teori ekonomi makro bab 6 perekonomian terbuka

13
TEORI EKONOMI MAKRO 3.3. EKONOMI EMPAT SEKTOR A = C + I + G + ( X – M ) ( Aggregate Demand ) Y = C + S + T ( Aggregate Supply ) A = Y I + G + X = S + T + M 3.3.1. Marginal , Average Propensity to Consume , Save , Tax & Import Y = C + S + T + M Y = C + S + T + M Y = C + S + T + M Y n = C n + S n + T n + M n Y/Y = C/Y + S/Y + T/Y + M/Y Y n /Y n = C n /Y n + S n /Y n + T n /Y n + M n /Y n 1 = MPC + MPS + MPT + MPM 1 = APC n + APS n + APT n + APM n MPC + MPS + MPT + MPM = 1 Atau: 1 MPC = MPS + MPT + MPM APC n + APS n + APT n + APM n = 1 Atau: 1 APC n = APS n + APT n + APM n 3.3.2. Fungsi Konsumsi, Tabungan, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Pajak, Ekspor, Impor dan Perubahan Pendapatan A = C + I + G + ( X – M ) Y = C + S + T A = Y I + G + X = S + T + M A = C + I + G + ( X – M ) = C(Y d ) + I + G + ( X – M ) = [C + c Y d ] + I + G + { X – [M + m Y ]} 1 | Page

Upload: vedo-yudistira

Post on 25-May-2015

4.694 views

Category:

Education


4 download

DESCRIPTION

Perekonomian Terbuka

TRANSCRIPT

Page 1: Teori ekonomi makro bab 6   Perekonomian Terbuka

TEORI EKONOMI MAKRO

3.3. EKONOMI EMPAT SEKTOR

A = C + I + G + ( X – M ) ( Aggregate Demand )Y = C + S + T ( Aggregate Supply )A = Y

I + G + X = S + T + M

3.3.1. Marginal, Average Propensity to Consume, Save, Tax & Import

Y = C + S + T + M Y = C + S + T + M Y = C + S + T + M Yn = Cn + Sn + Tn + Mn

Y/Y = C/Y + S/Y + T/Y + M/Y Yn/Yn = Cn/Yn + Sn/Yn + Tn/Yn + Mn/Yn

1 = MPC + MPS + MPT + MPM 1 = APCn + APSn + APTn + APMn

MPC + MPS + MPT + MPM = 1Atau: 1 – MPC = MPS + MPT + MPM

APCn + APSn + APTn + APMn = 1Atau: 1 – APCn = APSn + APTn + APMn

3.3.2. Fungsi Konsumsi, Tabungan, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Pajak, Ekspor,Impor dan Perubahan Pendapatan

A = C + I + G + ( X – M ) Y = C + S + T A = Y

I + G + X = S + T + MA = C + I + G + ( X – M )

= C(Yd) + I + G + ( X – M )= [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]}

dimana: C = C (Yd) = C + c Yd

M = M (Y) = M + m Y ,M = 0A = C + I + G + (X –M ) Yd = Y – T , T = t YC = 12.500I = 5.000G = 5.250X = 3.500 M = 0 c = MPC = 0,75 t = MPT = 0,1 m = MPM = 0,0

1 | P a g e

Page 2: Teori ekonomi makro bab 6   Perekonomian Terbuka

TEORI EKONOMI MAKRO

A A = Y

A = 26.250 + 0,625 Y C = 12.500 + 0,75 Y

C = C(Yd)–T(Y)-M(Y)

= 12.500 + 0,625Y70.00065.000 1/[1- c (1 - c) - m ]. Ā52.250 C

50.000Y

26.250

12.500

0 50.000 70.000 Y

S

S +T+M = -12.500 + 0,375 Y

S = -12.500 + 0,25 Y

13.750 I + G + X 6.250 I = I 5.000 Y S

2 | P a g e

Page 3: Teori ekonomi makro bab 6   Perekonomian Terbuka

TEORI EKONOMI MAKRO

0 50.000 70.000 Y

-12.500

= [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]} = A + c Yd – m Y = A + c ( Y – T ) – m Y= A + c ( Y – t Y ) – m Y= A + c ( 1 – t ) Y – m Y= A + [ c ( 1 – t ) – m ] Y= 26.250 + [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] Y= 26.250 + 0,625 Y

I + G + X = S + T + M= S (Yd) + t Y + m Y= [ Yd – C (Yd)] + t Y + m Y= Yd – [C + cYd ] + t Y + m Y= –C + ( 1 – c ) Yd + t Y + m Y= –C + ( 1 – c ) ( Y – T ) + t Y + m Y= –C + ( 1 – c ) ( Y – tY ) + t Y + m Y= –C + ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y + m Y= –C + 1 ( 1 – t ) Y – c ( 1 – t ) Y + t Y + m Y= –C + Y – t Y – c Y + ct Y + t Y + m Y= –C + Y – c Y + ct Y + m Y= –C + ( 1 – c + ct + m ) Y= –C + {1 – [ c ( 1 – t ) – m ]} Y= – 12.500 + {1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} Y= – 12.500 + 0,375 Y

C Cn – Cn-1 65.000 – 50.000 15.000c = MPC = = = = = 0,75 Y Yn – Yn-1 70.000 – 50.000 20.000

S Sn – Sn-1 Cs = MPS = = = 1 - MPC = 1 – = 1 – 0,75 = 0,25 Y Yn – Yn-1 Y

c ( 1 – t ) = MPC ( 1 – MPT ) = 0,75 ( 1 – 0,1 ) = 0,675

1 – c ( 1 – t ) = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 )] = 1 – 0,675 = 0,325

c ( 1 – t ) – m = MPC ( 1 – MPT ) – MPM = 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 = 0,625

3 | P a g e

Page 4: Teori ekonomi makro bab 6   Perekonomian Terbuka

TEORI EKONOMI MAKRO

1 – [ c ( 1 – t ) – m ] = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) – MPM ] = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]

= 1 – 0,625 = 0,375

1 1Y = I = ( I2 – I1 ) = ( 13.750 – 6.250 ) = 20.000

1 – [ c ( 1 – t ) – m ] 0,3753.3.3. Macro Economic Model: Circular Flow of Income

Pembayaran PendapatanRp 70.000

Jasa-jasa Faktor

Barang2 dan Jasa2

Belanja KonsumsiRp 56.250

Kebj. Moneter

Kebj. Fiskal

4 | P a g e

RT(Pendapatan)Rp 59.500

Investasi YangDirencanakanRp 5.000

Perusahaan(Produksi)Rp 70.000

TabunganRp 3.250

PengeluaranPemerintahRp 5.250

EksporRp 3.500

PajakRp 7.000

ImporRp 3.500

Pasar Modal

Pemerintah

Luar Negeri

Page 5: Teori ekonomi makro bab 6   Perekonomian Terbuka

TEORI EKONOMI MAKRO

Kebj. NeracaPembayaran

Ekonomi Empat Sektor yang dikenal juga dengan ekonomi terbuka, adalah kajian ekonomi sektoral yang paling sempurna. Kata-kata ekonomi terbuka yang dibubuhkan pada ekonomi empat sektor, bukan berarti kondisi-kondisi lainnya seperti: BEP, Ekonomi Dua Sektor dan Ekonomi Tiga Sektor merupakan ekonomi tertutup. Kesemua kondisi ekonomi sektoral yang dikaji didalam aktivitas ekonomi adalah ekonomi yang bersifat terbuka. Secara sadar atau tidak disadari telah banyak bergeming dalam buku-buku paket ekonomi makro yang terbit sampai pada pasca ordebaru dengan istilah ekonomi tertutup sederhana yang dimaksudkan pada ekonomi dua sektor, hingga telah membawa kearah pengertian yang keliru bagi pembaca bahkan mahasiswa tingkat persiapan atau mereka yang kurang jeli. Mereka mengartikan ekonomi dua sektor tersebut sebagai ekonomi tertutup alias tidak adanya hubungan dagang dengan luar negeri, kiprah ekonomi nasional bergerak seolah-olah atas kekuatan ekonomi dalam negeri (domestik) semata. Sedangkan ekonomi tiga sektor juga diartikan sebagai ekonomi tertutup yang lebih luas dari sekedar sederhana, alasan luasnya dengan adanya sektor pemerintah dalam aktivitas ekonomi nasional. Terakhir diperkuat kekeliruan tersebut dengan munculnya ekonomi yang bersifat terbuka yang dimaksudkan pada ekonomi empat sektor.

Untuk menetralisisr kearah yang seharusnya dapat dilihat apakah suatu negara tersebut merupakan ekonomi terbuka atau tertutup dapat dilihat apakah suatu negara tersebut mempunyai suatu pencatatan tertentu sepereti neraca pembayaran atau tidak. Contoh yang paling dekat sekali adalah diterapkan pada ekonomi Indonesia, yang barangkali semua kita sudah mengatahui secara pasti, bahwa kondisi ekonomi Indonesia adalah bersifat terbuka. Ciri-ciri ekonomi terbuka adalah adanya hubungan dagang dengan luar negeri, dan pada Neraca Pembayaran ( Balance of Payment ) karena adanya sisi arus perdagangan luar negeri maka disisi lainnya terdapat arus modal laur negeri, yang berarti terdapatnya suatu kondisi apakah neraca pembayaran surplus atau defisit.

Secara Gradual kembali diartikan maksud-maksud tersembunyi dalam ekonomi sektoral tersebut. Ekonomi sektoral yang terdiri dari empat kondisi berikut: Subsistance Level atau BEP, Ekonomi Dua Sektor, Ekonomi Tiga Sektor dan Ekonomi Empat Sektor kesemuanya merupakan ekonomi yang bersifat terbuka. Maksud yang paling utama sekali diasumsikan dari keempat kondisi ekonomi tersebut adalah “melakukan pembilahan-pembilahan analisis ekonomi mulai dari yang paling sederhana sekali sampai kepada kondisi yang paling sempurna atau terperinci sekali, antara lain:

1. Kondisi ekonomi yang bersifat Subsistance Level atau BEP adalah aktivitas ekonomi nasional yang bersifat terbuka, dimana terdapatnya kondisi ekonomi bahwa total konsumsi atau konsumsi nasional sama besar dengan pendapatan nasional. Kalau diartikan menurut definisi ekonom modern J.M Keynes yang sangat terkenal itu bahwa “Tabungan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi”, sehingga kondisi ekonomi Subsistance level atau BEP yang diartikan kedalam “expenditure side” dimana seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi semata. Dengan demikian berarti, bahwa Pada tingkat pendapatan Break-Even besarnya Saving sama dengan Nol ( S = 0 ). Sebagaimana yang telah dicontohkan semula,

5 | P a g e

Page 6: Teori ekonomi makro bab 6   Perekonomian Terbuka

TEORI EKONOMI MAKRO

bahwa sektor Rumah Tangga berpenghasilan Rp 50.000,- dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital, Labour, Entrepreneour) dan keseluruhannya atau sebesar Rp 50.000,- juga digunakan sebagai belanja konsumsi atau tidak terdapatnya suatu kebocoran, yaitu “berupa bagian dari Pendapatan Nasional yang tersisa sebagai tabungan dan perincian lanjutan sebagainya.

2. Kondisi Ekonomi: Dua Sektor, Tiga Sektor dan Empat Sektor masing-masing adalah aktivitas ekonomi nasional yang bersifat terbuka, dimana kalau diartikan kedalam “expenditure side” dimana tidak seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi semata sebagaimana halnya kondisi ekonomi Subsistance. Pada hakekatnya untuk ketiga aktivitas ekonomi yang ada terdapatanya suatu kebocoran pada pada tingkat yang berbeda-beda dari sejumlah pendapatan nasional yang sama. Asumsi ekonomi dua sektor dilatar belakangi dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital, Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- dan bagiannya sebesar Rp 5.000,- berperan sebagai Tabungan (saving) atau Investasi (Investment), yang berarti pengeluaran konsumsi adalah sebesar Rp 65.000,-. Sementara itu pada asumsi ekonomi tiga sektor, dimana dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital, Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- tersebut diperinci masing-masing sebagai konsumsi serta Investasi dan pengeluaran pemerintah masing-masing sebesar Rp 59.750,- dan Rp 10.250,-. Terakhir asumsi yang melatarbelakangi ekonomi empat sektor dimana dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital, Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- tersebut diperinci masing-masing sebagai konsumsi serta Investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor masing-masing sebesar Rp 56.250,- dan Rp 13.750,- .

Didalam analisa ekonomi sektoral atau yang dimaksudkan secara khusus untuk ekonomi empat sektor sebagaimana yang terlihat pada Macroeconomic’s Model “Circular Flow of Income” segala sesuatu yang menyangkut dengan aktivitas ekonomi nasional merupakan analisa yang sangat komplek, antara lain: Segenap Pasar (Pasar barang, pasar uang, pasar modal dan pasar luar negeri) dan segenap Kebijaksanaan Makroekonomi (Kebijasanaan Fiskal, Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan Perdagangan Luar Negeri) yang ada dalam ekonomi telah berkiprah secara bersamaan.

Kalau persoalan ekonomi empat sektor ini dikembalikan kepada definisi ekonom modern J.M Keynes bahwa “Tabungan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi”. Untuk analisa ekonomi dua sektor tampak definisi ini sangat cocok sekali, sedangkan untuk ekonomi tiga sektor telah tegaskan “bahwa tidak ada mekanisme pasar modal yang bergerak dengan sendirinya yang perlu menyamakan tabungan dan investasi”. Hal ini menyatakan bahwa adanya ruangan untuk kekuatan dari luar yang akan semakin mempengaruhi pasar itu sedemikian rupa sehingga semakin tidak samanya tabungan dan penanaman modal (investasi) pada tingkat output dan pendapatan. Kekuatan-kekuatan dari luar pada ekonomi empat sektor dalam hal ini adalah Kebijaksanaan Fiskal, Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan Perdagangan luar negeri. Dari kedua gagasan ini dapat diprediksikan bahwa dalam analisa ekonomi sektoral, khususnya ekonomi empat sektor terdapatnya semacam kecenderungan pola pengeluaran konsumsi yang semakin menurun diimbangi oleh masing-masing pola pengeluaran Investasi, pengeluaran investasi plus pengeluaran pemerintah dan pengeluaran investasi plus pengeluaran

6 | P a g e

Page 7: Teori ekonomi makro bab 6   Perekonomian Terbuka

TEORI EKONOMI MAKRO

pemerintah plus pengeluaran untuk ekspor yang cenderung semakin meningkat. Secara berurut mulai dari ekonomi dua sektor, ekonomi tiga sektor dan ekonomi empat sektor, pola konsumsi masing-masing: Rp 65.000,- menjadi Rp 59.750,- dan menjadi Rp 56.250,- yang diimbangi oleh masing-masing: Rp 5.000,- menjadi Rp 10.250,- dan menjadi Rp 13.750,- sebagaimana yang dapat dilihat baik pada tabel, kurva dan atau circular flow of income ekonomi empat sektor.

A A = Y

A = 26.250 + 0,625 Y C = 12.500 + 0,75 Y

C = C(Yd) – T(Y)

= 12.500 + 0,625Y70.00065.000 1/[1- c (1 – c) – m ]. Ā56.250 C

50.000Y

26.250

12.500

0 50.000 70.000 Y

S

7 | P a g e

Page 8: Teori ekonomi makro bab 6   Perekonomian Terbuka

TEORI EKONOMI MAKRO

S + T + M = -12.500 + 0,375 Y S = -12.500 + 0,25 Y

13.750 I + G 6.250 I = I 5.000 Y S 0 50.000 70.000 Y -12.500

3.3.4. Pendapatan Nasional Equilibrium

A = C + I + G + ( X – M ) Y = C + S + TA = Y

I + G + X = S + T + M

A = C + I + G + ( X – M )= C(Yd) + I + G + ( X – M )= [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]} = A + c Yd – m Y = A + c ( Y – T ) – m Y= A + c ( Y – t Y ) – m Y= A + c ( 1 – t ) Y – m Y= A + [ c ( 1 – t ) – m ] Y= 26.250 + [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] Y= 26.250 + 0,625 Y

C + I + G + (X – M ) = Yd – cYd + t Y + m Y

atau I + G + X = S + T + M= S (Yd) + t Y + (M + m Y )= [ Yd – C (Yd)] + t Y + (M + m Y )= Yd – [C + cYd ] + t Y + (M + m Y )

C + I + G + ( X –M ) = Yd – cYd + t Y + m Y

A = Yd – cYd + t Y + m Y A = ( 1 – c ) Yd + t Y + m Y

8 | P a g e

Page 9: Teori ekonomi makro bab 6   Perekonomian Terbuka

TEORI EKONOMI MAKRO

= ( 1 – c ) ( Y – T ) + t Y + m Y= ( 1 – c ) ( Y – tY ) + t Y + m Y= ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y + m Y= 1 ( 1 – t ) Y – c ( 1 – t ) Y + t Y + m Y= Y – t Y – c Y + ct Y + t Y + m Y= Y – c Y + ct Y + m Y= ( 1 – c + ct + m ) Y= {1 – [ c ( 1 – t ) – m ]} Y= {1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} Y= 0,375 Y

{1 – [c ( 1 – t ) – m ]} Y = A

1Y = A

{1 – [c ( 1 – t ) – m ]}

1= ( 26.250 )

{1 – [0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]}

1= ( 26.250 )

0,325

= 70.000

3.3.5. Multiplier ()

Y 1 1 1 = = = = = 2,667

I 1 – [ c ( 1 – t ) – m ] 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] 0,375

7.3.3.6. Perubahan Pendapatan (Y)

Y = I = ( I2 – I1 )

= 2,667 ( 13.750 – 6.250 ) = 20.000

9 | P a g e