tentang modal ventura

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pembiayaan adalah salah satu bentuk usaha yang mempunyai peranan sangat penting dalam pembiayaan. Kegiatan lembaga pembiayaan ini dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan surat sanggup bayar. Oleh karena itu, lembaga pembiayaan juga berperan sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang perekonomian nasional. 1 Salah satu lembaga pembiayaan yang dapat menjadi pilihan masyarakat bisnis adalah modal ventura. Modal ventura adalah usaha yang melakukan pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu (Pasal 1 angka 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan dan Pasal 1 huruf h Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan). Modal ventura saat ini dibutuhkan di dalam perekonomian Indonesia contohnya untuk usaha mikro, kecil dan menengah. Bentuk-bentuk usaha tersebut sering sekali mengalami kesulitan dalam pengembangan usahanya, namun mereka 1 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 5 Universitas Sumatera Utara

Upload: muhammad-syafii

Post on 28-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Gambaran Modal Ventura

TRANSCRIPT

Page 1: Tentang Modal Ventura

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga pembiayaan adalah salah satu bentuk usaha yang mempunyai

peranan sangat penting dalam pembiayaan. Kegiatan lembaga pembiayaan ini

dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik

dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan

surat sanggup bayar. Oleh karena itu, lembaga pembiayaan juga berperan sebagai

salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang

perekonomian nasional.1 Salah satu lembaga pembiayaan yang dapat menjadi pilihan

masyarakat bisnis adalah modal ventura.

Modal ventura adalah usaha yang melakukan pembiayaan/penyertaan modal

ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu

tertentu (Pasal 1 angka 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

2009 tentang Lembaga Pembiayaan dan Pasal 1 huruf h Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan).

Modal ventura saat ini dibutuhkan di dalam perekonomian Indonesia

contohnya untuk usaha mikro, kecil dan menengah. Bentuk-bentuk usaha tersebut

sering sekali mengalami kesulitan dalam pengembangan usahanya, namun mereka

1 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 5

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Tentang Modal Ventura

tidak dapat menerima kredit dari bank karena pada umumnya bentuk-bentuk usaha

tersebut belum berbentuk badan hukum.

Pasal 4 Perpres No. 9 Tahun 2009 menyebutkan kegiatan usaha Perusahaan

Modal Ventura (PMV) meliputi penyertaan saham (equity participation), penyertaan

melalui pembelian obligasi konversi (quatie equity participation), dan pembiayaan

berdasarkan pembagian atas hasil usaha (profit/revenue sharing). Kegiatan-kegiatan

usaha tersebut menjadi bentuk-bentuk penyertaan modal yang dipakai oleh PMV di

dalam pemberian modal ventura, namun di dalam praktik pelaksanaan modal ventura

di Indonesia bentuk-bentuk penyertaan tersebut terbagi menjadi 2 (dua) bentuk

penyertaan modal, yaitu penyertaan langsung (direct investment) dan penyertaan

tidak langsung (indirect investment).2

Penyertaan langsung adalah pola pembiayaan yang dilakukan oleh PMV

dengan cara memberikan pembiayaan langsung kepada Perusahaan Pasangan Usaha

(PPU) yang sudah/akan berbentuk badan hukum dengan bertindak sebagai salah satu

pemegang saham di PPU.3

Penyertaan tidak langsung yaitu penyertaan modal oleh PMV pada PPU tidak

dalam bentuk modal saham (equity), tetapi dalam bentuk obligasi konversi

(convertible bond) atau bagi hasil (profit sharing).4 Obligasi konversi (semi equity

financing) diartikan sebagai bentuk pembiayaan yang pada awalnya dalam bentuk

2 Budi Rachmat, Modal Ventura: Cara Mudah Meningkatkan Usaha mikro, kecil dan

menengah, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005, hal. 31-33. 3 Ibid., hal. 31 4 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 33.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Tentang Modal Ventura

hutang piutang yang kemudian nantinya dikonversikan menjadi saham.5 Pola

pembiayaan bagi hasil (profit and loss sharing) adalah bentuk penyertaan oleh PMV

yang didasarkan pada prinsip-prinsip bagi hasil dalam suatu usaha bersama antara

PMV dan PPU.6 Namun perlu diingat prinsip bagi hasil yang diterapkan di dalam

perjanjian modal ventura berbeda dengan prinsip bagi hasil yang diketahui umumnya

di dalam masyarakat. Di dalam perjanjian pembiayaan modal ventura, bagi hasil yang

diterapkan adalah prinsip bagi hasil yang ditentukan oleh PMV secara sepihak

berdasarkan laporan keuangan PPU.

Meskipun ada beberapa bentuk penyertaan modal yang ditawarkan oleh PMV,

namun dalam praktiknya bentuk pembiayaan dengan pola bagi hasil yang banyak

dilakukan. Dipilihnya bentuk pembiayaan dengan pola bagi hasil ini disebabkan oleh

latar belakang kondisi PPU dan faktor keterbatasan dari PMV. PPU pada umumnya

merupakan usaha mikro, kecil dan menengah bentuk usahanya sebagian besar usaha

perseorangan dan belum berbadan hukum. Dengan bentuk badan usaha yang

demikian, PMV tidak mungkin untuk melakukan penyertaan modal dalam bentuk

saham atau obligasi konversi. Di sisi lain, PMV juga akan kesulitan mengingat masih

adanya keterbatasan-keterbatasan, baik dari segi kemampuan dana maupun dari segi

sumber daya manusianya, yang akan ditempatkan pada manajemen PPU.7 Pola bagi

hasil inilah yang akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini.

Pasal 13 ayat 1 Kepmenkeu No. 1251/KMK.013/1988 menentukan bahwa

untuk memperoleh izin usaha, diajukan permohonan kepada menteri dengan

5 Ibid., hal. 34. 6 Ibid., hal. 35. 7 Ibid., hal. 35-36.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Tentang Modal Ventura

melampirkan contoh perjanjian pembiayaan yang diperlukan. Berdasarkan pasal

tersebut disimpulkan bahwa kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh PMV dalam

bentuk penyertaan modal pada PPU harus dilakukan dengan membuat perjanjian, dan

perjanjian tersebut harus dibuat dalam bentuk tertulis. Hal ini juga merupakan alat

pembuktian yang sah bagi PMV dan PPU dan bahwa kegiatan pembiayaan tersebut

benar dilaksanakan.

Perjanjian dalam bentuk tertulis (kontrak) merupakan dasar bagi terjadinya

penyertaan modal dalam usaha modal ventura. Mengingat yang dibahas di dalam tesis

ini adalah pola bagi hasil maka perjanjian yang mendasari terjadinya penyertaan

modal dalam hal ini adalah Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil.

Keberadaan modal ventura dalam tatanan bisnis Indonesia diawali dengan

dikeluarkannya peraturan yang mengatur tentang lembaga pembiayaan, yakni

Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 (Keppres No. 61 Tahun 1988) yang

dikeluarkan tanggal 20 Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan

Kepmenkeu No. 1251/KMK.013/1988 yang dikeluarkan tanggal 20 Desember 1988

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kedua

peraturan tersebut kemudian dikenal atau disebut dengan Paket Desember 1988.

Keppres No. 61 Tahun 1988 kemudian diganti dengan keluarnya Perpres No. 9 Tahun

2009 tentang Lembaga Pembiayaan, sedangkan Kepmenkeu No.

1251/KMK.013/1988 ditambah dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 468/KMK.017/1995 (Kepmenkeu No. 468/KMK.017/1995)

tentang Perubahan Kepmenkeu No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata

Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kemudian, pada tahun 1995 keluar

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Tentang Modal Ventura

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 469/KMK.017/1995

(Kepmenkeu No. 469/KMK.017/1995) tentang Pendirian dan Pembinaan Usaha

Modal Ventura. Akan tetapi peraturan tersebut tetap mengacu kepada peraturan

mengenai lembaga pembiayaan sehingga Kepmenkeu No. 469/KMK.017/1995

menjadi lex spesialis, dan Perpres No. 9 Tahun 2009 dan Kepmenkeu No.

468/KMK.017/1995 menjadi lex generalis untuk modal ventura.

Praktik modal ventura diakui oleh Bank Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari

adanya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Undang-undang Pokok

Perbankan. Pengaturan mengenai kredit macet di dalam undang-undang tersebut

membenarkan bank untuk menyertakan modalnya ke dalam perusahaan debitur,

dengan ketentuan bahwa sampai jangka waktunya berakhir bank tersebut akan

menarik kembali penyertaan modal tersebut. Kemiripan inilah yang mendasari bahwa

modal ventura diakui oleh Bank Indonesia.

Pengawasan dan pembinaan modal ventura dilakukan oleh Menteri Keuangan

Republik Indonesia (Pasal 11 Perpres No. 9 Tahun 2009). Hal ini berbeda dengan

lembaga pembiayaan lainnya yang pengawasannya dilakukan oleh Menteri Keuangan

dengan dibantu oleh Bank Indonesia. Pengawasan dan pembinaan oleh Menteri

Keuangan dilakukan dengan bentuk penyampaian laporan operasional dan laporan

keuangan secara tahunan kepada Menteri Keuangan (Pasal 17 Kepmenkeu No.

1251/KMK.013/1988).

Secara faktual, Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil belum diatur

secara tegas dan rinci di dalam sistem hukum di Indonesia. Sebagaimana diketahui,

hukum perjanjian di Indonesia menganut asas kebebasan berkontrak yang menuntut

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Tentang Modal Ventura

adanya kesatuan pemahaman para pihak atas isi dan tujuan perjanjian (Pasal 1320 jo.

Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata). Asas tersebut dijadikan acuan

oleh para pihak dalam setiap perjanjian yang dibuat di Indonesia, termasuk dalam

Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil. Selain itu mengingat di dalam

praktiknya perjanjian tersebut dibuat dalam bentuk akta notaril, maka isi dan proses

pembuatannya juga harus mengacu kepada Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

(selanjutnya disebut UU No. 30 Tahun 2004) tentang Jabatan Notaris.

Berdasarkan penelitian awal yang diperoleh, PMV umumnya menentukan isi

dari perjanjian pembiayaan, termasuk besarnya imbalan jasa bagi hasil, sehingga

walaupun kebebasan berkontrak dan ketentuan mengenai akta notaril mendasari

perjanjian pembiayaan tersebut, PMV cenderung mendominasi pelaksanaan

pembiayaan modal ventura.

Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil berbentuk perjanjian standar

(baku). PMV menetapkan rancangan perjanjian tersebut terlebih dahulu dan

diperlihatkan kepada PPU dan setelah PPU setuju dituangkan dalam bentuk akta di

hadapan notaris yang telah dipilih oleh perusahaan tersebut dan selanjutnya

ditandatangani oleh para pihak. Hal ini merupakan keuntungan bagi PMV karena

PMV dapat menerapkan klausula-klausula yang dikehendakinya, sedangkan bagi

PPU perjanjian ini menimbulkan ketidakseimbangan dengan adanya klasula-klausula

yang tidak adil dan memberatkannya.

Pasal 1320 jo. 1338 KUH Perdata memperbolehkan para pihak untuk

mengadakan perjanjian standar (baku) karena kepada para pihak tersebut diberikan

hak untuk menyetujui (take it) atau menolak perjanjian yang diajukan kepadanya

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Tentang Modal Ventura

(leave it). Oleh karena itu, setelah PMV menetapkan rancangan perjanjian, PPU

memiliki hak untuk menyetujui atau menolak rancangan tersebut, dan akhirnya

kebebasan berkontrak tidak terlanggar.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka untuk dapat lebih

mengetahui modal ventura dan perjanjian pembiayaan antara PMV dan PPU maka

perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membuat penelitian yang

berjudul TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL

PERUSAHAAN MODAL VENTURA DAN PERUSAHAAN PASANGAN

USAHA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi

permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk perjanjian antara perusahaan modal ventura dan

perusahaan pasangan usaha?

2. Bagaimanakah kedudukan para pihak dalam perjanjian bagi hasil antara

perusahaan modal ventura dan perusahaan pasangan usaha?

3. Bagaimanakah cara penyelesaian wanprestasi bagi para pihak dalam

perjanjian bagi hasil antara perusahaan modal ventura dan perusahaan

pasangan usaha?

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Tentang Modal Ventura

C. Tujuan Penelitian

Setiap pelaksanaan suatu kegiatan penelitian memiliki tujuan yang akan

dicapai dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk perjanjian antara perusahaan modal ventura dengan

perusahaan pasangan usaha.

2. Untuk mengetahui kedudukan para pihak dalam perjanjian bagi hasil antara

perusahaan modal ventura dengan perusahaan pasangan usaha.

3. Untuk mengetahui cara penyelesaian wanprestasi bagi para pihak dalam

perjanjian bagi hasil antara perusahaan modal ventura dengan perusahaan

pasangan usaha.

D. Manfaat Penelitian

Bertitik tolak pada rumusan masalah yang dikemukakan, manfaat dari

penelitian ini adalah

1. Secara teoritis

a. Sebagai bahan informasi dan tambahan bagi para akademisi maupun

sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti yang hendak melaksanakan

penelitian lanjutan.

b. Menambah khasanah kepustakaan, khususnya dalam hukum pembiayaan.

2. Secara praktis

a. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan

mengenai pemberian modal ventura.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Tentang Modal Ventura

b. Sebagai bahan masukan bagi PT. Sarana Sumut Ventura, PMV dan PPU.

c. Memberikan informasi dan menambah wawasan pemikiran bagi

masyarakat tentang pemberian modal ventura sesuai dengan ketentuan

mengenai lembaga pembiayaan.

d. Sebagai bahan masukan untuk penyempurnaan peraturan perundang-

undangan nasional khususnya yang berhubungan dengan pemberian modal

ventura.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di

Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Program Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul TINJAUAN YURIDIS

PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL PERUSAHAAN MODAL

VENTURA DAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA, belum pernah ada yang

melakukan penelitian ini sebelumnya. Dengan demikian, maka dari segi keilmuan

penelitian ini dapat dikatakan asli, sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur,

rasional dan obyektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses

menemukan kebenaran ilmiah sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya secara ilmiah.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Tentang Modal Ventura

F. Kerangka Teori dan Konsepsional

1. Kerangka Teori

Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang pengetahuan yang

berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori

merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada

sekumpulan fakta-fakta.8

Landasan teori merupakan ciri penting bagi penelitian ilmiah untuk

mendapatkan data. Teori merupakan alur penalaran atau logika (flow of

reasoning/logic), terdiri dari seperangkat konsep atau variabel, definisi dan proposisi

yang disusun secara sistematis.9 Konsep mengekspresikan suatu abstraksi yang

terbentuk melalui generalisasi dari pengamatan terhadap fenomena (obyek, kejadian,

atribut atau proses).10

Otje Salman dan Anton F. Susanto menyimpulkan pengertian teori menurut

pendapat dari berbagai ahli, yaitu teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang

di samping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski

mungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih

umum.11

Penetapan suatu kerangka teori merupakan suatu keharusan dalam penelitian.

Hal ini disebabkan, kerangka teori digunakan sebagai landasan berpikir untuk

8 Ensiklopedia Bebas, Wikipedia Bahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/teori, diakses

6 Januari 2010. 9 J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hal. 194. 10 Kerlinger, Definisi Teori, http://www.pdf-search-engine.com/definisi-teori-pdf.html,

diakses 6 Januari 2010. 11 H. R. Otje Salman S dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2005,

hal. 21.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Tentang Modal Ventura

menganalisis permasalahan yang dibahas dalam tesis ini, yaitu mengenai pelaksanaan

perjanjian bagi hasil perusahaan modal ventura dan perusahaan pasangan usaha. Teori

yang menjadi pedoman dalam penulisan tesis ini adalah kebebasan berkontrak.

Kebebasan berkontrak lahir dan berkembang seiring dengan pertumbuhan

aliran filsafat yang menekankan semangat individualisme dan pasar bebas. Teori ini

sangat mendominasi teori hukum kontrak. Inti permasalahan hukum kontrak lebih

tertuju kepada realisasi kebebasan berkontrak. Dalam bidang ekonomi berkembang

aliran laissez faire yang dipelopori Adam Smith yang menekankan prinsip non-

intervensi oleh pemerintah terhadap kegiatan ekonomi dan bekerjanya pasar, tetapi

Adam Smith tidak menolak campur tangan pemerintah hanya dikurangi seminimal

mungkin. Pemerintah hanya diperkenankan untuk ikut campur secara minimal,

khususnya dengan alasan demi tegaknya keadilan. Campur tangan yang berlebihan

yang bersifat distorsif dianggap sebagai pelanggaran akan keadilan.12

Pandangan moral yang membela kebebasan berkontrak ditemukan dalam

tulisan filsuf moral terkenal dari Jerman, Immanuel Kant. Menurut Kant, hukum

harus ditopang oleh landasan moral, yang disebut sebagai otonomi kehendak

(autonomie willens atau autonomy of the will). Otonomi kehendak berkaitan dengan

moralitas otonom, yakni kesadaran manusia akan kewajiban yang ia taati sebagai

sesuatu yang dikehendakinya sendiri karena diyakini sangat baik.

Berdasarkan rumusan otonomi kehendak itu, Kant merumuskan esensi

kontrak. Esensi kontrak adalah bersatunya 2 (dua) kehendak pihak yang satu dengan

12 Ridwan Khairandy, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Program Pascasarjana,

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 43

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Tentang Modal Ventura

pihak lainnya. Apa yang diperoleh dari analisis Kant mengenai kontrak adalah suatu

hal personal, yakni suatu hak yang hanya berlaku terhadap seseorang dan tidak yang

lainnya.13

Doktrin liberalis-individualisme yang berkembang pada abad ke-19

berpengaruh langsung atas kebebasan berkontrak yang berimbas kepada lahirnya

paradigma baru hukum kontrak yang timbul dari 2 (dua) dalil di bawah ini:

Setiap perjanjian kontraktual yang diadakan adalah sah (geoorloofd)

Setiap perjanjian kontraktual yang diadakan secara bebas adalah adil dan

memerlukan sanksi undang-undang

Dalam paradigma baru ini, dalam kontrak timbul 2 (dua) aspek, yaitu pertama,

kebebasan (sebanyak mungkin) untuk mengadakan suatu kontrak, dan kedua, kontrak

tersebut harus diperlakukan sakral oleh pengadilan, karena para pihak secara bebas

dan tidak ada pembatasan dalam mengadakan kontrak tersebut. Dengan demikian,

kebebasan berkontrak dan kesucian (sanctity) kontrak menjadi dasar keseluruhan

hukum kontrak yang berkembang saat itu. Dengan perkataan lain, orientasi mereka

adalah kesucian dan kebebasan berkontrak. Sebagai konsekuensi adanya penekanan

kebebasan berkontrak, kemudian dianut pula dogma bahwa kewajiban dalam kontrak

hanya dapat diciptakan oleh maksud atau kehendak para pihak. Hal tersebut menjadi

prinsip mendasar hukum kontrak yang mengikat untuk dilaksanakan segera begitu

mereka telah mencapai kesepakatan. Dengan demikian kebebasan berkontrak di

dalam teori hukum kontrak klasik memiliki 2 (dua) gagasan utama, yakni kontrak

13 Ibid., hal. 43-73.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Tentang Modal Ventura

didasarkan kepada persetujuan dan kontrak sebagai produk kehendak (memilih)

bebas.14

Konsep modern kebebasan berkontrak menjadi dasar signifikan dalam

leksikon hukum kontrak dan signifikansi bahwa para pihak dalam kontrak memiliki

hak otonomi untuk menentukan bargain mereka sendiri dan menuntut pemenuhan

dari apa yang mereka sepakati. Dengan adanya konsensus para pihak, maka timbul

kekuatan mengikat kontrak sebagaimana layaknya undang-undang. Apa yang

dinyatakan seseorang dalam suatu hubungan hukum menjadi hukum bagi mereka

(cum nexum faciet mancipimque, uti lingua mancouassit, ita jus esto). Asas inilah

yang menjadi kekuatan mengikatnya kontrak (verbindende kracht van de

overereenkomst)15, dan menjadi kekuatan yang mengikat Perjanjian Pembiayaan

dengan Pola Bagi Hasil yang dapat dilihat dari adanya kebebasan untuk menentukan

isi perjanjian yang kemudian menjadi undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.

Kebebasan berkontrak merupakan teori universal dan dianut oleh hukum

perjanjian di hampir seluruh negara di dunia pada saat ini. Dalam pustaka-pustaka

yang berbahasa Inggris, teori ini dituangkan dalam berbagai istilah, antara lain

Freedom of Contract, Liberty of Contract atau Party Autonomy.16

Di Indonesia, kebebasan berkontrak dapat ditemukan dalam Kitab Undang-

undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang merupakan terjemahan dari Burgerlijk

14 Ibid., hal 81-90. 15 Ibid., hal 91-102. 16 Felix S. Subagjo, Perkembangan Azas-azas Hukum Kontrak dalam Praktek Bisnis selama

25 Tahun Terakhir, Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Perkembangan Hukum Kontrak dalam Praktek Bisnis Indonesia, Jakarta, 18-19 Februari 1993, hal. 5.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Tentang Modal Ventura

Wetboek (BW), terutama pada Pasal 1338 yang menyebutkan bahwa semua

persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya. Namun dengan adanya teori ini bukan berarti para pihak dapat

seenaknya membuat suatu perjanjian, dalam Pasal 1320 KUH Perdata dinyatakan

bahwa suatu perjanjian dapat dikatakan sah apabila memenuhi syarat-syarat yang

telah ditentukan yaitu

a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri

Suatu kesepakatan kehendak terhadap suatu kontrak dimulai dari adanya

unsur penawaran (offer) oleh salah satu pihak, diikuti oleh penerimaan

penawaran (acceptance) dari pihak lainnya, yang terutama untuk kontrak-

kontrak bisnis kerapkali dilakukan secara tertulis.17 Adakalanya, kesepakatan

suatu kontrak yang ditandai dengan penandatanganan kontrak dilakukan tidak

berdasarkan keinginan salah satu pihak, misalnya karena ada kekhilafan,

paksaan, atau penipuan (Pasal 1321 KUH Perdata), untuk hal tersebut harus

diingat bahwa masing-masing pihak harus mengalaskan pembuatan perjanjian

dengan adanya itikad baik (Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata) dan juga harus

sesuai dengan kepatutan, kebiasaan dan undang-undang (Pasal 1339 KUH

Perdata).

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Menurut Pasal 1330 KUH Perdata, semua orang cakap (berwenang) membuat

kontrak kecuali mereka yang tergolong sebagai berikut yaitu orang yang

17 Munir Fuady (Munir Fuady I), Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 36.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Tentang Modal Ventura

belum dewasa, orang yang ditempatkan di bawah pengampuan, wanita

bersuami, dan orang yang dilarang oleh undang-undang untuk melakukan

perbuatan tertentu.

Tetapi sejak adanya Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 1963 (SEMA RI No. 3 Tahun 1963) maka kedudukan

seorang perempuan yang telah bersuami itu dianggap derajatnya sama dengan

laki-laki, sehingga untuk mengadakan perbuatan hukum dan menghadap di

depan pengadilan ia tidak memerlukan bantuan dari suaminya lagi. Hal ini

semakin dipertegas oleh Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974) dalam Pasal 31 ayat 1 bahwa kedudukan

istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan

berumah tangga dan pergaulan di masyarakat serta keduanya sama-sama

berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

c. Suatu hal tertentu

Hal tertentu adalah hal yang merupakan obyek dari suatu kontrak. Terdapat

beberapa syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undagan terhadap

obyek tertentu dari suatu kontrak, khususnya jika obyek kontrak tersebut

berupa barang, yaitu (1) merupakan barang yang dapat diperdagangkan, (2)

pada saat kontrak dibuat, barang telah dapat ditentukan jenisnya, (3) jumlah

barang tersebut tidak boleh tertentu, (4) boleh merupakan barang yang akan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Tentang Modal Ventura

ada di kemudian hari, (5) bukan merupakan barang yang termasuk ke dalam

warisan yang belum terbuka.18

d. Suatu sebab yang halal

Dalam Pasal 1337 KUH Perdata, dapat ditarik rumusan negatif mengenai

pengertian sebab yang halal yaitu sebab yang dilarang oleh undang-undang

atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban sosial.19

Konsekuensi hukum dari tidak terpenuhinya salah satu atau lebih syarat-syarat

sahnya kontrak tersebut yaitu kontrak menjadi batal demi hukum, dapat dibatalkan,

tidak dapat dilaksanakan dan/atau mendapat sanksi administratif.20

Kontrak yang dibahas di dalam penelitian ini adalah Perjanjian Modal

Ventura. Namun sebelum membahas mengenai Perjanjian Modal Ventura, terlebih

dahulu akan dipaparkan pengertian-pengertian mengenai modal ventura itu sendiri.

Modal ventura merupakan terjemahan dari terminologi bahasa Inggris yaitu

Venture Capital dan dewasa ini istilah modal ventura tersebut telah dipergunakan

secara meluas dalam tata hukum pergaulan hukum dan bisnis di Indonesia.

Dalam Dictionary of Business Terms disebutkan

“Modal ventura adalah suatu sumber pembiayaan yang penting untuk memulai suatu perusahaan yang melibatkan resiko investasi tetapi juga menyimpan potensi keuntungan di atas keuntungan rata-rata dari investasi dalam bentuk lain. Karena itu modal ventura disebut juga sebagai risk capital.” 21

18 Ibid., hal. 37. 19 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 163. 20 Munir Fuady I, op.cit, hal. 36. 21 Munir Fuady (Munir Fuady II), Hukum tentang Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung,

2006, hal. 135.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Tentang Modal Ventura

Menurut Handowo Dipo, modal ventura adalah suatu dana usaha dalam

bentuk saham atau pinjaman yang dapat dialihkan menjadi saham. Dana tersebut

bersumber dari PMV yang mengharapkan keuntungan dari investasinya tersebut.22

Suharsono Sagir memberikan pengertian modal ventura, yaitu sebagai suatu

tindakan masyarakat atau individu pemilik dana yang berani mengambil resiko dalam

bentuk investasi atau pemilikan saham dengan ikut serta dalam kegiatan operasional

usaha.23

Pihak yang terlibat di dalam modal ventura terbagi 2 (dua) yaitu Perusahaan

Modal Ventura (PMV) dan Perusahaan Pasangan Usaha (PPU).

Secara yurudis formal Pasal 1 huruf h Kepmenkeu No. 1251/KMK.013/1988

memberi definisi bahwa PMV (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang

melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu

PPU (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu. Selanjutnya di dalam Pasal 1

angka 3 Perpres Nomor 9 Tahun 2009 disebutkan bahwa PMV (Venture Capital

Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal

ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company)

untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui

pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil

usaha.

22 Handowo Dipo, Sukses Memperoleh Dana Usaha dengan Tinjauan Khusus Modal Ventura,

Grafiti, Jakarta, 1993, hal. 10. 23 Ali Ridho, Hukum Dagang tentang Prinsip-prinsip dan Fungsi Asuransi dalam Lembaga

Keuangan, Pasar Modal, Lembaga Pembiayaan Modal Ventura dan Asuransi Haji, Alumni, Bandung, 1992, hal. 317.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Tentang Modal Ventura

Pada Pasal 1 huruf i Kepmenkeu No. 1251/KMK.013/1988 disebutkan bahwa

PPU adalah perusahaan yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk penyertaan

modal dari PMV. Untuk lebih mengkhususkan PPU yang dimaksud di maka perlu

diuraikan bahwa yang menjadi PPU di dalam perjanjian yang dibahas dalam tulisan

ini adalah usaha mikro, kecil dan menengah. Hal ini disebabkan hanya PPU yang

berbentuk usaha mikro, kecil dan menengah yang menjadi PPU Perjanjian

Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil tersebut.

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 (UU No. 20 Tahun 2008)

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Pasal 6 ayat 1 usaha mikro yaitu

entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih paling banyak Rp.

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau (2) hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus

juta rupiah). Pasal 6 ayat 2 menguraikan yang disebut dengan Usaha Kecil adalah

entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp.

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,-

(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2)

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah (Pasal 6 ayat 3) adalah entitas

usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp.

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Tentang Modal Ventura

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,-

(lima puluh milyar rupiah).

Para pihak di dalam modal ventura diikat dengan suatu perjanjian yang

disebut dengan Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil. Perjanjian tersebut

merupakan perwujudan dari adanya kesepakatan antara PMV dan PPU yang isinya

memuat persyaratan tertentu24, termasuk jumlah fasilitas dana yang diberikan dan

imbalan jasa bagi hasil. Perjanjian inilah yang mendasari kerjasama antara PMV dan

PPU dan kemudian melahirkan hak dan kewajiban antara kedua perusahaan tersebut.

Menurut Munir Fuady,

“Dokumen pokok yang paling penting sebagai bukti adanya kerja sama dalam usaha modal ventura adalah perjanjian modal ventura. Oleh karena itu, di dalam praktik bentuk-bentuk penyertaan modal yang dilakukan PMV ada beberapa macam, maka jenis perjanjiannya pun tergantung pada masing-masing bentuk penyertaan modal mana yang dipilihnya.”25

Syarat-syarat Top of For yang lazim diperjanjikan dalam perjanjian pemberian

modal ventura yaitu:26

1. Suku bunga atau besarnya persentase bagi hasil dari modal ventura yang diberikan.

2. Jangka waktu penggunaan modal ventura oleh PPU. 3. Cara-cara pengembalian modal ventura dari PPU kepada PMV. 4. Jaminan atau agunan atas pemberian modal ventura tersebut. 5. biaya yang harus dikeluarkan dan menjadi tanggungan PPU. 6. Asuransi jiwa dan kerugian. 7. Bantuan manajemen atau keikutsertaan pihak PMV ke dalam

manajemen/operasional PPU, dan sebagainya termasuk di dalamnya syarat-syarat positive covenant dan negative covenant seperti halnya dengan

24 Sunaryo, op,cit, hal. 28. 25 Munir Fuady II, op.cit, hal. 167. 26 Hasanuddin Rahman, Segi-segi dan Manajemen Modal Ventura, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2003, hal. 119.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Tentang Modal Ventura

pemberian kredit oleh bank kepada debiturnya dan atau perusahaan leasing (lessor) kepada lessee.

Pola bagi hasil merupakan bentuk penyertaan oleh PMV yang didasarkan

pada prinsip-prinsip bagi hasil dalam suatu usaha bersama antara PMV dan PPU27.

Perlu diperhatikan bahwa prinsip bagi hasil di dalam perjanjian tersebut berbeda

dengan praktik-praktik bagi hasil pada umumnya yang membagi keuntungan dan

kerugian secara bersama. Prinsip bagi hasil di dalam perjanjian modal ventura

merupakan prinsip pembagian dengan berdasarkan atas perhitungan dari keuntungan

(laba) yang diperoleh PPU sebelum atau sesudah pemberian dana. Jadi dapat

dikatakan pola bagi hasil di dalam PMV ditentukan oleh PMV itu sendiri.

Acapkali dalam praktik pelaksanaan perjanjian modal ventura terdapat

prestasi atau kewajiban yang tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya yang telah

dibebankan kepada pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang

bersangkutan. Hal ini disebut dengan wanprestasi (wanprestatie, default).

Berkenaan dengan perbuatan wanprestasi, R. Setiawan mengemukakan 3

(tiga) bentuk wanprestasi sebagai berikut:28

a. Tidak memenuhi prestasi sama sekali

b. Terlambat memenuhi prestasi

c. Memenuhi prestasi secara tidak baik

Menurut R. Setiawan, wanprestasi membawa akibat yang dapat merugikan

para pihak yang bersangkutan dalam melakukan perjanjian, oleh karena itu

27 Sunaryo, op.cit, hal. 35. 28 R. Setiawan, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, Bandung, 1989, hal. 20

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Tentang Modal Ventura

hendaknya para pihak harus mentaati ketentuan yang sudah ditetapkan sebelum

perjanjian dilakukan.

Sebagai penyelesaian dari adanya wanprestasi, di dalam Pasal 1243 KUH

Perdata disebutkan bahwa pihak yang melakukan wanprestasi dapat dikenakan

penggantian biaya, rugi dan bunga. Namun di dalam praktik pembiayaan dengan pola

bagi hasil diambil 5 (lima) bentuk penyelesaian wanprestasi, yaitu dengan

penyelamatan (restucturing, reconditioning, rescheduling dan injection), take over,

penjualan aset PPU, offseting dan legal action. Penyelamatan yang terdiri dari

restucturing, reconditioning, dan rescheduling dilakukan mengingat

diperbolehkannya upaya penyelamatan kredit bermasalah dengan berpedoman kepada

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 23/12/BPPP (SEBI No. 23/12/BPPP) tanggal 28

Februari 1991 tentang Penggolongan Kolektibilitas Aktiva Produktif dan

Pembentukan Cadangan atas Aktiva yang Diklasifikasikan dan Upaya Penyelamatan

Kredit yang Dapat Dilakukan oleh Bank.

Di dalam praktik para pihak menyelesaikan wanprestasi dengan didahului

oleh musyawarah. Di dalam musyawarah disebutkan alasan mengapa PPU melakukan

wanprestasi dan bentuk penyelesaian yang sesuai untuk permasalahan yang dihadapi

oleh PPU sehingga terjadi wanprestasi. Musyawarah biasanya menghasilkan

keputusan untuk penyelamatan tersebut di atas yaitu restucturing, reconditioning,

rescheduling dan injection. Bentuk penyelesaian ini diambil karena lebih efektif dan

efisien bagi PMV sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar dan PMV

dapat tetap melaksanakan kegiatan usahanya tanpa terganggu.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Tentang Modal Ventura

2. Konsepsional

Konsepsional merupakan salah satu bagian terpenting dari teori, karena

konsepsi adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya

hanya baru ada dalam pikiran. Peranan konsepsional dalam penelitian adalah untuk

menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realistis.29

Agar menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman mengenai

konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan definisi

operasional dari konsep yang dipergunakan, yaitu:

1) Modal ventura adalah salah satu bentuk lembaga pembiayaan yang

melakukan penyertaan modal dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan

untuk membantu usaha yang membutuhkan investasi modal dan kemudian

mendapatkan keuntungan dari penyertaan modal tersebut.

2) Perusahaan Modal Ventura (PMV) adalah suatu perusahaan di dalam

Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil yang memberikan modal

kepada PPU dengan jangka waktu tertentu dan mendapat keuntungan berupa

imbalan jasa dan laba dari PPU tersebut sesuai yang diperjanjikan. Adapun

yang dimaksud dengan PMV dalam penelitian ini adalah PT. Sarana Sumut

Ventura.

3) Perusahaan pasangan usaha (PPU) adalah suatu bentuk usaha yang berbentuk

usaha mikro, kecil dan menengah yang membutuhkan modal untuk

mengembangkan usahanya dan menerima suntikan modal dari PMV dengan

disertai jaminan terlebih dahulu yang kemudian akan dikembalikan dengan

29 Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1999, hal. 34.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Tentang Modal Ventura

melakukan pembayaran imbalan jasa dan laba yang diperolehnya kepada

PMV.

4) Bagi hasil yaitu suatu bentuk pemberian imbalan jasa yang diterima PMV

sebagai akibat dari adanya pembiayaaan kepada PPU yang didasarkan pada

perhitungan dari laporan keuangan PPU yang ditentukan sepihak oleh PMV.

5) Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil adalah suatu perjanjian

kerjasama antara PMV dan PPU yang didasari oleh prinsip bagi hasil yang

diterapkan di dalam PMV (PT. Sarana Sumut Ventura), di mana PMV terikat

untuk memberikan bantuan modal kepada PPU dan PPU terikat untuk

memberikan imbalan jasa dan laba yang diperolehnya kepada PMV.

6) Wanprestasi adalah suatu bentuk perbuatan yang dilakukan oleh PMV atau

PPU yang berupa kesalahan pemenuhan prestasi yang telah diperjanjikan di

dalam Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil, baik karena

kesengajaan atau kelalaian, yang penyelesaiannya telah dicantumkan dalam

perjanjian ataupun berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu dengan meneliti

bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma

hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, kaedah

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Tentang Modal Ventura

hukum dan sistematika hukum serta mengkaji ketentuan perundang-undangan,

putusan pengadilan dan bahan hukum lainnya.30

Sifat penelitian penulisan ini yaitu deskriptif analitis. Bersifat deskriptif

maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan

sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Analitis dimaksudkan berdasarkan

gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat bagaimana

menjawab permasalahan.31

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Sarana Sumut Ventura tepatnya di Jalan

Abdullah Lubis No. 62A Medan. Hal ini mengingat PT. Sarana Sumut Ventura

memiliki ruang lingkup pemasaran di daerah kota Medan dan sekitarnya, dan

perusahaan ini merupakan satu-satunya perusahaan di Sumatera Utara yang lingkup

kegiatan usahanya hanya pembiayaan modal ventura.

3. Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data sekunder.

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan

kepustakaan. Berdasarkan kekuatan mengikatnya, bahan hukum untuk memperoleh

data terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

30 Ibrahim Johni, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media Publishing,

Malang, 2005, hal. 336. 31 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20, Alumni,

Bandung, 1994, hal. 101.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Tentang Modal Ventura

a. Bahan hukum primer adalah hukum yang mengikat dari sudut norma dasar,

peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan.32 Dalam penelitian ini

bahan hukum primernya yaitu perjanjian modal ventura antara PT. Sarana

Sumut Ventura dan PPU, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Perpres No.

9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Kepmenkeu No.

468/KMK.017/1995 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga

Pembiayaan, Kepmenkeu No. 469/KMK.017/1995 tentang Pendirian dan

Pembinaan Usaha Modal Ventura, UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer33 yang berupa buku, hasil-hasil penelitian dan

atau karya ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, pendapat

pakar hukum yang erat kaitannya dengan obyek penelitian.

c. Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang sifatnya penunjang

untuk dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan sekunder34, seperti jurnal hukum, jurnal ilmiah, kamus umum dan

kamus hukum, surat kabar, internet serta makalah-makalah yang berkaitan

dengan obyek penelitian.

Di samping itu, data juga dikumpulkan melalui wawancara dengan responden

yang berhubungan dengan materi penelitian ini, yaitu

32 Soerjono Soekanto dan Sri Mulyadi, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tujuan Singkat,

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 55. 33 Ibid., hal. 55. 34 Ibid., hal. 55.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Tentang Modal Ventura

a. Direktur PT. Sarana Sumut Ventura, yaitu Bapak Julfizar, S.H.

b. Kepala Bagian Legal dan SDM PT. Sarana Sumut Ventura, yaitu Ibu

Jumaliati, S.H.

c. PPU PT. Sarana Sumut Ventura yang berjumlah 205 (dua ratus lima) PPU,

dan yang diambil menjadi responden sebanyak 5 % (lima persen) dari jumlah

tersebut yaitu 10 (sepuluh) PPU yang dianggap representatif atau merupakan

perwakilan dari seluruh populasi.

4. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kepustakaan (library research) yaitu menghimpun data dengan melakukan

penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum

primer, sekunder dan tersier35, yaitu buku-buku, majalah-majalah, tulisan dan

karangan ilmiah yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Di samping itu

juga digunakan studi dokumentasi yaitu cara memperoleh data melalui pengkajian

dan penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

Alat pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu

a. studi dokumen, yaitu dengan cara mempelajari peraturan-peraturan, teori-

teori, buku-buku, hasil penelitian dan dokumen lain yang berhubungan dengan

permasalahan.

35 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal. 14.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Tentang Modal Ventura

b. wawancara dengan responden, yang dilakukan secara langsung dan

mendalam, terarah dan sistematis kepada narasumber yaitu sebagai berikut:

1) Direktur PT. Sarana Sumut Ventura, yaitu Bapak Julfizar, S.H.

2) Kepala Bagian Legal dan SDM PT. Sarana Sumut Ventura, yaitu Ibu

Jumaliati, S.H.

3) PPU PT. Sarana Sumut Ventura yang berjumlah 205 (dua ratus lima) PPU,

dan yang diambil menjadi responden sebanyak 5 % (lima persen) dari

jumlah tersebut yaitu 10 (sepuluh) PPU yang dianggap representatif atau

merupakan perwakilan dari seluruh populasi.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke

dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.36

Kegiatan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menginventarisasi peraturan perundang-perundangan yang terkait dengan persoalan

yang menjadi obyek kajian. Data yang terkumpul akan diidentifikasikan kemudian

dilakukan penganalisisan secara kualitatif berupa pembahasan, antara berbagai data

sekunder yang terkait dengan berbagai peraturan perundang-undangan dan bahan

hukum yang telah diinventarisir dan pada tahap akhir akan ditemukan hukum secara

konkretnya, sehingga penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika

36 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993,

hal. 103.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Tentang Modal Ventura

berpikir deduktif, yang menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku

secara umum yang terkait dengan tesis ini dan kemudian dihubungkan dengan

Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil.

Universitas Sumatera Utara