teo rica haya yulia ha dimetri

22
Tugas Individu TEORI-TEORI CAHAYA MENURUT PARA AHLI OLEH : NAMA : YULIA HADI METRI NIM : 0805113274 PRODI : PENDIDIKAN FISIKA MATA KULIAH : OPTIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PMIPA FKIP UNIVERSITAS RIAU

Upload: erna-septyaningrum

Post on 30-Jul-2015

30 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

Tugas Individu

TEORI-TEORI CAHAYAMENURUT PARA AHLI

OLEH :

NAMA : YULIA HADI METRI

NIM : 0805113274

PRODI : PENDIDIKAN FISIKA

MATA KULIAH : OPTIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PMIPA FKIP UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2010

Page 2: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

TEORI-TEORI CAHAYA

MENURUT PARA AHLI

1. Euclid

Euclid (Alexandria) Dalam nya Optica ia mencatat bahwa perjalanan

cahaya dalam garis lurus dan menjelaskan hukum refleksi. Dia percaya

bahwa visi akan melibatkan sinar dari mata ke obyek terlihat dan ia

mempelajari hubungan antara ukuran jelas dari objek dan sudut-sudut yang

mereka subtend di mata. Hero (juga dikenal sebagai Heron) di Alexandria.

Dalam karyanya Catoptrica, Hero menunjukkan dengan metode geometri

bahwa jalan sebenarnya yang diambil oleh sebuah sinar cahaya dipantulkan

dari sebuah cermin pesawat yang lebih pendek daripada jalur tercermin lain

yang mungkin diambil antara sumber dan titik pengamatan.

2. Robert Grosseteste

Robert Grosseteste (Inggris) scholarum. Magister dari Universitas

Oxford dan pendukung pandangan bahwa teori harus dibandingkan dengan

observasi, Grosseteste menganggap bahwa sifat cahaya memiliki arti khusus

dalam filsafat alam dan menekankan pentingnya matematika dan geometri

di mereka belajar. Dia percaya bahwa warna terkait dengan intensitas dan

bahwa mereka memperpanjang dari putih menjadi hitam, putih yang paling

murni dan berbaring di luar merah dengan hitam tergeletak di bawah biru.

pelangi itu menduga sebagai akibat refleksi dan refraksi cahaya matahari

oleh lapisan dalam 'awan berair' tapi pengaruh tetesan individu tidak

dianggap. Dia memegang melihat, bersama dengan orang-orang Yunani

sebelumnya, bahwa visi melibatkan emanasi dari mata ke objek yang

dirasakan.

3. Roger Bacon

1

Page 3: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

Roger Bacon (Inggris). Seorang pengikut Grosseteste di Oxford, Bacon

diperpanjang pekerjaan Grosseteste di optik. Ia menganggap bahwa

kecepatan cahaya terbatas dan bahwa disebarluaskan melalui media dengan

cara yang analog dengan propagasi suara. Dalam karyanya Opus Maius,

Bacon menggambarkan studinya atas perbesaran benda kecil dengan

menggunakan lensa cembung dan menyarankan agar mereka bisa

menemukan aplikasi di koreksi penglihatan yang rusak. Dia menghubungkan

fenomena pelangi untuk refleksi sinar matahari dari hujan individu

4. Al-Kindi (801 M – 873 M)

Ilmuwan Muslim pertama yang mencurahkan pikirannya untuk

mengkaji ilmu optik adalah Al-Kindi (801 M – 873 M). Hasil kerja kerasnya

mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta

prinsip-prinsip persepsi visual.

Secara lugas, Al-Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang

dilontarkan Aristoteles. Dalam pandangan ilmuwan Yunani itu, penglihatan

merupakan bentuk yang diterima mata dari obyek yang sedang dilihat.

Namun, menurut Al-Kindi penglihatan justru ditimbulkan daya pencahayaan

yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat.

5. Ibnu Sahl (940 M – 100 M)

Sarjana Muslim lainnya yang menggembangkan ilmu optik adalah Ibnu

Sahl (940 M – 100 M). Sejatinya, Ibnu Sahl adalah seorang matematikus yang

mendedikasikan dirinya di Istana Baghdad. Pada tahun 984 M, dia menulis

risalah yang berjudul On Burning Mirrors and Lenses (pembakaran dan

cermin dan lensa). Dalam risalah itu, Ibnu Sahl mempelajari cermin

membengkok dan lensa membengkok serta titik api cahaya.

Ibnu Sahl pun menemukan hukum refraksi (pembiasan) yang secara

matematis setara dengan hukum Snell. Dia menggunakan hukum tentang

2

Page 4: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

pembiasan cahaya untuk memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin

yang titik fokus cahanya berada di sebuah titik di poros.

6. Al-Haitham (965 M – 1040 M)

Ilmuwan Muslim yang paling populer di bidang optik adalah Ibnu Al-

Haitham (965 M – 1040 M). Menurut Turner, Al-Haitham adalah sarjana

Muslim yang mengkaji ilmu optik dengan kualitas riset yang tinggi dan

sistematis. “Pencapaian dan keberhasilannya begitu spektakuler,” puji

Turner.

Sang ilmuwan Muslim ini meyakini

bahwa sinar cahaya keluar dari garis

lurus dari setiap titik di permukaan

yang bercahaya.

Selain itu, Al-Haitham memecahkan

misteri tentang lintasan cahaya

melalui berbagai media melalui

serangkaian percobaan dengan

tingkat ketelitian yang tinggi.

Keberhasilannya yang lain adalah ditemukannya teori pembiasan cahaya. Al-

Haitham pun sukses melakukan eksperimen pertamanya tentang

penyebaran cahaya terhadap berbagai warna.

Ia pun mencetuskan teori tentang berbagai macam fenomena fisik

seperti bayangan, gerhana, dan juga pelangi. Ia juga melakukan percobaan

untuk menjelaskan penglihatan binokular dan memberikan penjelasan yang

benar tentang peningkatan ukuran matahari dan bulan ketika mendekati

horison.

3

Page 5: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

Ibnu Haytham menyatakan bahwa objek yang dilihat mengeluarkan

cahaya yang kemudian ditangkap mata sehingga bisa terlihat.

Secara detail, Al-Haitham pun menjelaskan sistem penglihatan mulai

dari kinerja syaraf di otak hingga kinerja mata itu sendiri. Ia juga

menjelaskan secara detil bagian dan fungsi mata seperti konjungtiva, iris,

kornea, lensa, dan menjelaskan peranan masing-masing terhadap

penglihatan manusia.

Al-Haitham juga mencetuskan teori lensa pembesar.

7. Kamal Al-Din Al-Farisi (1267 -1319 M)

Kitab Tanqih merupakan pendapat dan pandangan al-Farisi terhadap

buah karya Ibnu Haytham. Dalam pandangannya,

tak semua teori optik yang diajukan Ibnu Haytham

menemukan kebenaran. Guna menutupi

kelemahan teori Ibnu Haytham, al-Farisi Al-Farisi

lalu mengusulkan teori alternatif. Sehingga,

kelemahan dalam teori optik Ibnu Haytham dapat

disempurnakan.

Salah satu bagian yang paling penting

dalam karya al-Farisi adalah komentarnya tentang

teori pelangi. Ibnu Haytham sesungguhnya

mengusulkan sebuah teori, tapi al-Farisi

mempertimbangkan dua teori yakni teori Ibnu

Haytham dan teori Ibnu Sina (Avicenna) sebelum

mencetuskan teori baru. Teori yang diusulkan al-

Farisi sungguh luar biasa. Ia mampu menjelaskan

fenomena alam bernama pelangi menggunakan

matematika.

4

Page 6: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

Menurut Ibnu Haytham, pelangi merupapakan cahaya matahari

dipantulkan awan sebelum mencapai mata. Teori yang dicetuskan Ibnu

Haytham itu dinilainya mengandung kelemahan, karena tak melalui sebuah

penelitian yang terlalu baik. Al-Farisi kemudian mengusulkan sebuah teori

baru tentang pelangi. Menurut dia, pelangi terjadi karena sinar cahaya

matahari dibiaskan dua kali dengan air yang turun. Satu atau lebih

pemantulan cahaya terjadi di antara dua pembiasan.

Al-Farisi membuktikan teori tentang pelanginya melalui eksperimen

yang luas menggunakan sebuah lapisan transparan diisi dengan air dan

sebuah kamera obscura," kata J. J O'Connor, dan E.F. Robertson dalam

karyanya bertajuk "Kamal al-Din Abu'l Hasan Muhammad Al-Farisi". Al-Farisi

pun diakui telah memperkenalkan dua tambahan sumber pembiasan, yaitu

di permukaan antara bejana kaca dan air. Dalam karyanya, al-farisi juga

menjelaskan tentang warna pelangi. Ia telah memberi inspirasi bagi

masyarakat fisika modern tentang cara membentuk warna.

Para ahli sebelum al-Farisi berpendapat bahwai warna merupakan hasil

sebuah pencampuran antara gelap dengan terang. Secara khusus, ia pun

melakukan penelitian yang mendalam soal warna. Ia melakukan penelitian

dengan lapisan/bola transparan. Hasilnya, al-Farisi mencetuskan bahwa

warna-warna terjadi karena superimposition perbedaan bentuk gambar

dalam latar belakang gelap.

"Jika gambar kemudian menembus di dalam, cahaya diperkuat lagi dan

memproduksi sebuah warna kuning bercahaya. Selanjutnya mencampur

gambar yang dikurangi dan kemudian sebuah warna gelap dan merah gelap

sampai hilang ketika matahari berada di luar kerucut pembiasan sinar setelh

satu kali pemantulan," ungkap al-Farisi.

Penelitiannya itu juga berkaitan dengan dasar investigasi teori dalam

dioptika yang disebut al-Kura al-muhriqa yang sebelumnya juga telah

5

Page 7: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

dilakukan oleh ahli optik Muslim terdahulu yakni, Ibnu Sahl (1000 M) dan

Ibnu al-Haytham (1041 M). Dalam Kitab Tanqih al-Manazir , al-Farisi

menggunakan bejana kaca besar yang bersih dalam bentuk sebuah bola,

yang diisi dengan air, untuk mendapatkan percobaan model skala besar

tentang tetes air hujan.

Dia kemudian menempatkan model ini dengan sebuah kamera obscura

yang berfungsi untuk mengontrol lubang bidik kamera untuk pengenalan

cahaya. Dia memproyeksikan cahaya ke dalam bentuk bola dan akhirnya

dikurangi dengan beberapa percobaan dan penelitian yang mendetail untuk

pemantulan dan pembiasan cahaya bahwa warna pelangi adalah sebuah

fenomena dekomposisi cahaya.

8. Al Hasan (965-1038 M)

Al Hasan (965-1038) mengemukakan pendapat bahwa mata dapat

melihat benda-benda di sekeliling karena adanya cahaya yang dipancarkan

atau dipantulkan oleh benda-benda yang bersangkutan masuk ke dalam

mata. Teori ini akhirnya dapat diterima oleh orang banyak sampai sekarang

ini.

9. Sir Isaac Newton (1642-1727 M)

Sir Isaac Newton (1642-1727)

yang mendukung pendapat Al Hasan

merupakan ilmuwan berkebangsaan

Inggris yang mengemukakan

pendapat bahwa dari sumber cahaya

dipancarkan partikel-partikel yang

sangat kecil dan ringan ke segala

arah dengan kecepatan yang sangat

besar. Bila partikel-partikel ini

6

Page 8: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

mengenai mata, maka manusia akan mendapat kesan melihat benda

tersebut.

Tabel Opticks

Alasan dikemukakanya teori ini adalah sebagai berikut:

Karena partikel cahaya sangat ringan dan berkecepatan tinggi maka

cahaya dapat merambat lurus tanpa terpengaruh gaya gravitasi bumi.

Ketika cahaya mengenai permukaan yang halus maka cahaya akan

akan dipantulkan dengan sudut sinar datang sama dengan sudut sinar

pantul sehingga sesuai dengan hukum pemantulan Snellius. Peristiwa

pemantulan ini dijelaskan oleh Newton dengan menggunakan bantuan

sebuah bola yang dipantulkan di atas bidang pantul.

Alasan berikutnya adalah pada peristiwa pembiasan cahaya yang

disamakan dengan peristiwa menggelindingnya sebuah bola pada

papan yang berbeda ketinggian yang dihubungkan dengan sebuah

bidang miring. Dari permukaan yang lebih tinggi bola digelindingkan

dan akan terus menggelinding melalui bidang miring sampai akhirnya

bola akan menggelinding di permukaan yang lebih rendah. Jika diamati

perjalanan bola, maka sebelum melewati bidang miring lintasan bola

akan membentuk sudut α terhadap garis tegak lurus pada bidang

miring. Setelah melewati bidang miring lintasan bola akan membentuk

sudut β terhadap garis tegak lurus pada bidang miring. Jika permukaan

atas dianggap sebagai udara dan permukaan bawah dianggap sebagai

air serta bidang miring merupakan batas antara udara dan air, gerak

bola dianggap sebagai jalannya pembiasan cahaya dari udara ke air,

maka Newton menganggap bahwa kecepatan cahaya dalam air lebih

besar dari pada kecepatan cahaya dalam udara.

10. Jean Focault (1819 – 1868 M)

7

Page 9: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

Jean Focault (1819 - 1868) melakukan percobaan tentang pengukuran

kecepatan cahaya dalam berbagai medium. Dalam percobaannya Jeans

Focault mendapatkan kesimpulan bahwa kecepatan cahaya dalam air lebih

kecil dari pada kecepatan cahaya dalam udara.

11. Christian Huygens (1629-1695 M)

Menurut Christian Huygens (1629-1695) seorang ilmuwan

berkebangsaan Belanda, bahwa cahaya pada dasarnya

sama dengan bunyi dan berupa gelombang. Perbedaan

cahaya dan bunyi hanya terletak pada panjang gelombang

dan frekuensinya.

Pada teori ini Huygens menganggap bahwa setiap titik

pada sebuah muka gelombang dapat dianggap sebagai sebuah sumber

gelombang yang baru dan arah muka gelombang ini selalu tegak lurus

tehadap muka gelombang yang bersangkutan.

Pada teori Huygens ini peristiwa pemantulan, pembiasan, interferensi,

ataupun difraksi cahaya dapat dijelaskan secara tepat, namun dalam teori

Huygens ada kesulitan dalam penjelasan tentang sifat cahaya yang

merambat lurus.

12. James Clerk Maxwell (1831 - 1879)

Percobaan James Clerk Maxwell (1831 - 1879) seorang

ilmuwan berkebangsaan Inggris (Scotlandia) menyatakan

bahwa cepat rambat gelombang elektromagnetik sama

dengan cepat rambat cahaya yaitu 3×108 m/s, oleh

karena itu Maxwell berkesimpulan bahwa cahaya

merupakan gelombang elektromagnetik. Kesimpulan

Maxwell ini di dukung oleh:

8

Page 10: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

Seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Heinrich Rudolph Hertz

(1857 - 1894) yang membuktikan bahwa gelombang elektromagnetik

merupakan gelombang tranversal. Hal ini sesuai dengan kenyataan

bahwa cahaya dapat menunjukkan gejala polarisasi.

Percobaan seorang ilmuwan berkebangsaan Belanda, Peter Zeeman

(1852 - 1943) yang menyatakan bahwa medan magnet yang sangat

kuat dapat berpengaruh terhadap berkas cahaya.

Percobaan Stark (1874 - 1957), seorang ilmuwan berkebangsaan

Jerman yang mengungkapkan bahwa medan listrik yang sangat kuat

dapat mempengaruhi berkas cahaya.

13. Max Karl Ernst Ludwig Planck (1858 – 1947 M)

Teori kuantum pertama kali dicetuskan pada tahun 1900 oleh seorang

ilmuwan berkebangsaan Jerman yang bernama Max Karl Ernst Ludwig Planck

(1858 - 1947).

Dalam percobaannya Planck mengamati sifat-sifat termodinamika

radiasi benda-benda hitam hingga ia berkesimpulan bahwa energi cahaya

terkumpul dalam paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton. Dan

pada tahun 1901 Planck mempublikasikan teori kuantum cahaya yang

menyatakan bahwa cahaya terdiri dari peket-paket energi yang disebut

kuanta atau foton. Akan tetapi dalam teori ini paket-paket energi atau

partikel penyusun cahaya yang dimaksud berbeda dengan partikel yang

dikemukakan oleh Newton . Karena foton tidak bermassa sedangkan partikel

pada teori Newton memiliki massa.

14. Albert Einstein

Pernyataan Planck ternyata mendapat dukungan dengan adanya

percobaan Albert Einstein pada tahun 1905 yang berhasil menerangkan

gejala fotolistrik dengan menggunakan teori Planck. Fotolistrik adalah

9

Page 11: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

peristiwa terlepasnya elektron dari suatu logam yang disinari dengan

panjang gelombang tertentu. Akibatnya percobaan Einstein justru

bertentangan dengan pernyataan Huygens dengan teori gelombangnya.Pada

efek fotolistrik, besarnya kecepatan elektron yang terlepas dari logam

ternyata tidak bergantung pada besarnya intensitas cahaya yang digunakan

untuk menyinari logam tersebut. Sedangkan menurut teori gelombang

seharusnya energi kinetik elektron bergantung pada intensitas cahaya.

15. Maxwell

Inti teori Maxwell mengenai gelombang elektromagnetik adalah:

a. Perubahan medan listrik dapat menghasilkan medan magnet.

b. Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik. Cepat rambat

gelombang ) dan permeabilitas & elektromagnetik (c) tergantung dari

permitivitas ( (μ) zat.

Menurut Maxwell, kecepatan rambat gelombang elektromagnetik

dirumuskan sebagai berikut:

Ternyata perubahan medan listrik menimbulkan

medan magnet yang tidak tetap besarannya atau

berubah-ubah. Sehingga perubahan medan magnet

tersebut akan menghasilkan lagi medan listrik yang

berubah-ubah.

Proses terjadinya medan listrik dan medan magnet berlangsung secara

sama dan menjalar kesegala arah. Arah getar vektor medanbersama listrik

dan medan magnet saling tegak lurus. Jadi gelombang elektromagnetik

adalah gelombang yang dihasilkan dari perubahan medan magnet dan

medan listrik secara berurutan, dimana arah getar vektor medan listrik dan

medan magnet saling tegak lurus.

10

Page 12: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

Dari seluruh teori-teori cahaya yang muncul dapat disimpulkan bahwa

cahaya mempunyai sifat dual (dualisme cahaya) yaitu cahaya dapat bersifat

sebagai gelombang untuk menjelaskan peristiwa interferensi dan difraksi

tetapi di lain pihak cahaya dapat berupa materi tak bermassa yang berisikan

paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton sehingga dapat

menjelaskan peristiwa efek fotolistrik.

16. Wilhelm Conrad Röntgen (1845-1923 M)

Wilhelm Conrad Röntgen ialah fisikawan Jerman.

Gambar sebelah kiri adalah

gambar sinar x pertama yang

diambil oleh Röntgen dari

tangan istrinya Albert von

Kölliker

Pada tahun 1895, saat mengadakan percobaan dengan aliran arus

listrik dan tabung gelas yang dikosongkan sebagian (tabung sinar katode),

Rontgen mengamati bahwa potongan barium platinosianida yang

berdekatan melepaskan sinar saat tabung itu dioperasikan. Ia merumuskan

teori bahwa saat sinar katode (elektron) menembus dinding gelas tabung,

beberapa radiasi yang tak diketahui terbentuk yang melintasi ruangan,

menembus bahan kimia, dan menyebabkan fluoresensi. Pengamatan lebih

lanjut mengungkapkan bahwa kertas, kayu, dan aluminum, di antara bahan

lain, transparan pada bentuk baru radiasi ini. Ia menemukan bahwa itu

mempengaruhi plat fotografi, dan, sejak tidak secara nyata menunjukkan

beberapa sifat cahaya, seperti refleksi atau refraksi, secara salah ia berpikir

bahwa sinar itu tak berhubungan pada cahaya. Dalam pandangan pada sifat

tak pasti itu, ia menyebut fenomena radiasi X, walau juga dikenal sebagai

11

Page 13: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

radiasi Rontgen. Ia mengambil fotografi sinar-X pertama, dari bagian dalam

obyek logam dan tulang tangan istrinya.

17. Rene Descartes (1596-1650 M)

Di desa La Haye-lah tahun 1596 lahir jabang bayi Rene Descartes,

filosof, ilmuwan, matematikus Perancis yang tersohor. Waktu mudanya dia

sekolah Yesuit, College La Fleche.

Descartes menjelaskan hukum pelengkungan cahaya

(yang sesungguhnya sudah ditemukan oleh Willebord

Snell). Dia juga mempersoalkan masalah lensa dan

pelbagai alat-alat optik, melukiskan fungsi mata dan

pelbagai kelainan-kelainannya serta menggambarkan

teori cahaya yang hakekatnya versi pemula dari teori gelombang yang

belakangan dirumuskan oleh Christiaan Huygens. Tambahan keduanya

terdiri dari perbincangan ihwal meteorologi, Descartes membicarakan soal

awan, hujan, angin, serta penjelasan yang tepat mengenai pelangi. Dia

mengeluarkan sanggahan terhadap pendapat bahwa panas terdiri dari

cairan yang tak tampak oleh mata, dan dengan tepat dia menyimpulkan

bahwa panas adalah suatu bentuk dari gerakan intern. (Tetapi, pendapat ini

telah ditemukan lebih dulu oleh Francis Bacon dan orang-orang lain).

Tambahan ketiga Geometri, dia mempersembahkan sumbangan yang paling

penting dari kesemua yang disebut di atas, yaitu penemuannya tentang

geometri analitis. Ini merupakan langkah kemajuan besar di bidang

matematika, dan menyediakan jalan buat Newton menemukan Kalkulus.

18. Christiaan Huygens

Christiaan Huygens (Belanda). Dalam komunikasi dengan Academie

des Science di Paris, dikemukakan teori gelombang Huygens itu cahaya

(terbit dalam karyanya Traite de Lumiere pada tahun 1690). Ia menganggap

bahwa cahaya ditransmisikan melalui-eter meresapi semua yang terdiri dari

12

Page 14: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

partikel elastik kecil, masing-masing dapat bertindak sebagai sumber

sekunder wavelet. Atas dasar ini, Huygens banyak menjelaskan karakteristik

propagasi dikenal cahaya, termasuk refraksi ganda dalam kalsit ditemukan

oleh Bartholinus.

19. Witelo

Witelo (Silesia). Menyelesaikan Perspectiva yang ditakdirkan untuk

tetap menjadi teks standar pada optik selama beberapa abad. Diantara hal-

hal lain, Witelo dijelaskan metode machining cermin parabolik dari besi dan

dilakukan pengamatan yang cermat pada pembiasan. Dia mengakui bahwa

sudut refraksi tidak sebanding dengan sudut datang tapi tidak menyadari

refleksi internal total

20. Theodoric

Theodoric (Dietrich) dari Freiberg. Theodoric menjelaskan pelangi

sebagai konsekuensi dari refraksi dan refleksi internal individu dalam hujan.

Dia memberi penjelasan atas munculnya primer dan sekunder busur tetapi,

berikut gagasan sebelumnya, ia menganggap warna muncul dari kombinasi

dari kegelapan dan kecerahan dalam proporsi yang berbeda

21. Johannes Kepler

Johannes Kepler (Jerman). Dalam bukunya Iklan Vitellionem

Paralipomena, Kepler menyarankan bahwa intensitas cahaya dari sumber

titik berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber, bahwa cahaya

dapat diperbanyak melalui jarak yang tak terbatas dan bahwa kecepatan

propagasi yang tak terbatas. Dia menjelaskan visi sebagai konsekuensi dari

pembentukan sebuah gambar pada retina oleh lensa mata dan benar

menggambarkan penyebab panjang-sightedness dan kepicikan. Dalam

karyanya Dioptrice, Kepler disajikan penjelasan tentang prinsip-prinsip yang

terlibat dalam mikroskop lensa konvergen divergen / dan teleskop. Dalam

risalah yang sama, ia menyarankan agar teleskop bisa dibangun dengan

tujuan konvergen dan lensa mata konvergen dan menggambarkan

kombinasi lensa yang nantinya akan menjadi dikenal sebagai lensa tele. Ia

13

Page 15: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

menemukan pantulan internal total, namun tidak dapat menemukan

hubungan yang memuaskan antara sudut datang dan sudut bias.

22. Francesco Maria Grimaldi

Francesco Maria Grimaldi (ItaliaDalam sebuah buku berjudul Fisika

Mathesis de lumine, coloribus et iride diterbitkan secara anumerta,'s

pengamatan Grimaldi dari difraksi ketika ia melewati cahaya putih melalui

diafragma kecil digambarkan. Grimaldi menyimpulkan bahwa cahaya adalah

cairan yang seperti gelombang-gerakan pameran.

23. Robert Hooke

Robert Hooke (Inggris). Dalam risalah itu, Micrographia, Hooke

menggambarkan pengamatan dengan mikroskop senyawa memiliki

konvergen lensa objektif dan lensa mata konvergen. Dalam kerja sama itu,

dia menjelaskan pengamatannya di warna diproduksi dalam serpih dari

mika, gelembung sabun dan film minyak di atas air. Dia diakui bahwa warna

dihasilkan serpih mika berkaitan dengan ketebalan mereka tetapi tidak

mampu membangun hubungan yang pasti antara ketebalan dan warna.

Hooke menganjurkan teori gelombang untuk propagasi cahaya .

24. Etienne Louis Malus

Etienne Louis Malus (Perancis). Sebagai hasil pengamatan cahaya yang

dipantulkan dari jendela Luxembourg Palais di Paris melalui kristal kalsit

karena diputar, Malus menemukan efek yang kemudian mengarah pada

kesimpulan bahwa cahaya dapat terpolarisasi oleh refleksi

25. Etienne Louis Malus

Sebagai hasil dari investigasi oleh Fresnel dan Francois Dominique

Arago pada interferensi cahaya terpolarisasi dan interpretasi selanjutnya

mereka oleh Etienne Louis Malus, disimpulkan bahwa gelombang cahaya

yang melintang dan tidak, seperti yang telah diperkirakan sebelumnya,

longitudinal

26. JL Foucault

14

Page 16: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

JL Foucault (Perancis). Foucault menentukan kecepatan cahaya di

udara dengan menggunakan metode cermin berputar. Memperoleh nilai

298.000 km.s -1. Pada tahun yang sama, Foucault menggunakan metode

cermin berputar untuk mengukur kecepatan cahaya dalam air diam dan

menemukan bahwa itu kurang dari di udara

27. HL Fizeau

HL Fizeau (Perancis). Melakukan percobaan untuk menentukan apakah

kecepatan cahaya dalam air dipengaruhi oleh aliran air. Ia menemukan

bahwa itu adalah, perubahan dalam kecepatan cahaya menjadi sekitar

setengah kecepatan air mengalir

28. Robert Wilhelm Bunsen dan Gustav Kirchoff

Robert Wilhelm Bunsen dan Gustav Kirchoff mengamati spektrum

emisi logam alkali dalam api dan juga mencatat adanya garis-garis gelap

yang timbul dari penyerapan ketika mengamati spektrum dari sumber

cahaya terang melalui api. Asal dari garis-garis gelap itu mirip dengan garis-

garis gelap dalam spektrum matahari diamati oleh Wollaston dan Fraunhofer

dan dikaitkan dengan penyerapan cahaya oleh gas di atmosfer matahari

yang lebih dingin dibandingkan yang memancarkan cahaya.

29. James Clerk Maxwell

James Clerk Maxwell (Skotlandia). Dari studi tentang persamaan

menggambarkan medan listrik dan magnetik, ditemukan bahwa kecepatan

gelombang elektromagnetik harus, dalam kesalahan eksperimental, sama

dengan kecepatan cahaya. Maxwell menyimpulkan bahwa cahaya adalah

suatu bentuk gelombang elektromagnetik

30. Lord Rayleigh

Lord Rayleigh (Inggris). Dijelaskan warna biru langit dan matahari

terbenam merah sebagai akibat hamburan cahaya biru istimewa oleh

molekul di atmosfer bumi.

15

Page 17: Teo Rica Haya Yulia Ha Dimetri

DAFTAR PUSTAKA

http://esqmagazine.com/khazanah/2010/02/04/1378/kontribusi-fisikawan-

muslim-untuk-peradaban-dunia.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Wilhelm_Conrad_R%C3%B6ntgen

http://media.isnet.org/iptek/100/Descartes.html

http://rosyid.blog.uns.ac.id/2010/01/07/penemuan-gelombang-

elektromagnetik/

http://sidikpurnomo.net/sejarah-gelombang-elektromagnetik.html

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://

www.cartage.org.lb/en/themes/sciences/physics/optics/briefhistory/

briefhistory.htm

http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1256346247

http://www.gaulislam.com/meneropong-dunia-dengan-ilmu-optik

http://www.unsri.ac.id/fasilkom/old_version/dosen/adi%20rahmat/Materi

%20Kimia%20(E)/STRUKTUR%20ATOM.ppt

16