teori

14
Nama : Dwi Lestari Kelas : Pend. AP Reguler 2011 No. Reg : 8105112203 Dosen Pembimbing 1 : Dra. Rr. Ponco Dewi K.S., MM Dosen Pembimbing 2 : Ari Saptono, SE, M.Pd Hubungan antara Harga Diri (Self Esteem) dengan Perilaku Asertif A. Harga Diri (Self Esteem) 1. Menurut Deaux, di dalam psikologi, harga diri didefinisikan sebagai penilaian seseorang terhadap diri sendiri, baik positif maupun negative. (Widyarini, M. M. Nilam, Dra, Msi. 2009. Seri Psikologi Populer: Kunci Pengembangan Diri. Jakarta : PT Elex Media Komputindo) 2. “Self esteem refers to one’s overall assessment of one worth as a person“. Harga diri merupakan suatu perasaan keberhargaan seseorang sebagai individu. Weiten dan Llyod (2006)

Upload: dwi-lestari

Post on 01-Oct-2015

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Asertif

TRANSCRIPT

Nama : Dwi LestariKelas: Pend. AP Reguler 2011No. Reg: 8105112203Dosen Pembimbing 1: Dra. Rr. Ponco Dewi K.S., MMDosen Pembimbing 2: Ari Saptono, SE, M.Pd Hubungan antara Harga Diri (Self Esteem) dengan Perilaku Asertif

A. Harga Diri (Self Esteem)

1. Menurut Deaux, di dalam psikologi, harga diri didefinisikan sebagai penilaian seseorang terhadap diri sendiri, baik positif maupun negative. (Widyarini, M. M. Nilam, Dra, Msi. 2009. Seri Psikologi Populer: Kunci Pengembangan Diri. Jakarta : PT Elex Media Komputindo)2. Self esteem refers to ones overall assessment of one worth as a person. Harga diri merupakan suatu perasaan keberhargaan seseorang sebagai individu. Weiten dan Llyod (2006)3. Hargadiri merupakan konsepsi mengenai pandangan seorang indi!idu pada dirinya sendiri di seputar perasaankeberhargaan dan keberanian yang berhubungan dengan seberapa baik dirinyamenilai, menghargai, mengakui ataupun men&intai dirinya sendiri. Harter dkk (dalam Forst dan McKelvie,2004:1)4. Self esteem adalah apayangindividu rasakanmengenaidirinya. Steinberg (2002:262)5. Selfesteem adalah memandangdiri sendiri dengan rasa hormat atau kasih sayang, menempatkan nilai yang tinggi,atau menilai dirinya yang tinggi, atau memiliki pendapat yang baik mengenai dirinya sendiri. Alle (dalamLemley,2004:6)6. Tambunan(2001)menjelaskan bahwa Selfesteemmengandung arti suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkap dalam sikap-sikap yang dapat bersifatpositifmaupunnegatif. 7. A positive orientation toward oneself; an overall feeling ofones worthorvalue. Keseluruhan perasaan keberhargaan atau kebernilaian seseorang mengenai orientasi positif atau negatif di seputar dirinya. Rosenberg (dalam Burnett dan Wright, 2002: 1)8. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998).9. Baron dan Byrne (2000) bahwa harga diri merupakan penilaian yang dibuat oleh setiapindividu yang mengarah pada dimensi negatif dan positif.10. Frey dan Carlock (1987) harga diri adalah istilah penilaian yang mengacu pada penilaian positif, negatif, netral dan ambigu yang merupakan bagian dari konsep diri, tetapi bukan berarti cinta-diri sendiri.11. Coopersmith (1967) mengatakan harga diriadalah penilaian yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan melalui suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju, sehingga terlihat sejauhmana individu menyukai dirinya sebagai individu yang mampu, penting, sukses dan berharga.12. Pearl Bailey (Deaux, 1993) mengatakan bahwa harga diri adalah evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat positif dan negatif. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Sebaliknya, seorang remaja yang memiliki harga diri yang negatif akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia.13. Self esteem is feeling about and evaluation of oneself. Harga diri adalah perasaan dan evaluasi terhadap diri seseorang. Hogg (2002)14. Selfesteem diartikan sebagai harga diri, ataupun penghargaan diri seseorang, kesan seseorang mengenai dirinya yang dianggap baik. (Katono dan Daligulo, 2003:441)15. Selfesteem tersusun atas seperangkat perasaan, kepercayaan, dan pengharapan yang didasarkan kemampuan mengubah diri sejak kecil saat menghadapi lingkungan dan dipengaruhi oleh dunialuar.(Apter,dalamMc Kenzie, 1992:2).

B. Perilaku Asertif

1. Cawood (1988) menyebutkan bahwa perilaku asertif adalah ekspresi yang langsung, jujur dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan atau hak-hak individu tanpa kecemasan yang tidak beralasan. (Cawwod, D. (1988). Assertiveness for managers: Learning effective skill for managing people. (2nd ed). Canada: International Self-Counsel Press, ltd)2. Alberti & Emmons (2002) memberikan pengertian bahwa perilaku yang asertif mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, yang memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan kita sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkali hak-hak orang lain. Keterampilan asertifitas ini dapat diperoleh dan berkembang melalui proses belajar.(Alberti, R & Emmons, M. (2002). Your perfect right, hidup lebih bahagia dengan menggunakan hak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo)3. Lange dan Jakubowski (1978) memberikan pengertian tentang perilaku asertif sebagai berikut: Standing up for personal rights and expressing toughts, feelings, and beliefs in direct, honest, and appropriate ways which do not violate another persons rights Dalam pengertian yang mereka kemukakan, mereka menyatakan bahwa perilaku asertif adalah mempertahankan hak-hak kita dan mengekspresikan apa yang kita yakini, rasakan serta inginkan secara langsung dan jujur dengan cara yang sesuai yang menunjukkan penghargaan terhadap hak-hak orang lain.(Lange, A. J & Jackubowski, P. (1978). Responsible assertive behavior: Cognitive behavioral procedures training. Illionis: Research Press)4. Rini (2001), yaitu bahwa asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain.(Rini, J. (2001). Asertivitas. Http://www.e-psikologi.com)5. Rathus dan Nevid (1983) menyatakan bahwa asertif adalah tingkah laku yang menampilkan keberanian untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan dan pikiran-pikiran apa adanya, mempertahankan hak-hak pribadi serta menolak permintaan-permintaan yang tidak masuk akal dari figur otoritas dan standar-standar yang berlaku pada suatu kelompok. (Rathus, S. A & Nevid, J. S. (1983). Adjustment and growth: The challenges of life. (2nd ed). New York: CBS College Publishing)6. Beddel & Lennox (1997) memberikan pengertian mengenai perilaku asertif, yaitu: Assertiveness promotes interpersonal behavior that simultaneously attempts to maximize the persons satisfaction of wants while considering the wants of other people, thus promoting respect for the self and others. Mereka mengatakan bahwa, asertifitas akan mendukung tingkah laku interpersonal yang secara simultan akan berusaha untuk memenuhi keinginan individu semaksimal mungkin dengan secara bersamaan juga mempertimbangkan keinginan orang lain karena hal itu tidak hanya memberikan penghargaan pada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain.(Beddel, J. R & Lenox, S. S. (1997). Handbook for communication and problem solving skills training: A cognitive behavioral approach. New York: John Willy & Sons, Inc)7. Menurut Sumintardja (Prabowo, 2001) asertif berasal dari kata assertive yang berarti tegas dalam pernyataannya, pasti dalam mengekspresikan diri atau pendapatnya.8. Menurut Mc Cullough dan Manna (Daud, 2004) asertifitas adalah cara berlaku jujur terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. 9. Adams (Daud, 2004) bahwa asertifitas adalah bersikap jelas, jujur, mengkomunikasikan yang benar tentang diri sendiri, sambil tetap mampu menghormati orang lain, bekerja dengan cara anda sendiri untuk memenuhi kebutuhan anda sendiri sambil tetap menunjukkan hormat kepada orang lain.10. Tindal (Daud, 2004) mendefinisikan asertifitas sebagai kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara langsung dan jujur, seraya menunjukkan penghargaan terhadap orang lain. 11. Myers (1992) mengatakan asertifitas adalah salah satu gaya komunikasi dimana individu dapat mempertahankan hak dan mengekspresikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan secara langsung, jujur, dan bersikap berterus terang. 12. Williams (2002) mengatakan asertifitas adalah kemampuan mengungkapkan diri sendiri, meyakinkan opini dan perasaan, dan mempertahankan haknya. Hal ini tidak sama dengan agresifitas. Individu dapat menjadi asertif tanpa menjadi kuat dan kasar. Sebaliknya, asertif mempertimbangkan pengungkapan dengan jelas apa yang diharapkan dan meminta dengan tegas hak-haknya. Pada prinsipnya asertifitas merupakan pengendalian terhadap hak-hak pribadi seseorang.13. Lazarruz (Rakos, 1991) mendefinisikan asertifitas sebagai kemampuan mengatakan tidak, kemampuan untuk meminta sesuatu, kemampuan untuk mengekspresikan perasaan positif dan negatif, kemampuan untuk memulai, menyambung, dan mengakhiri percakapan umum. 14. Willis dan Daisley (Rakos, 1991) menyatakan bahwa asertif merupakan suatu bentuk perilaku dan bukan merupakan sifat kepribadian seseorang yang dibawa sejak lahir, sehingga dapat dipelajari meskipun pola kebiasaan seseorang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut. Meskipun hal ini tidak mudah bagi remaja, namun berdasarkan karakteristik dan tugas perkembangan remaja diharapkan mereka telah memiliki keterampilan asertifitas tersebut melalui proses belajar dalam lingkungan sosialnya. 15. Elliot dan Gramling (1990) bahwa seorang remaja harus mampu bersikap asertif pada diri sendiri maupun pada orang lain.

C. Harga Diri Perilaku Asertif

1. Perilaku asertif sangat penting dalam perkembangan harga diri seseorang, karena perilaku asertif merupakan salah satu faktor yang memengaruhi harga diri dan juga merupakan karakteristik harga diri yang tinggi (Branden, 2005).(Branden, N. 2005 Kekuatan harga diri (the power of self-esteem) Penerbit Interaksara Batam)2. Hal ini sesuai dengan pernyataan Branden (2005) bahwa salah satu karakteristik dari harga diri yang tinggi adalah perilaku asertif, dimana individu yang berperilaku asertif dapat dengan mudah mengungkapkan pendapat dan perasaan-nya tanpa merugikan dirinya maupun individu lain(Branden, N. 2005 Kekuatan harga diri (the power of self-esteem) Penerbit Interaksara Batam)3. Townend (2007), tanpa harga diri yang positif seseorang akan kesulitan dalam berperilaku asertif, arena mereka takut dikritik atau dinilai orang lain saat menyampaikan ide atau pendapatnya.(Townend, A. 2007. Assertiveness and Diversity. New York : Palgrave Macmillan)4. Menurut Michener dkk. (2004) bahwa perilaku asertif yang tampak dari individu-individu yang mempunyai harga diri yang tinggi akan lebih percaya diri dalam hubungan sosial mereka, lebih ambisius dan mempunyai nilai akademik yang lebih tinggi dari individu lainnya.(Michener, A.H. 2004 Social Psychology 5th edition Thomson/Wadsworth Singapore.)5. Menurut Townend (2007) orang yang berperilaku asertif adalah orang yang mempunyai kepercayaan diri dan harga diri yang cukup, menghargai dirinya dan juga orang lain, terbuka dan bertanggung jawab, suka mendengar pikiran dan perasaan orang lain dan mengharap feedback dari orang lain.(Townend, A. 2007. Assertiveness and Diversity. New York : Palgrave Macmillan)6. Myers (Hapsari, 2006:8) menambahkan adanya penghargaan diri yang rendah ini menyebabkan munculnya perasaan inferioritas pada remaja. Salah satu bentuk dari adanya perasaan inferioritas ini diantaranya perilaku yang tidak asertif.(Hapsari, Ratna Maharani. 2006. Sumbangan Perilaku Asertif Terhadap Harga Diri Pada remaja. Jurnal psyche. Vol 5. Diakses pada tanggal 2 Januari 2012.dari http://psikologi.gunadarma.ac.id/library/jurnal/psychology/2007/4-13/pdf)7. Menurut Rathus (Rosita.H, 2008:9) munculnya asertivitas pada remaja karena adanya penghargaan diri (self esteem) yang positif terhadap dirinya yang dapat menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang dilakukan itu sangat berharga dan apa yang diharapkan oleh remaja dapat dipenuhi dengan cara mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya apabila remaja tidak asertif justru tidak mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan keyakinan akan dirinya karena mereka cenderung tidak mampu keluar dari masalah mereka dan didalam dunia pendidikan agar semua tujuan dapat tercapai maka salah satu hal yang sangat perlu dikembangkan terkait dengan self esteem yang tinggi adalah asertivitas, karena asertivitas selain merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi self esteem individu juga merupakan karakteristik penting yang dimiliki individu dengan self esteem yang tinggi.(Rosita, H. 2007. Hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri. Jurnal fakultas psikologi universitas gunadarma. Diakses pada tanggal 7 Januari2012. http://www.gunadarma.ac.id/library/jurnalgraduate/psychology/2007/6-37/pdf.)(Rathus, S.A., & Nevid, J.S, Behavior Therapy of Solving Problem in Living, The New American Library, Inc, New York, 1980)8. Seperti yang diungkapkan oleh Elliot dan Gramling (dalam Adriani, 2005:14) bahwa seorang remaja harus mampu bersikap asertif pada diri sendiri maupun pada orang lain dan pengalaman yang tidak menyenangkan yang dialami siswa dapat menumbuhkan penilaian yang rendah pada diri sebagai akibat umpan balik yang bersifat negative.(Andriani, Elvi dan Marini, Liza. 2005. Perbedaan Asertivitas Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua. Jurnal Psikologi (Vol 4 No. 2 Desember 2007). Hal: 46-51.)9. Munculnya perilaku asertif pada remaja karena adanya penghargaan diri (self esteem) yang positif terhadap diri, yang dapat menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang dilakukan itu sangat berharga dan apa yang diharapkan oleh remaja dapat dipenuhi dengan cara mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki (Rathus, 1980)(Rathus, S.A., & Nevid, J.S, Behavior Therapy of Solving Problem in Living, The New American Library, Inc, New York, 1980)10. Menurut Rathus & Nevid (1980) harga diri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang memunculkan tingkah laku asertifnya atau tidak.(Rathus, S.A., & Nevid, J.S, Behavior Therapy of Solving Problem in Living, The New American Library, Inc, New York, 1980)11. Orang yang tidak asertif biasanya cemas dalam situasi sosial dan mempunyai harga diri yang cenderung rendah (Devito, 1990).(De Vito, J. A. (1998). Massages-Building Interpersonal Communication Skill. New York : Harper and Rav)12. Perilaku asertif adalah perilaku aktif, terus terang, to the point (tidak bertele-tele), jujur dan mengkomunikasikan kesan pribadi yang menjaga harga diri serta dapat menghargai orang lain. Perilaku asertif berlandaskan pada pemikiran bahwa setiap individu memiliki kepentingan, kebutuhan, dan haknya masing-masing. Sikap inilah yang sebaiknya anda jaga untuk dapat meraih setiap kesempatan yang datang. (Hery wibowo, fortune favors the ready!: keberuntungan berpihak kepada orang-orang yang siap, bandung:OASE Mata air makna, 2007, h. 155)