tekst il

32
TEKSTIL (POLIESTER DAN POLIAMIDA) Disusun Oleh : Kelompok 11 1.Anikmatun Khotimah ( 11/317069/PA/14186 ) 2.Dian Sukmawati Latifah ( 11/317104/PA/14221 ) 3. Dyla Anisa ( 11/3/PA/1) 4. Fitra Isni Rosita (11/317087/14204) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Upload: wahyu-kurniawati

Post on 08-Apr-2016

56 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tekst Il

TEKSTIL (POLIESTER DAN POLIAMIDA)

Disusun Oleh :

Kelompok 11

1.Anikmatun Khotimah ( 11/317069/PA/14186 )

2.Dian Sukmawati Latifah ( 11/317104/PA/14221 )

3. Dyla Anisa ( 11/3/PA/1)

4. Fitra Isni Rosita (11/317087/14204)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Tekst Il

POLIESTER

Poliester merupakan salah satu polimer sintetik yang mudah terbiodegradasi. Hal ini disebabkan

karena dalam rantai utama polimer terdapat gugus ester (-COO) yang mudah terhidrolisis.

Poliester merupakan suatu polimer (sebuah rantai dari unit yang berulang-ulang) dimana masing-

masing unit dihubungkan oleh sebuah sambungan ester.

Serat Poliester merupakan serat buatan yang dibuat dengan mereaksikan asam tereftalat dengan

etilena glikol. Reaksi pembuatan poliester termasuk reaksi esterifikasi. Ketika asam karboksilat

dan alkohol bereaksi, sebuah molekul air dihapus, dan molekul ester terbentuk. Reaksi yang

terjadi sebagai berikut.

Serat poliester mempunyai koefisien elastisitas yang tinggi sehingga cocok untuk bahan busana.

Stabilitas terhadap panas baik sekali dan stabilitas dimensi yang baik menjadikan bahan industri

yang baik dipakai.

Sifat Fisika Poliester

1. Berat jenis

Serat poliester memiliki berat jenis 1,38 g/cm3

2. Kandungan air

Serat sintetik pada umumnya memiliki kandungan air yang rendah yaitu antara 0-3 % - 0,4 %

Page 3: Tekst Il

3. Morfologi

Serat poliester berbentuk silinder dengan penampang melintang bulat

4. Pengaruh panas

Serat poliester tahan terhadap panas sampai pada suhu 220 0C, diatas suhu ini akan

memepengaruhi kekuatan, mulur, dan warnanya menjadi kekuningan. Suhu 230-240 C

menyebabkan poliester melunak, suhu 2600 C menyebabkan poliester meleleh

5. Sifat Elastis

Poliester memiliki sifat elastisitas yang baik dan ketahanan kusut yang baik

Sifat Kimia Poliester

1. Poliester tahan asam lemah meskipun pada suhu mendidih, dan tahan asam kuat dingin.

Poliester tahan basa lemah tapi kurang tahan basa kuat. Poliester tahan zat oksidator,

alkohol, keton, sabun, dan zat-zat untuk pencucian kering. Poliester larut dalam

metakresol panas, asam trifouro asetat-orto-cloro fenol.

2. Poliester merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan hidrogen

antara gugus – OH dan gugus – COOH dalam molekul tersebut, oleh karena itu serat

poliester sulit didekati air atau zat warna.

3. Kerapatan serat poliester tinggi. Derajat kerapatan ini akan berkurang dengan adanya

kenaikan suhu karena fibrasinya bertambah dan akibatnya ruang antar molekul makin

besar pula.

Skema pembuatan Poliester

Page 4: Tekst Il

1. Esterifikasi

Esterifikasi merupakan tahap pembentukanmonomer. Proses ini disebut langsung

karena gugus karboksil (COOH-) dari asam tereftalat dapat dengan mudah bereaksi dengan

etilena glikol, sehingga tidak memerlukan katalis/pemercepat rekasi.

Proses esterifikasi diawali dengan pemompaan larutan homogen yang mengandung

asam etilena glikol, kobalt asetat, asam fosfit, diantimontrioksida, dan titaniumoksida ke

dalam reaktor. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 45 menit pada reaktor bersuhu

proses 10-20OC. Dalam proses ini akan dihasilkan produk sampingan berupa air yang dapat

menghambat kesetimbangan reaksi dan menghambat hasil, untuk itu air perlu dihilangkan

dari proses dengan dipompa agar dihasilkan berat molekul monomer yang besar, selain itu

juga jumlah pereaksi (etilena glikol) yang ditambahkan harus berlebih 10-20% karena etilena

glikol akan mengalami banyak kehilangan akibat destilasi kontinyu selama tahap reaksi.

Proses ini berkahir ketika seluruh air sebagai produk samping dapat di destilasi seluruhnya

dan produk reaksi berupa BHET (bishidroksi etlena tereftalat) yang kemudian akan

dipindahkan ke dalam reaktor polikondensasi bersuhu 260OC dengan cara didorong

Page 5: Tekst Il

menggunakan tekanan gas nitrogen 2,3 kg/cm3 melalui suatu filter untuk menyaring kotoran.

Selain air, hasil samping yang harus dihindari adalah terbentuknya asetaldehida yang

terbentuk akibat terdegradasi suhu yang tinggi, akibatnya akan berpengaruh pada sifat akhir

polimer poliester yang terbentuk.

2. Polikondensasi

Polikondensasi merupakan proses penggabungan monomer-monomer membentuk

suatu polimer. Panjang rantai polimer yang terbentuk dari reaksi ini dinyatakan dalam derajat

polimerisasi yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan lama reaksi melalui putaran pengadukan

yang dilakukan secara bertahap. Dalam proses ini dapat juga terjadi kerusakan rantai polimer

yang sudah terbentuk yang diakibatkan oleh adanya Oksigen, yang berasal dari dalam

maupun dari luar reactor walaupun jumlahnya sangat sedikit karena terjadinya kerusakan

rantai akan menjadi besar sebab ini terjadi pada waktu proses reaksi apenggabungan

monomer

POLIAMIDA

Poliamida adalah jenis serat buatan yang dibuat dari Heksametilena diamina dan asam adipat,

jenis serat ini biasanya disebut poliamida 6,6 atau nylon 6,6.

Nylon 6,6 digunakan secara luas dalam industri tekstil untuk memproduksi kain non-woven.

Kain yang terbuat dari nilon 6,6 bersifat kuat dan tahan lama.

Sifat Fisika Poliamida

Page 6: Tekst Il

1. Elastisitas

Poliamida mempunyai elastisitas yang tinggi. Jika diregang sampai 8%, benang akan

kembali pada panjang semula, tetapi kalau terlalu regang, bentuk akan berubah

2. Pada umumnya poliamida tidak tahan panas

Sifat Kimia Poliamida

1. Poliamida tahan terhadap asam-asam encer, tetapi dengan asam klorida pekat mendidih

selama beberapa jam, akan terurai menjadi asam adipat dan heksa metilena diamonium

hidroklorida

2. Poliamida sangat tahan terhadap basa

Page 7: Tekst Il

BAGAN PROSES PRODUKSI TEKSTIL

Page 8: Tekst Il

Tahapan dalam produksi tekstil

1. Penghilangan kanji (Desizing)

Proses penghilangan kanji dilakukan pada kain tenun, yang bertujuan menghilangkan

kanji yang terdapat pada benang, karena pada saat proses petenunan benang banyak

mengalami gesekan, agar tidak putus maka benang diberi kanji sehingga menjadi kuat.

Kanji tersebut akan menghalangi proses pencelupan jika tidak dihilangkan, karena kanji

yang terdapat pada kain akan menghalangi zat warna masuk kedalam serat dan hasil

pencelupannya akan belang dan tampak tidak rata.

Prinsip penghilangan kanji

Agar kanji larut dalam air kanji harus dihidrolisa atau dioksidasi menjadi senyawa yang

lebih sederhana sehingga rantai molekulnya lebih pendek dan mudah larut dalam air.

Untuk menghilangkan kanji dikenal beberapa cara :

1. Perendaman

2. Asam Encer

3. Alkali Encer

4. Enzym

5. Oksidator

● Penghilangan Kanji dengan Cara Perendaman

Cara perendaman merupakan cara yang paling mudah dilakukan, kain direndam dalam air panas

+ 35oC - 40oC selama 24 jam, selanjutnya dicuci dengan air panas kemudian dengan air dingin.

Penghilangan kanji dengan perendaman ini dapat dilakukan untuk Jenis kanji yang mudah larut

dalam air seperti gom, dekstrin, CMC, PVA dan lain-lain.

Page 9: Tekst Il

Reaksinya yang terjadi adalah sebagai berikut :

hidrolisa

(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6

kanji (amilum) netral glukosa (gula)

● Penghilangan Kanji dengan Asam Encer

Asam dapat menghidrolisa kanji melalui dextrin menjadi glukosa yang larut dalam air, sehingga

mudah dihilangkan dalam proses pencucian. Jenis asam yang banyak digunakan dalam proses

penghilangan kanji adalah asam sulfat (H2SO4) encer dan asam chlorida (HCl) encer.

2(C6H10O5) + n H2O → nC12H22O6

Kanji Glukosa

Bahan direndam dalam larutan asam sulfat (H2SO4) encer atau asam chlorida (HCl) encer pada

suhu + 35oC - 40oC selama 2 – 4 jam, sampai terjadi reaksi glukosa larut dalam air, dicuci panas

kemudian cuci dingin, pencucian harus bersih karena sisa asam yang terjadi oleh panas akan

menambah kepekatan asam dalam kain sehingga dapat terjadi hidro selulosa. Untuk

mencegahnya dapat dilakukan penetralan dalam larutan alkali.

● Penghilangan Kanji dengan Soda Kostik (NaOH) Encer

Proses penghilangan kanji dapat dilakukan pula dengan soda kostik/soda api encer tetapi

memerlukan waktu yang cukup lama, cara ini jarang dilakukan di samping makan waktu lama

juga hasilnya kurang begitu sempurna. Jenis kanji yang larut dengan alkali seperti kanji protein,

PVA, pati.

Bahan direndam dalam larutan natrium hidroksida encer pada suhu kamar selama ± 12 jam,

Setelah selesai bahan dicuci panas, cuci dingin, keringkan.

Page 10: Tekst Il

hidrolisa

2 (C6H10O5)n + nH2O nC12H22O11

   Kanji (Pati) alkali   maltosa (gula)

● Penghilangan Kanji dengan Enzima

Penghilangan kanji dengan enzim sekarang banyak dilakukan baik oleh industri besar maupun

industri kecil. Karena ada beberapa kelebihan dalam penggunaannya yaitu :

− Hidrolisa kanji berjalan cepat sehingga waktu pengerjaan lebih pendek

− Tidak terjadi kerusakan pada serat.

− Senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator

Terdapat 3 golongan enzima yang digunakan untuk proses penghilangan kanji yaitu :

- Enzym Mout / Malt diastase

- Enzym Pankreas diastase

- Enzym Bakteri diastase

Dalam proses penghilangan kanji dengan enzim perlu memperhatikan faktor suhu dan pH,

karena pada pH dan suhu tersebut daya kerja enzym akan berkurang dan hasil kurang sempurna.

Prinsip penghilangan kanji dengan enzim adalah merendam peras kain dalam larutan enzim

selanjutnya kain diperam selama 6–8 jam tergantung jenis enzimnya. Perendaman dapat

dilakukan dengan cara kain digulung, ditutup plastik dan dimasukan dalam suatu ruang

kemudian diputar (batcher), atau dapat pula dilakukan dengan cara kain ditumpuk dan ditutup

plastik.

Reaksi yang terjadi pada perubahan kanji menjadi gula yang larut pada penghilangan kanji

dengan enzym dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 11: Tekst Il

2 (C6H10O5)n + nH2O nC12H22O11    2nC6H10O5+H2O

Kanji(amilum) enzyma maltosa (gula) glukosa (gula)

● Penghilangan Kanji dengan Oksidator

Zat pengoksid dapat digunakan untuk menghilangkan kanji jenis tapioka, poliaksilar dan lain-

lain. Sedangkan zat oksidator yang sering digunakan adalah Natrium sulfo kloramida (aktivin S)

pemakaiannya1–3 g/l, penggunaan aktivin S selain menghilangkan kanji juga terjadi efek

pengelantangan. Garam persulfat salah satu nama dagangnya adalah Ractogen. Pemakaian

ractogen 1% dengan penambahan natrium hidroksida 1%, pembasah 0,5 sampai 1% dan

dikerjakan pada suhu 80oC, selama 30 menit.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Oksidator + H2O → H2O + On

H2O2 → H2O + On

(C6H10O5)n n (C6H10O5 )

Kanji (amilun) Kanji (amilum)

rantai panjang rantai pendek

2. Pemasakan (Scouring)

Suatu proses penyempurnaan tekstil berupa penghilangan kotoran bawaan yang terdapat

didalam serat (impurities) seperti lilin, lemak dan minyak juga kotoran luar seperti debu,

oli. Zat-zat ini merupakan kotoran dari serat yang akan menghalangi penyerapan obat

pada proses berikutnya. Prinsipnya, pada serat buatan dengan zat aktif permukaan yang

bersifat mencuci dan detergent yang akan mengemulsi kotoran yang menempel pada

permukaanya. Sedangkan pemasakan serat buatan (sintetik) dapat dilakukan dengan zat

aktif permukaan yang bersifat sebagai pencuci (detergen).

Page 12: Tekst Il

Ditinjau dari sistem yang digunakan, proses pemasakan dapat digolongkan menjadi 2

macam, yaitu:

- Pemasakan Sistem Tidak Kontinyu (Discontinue)

Contohnya pemasakan dengan bak, mesin jigger, mesin haspel, mesin clapbau, mesin

kier ketel

- Pemasakan Sistem Kontinyu (Continue)

Contohnya pemasakan dengan mesin J-Box, L-Box.

Jika ditinjau dari tekanan mesin yang digunakan, proses pemasakan dibagi menjadi 2 macam,

yaitu:

- Pemasakan Tanpa Tekanan

Misalnya menggunakan bak, mesin jigger, haspel, Clapbau, J-Box dan L-Box

- Pemasakan Dengan Tekanan

Misalnya menggunakan mesin kier ketel, jigger tertutup.

Pada dasarnya proses pemasakan terbagi pada 2 tahap :

a. Tahap Saponifikasi ( Boiling Off )

Tahap ini untuk menghilangkan zat zat hidrofobik yang menghalangi proses selanjutnya seperti

pektin, wax, protein, abu dan kotoran organik lainnya.

b. Tahap Pemasakan ( Scouring )

Tahap ini untuk melepaskan hasil saponifikasi kotoran dari serat berupa penyabunan.

Pembentukan sabun dalam pemasakan sangat dipengaruhi oleh kesadahn air dan kandungan

mineral.

Pada proses pemasakan digunakan soda kostik (NaOH) untuk saponifikasi, scouring

agent

(deterjen) sebagai pembasah, pendispersi dan pengemulsi kotoran hasil reaksi serta squestering

agent untuk melunakkan air proses pemasakan.

Page 13: Tekst Il

Logam alkali tanah (Ca, Mg) dan logam berat (Fe, Cu) dalam bahan atau dalam air akan

membentuk ikatan komplek dengan NaOH sehingga mengurangi efektifitas kerja sabun. Juga

hidroksil dan pektin dapat terikat dalam garam2 dalam air membentuk endapan dan endapan

pektin brikatan dengan kapas melalui ikatan hydrogen bertujuan untuk menghilangkan “kotoran-

kotoran” serat kapas yang berupa : minyak, lilin (wax) , debu, knitting oil (oli rajut ), dan kotoran

lain yang menempel pada kain. Kotoran serat ini dapat menghalangi penyerapan serat pada

proses selanjutnya.

Soda kostik mengekstraksi pektin , wax , protein, abu dan kotoran organik lainnya

dengan jalan saponifikasi dan diemulsikan menjadi bentuk yang larut dalam air dengan bantuan

detergen / sabun yang mempunyai daya pendispersi yang kuat. Proses pemasakan / scouring ini

sangat diperlukan untuk mendapatkan daya serap kain yang baik.

Mekanisme proses pemasakan adalah menyabunkan kotoran berupa lemak, oli, serisin,

gum sehingga dapat larut dalam air serta melepaskan kotoran akibat efek detergensi dari larutan

pemasakan dan gerakan mekanik yang diberikan pada bahan. Pemasakan dapat dilakukan secara

proses tersendiri maupun dilakukan simultan dengan proses penghilanagn kanji dan

pengelantangan. Untuk bahan dengan kandungan kotoran yang tinggi sebaiknya dilakukan secara

terpisah (serat-serat alam), sedangkan untuk bahan yang terbuat dari serat sintetik atau serat

campuran biasanya dilakukan proses simultan.

3. Merserisasi

Merserisasi dapat didefinisikan sebagai pengolahan kapas dengan larutan 25% NaOH

sehingga kapas itu menyusut dan menjadi lebih berat, kuat, dan tebal, serta mudah diberi

warna (memiliki daya serap yang tinggi).

Proses merserisasi secara umum yaitu :

- Menambah daya serap terhadap zat warna

- Menambah kilap (kain)

- Menambah sifat pegangan yang lembut (soft)

- Menambah kerataan dan kestabilan (kain)

- Menambah kekuatan.

Merserisasi dilakukan tidak hanya untuk kain dari bahan serat kapas saja, tetapi kain rayon

walaupun telah memiliki efek kilau yang baik dibandingkan dengan serat lainnya masih

Page 14: Tekst Il

dipandang perlu untuk dimerser, karena ada beberapa proses lanjut untuk se3rat rayon yang

dapat menurunkan daya kilau dari serat rayon.

Merserisasi juga dapat dilakukan untuk serat campuran (misalnya campuran serat kapas dan

rayon), pada merserisasi campuran serat kapas dan rayon harus mempertimbangkan serat rayon

agar janang sampai rusak, karena daya tahan serat rayon terhadap larutan merserisasi

(menggunakan kostik soda – NaOH) yang lebih rendah daripada serat kapas.

Selain campuran serat kapas – rayon, maka campuran serat polyester – kapas dan polyester –

rayon juga dilakukan merserisasi untuk meningkatkan sifat serat kapas atau rayonnya tanpa

mengurangi sifat poliesternya.

Faktor-faktor Merserisasi

Hasil proses merserisasi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :

- Zat-zat yang digunakan

Untuk kain kapas gunakan NaOH 30 – 36 0Be, atau konsentraasi 25% sedangkan untuk kain

rayon gunakan larutan Kalium Hidroksida (KOH) 32 0Be. (perhatian : rayon tidak tahan terhadap

NaOH). Kadang-kadang dalam pembuatan resep merserisasi juga ditambahkan zat pembantu

seperti : pembasah, garam natrium atau kalium chloride dan sulfat.

- Suhu pengerjaan

Pengerjaan proses merserisasi dilakukan pada suhu 20 0C (Perhatian : di atas 30 0C NaOH dapat

merusak serat sellulosa). Suhu pengerjaan harus dijaga konstan/tetap, dan dihindari panas yang

terjadi/timbul selama proses merserisasi berlangsung.

- Lama pengerjaan

Waktu pengerjaan singkat saja sekitar 40 detik, karena pengerjaan lebih lama lagi tidak akan

efektif memberi hasil yang lebih baik.

- Tegangan

Pemberian dilakukan pada waktu penyerapan larutan kostik soda dan pada waktu pencucian

sedang berjalan atau bisa juga dilakukan setelah penyerapan larutan kostik soda tetapi sebelum

pencucian dilakukan. Pemberian tegangan ini disesuaikan dengan prinsip dapat mengembalikan

bahan agar sama dengan panjang semula. (perlu diperhatikan : bahwa pemberian tegangan

setelah pencucian berlangsung tidak akan memberikan efek kilau yang baik dan penambahan

panjang yang diperoleh akan mengkeret kembali dalm proses pencucian.

Page 15: Tekst Il

- Kualitas bahan yang dimerser

Semakin baik kualitas bahan yang dimerser, akan memberikan hasil merserisasi yang baik.

- Anyaman bahan/kain

Anyaman pada bahan yang dimerser juga menentukan hasil merserisasi, misalnya anyaman

satin dan anyaman keper karena mempunyai efek benang yang banyak pada permukaan

bahan/kain, maka akan memberikan efek merserisasi yang baik (khususnya dalam menambah

kilapnya).

4. Bleaching (pemutihan dan pemucatan kain)

Tujuan proses adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran organik, organik yang

terwujud sebagai pigmen-pigmen warna alami yang tidak bisa hilang hanya dengan

proses pemasakan saja.

Pengolahan Limbah Industri Tekstil

Cara pengolahan limbah cair yang saat ini telah dilakukan olch pabrik tekstil yang paling banyak

adalah cara kimia yaitu dengan koagulasi menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang banyak

digunakan adalah ferosulfat, kapur, alum, PAC dan polielektrolit. Pada cara ini, koagulan

digunakan untuk menggumpalkan bahan-bahan yang ada dalam air limbah menjadi flok yang

mudah untuk dipisahkan yaitu dengan cara diendapkan, diapungkan dan disarig. Pada beberapa

Page 16: Tekst Il

pabrik cara ini dilanjutkan dengan melewatkan air limbah melalui Zeolit (suatu batuan alam) dan

arang aktif (karbon aktif). Cara koagulasi umumnya berhasil menurunkan kadar bahan organik

(COD,BOD) sebanyak, 40-70 % Zeolit dapat menurunkan COD 10-40%, dan karbon aktif dapat

menurunkan COD 10-60 %.

Kelemahan dari cara ini dihasilkannya lumpur kimia (sludge) yang cukup banyak dan diperlukan

pencelolaan sludge lebih lanjut. Pengelolaan sludge yang saat ini dilakukan yaitu dengan

mengeringkan sludge pada drying bed lalu dimasukkan ke dalam karung. Beberapa pabrik telah

mengunakan alat pengerin lumpur yaitu filter press atau belt press yang akan megeluarkan air

yang terkandung dalam lumpur tersebut.

Cara lain yang mulai banyak dilakukan adalah cara biologi, yaitu memanfaatkan aktifitas

mikroba biologi untuk menghancurkan bahan-baban yang ada dalam air limbah menjadi bahan

yang, mudah dipisahkan atau yang, memberi efek pencemaran rendah . Cara biologi yang banyak

dilakukan adalah cara aerobik metode lumpur aktif. Dengan cara tersebut air limbah dengan

lumpur aktif yang, megandung mikroba diaerasi (untuk memasukkan oksigen) hingga terjadi

dekomposisi sebagai berikut :

Organik + O2—-> CO2 + H20 + Energi

Cara lumpur aktif yang telah dilakukan dapat menurunkan COD, BOD 30 – 70 %, bergantung

pada karakteristik air limbah yang, diolah dan kondisiproses lumpur aktif yang dilakukan.

Beberapa pabrik tekstil terutama pabrik dencan skala besar telah melakukan pengolahan dengan

gabungan cara kimia (koagulasi), cara fisik (penyerapan) dan cara biologi (lumpur aktif).

Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia pengkanji

dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji biasanya memberi kan

BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta

pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa,

Page 17: Tekst Il

COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair

dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada

proses dan zat kimia yang digunakan

Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan

bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam

Khusus industri tekstil yang di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing- Pewarnaan

(dyeing) mempunyai potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan amoniak yang

tinggi.

Berdasarkan karakteristik limbah, proses pengolahan dapat digolongkan menjadi tiga bagian,

yaitu proses fisik, kimia, dan biologi. Proses ini tidak dapat berjalan secara sendiri-sendiri, tetapi

kadang-kadang harus dilaksanakan secara kombinatif. Pemisahan proses menurut karakteristik

limbah sebenarnya untuk memudahkan pengidentifikasian peralatan.

a. Proses Fisik

Perlakuan terhadap air limbah dengan cara fisika, yaitu proses pengolahan secara mekanis

dengan atau tanpa penambahan bahan kimia. Proses-proses tersebut di antaranya adalah :

penyaringan, penghancuran, perataan air, penggumpalan, sedimentasi, pengapungan, Filtrasi,

b. Proses Kimia

Proses secara kimia menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar di

dalam limbah. Kegiatan yang termasuk dalam proses kimia di antaranya adalah pengendapan,

klorinasi, oksidasi dan reduksi, netralisasi, ion exchanger dan desinfektansia.

c. Proses Biologi

Proses pengolahan limbah secara biologi adalah memanfaatkan mikroorganisme (ganggang,

bakteri, protozoa) untuk mengurangi senyawa organik dalam air limbah menjadi senyawa yang

sederhana dan dengan demikian mudah mengambilnya.

Proses ini dilakukan jika proses fisika atau kimia atau gabungan kedua proses tersebut tidak

memuaskan. Proses biologi membutuhkan zat organik sehingga kadar oksigen semakin lama

Page 18: Tekst Il

semakin sedikit. Pada proses kimia zattersebut diendapkan dengan menambahkan bahan

koagulan dan kemudian endapannya diambil. Pengoperasian proses biologis dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu operasi tanpa udara dan operasi dengan udara.

Digunakannya mikroorganisme untuk menguraikan atau mengubah senyawa organik, maka

dibutuhkan suatu kondisi lingkungan yang baik.Pertumbuhan dan perkembangan harus

memenuhi persyaratan hidup, misalnya penyebaran, suhu, pH air limbah dan sebagainya.

Adanya perubahan dalam lingkungan hidupnya akan mengakibatkan perubahan sifat morfologi

dan fisiologi. Ada golongan mikroorganisme tertentu yang rentan terhadap perubahan komponen

lingkungan, dan ada pula yang dapat dengan cepat melakukan adaptasi dengan kondisi yang

baru.Oleh karena itu, kondisi lingkungan amat penting artinya dalam pengendalian kegiatan

mikroorganisme dalam air limbah.

Page 19: Tekst Il

Pengolahan limbah cair industri tekstil dapat dilakukan secara kimia, fisika, biologi ataupun

gabungan dari ketiganya.Pengolahan secara kimia dilakukan dengan koagulasi, flokulasi dan

netralisasi. Proses koagulasi dan flokulasi dilakukan dengan penambahan koagulan dan flokulan

untuk menstabilkan partikel-partikel koloid dan padatan tersuspensi membentuk gumpalan yang

dapat mengendap oleh gaya gravitasi. Proses gabungan secara kimia dan fisika seperti

pengolahan limbah cair secara kimia (koagulasi) yang diikuti pengendapan lumpur atau dengan

cara oksidasi menggunakan ozon.

Page 20: Tekst Il

Pengolahan limbah cair secara fisika dapat dilakukan dengan cara adsorpsi, filtrasi dan

sedimentasi. Adsorpsi dilakukan dengan penambahan adsorban, karbon aktif atau sejenisnya.

Filtrasi merupakan proses pemisahan padat-cair melalui suatu alat penyaring (filter). Sedimentasi

merupakan proses pemisahan padat-cair dengan cara mengendapkan partikel tersuspensi dengan

adanya gaya gravitasi.

Pengolahan limbah cair secara biologi adalah pemanfaatan aktivitas mikroorganisme

menguraikan bahan-bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Dari ketiga cara

pengolahan diatas masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pengolahan limbah

cair secara kimia akan menghasilkan lumpur dalam jumlah yang besar, sehingga menimbulkan

masalah baru untuk penanganan lumpurnya. Oksidasi menggunakan ozon selain biaya tinggi

juga tidak efektif untuk mereduksi sulfur yang ada di dalam limbah. Penggunaan karbon aktif

dalam pengolahan limbah yang mengandung zat warna menghasilkan persen penurunan zat

warna tinggi, tetapi harga karbon aktif relatif mahal dan juga akan menambah ongkos peralatan

untuk regenerasi karbon aktif tersebut.

Pengelolaan limbah cair dalam proses produksi dimaksudkan untuk meminimalkan limbah yang

terjadi, volume limbah minimal dengan konsentrasi dan toksisitas yang juga minimal. Sedangkan

pengelolaan limbah cair setelah proses produksi dimaksudkan untuk menghilangkan atau

menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandungdidalamnya sehingga limbah cair tersebut

memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Pada dasarnya unit pengolahan limbah terdiri dari unit

operasi dan unit proses. Unit operasi terdiri dari ekualisasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan

aerasi. Sedangkan untuk unit proses meliputi pengolahan biologi dan pengolahan kimia. Contoh

dari unit proses adalah activated sludge, atau lumpur aktif.

Page 21: Tekst Il

Dampak limbah industri tekstil

Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair berasal dari

industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada

perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan sumber daya air di masa mendatang dan

bencana alam semisal erosi, banjir, dan kepunahan ekosistem perairan tidak pelak lagi dapat

terjadi apabila kita kaum akademisi tidak peduli terhadap permasalahan tersebut.

Karakteristik Air Limbah

Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Karakteristik Fisika

Karakteristik fisika ini terdiri dari beberapa parameter, diantaranya :

a) Total Solid (TS)

Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupun

anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.

b) Total Suspended Solid (TSS)

Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam air

limbah setelah mengalami penyaringan dengan membrane berukuran 0,45

mikron (Sugiharto,1987).

c) Warna

Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan

menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu– abu

menjadi kehitaman.

d) Kekeruhan

Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik

maupun anorganik.

e) Temperatur

Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap

reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk

berbagai aktivitas sehari – hari.

Page 22: Tekst Il

f) Bau

Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau

penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena

terkait dengan masalah estetika.

2. Karateristik Kimia

a) Biological Oxygen Demand (BOD)

Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organism hidup

untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air.

b) Chemical Oxygen Demand (COD)

Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara

kimia guna menguraikan unsure pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam

ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).

c) Dissolved Oxygen (DO)

adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob

mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperature dan

salinitas.

d) Ammonia (NH3)

e) Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan

mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat,

1994). Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion

ammonium atau ammonia. tergantung pada pH larutan.

f) Sulfida

Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu

proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200

mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin

(Sugiharto,1987).

f. Fenol

Fenol mudah masuk lewat kulit.

Keracunan kronis menimbulkan gejala

gastero intestinal, sulit menelan, dan

hipersalivasi, kerusakan ginjal dan

Page 23: Tekst Il

hati, serta dapat menimbulkan

kematian (Soemirat, 1994).

g. Derajat keasaman (pH)

pH dapat mempengaruhi kehidupan

biologi dalam air. Bila terlalu rendah

atau terlalu tinggi dapat mematikan

kehidupan mikroorganisme. Ph

normal untuk kehidupan air adalah 6–

8.

h. Logam Berat

Logam berat bila konsentrasinya

berlebih dapat bersifat toksik

sehingga diperlukan pengukuran dan

pengolahan limbah yang mengandung

logam berat.

3. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk

mengukur kualitas air terutama air yang

dikonsumsi sebagai air minum dan air

bersih. Parameter yang biasa digunakan

adalah banyaknya mikroorganisme yang

terkandung dalam air limbah.