tema yang bener
DESCRIPTION
yTRANSCRIPT
Tema dalam film sang penari
Dari film Sang Penari kami dapat menyimpulkan dua tema besar yang
melatarbelakangi cerita yaitu :
Percintaan
Kisah cinta yang dihadapkan konflik segitiga bukanlah hal baru. Konflik cinta
segitiga antara Rasus, Srintil, dan keteguhanya untuk meronggeng. Kerinduan Rasus
akan sosok emak ternyata ditemukannya pada diri Srintil, anak perawan Dukuh Paruk
berusia sebelas tahun, yang merupakan teman sepermainan Rasus. Kemudian Srintil
berhasil membawa kegairahan hidup bagi Dukuh Paruk.
Menjadi ronggeng memang menjadi kebanggaan Dukuh Paruk. Namun kita
bisa merasakan perasaan Rasus yang tidak rela melihat pujaan hatinya di miliki oleh
banyak orang sebagai ronggeng, disentuh oleh banyak lelaki dengan bayaran.
Walaupun itu hal biasa untuk seorang ronggeng. Rasus tidak ingin sosok emak yang
sudah dia tanamkan pada diri Srintil menjadi pudar oleh profesi ronggeng. Rasus
kehilangan sosok emaknya dan berfikir bahwa Srintil bukan lagi miliknya sendiri,
melainkan milik semua orang.
Upacara bukak kelambu menyebabkan Srintil melepaskan keperawanannya
kepada laki-laki yang dapat membayar dengan harga termahal, ia berharap Rasuslah
orangnya. Namun Rasus tidak mempunyai apa-apa sehingga dimenangkan oleh lelaki
lain, hal ini membuat Rasus kecewa karena Srintil seakan-akan milik semua orang dan
akhirnya meninggalkan ia Dukuh Paruk.
Cinta itu pun diuji ketika Rasus memutuskan untuk meninggalkan Dukuh
Paruk, karena tidak tahan dengan laki - laki yang banyak dilayani Srintil. Rasus
menemukan kehidupannya di Dawuan dimana akhirnya ia mengenal Sersan Slamet
yang menjadikannya anggota tentara. Sebuah kasus perampokan membawa Rasus
kembali ke Dukuh Paruk, dimana korban perampokan itu sendiri adalah Srintil yang
pernah ia cintai. Pertemuan setelah lama berpisah malah membuka luka lama yang
telah tertutup. Tetapi Rasus berpendapat lain. Jika Srintil hamil maka ia tidak akan
bisa menjadi ronggeng dan Dukuh Paruk akan kembali sunyi senyap tanpa kehadiran
seorang ronggeng.
Hal yang paling ia pegang teguh untuk tidak bersama Srintil adalah alasan
ekonomi, hukum adat, dan kedudukan Srintil sebagai ronggeng, hukum adat Dukuh
Paruk yang menyebabkan Srintil menjadi ronggeng. Meskipun ia masih mencintai
Srintil, bahkan setelah menjadi tentara ia tetap berteguh bahwa seorang ronggen tidak
boleh menikah. Ia merasa masih dibutuhkan masyarakat sebagai tentara dan merasa
bahwa Srintil adalah milik semua orang.
Tema Budaya
Keris
Keris juga dianggap mempunyai kekuatan magis. Keris dipercaya dapat
membuat pemegangnya lebih berani, serta membuat musuh takut. Pemegang keris ini
dipercaya akan menjadi penerus budaya menjadi ronggeng. Dalam kata lain, keris
dapat mempengaruhi baik pemegangnya maupun orang lain. Kebudayaan keris ini
mempunyai pengaruh yang kuat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, terutama ketika
Srintil baru belajar menjadi ronggeng. Srintil mendapat keris kecil dari Rasus milik
Surti yang terjatuh, ronggeng di desanya yang telah meninggal. Dengan keris ini
Srintil dinobatkan menjadi ronggeng.
Adat Ronggeng
Adat ini terwujud dalam batin Srintil, yang menganggap upacara bukak
klambu dan beberapa ritual lainnya, dimana Srintil harus melepaskan
keperawanannya sebagai salah satu syarat menjadi ronggeng dan karenanya ia tidak
memberontak terhadap upacara itu. Semua yang dialami dipandang sebagai hukum
keharusan sehingga harus diterima dengan pasrah. Karena itu, walaupun dia
merasakan sakit pada bagian perutnya ketika menjalani upacara itu, dia tidak berani
melawan atau memberontak karena menjadi seorang ronggeng adalah suatu
kehormatan dalam kedudukan sosial budaya dukuh Paruk.
Ronggeng, demikian keyakinan tokoh Srintil beserta sistem nilai yang
mengelilinginya hadir mewakili dunia perempuan yang mempunyai peran untuk
melayani laki-laki. Unsur budaya yang amat kuat dilihat dari bahasa yang digunakan,
tarian yang digambarkan, sampai kebudayaan, bukak-klambu, yang menjadi
pendorong plot utama adalah kebudayaan di Dukuh Paruk dan Pasar Dawuan. Itulah
sebabnya, dalam menjalani perannya sebagai ronggeng Srintil selalu merasa
terpanggil untuk melayani lelaki mana saja. Masyarakat Dukuh Paruk sendiri
mendukung kondisi tersebut. Seorang ronggeng tidak akan menjadi bahan
pencemburuan bagi perempuan Dukuh Paruk.
Selain kedua tema besar diatas, kami juga menyimpulkan dua sub tema/tema
kecil yang kami peroleh dari film Sang Penari :
Tema sosial
Novel ini sebenarnya mengangkat tema sosial, yaitu berusaha menjawab
tantangan zaman dengan tetap menjaga tradisi yang telah ada. Sang Penari adalah film
yang berlatarkan kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan yang terjadi dalam suatu
masyarakat. Kemiskinan dan kebodohanlah yang membuat penduduk dukuh Paruk
begitu mudah diperdayai oleh Bakar. Keterbelakangan ini yang memudahkan Bakar
memerahkan Dukuh Paruk, mem-PKI-kan Dukuh Paruk. Tragedi 1965 yang berujung
pembersihan PKI sampai keakar-akarnya yang mengantarkan orang-orang Dukuh
Paruk termasuk Srintil ke dalam penjara, bahkan beberapa orang divisualisasikan
dibantai tanpa melalui proses pengadilan, sekali lagi menguji cinta Rasus kepada
Srintil. Ekonomi Indonesia yang mengalami kekacauan pada akhir dasawarsa 50-an
dan awal 60-an, serta ketidakstabilan politik turut mewarnai cerita Ronggeng Dukuh
Paruk.
Salah satu alasan seseorang memutuskan diri menjadi seorang ronggeng
adalah karena tuntutan dan himpitan faktor ekonomi. Karena keadaan ekonomi yang
serba sulit, seseorang memilih menjadi seorang ronggeng. Kehidupan seorang
ronggeng memang meyakinkan dan menjanjikan kemapanan. Srintil mau menjadi
ronggeng demi menebus dosa orang tuanya yang dituduh meracuni orang-orang
kampungnya.
Tema perjuangan
Novel ini menceritakan perjuangan seorang perempuan di dalam meniti
pilihan hidupnya, suatu hal yang tidak mudah untuk menjadi seorang ronggeng. Srintil
harus menjalani sekian macam ritual sebelum kemudian dia berhak menarik bayaran
dari aksi pentasnya. Srintil akhirnya menjalani ritual bukak kelambu yang merupakan
salah satu syarat menjadi ronggeng.
Rasus juga berjuang mempertahankan cintanya pada Srintil, namun ia tidak
tahan dengan kehidupan Srintil sehingga ia menjadi seorang tentara yang masih
menyimpan rasa cinta pada Srintil. Sedangkan Srintil berjuang melawan rasa cintanya
kepada Rasus dan statusnya seorang ronggeng. Dimana ia harus memperjuangkan
salah satunya, menjadi ronggeng namun mengecewakan perasaan Rasus sedangkan
statusnya sebagai ronggeng membuatnya tidak dapat menikah dan mempunyai anak
sehingga ia berjuang menjadi ronggeng melawan perasaanya yang masih mencintai
Rasus. Terlebih Rasus meninggalkan Srintil kemudian menjadi tentara, menyebabkan
Srintil kecewa dan semakin merindukan Rasus.