teori belajar sibernetik

30
Teori Belajar Sibernetik PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru di bandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi. Teaching as organising students activity” berikut pernyataan Ramsden (dalam Arqam: 2010). Pernyataan ini adalah satu di antara 3 konsep teori mengajar dan praktik mengajar yang diyakini, bahwa mengajar pada dasarnya mengorganisasikan kegiatan peserta didik dalam melakukan serangkaian aktifitas yang melahirkan pengalaman belajar. Mengajar dipandang sebagai proses supervisi dengan sejumlah teknik tertentu sehingga peserta didik dapat belajar dengan optimal seperti yang diharapkan. Secara eksistensial, persoalan pendidikan dan manusia bagaikan hubungan antara jiwa dan raga manusia. Jika jiwa berpotensi menggerakan raga manusia, maka kehidupan manusiapun digerakan oleh pendidikan ke arah pencapaian tujuan akhir.

Upload: raja-angkat

Post on 13-Jan-2015

1.550 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Belajar Sibernetik

Teori Belajar Sibernetik

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah                       

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru di bandingkan dengan

teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan

perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan

teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya

secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran

untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.

“Teaching as organising students activity” berikut pernyataan Ramsden (dalam Arqam:

2010). Pernyataan ini adalah satu di antara 3 konsep teori mengajar dan praktik mengajar yang

diyakini, bahwa mengajar pada dasarnya mengorganisasikan kegiatan peserta didik dalam

melakukan serangkaian aktifitas yang melahirkan pengalaman belajar. Mengajar dipandang

sebagai proses supervisi dengan sejumlah teknik tertentu sehingga peserta didik dapat belajar

dengan optimal seperti yang diharapkan.

 Secara eksistensial, persoalan pendidikan dan manusia bagaikan hubungan antara jiwa

dan raga manusia. Jika jiwa berpotensi menggerakan raga manusia, maka kehidupan manusiapun

digerakan oleh pendidikan ke arah pencapaian tujuan akhir.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian belajar menurut aliran sibernetik?

2.      Bagaimanakah pendapat para tokoh tentang aliran sibernetik?

3.      Bagaimana aplikasi aliran sibernetik dalam suatu pembelajaran?

4.      Apakah kelebihan dan kelemahan aliran sibernetik?

5.      Bagaimana perbandingan antara aliran sibernetik, behavioristik, kognitif, dan humanistik?

6.      Apa saja model pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik?

C.    Tujuan

1.      Mengetahui pengertian belajar menurut aliran sibernetik.

2.      Mengetahui pendapat para tokoh mengenai aliran sibernetik.

Page 2: Teori Belajar Sibernetik

3.      Mengetahui aplikasi aliran sibernetik dalam pembelajaran.

4.      Mengetahui kelebihan dan kelemahan aliran sibernetik.

5.      Mengetahui perbandingan antara aliran sibernetik, behavioristik, kognitif, dan humanistik.

6.      Mengetahui model-model pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik.

Page 3: Teori Belajar Sibernetik

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Belajar Menurut Aliran Sibernetik

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan

teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan

perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan

informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan

proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik,

namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa

(Budiningsih, 2008: 81).

Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang

ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat

ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa

dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain

melalui proses belajar yang berbeda.

Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru

untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan

unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui

proses pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan dalam

belajar yang mengutamakan berfungsinya memory. Model proses pengolahan informasi

memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau mendapatkan informasi,

mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi, kemudian menyimpannya dan menampilkan

kembali informasi pada saat dibutuhkan.

Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima,

disandi, disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan,

telah dikembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi oleh Snowman (1986);

Baine (1986); dan Tennyson (1989). Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada asumsi:

a.       Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi dimana

pada masing-masing tahapan dibutuhkan waktu tertentu.

b.      Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun

Page 4: Teori Belajar Sibernetik

isinya.

c.       Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas (Budiningsih, 2005: 82)

dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktural dan pengatur alur

pemrosesan informasi (proses kontrol) antara lain:

a)      Sensory Receptor (SR)

Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.

Didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk asli, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu

yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.

b)      Working Memory (WM)

Working Memory(WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberikan

perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh peran persepsi.

Karakter WM adalah bahwa:

1) Ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi didalamnya hanya mampu

bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa pengulangan.

2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.

c)      Long Term Memory (LTM)

Long Term Memory (LTM) diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah

dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi

disimpan dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan “lupa” pada tahapan

ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan.

Ini berarti, jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan

pemunculan kembali informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa

informasi disimpan didalam LTM dalam dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur

representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk

mengkaitkan  pengetahuan baru. Dengan ungkapan lain, Tennyson (1989) mengemukakan

bahwa proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru

pada pengetahuan yang dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan

(Budiningsih, 2005: 84).

Menurut Ausubel (dalam Budiningsih, 2005:84) sejalan dengan teori pemrosesan

informasi, perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki

individu. Reigeluth dan Stein juga mengatakan bahwa pengetahuan ditata didalam struktur

Page 5: Teori Belajar Sibernetik

kognitif secara hirarkis. Ini berarti, pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh

lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci.

B.     Teori Belajar Menurut Beberapa Tokoh Aliran Sibernetik

1.      Teori Belajar Menurut Landa

Landa membedakan dua macam proses berfikir, yaitu proses berfikir algoritmik dan

proses berfikir heuristik.

a.       Proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier,

konvergen, lurus menuju kesatu tujuan tertentu.

b.      Proses berfikir heuristik, yaitu cara berfikir devergen, menuju kebeberapa target tujuan 

sekaligus (Budiningsih, 2005: 87).

Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari

atau masalah yang hendak di pecahkan diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan

lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran

lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada

siswa untuk berimajenasi dan berfikir.

Misalnya, agar siswa mampu memahami suatu rumus matematika, mungkin akan lebih

efektif jika presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algoritmik. Alasannya,

karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti aturan tahap demi tahap yang sudah teratur

dan mengarah ke satu target tertentu. Namun untuk memahami makna suatu konsep yang lebih

luas dan banyak mengandung intrepetasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan lebih

baik jika proses berfikir siswa dibimbing kearah  yang “menyebar” atau berfikir heuristik,

dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik, atau

linier.

2.      Teori Belajar Menurut Pask dan Scott

Pask dan scott juga termasuk penganut teori sibernetik. Menurut mereka ada dua macam

cara berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau menyeluruh. Pendekatan

serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Namun apa

yang dikatakan sebagai cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan cara berfikir

Page 6: Teori Belajar Sibernetik

heuristik. Bedanya, cara berfikir menyeluruh adalah berfikir yang cenderung melompat kedepan,

langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-

detail yang diamati lebih dahulu, melainkan seluruh lukisan itu sekaligus baru sesudah itu ke

bagian-bagian yang lebih detail. Sedangkan cara berfikir heuristik yang dikemukakan oleh Landa

adalah cara berfikir devergen mengarah kebeberapa aspek sekaligus (Budiningsih, 2005: 88).

Siswa tipe wholist atau menyeluruh biasanya dalam mempelajari sesuatu cenderung

dilakukan dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus atau detail.

Sedangkan siswa tipe serialist dalam mempelajari sesuatu cenderung menggunakan cara berfikir

secara algoritmik.

Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena tidak secara langsung

membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini

cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak.

Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula

kemampuan untuk menerapkan teori ini. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah

infomasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan pandangan tersebut maka diasumsikan bahwa

manusia merupakan mahluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan

informasi.

Asumsi diatas direfleksikan dalam model belajar dan pembelajaran yang menggambarkan

proses mental dalam belajar yang terstuktur membentuk suatu sistem kegiatan mental. Dari

model ini dikembangkan prinsip-prinsip belajar seperti:

1)      Proses mental dalam belajar terfokus pada pengetahuan yang bermakna.

2)      Proses mental tersebut mampu menyandi informasi secara bermakna.

3)      Proses mental bermuara pada pengorganisasian pengaktulisasian informasi.

C.       Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran

Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang

mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung

dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja

manusia mempunyai kapasitas yang terbatas, oleh karena itu untuk mengurangi muatan memori

kerja, perlu memperhatikan kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian

atau urutan pembelajaran. Belajar bukan sesuatu yang bersifat alamiah, namun terjadi dengan

Page 7: Teori Belajar Sibernetik

kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Sehubungan hal tersebut,

maka pengelolaan pembelajaran dalam teori belajar sibernetik, menuntut pembelajaran untuk

diorganisir dengan baik yang memperhatikan kondisi internal dan kondisi eksternal.

Kondisi internal peserta didik yang mempengaruhi proses belajar melalui proses

pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam

mengelola pembelajaran antara lain:

1.      Kemampuan awal peserta didik

Kemampuan awal peserta didik yaitu peserta didik telah memiliki pengetahuan, atau

keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum mengikuti pembelajaran. Dengan adanya

kemampuan prasyarat ini peserta didik diharapkan mampu mengikuti proses pembelajaran

dengan baik. Kemampuan awal peserta didik dapat diukur melalui tes awal, interview, atau cara-

cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan.

2.      Motivasi

Motivasi berperan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke

arah tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik lebih menguntungkan karena dapat

bertahan lebih lama. Kebutuhan untuk berprestasi yang bersifat intrinsik cenderung relatif stabil,

mereka ini berorientasi pada tugas-tugas belajar yang memberikan tantangan. Pendidik yang

dapat mengetahui kebutuhan peserta didik untuk berprestasi dapat memanipulasi motivasi

dengan memberikan tugas-tugas yang sesuai untuk peserta didik.

3.      Perhatian

Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima dan memilih stimulus yang

relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian banyak stimulus yang datang dari luar.

Perhatian dapat membuat peserta didik mengarahkan diri ketugas yang diberikan, melihat

masalah-masalah yang akan diberikan, memilih dan memberikan fokus pada masalah yang akan

diselesaikan, dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak relevan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perhatian seseorang adalah faktor internal yang mencakup: minat, kelelahan, dan

karakteristik pribadi. Sedangkan faktor eksternal mencakup: intensitas stimulus, stimulus yang

baru, keragaman stimulus, warna, gerak dan penyajian stimulus secara berkala dan berulang-

ulang.

4.      Persepsi

Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat

Page 8: Teori Belajar Sibernetik

menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Persepsi sebagai tingkat

awal struktur kognitif seseorang. Untuk membentuk persepsi yang akurat mengenai stimulus

yang diterima serta mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan perlu adanya latihan-latihan

dalam bentuk berbagai situasi. Persepsi seseorang menjadi lebih mantap dengan meningkatnya

pengalaman.

5.      Ingatan

Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima, menyimpan, dan mengeluarkan

kembali yang telah diterima seseorang. Ingatan sangat selektif, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu

ingatan sensorik, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang yang relatif permanen.

Penyimpanan informasi dalam jangka panjang dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu melalui

kejadian-kejadian khusus (episodic), gambaran (image), atau yang berbentuk verbal bersifat

abstrak. Daya ingat sangat menentukan hasil belajar yang diperoleh peserta didik.

6.      Lupa

Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan dalam ingatan jangka panjang.

Seseorang dapat melupakan informasi yang telah diperoleh karena memang tidak ada informasi

yang menarik perhatian, kurang adanya pengulangan atau tidak ada pengelompokan informasi

yang diperoleh, mengalami kesulitan dalam mencari kembali informasi yang telah disimpan,

ingatan telah aus dimakan waktu atau rusak, ingatan tidak pernah dipakai, materi tidak dipelajari

sampai benar-benar dikuasai, adanya gangguan dalam bentuk informasi lain yang

menghambatnya untuk mengingat kembali.

7.      Retensi

Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang

mempelajari sesuatu, jadi kebalikan lupa. Apabila seseorang belajar, setelah beberapa waktu apa

yang dipelajarinya akan banyak dilupakan, dan apa yang diingatnya akan berkurang jumlahnya.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi retensi, yaitu: materi yang dipelajari pada permulaan

(original learning), belajar melebihi penguasaan (over learning), dan pengulangan dengan

interval waktu (spaced review).

8.      Transfer

Transfer merupakan suatu proses yang telah pernah dipelajari, dapat mempengaruhi

proses dalam mempelajari materi yang baru. Transfer belajar atau transfer latihan berarti aplikasi

atau pemindahan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, atau respon-respon lain dari satu

Page 9: Teori Belajar Sibernetik

situasi kesituasi lain.

Kondisi eksternal yang sangat berpangaruh terhadap proses belajar dengan proses

pengolahan informasi antara lain:

1.      Kondisi belajar

Kondisi belajar dapat menyebabkan adanya modifikasi tingkah laku yang dapat dilihat

sebagai akibat dari adanya proses belajar. Cara yang ditempuh pendidik untuk mengelola

pembelajaran sangat bervariasi tergantung pada kondisi belajar yang diharapkan. Gagne (dalam

Budiningsih, 2008: 89) mengklasifikasikan ada lima macam hasil belajar, yakni: (a)

keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi,

konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui materi yang disajikan dalam

pembelajaran di kelas. (b) strategi kognitif, kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah

baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan

belajar, mengingat, dan berfikir. (c) informasi verbal, kemampuan untuk mendeskripsikan

sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. (d)

keterampilan motorik, kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-

gerakan yang berhubungan dengan otot. (e) sikap, suatu kemampuan internal yang

mempengaruhi perilaku seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan, serta faktor intelektual.

2.      Tujuan belajar

Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, sebab

komponen-komponen lain dalam pembelajaran harus bertolak dari tujuan belajar yang hendak

dicapai dalam proses belajarnya. Tujuan belajar yang dinyatakan secara spesifik dapat

mengarahkan proses belajar, dapat mengukur tingkat ketercapaian tujuan belajar, dan dapat

meningkatkan motivasi belajar.

3.      Pemberian umpan balik

Pemberian umpan balik merupakan suatu hal yang sangat penting bagi peserta didik,

karena memberikan informasi tentang keberhasilan, kegagalan, dan tingkat kompetensinya.

Berdasarkan deskripsi proses pengolahan informasi yang terjadi merupakan interaksi

faktor internal dan eksternal dari peserta didik, maka aplikasi pengelolaan kegiatan pembelajaran

berbasis teori sibernetik yang baik untuk dilakukan bagi pendidik agar dapat memperlancar

proses belajar peserta didik adalah sebagai berikut:

Page 10: Teori Belajar Sibernetik

1.      Menarik perhatian.

2.      Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa.

3.      Merangsang ingatan pada prasyarat belajar.

4.      Menyajikan bahan perangsang.

5.      Memberikan bimbingan belajar.

6.      Mendorong unjuk kerja.

7.      Memberikan balikan informatif.

8.      Menilai unjuk kerja.

9.      Meningkatkan retensi dan alih belajar (Budiningsih, 2008: 90).

Menurut Suciati dan Irawan (dalam Budiningsih, 2008: 92) aplikasi teori belajar

sibernetik dalam kegiatan pembelajaran baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1.      Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.

2.      Menentukan materi pembelajaran.

3.      Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.

4.      Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut.

5.      Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.

6.      Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan

materi pelajaran.

D.       Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sibernetik

Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah:

1.      Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.

2.      Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.

3.      Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.

4.      Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.

5.      Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.

6.      Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.

7.      Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah

dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

Page 11: Teori Belajar Sibernetik

Sedangkan kelemahan dari teori ssibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem

informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.

E.       Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Aliran Sibernetik

Menurut teori sibernetik dikatakan proses belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi

yang dipelajari.

Hal ini diasumsikan bahwa tidak ada satu proses belajarpun  yang ideal untuk segala

situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sisitem

informasi.

Maka dari itu pemilihan model sebagai sarana pengolahan informasi harus melihat

karakteristik siswa yang dihadapi.

Contoh : Materi segiempat (SMP kelas VIII) diajarkan menggunakan model Jigsaw jika

karakter peserta didik bisa bekerja secara mandiri, namun lebih baik menggunakan STAD jika

siswanya belum bisa bekerja secara mandiri.

Model pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik, antara lain:

a.       Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

Dalam pembelajaran kooperatif, guru memberikan stimulus berupa kuis atau pertanyaan-

pertanyaan sebagai tes kemampuan prasyarat siswa, sehingga siswa aktif berfikir. Dan belajar

menurut sibernetik adalah pengolahan informasi oleh siswa. Pengolahan informasi ini terjadi

karena adanya stimulus dari guru yang berupa informasi.

b.      Model pembelajaran open ended

Tujuan dari pembelajaran open-ended menurut Nohda (dalam Suherman, 2003: 124) ialah untuk

membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem

solving secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus

dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang harus

digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berfikir dengan bebas sesuai

dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan ide-ide matematika ini

pada gilirannya akan memacu kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

Ini sejalan dengan hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah

usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara

Page 12: Teori Belajar Sibernetik

memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari

luar melalui proses pengolahan informasi.

F.        Perbandingan Aliran Sibernetik, Behavioristik, Kognitif, dan Humanistik

Tabel  berikut  menyajikan  secara  singkat  hubungan  antara  teori  belajar dan penerapannya

dalam praktik pembelajaran.

Teori Belajar Karakteristik teori Langkah penerapan dalam

pembelajaran

Teori Belajar

Behaviorisme

/ tingkah laku

(1950-1960)

Tokohnya:ThorndikePavlovWatsonGutrie Skinner

    Belajar adalah perubahan

tingkah laku.

   Seseorang dianggap telah

belajar sesuatu bila ia mampu

menunjukkan perubahan

tingkah laku.

    Pada   teori ini, yang terpenting

adalah masukan/input yang

berupa stimulus dan

keluaran/output yang berupa

respons.

Sedangkan apa yang terjadi

diantara stimulus dan respons

itu dianggap tak penting

diperhatikan sebab tidak bisa

diamati.

Yang bisa diamati hanyalah

stimulus dan respons

      Menentukan tujuan-tujuan

instruksional

      Menganalisis lingkungan kelas yang

ada saat ini termasuk

mengidentifikasikan "entry behavior"

mahasiswa (pengetahuan awal

mahasiswa)

      Menentukan materi pelajaran (pokok

bahasan, topik dan sebagainya)

      Memecah materi pelajaran menjadi

bagian

kecil-kecil (sub pokok bahasan, sub

topik,

dan sebagainya)

      Menyajikan materi pelajaran

      Memberikan stimulus yang mungkin

berupa :

o   pertanyaan (lisan atau tertulis)

o   tes

o   latihan

o   tugas-tugas.

Page 13: Teori Belajar Sibernetik

      Mengamati dan mengkaji respon yang

diberikan.

      Memberikan penguatan/reinforcement

(mungkin penguatan positif ataupun

penguatan negatif)

      Memberikan stimulus baru

      Mengamati dan mengkaji respon yang

diberikan (mengevaluasi hasil belajar)

      Memberikan penguatan

dan seterusnya.

Teori belajar

kognitivisme

      Belajar adalah

perubahan persepsi dan

pemahaman.

      Perubahan persepsi dan

Page 14: Teori Belajar Sibernetik

Mulai dikenal di AS th.1950, namun disebarluaskan th.1960

pemahaman tidak selalu

berbentuk perubahan

tingkah laku yang bisa

diamati.

Setiap orang telah

mempunyai pengalaman

dan pengetahuan di

dalam dirinya

Tokohnya :

a)   Teori

perkembangan

Piaget

Hanya dengan mengaktifkan

mahasiswa, maka proses

asimilasi /akomodasi

pengetahuan dan pengalaman

dapat terjadi dengan baik.

      Menentukan tujuan-tujuan

      Memilih materi pelajaran

      Menentukan topik-topik instruksional

yang mungkin dipelajari secara aktif

oleh mahasiswa (dengan bimbingan

minimum dari dosen)

      Menentukan dan merancang kegiatan

belajar yang cocok untuk topik-topik

yang akan dipelajari mahasiswa.

(Kegiatan belajar ini biasanya

berbentuk eksperimentasi, problem

solving, roleplay, dan sebaianya).

      Mempersiapakan berbagai pertanyaan

yang dapat memacu kreatifitas

mahasiswa untuk berdiskusi atau

bertanya).

      Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

(b) Teori

Kognitif

Teori ini sangat membebaskan

mahasiswa untuk belajar sendiri.

      Menentukan tujuan-tujuan

instruksional

Page 15: Teori Belajar Sibernetik

Bruner Karena itu teori Bruner sangat

cenderung discovery

      Memilih materi pelajaran

      Menentukan topik-topik yang bisa

dipelajari oleh mahasiswa

      Mencari contoh-contoph, tugas.

Ilustrasi dsbnya yang dapat digunakan

mahasiswa untuk belajar

      Mengatur topik-topik pelajaran  

sedemikia rupa sehingga urutan topik  

itu bergerak dari yang paling konkrit  

ke yang abstrak, dari yang sederhana

ke yang kompleks.

      Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

c) Teori

Bermakna

Ausubel

Dalam aplikasinya menuntut

mahasiswa belajar secara

deduktif

(dari umum ke khusus) dan lebih

mementingkan aspek struktur

kognitif mahasiswa.

      Menentukan tujuan-tujuan

instruksional

      Mengukur kesiapan mahasiswa

(minat, kemampuan, stuktur kognitif),

baik melalui tes awal, interview,

review, pertanyaan dan lain lain.

      Memilih materi pelajaran dan

mengaturnya dalam bentuk penyajian

konsep-konsep kunci

      Mengidentifikasinkan prinsip-prinsip

yang harus dikuasai mahasiswa dari

materi tersebut

      Menyajikan suatu pandangan secara 

menyeluruh tentang apa yang harus

dipelajari

      Membuat dan menggunakan

Page 16: Teori Belajar Sibernetik

"advanced organizer" paling tidak

dengan cara membuat rangkuman

terhadap materi yang baru saja

diberikan, dilengkapi dengan uraian

singkat yang menunjukkan relevansi

(kerterkaitan) materi yang sudah

diberikan dengan materi baru yang

akan diberikan

      Mengajar mahasiswa medmahami

konsep- konsep dan prionsip-prinsip

yang sudah ditentukan, dengan

memberi fokus pada hubungan yang

terjalin antara konsep-konsep yang ada

      Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Teori Belajar

Humanistik

Belajar adalah

untuk

memanusiakan

manusia

.

Tokohnya : Carl Rogers

    Proses belajar dianggap berhasil

jika si belajar telah memahami

lingkungannya dan dirinya

sendiri.

    Si belajar dalam proses

belajarnya harus berusaha agar

lambat laun ia mampu mencapai

aktualisasi diri dengan sebaik-

baiknya.

     Menentukan tujuan-tujuan

pembelajaran

     Menentukan materi pelajaran

     Mengidentifikasikan topik-topik yang

memungkinkan mahasiswa

mempelajarai secara aktif

("mengalamai")

     Mendesain wahana (lingkungan,

media, fasilitas, dsb) yang akan

digunakan mahasiswa untuk belajar

     Membimbing mahasiswa memahami

hakikat makna dari pengalaman belajar

mereka

     Membimbing mahasiswa membuat

konseptualisasi pengalaman tersebut

     Membimbing mahasiswa sampai

Page 17: Teori Belajar Sibernetik

mereka mampu mengaplikasikan

konsep-konsep baru ke situasi yang

baru

     Mengevaluasi proses dan hasil belajar

mahasiswa

Teori Belajar

Sibernetik

Tokohnya : 1. Landa 2. Pask dan Scott

    Menurut teori ini yang

terpenting adalah "sistem

informasi" dari apa yang akan

dipelajari siswa.

    Sedangkan bagaimana proses

belajar yang akan berlangsung ,

akan sangat ditentukan oleh

sistem informasi ini.

    Teori ini berasumsi, bahwa tidak

ada satu pun jenis cara belajar

yang ideal untuk segala situasi.

Sebab cara belajar sangat

ditentukan oleh sistem informasi

      Menentukan tujuan-tujuan

pembelajaran

      Menentukan materi pelajaran

      Mengkaji sistem informasi yang

terkandung dalam materi tersebut

      Menentukan pendekatan belajar yang

sesuai dengan sistem informasi,

apakah algoritmik (menuntut

mahasiswa untuk berpikur secara

sistematis, tahap demi tahap, linier,

lurus menuju suatu target tertentu)  

ataukah heuristik (menuntut

mahasiswa berpikir secara divergen,

menyebar ke beberapa target

sekaligus)

      Menyusun materi pelajaran dalam

urutan yang sesuai dengan sistem

informasinya

      Menyajikan materi dan membimbing

mahasiswa belajar dengan pola yang

sesuai dengan urutan materi pelajaran.

       Mengevaluasi proses dan hasil belajar

mahasiswa

Page 18: Teori Belajar Sibernetik

BAB III

PENUTUP

A.    Simpulan

Page 19: Teori Belajar Sibernetik

1.      Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.

2.      Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk

segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.

3.      teori tentang komponen struktural dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol)

antara lain:

a)    Sensory Receptor (SR)

b)   Working Memory (WM)

c)    Long Term Memory (LTM)

4.      Teori Belajar Menurut Landa

Ada dua macam proses berfikir yaitu proses berfikir algoritmik dan proses berfikir heuristik.

5.      Teori Belajar Menurut Pask dan Scott

Ada dua macam cara berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau

menyeluruh.

6.      Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah cara

berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.

7.      Kelemahan dari teori ssibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi yang

dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.

B.     Saran

Situasi stimulus yang hendak direspon oleh siswa harus disampaikan sedekat mungkin waktunya

dengan respon yang diinginkan atau keterdekatan. Situasi stimulus dan responnya perlu diulang-

ulang atau dipraktekkan agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan retensi belajar atau

pengulangan.

Page 20: Teori Belajar Sibernetik

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta 2008. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia

Arqam, Mhd Lailan. 2010. Pengembangan Multimedia Pembelajaran pada Mata Pelajaran Kemuhammadiyahan bagi Siswa Kelas I Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/164693008201010201.pdf, diakses pada 14 september 2013