teks presentasi

23
A. Pengertian Behaviorisme Teori Behaviorisme merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran Behaviorisme. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori Behaviorisme dengan model hubungan stimulus- responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa

Upload: theforza

Post on 26-Jun-2015

281 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: teks presentasi

A. Pengertian Behaviorisme

Teori Behaviorisme merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage

dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang

berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang

dikenal sebagai aliran Behaviorisme. Aliran ini menekankan pada terbentuknya

perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori Behaviorisme dengan model hubungan stimulus-responnya,

mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau

perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.

Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan

menghilang bila dikenai hukuman.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan

perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input

yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja

yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau

tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses

yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat

diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang

diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon)

harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab

pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya

perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran Behaviorisme adalah faktor

penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)

maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan

(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

B. Tokoh Tokoh Beserta Teorinya

1. Edward Lee Thorndike (1874 - 1949).

Page 2: teks presentasi

Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus

dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar

seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat in-

dera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga

dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. Teori Thorndike ini sering

disebut teori koneksionisme. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar

suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan

kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada

kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini

dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi

memuaskan.

Dengan adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberikan sum-

bangan cukup besar di dunia pendidikan tersebut, maka ia dinobatkan sebagai

salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan. Selain itu, bentuk belajar

yang paling khas baik pada hewan maupun pada manusia menurutnya adalah

“trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung

menurut hukum-hukum tertentu.

Menurut Thorndike terdapat tiga hukum belajar yang utama yaitu :

a. The Law of Effect (Hukum Akibat).

Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon yang cenderung

diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika ak-

ibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau

makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang

disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan

diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menye-

nangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.

Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertin-

dak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan

Page 3: teks presentasi

yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendap-

atkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Ke-

cenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya

b. The Law of Exercise (Hukum Latihan).

Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang/dilatih

(digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Dalam hal ini,

hukum latihan mengandung dua hal:

- The Law of Use : hubungan-hubungan atau koneksi-

koneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau ada latihan yang sifatnya

lebih memperkuat hubungan itu

- The Law of Disue : hubungan-hubungan atau koneksi-

koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan

dihentikan, karena sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut.

c. The Law of Readiness (Hukum Kesiapan).

Hukum kesiapan yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh

suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut

akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung

diperkuat.

Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar merupakan su-

atu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera

dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau

tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung menger-

jakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar men-

jahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.

2. John Watson (1878 - 1958).

Page 4: teks presentasi

Watson adalah seorang behavioris murni, kajiannya tentang belajar diseja-

jarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi

pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

Menurut Watson, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan

respon, namun stimulus dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur. Jadi

perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, tidak

perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.

Pandangan utama Watson:

a. Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang di-

maksud dgn stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga

perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan

sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga

tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt

dan covert, learned dan unlearned.

b. Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku.

Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat

penting (lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini

pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat

deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan

berdasarkan free will.

c. Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya,

mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan

dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson

menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi

ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama

behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun

dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi mencatat

pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total ter-

hadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini di awal men-

Page 5: teks presentasi

dapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu behaviorisme

justru menjadi populer.]

d. Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi

harus menggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi

adalah observation, conditioning, testing, dan verbal reports.

e. Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteris-

tiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergan-

tikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex

seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.

f. Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan

Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan

dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama,

recency dan frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov

dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses con-

ditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia (sub-

yek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak

kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.

g. Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan

William James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan diten-

tukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, se-

jauh smana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah ke-

butuhan.

h. Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking.

Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat

disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih dapat diidenti-

fikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.

i. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku

dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adlaah

ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus

oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya

pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat

Page 6: teks presentasi

obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris

pada eksperimen terkontrol.

3. Clark L. Hull (1884 - 1952).

Clark Hull juga menggunakan variable hubungan antara stimulus dan re-

spon untuk menjelaskan pengertian belajar. Menurut Clark Hull, semua fungsi

tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan

hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan

kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral

dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam

belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon

yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.

Prinsip-prinsip utama teorinya :

1. Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Na-

mun fungsi reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction dari-

pada satisfied factor.

2. Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan

dari intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsure O (or-

ganisma)). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disim-

pulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa out-

put. Karena pandangan ini Hull dikritik karena bukan behaviorisme se-

jati.

3. Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini

tampak pengaruh teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis

organism.

4. Edwin Guthrie.

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu

gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan. Guthrie juga

menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menje-

Page 7: teks presentasi

laskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir

yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon

lain yang dapat terjadi.

Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, sehingga

dalam kegiatan belajar peserta didik perlu diberi stimulus dengan sering

agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.

Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan

penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang

tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

5. Burrhus Frederic Skinner (1904 - 1990).

`Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih

mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan

konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut

Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui inter-

aksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan

tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh

sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak seseder-

hana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinter-

aksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang

dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-kon-

sekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempen-

garuhi munculnya perilaku.

Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara

benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan

lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan

berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.

Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-

Page 8: teks presentasi

perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya

akan menambah rumitnya masalah karena perlu penjelasan lagi.

C. Aplikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajar

Aplikasi teori Behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari

beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pe-

belajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang diran-

cang dan berpijak pada teori Behaviorisme memandang bahwa pengetahuan

adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan

rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah

memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pe-

belajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah

ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna

yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struk-

tur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang

sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pen-

gajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek

pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh

karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan

menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus

dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar

diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang

bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

Implikasi dari teori Behaviorisme dalam proses pembelajaran dirasakan kurang

memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,

bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem

pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus

dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya

Page 9: teks presentasi

pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada

diri mereka.

Karena teori Behaviorisme memandang bahwa pengetahuan telah

terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus

dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara

ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga

pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau

ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai

kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan

dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,

ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar

atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga

kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.

Tujuan pembelajaran menurut teori Behaviorisme ditekankan pada penambahan

pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut

pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari

dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran

menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti

urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum

secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku

teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi

buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil

belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan

biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut

jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai

dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan

tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari

kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan

Page 10: teks presentasi

pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara

individual.

D. Analisa Teori Behaviorisme.

Pandangan teori Behaviorisme telah cukup lama dianut oleh para pendidik.

Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruh-

nya terhadap perkembangan teori belajar Behaviorisme. Program-program pembe-

lajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-

program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons

serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program

pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Teori Behaviorisme banyak dikritik karena teori ini tidak mampu menje-

laskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan

respon. Pandangan Behaviorisme juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi

tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang

sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai

kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya

terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda

tingkat kesulitannya. Pandangan Behaviorisme hanya mengakui adanya stimulus

dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh

pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.

Teori Behaviorisme juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir

linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa be-

lajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar

menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak be-

bas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses

belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori Behaviorisme memang tidak men-

ganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang

Page 11: teks presentasi

mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung mem-

batasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.

Menurut Edwin Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses bela-

jar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan

Guthrie, yaitu:

1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat

sementara.

2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi

bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.

3. Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain

(meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan

kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal

lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuat-

nya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif.

Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada

bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul

berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai

stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.

Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika

pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus

ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia

melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini

mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut

penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif

(positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun

bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah

mengurangi agar memperkuat respons.

E. Aliran Behaviorisme Dalam Pandangan Islam

Page 12: teks presentasi

Ajaran islam diharapkan dapat mengkaji perilaku dengan cara

mempertimbangkan jiwa dan badan, perilaku manusia hanya merupakan

interpretasi dari kejiwaan manusia. Jadi tidak hanya dari satu aspek saja. Yang

diperkuat dengan pendapat dari M. Ramli, yaitu :

Al-Yauma akmaltu lakum dinakum wa atmamtu alaikum nikmati wa radhitu

islami dina

Artinya dalam aliran behaviorisme, terujinya suatu kejiwaan manusia

dengan suatu eksperimental, observasi dan uji coba memang yang dilakuakan

tokoh-tokoh behaviorisme adalah benar karena tanpa uji coba kita tidak bisa

menilai seseorang, dan pengkajian seharusnya dimulai dengan rumusan menurut

Allah. Seperti firman Allah QS. At – Taubat ayat 16 :

16. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah

belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu

dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-

orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Di dalam islam ada yang disebut dengan ujian, dalam firman Allah QS.

Ash-Shaffaat ayat 106 :

106. Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

Aliran behaviorisme mempelajari terbentuknya perilaku manusia

berdasarkan konsep stimulus dan respon, yang berarti perilaku manusia sangat

terkondisi oleh lingkungan. Satu – satunya motivasi yang mendorong manusia

bertingkah laku adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Konsep ini

Page 13: teks presentasi

mengisyaratkan bahwa ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa bakat apa –

apa dan mengingkari potensi alami manusia. Aliran behaviorisme menolak

determinan perilaku manusia, karena manusia berkembang atas dasar stimulasi

dari lingkungannya.

Pandangan ini beranggapan bahwa manusia tidak memiliki kesempatan

untuk menentukan dirinya sendiri, oleh karena itu aliran ini memiliki

kecenderungan untuk mereduksi manusia. Artinya, manusia tidak memiliki jiwa

kemauan dan kebebeasan untuk menentukan pilihannya sendiri.

Dalam hal ini kiranya perlu dipertimbangkan bahwa manusia sebagai makhluk

hedonis, padahal manusia juga memiliki kehendak untuk mengabdi pada

Tuhannya dengan tulus ikhlas dan penuh kesadaran. Pandangan ini mengangkat

derajat manusia ke tempat yang teramat tinggi. Ia seakan-akan pemilik akal budi

yang hebat serta kebebebasan penuh untuk berbuat sesuatu yang dianggap baik

dan sesuai dengan dirinya.

Kaidah dan hukum belajar ini dapat dianggap sebagai keunggulan dari

aliran behaviorisme dalam menelaah konsep manusia yang dikaitkan dengan

dengan salah satu fenomena sunnatullah, yaitu bahwa manusia dapat mengubah

nasib dirinya sendiri.Seperti firman Allah SWT pada QS Ar “ Ra’d ayat 11 yang

memiliki arti :

11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah

Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila

Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat

menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Page 14: teks presentasi

KESIMPULAN

Teori Behaviorisme merupakan teori yang menggunakan hubungan

stimulus-responnya dan menganggap orang yang belajar sebagai individu yang

pasif. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu

hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Diantara tokoh-tokoh aliran Behaviorisme, teori Skinnerlah yang paling besar

pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar Behaviorisme. Program-

program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram,

modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep

hubungan stimulus-respons, merupakan program pembelajaran yang menerapkan

teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Teori Behaviorisme tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang

kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan

dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan

respon. Pandangan Behaviorisme juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi

tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang

sama.

Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran

mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan

bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung

satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.

Metode Behaviorisme ini sesuai untuk perolehan kemampaun yang membuthkan

praktek dan pembiasaan juga sesuai diterapkan untuk melatih anak-anak yang

masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa.