tempatpembuanganakhirsampah-130518215819-phpapp02

27
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH BANTAR GEBANG NAMA ANGGOTA: 1. Rika Sri Amalia (16309863) 2. Yogi Oktopianto (16309875) 3. Yurista Vipriyanti (16309876) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma 2012

Upload: ibra-akb

Post on 19-Oct-2015

113 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

  • TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH

    BANTAR GEBANG

    NAMA ANGGOTA:

    1. Rika Sri Amalia (16309863)

    2. Yogi Oktopianto (16309875)

    3. Yurista Vipriyanti (16309876)

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Gunadarma

    2012

  • ii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul.................................................................................................... i

    Daftar Isi ............................................................................................................ ii

    Daftar Gambar ................................................................................................. iv

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

    1.2 Tujuan ...................................................................................... 2

    1.3 Rumusan Masalah...................................................................... 2

    1.4 Batasan Masalah ........................................................................ 3

    BAB 2 PEMBANGUNAN TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH

    TERPADU BANTARGEBANG

    2.1 Uraian Umum ............................................................................ 4

    2.2 Hierarki Pengangkutan Sampah ................................................. 6

    2.3 Dampak Sampah Di TPA Bantargebang .................................... 9

    2.4 Potensi Pengelolaan Sampah Menuju Zero Waste Dalam ............

    Pengelolaan Sampah Perkotaan ................................................ 14

  • iii

    BAB 3 ANALISIS MASALAH

    3.1 The Whole Story Of TPA Bantargebang ................................... 19

    3.2 Diagram Input-Output .............................................................. 20

    BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1 Kesimpulan ............................................................................. 21

    4.2 Saran ....................................................................................... 21

    Daftar Pustaka .................................................................................................. v

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Pola Umum Pengelolaan Kebersihan ............................................ 7

    Gambar 2.2 Paradigma Pengelolaan Sampah ................................................... 7

    Gambar 2.3 Sampah Di TPA Bantargebang ................................................... 11

    Gambar 2.4 PLTSa ........................................................................................ 13

    Gambar 2.5 Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) .......................................... 14

    Gambar 2.6 Komponen Sistem Pengelolaan Sampah Kota ............................. 15

    Gambar 2.7 Perubahan Paradigma Pengelolaan Sampah ................................ 16

    Gambar 2.8 Flow Chart Pengelolaan Transformasi Sampah ........................... 17

    Gambar 2.9 Diagram Alir Proses Pemilahan .................................................. 18

    Gambar 3.1 Diagram Story Board Pembangunan TPA Bantargebang ............. 19

    Gambar 3.2 Diagram Input-Output Pembangunan TPA Bantargebang ........... 20

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dalam mendukung program Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Daerah DKI Jakarta Tahun 2007-2012 yang mencakup semua aspek kehidupan

    mulai dari aspek ideologi, politik, perekonomian, pendidikan, kesehatan,

    pekerjaan umum, perumahan rakyat, penataan ruang, perencanaan pembangunan,

    perhubungan, pertanahan, sosial, kebudayaan hingga lingkungan hidup,

    dibutuhkan kerjasama lintas sektor dan semua elemen pemerintahan dan

    masyarakat.

    Kota DKI Jakarta dengan jumlah dan kepadatan penduduk yang tinggi,

    keterbatasan lahan dan laju pembangunan yang tinggi, menyebabkan menurunnya

    daya dukung, fungsi dan kualitas lingkungan hidup kota yang juga memberi

    dampak serius pada kesehatan penduduk dan terdegradasinya lingkungan dan

    sumber daya alam.

    Pencemaran lingkungan yang menonjol diantaranya :

    1. Pencemaran air (sungai, waduk/situ, pantai, teluk, laut dan air tanah) yang

    disebabkan oleh pembuangan limbah domestik dan limbah industri.

    2. Pencemaran udara yang disebabkan antara lain oleh sektor industry,

    transportasi dan aktivitas manusia sehari-hari.

    3. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pengelolaan sampah dan

    limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang beracun.

    Kondisi pengelolaan persampahan DKI Jakarta cukup kompleks

    mengingat tingginya timbulan sampah Jakarta, yaitu 26.945m3/hari dan prediksi

  • 2

    kenaikan 5% pertahun, belum optimalnya penerapan 3R di sumber, masih

    tercampurnya sampah dengan limbah B3 rumah tangga, tingkat pengangkutan

    yang baru mencapai 91,51%, dan kurangnya fasilitas pengolahan sampah Jakarta.

    Pada pasal 110 Bab VIII Peraturan Daerah tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah DKI tahun 2030 dijelaskan rencana tata ruang wilayah Kota

    Administrasi dan Kabupaten Administrasi merupakan bagian untuk mencapai

    tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten administrasi

    yang terdiri dari : (a) pusat kegiatan, (b) prasarana transportasi, (c) prasarana

    sumber daya air, (d) pengendalian daya rusak air, (e) prasarana sampah, dan (f)

    prasarana listrik.

    Berdasarkan peraturan tersebut, Pemerintah daerah menyediakan sarana

    dan prasarana dalam pengelolaan sampah Jakarta. Saat ini Jakarta hanya

    mempunyai 1 (satu) TPA, yaitu TPA Bantargebang yang letaknya di wilayah

    Bekasi, dan 1 (satu) PDUK (Pusat Daur Ulang dan Kompos) milik swasta.

    Kondisi ini sangat mempengaruhi kelancaran pengelolaan sampah di DKI Jakarta.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari penulisan ini adalah :

    1. Menyusun hierarki proses pengangkutan sampah mulai dari

    lingkungan hingga akhir di TPA Sampah Bantargebang

    2. Mengidentifikasi dampak-dampak yang terjadi pada pengelolaan TPA

    Sampah Bantargebang

    3. Mengulas implementasi kebijakan pengelolaan TPA Sampah

    Bantargebang

    4. Mengulas potensi pengelolaan sampah menuju zero waste dalam

    pengelolaan sampah perkotaan

  • 3

    1.3 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :

    1. Bagaimana hierarki dari proses pengangkutan sampah hingga berakhir

    di TPA Sampah Bantargebang?

    2. Apa saja dampak yang dihasilkan dari Pembangunan Tempat Sampah

    Akhir Bantargebang, termasuk dampak yang dirasakan warga sekitar

    akibat penumpukan sampah tersebut?

    3. Apa saja kebijakan dari Pemerintah Daerah terhadap lingkungan hidup

    di daerah pengolahan sampah seperti TPA Sampah Bantargebang?

    4. Apa saja inovasi teknologi dalam upaya menihilkan limbah sampah?

    1.4 Batasan Masalah

    Batasan masalah diperlukan untuk menghindari penyimpangan

    pembahasan terhadap permasalah yang diuraikan sebelumnya. Batasan-batasan

    masalah yang digunakan dalam makalah ini adalah :

    1. Hierarki proses pengangkutan sampah yang terdefinisikan dalam

    gambar.

    2. Dampak positif maupun negatif terhadap pembangunan TPA Sampah

    yang mencakup aspek kesehatan, pendidikan, kebersihan dan aspek

    tata ruang wilayah di sekitarnya.

    3. Identifikasi masalah yang dituangkan dalam bentuk Diagram Story

    Board, Diagram Input-Output dan Causal Loop Diagram.

  • 4

    BAB II

    PEMBANGUNAN TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH

    TERPADU BANTARGEBANG

    2.1 Uraian Umum

    Sebagai kota metropolitan, DKI Jakarta memiliki sejumlah permasalahan

    yang perlu ditangani secara serius. Salah satunya, permasalahan sampah. Sebab,

    volume sampah yang dihasilkan penduduk DKI Jakarta setiap tahun bertambah 5

    persen. Tahun 2009, volume sampah di DKI Jakarta mencapai 6.400 ton per hari.

    Artinya, volume bertambah 400 ton per hari atau meningkat 5 persen

    dibandingkan volume sampah tahun 2008 yang hanya 6.000 ton per hari. Melihat

    kondisi yang semakin komplek, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus

    melakukan berbagai upaya untuk menangani sampah, termasuk pengolahannya

    menjadi sumber energi yang dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Mulai

    dari penambahan armada truk sampah, personel, pembangunan tempat

    pengelolaan sampah terpadu (TPST) hingga pemberdayaan warga Jakarta untuk

    tidak membuang sampah di kali.

    Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Eko Bahruna, mengatakan,

    penanganan sampah yang paling mendesak, yakni penyediaan tempat

    pembuangan. Karena itu, Pemprov DKI Jakarta terus melakukan berbagai upaya

    untuk mengatasi hal ini. Misalnya, dengan memperpanjang kontrak kerja sama

    pemanfaatan lahan di TPA Bantargebang, Bekasi. Perjanjian tersebut telah

    ditandatangani Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Walikota Bekasi Mochtar

    Mohammad pada Juli 2009 lalu di Balaikota DKI Jakarta. Dalam perjanjian

    tersebut, tipping fee disepakati sebesar Rp 103 ribu per ton per bulan, dan 20

    persen diantaranya atau sekitar Rp 20.600 per ton per bulan diserahkan kepada

    Pemkot Bekasi sebagai pendapatan asli daerah (PAD). Dengan adanya perjanjian

  • 5

    itu, Pemprov DKI bisa memanfaatkan lahan TPST Bantergebang untuk 20 tahun

    ke depan, yakni selama 2009-2028.

    Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor

    1221/2003 tentang Pemberian Bantuan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

    kepada Pemerintah Kotamadya Bekasi Sebagai Kompensasi Atas

    Pengelolaan Sampah dan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kecamatan

    Bantargebang Kota Bekasi Tahun Anggaran 2003, Pemerintah Daerah DKI

    Jakarta memberikan bantuan sebagai kompensasi sebesar Rp. 8.000.000.000,00

    (delapan milyar rupiah) dan proses monitoring atas penggunaan dan pemanfaatan

    bantuan dilakukan oleh Tim Pemantauan dalam rangka Pengawasan dan

    Pengendalian Pengelolaan Sampah danTPA di Kecamatan Bantargebang sesuai

    dengan Keputusan Bersama antara Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan

    Walikotamadya Bekasi Nomor 2802/220 (659.1/Kep. 434A.HOR/XII/2002)

    Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantar Gebang mempunyai

    areal seluas 108 ha. Luas areal kerja efektif kurang lebih 69 ha yang dibagi dalam

    lima zona, masing-masing zona dikelilingi dengan jalan kerja yang kondisinya

    cukup baik. Setiap zona tersebut dibagi menjadi beberapa bagian sub-zona.

    Meski pemanfaatan lahan di TPA Bantargebang telah diperpanjang,

    namun hal ini belum menuntaskan masalah sampah di DKI Jakarta. Sebab, TPA

    Bantargebang memiliki keterbatasan daya tampung, yakni hanya mampu

    menampung sampah 4.500 ton per hari. Akibatnya, selama ini selalu terjadi

    overload karena setiap hari selalu dipaksakan untuk menampung 6.400 ton

    sampah per hari

    TPA Sampah Bantar Gebang telah beroperasi sekitar 21 tahun yaitu sejak

    tahun 1989 sampai sekarang. Berdasarkan rencana Pemerintah Daerah Khusus

    Ibukota Jakarta Raya Tahun 1987, TPA Sampah Bantar Gebang akan beroperasi

    20 tahun dengan metode pembuangan sampah secara sanitary landfill.

    Berdasarkan rencana tersebut umur teknis tempat pembuangan sampah ini telah

  • 6

    dilewati. TPA Sampah Bantar Gebang sejak beroperasi sampai sekarang melayani

    buangan sampah dari Kota Jakarta dan Kota Bekasi.

    Pengelolaan persampahan yang terjadi di TPA Sampah Bantar Gebang

    melibatkan masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha (produsen, penjual,

    pedagang dan jasa). Pengelolaan sampah di masyarakat masih bermasalah karena

    rendahnya peran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan

    sampah. Dari sisi pemerintah, permasalahan terjadi karena kurangnya sarana,

    prasarana, sumberdaya manusia dan keterbatasan dana, serta masih kurangnya

    dukungan pemerintah terhadap upaya komunitas masyarakat yang telah berhasil

    dalam pengelolaan sampah. Dukungan penghargaan, dukungan pendanaan, teknis,

    manajemen, maupun bentuk dukungan lainnya, seperti adanya sistem insentif dan

    disinsentif bagi pelaku usaha belum diberikan oleh pemerintah.

    Rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dan tidak

    aktifnya pelaku usaha untuk memanfaatkan dan mengelola sampah menyebabkan

    perlunya tempat pembuangan akhir sampah. TPA Sampah Bantar Gebang yang

    tidak sesuai dengan spesifikasi teknis dapat menimbulkan berbagai dampak baik

    itu dampak positif maupun dampak negatif. Di TPA Sampah Bantar Gebang

    terdapat + 4500 orang pemulung, + 300 orang lapak dan + 45 orang bandar (Dinas

    Kebersihan DKI, 2005).

    2.2 Hierarki Pengangkutan Sampah

    Pengangkutan sampah adalah kegiatan pengangkutan sampah dengan

    menggunakan truk sampah dari sumber sampah atau TPS ke lokasi Penampungan

    Sampah Akhir atau TPA yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan pengangkutan

    sampah tersebut diatas menggunakan 2 (dua) sistem angkutan sistem angkutan

    langsung dan sistem angkutan tidak langsung. Secara umum pola pengakutan

    sampah yang berasal dari berbagai sumber baik langsung maupun tak langsung

    dapat dilihat pada Gambar 2.1.

  • 7

    Gambar 2.1 Pola Umum Pengelolaan Kebersihan

    Gambar 2.2 Paradigma Pengelolaan Sampah

    Sistem operasional pengangkutan sampah dari berbagai sumber diangkut

    ke tempat pembuangan sementara (TPS), sebagian ada yang masuk ke stasiun

    peralihan antara (SPA), sedangkan sebagian besar lainnya diangkut ke tempat

    pembuangan akhir (TPA) di Bantargebang.

    Tata cara pengelolaan sampah bersifat integral dan terpadu secara berantai

    dengan urutan yang berkesinambungan yaitu :

  • 8

    1. Penampungan sampah/pewadahan

    Adalah suatu cara penampungan sebelum dikumpulkan, dipindahkan,

    diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah menghibdari agar

    sampah tidak berserakan sehingga tidak mengganggu lingkungan (SNI

    19-2454-2002)

    2. Pengumpulan

    Adalah cara atau proses pengambilan sampahmulai dari tempat

    penampungan / pewadahansampai ke tempat pembuangan sementara.

    Berdasarkan SNI 19-2454-2002 pola pengumpulan sampah

    dikelompokkan dalam 2 yaitu:

    a. Pola individual

    Proses pengangkutan sampah dimulai dari sumber sampah

    kemudian diangkut ke tempat TPS sebelum dibuang ke TPA.

    b. Pola komunal

    Pengumpulan sampah dilakukan olehpenghasil sampah ke tempat

    penampungan sampah komunal yang telah disediakan / ke truk

    sampah yang menangani titik pengumpuan kemudian diangkut ke

    TPA tanpa proses pemindahan.

    3. Pemindahan

    Adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat

    pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat

    yang digunakan untuk pemindahan sampah adalah depo pemindahan

    sampah yang dilengkapi dengan container pengangkut (SNI 19-2454-

    2002).

    Sumber Pengumpulan Pengangkutan TPA

    Sumber Wadah Pengangkut Tempat

    Pembuangan

  • 9

    4. Pengangkutan

    Kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan dari tempat

    penampungan sementara ke tempat pembuangan akhir.

    5. Pembuangan Akhir

    Tempat pembuangan sampah akhir adalah sarana fisik untuk

    berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah (SK SNI T-11-

    1991-03).

    Dengan luasan cakupan pelayanan DKI Jakarta yang sangat besar, serta

    posisi TPA di belahan timur (Bantar Gebang),sistem pengangkutan menjadi

    kurang efisien. Saat ini di DKI hanya ada 2 (dua) SPA (Stasiun Perantara) yaitu

    SPA Cakung dan SPA Sunter.

    Strategi pendekatan pengelolaan persampahan menyatakan bahwa : (i)

    Pengelolaan sampah DKI Jakarta direncanakan berubah dari terpusat (polar) ke

    sistem multisimpul (multi nodal); (ii) Wilayah Kota Jakarta dibagi menjadi 4

    (empat) daerah pelayanan darat dan 1 (satu) daerah pelayanan pantai/laut ; (iii)

    Setiap daerah pelayanan dilengkapi dengan fasilitas TPS, SPA dan ITF. Dengan

    adanya pembagian daerah pelayanan menjadi 4 wilayah darat dan 1 (satu) daerah

    pelayanan pantai/laut, maka diharapkan sistem pengelolaan sampah DKI Jakarta

    akan menjadi lebih baik lagi.

    2.3 Dampak Sampah di Kawasan TPA Bantargebang

    Peningkatan jumlah penduduk di DKI Jakarta yang sangat pesat

    memberikan dampak terhadap peningkatan volume sampah, setiap harinya Jakarta

    menghasilkan 6.000 ton sampah dan akhirnya akan diterima oleh TPA

    Bantargebang. Dengan volume sampah yang terus bertambah namun kapasitas

    tempat pengelolaan sampah yang terbatas, tentunya akan menimbulkan dampak

    terhadap berbagai aspek. Dampak yang ditimbulkan oleh sampah meliputi

  • 10

    dampak positif dan dampak negatif, berikut ini akan diuraikan mengenai dampak

    yang ditimbulkan oleh sampah di TPA Bantargebang.

    1. Dampak Negatif :

    Berdasarkan UUD 1945 Pasal 28H ayat 1 menyebutkan setiap orang berhak

    hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

    lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

    kesehatan, namun masih ada dampak negatif yang ditimbulkan oleh TPA

    Bantargebang. Berikut ini dampak negatif yang ditimbulkan :

    a. Aspek Kesehatan

    Dengan bertambahnya volume sampah setiap harinya, tentunya

    akan terjadi penumpukkan sampah. Sampah yang menumpuk lama akan

    menjadi tempat bersarangnya hewan penyebar penyakit misalnya lalat,

    nyamuk, tikus, dan bakteri patogen. Dengan adanya hewan-hewan

    penyebar penyakit tersebut akan mudah tersebar dan menjalar ke

    lingkungan sekitar. Penyakit yang ditimbulkan yaitu kolera, tipus, diare

    dan malaria.

    b. Aspek Pendidikan

    Dampak negatif yang ditimbulkan dari kerusakan lingkungan juga

    dialami oleh para murid SD Negeri 2 Sumur Batu yang bersekolah 500 m

    tidak jauh dari tempat pembuangan sampah Bantargebang, dampak yang

    ditimbulkan yaitu bau sampah yang tidak sedap yang menyebabkan

    beberapa siswa terkena penyakit infeksi saluran pernafasan atas.

    Pada pasal 115 ayat 4 Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta

    Tahun 2030 telah dijelaskan bahwa rencana pengembangan kawasan

    pelayanan umum dan sosial berdasarkan pembangunan dan peningkatan

    fasilitas pendidikan dengan prasarana dan sarana yang standar pelayanan

    minimal. Namun, kondisi nyata di daerah sekitar TPA tersebut tidak

    mencerminkan dari pasal diatas.

  • 11

    c. Aspek Kebersihan

    Dengan menumpuknya sampah terlalu lama, bukan hanya sarang

    penyakit yang ditimbulkan melainkan udara juga akan tercemari dengan

    bau yang tidak sedap. Dari sejumlah kasus yang ada, penyakit infeksi

    saluran pernafasan atas (ISPA) merupakan jenis penyakit yang menempati

    urutan teratas. Penyakit tersebut banyak diderita warga di empat kelurahan

    yang berada berdekatan dengan lokasi pembuangan sampah. Keempat

    kelurahan tersebut adalah sumur batu, cikiwul, ciketing udik, dan bantar

    gebang.

    Selain keberadaan lokasi pembuangan sampah yang sangat

    berdekatan dengan lokasi pemukiman warga, pengelolaan sampah yang

    buruk juga menjadi salah satu penyebab tingginya perkembangan penyakit

    ISPA di daerah tersebut. Hal ini terlihat dari masih mengalirnya air

    sampah (air lindi) ke luar areal pembuangan dan bahkan ada yang

    mengalir ke saluran-saluran air. Bau tak sedap yang setiap hari harus

    dihirup warga di sekitar lokasi juga turut memperparah kondisi yang ada.

    Pada peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

    2030 pasal 77 ayat 3 dijelaskan pemanfaatan dan pengelolaan kawasan

    permukiman di kawasan perlindungan, pencegahan dan pelarangan

    pembangunan dalam rangka mempertahankan kelestarian lingkungan kota

    dilaksanakan dengan menjaga kebersihan limbah dan keindahan

    lingkungan dan selaras dengan tata bangunan perumahan yang ada

    diatasnya.

    Gambar 2.3 Sampah di TPA

    Bantargebang

  • 12

    d. Aspek Tata Ruang

    Berdasarkan SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan

    Lokasi TPA Sampah menyebutkan bahwa jarak dari lapangan terbang

    harus lebih besar dari 3000 meter untuk penerbangan turbo jet dan lebih

    besar dari 1500 meter untuk jenis lainnya. Sedangkan pada TPA

    Bantargebang dengan pemukiman warga di tiga desa yaitu Desa Ciketing

    Udik, Sumur Batu dan Cikiwul masing-masing lebih kurang 200 m, 400

    m, 600 m dan 800 m dari pinggir TPA. Dengan jarak TPA yang dekat

    dengan pemukiman warga tentunya akan mempengaruhi kualitas air tanah

    pada pemukiman warga tersebut.

    Pada pasal 96 Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta

    Tahun 2030 dijelaskan bahwa pengembangan kawasan strategis

    dilaksanakan dengan membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman

    sekaligus melestarikan lingkungan.

    2. Dampak Positif :

    Dengan ide kreatif dari manusia, sampah yang menumpuk bisa menjadi lebih

    berdaya guna. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta

    Tahun 2030 dijelaskan bahwa kawasan strategis dan kawasan terbuka hijau

    dapat dijadikan bahan konservasi/penelitian dan kegiatan pendidikan yang

    nantinya bermanfaat bagi masyarakat luas. Berikut ini contoh dari dampak

    positif dari sampah di TPA Bantargebang.

    1. Sebagai Sumber Listrik Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

    Sebagian dari sampah ini digunakan untuk pembangkit listrik

    tenaga sampah atau PLTSa Bantargebang. PLTSa bantargebang

    dioperasikan tahun 2010. Daya listrik yang dihasilkan mencapai 10,5 MW

    pada 1 Mei 2012. Sampah yang dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga

    listrik berasal dari sampah organik. Tujuan sitem pemanfaatan sampah

    ialah dengan mengkonversi sampah tersebut menjadi bahan yang berguna

    secara efisien dan ekonomis dengan dampak lingkungan yang minimal.

    Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi

  • 13

    energi, yakni proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan

    proses thermal yang menghasilkan panas.

    Pada kedua proses tersebut, hasilnya dapat langsung dimanfaatkan

    untuk menggerakkan generator listrik. PLTSa Bantargebang Bekasi

    merupakan pembangkit listrik tenaga sampah kedua di Indonesia setelah di

    Bali. Namun, daya yang dihasilkan oleh PLTSa Bantargebang masih lebih

    besar dibandingkan PLTSa Bali yang hanya menghasilkan daya 9,6 Mega

    Watt. Rencananya, hasil produksi listrik PLTSa Bantargebang akan

    dipakai untuk memenuhi kebutuhan listrik di jaringan Jawa-Bali. Dengan

    pemanfaatan sampah sebagai energi pembangkit listrik, penggunaan BBM

    dapat dihemat hingga 34,5 juta liter per tahun. Penghematan BBM tersebut

    setara dengan Rp 8 miliar per tahun.

    Gambar 2.4 PLTSa

    2. Menjadikan Sampah Organik Sebagai Pupuk Kompos

    Sampah di Bantargebang juga akan menghasilkan keuntungan ganda yang

    bernilai ekonomis, salah satunya bahan baku pupuk organik (kompos).

    3. Bahan baku produk daur ulang plastik

  • 14

    2.4 Potensi Pengelolaan Sampah Menuju Zero Waste Dalam Pengelolaan

    Sampah Perkotaan

    Zero Waste adalah mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu proses

    produksi dapat dihindari terjadi produksi sampah atau diminimalisir terjadinya

    sampah, ( Urip Santoso, 2009). Konsep Zero Waste ini salah satunya dengan

    menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle). Pemikiran konsep zero waste

    adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi pengolahan sampah

    perkotaan skala individual dan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran

    untuk dapat mengurangi volume sampah sesedikit mungkin. Konsep 3R adalah

    merupakan dasar dari berbagai usaha untuk mengurangi limbah sampah dan

    mengoptimalkan proses produksi sampah. Pola operasional pengolahan sampah

    dengan konsep 3R :

    Sumber Sampah

    Timbulan Sampah

    Pewadahan

    Pemilihan

    Pengumpulan Pewadahan Pengangkutan

    Pengolahan

    Pembuangan

    Akhir

    Gambar 2.5 Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

  • 15

    Gambar 2.6 Komponen Sistem Pengelolaan Sampah Kota

    Paradigma umum yang dijumpai sampai saat ini dalam pengelolaan

    sampah kota adalah :

    1. KUMPUL ANGKUT BUANG

    Merupakan sistem pengelolaan konvensional dimana pengelolahan

    sampah yang dilakukan hanya berupa tiga tahap yaitu kumpul, angkut dan buang

    tanpa melalui rangkaian proses pengolahan.

    2. KUMPUL OLAH ANGKUT OLAH BUANG

    Pola yang dikembangkan dalam pengelolaan persampahan pertama dengan

    memasukkan kegiatan pengolahan sampah mulai dari hulu sampai hilir.

    Pergeseran pola pengelolaan persampahan perlu dilakukan seperti Pola

    Transformasi Waste to Source dan perlu dikembangkan sehingga sampah yang

    saat ini kita anggap sebagai sesuatu yang tidak berguna akan menjadi sesuatu

    yang memiliki nilai guna yang tinggi.

    Penanganan sampah yang terintegrasi bertujuan untuk meminimalkan atau

    mengurangi sampah yang terangkut menuju pemrosesan akhir. Pengelolaan

    sampah yang hanya mengandalkan proses Kumpul-Angkut-Buang dan proses

    Kumpul Olah Angkut Olah Buang akan menyisakan permasalahan dan

  • 16

    kendala, antara lain untuk pembuangan akhir, maka salah satu upaya yang dapat

    dilakukan adalah dengan konsep Transformasi Sampah melalui reduksi volume

    sampah dan penyediaan sarana fasilitas sampah untuk menghasilkan sumber daya

    yang bermanfaat seerti kompos dan metan sebagai bahan baku sumber energi.

    Melalui Transformasi Sampah selain hasil akhir dari pengelolaan yang diharapkan

    akan menghasilkan zero waste juga akan menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi.

    Melalui Transformasi Sampah selain hasil akhir dari pengelolaan yang

    diharapkan akan menghasilkan zero waste juga akan menghasilkan nilai ekonomi

    yang tinggi.

    Gambar 2.7 Perubahan Paradigma Pengelolaan Sampah

    Dilihat dari komposisinya, maka sebagian sampah kota di Indonesia

    adalah tergolong sampah hayati, atau secara umum dikenal sebagai sampah

    organik alamiah, atau sampah basah. Rata-rata sampah yang tergolong hayati ini

    adalah di atas 65 % dari total sampah.

  • 17

    Gambar 2.8 Flow Chart Pengelolaan Transformasi Sampah

  • 18

    Gambar 2.9 Diagram Alir Proses Pemilahan

    Sampah hasil organik hasil pemilahan akan diolah menjadi kompos pada

    Instalasi pengomposan, sedangkan sampah anorganik berupa plastik akan diolah

    pada Instalasi daur ulang plastik dan sampah yang tidak dapat didaur ulang akan

    diolah pada Sanitary Landfill.

  • 19

    BAB III

    ANALISIS MASALAH

    3.1 The Whole Story Of TPA Bantargebang

    PEMBANGUNAN TPA

    BANTAR GEBANG

    Pendidikan

    Kesehatan Hukum

    Tata Ruang

    Sarana dan Prasara

    pendidikan Tidak Layak

    Konsentrasi Jarak TPA Dekat

    Dengan Pemukiman

    Warga

    Pengembangan Kawasan

    Strategis

    RTRW Jakartaa Tahun

    2030

    Keputusan Gub. DKI

    Jakarta No.1221/2003

    Polusi Udara

    Penyebaran Penyakit

    Keputusan Bersama

    Antara Gub. Jakarta

    Dan Walikotamadya

    Bekasi N0. 2802/220

    RPJM DKI Jakarta Tahun

    2007-2012

    Gambar 3.1 Diagram Story Board Pembangunan TPA Bantargebang

    Dalam pemanfaatan kawasan Bantargebang sebagai tempat pembuangan

    akhir sampah untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, ada 4 aspek yang

    diperhatikan. Aspek itu meliputi : aspek hukum, aspek pendidikan, aspek

    kesehatan, dan aspek tata ruang. Dalam aspek lingkungan (kesehatan dan

    kebersihan) dengan adanya pembangunan TPA Bantargebang, pemerintah harus

    memperhatikan kesehatan lingkungan dari warga setempat. Dampak terburuk

    yang akan mereka alami adalah timbulnya wadah penyakit mulai dari infeksi

    saluran pernapasan hingga pencemaran air bersih.

  • 20

    Aspek pendidikan sama pentingnya dengan aspek lingkungan. Adanya

    tumpukan sampah di wilayah tempat pendidikan dapat mempengaruhi proses

    belajar-mengajar bagi anak didik kawasan tersebut. Kawasan TPA Bantargebang

    diharapkan dapat menjadi bahan konservasi penelitian. Pemerintah perlu

    menerapkan tata ruang wilayah TPA tersebut dengan efektif dan efisien, sehingga

    tidak adanya pihak yang merasa dirugikan dengan adanya kebijakan tempat

    pengolahan sampah di kawasan Bantargebang. Kebijakan tersebut harus didukung

    dengan RPJM dan RTRW Jakarta serta Keputusan Gubernur DKI Jakarta dan

    Walikotamadya Bekasi.

    3.2 Diagram Input-Output

    Berdasarkan identifikasi masalah dijelaskan sebelumnya, maka dapat

    dibuat diagram input-output yang berfungsi untuk identifikasi penyebab masalah-

    masalah yang ada. Adapun diagramnya dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut.

    Pembangunan TPA Bantar

    Gebang

    Input Tak Terkendali

    Peningkatan Jumlah Sampah

    Keterbatasan Kemampuan

    Pengolahan Sampah

    Input Terkendali

    RTRWN Jakarta 2030

    RPJM DKI Jakarta 207-2012

    Keputusan bersama antara Gub.

    Jalarta dan Walikotamadya Bekasi

    No.2802/220

    Keputusan Gub. DKI Jakarta

    No.1221/2003

    Output yang Diharapkan

    Pertumbuhan Ekonomi Di

    Kawasan TPA Bantar Gebang

    Pengolahan Sampah Zero Waste

    Kota Yang Bersih Dan

    Berkelanjutan

    Output Tak Diharapkan

    Alih Fungsi Lahan

    Tidak Tercapainya Pemerataan

    Pembangunan

    Manajemen Risiko

    Pengolahan Sampah

    Penataan Ruang

    Input Lingkungan

    UU No. 18/2008 Tentang

    Pengolahan Samah

    Peraturan Pemerintah No.27 tahun

    1999 tentang analisis mengenai

    dampak lingkungan

    Keputusan Mentri Lingkungan

    Hidup No.17 Tahun 2001

    Gambar 3.2 Diagram Input-Output Pembangunan TPA Bantargebang

  • 21

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis pemanfaatan kawasan Bantargebang sebagai

    Tempat Pembuangan Akhir Sampah dapat disimpulkan bahwa:

    1. Kawasan TPA Bantargebang menjadi salah satu rencana tata ruang

    prasarana sampah yang telah dicantumkan dalam RPJM DKI Jakarta

    tahun 2007-2012 dan RTRW Jakarta tahun 2030.

    2. Dampak negatif bagi warga sekitar dengan adanya tumpukan sampah

    sangat besar, mulai dari aspek kesehatan, kebersihan lingkungan

    sekitar hingga terganggunya proses belajar-mengajar di sekolah

    wilayah sekitar.

    3. Tata ruang wilayah Bantargebang menjadi semakin semrawut, karena

    penataan ruang yang tidak berjalan dengan baik.

    4. Terpilihnya kawasan Bantargebang menjadi kawasan TPA Sampah

    untuk warga Jakarta telah tercantum jelas dalam Keputusan Bersama

    antara Gubernur DKI Jakarta dan Waikotamadya Bekasi Nomor

    2802/220.

    5. Pengelolaan sampah menuju zero waste menjadi salah satu alternatif

    yang penulis berikan dalam pengolahan sampah yang ada.

    4.2 Saran

    1. Dengan meningkatnya produksi sampah tiap hari, Pemerintah Daerah

    perlu meninjau kembali rencana pembangunan wilayah yang dapat

    dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sampah akhir dengan

    memperhatikan aspek-aspek kehidupan masyarakat sekitarnya.

  • 22

    2. Perlu adanya pengolahan sampah menuju zero waste yang dapat

    menihilkan sampah di lingkungan masyarakat sekitar.

    3. Pemerintah Daerah perlu mempertegas dan mengawasi pelaksanaan pihak

    pengelola sampah dalam menjalankan amanah sesuai UU No. 18 Tahun

    2008 Pasal 7 tentang wewenang pemerintah dalam pengelolaan sampah

    adalah sebagai berikut :

    a. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah

    b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan

    sampah

    c. Memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antardaerah, kemitraan,

    dan jejaring dalam pengelolaan sampah

    d. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja

    pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah

    e. Menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antar daerah dalam

    pengelolaan sampah.

    4. Sebagai masyarakat memiliki peran penting dalam pengelolaan sampah

    yaitu dengan mengurangi atau meniadakan sampai yang dihasilkan. Sesuai

    dengan UU No. 18 Tahun 2008 Pasal 20 ayat 1, pengurangan sampah

    dapat dilakukan dengan :

    a. Pembatasan timbulan sampah;

    b. Pendauran ulang sampah; dan/atau

    c. Pemanfaatan kembali sampah.

  • v

    DAFTAR PUSTAKA

    http://bappedajakarta.go.id

    http://www.tpstbantargebang.com/

    http://www.jakarta.go.id/birohukumv2/

    http://megapolitan.kompas.com/

    http://www.poskotanews.com/

    http://sains.kompas.com/

    http://www.poskota.co.id/