teori belajar kontruktivisme dan penerapannya_2

Upload: lukman-afandi

Post on 03-Apr-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Teori Belajar Kontruktivisme Dan Penerapannya_2

    1/11

    Teori Belajar Kontruktivisme dan Penerapannya

    Disusun Oleh :

    Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi IKIP BUDI UTOMO

    Malang

    2012

  • 7/28/2019 Teori Belajar Kontruktivisme Dan Penerapannya_2

    2/11

    Kata Pengantar

    Puji syukur kita sanjungkan kehadirat Allah S.W.T berkat limpahan rahmat dan karunia-

    Nya jualah sehingga kami (kelompok 10) dapat menyelesaikan makalah ini sekalipun sifatnya

    masih sangat sederhana.

    Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama pribadi kami sendiri

    pada khususnya,yang dapat menunjang pembelajaran psikologi pada umumnya.Kami

    mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini

    baik secara langsung maupun tidak langsung utamanya kepada dosen pembimbing mata kuliah

    yang telah banyak memberikan arahan.

    Kami menyadari makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,oleh karenanya saran

    yang konstruktif sangat kami butuhkan demi perbaikan makalah kami ini.

  • 7/28/2019 Teori Belajar Kontruktivisme Dan Penerapannya_2

    3/11

    Daftar isi

    Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang.

    1.2 Rumusan Masalah

    Pembahasan

    2.1 Teori Belajar Konstrutivisme

    a. Pengertian dan teori belajar konstruktivistik.

    b. Tujuan teori konstruktivistik.

    c. Ciri-ciri Pembelajaran Secara Konstruktivistik.

    d. Prinsip-prinsip Konstruktivistik.

    e. Hakikat Anak Menurut Teori Belajar Konstruktivistik

    f. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Konstruktivistik

    2.2 Implikasi Teori Konstruktivistik pada Pembelajaran

    (Pendidikan).

    Penutup

    3.1 Kesimpulan.

    3.2 Saran

    Daftar Pustaka

  • 7/28/2019 Teori Belajar Kontruktivisme Dan Penerapannya_2

    4/11

    Pendahuluan

    1.1.Latar belakang

    Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan

    bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah

    perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut.

    Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa

    lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi

    seorang manusia dengan lingkungan tersebut.

    Berpijak dari pandangan itu Konstruktivisme berkembang. Dasarnya pengetahuan dan

    keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit.

    Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana

    pengetahuan disusun dalam minda manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama

    dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan

    universiti tetapi tidak begitu ketara dan tidak ditekankan.Menurut paham dari aliran

    konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa/anak

    didik dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu diberi binaan tentang pengetahuan

    menurut pengalaman masingmasing.

    Pembelajaran dalam konteks Konstruktivisme merupakan hasil dari usaha murid itu sendiri

    dan guru tidak boleh belajar untuk murid sesuai dengan prinsip Student centered bukan teacher

    centered. Blok binaan asas bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu suatu aktifitas

    mental yang digunakan oleh murid sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan

    pengabstrakan dalam proses pemikiran anak. Pikiran murid tidak akan menghadapi suatu realitas

    yang berwujud secara terasing dalam lingkungan sekitar.Kenyataan yang diketahui murid adalah

    realitas yang dia bina sendiri. Murid sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalamanyang membentuk struktur kognitif terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan pemikiran mereka.

    Untuk membantu murid membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus mengambil kira

    struktur kognitif yang sedia ada pada mereka. Apabila istilah baru telah disesuaikan dan diserap

    untuk dijadikan sebagian dari pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu

    bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina. Hal inilah yang biasa dinamakan dengan konstruktivisme.

    1.2 Rumusan Masalah

    1 Apa Pengertian Dan Ruang Lingkup Teori Konstruktivisme?

    2 Apa Prinsip-prinsip dan hakikat anak menurut teori Konstruktivistik

    3 Bagaimanakah mengimplementasikan Teori Konstruktivisme Pada Pembelajaran?

  • 7/28/2019 Teori Belajar Kontruktivisme Dan Penerapannya_2

    5/11

    Pembahasan

    1.1 Teori Belajar Konstruktivisme

    a. Pengertian Dan Ruang Lingkup Teori Konstruktivisme

    Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu

    tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan

    merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan

    himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang

    mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai

    beberapa konsep umum seperti:

    1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.

    2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.

    3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling

    mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

    4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif

    dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.

    5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku

    apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan

    pengetahuan ilmiah.6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk

    menarik minat pelajar.

    Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar

    konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori

    perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan

    dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual darilahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan

    ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor

    anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).

    Menurut Wheatley (1991: 12) berpendapat dengan mengajukan dua prinsip utama dalam

    pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh

    secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif

    dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

    Dari pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam

    proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui

    lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan

    lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang

  • 7/28/2019 Teori Belajar Kontruktivisme Dan Penerapannya_2

    6/11

    lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalamanbelajar yang lalu

    dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.

    Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar

    konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan

    pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide

    yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi

    siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar

    pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

    b. Tujuan Teori Konstruktivisme di Kelas

    Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.

    Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri

    pertanyaannya.

    Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.

    Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

    Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

    c. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme

    Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori

    konstruktivisme, yaitu:

    1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan6. Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif10.Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran,

    seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis

    11.Menekankan bagaimana siswa belajar12.Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain

    dan guru

    13.Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif14.Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata15.Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar16.Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar

    17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru

    yang didasarkan pada pengalaman nyata

    d. Hakikat Anak Menurut Pandangan Teori Belajar KonstruktivismeSalah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar

    konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori

    perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan

    dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari

  • 7/28/2019 Teori Belajar Kontruktivisme Dan Penerapannya_2

    7/11

    lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan

    ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor

    anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).

    Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159)

    menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi danakomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi

    adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasitersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain

    adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru

    atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996:7).

    Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh

    seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung padaseberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan,

    perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-

    seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).

    Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwapada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda

    berdasarkan kematangan intelektual anak.

    Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme,Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai

    berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2)

    belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukansesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah

    transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah

    sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang

    dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun

    dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata

    yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehinggapengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis

    (Hudoyo, 1998: 5).

    Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yangberlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau

    lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.

    Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yangdikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan

    lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh

    dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung(1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal

    dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.

    Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi,

    1999: 63) adalah sebagai berikut: (1) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivismeadalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk

    menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (2) kurikulum dirancang sedemikian rupa

    sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksioleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar

    kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (3) peserta didik

    diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru

    hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusifuntuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

    e. Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstrutivisme

    Kelebihan

    1. Berfikir alam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah,

    menjana idea dan membuat keputusan.

  • 7/28/2019 Teori Belajar Kontruktivisme Dan Penerapannya_2

    8/11

    2. Faham :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka

    akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.

    3. Ingat :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama

    semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justeru

    mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

    4. Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam

    membina pengetahuan baru.

    5. Seronok :Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi

    dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.

    Kelemahan

    Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya

    dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.

    2.2 Implikasi Teori Konstruktivisme di Kelas

    Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini dipaparka

    tentang penerapan di kelas.

    1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar

    Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir

    mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang

    merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah

    mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah

    masalah (problem solver)

    2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu

    kepada siswa untuk merespon

    Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan

    komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau

    menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan

    penyelidikan

    3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi

    Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk

    mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang sederhana. Guru

    mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis,

    prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau pemikirannya

    4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya

    Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat

    membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka

    memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan

    gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri

  • 7/28/2019 Teori Belajar Kontruktivisme Dan Penerapannya_2

    9/11

    yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk

    mengemukakan gagasannya maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas

    5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi

    Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan

    berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam

    belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hpotesis yang

    mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan pengalaman nyata

    6. Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif

    Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam

    mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru membantu para

    siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam

    tersebut secara bersama-sama.

  • 7/28/2019 Teori Belajar Kontruktivisme Dan Penerapannya_2

    10/11

    Penutup

    3.1 Kesimpulan

    Kesimpulannya pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang berasaskan

    Konstruktivisme akan memberi peluang kepada guru untuk memilih kaidah pengajaran dan

    pembelajaran yang sesuai dan murid dapat menentukan sendiri masa yang diperlukan untuk

    memperoleh suatu konsep atau pengetahuan. Disamping itu, guru dapat membuat penilaian

    sendiri dan menilai kefahamannya tentang sesuatu bidang pengetahuan dapat ditingkatkan lagi.

    Selain itu, beban guru sebagai pengajar akan berkurangan di mana guru lebih bertindak sebagai

    pemudahcara atau fasilitator.

    Pembelajaran secara Konstruktivisme berdasarkan beberapa pandangan baru tentang ilmu

    pengetahuan dan bagaimana boleh diperolehi ilmu tersebut. Pembentukan pengetahuan baru lahirdaripada gabungan pembelajaran terlebih dahulu. Pembelajaran ini menggalakkan murid

    mencipta penyelesaian mereka sendiri dan menguji dengan menggunakan hipotesis-hipotesis dan

    idea-idea baru.

    3.2 Saran

    Pembelajaran sangat sarat dengan konsep-konsep yang membutuhkan penalaran tinggi. Agar

    hasil belajar yang dicapai lebih optimum maka para guru fisika sebaiknya selalu memperhatikan

    penalaran formal yang telah dimiliki siswa. Sehingga strategi pengubah miskonsepsi dapat

    ditentukan dengan tepat. Telah terbukti bahwa kualitas miskonsepsi yang dimiliki siswa sangat

    tergantung pada penalaran formal siswa.

  • 7/28/2019 Teori Belajar Kontruktivisme Dan Penerapannya_2

    11/11

    Daftar Pustaka

    Usman,Khairul.Implementasi Model Teori Konstrutivisme.(diunduh pada tanggal 29-04-

    2012),http://khairilusman.wordpress.com/2011/10/29/implementasi-model-konstruktivisme-

    dalam-pembelajaran/.

    Hajrie.Teori Belajar Konstruktivisme.http://vhajrie27.wordpress.com/2009/04/16/penerapan-

    teori-belajar-konstruktivisme-dalam-pembelajaran-ips-tentang-pengaruh-cuaca-terhadap-

    kehidupan-manusia/.

    Yahya.Model Konstrutivisme.

    http://sdn5bsyahya.blogspot.com/2010/10/teori-konstruktivisme.html.

    http://education-mantap.blogspot.com/2010/10/teori-konstruktivisme-dalam.html

    http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/20/teori-belajar-konstruktivisme/

    http://sdn5bsyahya.blogspot.com/2010/10/teori-konstruktivisme.htmlhttp://education-mantap.blogspot.com/2010/10/teori-konstruktivisme-dalam.htmlhttp://education-mantap.blogspot.com/2010/10/teori-konstruktivisme-dalam.htmlhttp://education-mantap.blogspot.com/2010/10/teori-konstruktivisme-dalam.htmlhttp://sdn5bsyahya.blogspot.com/2010/10/teori-konstruktivisme.html