tentatif rundown acara serah terima bibit & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri...

18

Upload: lenhu

Post on 21-Apr-2019

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons
Page 2: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

Prosiding

SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN HIDUP DALAM RANGKA MENYAMBUT HARI

LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TAHUN 2014

Editor :

Retno Widhiastuti Delvian

Chairuddin Cecep Kusmana Henrie Buchori

Kerjasama Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara dengan Program Studi Magister dan

Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Page 3: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

USU Press Art Design, Publishing & Printing

Gedung F

Jl. Universitas No. 9 Kampus USU

Medan, Indonesia

Telp.061-8213737, Fax 061-8213737

Kunjungi kami di :

http://usupress.usu.ac.id

USU Press Publishing & Printing 2015

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak, menyalin, merekam

seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

ISBN 979 458 77 4 5

Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di

Indonesia / Editor: Retno Widhiastuti...[et.al.] – Medan: Usu Press, 2015

x, 261 p.: ilus.; 29 cm

ISBN: 979-458-774-5

Dicetak di Medan, Indonesia

Page 4: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

iii

LAPORAN PANITIA PELAKSANA

SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN HIDUP DALAM RANGKA

MENYAMBUT HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TAHUN 2014

Assalamu‘alaikum Wr. Wb,

Salam sejahterah bagi kita sekalian.

Yth, Menteri Negara Lingkungan Hidup RI atau Yang Mewakili;

Gubernur Sumatera Utara

Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara;

Para Pengurus Perhimpunan Cendekiawan Lingkungan;

Para Kepala Badan dan Kantor Lingkungan Hidup Se-Sumatera Utara

Para Nara Sumber

Serta Hadirin Sekalian

Pertama sekali ucapan syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

kita dapat berkumpul dalam sebuah Seminar Nasional Lingkungan Hidup Dalam Rangka

Menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2014.

Seperti yang kita ketahui, bahwa dampak perubahan iklim dapat mempengaruhi berbagai

aspek kehidupan manusia. Perubahan iklim terjadi pada lingkungan hidup manusia yang

menyebabkan adanya gangguan terhadap keseimbangan karena sebagian dari komponen

lingkungan menjadi berkurang fungsinya. Perubahan iklim dapat terjadi karena campur

tangan manusia dan dapat pula karena faktor alami. Dampak dari perubahannya belum

tentu sama, namun akhirnya manusia juga yang mesti memikul serta mengatasinya. Oleh

karena itu upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mutlak diperlukan,

khususnya bagi ekosistem pesisir

Pengelolaan lingkungan hidup ekosistem pesisir menjadi solusi terbaik bagi upaya terpadu

untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian

lingkungan hidup ekosistem pesisir.

Pengelolaan lingkungan hidup ekosistem pesisir diselenggarakan dengan asas tanggung

jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas manfaat yang bertujuan untuk mewujudkan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dalam rangka pembangunan

manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan

terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses

pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa

kini dan generasi masa depan.

Hadirin Yang Berbahagia

Sehubungan dengan hal tersebut Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara,

Program Studi Magister dan Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara bekerjasama mengadakan Seminar

Page 5: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

iv

Nasional Lingkungan Hidup 2014 yang bertemakan ―Satukan Langkah Lindungi

Ekosistem Pesisir dari Dampak Perubahan Iklim‖ dalam Rangka Menyambut Hari

Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2014.

Kegiatan seminar bertujuan untuk memfasilitasi penyebaran ide atau gagasan atau hasil

penelitian dalam sub tema yang telah ditentukan. Adapun materi sub tema yang di

sampaikan antara lain adalah

Konservasi dan Biodiversitas

Bioteknologi

Ekowisata

Hukum dan Kebijakan Lingkungan

Sosial dan Ekonomi Lingkungan

Teknik Lingkungan

Kesehatan Lingkungan

Industri dan Pertambangan

Energi Terbaharukan

Pendidikan Lingkungan

Hadirin yang Terhormat,

Sebagai panitia pelaksana, dapat kami laporkan bahwa rangkaian kegiatan Seminar

Nasional terbagi dalam 2 (dua) sesi kegiatan, yaitu kegiatan seminar dan diskusi yang

kedua-duanya dilaksanakan pada hari ini, Rabu 18 Juni 2014.

Kegiatan seminar ini diikuti oleh lebih dari 166 orang peserta, yang terdiri atas pemakalah

aktif 58 orang dan peserta biasa sebanyak 108 orang. Pemakalah aktif berasal dari

berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta, lembaga peneliti dan lembaga usaha

(private sector), antara lain Universitas Syah Kuala, Universitas Islam Riau, Universitas

Andalas Padang, Universitas Sumatera Utara, Universitas Lancang Kuning dan beberapa

Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Provinsi Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Tengah,

Jawa Barat, Tangerang, DKI Jakarta.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Lebih dan kurangnya kami mohon maaf.

Selanjutnya kami mohon kepada Bapak Gubernur Sumatera Utara berkenan memberikan

sambutan dan membuka Seminar Nasional ini secara resmi.

Sekian dan terima kasih

Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.

Medan, 18 Juni 2014

KETUA PANITIA PELAKSANA

Farid Aulia

Page 6: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

v

SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PADA SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN HIDUP DALAM RANGKA

MENYAMBUT HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TAHUN 2014

RABU, 18 JUNI 2014

“SATUKAN LANGKAH, LINDUNGI EKOSISTEM PESISIR DARI DAMPAK

PERUBAHAN IKLIM”

DALAM RANGKA MENYAMBUT

HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TAHUN 2014

Assalamu‘alaikum Wr. Wb,

Salam sejahterah bagi kita sekalian.

Yth, Saudara Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Yth. Saudara Gubernur Sumatera Utara

Yth, Saudara Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara dan Para Kepala

Badan/Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sumatera Utara

Yth, Para Nara Sumber dan Pemakalah serta Peserta Seminar

Pertama sekali ucapan syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kita

dapat berkumpul dalam sebuah kegiatan ilmiah: ―Seminar Nasional Lingkungan Hidup

Dalam Rangka Menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2014‖.

Hadirin Sekalian

Pemanfaatan hutan dan cadangan mineral dalam kegiatan pembangunan telah

mengalahkan konservasi sumberdaya alam dan air. Penduduk dengan jumlah dan

pertumbuhan tinggi yang tidak diiringi dengan pembangunan infrastruktur ekonomi, sosial

dan lingkungan yang mencukupi telah menghasilkan kantong-kantong kemiskinan dan

kekumuhan kota. Kualitas lingkungan fisik perkotaan terutama kota-kota besar dan

metropolitan cenderung terdegradasi.

Degradasi sumberdaya alam dan lingkungan adalah kontekstual. Maksudnya,

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan selain perlunya berlandaskan pemahaman

tentang aspek biologis dan teknis, juga perlu mempertimbangkan aspek sosial, budaya,

ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan

eksternal yang melandasinya, serta respons terhadap perubahan iklim yang terjadi.

Pada hakikatnya, perubahan iklim mengacu pada perubahan apapun pada iklim

dalam satu kurun waktu, baik karena variabilitas alami atau sebagai hasil dari aktivitas

manusia. Saat batubara, minyak dan gas bumi dibakar, dan juga saat deforestasi atau

kerusakan hutan terjadi, maka karbondioksida yang dilepas ke udara adalah penyebab

utama perubahan iklim global.

Karbondioksida adalah faktor terbesar penyebab perubahan iklim. Namun, gas-gas

lain juga dilepaskan, mengotori atmosfir, seperti uap air (H2O), Methane, N2O dan O3

(ozone). Semua gas-gas ini disebut Gas Rumah Kaca. Karbon dioksida adalah salah satu

―gas rumah kaca‖ yang dilepas ke atmosfer karena proses industri. Emisi gas rumah kaca

terus meningkat. Dampaknya tidak hanya lokal tetapi juga ke seluruh dunia. Semakin

banyak emisi, semakin besar perubahan iklim.

Page 7: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

vi

Kita sudah mengetahui sebagian dari akibat pemanasan global ini - yaitu

mencairnya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang

berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, coral

bleaching dan gelombang badai besar. Kita juga telah mengetahui siapa yang akan terkena

dampak paling besar, yaitu: Negara pesisir pantai dan Negara kepulauan

Hadirin Yang Terhormat

Sekarang lingkungan hidup tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang semata-mata

bersifat alami, karena manusia memberikan faktor penyebab yang sangat signifikan secara

variabel bagi peristiwa-peristiwa lingkungan. Tidak bisa disangkal bahwa masalah-

masalah lingkungan yang lahir dan berkembang karena faktor manusia jauh lebih besar dan

rumit (complicated) dibandingkan dengan faktor alam itu sendiri. Manusia dengan

berbagai dimensinya, terutama dengan faktor mobilitas pertumbuhannya, akal pikiran

dengan segala perkembangan aspek-aspek kebudayaannya, dan begitu juga dengan faktor

proses masa atau zaman yang mengubah karakter dan pandangan manusia, merupakan

faktor yang lebih tepat dikaitkan kepada masalah-masalah lingkungan hidup.

Oleh karena itu, persoalan-persoalan lingkungan seperti krusakan sumber-daya alam,

penyusutan cadangan-cadangan hutan, musnahnya berbagai spesies hayati, erosi, banjir,

bahkan jenis-jenis penyakit yang berkembang terakhir ini, diyakini merupakan gejala-

gejala negatif yang secara dominan bersumber dari faktor manusia itu sendiri. Jadi,

beralasan jika dikatakan, di mana ada manusia maka di situ akan .ada masalah lingkungan.

Para Undangan Yang Berbahagia

Indonesia dengan beragam bentuk fisik (relief) dan penduduknya memiliki beberapa

permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan

hidup Indonesia terjadi di berbagai sektor beserta segala kompleksitas, penyebab, dan

akibat masing-masing. Oleh karena itu berbagai kegiatan penelitian dalam upaya

mencegah dan mengatasi permasalahan lingkungan hidup mutlak diperlukan dan harus

terus dikembangakan.

Pengelolaan ekosistem pesisir sangat besar artinya dalam upaya pengelolaan lingkungan

hidup. Adapun sasaran dari pengelolaan ekosistem pesisir adalah :

1. tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan

lingkungan hidup pesisir;

2. terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki

sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup pesisir;

3. terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

4. tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup pesisir;

5. terkendalinya pemanfaatan sumberdaya pesisir secara bijaksana;

6. terlindungnya NKRI terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah

negara yang menyebabkan perusakan lingkungan hidup pesisir.

Hadirin Yang Terhormat

Pelaksanaan kegiatan seminar ini merupakan salah satu upaya untuk menyebarkan ide dan

gagasan ataupun hasil penelitian yang terkait dengan pengelolaan ekosistem pesisir,

khususnya di Indonesia.

Selaku Pimpinan Universitas Sumatera Utara saya menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara yang telah bekerjasama dengan

Page 8: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

vii

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara dalam pelaksanaan kegiatan seminar ini. Semoga kerjasama

yang baik ini dapat terus terjalin dan dikembangkan pada berbagai bidang kegiatan.

Selanjutnya kepada seluruh undangan yang hadir, khususnya para pembicara utama dan

pemakalah saya ucapkan SELAMAT BERSEMINAR. Semoga kita selalu diberkahi Allah

SWT. Amin.

Sekian dan terima kasih

Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.

Medan, 18 Juni 2014

Rektor Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM). Sp.A (K)

Page 9: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

viii

DAFTAR ISI

LAPORAN KETUA PANITIA ........................................................................................ iii

SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA .................................. v

MAKALAH UTAMA

1. CLIMATE CHANGE, COASTAL AND WETLAND

Jatna Supriatna ............................................................................................................... 3

2. HOW TO DEVELOP INDONESIAN GREENHOUSE GAS EMISSION

FACTORS IN WASTEWATER TREATMENT PROCESSES

Yoshitaka Ebie ............................................................................................................. 29

MAKALAH PENUNJANG

1. APLIKASI Crystal Soil TERHADAP PERTTUMBUHAN BIBIT SUKUN

(Artocarpus communis Forst) DENGAN MENGGUNAKAN TANAH DTA

DANAU TOBA PADA KONDISI CEKAMAN AIR

Afifuddin Dalimunthe, Budi Utomo dan Steffi P. Mutiara ........................................... 55

2. KORELASI LIKEN PADA TEGAKAN POHON MAHONI (Swietenia

macrophylla) PENEDUH JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK

EKOLOGI DI KOTA MEDAN

Ashar Hasairin, Nursahara Pasaribu, Lisdar I. Sudirma dan Retno Widhiastuti ........ 60

3. UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT SOSIAL-EKONOMI

DAN MITIGASI DI KAWASAN PESISIR PASCATSUNAMI MELALUI

PENINJAUAN KEMBALI PENGGUNAAN LAHAN

Sirojuzilam Hasyim, Ashfa Achmad, Badaruddin, dan Dwira N. Aulia ..................... 67

4. SARANA DAN PRASARANA AIR BERSIH DAN SANITASI PADA

RUMAH TRADISIONAL MELAYU DI PROVINSI RIAU

Asnah Rumiawati dan Anikmah Ridho Pasaribu ........................................................ 75

5. PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU MENUJU PEMBANGUNAN

KOTA HIJAU DI KOTA MEDAN

Darwin Parlaungan Lubis, Alvi Syahrin dan Retno Widhiastuti ................................. 84

6. PERANAN TUMBUHAN Rhizophoramucronata DALAM DESALINASI

AIR LAUT

Delvian ......................................................................................................................... 90

7. APLIKASI JAMUR PELARUT FOSFAT DAN PUPUK P UNTUK

MENINGKATKAN HARA P DAN PERTUMBUHAN BIBIT SUREN

(Toona suren) PADA TANAH ULTISOL

Deni Elfiati, Hamidah Hanum dan Rio Hotlan ............................................................ 94

Page 10: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

ix

8. PENGARUH pH, SUHU DAN SURFAKTAN TERHADAP AKTIVITAS SENYAWA ANTIMIKROBA Lactobacillus acidophilus PERAIRAN TAWAR DALAM MENGHAMBAT Aeromonas hydrophila

Diannita Harahap, It Jamilah dan Herla Rusmarilin ................................................ 101 9. REKONSTRUKSI EKOFEMINISME SEBAGAI ETIKA PERILAKU

DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM PESISIR Farid Aulia .................................................................................................................. 107 10. APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK CAMPURAN UNTUK

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN HARA N, P, K TANAH DAN PRODUKSI MELON Melon (Cucumis melo L.)

Hamidah Hanum, Lollie Agustina P. Putri dan Canakya Suman .............................. 115 11. PEMBUATAN ECO BETON DARI LIMBAH AMPAS TEBU DAN

TANDAN KOSONG SAWIT Harmiyati .................................................................................................................... 123

12. PERENCANAAN PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS PERKEBUNAN RAKYAT UNGGULAN DALAM RANGKA MELINDUNGI EKOSISTEM DANAU TOBA DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Hotden Leonardo Nainggolan, Albina Br. Ginting dan Johndikson Aritonang ......... 132 13. PRODUK SAMPING PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER

MAKANAN FUNGSIONAL Hotman Manurung, Jansen Silalahi, Retno Widiastuti, dan Donald Siahaan ............ 140 14. EKOHIDROLOGI: TANTANGAN DAN PROSPEKNYA UNTUK

PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR YANG BERKELANJUTAN Ichwana, Zulkifli Nasution dan Delvian .................................................................... 145 15. KEBIJAKAN HUKUM LINGKUNGAN DALAM MENANGANI

PERUBAHAN IKLIM DI DAERAH PESISIR YANG BERDAMPAK PADA MASYARAKAT DI INDONESIA

Jeanne Darc N Manik ................................................................................................. 153 16. PENDEKATAN PENCEGAHAN BANJIR MENGGUNAKAN ORDINARY

LEAST SQUARE DI KOTA MEDAN M. Ali Musri. S, Badaruddin, Sumono, dan Abdul Rauf .......................................... 160 17. TEKNOLOGI PENINGKATAN PERTUMBUHAN PEGAGAN Centella

asiatica Noverita Sprinse Vinolina, Marline Nainggolan dan Rolan Siregar .......................... 167 18. PENGARUH KEBERADAAN MAKANAN TERHADAP KEHADIRAN

Numenius phaeopus DI KAWASAN PANTAI LABU Nurul Husna Siregar, Fivin Endhaka Oliva, dan Erni Jumilawaty ............................ 173

19. MURSALA : POTENSI DAN ANCAMAN EKOSISTEM PULAU EKSOTIS DI TAPANULI TENGAH

Pindi Patana, Zufriwandi Siregar dan Zulham Affandi Harahap ............................... 178

Page 11: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

x

20. PENGELOLAAN EKOSISTEM PESISIR BERKELANJUTAN MELALUI BERKEBUN BAKAU YANG BERBASIS PADA MODAL SOSIAL DAN EKONOMI

Ramli .......................................................................................................................... 189 21. POLA SEBARAN SPASIAL Nephentes spp. DI TAMAN WISATA ALAM

SICIKE-CIKE KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA Retno Widhiastuti dan Suci Rahayu ........................................................................... 194 22. PENGARUH PASANG SURUT TERHADAP KEHADIRAN Tringa spp.

DI KAWASAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG Riris Poppy L, Erni Jumilawaty, Arlen H.J, dan Miswar Budi Mulya ....................... 199 23. PENELITIAN GEOLOGI LINGKUNGAN TERHADAP STABILITAS

KERUNTUHAN LERENG DENGAN METODE PROYEKSI STEREOGRAFIS

Said Muzambiq dan Sastro ........................................................................................ 204 24. IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK TANAH SULFAT MASAM DESA

MUARA SUGIH KECAMATAN TELANG KELAPA Shanti D. Simbolon .................................................................................................... 210 25. STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA DENGAN ANALISIS

SWOT DI PULAU SAMOSIR Siti Latifah, Maryani Cyccu Tobing dan Tri Martial .................................................. 219 26. KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN

SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani, Siti Mechram dan Muhammad Shilahuddin ........................................ 227 27. PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT HASIL HUTAN BUKAN KAYU

PADA MASYARAKAT KARO DI DESA TELAGA KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

T. Alief Aththorick dan Lister Berutu ......................................................................... 237 28. KORELASI JARAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH

KE SUMUR GALI DENGAN KANDUNGAN KADMIUM PADA AIR SUMUR GALI DI TPA NAMOBINTANG PANCURBATU

Taufik Ashar dan Devi Nuraini Santi ......................................................................... 242 29. PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM PESISIR BERKELANJUTAN

DI KEPULAUAN BATU KABUPATEN NIAS SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA

Windra Hardi Purba dan Sabariah Bangun ................................................................. 248 30. CORRELATION BETWEEN NOISE INTENSITY IN HEAT SHOCK

RESPONSE WITH Hsp 70, p53, CYTOCHROME C AND CASPASE 3 EXPRESSION IN ULTRASTRUCTURE REGION OF Rattusnorvegicus‘s COCHLEA

R .Yusa Herwanto, Jenny Bashiruddin, Syafruddin Ilyas, dan M. Nadjib Dahlan Lubis ............................................................................................................... 256

Page 12: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

167

TEKNOLOGI PENINGKATAN PERTUMBUHAN PEGAGAN

Centella asiatica

Noverita Sprinse Vinolina1, Marline Nainggolan

2 dan Rolan Siregar

1

1)Fakultas Pertanian Agroteknologi Universitas Sisingamangaraja XII Medan 2)Staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Email:[email protected]

ABSTRAK

Pada penelitian sebelumnya diperoleh kandungan asiatikosida tertinggi terdapat pada pegagan

dataran rendah yaitu aksesi Pantai Labu Deli Sedang. Bahan tanaman pegagan yang berpotensi

untuk dijadikan bahan perbanyakan tanaman dengan kandungan asiatikosida yang cukup tinggi

yaitu aksesi dataran rendah asal Deli Serdang (2,38%). Tujuannya untuk melihat bagaiman respon

tanaman pegagan ini dengan teknologi budidaya yang diberikan seperti pemupukan fosfor,

pemberian elisitor dan waktu panen yang tepat terhadap pertumbuhan jumlah daun dan panjang

petiol pegagan. Dosis fosfor yang diberikan meningkatkan jumlah daun 12 MST, tertinggi terdapat

pada perlakuan pemberian fosfor pada taraf 36 kg P2O5 /ha.

Kata kunci: Pegagan, pertumbuhan, jumlah daun, panjang tangkai daun

PENDAHULUAN

Salah satu tanaman liar yang dimanfaatkan dari alam secara luas adalah Centella

asiatica.Sampai saat ini masih dipanen dari alam, dan untuk mendukung pengembangan

pegagan dalam skala luas perlu didukung dengan usaha budidaya dan untuk menghasilkan

produk pegagan yang bermutu diperlukan bahan tanaman yang terjamin tingkat produksi

dan.Tumbuhan pegagan (Centella asiatica (L). Urban) sudahsaatnya untuk dibudidayakan

karena banyak jamu racikan yang rnengandung herba pegagan (Sembiring, 2007;

Wijayakusuma dan Dalimartha, 2005; Winarto dan Surbakti, 2004). Kebutuhan pegagan

(Centella asiatica) mencapai 100 ton, PT. Sidomuncul mencapai 2 – 3 ton/bln. Kebutuhan

akan pegagan pada pabrik lokal mencapai 25 ton per tahun dan yang sanggup dipasok

hanya sebesar 4 ton per tahun. Tidak hanya tanaman liar yang masih diburu dari alam

bebas, beberapa biofarmaka yang telah dibudidayakan pun banyak yang belum mampu

memenuhi permintaan pasar domestik (Pusat Studi Biofarmaka IPB, 2005; Redaksi Herba,

2003). Khasiat pegagan ini disebabkan kandungan kimianya antara lain: mengandung

beberapa senyawa saponin, termasuk asiatikosida (Matsuda, et al., 2001). Senyawa

bioaktif asiatikosida dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan berguna dalam

pengobatan kusta dan TBC (Mangas, et al., 2006; Mangas, et al., 2008; Mangas, et al.,

2009). Pegagan bersifat mendinginkan, memiliki fungsi membersihkan darah,

melancarkan peredaran darah, peluruh kencing (diuretika), penurun panas (antipiretika),

menghentikan pendarahan (haemostatika), meningkatkan syaraf memori, antibakteri, tonik,

antispasma, antiinflamasi, hipotensis, insektisida, antialergi dan stimulan. Saponin juga

dapat menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya

keloid) (Mangas, et al., 2008).

Kendala-kendala yang dihadapi industri obat herbal (agromedisin) Indonesia adalah

masalah ketidakseragaman mutu bahan sehingga memberikan dampak pada mutu produk

yang berbeda-beda, proses produksi, penelitian dan pengembangan produk maupun

pemasarannya (Ghulamahdi, dkk., 2007; Sutardi, 2008; Nurliani dkk., 2008; Redaksi

Herba. 2003). Secara agribisnis, pegagan dapat dijadikan sebagai satu komoditas yang

mempunyai prospek menjanjikan, hal ini disebabkan adanya indikasi positif bagi peluang

Page 13: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

168

usaha biofarmaka, dimana permintaan meningkat setiap tahunnya untuk kebutuhan obat di

dalam negeri maupun ekspor ke luar negeri (Pusat Studi Biofarmaka IPB, 2005;

Ghulamahdi, dkk., 2007).

Elisitor adalah istilah yang digunakan pada bahan kimia dari berbagai sumber,

biotik atau abiotik, serta faktor-faktor fisik, yang dapat memicu respon dalam organisme

hidup yang dihasilkan dalam akumulasi metabolit sekunder.Metil jasmonat (MJ)

merupakan salah satu elisitor yang digunakan secara luas dan banyak memodulasi

peristiwa fisiologis pada tumbuhan tingkat tinggi. Metil jasmonat dan turunannya telah

diusulkan menjadi senyawa sinyal kunci dalam proses elisitasi menuju akumulasi metabolit

sekunder (Lambert et al., 2011).

Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang mengandung bahan

berkhasiat yang optimal. Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama sepanjang waktu

dan akan mencapai kadar optimum pada waktu tertentu (Balai Penelitian Tanaman Obat

dan Aromatik, 2010).Produsen makanan kesehatan Herba Penawar Al-Wahida (HPA)

seperti produk Health-B, pegagan yang digunakan cukup matang dan tidak terlalu tua,

dipanen pada umur 2 bulan 15 hari, untuk mendapatkan kandungan bahan aktf yang tinggi

(Herba Penawar Al-Wahida, 2011).

Permasalahan adalahpermintaan yang tinggi akan simplisia dan alasan faktor

lingkungan serta kualitas yang seragam (terstandardisasi) maka langkah budidaya sangat

diperlukan. Pertumbuhan dan mutu pegagan yang optimal dapat diperoleh dengan

melakukan beberapa tindak agronomis dengantujuan penelitian untuk memperoleh dosis

fosfor yang tepat dan konsentrasi hormon metil jasmonat yang tepat untuk memperoleh

pertumbuhan optimal.Mengetahui umur panen yang tepat, interaksi dosis fosfor,

konsentrasi metil jasmonat dan umur panen yang tepat untuk memperoleh pertumbuhan

pegagan optimal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan 3 faktor terdiri dari

perlakuan pemupukan P2O5 dengan 4 taraf yaitu F0 = 0 kg P2O5/ha, F1 = 18 kg P2O5 /ha, F2

= 36 kg P2O5/ha, F3 = 54 kg P2O5 /ha, perlakuan pemberian metil jasmonat yang terdiri

atas 3 taraf yaitu J0 = 0 µM, J1 = 100 µM, J2 = 200 µM dan umur waktu panen, U1 =

umur waktu panen 56HST (minggu setelah tanam), U2 = umur waktu panen 70 HST, U3 =

umur waktu panen 84HST, diulang 3 kali untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap

komponen fisiologi, pertumbuhan, produksi biomas dan kandungan asiatikosida.

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5 %. Jika

terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan melakukan uji jarak berganda

Duncan (Duncan’s multiplerange test) dan pola hubungan persamaan regresi.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan persiapan lahan, pengapuran, persiapan

bahan tanaman, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, aplikasi metil jasmonat,

panen.Panen dilakukan sekaligus sesuai dengan perlakuan yaitu panen saat umur tanaman

56HST, 70 dan 84HST dengan cara membongkar semua bagian tanaman.

Pengamatan dimulai pada minggu ke-1 sampai minggu ke-12 dengan mengambil 2

tanaman contoh per plot. Pengamatan yang dilakukan terhadap beberapa komponen

pertumbuhan antara lain jumlah daun tanaman dan panjang tangkai daun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Daun (helai)

Pengaruh ketiga faktor perlakuan dan interaksinya tidak nyata mempengaruhi

jumlah daun pada tanaman induk.Jumlah daun pada tanaman induk dapat dilihat pada

Tabel 1.di bawah ini.

Page 14: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

169

Tabel 1. Uji Beda Rataan Jumlah Daun Umur Pengamatan 8-12 MST pada Perlakuan

Umur Panen, Metil Jasmonat dan Pemupukan Fosfor Umur 8-12 MST

Perlakuan Jumlah Daun (helai) pada Umur (MST)

8 9 10 11 12

U1 = 56HST 31,000

U2 = 70 HST 28,444 30,972 26,639

U3 = 84HST 27,278 32,917 26,694 21,417 22,389

J0 = 0 µM 27,917 32,417 28,972 27,694 28,194

J1 = 100 µM 31,417 32,972 28,667 26,667 27,028

J2 = 200 µM 27,389 29,500 26,694 24,694 24,806

F0 = 0 kg P205/ha 27,815 30,074 28,148 25,370 26,074

F1 = 18 kg P205/ha 27,593 29,889 27,444 26,407 26,667

F2 = 36 kg P205/ha 31,296 37,593 31,333 29,481 29,963

F3 = 54 kg P205/ha 28,926 28,963 25,519 24,148 24,000

Panjang Tangkai Daun (cm)

Data rataan panjang tangkai daun ditampilkan pada Tabel 2.Hasil uji beda rataan

dosis pemupukan fosfor pengamatan 3 MST terhadap panjang tangkai daun terpanjang

adalah 4,590 cm diperoleh pada pemupukan fosfor 36 P205 kg/ha (F2). Pada umur 8 MST

panjang tangkai daun 2,115 (± 4,5 cm) pada pemupukan fosfor 54 P205 kg/ha (F3).

Selanjutnya umur 4-12 MST meskipun tidak berbeda nyata, secara statistik umumnya

tendensi rataan terpanjang panjang tangkai daun berada di pemupukan fosfor diantara 18 –

36 P205 kg/ha.

Hubungan pemberian pemupukan fosfor terhadap panjang tangkai daun umur 3

MST adalah kuadratik positif dan 8 MST linear positif seperti pada Gambar grafik 4.4.

berikut.

Tabel 2. Uji Beda Rataan Panjang Tangkai Daun (cm) Umur Pengamatan 8-12 MST pada

Perlakuan Umur Panen, Metil Jasmonat dan Pemupukan Fosfor Umur 3-12 MST

Perlakuan Panjang Tangkai Daun (cm) pada Umur (MST)

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

U1 = 56HST

3,865

U2 = 70 HST

4,172 3,93 3,55

U3 = 84HST

3,533 3,60 3,25 3,57 4,01

J0 = 0 µM

3,814 3,73 3,54 3,74 3,96

J1 = 100 µM

3,922 3,82 3,64 3,80 3,81

J2 = 200 µM

3,835 3,84 3,48 3,44 3,65

F0 = 0 kg P205/ha 4,029 b 4,02 3,72 3,67 3,98 3,44b 3,44 3,29 3,47 3,46

F1 = 18 kg P205/ha 4,32 ab 4,07 4,03 4,00 3,81 3,95a 3,77 3,57 3,59 3,94

F2 = 36 kg P205/ha 4,590a 3,84 3,84 3,97 3,76 3,96a 3,94 3,67 3,84 3,92

F3 = 54 kg P205/ha 4,35 ab 3,954 3,552 3,953 3,896 4,058a 4,048 3,679 3,740 3,909

Keterangan : * = transformasi (X+0,5)1/2

Page 15: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

170

Gambar 1. Grafik Hubungan Pemupukan Fosfor dengan Panjang Tangkai Daun (cm)

Pengamatan Umur 3 dan 8 MST

Gambar 1. diperoleh umur pengamatan 3 MST panjang tangkai daun maksimum

4,53 cm dengan pemupukan fosfor dosis 36,125 kg P205 kg/ha dan setelah umur 8 MST

meningkat panjang tangkai daun pada pemupukan fosfor dosis 54kg P205 kg/ha.

Interaksi perlakuan umur panen dan metil jasmonat (UxJ) nyata pengaruhnya

terhadap panjang tangkai daun pada pengamatan umur 12 MST dan uji beda rataannya

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.Rataan Panjang Tangkai Daun (cm) pada Interaksi Perlakuan Umur Panen dan

Metil Jasmonat

Umur Panen (U) Metil Jasmonat (J)

Rataan J0(0 µM) J1(100 µM) J2(200 µM)

U1 = 56 HST 3,578bc 4,022ab 3,994ab 3,865

U2 = 70 HST 3,642bc 3,800bc 3,229c 3,557

U3 = 84 HST 4,672a 3,617bc 3,748bc 4,012

Rataan 3,96 3,81 3,66 Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang sama, menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5 %berdasarkan

Uji Jarak Berganda Duncan

* = transformasi (X+0,5)1/2

Berdasarkan Tabel 4.2. interaksi perlakuan umur panen dan metil jasmonat pada

pengamatan 12 MST menunjukkan bahwa panjang tangkai daun terpanjang diperoleh pada

perlakuan tanpa pemberian metil jasmonat(U3J0) 2,261 (± 4,672 cm). Faktor

perlakuanumur panen 70 HST dan pemberian metil jasmonat200 µM (U2J2) merupakan

tangkai daun terpendek 1,906 (± 3,229 cm).

Gambar 2. Grafik Hubungan Pemberian Metil Jasmonat dengan Panjang Tangkai

Daunpada Umur Panen 8, 10 dan 12 MST

Page 16: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

171

Perlakuan pemberian fosfor berpengaruh nyata pada parameter panjang tangkai

daun 56 HST.Pemberian fosfor semakin meningkatkan panjang tangkai daun.Tangkai daun

terpanjang terdapat pada perlakuan F3 (54 kg P2O5 /ha). Pada parameter pertumbuhan

seperti jumlah daun, luas daun, jumlah sulur primer, jumlah sulur sekunder 84 HST,

tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian fosfor pada taraf 36 kg P2O5 /ha akan tetapi

pada parameter produksi bobot basah dan bobot kering daun dan petiol ataupun akar dan

sulur, hasil terbaik diperoleh pada pemberian fosfor pada taraf 18 kg P2O5 /ha. Selanjutnya

umur 4-12 MST meskipun tidak berbeda nyata, secara statistik umumnya tendensi rataan

terpanjang panjang tangkai daun berada di pemupukan fosfor diantara 18 – 36 P205

kg/ha.Ketersediaan unsur hara yang cukup akanmenunjang pertumbuhan tanaman.Hal ini

sejalan dengan pendapat Mengel and Kirkby (1982), Nyakpa dkk. (1988) yang menyatakan

bahwa fosfor merupakan salah satu unsur hara makro yang diperlukan olehtanaman, yang

berperan penting pada berbagai proses kehidupan, sepertifotosintesis, metabolime

karbohidrat, dan proses aliran energi dalam tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Dosis fosfor yang diberikan meningkatkan jumlah daun 12 MST, tertinggi terdapat

pada perlakuan pemberian fosfor pada taraf 36 kg P2O5 /ha.

2. Pemberian metil jasmonat 100 µM dan 200 µM tidak mempengaruhi pertumbuhan.

3. Terdapat efek interaksi konsentrasi metil jasmonat dan umur panen terhadap

pertumbuhan yaitu panjang tangkai daun pada 84 HST.

4. Efek interaksi konsentrasi metil jasmonat dan dosis fosfor tidak terdapat pada

jumlah daun.

5. Tidak terdapat efek interaksi dosis fosfor, konsentrasi metil jasmonat dan umur

panen terhadap parameter jumlah daun dan panjang tangkai daun.

DAFTAR PUSTAKA

Ghulamahdi M., Sandra A. A., Nurliani B. 2007.Evaluasi Karakter Morfologi Fisiologi

dan Genetik Pegagan Mendukung Standarisasi Mutu Pegagan.Lab Balai Besar dan

Pengembangan Pasca Panen, Lab PSPT IPB, Lab Pusat Studi Biofarmaka IPB Lab

Tanah IPB.

Jain P. K., Ram K. A. 2008. High Performance Liquid Chromatographic Analysisof

Asiaticoside in Centella asiatica (L.) Urban. Chiang Mai J. Sci., 35(3) : 521-525.

Januwati M., Yusron M. 2005. Budidaya Tanaman Pegagan. Balai Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika.

Mangas S., Elisabeth M., Lidia O., Rosa M. C., Mercedes B., Javier P. 2008.

Triterpenoid saponin content and the expression level of some related genes in calli

of Centella asiatica Lett, 30:1853-1859.

Mangas S., Moyano E.Hernandez-Vazquez L. and Bonfill M. 2009. Centella asiatica (L)

Urban: An updated approachTerpenoids. Editors: Javier P., Rosa M. C. Laboratorio

de Fisiología Vegetal. Facultad de Farmacia, Universidad de Barcelona, Spain.

Matsuda H., Morikawa T., Ueda H. 2001. Saponin constituents of gotu kola (2): structures

of new ursane- and oleanane-type triterpene oligoglycosides, centellasaponins B, C,

and D, from Centella asiatica cultivated in Sri Lanka. Chem Pharm Bull, 49(10):

1368-1371.

Noverita, S. V. 2010. Kandungan Metabolit Sekunder pada Tanaman Pegagan (Centella

asiatica L.). Akademia, 14 (1) : 57-62.

Page 17: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

172

Noverita, S. V., Luthfi A.M. Siregar, J.A. Napitupulu. 2012. Morphology of leaves and

content of secondary metabolites asiaticoside in some accession of Pegagan

(Centella asiatica l. Urban) in North Sumatera. Proceedings The 2nd Annual

International Conference In conjunction with The 8th IMT-GT UNINET

Bioscienes Conference, Life Sciences Chapter.

Noverita, S. V., Marline N. 2012.Kandungan Asiatikosida dan Uji Fitokimia Daun

Pegagan.Prosiding Seminar Nasional Farmasi 2012.Peranan Farmasi dalam

Pembangunan Kesehatan.

Page 18: TENTATIF RUNDOWN ACARA SERAH TERIMA BIBIT & … · ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan eksternal yang melandasinya, serta respons

9 789794 587744 00009