teori hukum bab 3 a

27
BAB 3 TEORI HUKUM DALAM BERBAGAI RUANG DAN GENERASI Tujuan yang ingin dicapai bab ini, pertama ingin menunjukkan bahwa teori hukum itu tidak tunggal dan tidak hanya terwakili oleh teori hukum murni seperti dianut kuat dalam pendidikan hukum dewasa ini, kedua kita dapat memetik manfaat dari teori-teori tersebut dalam melakukan refleksi terhadap hukum sebagai lembaga manusia, ketiga membantu proses pembentukan cara berpikir konseptual dan metodis. Teori hukum yang muncul dari abad ke abad dan dari generasi ke generasi, tidak hanya memperlihatkan warna kosmologi dan semangat zamannya, tetapi juga memunculkan pergeseran cara pandang sesuai dengan peralihan zaman. Teori hukum, tumbuh dalam tradisi barat dan berpengaruh besar pada pandangan modern mengenai hukum. Teori hukum mencerminkan warna kosmologi dan semangat zamannya. 3.1. Teori Hukum Zaman Klasik Teori hukum pada zaman ini diwarnai cakrawala religiusitas, baik yang bersumber pada mitis maupun yang bersumber pada religi Olympus. Alam sepenuhnya dikuasai oleh kekuatan mitis, dan hidup manusia sepenuhnya tergantung pada nasib. Kosmologi serba mitis berganti kosmologi religi Olympus, yang merujuk pada pencerahan Logos dan Nomos yang merujuk pada penataan tertib Polis secara rasional. Karena Polis merupakan wujud Logos, maka dalam Polis dimungkinkan tercipta keteraturan atau hokum. Logos merupakan akal dewa-dewi yang mencerahkan dan menuntun manusia pada pengenalan akan yang “benar”, “baik” dan “patut”. Hukum Itu Tatanan Kekuatan Teori Filsuf Ionia Teori para filsuf Ionia tentang hukum mencerminkan kosmologi di atas. Pertama, hukum merupakan tatanan yang dikuasai logika

Upload: nur-rahmawati-azhary

Post on 27-Jun-2015

720 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Hukum Bab 3 A

BAB 3TEORI HUKUM DALAM

BERBAGAI RUANG DAN GENERASI

Tujuan yang ingin dicapai bab ini, pertama ingin menunjukkan bahwa teori hukum itu tidak tunggal dan tidak hanya terwakili oleh teori hukum murni seperti dianut kuat dalam pendidikan hukum dewasa ini, kedua kita dapat memetik manfaat dari teori-teori tersebut dalam melakukan refleksi terhadap hukum sebagai lembaga manusia, ketiga membantu proses pembentukan cara berpikir konseptual dan metodis. Teori hukum yang muncul dari abad ke abad dan dari generasi ke generasi, tidak hanya memperlihatkan warna kosmologi dan semangat zamannya, tetapi juga memunculkan pergeseran cara pandang sesuai dengan peralihan zaman. Teori hukum, tumbuh dalam tradisi barat dan berpengaruh besar pada pandangan modern mengenai hukum. Teori hukum mencerminkan warna kosmologi dan semangat zamannya.

3.1. Teori Hukum Zaman KlasikTeori hukum pada zaman ini diwarnai cakrawala religiusitas, baik yang

bersumber pada mitis maupun yang bersumber pada religi Olympus. Alam sepenuhnya dikuasai oleh kekuatan mitis, dan hidup manusia sepenuhnya tergantung pada nasib. Kosmologi serba mitis berganti kosmologi religi Olympus, yang merujuk pada pencerahan Logos dan Nomos yang merujuk pada penataan tertib Polis secara rasional. Karena Polis merupakan wujud Logos, maka dalam Polis dimungkinkan tercipta keteraturan atau hokum. Logos merupakan akal dewa-dewi yang mencerahkan dan menuntun manusia pada pengenalan akan yang “benar”, “baik” dan “patut”. Hukum Itu Tatanan KekuatanTeori Filsuf Ionia

Teori para filsuf Ionia tentang hukum mencerminkan kosmologi di atas. Pertama, hukum merupakan tatanan yang dikuasai logika kekuatan, karena memang berasal dan diperuntukkan bagi manusi-manusia yang siap bersaing dalam kancah kekejaman dan nasib. Kedua, tidak ada perbedaan antara aturan alam dan aturan buatan manusia. Hukum kodrat yeng paling operasional dalam alam adalah “hukum survival”. Untuk filsuf Ionia, hukum tidak lebih dan tidak kurang adalah persoalan mengenai bagaimana manusia bisa ada, dan tetap ada (survive). Hukum adalah “rumus-rumus”untuk tetap survive. Apa yang ditampilkan dalam filsuf Ionia itu adalah teori yang mencerminkan strategi tertib hidup dari manusia-manusia yang langsung berhubungan dengan daya-daya alam yang serba rahasia, suatu dunia yang diwarnai ketegangan antara manusia dan daya kekuatan alam. Jadi, teori filsuf Ionia mengenai hukum sebagai kekuatan, benar-benar merupakan “tertib hidup”dari manusia zaman itu yang memilih adaptasi terhadap alam.

Page 2: Teori Hukum Bab 3 A

Disinilah hukum survive berlaku, yakni ada atau lenyap. Terjadilah seleksi alam. Siapa kuat dan cerdik, ia survive. Dan siapa yang mampu survive, ia berkesempatan menjadi sumber hukum. Logislah, bila dalam konteks ini hukum menjadi “rumus-rumus” orang kuat untuk tetap survive. Ya, hukum menjadi tatanan kekuatan (orang kuat) untuk tetap survive. Tesis filsuf Ionia mengenai survive sebagai intisari “aturan alam” juga mendapat apresiasi yang amat tinggi etikawati abad ke-20, Ayn Rand. Semua filsafatnya adalah : “Egoisme yang tidak malu-malu”. Terhadap nasib dan kepentingan sesama, prinsipnya angkat bahu. Anda bebas, saya bebas. Siapa cerdik dan pandai, dia menang. Bagi Rand, apa yang ada (what is), itulah yang menentukan apa yang seharusnya (what ought). Mengorbankan diri sendiri adalah tindakan yang tidak etis. Mengorbankan diri sendiri berarti menjadikan diri sendiri sebagai alat belaka demi nilai lain yang tidak rasional.

Rand mengagungkan tiga nilai yang dianggap paling utama. Nilai pertama adalah akal, sebab akal dianggap sebagai satu-satunya alat terbaik yang dimiliki manusia untuk ada dan survive. Nilai yang kedua adalah tujuan yang jelas dan gamblang yaitu untuk ada dan survive. Dan yang ketiga adalah harga diri atau rasa percaya diri, yaitu keyakinan dan kepastian pada diri sendiri bahwa saya mampu untuk berfikir dan pantas untuk tetap hidup.

Ada sisi positif dari cara berpikir mereka pertama pentingnya pemahaman yang komrehensif tentang manusia yang justru menjadi titik tolak teorisasi tentang hukum, kedua teorisasi tentang hukum tidak lepas dari konsepsi kita tentang manusia. Konsepsi tentang ontologi manusia akan menentukan tanggapan kita tentang hukum, ketiga dari cara analisis filsuf Ionia kita berkesempatan mengkaji hukum dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya bertumpu pada rumusan-rumusan hitam-putih aturan, apalagi hanya sibuk mengecek legal-tidak legalnya sebuah aturan, dan keempat, konteks dunia dan manusia mitis dalam teori para filsuf Ionia, bisa menggugah kita untuk melaksanakan semacam studi perbandingan dengan konteks masyarakat tradisional yang terdapat dibelahan dunia dewasa ini, kelima pada tingkat lebih praktis dari kerangka analisis teori kekuatan itu, kita memperoleh pesan kuat bahwa untuk membangun kehidupan yang adil dan damai dibutuhkan adanya tatanan nilai sebagai bingkai kehidupan.Hukum Sebagai Tatanan LogosTeori Kaum Sofis

Dengan berlatar belakang konsepsi religi olympus tentang manusia, barisan filsuf ini tidak lagi memandang kekuatan setelanjang barisan filsuf Ionia. Dunia materi bukan lagi segala-galanya ada unsur yang lebih utama, yakni manusia yang memiliki logos. Teori kaum sofis menunjukkan hukum bukanlah unit yang tertutup lepas dari sistem sosial yang lebih besar. Teori kaum sofis, “Hukum merupakan aturan yang mencerahkan”, tidak bisa dimengerti dengan baik tanpa dengan baik tanpa dikaitkan dengan religi olympus Yunani yang memunculkan ide-ide tentang logos, nomos serta polis. Teori kaum sofis memberi pesan yang cukup jelas, hukum yang baik

Page 3: Teori Hukum Bab 3 A

membutuhkan basis idealisme sebagai rujukan bagi muatan dan sisanya. Bagi kaum sofis, idealisme itu adalah logos.Hukum sebagai tatanan kebijakanTeori Socrates

Bagi Socrates, sesuai dengan hakikat manusia, maka hukum merupakan tatanan kehidupan. Tatanan yang mengutamakan kebajikan dan keadilan bagi umum. Hukum bukanlah aturan yang dibuat untuk melanggengkan nafsu orang kuat, bukan pula aturan untuk memenuhi naluri hedonisme diri. Hukum sejatinya adalah tatanan objektif untuk mencapai kebajikan dan keadilan umum. Kontrak sosial yang dimaksud Socrates adalah kesediaan menjadi warga polis. Polis merupakan lembaga logos, atau yang lebih tepat sebagai wujud logos, karena logos merupakan representasi dewa-dewi yang mencerahkanan sekaligus memberi petunjuk tentang jalan hidup yang baik, maka setiap orang yang menjadi warga polis (sebagai lembaga logos) terbeban secara moral untuk tunduk pada polis.

Eudaimonia (kesempurnaan jiwa) menjadi inti filsafat kebijaksanaan Socrates, yaitu pertama peningkatan jiwa, kepedulian terhadap kebijaksanaaan dan kebenaran merupakan keutamaan tertinggi, dan kedua filsafat adalah kebajikan. Kebajikan adalah pengetahuan. Bagi Socrates karena kabajikan adalah pengetahuan dan untuk mengetahui kebajikan adalah dengan melakukannya, maka kekeliruan hanya datang dari kegagalan untuk mengetahui apa yang baik. Teori Socrates menampilkan teori “teori hidup” yang lain lagi. “Jalan kebijaksanaan” dijadikan tatanan tertib hidup manusia. Ada tiga alas an yang dapat dikemukakan, yaitu pertama Socrates memberi tempat yang utama pada kehadiran manusia sebagai oknum moral, kedua Socrates ingin melepaskan diri sekaligus menghentikan pengaruh dua generasi filsuf sebelumnya, ketiga Socrates hendak melembagakan pedoman moral objektif dalam hidup bersama seturut keturunan logos. Hukum Sebagai Sarana KeadilanTeori Plato

Plato mengaitkan kebijaksanaan dengan tipe ideal negara polis dibawah pimpinan kaum aristokrat. Dasar perbedaan tersebut terletak pada perbedaan asumsi tentang peluang kesempurnaan pada manusia. Menurut Palto, pengungkapan kebaikan hanya diterima oleh kaum aristokrat. Secara lebih riil, Plato merumuskan teorinya tentang hukum, yaitu (i) hukum merupakan tatanan terbaik untuk menangani dunia fenomena yang penuh situasi ketidakadilan, (ii) aturan-aturan hukum harus dihimpun dalam satu kitab, supaya tidak muncul kekacauan hukum, (iii) setiap UU harus didahului preambule tentang motif dan tujuan UU tersebut, dan (iv) tugas hukum adalah membimbing para warga (lewat UU) pada suatu prinsip yang saleh dan sempurna, serta (v) orang yang melanggar UU harus dihukum.

Tesis Plato tentang kaum arif bijaksana yang dapat diandalkan sebagai mitra bestari dalam menghadirkan keadilan, mungkin menjadinpeluang eksplanasi yang menarik bagi kajian hukum. Teori Plato seolah memberi himbauan pada penstudi agar

Page 4: Teori Hukum Bab 3 A

faktor manusia (aparat hukum) menjadi bagian integral dalam studi hukum. Eksplanasi teoritis yang dijadikan hasil kajian dariu faktor aparat itu tidak hanya bermanfaat secara praktis dalam rangka penegakan hukum, tetapi juga memberi bobot ilmiah pada kajian hukum.Hukum Itu Rasa Sosial-EtisTeori Aristoteles

Aristoteles mengaitkan teorinya tentang hukum dengan perasaan sosial-etis. Perasaan sosial-etis terdapat dalam konteks individu sebagai warga negara (polis). Inti manusia moral yang rasional, menurut Aristoteles adalah memandang kebenaran sebagai keutamaan hidup. Akal memiliki dua fungsi, yakni fungsi teoritis dan fungsi praktis. Moral menurut Aristoteles memandu manusia untuk memilih jalan tengah antara dua ekstrim yang berlawanan termasuk dalam menentukan keadilan.

Singkatnya, keadilan kolektif bertugas membangun kembali kesetaraan. Keadilan kolektif merupakan standar umum untuk memperbaiki setiap akibat dari perbuatan, tanpa memandang siapa pelakunya. Selain mengandalkan aturan, untuk meraih keadilan perlu cara yang lebih bijak, yaitu rasio praktis. Aturan hukum tetap pentig, tapi bukan ukuran terakhir. Masalah penerapan hukum sangat kompleks melibatkan akal, rasa dan moral, tidak sekedar menegakkan aturan-aturan.Hukum dan Kepentingan IndividuTeori Epicurus

Bagi Epicurus bahwa manusia pada dasarnya individualistis. Cara berfikir Epicurus ini harus dipahami etika Epicuranisme-nya. Bagi Epicuranisme, tujuan kehidupan adalah kebahagiaan. Dari Epicuranisme itulah Epicuruis membangun teorinya tentang hukum. Hukum menurut Epicurus, mesti dipandang sebagai tatanan untuk melindungi kepentingan-kepentingan perorangan.

Dalam tipe yang menekankan faktor komunal, maka kelompok adalah segala-galanya. Sementara dalam tipe yang menempat faktor kelompok dan individu sama penting, menampilkan warna yang berbeda. Sedangkan tipe terakhir (yang tidak menekankan baik faktor kelompok maupun faktor individu), kita bisa temukan dalam kelompok-kelompok hippie. Nilai-nilai yang terpenting dalam tipe ini adalah : kesungguhan, otensitas pribadi dan kejujuran pada diri sendiri. Perteori, struktur suatu masyarakat menentukan prioritas nilai-nilai yang dianut warganya. Orientasi nilai seseorang ditentukan oleh tipe masyarakat dimanapun ia hidup.

3.2. Teori Hukum Abad PertengahanAbad pertengahan merupakan suatu era dimana pemikiran serba Ilahiah yang

begitu dominan. Rezim Ilahi dilibatkan (secara langsung) dalam pengelolaan dunia. Tuhan dengan sekalian kehendak dan firman-Nya, menuntun hidup manusia pada pengenalan akan Alkhalik yang menjadi sumber hidup serentak sumber hukum.Hukum Itu Tatanan Hidup DamaiTeori St. Agustinus

Page 5: Teori Hukum Bab 3 A

Teorinya St. Agustinus mengenai hukum yaitu ia melihat tatanan hukum sebagai sesuatu yang didominasi oleh tujuan perdamaian serta adanya pemilahan, pemilahan tersebut ternyata membawa dampak dalam pembentukan hukum, yaitu (i) hukum yang mengatur soal keduniawian (kenegaraan), (ii) hukum yang mengatur soal keagamaan (kerohanian). Sebagai tokoh agama, Agustinus menempatkan hukum Ilahi (lex aertena) sebagai ciri dari hukum positif. Jika hukum positif (lex temporalis) melanggar aturan Ilahi itu, maka ia akan kehilangan kualitas hukumnya.

Sumbangan Agustinus pada ekspansi dibidang hukum, yaitu pertama lewat konsep “pengenalan akan Tuhan” sebagai prasyarat keadilan, Agustinus secara implisit memberi sinyal betapa penting peran etis iman terhadap berseminya keadilan dalam hukum, dan kedua dengan inspirasi teori Agustinus kita dapat melakukan kajian secara empiris tentang banyak hal, dan ketiga konsep Agustinus tentang deligere dan delicto proximi yang dapat berfungsi mengkondisikan lahirnya kedamaian dan keadilan, seolah mengingatkan kita tentang pentingnya modal sosial dalam kehidupan hukum.Hukum Itu Bagian Tatanan IlahiTeori Thomas Aquinas

Thomas Aquinas mendasarkan teorinya tentang hukum dalam konteks moral agama Kristen. Hukum diperlukan untuk menegakkan moral di dunia. Menurut konfigurasi tata hukum dimulai dari: (i) Lex Aeterna: hukum dan kehendak Tuhan, (ii) Lex Naturalis: prinsip umum hukum alam, (iii). Lex Devina: hukum Tuhan yang dalam Kitab Suci, (iv). Lex Humane: hukum buatan manusia yang sesuai dengan hukum alam. Hukum pada dasarnya merupakan cerminan tatanan Ilahi. Legislasi hanya memiliki fungsi untuk mengklarifikasi dan menjelaskan tatanan Ilahi itu. Dalam ajaran Aquinas, akal berada diatas kehendak, baginya, akal itu mencerahkan, sedangkan kehendak cenderung naruliah. Tentang keadilan, Aquinas membedakan tiga kategori: (I) Iustitia distributiva (keadilan distributif), (ii) Iustitia Commulativa (keadilan komunikatif atau tukar meukar), (iii) Iustitia Legalis (keadilan hukum). Menaati hukum menurut Aquinas bermakna sama dengan bersikap baik dalam segala hal. Jadi perilaku hukum pararel dengan perilaku moral. Lewat doktrinnya tentang hukum alam, Aquinas memperingatkan bahwa cara yang demikian justru dapat mereduksi hakikat hukum itu sendiri. Dengan berpegang pada prinsip diatas, aparat penegak hukum berpeluang melakukan penegakan hukum secara progresif.

3.3. Teori Hukum Era RenaissanceTeori hukum zaman modern menempatkan “manusia duniawi” yang otonom

sebagai titik tolak teori. Hukum tidak lagi terutama dilihat dalam bayang-bayang alam dan agama, tetapi sebagai tatanan manusia yang berkaitan dengan pengalamanya sebagai manusia duniawi.Hukum Itu Perintah Penguasa BerdaulatTeori Jean Bodin

Page 6: Teori Hukum Bab 3 A

Bagi Bodin, kekuasaan raja dalah kekuasaan tertinggi atas warga dan rakyat. Raja sendiri tidak terikat oleh hukum, sebab jika raja berada dibawah hukum maka itu berarti menghancurkan makna dasar kedaulatan. Bodin dikenal sebagai penganut doktrin kedaulatan negara. Bagi Bodin, hukum adalah penjelmaan kehendak negara. Bodin tidak tampak sebagai penganut otoritarianisme. Realisasi hukum menurut Bodin bisa terjadi didalam maupun diluar pengadilan.Hukum Itu Tatanan KeamananTeori Thomas Hobbes

Hobbes melihat hukum sebagai kebutuhan dasar bagi keamanan individu. Hobbes juga melihat hukum alam sebagai tatanan perilaku yang terdiri dari aturan-aturan bijak. Bagi Hobbes, kekuasaan tidak kurang dari sarana yang ada sekarang untuk mendapat kebaikan yang nyata dikemudian hari. Hobbes merumuskan kualifikasi mutu yang harus dimiliki oleh hakim yaitu: pertama harus memiliki pemahaman yang benar mengenai hukum alam sebagai keadilan, kedua tidak mengejar kekayaan, ketiga dalam menjatuhkan vonis, harus mampu mebebaskan diri dari segala ketakutan, kemarahan, kebencian dan hasrat, dan keempat harus memiliki kesabaran untuk mendengarkan, harus tekun dalam mendengarkan dan harus memiliki ingatan yang kuat, menggali dan menerapkan apa yang telah ia dengar dan saksikan.Hukum Itu Kesadaran SosialitasTeori Hugo Grotius

Bagi Grotius hukum sangat dibutuhkan agar setiap orang dapat kembali kepada kodratnya sebagai “manusia sosial” yang berbudi. Prinsip-prinsip agar “individu sosial” yang berbudi agar tetap tegak: (1) milik orang lain harus dihormati, (2) kesetiaan pada janji, dan (3) harus ada ganti rugi untuk tiap kerugian yang diderita, serta (4) harus ada hukuman bagi setiap pelanggaran. Keempat prinsip tersebut merupakan inti hukum alam versi Grotius.

3.4. Teori Hukum Era AufKlarungKosmologi era Aufklarung diwarnai “kekuasaan” akal atau rasio manusia.

Menurut era ini manusia adalah individu yang rasional, bebas dan otonom. Disini muncul teori tentang hukum sebagai tatanan perlindungan hak-hak dasar manusia.Hukum Itu Perlindungan Hak KodratTeori John Locke

Bagi Locke adalah orang-orang yang tertib dan menghargai kebebasan, hak hidup, dan kepemilikan harta sebagai hak bawaan sebagai manusia. Menurut Locke rakyat sendirilah yang harus menjadi pembuat hukum, lewat lembaga legislatif, rakyat berhak menentukan warna dan isi sebuah aturan, hak rakyat menyusun undang-undang bersifat primer, asli dan tidak bisa dicabut. Locke menempatkan kekuasaan legislasi sebagai inti dalam kehidupan politik. Menurut Locke kekuasaan pengadilan maupun hukum kebiasaan harus berada di bawah kekuasaan legislasi. Kekuasaan yang harus dihormati oleh badan legislasi adalah hukum alam dan nalar, karena hukum

Page 7: Teori Hukum Bab 3 A

alam dan nalar itu merupakan landasan cita hukum untuk membuat aturan hukum positif. Terjadi adanya pergeseran cara pandang tentang hak-hak dasar, hak-hak tersebut tidak lagi dilihat hanya sebagai kewajiban yang harus dihormati oleh penguasa, tetapi juga dipandang sebagai hak yang mutlak dimiliki rakyat.Hukum Itu Produk Akal PraktisImmanuel Kant

Menurut Kant tiap-tiap individu cenderung memperjuangkan kemerdekaan yang dimilikinya. Karena hukum harus berpedoman pada dua prinsip kategoris dimaksud, maka Kant memasukkan hukum dalam bidang “akal praktis”. Hukum merupakan bidang sollen, bukan bidang sein. Akal murni merupakan media untuk melihat “yang ada” (sein) yakni alam, fakta dan semua yang dapat direkam oleh indera. Sedangkan akal praktis merupakan media untuk menangkap bidang “harus” (sollen), yakni norma-norma. Aturan hukum sebagai norma hukum positif, bukanlah bidang keharusan yang otonom. Ia merupakan lembaga keharusan yang heteronom.Hukum Itu KeharusanTeori Cristian Wolff

Teori dari Cristian Wolff bahwa hukum alam, seperti juga hukum lainnya berbasis kewajiban. Menurut Wolff ada tiga eselon norma yang menjadi pedoman norma hokum, yaitu pertama norma “tingkat rendah” (mengatur hubungan manusia dengan benda). Prinsip dasar dalam norma ini adalah : Jangan merugikan orang lain (neminem laedere), kedua norma “tingkat menengah” (mengatur hubungan antar-orang). Prinsip utama disini ialah Berikan setiap orang menurut haknya (unicuique suum tribuere), dan ketiga norma “tingkat tinggi” (mengatur hubungan manusia dengan Tuhan). Disini berlaku hak dan kewajiban orang untuk berbakti kepada Tuhan (ius pictatis atau ius internum). Prinsip dasar dalam bidang ini ialah bertingkah laku secara luhur dan terhormat (honeste vivere).Hukum dan Lingkungan FisikTeori Mostesquieu

Montesquieu berusaha menemukan apa sebabnya suatu negara memiliki seperangkat hukum atau struktur sosial dan publik tertentu. Menurutnya, ada dua faktor utama yang membentuk watak suatu masyarakat, yaitu (1) faktor fisik (iklim yang menghasilkan akibat-akibat fisiologi mental tertentu), dan (2) faktor moral, menurut Montesquieu seorang legislator yang baik, bisa membatasi pengaruh faktor fisik sekecil mungkin dan bahkan bisa membatasi akibat-akibat karena iklim tertentu. Menurut Montesquieu, faktor iklim dan lingkungan tidak saja berpengaruh pada watak manusia, tetapi juga pada sifat dan bentuk kegiatan, cara hidup bermasyarakat, dan lembaga-lembaga sosial. Montesquieu juga menghubungkan kondisi daratan dengan bentuk pemerintahan. Daratan yang luas cenderung menghasilkan pemerintahan yang despotik, sementara penduduk yang berada di daerah kepulauan, lebih menginginkan kebebasan dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di daerah daratan.

Page 8: Teori Hukum Bab 3 A

Menurut Montesquieu perdamaian merupakan hukum kodrat yang pertama, sedangkan hukum kodrat yang kedua adalah mencari nafkah. Teori Montesquieu tentang hukum adalah soal jenis-jenis hukum. Menurutnya, manusia mempunyai hukumnya sendiri, pertama hukum alam yang jelas tidak dapat diubah dan dipertentangkan, kedua hukum agama yang berasal dari Tuhan, dan yang ketiga hukum moral dari ahli filsafat dimana hukum ini dapat dibuat dan diubah, serta keempat hukum politik dan sipil, hukum (hak-hak) politik berkaitan dengan struktur konstitusional, hubungan dari yang memerintah dengan yang diperintah, dan gabungan dari kekuatan, keunggulan, dan kekuasaan, sedangkan hukum (hak) sipil merupakan hubungan keinginan-keinginan individu. Menurut Montesquieu kekuasaan negara tidak boleh tersentralisasi dan dimonopoli oleh seorang penguasa atau lembaga politik tertentu, kekuasaan negara perlu dibagi-bagi (pemisahan kekuasaan negara) yang dikenal dengan sebutan Trias Politica, pada dasarnya Trias Politica adalah pengawasan (Check and Balances) dari suatu cabang pada cabang yang lain. Perwujudan dari konsep Trias Politica Montesquieu adalah pembagian kekuasaan negara ke dalam fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif.Hukum Itu Kehendak Etis UmumTeori Rousseau

Rousseau melihat keberadaan sejati manusia sebagai oknum yang memiliki otonomi etis. Menurut Rousseau suatu norma hukum memiliki nilai kewajiban dan absah mengikat, bukan melulu karena diciptakan dengan partisipasi bebas dari manusia yang tunduk padanya. Hukum Itu Kaidah Menggapai SimpatiTeori David Hume

Menurut Hume manusia tidaklah ditentukan oleh hasrat, bukan oleh rasio. Menurut Hume, segala sesuatu yang memberi kebahagiaan bagi masyarakat, akan dengan sendirinya disambut dengan aprobasi (penerimaan baik). Jadi dapat disimpulak, hukum bagi Hume merupakan alat pencapaian cita-cita social. Cara yang dimaksud Hume adalah melalui prinsip-prinsip hukum alam, yakni keterjaminan kepemilikan, tidak menguasai barang secara berlebihan, perolehannya harus dilakukan secara halal, pemindahannya harus berdasarkan kesepakatan dan berusaha setia pada janji.

Hukum Itu Penyokong KebahagiaanTeori Jeremy Bentham

Menurut Bentham yang cocok digunakan untuk kepentingan individu adalah apa yang cenderung untuk memperbanyak kebahagiaan. Dengan kata lain, hukum harus berbasis manfaat bagi kebahagiaan manusia. Bagi Bentham ilmu hukum merupakan ilmu perilaku, meski demikian Bentham menolak asumsi tentang kebajikan dan

Page 9: Teori Hukum Bab 3 A

kemanusiaan yang dimotivasi oleh simpati. Menurut Bentham tiap manusia sibuk dengan kepentingannya sendiri. Hukum haruslah mampu menyokong penghidupan materi yang cukup pada tiap individu, mendorong persamaan, memelihara keamanan, dan meraih hak milik. Doktrin Bentham tentang manusia sebenarnya sudah kita temukan pada pemikiran Hume sebelumnya bahwa tindakan manusia terkait dengan hasrat.

Pertentangan antara kepentingan sendiri dengan kepentingan bersama, dilakukan Mill dengan mengadu domba naluri intelektual dan naluri non-intelektual dalam diri manusia. Oleh karena itu, hukum sebagai salah satu unsur susunan dasar masyarakat, harus berdasarkan sedemikian rupa berdasarkan dua prinsip. Pertama, menetapkan kebebasan yang sama bagi setiap orang untuk mendapat akses pada kekayaan, pendapatan, makanan dan kebebasan. Kedua, prinsip perbedaan dan prinsip persamaan atau kesempatan. Menurut Rawls, prinsip yang pertama harus berlaku terlebih dahulu sebelum prinsip yang kedua.

3.5. Teori Hukum Abad ke-19 Situasi zaman abad ke-19 ditandai oleh beberapa kecenderungan utama, yaitu

terjadinya revolusi sosial ekonomi, terutama akibat revolui industry dan munculnya penolakan terhadap rasionalisme universal abad sebelumnya yang dianggap cenderung mengabaikan ciri khas suatu masyarakat atau bangsa. Ketiga, hampir bersamaan dengan historisme, muncul pada pemikiran evolusionisme yang berusaha melacak perkembangan kebudayaan manusia dari tradisional ke modern.Hukum Itu Kepentingan Orang BerpunyaTeori Karl Marx

Menurut Marx, hukum adalah alat legitimasi dari kelas ekonomi tertentu. Faktanya hukum melayani kepentingan “orang berpunya”. Karl Marx berupaya menganalisis proses-proses ekonomi dalam intern kapitalis sebagai kompleks krisis yang akan menghancurkan sistem kapitalis itu sendiri yang kemudian akan melahirkan masyarakat sosialis. Menurut Marx, sejarah manusia merupakan sejarah dari pertentangan kelas. Dizaman feodal, terjadi pertentangan antara kelas bangsawan dengan kelas petani. Dizaman perbudakan, muncul pertentangan antara pemilik budak dengan budaknya. Sedangkan dizaman kapitalisme, kelas pemilik modal melawan buruhnya. Pertentangan kelas itu baru berhenti pada saat terciptanya masyarakat komunis, dimana kelas buruh berkuasa. Semua orang adalah buruh sekaligus majikan. Hasilnya, tidak ada pertentangan kelas di masyarakat.Hukum Itu Jiwa RakyatTeori Savigny

Menurut Savigny, terdapat hubungan organik antara hukum dengan watak atau karakter suatu bangsa. Hukum hanyalah cerminan dari volkgeist. Oleh karena itu “hukum adat” yang tumbuh dan berkembang dalam rahim volkgeist, harus dipandang sebagai hukum kehidupan yang sejati. Dalam tesis Savigny, hukum itu sejak awal

Page 10: Teori Hukum Bab 3 A

sejarah melekat ciri nasional. Seperti halnya bahasa, adat istiadat dan konstitusi, ia khas bagi rakyat. Fenomena hukum tidak berdiri sendiri ia disatukan dalam watak rakyat berkat adanya kesatuan pendirian dari rakyat itu sendiri. Roh dari hukum itu adalah Volkgeist.

Teori Savigny ini dapat dilihat sebagai serangan terhadap dua kekuatan yang berkuasa pada zaman itu, yakni: (i) rasionalisme dari abad ke-18 dengan kepercayaannya pada kekuasaan dan akal dan prinsip-prinsip absolut yang universal yang membuahkan teori-teori hukum nasionalistik tanpa memandang fakta historis lokal, ciri khas nasional, serta kondisi-kondisi sosial setempat, (ii) kepercayaan dan semangat revolusi prancis yang cenderung anti tradisi, serta telampau mengandalkan kekuatan akal dan kehendak manusia dalam mengkonstruksi gejala-gejala hidup di bawah pesan-pesan kosmopolitannya. Hukum Itu Fungsi KepentinganTeori Jhering

Menurut Jhering negara, masyarakat, maupun individu memiliki tujuan yang sama, yakni memburu manfaat, dalam memburu manfaat itu seorang individu menempatkan “cinta diri” sebagai batu penjuru. Bagi Jhering hukum harus berfungsi ganda, di satu sisi bertugas menjamin kebebasan individu untuk meraih tujuan dirinya, yakni mengejar kemanfaatan dan menghindari kerugian, di pihak lain hukum memikul tugas untuk mengorganisir tujuan dan kepentingan individu agar terkait serasi dengan kepentingan orang lain. Jhering menempatkan perdagangan, masyarakat, dan negara sebagai instansi penyatu kepentingan yang dapat diandalkan membawa keadilan dan kedamaian. Tekanan Jhering pada kepentingan sebagai sesuatu yang menentukan dalam hukum, khususnya kepentingan masyarakat menghantarkan pada Interessenjurisprudenz, kepentingan masyarakatlah yang menjadi inti hukum. Menurut Jhering ada empat kepentingan, baik yang bersifat egoistis (pahala dan manfaat) maupun yang bersifat moral (kewajiban dan cinta), dan hukum bertugas menata secara imbang dan serasi antar kepentingan-kepentingan tersebut. Jhering menyimpulkan bahwa ahli hukum yang terpuji bukanlah mereka yang pintar dalam teknik hukum, tetapi yang dianggap ahli hukum sejati adalah mereka yang mengerti dan memahami apa yang merupakan kepentingan masyarakat.

Hukum Itu Produk Adaptasi SosialTeori Henry S. Maine

Maine, dalam teorinya Movement from status in contract. Teori evolusi ini dihasilhan dari studi perbandingan yang dilakuakannya pada masyarakat Asia. Darisana, ia temukan dua tipe masyarakat, yakni: (i) Statie Sosietis (Cina dan India), (ii) Progressive Societis (Eropa). Dalam masyarakat yang statis, hukum bertugas meneguhkan hubungan antar status. Sebaliknya, pada mayarakat yang progresif, hukum berfungsi sebagai media kontrak antar prestasi. Teori Maine tidak terlepas dari

Page 11: Teori Hukum Bab 3 A

telaah studi perbandingan mengenai perkembangan sistem hukum yang bervariasi di berbagai belahan dunia.Hukum Itu Moral SosialTeori Emile Durkheim

Durkheim menempatkan hukum sebagai moral social. Menurut Durkheim hukum sebagai unit yang empiris dari solidaritas sosial, dalam ekspresi solidaritas sosial yang berkembang dalam suatu masyarakat, hukum adalah cerminan solidaritas. Bagi Durkheim sistem pembagian kerja dalam suatu masyarakat menentukan tipe solidaritas sosial yang terbangun dalam masyarakat tersebut, dalam masyarakat yang belum mengenal pembagian kerja yang beragam, maka terbangun solidaritas yang mekanis, sedangkan dalam masyarakat yang telah mengenal diferensiasi kerja cenderung melahirkan solidaritas yang organis.Hukum Itu Tata HukumTeori Austin

Bagi Austin, tata hukum itu nyata dan berlaku bukan karena mempunyai dasar dalam kehidupan sosial, bukan pula karena cermin keadilan dan logos, tetapi karena hukum itu mendapat bentuk positifnya dari institusi yang berwenang. John Austin sebagai analytical legal positivism-nya, menjadi penganut utama aturan positivisme yuridis. Austin bertolak pada kenyataan bahwa terdapat suatu kekuaaan yang memberikan perintah-perintah, dan ada orang yang pada umumnya menaati perintah-perintah tersebut. Untuk dapat disebut hukum, kata Austin harus memiliki unsur-unsur: (1) adanya seorang penguasa (souvereighnity), (2) suatu perintah (Command), (3) kewajiban untuk menaati (duty), dan (4) sanksi bagi mereka yang tidak taat (Sanction). Austin menggantikan ideal keadilan yang secara tradisional dipandang sebagai pokok utama segala hukum dengan perintah seorang yang berkuasa. Aturan yang tidak mengandung keutamaan, tidak layak disebut hukum. Ia lebih tepat dipaksa disebut paksa yang dilegalkan.Hukum Itu Ide Umum Aturan PositifTeori Ernst Bierling

Menurut Bierling hukum itu, ide umum tata hukum positif itulah inti dari teori dari ajaran hukum. Ajaran hukum umum mencari ide-ide hukum yang berlaku dimana-mana karenanya dianggap universal dan tetap. Tapi ide-ide itu bukan diambil dari isi atau materi hukum positif, tetapi dari aspek formal yuridisnya. Alasannya sederhana. Materi hukum selain cenderung tidak tetap dan berubah-ubah juga karena ia berasal dari sumber-sumber non yuridis.

6. Teori Hukum Abad Ke-20Meluasnya struktur-struktur sosial, budaya, politik, dan ekonomi yang

meminggirkan dan menindas kelompok-kelompok periferi, dan kuatnya peran negara dan hukum (negara hukum) dalam segala aspek kehidupan sosial.A. Teori Neo-Kantian

Page 12: Teori Hukum Bab 3 A

Dimana Letak Sifat Normatif Dari Hukum ?Ciri khas pemikir Neo-Kantian adalah, mencari suatu pengertian transedental

tentang hukum, yaitu sifat normatifnya. Neo-kantian merupakan reaksi terhadap positivisme. Neo-kantian menolak tredo positivisme yang terlampau empiristis. Neo kantian sendiri, terbagi dalam dua varian. Pertama, aliran Marburg yang memberi perhatian pada penalaran logis (menurut logika ilmu alam) dalam teorisasinya. Kedua, aliran Baden yang cenderung memberi perhatian pada nilai-nilai, dan atas refleksi tentang ilmu-ilmu kultural. Hukum Itu Normatif, Karena Kehendak YuridisTeori Rudolf Stammler

Mengenai teorinya tentang kemauan, Stammler beranjak dari asumsi “tindakan bertujuan”. Katanya : “orang mau berbuat sesuatu, pasti untuk mengejar suatu tujuan”. Jadi tujuan menentukan perbuatan. Bagi Stammler, perbuatan merupakan “materi dari kemauan”, sedangkan tujuan adalah “bentuk”. Dalam teori Stammler, jelas kiranya bahwa hidup bersama yang teratur, menghendaki adanya hukum sebagai penjamin keteraturan. Kehendak akan hukum itulah yang oleh Stammler disebut “kehendak yuridis”. Hukum merupakan kehendak yuridis manusia. Kehendak itu memicu kesadaran bersama (bukan orang perorang) suatu masyarakat manusia untuk membentuk peraturan-peraturan hokum. Kata Stammler tanpa hubungan-hubungan yuridis yang mengikat semua tiap orang, maka kehidupan akan cenderung ditentukan mau dan caranya orang per orang. Kehidupan seperti ini, lambat laun akan mengarah kepada kekacauan sehingga manciderai cita-cita kehidupan berama, yakni hidup damai dan teratur.Hukum Itu Normatif karena GrundnormTeori Hans Kelsen

Kelsen membedakan antara bidang “ada” (Sein) dan bidang “harus” (Sollen) sebagai dua unsur dari pengetahuan manusia. Bidang Sein berhubungan dengan alam dan fakta (yang seluruhnya dikuasai oleh sebab akibat), sedangkan bidang Sollen justru berkaitan dengan kehidupan manusia (yang dikuasai kebebasan dan tanggungjawab). Tapi untuk mewujudkan hidup bersama yang tertib perlu pedoman-pedoman objektif yang harus dipatuhi bersama pula, pedoman inilah yang disebut hukum. Dengan kata lain, jika hukum telah menentukan pola perilaku tertentu, maka tiap orang seharusnya berperilaku sesuai pola yang ditentukan, singkatnya orang harus menyesuaikan diri dengan apa yang telah ditentukan (di sinilah letak sifat normatif dari hukum). Kata Kelsen sumber semua itu adalah dari Grundnorm (norma dasar), Grundnorm menyerupai sebuah pengandaian tentang “tatanan” yang hendak diwujudkan dalam hidup bersama. Menurut Kelsen cara mengenal suatu aturan yang legal dan tidak legal adalah mengeceknya melalui logika Stufenbau, dan Grundnorm menjadi batu uji utama.Hukum Itu Normatif, Karena Nilai KeadilanTeori Gustav Radbruch

Page 13: Teori Hukum Bab 3 A

Bagi Radbruch kebudayaan itu adalah nilai-nilai manusia. Baik pengetahuan, seni, moralitas maupun hukum adalah bagian dari kebudayaan. Menurut Radbruch gagasan hukum sebagai gagasan kultural tidak bisa formal. Sebaliknya, ia terarah pada rechtsidee yakni keadilan. Tuntutan akan keadilan dan kepastian menurut Radbruch merupakan bagian-bagian yang tetap dari hukum. Sedangkan finalitas mengandung unsur raltivitas karena tujuan keadilan untuk menumbuhkan nilai kebaikan bagi manusia, lebih sebagai suatu nilai etis dalam hukum. Radbruch mengakui adanya hukum alam yang mengatasi hukum positif, yaitu: (i) setiap individu harus diperlakukan menurut keadilan didepan pengadilan, (ii) pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia yang tidak boleh dilanggar, dan (iii) harus ada keseimbangan antara pelanggaran dan hukuman. B. Teori Dari Kubu Neo-Positivisme

Hukum Itu cermin Rasionalitas dan OtoritasTeori Max Weber

Weber membuat deskripsi-deskripsi analitis tentang tahap-tahap perkembangan hukum. Weber menggunakan ukuran “tingkat rasionalitas” dan “model kekuasaaan” untuk mengkonstruksi teorinya tentang hukum. Ada tiga tingkat rasionalitas, yaitu substantif-irasional, subtantif dengan sedikit kandungan rasional, dan rasional penuh. Weber menggunakan tipe otorites sebagai basis teorinya mengenai hokum. Menurut Weber, hukum barat yang berkembang sejauh ini adalah hukum yang paling rasional ditangani oleh ahli-ahlinya yang profesional dibidang kehakiman dan kepengacaraan.Hukum Itu Tatanan Karya SosialTeori Leon Dugit

Dugit menempatkan solidaritas sosial sebagai dasar konstruksi teori tentang hukum. Solidaritas sosial itu, membangkitkan dua rasa, yaitu rasa keharusan social, dan rasa keadilan. Dari dua keharusan itulah hukum lahir, menurut Duguit kekuasaan dalam negara sebenarnya tidak lain daripada suatu alat yang diciptakan individu-individu atau kelompok-kelompok tertentu untuk mempertahankan supremasinya kepada orang lain. “hukum karya sosial” menurut Dugit (harus) bersifat objektif. Dugit merumuskan ketentuan tentang “solidaritas” dalam bentuk perintah-perintah, yaitu (i) hormati tiap perbuatan kehendak individu yang ditentukan oleh tujuan solidaritas social, (ii) setiap individu harus menjauhkan diri dari tiap perbuatan yang tujuannya bertentangan dengan solidaritas social, dan (iii) jangan berbuat sesuatu untuk mengurangi solidaritas sosial (yang terbangun lewat pembagian kerja).Hukum Itu Aturan Yang HidupTeori Eugen Ehrlich

Menurut Ehrlich masyarakat adalah ide umum yang dapat dignakan untuk menandakan sebuah hubungan sosial, yakni keluarga, desa, lembaga sosial, negara, bangsa, sistem ekonomi dunia dan lain sebagainya. Hukum adalah “hukum social” yang lahir dalam dunia pengalaman manusia yang bergumul dengan kehidupan sehari-hari. Kebiasaan itu lambat laun mengikat dan menjadi tatanan yang efektif.

Page 14: Teori Hukum Bab 3 A

Hukum Itu Gejala SosialTeori Theodor Geiger

Geiger membedakan dua macam norma, yaitu “norma yang sebenarnya”, dan norma “yang tidak sebenarnya”. Menurut Geiger, realitas suatu norma (“norma yang sebenarnya”) terletak dalam kenyataan bahwa norma itu terjelma dalam tingkah laku anggota-anggota masyarakat, dan (pasti) tiap orang akan bersaksi bila norma itu dilanggar. Hukum harus dipandang sebagai kenyataan-kenyataan sosial yang dinamis juga. Sebagai seorang positivis yang rekatuf radikal, Geiger cenderung menyangkal peran modal dalam hukum. Hiduo bersama dalam masyarakat modern menurut Geiger, makin kurang dilandasi pertimbangan-pertimbangan moral. Hukum Itu Proses PenguatanTeori Maurice Hauriou

Teori Hauriou berporos pada peran institusi untuk meneguhkan niat orang menaati hukum. Hauriou memulai uraiannya dari gambaran tentang manusia. Menurut Hauriou, hidup bersama manusia dimulai dengan organisasi-organisasi bebas, itu terjadi melalui seorang yang kuat yang merebut kekuasaan. Kekuasaan itu digunakannya untuk menciptakan damai dan untuk memelihara kepentingan-kepentingan bersama.Hukum Itu Kenyataan NormatifTeori George Gurvitch

Teori Gurvitch ialah kenyataan normatif. Menurut Gurvitch sejumlah orang baru mencapai kelompok yang riil bila mereka mengalami kelompoknya sebagai suatu “kita”. “Aku” dan “engkau” menjadi bersatu sebagai “kita”. Kenyataan normatif yaitu perwujudan keadilan dalam realitas empiris, merupakan dasar material hubungan-hubungan sosial antara manusia. Hubungan antara “hukum sosial asli” dan masyarakat merupakan hubungan saling membangun. Dapat disimpulkan bahwa hidup bersama dan “hukum sosial asli” saling melahirkan dan saling memenuhi. Hukum sosial adalah hukum pemerintah lokal, hukum serikat-serikat ekonomis, hukum kelompok-kelompok sosial dan lain sebagainya. Dengan konstatasi, Gurvitch hendak mengatakan prioritas hukum harus diberikan kepada hukum dan masyarakat yang bukan negara.Hukum Itu Mekanisme Integrasi Teori Talcott Parsons

Parsons menempatkan hukum sebagai salah satu sub-sistem, dalam sistem sosial yang lebih besar. Disamping hukum, terdapat sistem lain yang memiliki logika dan fungsi yang berbeda-beda. Sub sistem yang dimaksud adalah budaya, politik dan ekonomi. Politik bersangkut paut dengan kekuasaan dan kewenangan, sistem tersebut selain sebagai realitas yang melekat pada masyarakat juga serentak merupakan tantangan yang harus dihadapi tiap unit kehidupan sosial. Hukum Itu Keseimbangan KepentinganTeori Roscoe Pound

Page 15: Teori Hukum Bab 3 A

Bagi Pound hukum tidak boleh mengawang dalam konsep-konsep logis analitis maupun tenggelam dalam ungkapan-ungkapan teknis yuris yang terlampau ekslusif. Pound mengajukan tiga kategori kelompok kepentinga, yaitu kepentingan umum, sosial dan kepentingan pribadi. Kepentingan yang terdiri dari kepentingan umum terbagi atas dua, yaitu: (i) kepentingan-kepentingan negara sebagai badan hukum dalam mempertahankan kepribadian dan hakikatnya, (ii) kepentingan-kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan-kepentingan sosial.

Fokus utama pound dengan konsep Sosial Engineering adalah Interest, Balancing dan karenanya yang terpenting adalah tujuan akhir dari hukum yang diaplikasikan dan mengarahkan masyarakat kearah yang lebih maju. Bagi pound, antara hukum dan masyarakat terdapat hubungan dan fungsional. Hukum sebagai sarana Social Engineering, bermakna penggunaan hukumsecara sadar untuk mencapai tertib ataua keadaan masyarakat sebagaimana dicita-citakan atau untuk melakukan perubahan yang diinginkan. C. Teori Dari Kubu Realisme Hukum

Realisme hukum sendiri bercabang dua, yakni realisme hukum Amerika dan realisme hukum Skandinavia. Realisme hukum Amerika menempatkan empiris dalam sentuhan pragmatis. Realisme hukum Skandinavia menempatkan empirisme dalam sentuhan psikologi.Hukum Itu Perilaku HukumTeori Oliver Holmes

Oliver Holmes dan Jerome Frank hukum yang termuat dalam aturan-aturan hanya suatu generalisasi mengenai dunia ideal. Tapi menurut Holmes seorang pelaksana hukum sesungguhnya menghadapi gejala-gejala hidup secara realistis.

Aturan-aturan hukum dimata Holmes, hanya menjadi salah satu factor yang patut dipertimbangkan dalam keputusan yang berbobot. Faktor moral, soal kemanfaatan dan keutamaan kepentingan social, misalnya menjadi faktor yang tidak kalah penting dalam mengambil keputusan “yang berisi”. Dalam legalisme, hakim hanya menjadi corong wet. Hakim hanya bias menerapkan UU secara mekanis. Egalisme, menyebabkan aturan jadi “berhala” kehidupan jadi kaku, kenyataan yang kaya nuansa dilihat pakai “kacamata kuda”, kebenaran dan keadilan hanya menjadi persoalan legal-tidak legal. Kearifan dan akal sehat terdorong kebelakang. Itulah legalisme.Hukum itu Rasa Wajib/TakutTeori Alf Ross

Ross menempatkan hukum dalam kerangka fisio-fisis. Menurut Ross semua gejala yang muncul dalam pengalaman tentang hukum harus diselidiki sebagai gejala psiko-fisis. Menurut Ross, suatu aturan hukum dirasa mewajibkan karena ada hubungan antara perbuatan yuridis dan sanksinya. Menurut Ross, timbulnya hukum sebagai aturan yang bersifat wajib dapat diterangkan menurut empat tahap, yaitu (i) tahap pertama adalah adanya paksaan actual, (ii) tahap kedua dimulai, bila orang-orang mulai takut akan paksaan, (iii) tahap yang ketiga adalah situasi dimana orang-

Page 16: Teori Hukum Bab 3 A

orang sudah mulai menjadi biasa dengan cara hidup yang sedemikian, dan alam kelamaan mulai memandang cara hidup itu sebagai sesuatu yang seharusnya, (iv) tahap yang terakhir adalah situasi hidup bersama dimana norma-norma kelakuan ditentukan oleh instansi-instansi yang berwibawa.D. Teori dari Kubu Neo-Maxis

Hukum itu Kepentingan Orang BerkuasaTeori Ralf Dahrendorf

Menurut Dahrendorf, adanya pertentangan soal legitimasi hubungan-hubungan kekuasaan antar kelas. Terdapat tiga unsur utama yang menentukan strata social dalam suatu masyarakat, yakni dimensi, prestise, privilese dan dimensi kekuasaan. Tekanan yang diberikan oleh fungsional dan konflik mengenai stratifikasi social memperlihatkan perbedaan yang cukup mencolok. Pokok pikiran teori fungsional mengenai struktur social, yaitu (1) stratifikasi adalah struktur social yang memiliki nilai-nilai dan tradisi bersama yang digunakan sebagai dasar untuk integrasi dan stabilitas nasional, (2) penyebaran kekuasaan, privile dan prestise dalam masyarakat pada dasarnya bersifat adil merupakan keharusan dan berguna bagi kesejahteraan individu di satu pihak dan bagi masyarakat di lain pihak, (3) penggunaan kekuasaan untuk mempertahankan sistem privilese yang ada dalam masyarakat minimal, (4) institusi-institusi yang ada dalam masyarakat mengandung nilai-nilai consensus dan melaksanakan kebijaksanaan yang mengandung kebaikan bersama, dan (5) penghargaan yang tidak merata untuk posisi-posisi masyarakat membantu mempertahankan dan meningkatkan kepentingan lapisan atas, serta (6) posisi-posisi individu dalam masyarakat pada dasarnya memberikan kesempatan yang sama dalam mecapai motivasi, latihan dan saluran-saluran perkembangan bagi mereka.Hukum itu Kepentingan Kaum LelakiTeori Feminist Legal Theory

Bagi FLT hukum merupakan tatanannya kaum adam yang meminggirkan kaum hawa. Sifat hukum yang bias itu, berdimensi structural. Menurut FLT mayoritas tatanan hukum dibangun atas pandangan dunia yang bias itu. FLT berupaya melawan realitas yang tidak adil ini. Pada aras pengajaran FLT memperkenalkan “pendekatan hukum berperspektif perempuan”. Pada prakteknya FLT “mengkomunikasikan” hasil telaahannya dalam upaya mengoreksi keadaan dan menemukan cara terbaik untuk melakukan reformasi bangunan hukum secara keseluruhan.E. Teori dari Kubu Eksistensialis

Eksistensialisme bertolak dari eksistensi manusia sebagai kenyataan dasar dari semua pikiran. Munculnya eksistensialisme merupakan reaksi terhadap rasionalisme Aufklarung.Hukum itu Wujud Eksistensi dan SosialitasTeori Werner Maihofer

Teori Maihofer tentang hukum bertitik tolak dari kegandaan ontologi manusia yakni sebagai individu eksistensial dan sebagai pribadi warga social. Keberadaan

Page 17: Teori Hukum Bab 3 A

manusia akan hidup masyarakat menghasilkan hukum alam institusional yang meliputi semua peraturan tentang fungsi orang dalam masyarakat. Maihofer mengaku sebagai seorang penganut eksistensialisme Heidegger. Bagi Heidegger manusia merupakan Dasein. Menurut Maihofer, ia dapat menyetujui jalan pikiran ini seandainya tidak terdapat faktor lain dalam kehidupan manusia daripada keterbatasan individualnya. Pada dasarnya, demikian Maihofer, tiap orang selalu insyaf bahwa orang lain berada sebagai pribadi, sebagai orang-orang yang memiliki pusat hidup sendiri. Sebagai eksistensi yang hidup bersama, manusia memerlukan Negara dan hukum.F. Teori dari Kubu Aliran Hukum Alam Abad ke-20

Norma-norma hukum harus dijaga sedemikian rupa agar tetap mencerminkan prinsip-prinsip etika, humanisasi hidup dan keadilan. Hukum yang konkret ini adalah hukum yang sesuai dengan situasi hidup yang sebenarnya, entah relasi hidup antara orang entah situasi konkret individual warga negaranya. Hukum itu Keinsyafan KeadilanTeori W.A.M. Luypen

Menurut Luypen tata hukum belum tentu dapat disebut hukum, sebab bias terjadi, terdapat tata hukum yang tidak mewajibkan, yakni kalau tata hukum itu tidak menurut norma-norma keadilan. Menurut Luypen, isi norma-norma itu sendiri bersifat kontekstual menurut ruang dan waktu, wujudnya adalah rasa keadilan, ya rasa perikemanusiaan. Relativitas isi hukum dengan apa yang ia sebut “lima sumber sejarah”, yaitu (1) kenyataan bahwa realitas sosial bermacam-macam dan berubah-ubah, (2) adanya aneka ragam rintangan yang dalam tiap situasi harus diatasi untuk memenuhi syarat-syarat nilai dalam situasi demikian, (3) pelajaran yang diperoleh dari pengalaman praktis mengenai pemenuhan sarana untuk mewujudkan suatu nilai dalam suatu situasi konkrit, (4) adanya pembentukan prioritas terkait dengan tingkatan urgensi dari kebutuhan sosial yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa histories kontemporer, dan (5) keanekaragaman nilai yang beberapa diantaranya berhubungan dengan kebutuhan manusia universal, sedangkan bagian yang lain melekat pada kondisi-kondisi sejarah yang khas yang menimbulkan norma-norma khusus bagi tiap masyarakat dan tiap situasi. Hukum itu Perlu Tafsiran KontekstualTeori Francois Geny

Francois Geny menganggap hukum analitis sebagai corong aturan belaka ditampilak sebagai dunia penuh kreativitas oleh Geny. Menurut Geny Libre Recherché Scientifique yang bertopang pada tiga prinsip, yaitu (1) otonomi kemauan, (2) kepentingan umum, dan (3) keseimbangan kepentingan, dari metode inilah Geny lalu membangun teori tentang metode penafsiran hukum. Geny menempatkan penafsiran hukum dalam kerangka pandangan yang menyeluruh tentang hukum. Prinsip-prinsip hukum alam (yang sebagian telah terserap dalam Sens Commun) menurut Geny harus menjadi dasar hukum positif. Prinsip-prinsip hukum alam memang hanya berfungsi sebagai pedoman bagi (materi/isi) undang-undang.

Page 18: Teori Hukum Bab 3 A

7. Teori Hukum di Masa Transisi Hukum ResponsifTeori Nonet-Selznick

Nonet-Selznick mengajukan model hukum responsif. Perubahan sosial dan keadilan sosial membutuhkan tatanan hukum yang responsive. Nonet dan Salznicklewat hukum responsif, menempatkan hukum sebagai sarana respons terhadap ketentuan-ketentuan sosial dan aspirasi publik. Hukum represif lebih mengarah pada pelayanan kekuasaan dan menafikan aspirasi publik. Ini jelas terlihat dalam ciri utamanya: (i) kekuasaan politik mengatasi institusi hukum sehingga kekuasaan Negara menjadi dasar legitimasi hukum, (ii) penyelenggaraan hukum dijalankan menurut perspektif penguasa dan pejabat, (iii) peraturan-peraturan yang diskriminatif, (iv) alasan pembuatannya bersifat ad-hoc sesuai keinginan arbiter penguasa, (v) kesempatan bertindak bersifat serba meresap sesuai kesempatan, (vi) pemaksaan serba mencukupi tanpa batas yang jelas, (vii) moralitas yang dituntut dari masyarakat adalah pengendalian diri, (viii) kepatuhan masyarakat harus tanpa syarat dan ketidakpatuhan dihukum sebagai kejahatan, (ix) partisipasi masyarakat diizinkan lewat penundukan diri sedangkan kritik dipahami sebagai pembangkangan.

Hukum responsif merupakan sebuah tatanan atau sistem yang inklusif, dalam arti mengaitkan diri dengan sub-sistem sosial non-hukum, tak terkecuali dengan kekuasaan. Hukum responsif menurut Nonet-Selznick merupakan suatu upaya dalam menjawab tantangan untuk melakukan sintesis antara ilmu hukum dan ilmu sosial.Hukum ProgresifTeori Satjipto Raharjo

Teori hukum progresif, tidak terlepas dari gagasan prof Satjipto Raharjo. Menurutnya, pemikiran hukum kembali pada filosofi dasarnya, yaitu hukum untuk manusia. Dengan filosofi tersebut maka manusia menjadi penentu dari titik orientasi hukum. Hukum bertugas melayani manusia, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, hukum itu bukanlah merupakan isntitusi yang lepas dari kepentingan manusia. Peraturan yang buruk, tidak harus menjadi penghalang bagi para pelaku hukum progresif untuk menghadirkan keadilan untuk rakyat dan pencari keadilan, karena mereka dapat melakukan interpretasi secara baru setiap kali terhadap suatu peraturan.

Menurut Rahardjo, bagi konsep hukum yang progresif, hukum tidak mengabdi bagi dirinya sendiri, melainkan untuk tujuan yang berada diluar dirinya. Dan menurut Rahardjo, antara hukum progresif dengan legal realizm juga memiliki kemiripan logika, yaitu dalam hal hukum tidak dilihat dari kacamata logika internal hukum itu sendiri. Karena hukum progresif menempatkan kepentingan dan kebutuhan manusia atau rakyat sebagai titik orientasinya, maka ia harus memiliki kepekaan pada persoalan-persoalan yang timbul dalam hubungan-hubungan manusia.

Karakter hukum progresif yang menghendaki kehadiran hukum dikaitkan dengan pemberdayaan sebagai tujuan sosialnya, menyebabkan hukum progresif juga dekat dengan sosial enginering dari Rouscou pound. Progresif juga memiliki kedekatan ide

Page 19: Teori Hukum Bab 3 A

dengan teori-teori hukum alam, yaitu kepedulian pada apa yang oleh Hans Kelsen disebut metayuridical. Teori-teori hukum alam sejak Socrates hingga Francois Geny, tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum. Teori hukum alam mengutamakan The search for justice.

Pada dasarnya, diskresi ditempuh karena dirasakan sarana hukum kurang efektif dan terbatas sifatnya dalam mencapai tujuan hukum dan social. Menghadapi kondisi transisional dimana persoalan saling berhimpitan, serba darurat, dan penuh komplikasi, maka aparat penegak hukum dituntut melakukan langkah-langkah terobosan dalam melakukan penegakan, tidak sekedar menerapkan peraturan yang hitam putih.