tembakau di masyarakat

13
Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok 10.1. Pengetahuan tentang Risiko Kesehatan Salah satu argumen tentang konsumsi tembakau adalah bahwa perokok sendirilah yang membuat keputusan untuk membeli rokok berdasarkan pengetahuan yang cukup yang telah dimilikinya (informed decision). Argumen ini didasarkan pada teori ekonomi yang mengatakan bahwa konsumen mempunyai kedaulatan tentang bagaimana membelanjakan uangnya atas dasar pengetahuan tentang biaya dan manfaat yang akan diperoleh dari pembelian tersebut dan bahwa konsumen sendirilah yang akan menanggung beban akibat pembeliannya. Kedua asumsi ini tidak berlaku bagi konsumen produk tembakau dan berbeda dalam tiga hal dengan produk konsumen lainnya 1 . Konsumen tidak sepenuhnya sadar akan resiko penyakit dan kematian dini akibat keputusannya membeli produk tembakau. Ini merupakan biaya terbesar yang harus dibayar. Beberapa faktor penyebab, antara lain karena tenggang waktu 20-25 tahun sejak orang mulai merokok dan timbulnya gejala penyakit. Sebagian besar perokok pemula adalah remaja yang belum mempunyai kemampuan untuk menilai dengan benar informasi dampak merokok. Tidak kalah pentingnya adalah kecenderungan perokok pemula untuk menyepelekan biaya yang kelak akan ditanggung akibat adiksi nikotin. Mereka menganggap bahwa biaya tersebut disebabkan karena kelemahan perokok dewasa untuk memutuskan berhenti merokok ketika masih remaja. Mereka tidak menyadari efek adiktif nikotin yang sangat kuat yang akan mengikat dan menyebabkan orang sulit berhenti merokok. Orang lain menanggung beban akibat pembelian dan konsumsi rokok oleh perokok. Disamping dampak fisik dan ekonomi pada bukan perokok (perokok pasif), dampak ekonomi yang harus ditanggung oleh keluarga perokok adalah biaya rutin yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan adiksinya dan biaya sakit akibat merokok. Pada keluarga miskin, beban ekonomi ini dilakukan dengan mengalihkan pengeluaran makanan, pendidikan dan kesehatan untuk Kesadaran Masyarakat, Pendidikan & Program Berhenti Merokok | 119 1

Upload: tonny-mohammad-prihantono

Post on 25-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

leaflet berhenti merokok

TRANSCRIPT

Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok10.1. Pengetahuan tentang Risiko Kesehatan

Salah satu argumen tentang konsumsi tembakau adalah bahwa perokok sendirilah yang membuat keputusan untuk membeli rokok berdasarkan pengetahuan yang cukup yang telah dimilikinya (informed decision). Argumen ini didasarkan pada teori ekonomi yang mengatakan bahwa konsumen mempunyai kedaulatan tentang bagaimana membelanjakan uangnya atas dasar pengetahuan tentang biaya dan manfaat yang akan diperoleh dari pembelian tersebut dan bahwa konsumen sendirilah yang akan menanggung beban akibat pembeliannya. Kedua asumsi ini tidak berlaku bagi konsumen produk tembakau dan berbeda dalam tiga hal dengan produk konsumen lainnya.

Konsumen tidak sepenuhnya sadar akan resiko penyakit dan kematian dini akibat keputusannya membeli produk tembakau. Ini merupakan biaya terbesar yang harus dibayar.

Beberapa faktor penyebab, antara lain karena tenggang waktu 20-25 tahun sejak orang mulai merokok dan timbulnya gejala penyakit.

Sebagian besar perokok pemula adalah remaja yang belum mempunyai kemampuan untuk menilai dengan benar informasi dampak merokok. Tidak kalah pentingnya adalah kecenderungan perokok pemula untuk menyepelekan biaya yang kelak akan ditanggung akibat adiksi nikotin. Mereka menganggap bahwa biaya tersebut disebabkan karena kelemahan perokok dewasa untuk memutuskan berhenti merokok ketika masih remaja. Mereka tidak menyadari efek adiktif nikotin yang sangat kuat yang akan mengikat dan menyebabkan orang sulit berhenti merokok. Orang lain menanggung beban akibat pembelian dan konsumsi rokok oleh perokok. Disamping dampak fisik dan ekonomi pada bukan perokok (perokok pasif), dampak ekonomi yang harus ditanggung oleh keluarga perokok adalah biaya rutin yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan adiksinya dan biaya sakit akibat merokok. Pada keluarga miskin, beban ekonomi ini dilakukan dengan mengalihkan pengeluaran makanan, pendidikan dan kesehatan untuk membeli rokok. Beban tidak langsung pada keluarga miskin adalah hilangnya produktifitas pencari nafkah utama karena sakit atau kematian dini yang berdampak pada turunnya pendapatan keluarga.

Pada produk tembakau, telah terjadi kegagalan pasar yaitu keputusan konsumen untuk membeli produk tembakau tidak didasarkan pada informasi yang cukup tentang resiko produk yang dibeli, efek ketagihan dan dampak pembelian yang dibebankan pada orang lain. Karenanya dibutuhkan intervensi pemerintah dalam bentuk legislasi pengendalian dampak tembakau.

Studi tentang faktor Studi tentang faktor pengaruh perilaku merokok pada remaja usia 13-21 tahun di Jawa Timur menunjukkan keragaman pengetahuan tentang bahaya mengonsumsi tembakau.

Hanya 15% yang mengetahui adanya 4000 bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok; Walaupun secara umum (87%) mereka mengatakan merokok menyebabkan penyakit, hanya 68% yang mengetahui bahwa nikotin di dalamnya mengakibatkan ketagihan. Umumnya paham bahwa merokok mengakibatkan penyakit, tetapi menyangkal bahwa hal tersebut akan mengenai dirinya. Delapan dari 10 remaja tahu manfaat berhenti merokok, tetapi 43% menganggap tidak sulit untuk berhenti merokok. Dampak ketagihan nikotin kurang disadari diantara remaja. Alasan lain yang diberikan tentang mengapa mereka merokok adalah karena harga rokok cukup murah; separuh perokok remaja membeli rokok secara batangan.

Merokok juga dianggap sebagai hal yang biasa dan normal. Sebagian perokok mengaku mendapat rokok dari keluarga atau temannya dengan mudah tanpa perlu membeli. Sebanyak 70% mengatakan bahwa guru mereka merokok di sekolah bahkan ketika sedang mengajar. Walaupun 89% mengatakan ada peraturan larangan, tetapi pelanggaran tidak pernah ditindak. Tiga dari 4 pelajar memiliki teman-teman yang merokok dan mengatakan tidak keberatan dengan hal tersebut.

Industri tembakau memasuki pasar ketika resiko penggunaannya belum diketahui. Pada saat dampak konsumsi tembakau ditemukan, telah banyak anggota masyarakat yang kecanduan. Faktor adiksi inilah yang sangat menyulitkan pemerintah di berbagai negara untuk menghilangkan produk tersebut dari pasar. Sementara masyarakat telah teradiksi, industri tembakau meneruskan kampanyenya dengan meyakinkan legislator dan masyarakat melalui strategi normalisasi produk tembakau: sebagai industri legal mereka berhak memasarkan produk normal yang legal seperti layaknya industri lain. Normalisasi ini diwujudkan dengan menggencarkan iklan, promosi, pemberian sponsor, pendanaan program pendidikan dalam etika bisnis, bahkan mendanai unit pelayanan paliatif di Rumah Sakit dimana separuh tempat tidurnya diisi korban produk industrinya. Pemasaran industri tembakau berlindung dibalik penormalan produk dan merasionalisasikan epidemi tembakau dengan retorika keliru tentang pilihan bebas.

Perokok remaja berpendapat bahwa merokok adalah menarik, memudahkan pergaulan, mudah konsentrasi dan membuat hidup lebih mudah. Alasan yang sama seperti citra yang disampaikan oleh industri tembakau melalui iklan rokok. Tehnik pengiklanan menggunakan subliminal advertising yaitu mengekspos individu pada gambaran produk, nama dagang atau rangsangan produk dagang lainnya dimana individu tidak menyadari bahwa dirinya terekspos. Tehnik ini antara lain ditandai dengan pemanfaatan unsur emosi yang kuat dan pembentukan hubungan yang irasional antara diri dengan produk yang diiklankan. Penelitian yang dilakukan oleh UHAMKA dan Komnas Perlindungan Anak tahun 2007 menunjukkan bahwa 68% remaja memiliki kesan positif terhadap iklan rokok, 52% dapat menyebut lebih dari tiga slogan iklan rokok dan separuh dari remaja merasa dirinya lebih percaya diri seperti dicitrakan oleh iklan rokok

10.2. Pendidikan Kesehatan

10.2.1.Program Pendidikan di Sekolah

Hampir 80% perokok di Indonesia mulai merokok ketika usianya belum mencapai 19 tahun. Perokok remaja adalah calon perokok jangka panjang dan menempatkan mereka pada kerusakan kualitas generasi dan kematian dini yang sebenarnya dapat dicegah.

Pemerintah dan sistem pendidikan di dunia pada umumnya memiliki kurikulum anti tembakau berbasis sekolah. Di banyak Negara, terutama yang memiliki keterbatasan sumber daya dan dana untuk pendidikan kesehatan, industri tembakau telah memanfaatkan peluang dengan menjual citra tanggung jawab sosialnya melalui program pencegahan merokok bagi remaja (Youth Smoking Prevention Program). Program ini tidak efektif, bahkan mendorong remaja untuk mencoba-coba merokok karena memposisikan merokok sebagai kebebasan dan kedewasaan yang sebaiknya tidak dilakukan oleh anak-anak (smoking as an adult choice).

Di Indonesia, belum ada kurikulum khusus tentang masalah berhubungan dengan tembakau. Informasi bahaya merokok dimasukkan sebagai salah satu topik dalam mata ajaran Biologi dan Pendidikan Jasmani. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2006 melaporkan 7 dari 10 siswa SMP di Indonesia mendapat pelajaran bahaya merokok. Sementara hampir 80% (78,2%) mahasiswa Fakultas Kedokteran mengaku tidak ada kurikulum khusus berhenti merokok, walaupun 82% sudah memasukkan pertanyaan tentang kebiasaan merokok pada pasien ketika membuat riwayat penyakit dan 57% memberikan penyuluhan agar pasien perokok berhenti merokok.

Program pencegahan dan pelarangan merokok pada anak dan remaja tidak efektif. Program ini sejalan dengan promosi industri tembakau yang mengatakan bahwa merokok adalah untuk orang dewasa yang akibatnya justru membuat merokok jadi lebih menarik bagi remaja.

Program pendidikan di sekolah akan efektif bila diintegrasikan ke dalam kampanye yang menyeluruh, yang sekaligus memberikan lingkungan yang mendukung.

Program Pencegahan Merokok Bagi Remaja:

1. Effektif versus Tidak Efektif.

2. Kampanye yang disponsori industri tembakau cenderung tidak efektif.EFFEKTIF

Bila dikemas dalam Program Pengendalian Tembakau yang komprehensifTIDAK EFEKTIF

Pencegahan dan pendidikan remaja sebagai kegiatan yang berdiri sendiri

Tidak memposisikan konsumsi tembakau sebagai kegiatan berkaitan dengan kedewasaan, tetapi sesuatu yang mengenai semua umur

Memposisikan konsumsi tembakau sebagai dewasa dan dilarang. Pesan-pesannya adalah:

Remaja dilarang merokok

Merokok adalah pilihan orang dewasa

Hanya orang dewasa yang boleh merokok (Boleh merokok setelah dewasa)

Patuhilah aturan

Katakan tidak

Dukungan terhadap peningkatan cukai (dan harga)Tidak menyebut sama sekali tentang pentingnya peningkatan cukai (dan harga)

EFFEKTIF

Dukungan terhadap larangan total dari iklan rokokTIDAK EFEKTIFMenekankan pengaruh teman sebagai penyebab utama merokok pada remaja tanpa menjelaskan pengaruh iklan dan promosi rokok yang menargetkan remaja

Dukungan terhadap Kawasan Tanpa RokokMengabaikan Kawasan Tanpa Rokok

Larangan pemajangang (display) produk tembakau dan membatasi rantai penjualanMenekankan pembatasan akses remaja melalui bukti KTP, tanda larangan penjualan untuk anak, kebijakan tentang pembatasan umur untuk merokok

Menekankan bahwa nikotin adalah adiktifMenggambarkan bahwa merokok adalah pilihan dewasa

Mendiskusikan resiko merokok bagi semua umurMenggambarkan bahwa remaja merokok merupakan masalah utama

Mendorong berhenti merokok pada semua perokok, tua dan mudaTidak mendorong berhenti merokok pada umur berapapun

10.2.2.Program Pendidikan Masyarakat

Banyak diantara program pendidikan masyarakat yang terjadi di luar lingkungan sekolah: melalui media, film, pertunjukan seni dan internet. Media merupakan sarana yang penting untuk menyampaikan informasi kepada publik dan mempromosikan perlunya pengendalian tembakau.

Salah satu sarana pendidikan masyarakat yang efektif dan tidak memerlukan biaya dari pemerintah adalah Peringatan Kesehatan berbentuk gambar di Bungkus Rokok (lihat Bab 8 tentang Label Peringatan Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau) :

Menjangkau segala lapisan

Efek repetitif: dilihat hampir 6000 kali/tahun oleh perokok yang merokok 1 bungkus/hr @ 16 batang per bungkus

Biaya produksi menjadi tanggungan industri rokok, bukan dana pemerintah

Sebuah gambar yang jelas, kuat dan besar adalah sejuta kata

Mudah dipahami oleh kelompok masyarakat berpendidikan rendah dan buta huruf

Studi membuktikan terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku perokok setelah penerapan kebijakan peringatan kesehatan berbentuk gambar

Peringatan Kesehatan yang efektif adalah yang memenuhi syarat berikut:

Minimum menempati 50% bungkus rokok di bagian atas pada sisi depan dan belakang permukaan lebar, berwarna, dengan spesifikasi bentuk dan ukuran huruf ditetapkan dalam produk hukum

Pesan menginformasikan dampak penyakit secara jelas. Disertai pesan tulisan tunggal yang menjelaskan gambar

Terlihat jelas dari luar, tidak boleh tertutup penghalang

Diberlakukan pada semua kemasan

Diganti secara periodik

10.3.Program Berhenti Merokok

Ketergantungan terhadap produk tembakau sangat tepat dianggap sebagai penyakit khronis dengan remisi dan relaps. Walaupun telah dilakukan intervensi baik minimal maupun intensif untuk berhenti merokok, tetapi umumnya perokok dengan bantuan berhenti merokok akan mengalami kambuhan dan membutuhkan pengulangan intervensi sebelum akhirnya benar-benar berhasil berhenti merokok.

Surgeon General Report melaporkan intervensi farmakologis yang dikombinasikan dengan konseling memungkinkan 20-25% perokok untuk tetap berhenti merokok selama 1 tahun setelah pengobatan. Persentase keberhasilan tersebut sedikit lebih tinggi dari hasil studi Universitas Gajah Mada tahun 2001 pada perokok kelas menengah ke bawah di beberapa desa di Jawa Tengah, dimana terapi kombinasi menghasilkan tingkat keberhasilan berhenti merokok selama 12 bulan sebesar 15%. Walaupun angka ini masih lebih tinggi daripada intervensi dengan nikotin saja (keberhasilan 12 bulan adalah 7%) tetapi lebih rendah dari keberhasilan dengan metode konseling saja (17%). Nikotin sangat adiktif. Bahkan orang yang cukup berpendidikan dan sangat ingin berhenti, masih mengalami kesulitan untuk berhenti merokok. Salah satu indikator yang meyakinkan tentang efek adiktif nikotin adalah perbedaan jumlah perokok yang ingin berhenti dan yang berhasil berhenti merokok. Tingkat kesuksesan (success rate) terapi dihitung 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun setelah intervensi.

Program berhenti merokok di Indonesia belum mendapat perhatian yang cukup karena fokus pengendalian masalah tembakau dewasa ini diprioritaskan pada faktor lingkungan yang sangat mendorong orang untuk merokok dan mencegah orang berhenti merokok.

Pemerintah belum memberikan perlindungan hukum yang memadai bagi masyarakat untuk menangkal gencarnya iklan rokok, disamping rendahnya harga rokok yang akan mendorong meningkatkan konsumsi. Tambahan lagi, perlindungan menyeluruh terhadap paparan asap rokok orang lain masih belum berjalan dan pendidikan tentang bahaya rokok yang efektif dan menjangkau masyarakat luas melalui peringatan kesehatan berbentuk gambar belum diberlakukan.

Walaupun demikian, upaya membantu perokok untuk berhenti merokok telah dirintis oleh Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada sejak beberapa tahun yang lalu melalui berbagai studi lapangan, program kerjasama dengan BP4 untuk memberikan pelatihan bagi petugas Puskesmas dan penyelenggaraan layanan klinik berhenti merokok dengan pendekatan konseling.

Tahun 2008, IDI Cabang Makassar menyelenggarakan pelatihan program berhenti merokok selama 3 hari yang diikuti oleh 750 dokter umum se Sulawesi.

Pada tahun yang sama, RSUP Persahabatan merintis klinik Berhenti Merokok dengan menggunakan intervensi farmako terapi. Secara umum, program berhenti merokok di Indonesia masih berada pada tahapan awal dan bersifat sporadis.10.3.1.Keuntungan Berhenti Merokok

Berhenti merokok pada usia berapapun selalu menguntungkan. Semakin cepat berhenti merokok, fungsi paru akan menjadi semakin baik, kematian dan kecacatan karena penyakit akibat rokok dapat dicegah.Gambar 10.1 menunjukkan fungsi paru yang berjalan bersamaan dengan peningkatan umur pada perokok yang berhenti merokok dan bukan perokok. Pada perokok tetap yang rentan terhadap dampak merokok, fungsi parunya menurun lebih cepat pada umur yang lebih dini dibandingkan bukan perokok.Lebih cepat berhenti merokok lebih baik. Sebagai contoh, berhenti merokok pada usia 45 tahun dapat memperbaiki fungsi paru dan mencegah kecacatan. Sekalipun berhenti merokok dilakukan pada usia lebih lanjut (misal 65 tahun), fungsi paru masih berpotensi untuk menjadi lebih baik dan umur harapan hidup diperpanjang.

Gambar 10.1

Fungi Paru pada Perokok yang Berhenti Merokok dan Bukan Perokok

Perubahan pada tubuh setelah berhenti merokok:

Dalam 20 menit: tekanan darah dan denyut nadi kembali normal

Dalam 8 jam

: kadar Oksigen darah kembali ke normal

Dalam 24 jam: CO dieliminasi dari tubuh

Paru mulai mengeluarkan reak dan kotoran

Dalam 48 jam: Nikotin tidak dapat lagi dideteksi dalam tubuh

Kemampuan pengecapan dan penciuman lebih baik

Dalam 72 jam: Bernafas terasa lega karena bronkhus lebih elastis

Energi lebih meningkat

Dalam 2-12 minggu: Sirkulasi darah di berbagai bagian tubuh membaik

Dalam 3-9 bulan: Gangguan pernafasan seperti batuk, sesak, membaik

Secara keseluruhan fungsi paru meningkat 5-10%Dalam jangka panjang, berhenti merokok memberikan manfaat sebagai berikut

Dalam 1 tahun: Resiko serangan jantung berkurang separuhnya

Dalam 5 tahun: Resiko kematian karena kanker paru dan kanker mulut turun 50% Dalam 10 tahun: Resiko kematian karena kanker paru dan stroke menurun sama dengan

resiko bukan perokok

Dalam 15 tahun: Resiko serangan jantung menurun sama dengan resiko bukan perokok

10.3.2.Tehnik Berhenti Merokok

Keinginan untuk terus merokok disebabkan karena kuatnya ketergantungan terhadap nikotin. Dibutuhkan kemauan yang kuat untuk berhenti merokok disamping dukungan lingkungan dan bantuan medik.

Beberapa teknik untuk berhenti merokok adalah:

1. Pendekatan perilaku (dengan konseling) dengan beberapa pilihan:

Berhenti seketika (cold turkey) atau Berhenti bertahap melalui Pengurangan bertahap dari jumlah rokok yang diisap dan Penundaan waktu mulainya merokok setiap hari

2. Pendekatan farmako terapi:

Terapi Pengganti Nikotin (plester, permen karet, spray dan inhaler).

Di Indonesia pada akhir tahun 2003 beredar obat NiQuitin plester (7 mg, 14 mg dan 21 mg). Untuk perokok sedang dan berat, pengobatan diberikan selama 10 minggu dengan pengurangan dosis bertahap; Harga 1 paket tanpa biaya konsultasi adalah Rp 1.478.400, dan untuk perokok ringan, pengobatan diberikan selama 8 minggu, harga 1 paket pengobatan tanpa penghitungan biaya konsultasi adalah Rp 1.062.600.- Tablet Bupropion yang merupakan obat anti depresan. Obat ini tidak terdapat di pasaran Indonesia.

Tablet Varenicline yaitu obat generasi baru yang khusus dikembangkan untuk obat berhenti merokok (Nama dagangnya adalah Champix). Tidak mengandung nikotin sama sekali. Berfungsi agonis parsial yaitu mengikat reseptor nikotin di otak; nikotin di blok sehingga pelepasan Dopamin dikurangi secara parsial. Efek ini mengurangi gejala craving (keinginan yang kuat untuk merokok) dan sakau. Kurangnya Dopamin juga mengakibatkan kurangnya kepuasan sesaat yang ditimbulkan rokok (disebut efek antagonis).

Pengobatan selama 12 minggu (starter pack 1-2 minggu, maintenance 3-12 minggu); Harga Champix masih cukup mahal, per 2 box untuk 2 minggu adalah Rp 756,663. Jadi untuk 1 paket pengobatan dibutuhkan biaya 6 x Rp 756,663 = lebih dari Rp 4,5 juta.3. Terapi alternatif lain antara lain akupuntur, accupressure dan hipnoterapi.DAFTAR PUSTAKA10

World Bank 1999. Curbing the Epidemic Chapter 3

HYPERLINK "http://www1.worldbank.org/tobacco/pdf/indonesian.pdf" http://www1.worldbank.org/tobacco/pdf/indonesian.pdf

Martini, Santi. Muji Sulistiowati. The Determinants of Smoking Behavior among Teenagers

in East Java Province, Indonesia: Health, Nutrition and Population (HNP) Discussion Paper

ECONOMICS OF TOBACCO CONTROL PAPER NO. 32. HNP, the World Bank, TFI WHO. December 2005. www.worldbank.org/hnp and HYPERLINK "http://www.worldbank.org/tobacco" www.worldbank.org/tobacco

Mahood, Garfield. Tobacco Industry Denormalization: Telling the Truth about the Tobacco Industrys Role in the Tobacco Epidemic. The Non Smokers Rights Association: March 2004. HYPERLINK "http://www.nsra-adnf.ca" www.nsra-adnf.ca

Marielly, Liza. Subliminal Advertising dalam presentasi Dina Kania: Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok: Strategi Menggiring Anak Merokok, Anyer, 19 Juni 2009

UHAMKA, Komnas P Anak. Dampak Keterpajanan Iklan Promosi dan Sponsor Rokok terhadap Kognisi, Afeksi dan Perilaku Merokok Anak. Jakarta, 2007

SUSENAS 2004

Judith Mackay et al. Tobacco Atlas. Third Edition. The American Cancer Society, 2009. HYPERLINK "http://www.cancer.org" www.cancer.org

ibid

Tjandra Y. Aditama. GHPS: Smoking Habits among Medical Students in Indonesia. Jakarta, 2006

WHO Briefing 2003. Tobacco Industry Youth Smoking Prevention Programmes: A Crritique. HYPERLINK "http://www.ash.org.uk/html/conducts/pdfs/yspbriefwho.pdf" http://www.ash.org.uk/html/conducts/pdfs/yspbriefwho.pdf

World Conference on Tobacco or Health 2000. School and Community Based Programs. HYPERLINK "http://www.tobaccofreekids.org/campaign/global/docs/programs.pdf" http://www.tobaccofreekids.org/campaign/global/docs/programs.pdf

Judith Mackay et al. Tobacco Atlas. Third Edition. The American Cancer Society, 2009. HYPERLINK "http://www.cancer.org" www.cancer.org

U.S. Department of Health and Human S ervices. Reducing Tobacco Use: A Report of the Surgeon General-Rxecutive Summary. Atlanta, Georgia: U.S. Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Office on Smoking and Health, 2000.

Ibid

Yurekli et al. New Ways of Helping Poor Smokers to Quit in Central Java, Indonesia. Economicc of Tobacco Control Paper No. 19. The World Bank, 2004

Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Fakta Tembakau Indonesia: Data Empiris untuk Strategi Nasional Penanggulangan Masalah Tembakau. Jakarta: Depkes, 2004

Tjandra Y Aditama. Masalah Merokok dan Penanggulangannya. Yayasan Penerbiyan IDI bekerjasama dengan PDPI dan LM3. Jakarta, 2001

Vibrant Life. How to Stop Smoking for Life. Vibrant Life: Special Issue no date, p.6. HYPERLINK "http://www.vibrantlife.com" www.vibrantlife.com

PAGE 119Kesadaran Masyarakat, Pendidikan & Program Berhenti Merokok |