tekstur tanah

8
Universitas Gadjah Mada 1 BAB III TEKSTUR TANAH III.1. Pengertian tentang tekstur Setelah memperkenalkan konsep tanah sebagai suatu sistem berfase tiga, kits akan melihat lebih dekat pada fase padat, yang merupakan komponen tetap tanah dan merupakan komponen utama bagi seluruh tubuh tanah. Barangkali orang dapat mempunyai tanah tanpa udara, atau tanpa air, dan di dalam ruang Nampa dapat diperoleh tanah tanpa udara maupun air (sebagaimana kasus bagi "tanah" yang ditemukan di bulan). Tetapi nampaknya sangat mustahil menunjukkan dalam kondisi apapun suatu tanah tanpa fase padat. Bahan yang menyusun fase padat tanah terdiri atas partikel-partikel mineral yang terpisah satu terhadap yang lain dengan berbagai ukuran, maupun dari senyawa-senyawa amorfus, yang umumnya menempel atau kadangkala menyelimuti partikel-partikel (zaeah- zarah) tersebut. Karena kandungan bahan amorfus, seperti misalnya oksida besi terhidrasi dan humus, umumnya rendah, maka sebagian besar fase padat terdiri atas zarahzarah yang terpisah-pisah, diantaranya yang terbesar dapat dilihat dengan biasa dan yang terkecil yang berbentuk koloid dan hanya dapat dilihat dengan bantuan mikrokop elektron. Istilah tekstur tanah (soil texture) bermakna kisaran ukuran zarahzarah di dalam tanah, yakni apakah zarah-zarah tersebut tersusun dari partikel terutama berukuran besar, kecil, atau ukuran sedang atau kisaran ukuran. Istilah ini mumpunyai dua makna balk kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif, tekstur mewakili "rasa" dari bahan tanah, apakan kasar dan "ngeres" atau halus dan lembut. Seorang yang berpengalaman dapat membedakan tanah dengan cara menguli atau meraba tanah yang lembab dengan jari-jari tangannya, apakah tekstur tanah tersebut kasar atau halus dan dapat pula menentukan secara semikuantitatif masuk mana di antara beberapa kelas tekstur yang ada. Tetapi , dalam arti yang lebih kuantitatif terinci istilah tekstur menunjukkan sebaran (agihan) ukuran zarah atau proporsi (kesebandingan) kisaran berbagai ukuran zarah yang terjadi di dalam suatu tanah tertentu. Untuk membedakan tekstur tanah, umumnya zarah-zarah tanah dipilahkan menjadi ukuran-ukuran yang umumnya dinamakan kisaran ukuran pisahan yang dikenal sebagai fraksi tekstur atau pisahan, yakni pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Porsedur untuk memisahkan fraksi-fraksi ini dan untuk mengukur kesebandingan ketiganya

Upload: sandywahyupratama

Post on 04-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

geo

TRANSCRIPT

  • Universitas Gadjah Mada 1

    BAB III

    TEKSTUR TANAH

    III.1. Pengertian tentang tekstur

    Setelah memperkenalkan konsep tanah sebagai suatu sistem berfase tiga, kits akan

    melihat lebih dekat pada fase padat, yang merupakan komponen tetap tanah dan

    merupakan komponen utama bagi seluruh tubuh tanah. Barangkali orang dapat mempunyai

    tanah tanpa udara, atau tanpa air, dan di dalam ruang Nampa dapat diperoleh tanah tanpa

    udara maupun air (sebagaimana kasus bagi "tanah" yang ditemukan di bulan). Tetapi

    nampaknya sangat mustahil menunjukkan dalam kondisi apapun suatu tanah tanpa fase

    padat.

    Bahan yang menyusun fase padat tanah terdiri atas partikel-partikel mineral yang

    terpisah satu terhadap yang lain dengan berbagai ukuran, maupun dari senyawa-senyawa

    amorfus, yang umumnya menempel atau kadangkala menyelimuti partikel-partikel (zaeah-

    zarah) tersebut. Karena kandungan bahan amorfus, seperti misalnya oksida besi terhidrasi

    dan humus, umumnya rendah, maka sebagian besar fase padat terdiri atas zarahzarah

    yang terpisah-pisah, diantaranya yang terbesar dapat dilihat dengan biasa dan yang terkecil

    yang berbentuk koloid dan hanya dapat dilihat dengan bantuan mikrokop elektron.

    Istilah tekstur tanah (soil texture) bermakna kisaran ukuran zarahzarah di dalam

    tanah, yakni apakah zarah-zarah tersebut tersusun dari partikel terutama berukuran besar,

    kecil, atau ukuran sedang atau kisaran ukuran. Istilah ini mumpunyai dua makna balk

    kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif, tekstur mewakili "rasa" dari bahan tanah,

    apakan kasar dan "ngeres" atau halus dan lembut. Seorang yang berpengalaman dapat

    membedakan tanah dengan cara menguli atau meraba tanah yang lembab dengan jari-jari

    tangannya, apakah tekstur tanah tersebut kasar atau halus dan dapat pula menentukan

    secara semikuantitatif masuk mana di antara beberapa kelas tekstur yang ada. Tetapi ,

    dalam arti yang lebih kuantitatif terinci istilah tekstur menunjukkan sebaran (agihan)

    ukuran zarah atau proporsi (kesebandingan) kisaran berbagai ukuran zarah yang terjadi di

    dalam suatu tanah tertentu.

    Untuk membedakan tekstur tanah, umumnya zarah-zarah tanah dipilahkan menjadi

    ukuran-ukuran yang umumnya dinamakan kisaran ukuran pisahan yang dikenal sebagai

    fraksi tekstur atau pisahan, yakni pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Porsedur

    untuk memisahkan fraksi-fraksi ini dan untuk mengukur kesebandingan ketiganya

  • Universitas Gadjah Mada 2

    dinamakan analisis mekanik. Hasil dari analisis ini disebut komposisi mekanik tanah

    tersebut, suatu istilah yang seringkali digunakan secara campur aduk dengan tekstur tanah.

    Ada beberapa cara pemberian nama (klasifikasi) terhadap suatu jenis tekstur tanah, ini

    menurutkan konsep dari negara atau lembaga penggunanya. Gambar 3.1. menunjukkan hal

    ini.

    Gambar 3.1 Beberapa cara klasifiakasi fraksi tanah menurut kisaran garistengah partikel.

    Walaupun terdapat perbedaan cara klasifikasi, yang menarik dari itu adalah adanya

    kesepakatan batas tertinggi ukuran lempung serta batas tertinggi ukuran pasir. Ada

    beberapa cara memberikan klasifikasi lebih jauh terhadap fraksi debu dan ada yang

    terhadap fraksi pasir, misalnya BSI, MIT dan USDA, DIN. Semacam ada suatu kesepakatan

    untuk menerima istilah bahan tanah sebagai zarah-zarah berukuran < 2 mm. Ukuran

    yang lebih besar dinamakan kerikil, dan yang berukuran lebih besar daripada pecahan batu,

    beberapa cm garistengahnya, seringkali disebut batu, kerakal, atau bila sangat besar

    disebut bom (boulder). Bila fraksi kerikil dan batu mendominasi tanah dan dapat

    mengganggu proses-proses fisika tanah, maka persen volumenya perlu dilaporkan selain

    untuk mencirikan bahan tanah halos.

    Kelompok terbesar zarah umumnya dikenal sebagai pasir, yang didefinisikan sebagai

    zarah dengan kisaran garistengah daro 2000 mikron (2 mm) turun hingga 50 mikron

    (menurut klasifikasi USDA) atau hingga 20 mikron (klasifikasi ISSS). Fraksi ini seringkali

    dipilahkan lagi menjadi sub-selanjutnya dipilah lebih lanjut menjadi tipe yang dapat

    mengembang (membengkak) dan yang tidak dapat mengembang. Akhirnya, masing-

  • Universitas Gadjah Mada 3

    masing tipe ini memasukkan sejumlah mineral khas yang dapat diidentifikasi berdasarkan

    sinar X, elektron mikroskop, atau teknik analisis termal.

    Mineral tipe 1:1 yang paling umum adalah kaolinit. Mineral yang lain yang dalam

    kelompok yang sama adalah halloysit dan dickit. Lapisan dasar di dalam struktur kristal

    adalah sepasang lembaran silika-alumina, dan lapisan-lapisan ini melekat satu sama lain

    secara bergantian dan terikat bersama-sama oleh ikatan hidrogen (hydrogen bonding) ke

    dalam suatu kisi lapisan ganda yang kaku, yang seringkali membentuk suatu lempengan

    heksagonal. Karena air dan ion-ion tidak dapat masuk di antara lapisanlapisan dasar

    tersebut, sehingga ikatan ini tidak dapat dibelah atau dipisahkan. Dan , karena hanya

    permukaan luar dan ujung-ujung dari lempengan ini yang terbuka, maka kaolinit mempunyai

    permukaan jenis yang agak rendah. Kristal-krsital kaolinit umumnya mempunyai kisaran

    garis tengah antara 0,1-2 mikrondengan ketebalan berlisar kira-kira antara 0,02-0,05 mikron.

    Akibat ukuran zarahnya yang nisbi besar dan permukaan jenisnya nisbi rendah, maka

    kaolinit menunjukkan kurang hat (plastis), kurang kohesif, dan kurang membengkak

    dibandingkan mineral-mineral lempung lainnya. Rumus lapisan unit kaolinit adalah

    Al4Si4O10(OH)8.

    Bertolak belakang dengan kaolinit adalah montmorillonit, suatu mineral 2:1 yang

    masuk tipe dapat mengembang (membengkak), yang juga termasuk di dalamnya

    vermiculit dan beidelit. Lamellae (lidah-lidah) montmorillonit terikat dalam ikatan yang

    longgar yang disebut taktoid. Air dan ion-ion dapat ditarik masuk ke dalam bidang-bidang

    belch antara lidah-lidah (lamellae), dan karena kristal tersebut mengembang seperti

    layaknya akordion, dia dapat mudah terpisah menjadi unit-unit pipih yang tipis dan

    akhimya menjadi individu-individu lamellae, yang tebalnya hanya 100A. Karena kristal-

    kristal montmorillonit mengembang, maka permukaan dakhil maupun luarnya sangat

    berperan, sehingga meningkatkan permukaan jenis efektifnya sebesar beberapa kali lipat.

    Karena kecenderungan nya untuk mengembang dan terceraiberai besar, montmorillonit

    menunjukkan kelakuan kembang-kerut yang nyata, begitu pula sifat plastis dan kohesinya

    yang tinggi. Pada proses pengeringan, tanah-tanah montmorillonitik, terutama jika

    terdispersi, akan cenderung menjadi retak dan biasanya membentuk bongkahan yang

    keras. Rumus lapisan unit montmorillonit adalah Al3,5 Mgo,5Si8O20(OH)4.

  • Universitas Gadjah Mada 4

    Mineral-mineral lempung yang lain antara lain, illit, chlorit (tipe 2:2), attapulgit, atau

    palygorskit, dan lain-lain. fraksi-sub-fraksi seperti pasir kasar, medium, dan halus. Butir

    pasir umumnya tersusun dari kuarsa, tetapi juga dapat dari feldspar, mika, dan kadangkala

    mineral-mineral berat seperti zirkon, tourmalin, dan hornblende, walaupun yang terakhir ini

    sangat jarang. Dalam banyak hal butri pasir mempunyai ukuran yang kurang lebih seragam,

    dan dapat dikatakan bulat, walaupun mereka tidak selalu halus permukaanya tetapi justru

    kasar dan jika digabungkan dengan kekerasannya mereka mempunyai sifat mengikis.

    Debu terdiri atas zarah-zarah berukuran tengah-tengah antara pasir dan lempung

    (yang merupakan ukuran terkecil dari fraksi). Secara mineralogi dan fisik, zarah debu (silt)

    umumnya mirip dengan zarah pasir, tetapi karena mereka lebih kecil dan mempunyai

    permukaan yang lebih besar per satuan massa dan sering dilapisi oleh lempung yang

    menempel kuat, maka debu menunjukkan, hingga batas-batas tertentu menunjukkan sifat

    seperti lempung.

    Fraksi lempung (clay) dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan fraksi koloidal.

    Zarah-zarah lempung dicirikan oleh bentuknya yang pipih atau seperti jarum dan umumnya

    termasuk ke dalam kelompok mineral mineral yang disebut alumino-silikat. Ini merupakan

    mineral sekunder, yang terbentuk di dalam tanah sendiri selama proses evolusinya dari

    mineral-mineral primer yang dikandung oleh batuan induk (asal). Namun, dalam

    beberapa hal, fraksi lempung juga tersusun dari sejumlah zarah-zarah halus yang tidak

    termasuk kategori lempung alumino-silikat, misalnya oksida besi atau kalsium karbonat.

    Karena luas permukaan per satuan massanya jauh lebih besar dibandingkan pasir dan

    debu, maka kegiatan fisiko-kimianya sangat menentukan watak tanah. Fraksi lempung

    menyerap air dan hidrasi, sehingga menyebabkan tanah dapat membengkak saat basah

    dan mengkerut pada saat mengering.

    III. 2. Sifat-sifat zarah lempung

    Karena zarah lempung merupakan pusat kegiatan watak tanah maka akan dibahas

    secara khusus dalam sub-bab ini.

    - Struktur lempung

    Mineral-mineral lempung biasanya diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yakni

    berstruktur dan amorfus. Lempung-lempung yang terstruktur disubklasifikasi menurut

    struktur kristal dakhil (internal)nya, (yakni susunan lapisan lembaran-lembaran tetrahedra

    dan oktahedranya) menjadi dua tipe mineral pokok 1:1 dan 2 :1. Mineral-mineral tipe 2:1

  • Universitas Gadjah Mada 5

    Fraksi lempung mungkin juga mengandung sejumlah mineral nonkristalin (amorfus).

    Misalnya, allophan merupakan kombinasi secara acak dari komponen silika dan alumina

    yng terstruktur buruk yang rumusnya ditunjukkan sebagai A1203.2Si02.H20. Dalam kelompok

    ini nisbah mol fosforus dan besi oksidanya berkisar antara 0,5-2,0. Watak lempung amorfus

    ini mirip dengan lempung-lempung kristalin, misalnya dalam hal jerapan, pertukaran ion,

    dan kelenturannya (plastisitasny).

    Penyusun fraksi lempung yang adalah kelompok oksida terhidrasi dari besi dan

    alumunium atau yang sering disebut seskuioksida-seskuioksida, yang banyak

    mendominasi terutama tanah-tanah di daerah tropis dan bertanggungjawab terhadap

    terjadinya warns (hue) tanah yang kemerahan atau kekuningan. Komposisi kimianya

    dapat diperikan sebagai Fe203.nH2O dan A1203.nH2O, yang nisbah hidrasinya n dapat

    sangat bervariasi. Contohcontoh khas tipe oksida besi terhidrasi ini antara lain, limonit dan

    goethit, dan contoh oksida aluminium adalah gibsit. Lempung-lempung seskuioksida ini

    sebgaian terkristal tetapi seringkali amorfus.

    III.3. Humus

    Kita akan membahas dalam sub-bab ini bahan padat selain yang berasal mineral di

    dalam tanah, yakni humus. Bahan ini umumnya berwarna gelap, dijumpai terutama pada

    zone permukaan tanah (horizon A), yang didefinisikan sebagai fraksi yang kurang lebih

    stabil dari bahan organik tanah yang tetap tinggal setelah bagian besar sisa-sisa tumbuhan

    dan hewan yang ditambahkan telah mengalami perombakan (dekomposisi).

    Sebagaimana halnya lempung, humus bermuatan listrik negatif. Selama hidrasi

    (bergabung dengan air), tiap partikel humus membentuk sebuah micelle dan berperan

    seperti gabungan anion raksasa yang mampu menjerap bayak ion. Namun demikian,

    kapasitas pertukaran kation humus jauh lebih besar, per unit massa, dibandingkan dengan

    lempung. Tidak seperti umumnya lempung, humus tidak berbentuk kristalin tetapi

    amorfus. Karena sebagian besar tersusun dari karbon, oksigen, dan hidrogen, muatan

    pada permukaanya lebih disebabkan oleh disosiasi kelompok karboksilik (--COOH) dan

    fenolik (--A--OH) daripada oleh penyulihan isomorfis kation. Karena proses pertukaran

    kation bergantung pada pendesakan hidrogen dalam kelompok ini, maka humus

    bergantung kepada pH, dengan kapasitas pertukaran kation (KPK) umumnya meningkat

    pada nilai pH lebih tinggi. Peranan penting humus tidak hanya pada pengaruhnya terhadap

    jerapan kation atau bahkan terhadap hara tanaman, tetapi juga seringkali membantu dalam

    proses koagulasi (penjendalan) bersama lempung

  • Universitas Gadjah Mada 6

    dan berperan sebagai bahan semen (perekat), pengikat, dan pemantap agregat-agregat

    tanah.

    III.4. Lapisan ganda baur

    Karena pada umumnya permukaan lempung bermuatan listrik negatif, maka kalau di

    sekeliling sebuah mecelle lempung dikerubungi larutan air yang mengandung ion-ion, maka

    ion-ion tersebut akan terpilah menjadi dua kelompok yakni kelompok bermuatan positif yang

    mendekati permukaan micelle dan semakin jauh dari permukaan micelle larutan akan

    didominasi oleh kelompok ion bermuatan negatif. Jadi kedua kelompok ion yang bermuatan

    berbeda ini akan membentuk lapisan ganda (double leyers) yang batas kekuasaannya tidak

    jelas (baur).

    Bayangan lapisan ganda ini dapat dilihat pada Gambar 3.2., 3.3, 3.4, 3.5, dan 3.6.

    Gambar 3.2 melukiskan suatu bentuk lapisan ganda baur (diffuse double layer) di

    dalam suatu micelle yang (a) dalam keadaan kering dan (b) dalam keadaan terhirasi. Dalam

    gambar tersebut diumpamakan bahwa larutan luar hanya terdiri atas ion-ion bermuatan

    positif. Kumpulan kation yang dijerap dapat dianggap sebagai terdiri atas suatu lapisan yang

    kurang lebih terjerap pada posisi dekat dengan permukaan partikel dan dikenal sebagai

    lapisan Stem dan suatu kelompok baur kation melebar hingga jarak tertentu menjauhi

    permukaan partikel dan secara berangsur konsetrasinya semakin menurun.

    Ganbar 3.2. Pembentukan sebuah lapisan ganda baur di dalam sebuah mecelle

    yang terhidrasi, (a) menunjukkan keadaan kering, dan (b) menunjukkan

    keadaan terhidrasi.

  • Universitas Gadjah Mada 7

    Gambar 3.3. Agihan ion-ion positif dan negatif di dalam larutan dengan jarak dari

    permukaan sebuah micelle lempung yang mengandung muatan negatif. di sini

    no merupakan konsentrasi ion di dalam larutan di luar lapisan listrik ganda.

    Gambar 3.4. Perbandingan agihan kation (Na) monovalen yang terhidrasi kuat dengan

    kation divalen (Ca) yang juga terhidrasi kuat di dalam lapisan ganda baur. akibat

    muatannya yang lebih besar kation divalen tertarik lebih kuat dan terikat lebih

    dekat terhadap permukaan zarah. Areal di bawah setiap kurve melukiskan

    rniliekuivalen kation-kation per unit permukaan, yang sama besarnya.

  • Universitas Gadjah Mada 8

    Gambar 3. 5. Pengaruh perubahan konsentrasi larutan n1, n2) terhadap ketebalan

    lapisan ganda baur. Kurve-kurve utuh menggambarkan kation-kation dan

    kurve-kurve titik-titik melukiskan anion-anion. Peningkatan konsentrasi ion-

    ion pada larutan luar telah menenkan lapisan ganda.

    Gambar 3.6. Laukisan secara skematik meningkatnya konsentrasi kation di dalam lapisan

    ganda sebagai akibat interaksi nya dengan zarah-zarah di sekelilingnya. Kurve

    patah-patah menunjukkan agihan hipotetis kation kation bagi masing-masing

    kedua zarah bila diseduh sendiri-sendiri di kisaran larutan yang sama.