teknologi pembuatan kain-2009
TRANSCRIPT
JENIS KAIN
Kain Tenun (Woven Fabric) :
Dibentuk oleh anyaman-anyaman
benang
Kain Rajut (Knitting Fabric)
Dibentuk oleh Jeratan-jeratan benang
Kain Kempa (Non Woven)
Dibentuk oleh lapisan-lapisan serat
Jenis Kain
Kain Tenun
Kain Rajut
Kain Kempa (Non Woven)
TEKNOLOGI PEMBUATAN KAIN TENUN
Kain Tenun terdiri dari benang-benang
sejajar dan searah dengan pinggir kain
dan benag-benang yang melintang.
Benang-benang yang sejajar pinggir kain
disebut benang lusi.
Benang-benang yang melintang disebut
benang pakan.
Penyilangan antara benang lusi dan
benang pakan dihasilkan kain tenun
KAIN TENUN
TEKNOLOGI PERTENUNAN (WEAVING)
Definisi :
Pertenunan (Weaving) adalah metode pembuatan kain melalui proses silangan antara benang lusi dan benang pakan.
Prinsip Pertenunan :
1. Pembukaan mulut lusi, yaitu proses menaikan atau menurunkan sebagian benang lusi.
2. Pemasukan benang pakan, yaitu proses memasukkan benang pakan ke dalam mulut lusi.
3. Pengetekan benang pakan, yaitu proses merapatkan benang pakan.
PROSES PERTENUNAN
1. Persiapan Pertenunan (Weaving
Preparation)
2. Pertenunan (Weaving Process)
PERSIAPAN PERTENUNAN
Tujuan :
1. Memperbaiki sejauh mungkin kualitas
benang, sehingga dalam proses
pertenunan tidak mengalami kesulitan.
2. Membuat gulungan benang yang
sesuai dengan persyaratan proses
selanjutnya, baik dalam bentuk
maupun volumenya.
Pada umumnya proses persiapan
pertenunan meliputi :
1. Proses Pengelosan (Winding)
2. Proses Perangkapan (Doubling)
3. Proses Penggintiran (Twisting)
4. Proses Penghanian (Warping)
5. Proses Pencucukan (Drawing-in)
6. Proses Pemaletan (Pirn Rewinding)
Persiapan Pertenunan
Contoh
Urutan Proses Pertenunan
Bahan Baku
Pengelosan Pengelosan
Perangkapan Pemaletan
Penggintiran
Penghanian
Pencucukan
Pertenunan
Benang Lusi Benang Pakan
Macam Benang :
1. Benang dari serat alam, seperti kapas,
wool, sutera, rami, dll.
2. Benang semi-synthetic, seperti rayon
viskosa, rayon acetat, dll.
3. Benang Synthetic, seperti nylon,
poliester, acrilyc, polyprophhelene, dll.
BAHAN BAKU (BENANG)
Mutu Benang :
Keseragaman Nomor Benang
Keseragaman Twist Benang
Kekuatan Tarik
Grade
Kerataan
Bahan Baku (Benang)
Penomoran Benang Penomoran Benang Tidak Langsung
(Makin besar diameter benang/makin kasar, makin kecil nomornya)
Macamnya : Ne1 dan Nm
Ne1 20 artinya benang tersebut tiap pound
panjangnya 20 hanks.
Nm 10 artinya benang tersebut 1 gram
panjangnya 20 meter
Bahan Baku (Benang)
Ne1 = Panjang Benang (hanks)/Berat Benang (pound)
Nm = Panjang Benang (meter)/Berat Benang (gram)
Penomoran Benang Penomoran Benang Langsung
(Makin kecil diameter benang/makin halus, makin kecil nomornya)
Macamnya : Tex dan Td (D)
100 Tex artinya benang tersebut tiap
1000 meter, beratnya 100 gram.
150 D artinya benang tersebut tiap 9000
meter, beratnya 150 gram.
Bahan Baku (Benang)
Tex = 1000 x Berat (gram)/Panjang (meter)
Td = 9000 x Berat (gram)/Panjang (meter)
Tujuan :
1. Penggulungan Benang dalam bentuk
kelosan.
2. Memperbaiki mutu benang yang akan
diproses, yang meliputi : kekuatan,
kerataan, kebersihan dan sambungan-
sambungan yang kurang baik.
3. Memperbaiki gulungan benang.
4. Meningkatkan efesiensi produksi.
PROSES PENGELOSAN
Mesin Kelos (Winding Mc.)
Tujuan :
1. Merangkap benang sesuai dengan
kebutuhan proses selanjutnya
2. Mempersiapkan benang yang akan
diproses gintir (twisting)
Pada dasarnya dalam proses perangkapan,
baik mesin yang digunakan maupun
prosesnya sama dengan proses pengelosan.
Hanya pada proses perangkapan benang
yang disuapkan lebih dari satu helai.
PROSES PERANGKAPAN
Proses penggintiran adalah merangkap beberapa helai benang yang kemudian diberi puntiran (twist) yang tertentu untuk setiap panjang tertentu.
TPI : Twist per Inchi TPM : Twist per meter
Tujuan dari proses penggintiran adalah untuk meningkatkan mutu dan kenampakan (oerformance) dari benang maupun kain yang ditenun dari benang tersebut, yang meliputi :
- Keseimbangan puntiran - Kekuatan tarik - Tahan gosok - Efek hias - Kilau kain - Efek garis keper (pada hasil desain tenun)
PROSES PENGGINTIRAN
Macam Proses Penggintiran :
1. Penggintiran Turun (Down Twisting)
2. Penggintiran Naik (Up Twisting)
Proses Penggintiran
Penggintiran Turun
(Down Twisting)
Keterangan :
1. Rak kelos
2. Bar Penahan
3. Rol Penyuap
4. Lapet
5. Bobbin
6. Spindel
7. Tin Rol
8. Pita Spindel
9. Ring Rail
10. Traveler
Penggintiran Naik
(Up Twisting)
Keterangan :
1. Tin Rol
2. Pita Spindel
3. Spindel
4. Bobbin Cakra
5. Lapet
6. Traverse
7. Penggulung Benang
Arah Puntiran pada Benang
S Z Putaran arah S Putaran arah Z
Puntiran benang ada dua macam yaitu : Puntiran arah S
dan puntiran arah Z
Skematis Benang Gintir
Z
S
Z S S S S S
Z
Tujuan :
Menggulung benang ke dalam boom
lusi/tenun, yaitu boom yang dipasang
pada mesin tenun, dengan gulungan
yang sejajar.
PROSES PENGHANIAN
Hasil Penghanian yang Baik : 1. Benang yang digulung harus sama panjang
2. Letak benang-benang yang digulung harus sejajar.
3. Benang yang digulung pada boom tenun tidak boleh terlalu penuh.
4. Lebar benang pada boom tenun harus lebih lebar dari lebar sisir.
5. Panjang benang harus lebih panjang dari panjang kain yang akan ditenun.
6. Permukaan benang pada boom tenun harus rata.
7. Cakra Boom tidak boleh miring.
Proses Penghanian
Macam Alat Penghanian
1. Alat Hani Tangan
2. Mesin Hani Seksional
3. Mesin Hani Lebar
Proses Penghanian
1
2
3
5 6 7 8
9
4
Proses Penghanian
Skema Mesin Hani Seksional
Keterangan :
1. Rak Kelosan benang 6. Rol Pengantar
2. Rol Pengantar 7. Tambur
3. Sisir Silangan 8. Rol Pengatur Tegangan
4. Sisir Hani 9. Boom tenun
5. Pengukur Panjang Hanian
Proses Penghanian
Contoh Gbr. Mesin Hani Lebar
Benang dalam boom tenun sebelum
ditenun diperlukan proses pencucukan.
Yang termasuk proses pencucukan,
antara lain :
- Memasukkan benang lusi pada gun-gun.
- Memasukkan benang lusi pada sisir tenun.
- Memasukkan benang lusi pada dropper
(alat penjaga lusi putus).
PROSES PENCUCUKAN
Proses Pencucukan
Pencucukan pada Mata Gun dengan
tangan
Pencucukan dengan Mesin
Proses Pencucukan
Tujuan :
Menggulung kembali benang-benang
dari bentuk untaian, bentuk bobin
kerucut atau silinder lainnya, menjadi
bentuk bobin pakan atau palet (pirn).
PROSES PEMALETAN
Hal yang perlu diperhatikan :
1. Makin panjang benang yang dapat
digulung pada palet dalam ukuran
tertentu, makin baik karena
meningkatkan efesiensi.
2. Harus dapat memilih macam palet yang
sesuai dengan macam teropong yang
dipakai
Proses Pemaletan
Posisi Penggulungan
Proses Pemaletan
KONSEP PERTENUNAN
Gerakan Primer
&
Gerakan Sekunder
Gerakan Primer
Pembukaan Mulut Lusi
(Shedding Motion)
Peluncuran Benang Pakan
(Picking Motion)
Pengetekan
(Beating Motion)
Gerakan Sekunder
Penguluran Lusi
(Let - off Motion)
Penggulungan Kain
(Take - up Motion)
Klasifikasi Mesin Tenun Mesin Tenun
Fly Shuttle Shuttleless
Ordinary Automatic Single Phase Multi Phase
Shuttle Change Cop Change
Rotary Hopper
Box Magazine
Loom Winder
Gripper
Rapier
Projectile
Rigid
Flexible
Air
Water
ALAT TENUN BUKAN MESIN
Bagian-bagian Mesin Tenun Shuttle (Teropong) dan Terjadinya Tenunan
Keterangan :
1. Boom Lusi
2. Boom Kain
3. Poros Utama
4. Rangka Gun
5. Rol kerekan
6. Injakan
7. Lade
8. Poros Lade
9. Benang Lusi
10.Kain Tenunan
11. Teropong
1
5
4
3
2
6
7
8
9 10
11
ALAT TENUN MESIN (ATM) SHUTTLELESS
Mesin Tenun Rapier
Mesin Tenun Rapier
Mesin Tenun Air Jet
Kontruksi & Anyaman
1. Nomor benang
2. Tetal benang Jumlah benang per satuan panjang
– Tetal lusi – Tetal pakan
Kontruksi Kain Tenun
3. Anyaman
- Anyaman Polos
- Anyaman Keper
- Anyaman Satin
Anyaman Dasar Kain Tenun
• Anyaman Polos (Plain)
•Anyaman Keper (Twill)
• Anyaman Satin
BESAR PRODUKSI
• TERUTAMA KECEPATAN MOTOR
MESIN (RPM)
• TETAL LUSI ATAU PAKAN
• NOMOR BENANG
• JENIS ANYAMAN
PRODUKSI MESIN TENUN
(PER 8 JAM EFEKTIF)
• PRODUKSI ATBM (2 - 5 KG)
• ATM shuttle (5 - 10 KG )
• MESIN MODERN (Shuttleless)
(DIATAS 10 KG)
TEKNOLOGI PEMBUATAN KAIN RAJUT
Terbentuk dari jeratan-jeratan dari satu macam
benang atau lebih yang searah dengan lebar
kain atau yang searah panjang kain.
Kain Rajut Pakan, yaitu terbentuk dari jeratan-
jeratan benang yang memanjang keraah lebar
kain atau arah pakan pada pertenunan.
Kain Rajut Lusi, yaitu terbentuk dari jeratan-
jeratan benang kearah panjang kain, jadi
seperti benang lusi pada kain tenun.
KAIN RAJUT
Kain Rajut
Kain Rajut Lusi Kain Rajut Lusi
Istilah Dalam Rajut :
Course (deret jeratan) adalah satu deretan
jeratan rajut ke arah lebar kain.
Wale (baris jeratan) adalah satu deretan
jeratan rajut ke arah panjang kain.
“Knit” bila sebuah jarum dalam satu periode
gerakan akan mengambil benang baru dan
melepaskan benang lama
“Tuck” bila sebuah jarum dapat mengambil
benang baru tetapi tidak dapat melepaskan
jeratan lama yang telah terbentuk sebelumnya.
Wale
Course
Course dan Wale
Struktur Knit
Formasi terjadinya Tuck
KAIN RAJUT PAKAN
– Kain Rajut pakan
* Kain rajut rangkap (double knit)
- bercorak
- tanpa corak
– * Kain rajut sepihak (plain jersey)
- bercorak
- tanpa corak
– Twist per inch (TPI) = a V Ne1
a untuk benang rajut = 2,75 – 3,25
a untuk benang pakan = 3,50 – 4,00
a untuk benang lusi = 4,00 – 4,75
Mesin Rajut
Datar
Pemakaian nomor benang
• Ms Rajut Datar
Ne1 = Cut2 /14
Ms rajut Bundar
- Plain & Rib 1x1 Ne1 = Cut2 / 6
- Rib 2x2 Ne1 = Cut2 / 8
_ Kaos kaki plain Ne1 = Cut2 / 20
Ms rajut lusi Ne1 = Cut2 / 18
Proses Terjadinya Jeratan
6
7
8
5 33
2
1
J
J J
J
J J
J
jl jl jl jl
J
4
PENGELOMPOKAN MESIN
RAJUT • Mesin Rajut
* Ms Rajut Pakan
+ M R D : 2 posisi; 3 posisi; Interlock ; Peralatan khusus utk motif
+ M R B : - Silinder : Tanpa sinker;Dengan Sinker; Prltan khusus
- Silinde + dial : Rib; Interlock; Prltan khusus
* Ms Rajut Lusi :
- MRL “ Rachel”
- MRL “Tricot”
- MRL dengan peluncuran pakan
Kehalusan Mesin Rajut
• Untuk MRD & MRL
Jumlah jarum (alur) dlm “needle bed”
Cut ( gauge) =---------------------------------------------
Lebar kerja maksimum ( dalam inch)
Untuk MRB
Jumlah jarum (alur) dalam silinder
Cut ( gauge) = ------------------------------------------
Keliling silinder ( dalam inch)
Catt: Bila ms menggunakan 2 needle bed atau needle bar atau Silinder
dan dial kehalusan akan menjadi dua kali
Jeratan Rajut Datar
Rib 2 x 2
Proses Pembuatan Kain Teknologi Perajutan (Knitting)
Mesin Hani
Mesin Rajut
Pengujian kain rajut:
• Course per inch / cm
• Wales per inch / cm
• Panjang jeratan
• Kekuatan kain
• Tebal
• Perubahan ukuran karena pencucian
Skema Proses
Alur Proses
Pembuatan
Kain Kempa
Proses Pembuatan Kain Kain Kempa (Non Woven)
PEMILIHAN SERAT PADA
KAIN KEMPA
• Ditentukan oleh:
* Metode pembuatan kain
* Pemakaian akhir kain
*Daya guna kain yang dibutuhkan
KAIN KEMPA DAPAT
DIPEROLEH
DARI PROSES: • Resin Bonding
• Spun Bonding
• Needle Punching
• Fluid Pressure
• Heat Bonding
• Web Formation
• Miscellsneus
PARAMETER PENTING DALAM
MEMPRODUKSI KAIN KEMPA
• Panjang serat → 4 mm s/d 135 mm
• Diameter serat → 0,9 d tex s/d 20 d tex
• Penampang melintang → normalnya bundar
• Kerutan serat :
* Kilau serat (Fibre lustre)
SS of take up rollers
* Draw Ratio = -------------------------
-
SS of feed rollers