telaah ilmiah kontrasepsi

19
BAB I PENDAHULUAN Kontrasepsi berarti menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Angka kehamilan untuk wanita subur yang aktif secara seksual yang tidak menggunakan kontrasepsi mencapai 90 persen pada satu tahun. Hasil estimasi jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 248.422.956 jiwa, yang terdiri atas jumlah penduduk laki-laki sebesar 125.058.484 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 123.364.472 jiwa. Jumlah penduduk di Indonesia meningkat dengan relatif cepat. Diperlukan kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar kelahiran dapat dikendalikan dan kesejahteraan penduduk makin meningkat. Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia15-49 tahun. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Upload: venimayasari

Post on 21-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

telaah ilmiah kontrasepsi

TRANSCRIPT

Page 1: TELAAH ILMIAH KONTRASEPSI

BAB I

PENDAHULUAN

Kontrasepsi berarti menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Angka

kehamilan untuk wanita subur yang aktif secara seksual yang tidak menggunakan

kontrasepsi mencapai 90 persen pada satu tahun. Hasil estimasi jumlah penduduk

pada tahun 2013 sebesar 248.422.956 jiwa, yang terdiri atas jumlah penduduk

laki-laki sebesar 125.058.484 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 123.364.472

jiwa. Jumlah penduduk di Indonesia meningkat dengan relatif cepat. Diperlukan

kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar kelahiran dapat

dikendalikan dan kesejahteraan penduduk makin meningkat.

Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur

jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah

Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita

Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia15-49 tahun. Berdasarkan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu

(yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000

kelahiran hidup.

Kehamilan berkaitan dengan kehamilan dan kehamilan berkaitan dengan

kematian ibu dan anak. Oleh karena itu diperlukan metode untuk mencegah

kehamilan.

Page 2: TELAAH ILMIAH KONTRASEPSI

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. DEFINISI

Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan

atau mencegah dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang

dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi berarti

menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya

pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.

2.2. METODE KONTRASEPSI

2.2.1.KONTRASEPSI HORMONAL

Kontrasepsi ini tersedia dalam sediaan oral, injeksi, patch transdermal, dan

cincin transvaginal. Kontrasepsi oral tersedia dalam bentuk pil yang adalah

kombinasi estrogen dan progestin dan hanya progestin atau pil mini. Sediaan lain

berisi progestin saja atau kombinasi estrogen dan progestin.

Kontrasepsi estrogen dan progestin

Kontrasepsi oral adalah metode yang paling sering digunakan. Umumnya

kontrasepsi oral yang digunakan berisikan kombinasi estrogen dan agen

progestasional yang diminum setiap hari selama 3 minggu dan tidak diminum

selama 1 minggu, saat itulah terjadi perdarahan uterus.

2.2.1.1. Mekanisme kerja

Kontrasepsi hormonal kombinasi ini bekerja dengan mencegah ovulasi

dengan menekan gonadotropin-releasin factor di hipotalamus, yang kemudian

menghambat sekresi LH dan FSH oleh hipofisis. Progestin menghambat ovulasi

dengan menekan hormon LH, menebalkan mukus servikal sehingga dapat

memperlambat perjalanan sperma. Progestin juga menyebabkan endometrium

tidak siap untuk menerima implantasi. Estrogen mencegah ovulasi dengan

menekan FSH. Efek kedua estrogen adalah menstabilisasi endometrium, yang

mencegah perdarahan selama konsumsi hormon ini.

Page 3: TELAAH ILMIAH KONTRASEPSI

2.2.1.2. Farmakologi

Sediaan estrogen tunggal tersedia dalam bentuk ethinyl estradiol dan

mestranol. Progestin tersedia dalam bentuk derivate 19-nortestosteron dan derivat

aldosterone.

Semua progestin menurunkan testosterone bebas, dan menghambat 5α-

reduktase dan konversi testosterone kedalam bentuk metabolit aktifnya,

dihidrotestosteron. Karena itulah, semua progestin menyebabkan kondisi yang

berkaitan dengan androgen, seperti munculnya akne.

2.2.1.3. Dosis

Dosis estrogen harian bervariasi dari 20 hingga 50 µl ethinyl estradiol, yang

kebanyakan terdiri atas 35µg atau kurang. Jumlah progestin dibedakan

berdasarkan dua keadaan, yaitu:

- Pada sediaan lama, dosis progestin dibiarkan konstan slelama siklus

(monofasik)

- Pada beberapa sediaan baru, dosis progestin (dan dalam beberapa

sediaan, estrogen) bervariasi selama siklus

Idealnya, wanita harus mulai mengonsumsi kombinasi kontrasepsi oral pada

hari pertama siklus menstruasi. Jika satu dosis terlewatkan, kontrasepsi tidak

terminimalisasi meskipun estrogen monofasik yang lebih besar diberikan pada

hari berikutnya, namun dilakukan peningkatan dua kali dosis berikutnya untuk

meminimalisasi perdarahan dan tetap pada jadwal. Jika beberapa dosis

terlewatkan, atau digunakan dosis rendah, barrier efektif harus digunakan.

Pemberian pil diulang kembali setelah perdarahan.

Pil fasik digunakan untuk mengurangi jumlah progestin total per siklus

tanpa mengorbakan efisiensi kontrasepsi atau kontrol siklus. Reduksi dicapai

dengan memulai progestin dosis rendah dan ditingkatkan selanjutnya pada siklus

kontraseepsi. Secara teori, semakin rendahnya dosis total maka akan semakin

sedikit perubahan metabolik dan efek sampingnya. Begitu pula dengan estrogen,

Page 4: TELAAH ILMIAH KONTRASEPSI

yang dijaga tetap konstan dan ditingkatkan kemudian pada siklus. Pada semua

preparasi fasik, dosis estrogen adalah diantara 20 hingga 40 µg ethinyl estradiol.

2.2.1.4. Interaksi Obat

Fenitoin dan rifampin dapat meningkatkan perdarahan di antara siklus dan

mengurangi efektivitas pil kontrasepsi yang berisikan kurang dari 50 µg ethynil

estradiol. Vitamin C meningkatkan bioavailabilitas ethinyl estradiol karena

berkompetisi dalam mengambil sulfat aktif pada dinding usus, sehingga dapat

meningkatkan perdarahan di antara siklus.

2.2.1.5. Keamanan

Kontrasepsi oral secara umum telah dibuktikan aman untuk kebanyakan

wanita. Namun hingga saat ini masih membingungkan dan seringkali terdapat

laporan-laporan mengenai kerugian kontrasepsi oral.

2.2.1.6. Keuntungan

Keuntungan pil estrogen dan progestin yang tidak nonkontraseptif antara

lain peningkatan densitas tulang, penurunan hilangnya darah saat menstruasi dan

anemia, penurunan risiko kehamilan ektopik, membaiknya dysmenorrhea dari

endometriosis, lebih sedikit keluhan premenstrual, penurunan risiko kanker

endometrium dan ovarium, penurunan kelainan jinak pada payudara, inhibisi

progresi hirustisme, perbaikan akne, pencegahan atherogenesis, menurunkan

insidensi dan keparahan salfingitis akut, dan perbaikan arthritis rheumatoid.

2.2.1.7. Efek Samping

Terdapat banyak perubahan metabolik yang teridentifikasi pada wanita yang

mengonsumsi kontrasepsi oral. Tiroksin total plasma dan tiroid-binding protein

meningkat. Kortisol plasma dan transcortin juga meningkat. Kombinasi

kontrasepsi oral meningkatkan trigliserida dan kolesterol total. Estrogen

menurunkan konsentrasi LDL dan meningkatkan HDL. Beberapa progestin dapat

Page 5: TELAAH ILMIAH KONTRASEPSI

menyebabkan hal yang sebaliknya. Kontrasepsi oral tidak atherogenik, dan

efeknya terhadap lipid ditemukan berbeda-beda pada setiap orang yang berbeda.

Kontrasepsi oral juga menyebabkan deteriorasi toleransi glukosa, yang

dimediasi oleh komponen progestin.

Estrogen dapat meningkatkan produksi keragaman globulin. Peningkatan

produksi angiotensinogen berkaitan dengan dosis, dan konversinya oleh renin

menjadi angiotensin I dapat menyebabkan ‘pill-induced hypertension’.

Fibrinogen, dan faktor II, VII, IX, X, XII dan XIII meningkat sesuai dengan dosis

estrogen. Hubungan antara peningkatan faktor pembekuan dapat menyebabkan

thrombosis vena dan arteri.

Cholestasis atau cholestasis jaundice adalah komplikasi yang tidak biasa

pada pengguna kontrasepsi oral. Jika terjadi, kontrasepsi dihentikan.

Terhadap kejadian neoplasia, kontrasepsi berkaitan dengan efek stimulasi

terhadap beberapa kanker dan berkaitan dengan steroid. Pada masa lalu,

penggunaan kontrasepsi estrogen dan progestin dikaitkan dengan hyperplasia

nodular hepatik fokal dan adenoma hepatika jinak. Hubungan ini diobservasi pada

wanita yang menggunakan estrogen-dosis tinggi yang berisikan estrogen untuk

waktu yang lama.

2.2.1.8. Kontraindikasi

Kontrasepsi Progestasional

Progestin oral

Keuntungan

Kerugian

Kontraindikasi

Progestin injeksi

Keuntungan

Progestin Implan

Medroksiprogesteron asetat/estradiol cypionate

Mekanisme kerja

Page 6: TELAAH ILMIAH KONTRASEPSI

Efektivitas

Keuntungan dan kerugian

Efek metabolik

Kontraindikasi

2.2.2.KONTRASEPSI MEKANIK

AKDR

AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsure tambahan untuk senergi efektivitas) dengan berbagai bentuk yang dipasang ke dalam rahim untuk menghasilkan efek kontraseptik, Bentuk AKDR yang ada di pasaran adalah spiral (lippes loops), huruf T (TCU 380 A, TCU 200 C nova) Tulang ikan (ml cu 250 dan 375) dan batang (syntetik) unsure tambahan adalah tembaga (cuprim) atau hormone (lapornogostirel) (Saifudin, 2002).

AKDR adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastic halus berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain (Copper T Cu 200. Copper T 220 atau ML Cu 250) yang dipasang di dalam rahim yang memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/parmedik lain yang sudah terlatih (Depkes RI, 1991).

AKDR yang banyak dipakai di IndonesiaDewasa ini dari jenis unmedicated adalah lippes loop dan dari jenis

medicated yaitu Cu T, Cu 7, Multiload, Nova T dan Cu T-300 A. pada jenis medicated AKDR, angka yang tertera di belakang macam AKDR menunjukan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan. Misalnya Cu T – 200, berat tembaganya 200 mmz. (Mochtar, 1998).

AKDR terbagi beberapa jenis (Menurut Hartanto 2004) :Dan menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi :

1. Bentuk terbuka (opendevice), yakni Lippes Loop, Cu T, Cu 7, Margulies, Sprring Coil, Multiload, Nova T.

2. Bentuk tertutup (closed device), yakni Ota Ring, Antigon,Grafenberg ring, hall stonering. Pada bentuk tertutup, bila terjadi dislokasikan ke dalam rongga perut maka harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus ke dalam lubang atau cincin dan kemudian terjadi ileus.

Dan menurut tambahan obat atau metal AKDR dibagi menjadi Mochtar, (1998) :1. Medicated AKDR, yakni Cu T -200. Cu T -220, Cu T – 300, Cu– T 380

AKDR, Cu 7, Nova T, ML – Cu 375, Progesterone.2. Unmedicated AKDR, misalnya lippes loop, salf – t coil antigon. Mochtar,

(1998).

Device Intrauterin

Page 7: TELAAH ILMIAH KONTRASEPSI

Levonogestrel device (Mirena)

Copper Device (Paragard T 380A)

Mekanisme kerja

Efektifitas

Keuntungan

Keuntungan AKDRMenurut syaifuddin, (2003).Keuntungan AKDR adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas tinggi, 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam satu tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

2. AKDR efektif segera setelah pemasangan.3. Metode jangka panjang.4. Sangat praktis karena tidak perlu meingat-ingat.5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.6. Ibu tidak merasa takut untuk hamil.7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu T-380 A).8. Tidak mengurangi kualitas dan volume ASI.9. Dapat digunakan sampai menopause.10. Tidak ada interaksi terhadap obat-obatan.Kesuburan segera kembali

setelah AKDR diangkat.

Kerugian AKDR1. Efek samping yang umum terjadi

o Perubahan siklus haid, umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan.

o Haid yang lebih lama dan lebih banyak.o Pendarahan (spotting) antar mentruasi.o Saat haid lebih sakit (dismenorhea)

2. Komplikasio Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan.o Pendarahan hebat pada waktu haid atau diantaranya yang

menyebabkan anemia.o Perporasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasang benar)

3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV AIDSo Tidak dianjurkan wanita dengan IMS atau sering berganti pasangan.o Penyakit Radang Panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan dengan

IMS memakai AKDR PRP dapat memicu infertilitas.o Sedikit nyeri dalam perdarahan (spotting) terjadi setelah pemasangan

AKDR. Biasanya menghilang selama 1-2 hari. Saifuddin, (2003).

Efek samping

Page 8: TELAAH ILMIAH KONTRASEPSI

Efek samping AKDR mencakup perdarahan uterus abnormal, dismenorea,

ekspulsi atau perforasi uterus. Akan tetapi dengan penggunaan yang lama serta

usia akseptor yang meningkat, maka frekuensi kehamilan, ekspulsi daan

komnplikasi perdarahan menurun. Kista ovarium fungsional lebih sering terjadi

pada bulan-bulan penggunaan LNG-IUS namun biasanya sembuh secara spontan.

o Perforasi Uterus

Perforasi uterus yang jelas secara klinis atau tersembunyi dapat terjadi

ketika memasukkan sonde uterus atau sewaktu pemasangan AKDR.

Angkanya sekitar 1 per 1000 pemasangan. Walaupun AKDR dapat

berpindah secara spontan dan menembus dinding uterus, sebagian besar

perforasi terjadi, atau minimal dimulai pada saat pemasangan. Beberapa

peneliti menemukan bahwa perforasi AKDR, rotasi, atau perlekatan dapat

menyebabkan perdarahan berlebihan. Evaluasi perforasi didiskusikan

selanjutnya.Efek samping lainnya adalah abortus pada kehamilan yang

tidak terduga setelah pemasangan,namun tes kehamilan menggunakan urin

sebelum pemasangan akan menyingkirkan hal ini. Frekuensi kedua

komlikasi tersebut bergantung pada keahlian operator dan tindakan

pencegahan yang dilakukan untuk mendeteksi kehamilan.

o Ekspulsi

Hilangnya AKDR dari uterus paling sering terjadi selama bulanpertama.

Jadi, para akseptor tersebut harus diperiksa kira-kira 1 bulan setelah

pemasangan, biasanya setelah menstruasi, untuk mengidentifikasi benang

AKDR pada serviks. KOntrasepsi barier dapat diperlukan selama bulan

pertama ini, terutama jika AKDR tersebut telah terlepas sebelunya.

Selanjutnya, wanita tersebut harus diinstrusikan untuk memegang benang

yang keluar dari serviks tiap bulan setelah menstruasi

o Menoragia

Jumlah perdarahan menstruasi umumnya bertambah dengan penggunaan

AKDR tembaga. Karena dapat menyebabkan anemia defisiensi besi,maka

diberikan suplemntasi besi, dan konsentrasi haemoglobin atau hematokrit

diperiksa setiap tahun. Menoragia dapat menjadi masalah dan 15 persen

Page 9: TELAAH ILMIAH KONTRASEPSI

wanita diangkat AKDR tembaganya karena hal tersebut. OAINS

menurunkan perdarahan dan dianggap terapi lini pertama untuk ini.

SEbaliknya LNG-IUS dihubungkan dengan amenorea progresif yang

dilaporkan oleh sepertiga pengguna setelah 2 tahun dan oleh 60 persen

pengguna setelah 12 tahun

o Hilangnya AKDR

o Kram dan perdarahan

Kam dan sedikit perdarahan umunya sering terjadi segera setelah

pemasangan.Kram dapat diminimalkan dengan pemberian OAINS satu

jam sebelum pemasangan.

Kehamilan dengan AKDR

Wanita yang hamil ketika sedang menggunakan AKDR penting

diindentifikasi. Sampai sekitar usia 14 minggu, benang AKDR dapat terlihat

melalui serviks, dan jika terlihat, harus diangkat. Tindakan ini menurunkan

komplikasi selanjutnya seperti aborsi dini, sepsis dan kelahiran kurang bulan. Jika

benang tidak terlihat, usaha untuk mennetukan lokasi dan memindahkan AKDR

dapat menyebabkan abortus. Akan tetapi,beberapa praktisi telah sukses

menggunakan sonografi untuk pengangkatan AKDR yang benangnya tidak dapat

dilihat. Setelah viabilitas janin tercapai, tidak jelas diketahui apakah lebih baik

mengangkat AKDR yang benangnya dapat dilihat dan diambil atau

meninggalkannya ditempat. Tidak dapat terbukti bahwa malformasi janin

bertambah jika AKDR teap di tempatnya. Wanita hamil dengan AKDR di dalam

rahim yang menunjukkan bukti infeksi pelvic apapun ditangani dengan terapi

mikroba intensif dan evakuasi uterus segera.

Kehamilan ektopik

Kontraindikasi

Kontraindikasi penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) :

Umum

1. Hamil atau curiga hamil

2. Kelainan uterus yang menyebabkan pdistorsi pada rongga uterus

Page 10: TELAAH ILMIAH KONTRASEPSI

3. Acute pelvic inflammatory disease atau riwayat pelvic inflammatory

disease kecuali jika telah terdapat kehamilan di uterus setelahnya

4. Endometrititis pascapartum atau abortus terinfeksi pada 3 bulan terakhir

5. Neoplasia uterus atau serviks yang diketahui atau dicurigai, atau apusan

sitologi abnormal yang belum terpecahkan

6. Perdarahan genital yang etiologinya tidak diketahui

7. Servisitis atau vaginitis akut yang tidak diobati, termasuk vaginitis

bakterialis, sampai infeksi terkontrol

8. Wanita atau pasangannya mempunyai banyak partner seksual

9. Kondisi yang berhubungan dengan peningkatan kecurigaan terhadap

infeksi mikroorganisme, ini mencakup namun tidak terbatas terhadap

leukemia, acquired immune deficiency syndrome (AIDS) dan penyalahan

obat intravena

10. Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang menjadi presdiposisi

terhadap kehamilan ektopik

11. Aktinomikosis genital

12. AKDR yang dipasang sebelumnya yang belum dilepas

Sebagai tambahan, ParaGard T 380A® (karena kandungan tembaganya) tidak

boleh dipasang jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut:

1. Penyakit Wilson

2. Alergi tembaga

Sebagai tambahan,pemasangan Mirena® dikontraindikasikan jika terdapat

satu atau lebih kondisi tersebut:

1. Hipersensitivitas terhadap komponen apapun dari produk ini

2. Karsinoma payudara yang dicurigai atau diketahui

3. Penyakit hati akut atau tumor hati

Prosedur insersi

Ekspulsi

2.2.3.METODE BARRIER

Page 11: TELAAH ILMIAH KONTRASEPSI

Kondom pria

Kondom wanita

Spermisida

Diafragma dan spermisida

Sponge

Cervical cap

Periodic (rhitmic) abstinence

Kalender

Temperature

Mucus servikal

Natural family planning

2.3. PERTIMBANGAN KHUSUS PADA KONTRASEPSI

2.3.1.KONTRASEPSI PADA DEWASA

Kontrasepsi oral kombinasi

Metode long-acting

Metode Barrier

2.3.2.PILIHAN KONTRASEPSI UNTUK WANITA DIATAS 35 TAHUN

Kontrasepsi oral kombinasi

Medroksiprogesteron depot injeksi

Device intrauterine

Barrier dan agen spermisida

2.3.3.KONTRASEPSI PADA WANITA DENGAN KONDISI MEDIK

KHUSUS

2.3.4.KONTRASEPSI EMERGENSI

2.3.5.LAKTASI

Page 12: TELAAH ILMIAH KONTRASEPSI

BAB III

SIMPULAN