bebagai dengan pelajaran budayadan budi pekerti dalam kehidupan peserta didik(Tanu, 2011). Hal tersebut mengingat problem sepertidekadensi moral yang muncul dalam pembelajaranagama di sekolah disebabkan adanya pemisahanpeserta didik dalam proses pembelajaran agama.Fenomena tersebut dapat menimbulkan sikapberlebihan terhadap ajaran agama yang dianut olehpeserta didik (Listia, 2007).

Mencermati tentang problematik pembelajarantermasuk pembelajaran agama Hindu harus mampudikaji secara bersama-sama oleh komponenpendidikan. Moral peserta didik mengalami dilematisditengah persimpangan jaman yang membuatnyamenentukan pilihan dalam melangkah. Proses salahlangkah tersebut yang menyebabkan interprestasiprilaku peserta didik menjadi buram dan merusaktatanan ranah dan nilai pendidikan yang ada. Dengandemikian penting sekali diadakan rekonstruksimengenai nilai pendidikan bangsa melaluipembentukan karakter budaya peserta didik.

2.2Pendidikan Agama Hindu dan PembentukanKarakter Peserta Didik

Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untukmeningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnyamelalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah ragaagar memiliki daya saing dalam menghadapi tantanganglobal. Peningkatan relevansi pendidikandimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yangsesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensisumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensimanajemen pendidikan dilakukan melalui penerapanmanajemen berbasis sekolah dan pembaharuanpengelolaan pendidikan secara terencana, terarah,dan berkesinambungan.

Pendidikan yang idealnya dapat meningkatkan

Page 11: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

77

kualitas hidup dan kesejahteraan serta berupayamerekonstruksi suatu peradaban adalah salah satukebutuhan asasi yang dibutuhkan oleh setiapmanusia. Hal ini juga merupakan pekerjaan wajibyang harus diemban oleh negara agar dapatmembentuk masyarakat yang memiliki pemahamandan kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsikehidupan selaras dengan tugasnya serta mampumengembangkan kehidupannya menjadi lebih baikdari setiap masa ke masa.

Kesemuanya itu tidak luput dari peran ilmuagama sebagai pembentuk karakteristik dan mentalpeserta didik yang berbudi luhur. Sehingga,penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi,aspek-aspek materi (hasil-hasil teknologi) dankemajuan-kemajuan lainnya merupakan sesuatu yangharus disadari oleh peserta didik sebagai kebutuhandan kewajiban yang harus selalu dilaksanakan dalammenjaga keharmonisan kehidupan.

Pendidikan agama Hindu pada dasarnyamemiliki prinsip yang sama dengan pendidikan lain,hanya saja tanggung jawab moral yang dipikul parapendidik agama termasuk agama Hindu lebih beratdalam memanusiakan manusia. Serangkaian uasahamembangun moral peserta didik dibutuhkan sebuahsuasana baru dalam pendidikan yaitu suasanakekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih danpenghargaan terhadap peserta didik, tidak adapendidikan tanpa dasar cinta kasih. Dengan demikianpendidikan agama Hindu yang diselenggarakanhendaknya dapat membantu peserta didik untukberkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental,cerdas, serta menjadi anggota masyarakat yangberguna (Pandit, 2005). Manusia merdeka adalahseseorang yang mampu berkembang secara utuh danselaras dari segala aspek kemanusiannya dan mampumenghargai dan menghormati kemanusiaan setiappeserta didik.

Revitalisasi sejarah pendidikan bangsa memangmengalami pasang surut dalam perkembangannya.Beranjak dari fenomena dan kenyataan seperti itumaka penting sekali dilakukan penataan kembalimengenai penanaman ajaran agama Hindu yang utuhkepada peserta didik dalam dunia pembelajaran yangmikro. Menata proses pendidikan termasuk dalamranah pembelajaran agama Hindu adalah hal yangsangat mendesak untuk dilakukan, walaupunkenyataannya diketahui sulit. Pada hakikatnyaproses penataan kembali proses pembelajaran agamaHindu termasuk pelajaran yang membangun prilakupeserta didik yang lain diperlukan karena hadirnyasejumlah perubahan dalam dimensi pendidikan, yangbeberapa diantaranya sangat fundamental dan tidakpernah diramalkan sebelumnya.

Dunia bergerak ke masa depan dengan dinamis,dan dalam proses itu banyak nilai masa lalu yangtidak tepat lagi dengan konteks perkembangan jamanbegitu pula dengan nilai normatif dalam pembelajaran

agama Hindu. Hal tersebut disebabkan karenamemang perubahan perkembangan pola pemikirandi era milinium ini mempengaruhi struktur kehidupanmasnusia termasuk para peserta didik. Hal ini dapatmenyebabkan sebagian peserta didik mengalamidisorientasi nilai. Dalam tingkat tertentu hal tersebutjuga mempengaruhi dunia pendidikan termasukpendidikan agama Hindu, yang saat ini dirasakanbetul tentang merosotnya moral peserta didik, ketidakseimbangan kecerdasan emosional peserta didikdengan kecerdasan intelektual dan kecerdasanspiritual yang dimilikinya.

Terkait dengan perubahan jaman tersebut, untukbisa membangun paragidma pendidikan dalamlingkungan dunia baru (global) ini, diperlukanhadirnya neotradisional norm yaitu nilai-nilai baruyang berakar pada nilai-nilai tradisional (asli) dandalam perkembangan dan perubahan nilai dapatdisebut dengan dynamic integrated norm yaitusuatu perubahan nilai yang dilakukan dalamkehidupan tetapi masih bersumber dan terintegrasidengan nilai aslinya.

Sehubungan dengan dunia pendidikan, makaperanan pendidikan agama Hindu dituntut menjadiagen pembentuk karakter bangsa yang dimulai darikarakter peserta ddiknya, melalui membentuk nilai-nilai modern yang tetap bercirikan Indonesia denganberbagai kearifan lokalnya (Atdmaja, 2011). Untukitulah pengaruh pendidikan moral dan etika yangdiberikan kepada peserta didik penting untukdiintegrasikan dengan pelajaran agama Hindu. Makadari itu diperlukan pendidik agama Hindu yangberkemampuan mempersonafikasikan nilai-nilai etikkemanusiaan dan keagamaan dalam pembelajaran.Meskipun tidak berarti bahwa seorang pendidikadalah seorang malaikat, namun dinamikakehidupannya menunjukkan wajah ketulusan untukmembantu peserta didik.

Terkait dengan tugas yang dipikul oleh parapendidik yang di dalam termasuk pendidik agamaHindu diperlukan serangkaian prinsip untukdijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasiprinsip pendidikan agama Hindu. Salah satu prinsipyang masti dibahwa oleh para pendidik yaitu mampumelakukan proses pembudayaan dan pemberdayaanpeserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, dimana dalam proses tersebut harus ada pendidik yangmemberikan keteladanan dan mampu membangunkemauan, serta mengembangkan potensi dankreativitas peserta didik.

Budaya keteladanan, dan kedisiplinan dari parapendidik baik pendidik di sekolah maupun orang tuapeserta didik harus terus dikembangkan dan memilikitanggung jawab untuk memajukan sekolah dalammembina disiplin peserta didik (Sulhan, 2010).Rendahnya moral pendidikan kita saat ini disebabkanoleh lemahnya komitmen warga sekolah dalam

Penanaman Ajaran Agama Hindu Berbasis BudayaDalam Membantuk Karakter Peserta Didik | Made Mardika

Page 12: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

78 JURNAL PENJAMINAN MUTU

mewujudkan budaya sekolah. Harapan yangsekarang harus terpenuhi dalam menatata moralitaspendidikan adalah membudayakan nilai-nilai agamasesuai dengan budaya peserta didik.

Pembentukan karakter peserta didikmemberikan sebuah pengertian untuk menentukanapakah hubungan pembelajaran dengan pencapaiantujuan pendidikan agama Hindu, memberikan makna,untuk memfokuskan perencanaan pembelajaran danmenuju keadaan yang tepat atau cocok dengansosio-kultural dan sosio religius yang merupakanpilar-pilar penting terwujudnya idealitaspembelajaran pendidikan agama Hindu.

Dalam penanganan kendala perilaku pesertadidik, guru perlu mengetahui sebab–sebab pesertadidik berperilaku yang tidak sesuai dengan tujuankurikulum pendidikan agama Hindu. Gunaterwujudnya karakter peserta didik yang sesuaidengan tujuan pendidikan agama Hindu, makapendidik harus berupaya melakukan berbagaipendektan seperti :

Pertama, pendekatan kesadaran yaitu bersifatmenggugah hati nurani, suara hati menjadi pengawasdirinya sendiri penerapannya melalui pengajaransopan santun dan penanaman nilai-nilai agamaHindu. Kedua, pendekatan bersifat ajakan yaitusuatu pendekatan untuk memantapakan keyakinandan menumbuhkembangkan serta mening-katkanmotivasi dalam mencapai tujuan pendidikan agamaHindu. Ketiga, pendekatan etika melalui pendektanini peserta didik diajarkan untuk memahami tentangperbuatan baik dan buruk (subha,asubha karma)dan penanaman perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang berlandaskan dharma. Keempat,pendekatan sosial keagamaan, pendekatan ini adalahupaya meningkatkan perilaku peserta didik yangberlandaskan nilai-nilai pendidikan agama Hindumelalui kegiatan sosial keagamaan yang mencakuptiga hal yaitu dama (pengendalian diri), dana(mewajibkan pemberian dengan didasari hati yangikhlas/lascarya), karuna (kasih sayang atau welasasih terhadap sesama). Peserta didik diajarkanberderma dengan sradha dan rasa simpati yang tinggi(mudita). Amal kedermawanan adalah sifat yang jauhlebih besar artinya dari harta kekayaan. Jika tidakdipergunakan untuk berdana punia, maka secarasepiritual tidak kekayaan materi tidak ada nilainya.

Pengembangan nilai-nilai sathya (kesetiaan/kejujuran), dharma (kebajikan), shanti (kedamaian),dan ahimsa (tanpa kekerasan). Seperti yang diajarkandalam Bhagawadgita “advesta sava bhutanam”,jangalah membenci siapapun dan apapaun dalamciptaan, karena Tuhan ada pada setiap nama adanwujud. Bila setiap peserta didik memiliki rasa cintakasih yang memenuhi dirinya, maka Tuhan akansangat mengasihinya.

Antara pendidik dengan peserta didik

semestinya ada hubungan yang harmonis dan penuhkasih, bukan hanya sekedar hubungan yang formaldalam lembaga pendidikan. Seorang peserta didikharus dengan tulus menghormati gurunya,mentaatinya tanpa merasa terpaksa melainkanmenjalani kewajiban itu dengan tulus dan ikhlas.Taitriya Upanisad mengajarkan: Matru deva bhavo,pitru devo bhavo, acharya devo bhavo, atiti devobhavo.Hormatilah ibumu, hormatilah ayahmu,hormatilah gurumu, hormatilah tamu sebagaiperwujudan Tuhan di muka bumi ini.

Proses pembentukan karakter peserta didikyang berorientasi pada pemahaman ajaran agamaHindu selain yang telah diuraikan di atas, ada empatcara yang bisa dijadikan pedoman, yaitu melalui jalanBhakti Yoga, Karma Yoga, Jnana Yoga, dan RajaYoga. Dari keempat jalan tersebut yang palingmendektai diaplikasikan dalam proses pembentukanperilaku peserta didik dapat dilakukan melalui KarmaYoga, dan Bhakti Yoga. Melalui Karma yoga pesertadidik dapat memahami ajaran agama dari perbuatanyang nyata. Lewat pola ini, peserta didik diajarkanatau diberikan pendidikan agama dengan jalanmemberikan contoh-contoh yang nyata berdasarkanatas Weda, sebab agama Hindu tidak harus melaluiteori semata namun bisa juga dilakukan dengantindakan-tindakan nyata yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan. Berikutnya melalaui Bhakti Yogapada tahap ini, peserta didik diberikan tata kramabersikap sesuai ajaran agama, seperti hormat danbhkati kepada ajaran guru yaitu guru rupaka adalahbhkati kepada orang tua di rumah, guru pengajianhormat dan bhkati kepada bapak/ibu guru yangmemberikan pendidikan di sekolah, guru wisesahormat dan bhakti kepada pemerintah dan yang palingutama adalah hormat dan bhakti kepada guru sejatiyaitu guru swadyaya (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).

2.3Pendidikan Agama Hindu sebagai PenanamanNilai Budaya

Agama Hindu sebagai suatu sistem keyakinandapat menjadi bagian dari suatu sistem nilai yangada dalam kebudayaan peserta didik, menjadipendorong sekaligus pengendali bagi tindakan-tindakan para peserta didik tersebut agar tetap sesuaidengan nilai-nilai agama dan kebudayaannya(Sukadi, 2001:2). Dalam pengertian seperti ini makawilayah peran dan fungsi pendidikan agama Hindudalam proses pendidikan yang kongkret-historisadalah membudayakan prilaku peserta didik yangbernilai budaya. Pendidikan agama Hindu adalah jiwadari proses pendidikan umatnya dalam mendukungmuncul prilaku normatif yang mendukung prosespemberdayaan dan pembudayaan Sehinggapendidikan agama begitu pula dengan pendidikanagama Hindu dalam kebudayaan dapat berfungsisebagai (1) sebagai sistem yang mengatur tindakan

Page 13: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

79

peserta didik yang berbudaya moral, (2)memantapkan, meresapkan perasaan-perasaan,motivasi-motivasi secara kuat, menyeluruh danbertahan lama dalam diri peserta didik, (3)memformulasikan sekumpulan tata tertib dalam diripeserta didik (Geertz, 1977).

Beranjak akan keberadaan pendidikan agamaHindu sebagai sistem nilai budaya menjadi tuntunannormatif tetapi juga nyata memberikan dorongan ataumotivasi bagi kehidupan peserta didik, bagaimanasetiap peserta didi memiliki sifat dan prilaku yangmegandung nilai-nilai luhur. Dalam kondisi sepertiitu tentu tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikanagama Hindu tidaklah steril mempengaruhi dandipengaruhi oleh keseluruhan sistem budaya dalamproses pendidikan. Satu masalah yang pentingkemudian muncul dari interelasi pendidikan agamaHindu dengan unsur budaya pembelajaran adalahpendidikan agama Hindu tidaklah steril dari aspekperubahan, karena tidak ada pendidikan dankebudayaan yang tidak mengalami perubahan.

Pendidikan agama Hindu harus memiliki acuannilai kultural dalam penataan aspek legal. Tata nilaiitu sendiri bersifat kompleks dan berjenjang mulaidari jenjang nilai ideal, nilai instrumental, sampai padanilai operasional. Pada tingkat ideal, acuanpendidikan agama Hindu adalah pemberdayaanuntuk kemandirian dan keunggulan. Pada tingkatinstrumental, nilai-nilai yang penting perludikembangkan melalui pendidikan agama Hinduadalah otonomi, kecakapan, kesadaran berdemokrasi,kreativitas, daya saing, estetika, kearifan, moral,harkat, martabat dan kebanggaan. Pada tingkatoperasional, pendidikan agama Hindu harusmenanamkan pentingnya kerja keras, sportifitas,kesiapan bersaing, dan sekaligus bekerjasama dandisiplin diri (Geriya, 1991).

Sekolah sebagai salah satu tempatmenyelenggarakan pendidikan agama Hindu harusdapat melestarikan budaya lokal dengan tetapmengikuti tren budaya global yang berkembang,misalnya bahasa daerah, gamelan, dan tariantradisional perlu dilestarikan sebagai warisan budayabangsa. Tetapi tidak dapat kita pungkiri pula bahwapenguasaan bahasa asing, band, dan modern danceharus juga dipelajari sebagai budaya global yangdisukai remaja saat ini. Karena itu, nuansa religius disekolah dengan pelaksanaan sembahyang/ TriSandhya sebelum pembelajaran yang dilaksanakanharus dijadikan aktivitas rutin. Membudayakan salamdan saling menegur dengan bahasa yang ramahharus menjadi fenomena yang biasa.

2.4Pendekatan Multikultur dalam PendidikanNasional

Pendidikan multikultural mengandung artibahwa proses pendidikan yang diimplementasikanpada kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan

selalu mengutamakan unsur perbedaan sebagai halyang biasa, sebagai implikasinya pendidikanmultikultural membawa peserta didik untuk terbiasadan tidak mempermasalahkan adanya perbedaansecara prinsip untuk bergaul dan berteman dengansiapa saja tanpa membedakan latar belakang budaya,suku bangsa, agama, ras, maupun adat istiadat yangada.

Pendidikan multikultural sebenarnya sudahtertuang dalam filsafat pendidikan Indonesia yaitufilsafat Pancasila yang mengakui keberagamanbangsa dalam satu wadah. Multikulturalismemerupakan suatu perkembangan yang relatif palingbaru dalam khazanah ilmu pengetahuan sosial danbudaya (humaniora), terutama pasca pemikiranliberalisme dalam bidang ilmu politik.Multikulturalisme terus berkembang sesuai denganderasnya perubahan sosial-budaya yang dihadapioleh umat manusia khususnya di dalam era duniaterbuka dan era demokratisasi kehidupan. MenurutFay (dalam Parsudi Suparlan, 2003:1)multikulturalisme merupakan sebuah ideologi yangmengakui dan mengagungkan perbedaan dalamkesederajatan, baik secara individual maupun secarakebudayaan. Oleh karena itu, multikulturalismeseharusnya tidak dipahami semata-mata sebagaisekumpulan perbedaan belaka yang dapatdijumlahkan dan disatu-satukan secara kuantitatif,tetapi sebaliknya multikulturalisme adalah sebuahkualitas dan bukan entitas, yang secara mutlakmensyaratkan adanya, empati, solidaritas dankeadilan sosial (Budiman, 2003:2).

Pada dasarnya multikulturalisme bukan sekadarwacana tetapi ideologi yang harus diperjuangkansebagai landasan pendidikan yang mengakui danmau membina keanekaragama dalam kehidupan.Akan tetapi sebagai sebuah ideologimultikulturalisme tidak dapat berdiri terpisah dariideologi-ideologi lainnya; sebaliknya,multikulturalisme justru membutuhkan seperangkatbangunan konsep-konsep untuk memahaminya.Berbagai konsep yang berkaitan denganmultikulturalisme antara lain: demokrasi, keadilan danhukum, nilai-nilai budaya dan etos kerja,kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, sukubangsa dan kesukubangsaan, kebudayaan etnik,keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya,domain privat dan publik, hak budaya komuniti, dankonsep-konsep lainnya yang relevan (Fay dalamSuparlan, 2003: 4). Hal ini terkait dengan adanyapaling tidak tiga faktor yang mendorong berkembang-luasnya wacana pemikiran multikulturalisme, yaitu:HAM (Universal Declaration of Human Rights yangdiprakarsai oleh PBB pada tahun 1948), globalisme,dan proses demokratisasi.

Model pendidikan yang kiranya dapatditerapkan di Indonesia, dalam mengembangkanpendidikan multikultural, di samping melalui

Penanaman Ajaran Agama Hindu Berbasis BudayaDalam Membantuk Karakter Peserta Didik | Made Mardika

Page 14: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

80 JURNAL PENJAMINAN MUTU

penyempurnaan kurikulum dan bahan ajar, termasukjuga penataran guru atau dosen dan hal ini dapatdilaksanakan oleh guru dosen pemegang matapelajaran/mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraanatau Pendidikan Moral Pancasila, di samping sudahtentu para guru agama, guru bimbingan danpenyuluhan (BP) dan sangat ideal bilamanapendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan pedasemua mata pelajaran dan oleh karena itu semua gurudi sekolah hendaknya terlibat dalam proses belajarmengajar (PBM) pendidikan multikultural ini. Tidakkalah pentingnya adalah orang tua peserta didik/mahapeserta didik yang menumbuhkembangkannyadi rumah (dalam keluarga) dan para tokoh agama dantokoh masyarakat dalam mengambil peranan, menjaditeladan dalam memajukan pendidikan multikulturalini. Media massa, khususnya TV sangat berperanandalam menunjang pendidikan multikultural ini. Hal-hal yang perlu ditekankan dalam pendidikanmultikultural ini antara lain:

1) Cinta dan bhakti kepada tanah air, tumpahdarah tempat dilahirkan, jangan membenciatau merugikan tanah air sendiri dan tanahair orang lain. Menumbuhkan apresiasiterhadap berbagai agama dan budaya denganmengembangkan sikap toleransi yang sejati.

2) Hormati semua agama dengan rasa hormatyang sama, setiap agama adalah jalan menujuTuhan Yang Maha Esa. Demikian pulamemberikan apresiasi dan penghormatan yangsama terhadap berbagai budaya, utamanyabudaya daerah di Nusantara.

3) Cintai semua orang tanpa membeda-bedakanlatar belakang etnis, suku, agama dan profesiorang, karena semua manusia apa pun latarbelakangnya adalah satu komunitas yangtunggal.Pelihara kebersihan dan ketentramanrumah tangga dan lingkungan sosial, makakesehatan dan kebahagiaan masyarakat akandapat diwujudnyatakan.

4) Jadilah dermawan, jangan buat sesuatu yangmenjadikan seseorang menjadi pengemis.Bantulah orang yang memerlukan sesuaikebutuhan dan menjadikan mereka mandiri.

5) Jangan menggoda seseorang denganmenawarkan/memberi hadiah ataumerendahkan diri dengan menerima suap.

6) Jangan membenci, dengki, irihati denganalasan apa pun kepada siapa pun juga.

7) Jangan bergantung pada siapapun, usahakanuntuk melaksanakan sendiri sebanyakmungkin, walaupun seseorang kaya raya danmemiliki banyak pembantu, tetapi pelayananmasyarakat (seva) agar dilaksanakanlangsung sendiri. Jadilah pelayan bagi diri

sendiri dan orang lain.8) Jangan sekali-kali melanggar hukum yang

berlaku di negara kita. Patuhilah peraturanperundang-undangan yang berlaku. Jadilahwarga negara teladan.

9) Cintailah Tuhan Yang Maha Esa, dan segenapciptaan-Nya dan jauhilah dosa dan perbuatanburuk.

Dengan demikian, pendidikan multikulturalsangat relevan dilaksanakan dalam mendukungproses demokratisasi, dimana pada pendidikanmultikultural terdapat beberapa hal terkait mengenai,pengakuan hak asasi manusia, tidak adanyadiskriminasi dan diupayakannya keadilan sosial.Selain itu, dengan pendidikan multikultural inidimungkinkan seseorang dapat hidup dengan tenangdi lingkungan kebudayaan yang berbeda denganyang dimilikinya. Bila semua komponen bangsaIndonesia terpanggil untuk membangun pendidikanmultikultural ini, maka pada saatnya bangsaIndonesia akan menjadi bangsa yang benar-benardikenal sebagai bangsa yang sangat ramah, jujur,dermawan dan mendapatkan penghargaan, sejajardengan bangsa-bangsa yang telah jauh lebih majudari bangsa kita. Will Kymlicka (2003:134) mengutippendapat Margalit dan Raz (1990: 447-9) menyatakan:“Apabila suatu kebudayaan secara umum tidakdihormati, maka martabat dan rasa harga diri paraanggotanya akan juga terancam”. Pendapat Margalitdan Raz ini dapat saja terjadi di Indonesia, bila bangsaini tidak segera mengantisipasinya dan satu cara diantaranya adalah dengan mengembangkanpendidikan multikultural, menegakkan nilai-nilai etikadan moralitas dalam membangun masa depan bangsaIndonesia. Ke depan pendidikan etika dan moralitas,disamping plularisme beragama dan multikulitu-ralisme, serta patriotisme dan nasionalisme hendak-nya lebih mendapatkan perhatian dari pemerintah.

III. PENUTUPPemikiran manusia membuat arus

perkembangan zaman semakin kian menonjol, sebuahsebuah bukti timbul teknologi dalam systemkehidupan. Namun di balik hal tersebut terdapat sisigelap dari proses global yang melanda kehidupan.Sebagai sebuah subsistem yang sangat kecil yaitudalam dunia pembelajaran sangat dirasakan sekalimodernisasi diwarnai dan dimaknai tidak dengansemestinya sehingga melahirkan berbagaipenyimpangan prilaku dan merosotnya moral pesertadidik.

Pendidikan agama Hindu sebagai sebuahsubsistem pendidikan nilai dihadapakan padadilematis di tengah persimpangan jaman, yang

Page 15: TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN · Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon, Copernicus, Johaness Keppler , Galilio, Galilei Zaman modern ditandai dengan

81

akhirnya menuntut keras campur tangan bersamadalam membentuk moral peserta didik. Proseskesinergian pendidikan agama Hindu denganpelajaran lain merupakan sebuah strategi dalammembentuk karakter pendidikan bangsa Indoneisa,dengan mengacu pada nilai budaya kehidupanpeserta didik. Melalui pendidikan agama, kepribadianpeserta didik dibentuk dan diarahkan sehingga dapatmencapai derajat kemanusiaan sebagai makhlukberbudaya.

Pendidikan agama Hindu mendorong pesertadidik untuk dapat menjalankan ajaran agamanyadalam kehidupan sehari-hari, dan menjadikan agamasebagai landasan etika dalam kehidupan pribadi,keluarga, masyarakat, bangsa dan negara mengingatsuksesnya anak-anak dalam mengikuti pelajaranagama tidak bisa diukur dari perolehan angka sematamelainkan juga bisa dilihat dari sikap danperilakunya. Oleh karena itu jika semua pihakkonsekuen dengan tujuan pendidikan nasionalbahwa selain mencerdaskan kehidupan bangsa, jugamembetuk mental spiritual seharusnya pendidikanagama mendapat porsi yang sewajarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Atmajda, I N Bawa. 2001. Pendidikan KarakterBangsa. Singaraja: Undhiksa.

Budiman, Manneke. 2003. ‘Jatidiri Budaya dalamMasyarakat Multikultural’. Makalah dalamSeminar Pendidikan Multikultural danRevitalisasi Hukum Adat dalam PerspektifBudaya, diselenggarakan Dep. Kebudyaandan Pariwisata, Bogor: tanggal 18—20Desember 2003.

Capra, F. 2000. Titik Balik Peradaban: Sains,Masyarakat, dan KebangkitanKebudayaan. Yogyakarta: Yayasan BentangBudaya.

Elmubarok, Z. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai,Mengumpulkan yang Terserak,Menyambung yang Putus, dan Menyatukanyang tercerai. Bandung: Alfabeta.

Geerts, C. 1977. Penjaja dan Raja: Perubahan Sosialdan Modernisasi Ekonomi di Dua KotaIndonesia ( S. Supomo: Penterjemah). Jakarta:

Gramedia.

Geriya, I.W. 1991. Peranan Agama Hindu dalamTransformasi Budaya. Denpasar: InstitutHindu Dharma.

Hasibuan, S.P. Malayu. 1996. ManajemenPengertian dan Masalah Dasar. Jakarta:Gunung Agung.

Kymlicka, Willy , 2003. Kewargaan Multikultural.Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia.

Listia, dkk. 2007. Problematik Pendidikan Agamadi Sekolah. Yagyakarta: Institut Dian.

Maharyono, HS, SB. 2008. Pendidikan KarakterBangsa Indoneisa. Educare, nomor 7/5 Oktoer2008. Halaman 22-17-21.

Pandit, B. 2005. Pemikiran Hindu Pokok-PokokPemikiran Agama Hindu dan Filsafatnya.Surabaya: Paramita.

Sukadi. 2011. Paran Ilmu Sosial dan Humaniora dalamPembelajaran Agama. Makalah seminar diPascasarjana IHD Negeri Denpasar. Tidakditerbitkan.

Sulhan, N. 2010. Pendidikan Berbasis KarakterSinergi antara Sekolah dan Rumah dalamMembentuk Karakter Anak. Surabaya:Jaringpena.

Suparlan, Parsudi. 2003. ‘Menuju MasyarakatIndonesia yang Multikultural’. Makalahdalam Seminar Pendidikan Multikulturaldan Revitalisasi Hukum Adat dalamPerspektif Budaya, diselenggarakanDepartemen Kebudyaan dan Pariwisata,Bogor, tagl. 18—20 Desember 2003.

Susriasumantri, J.S. 1985. Filsafat Ilmu SebuahPengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.

Tanu, I Ketut. 2008. Isu-isu Kontemporer PendidikanAgama Hindu di Sekolah Dasar (perspektifkritis cultur studies). Denpasar: SariKhayangan Indonesia.

Titib, I Made. 2003. Teologi dan Simbol-Simboldalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita.

Penanaman Ajaran Agama Hindu Berbasis BudayaDalam Membantuk Karakter Peserta Didik | Made Mardika