teori

Upload: deviana-shinta-maulana

Post on 05-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

GEOLOGI SEJARAH

TRANSCRIPT

TEORI GEOSINKLINTeori geosinklin pertama kali berkembang saat geologiawan Amerika, James Hall dan James Dwight Dana menaruh perhatian besar terhadap Pegunungan Appalachian. Geosinklin adalah suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa. Terdeformasinya batuan di dalamnya dapat dijelaskan sebagai akibat dari menyempitnya cekungan, sehingga batuan di dalamnya terlipat dan tersesarkan. Pergerakan ini terjadi akibat adanya gaya penyeimbang atau isostasi. Kelemahan dari teori yakni tidak bisanya menjelaskan asal-usul vulkanik. Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya vertical. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa.Batuan yang terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi. Teori ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal-usul aktivitas vulkanik dengan baik dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik sangatlah tidak bisa dijelaskan dengan teori geosinklin. TEORI APUNGAN BENUA (CONTINENTAL DRIFT)Tahun 1912, Alfred Wegener seorang ahli meteorologi Jerman mengemukakan konsep Pengapungan Benua (Continental drift) dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans. Hipotesa utamanya adalah satu super continent yang disebut Pangaea (artinya semua daratan) yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan). Selanjutnya, hipotesa ini mengatakan 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Dan kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti yang dijumpai saat ini.

Beberapa ilmuwan dapat menerima konsep ini namun sebagian besar lainnya tidak dapat membayangkan bagaimana satu massa benua yang besar dapat mengapung di atas bumi yang padat dan mengapa harus terjadi serta, pemahaman para ilmuwan bahwa gaya yang bekerja pada bumi adalah gaya vertikal. Bagaimana mungkin gaya vertikal ini bisa menyebabkan benua yang besar tersebut pecah. Pada masa itu belum dijumpai bukti-bukti yang meyakinkan. Wegener mengumpulkan bukti lainnya berupa kesamaan garis pantai, persamaaan fosil, struktur dan batuan. Namun, tetap saja usaha Wegener sia-sia. Karena Wagener tidak mampu menjelaskan dan meyakinkan para ahli bahwa gaya utama yang bekerja adalah gaya lateral bukan gaya vertikal.TEORI TEKTONIK LEMPENG (PLATE TECTONIC)Teori tektonik lempeng bisa dibilang merupakan gabungan dari teori sebelumnya yang kemudian disatukan. Teori ini mengatakan bahwa lithosfir mengapung di atas astenosfer. Gaya yang menyebabkan lempeng ini bergerak yaitu arus konveksi yang sebelumnya tidak bisa dijelaskan oleh Alfred Wegener. Teori tektonik lempeng baru dikembangkan dan dapat diterima pada tahun 1960-an. Lithosfir kemudian terpecah-pecah dan disebut dengan lempeng. Karena adanya arus konveksi yang menggerakkan lempeng tadi, maka antara lempeng juga memiliki interaksi. Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu: Lempeng Afrika, Lempeng Antarktika, Lempeng Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Amerika Utara, Lempeng Amerika Selatan, Lempeng Pasifik.

Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.Karena tiap lempeng bergerak sebagai unit tersendiri dipermukaan bumi yang bulat, maka interaksi antar lempeng terjadi pada batas batas lempeng. Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu batas divergen, konvergen, dan transform.Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergenBatas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik.DAFTAR PUSTAKA

E. Sunardi, 2010, Penelitian Magnetostratigrafi dan Penerapan Satuan Stratigrafi Polaritas Magnet sebagai Satuan Kronostratigrafi: Studi Kasus di Cekungan Bandung serta Daerah Mojokerto dan Sangiran, Jawa, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 5 No. 2 Juni 2010: 137-150.http://memeriksa-qsi.konsultan-pendidikan.web.id/en3/free-2337/teori-geosinklin_106221_memeriksa-qsi-konsultan-pendidikan.htmlImanuel Seru, 2014, Sejarah Perkembangan Ilmu Geologi (dari fixist-mobilist ke tektonik lempeng), Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran.http://fahrudin.blog.undip.ac.id/files/PROSES-GEOLOGI-2.pdfPuji Rianto, dkk, 2014, Teori Apungan Benua, Universitas Negeri Semarang.Muhammad Hanif Tri Maulana, Teori Geosinklin dan Teori Apungan Benua, Program Studi Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung.