skripsi kain perca

127
i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI KAIN PERCA ( DODOTAN ) DENGAN SISTEM KARUNGAN ( Studi Kasus di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Hukum Islam Oleh: ABDUL AZIZ NIM. 209 032 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM 2013

Upload: aziz-elcharity

Post on 21-Oct-2015

660 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI KAIN PERCA ( DODOTAN ) DENGAN SISTEM KARUNGAN( Studi Kasus di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus )

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi kain perca

i

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

JUAL BELI KAIN PERCA ( DODOTAN )

DENGAN SISTEM KARUNGAN

( Studi Kasus di Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Dalam Ilmu Hukum Islam

Oleh:

ABDUL AZIZ

NIM. 209 032

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

2013

Page 2: skripsi kain perca

ii

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Hal : Nota Persetujuan Pembimbing

Kepada

Yth. Ketua STAIN Kudus

Cq Ketua Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam

di-

Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Diberitahukan dengan hormat, bahwa Skripsi Saudara : Abdul Aziz, NIM :

209032 dengan judul : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli

Kain Perca (Dodotan) Dengan Sistem Karungan (Studi Kasus di Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus) pada Jurusan Syariah dan

Ekonomi Islam, setelah dikoreksi dan diteliti sesuai aturan proses pembimbingan,

maka Skripsi dimaksud dapat disetujui untuk dimunaqosahkan.

Oleh karena itu mohon dengan hormat agar naskah skripsi tersebut diterima dan

diajukan dalam program munaqosah sesuai jadwal yang direncanakan.

Demikian kami sampaikan terimakasih.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Kudus, 10 Juni 2013

Dosen Pembimbing

H. Fu’ad Riyadi, Lc, M.Ag.

NIP. 197609252006041002

Page 3: skripsi kain perca

iii

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) KUDUS

PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Abdul Aziz

NIM : 209 032

Jurusan/Prodi : Syari’ah & Ekonomi Islam

JudulSkripsi : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Kain

Perca (Dodotan) Dengan Sistem Karungan . (Studi Kasus

di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus)

Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri Kudus pada tanggal :

20 Desember 2013

Selanjutnya dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Jurusan Syariah & Ekonomi

Islam.

Kudus, 22 Desember 2013

Penguji I Penguji II

Drs. H. Yasin, M.Ag Shofaussamawati, S.Ag, M.S.I

NIP. 195605011988031002 NIP. 197408281999032004

Sekretaris Sidang Pembimbing

Suhadi, M.S.I H. Fu’ad Riyadi, Lc, M.Ag.

NIP. 19740518200712100 NIP. 197609252006041002

Page 4: skripsi kain perca

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Abdul Aziz

NIM : 209 032

Alamat : Jl. Dr. Wahidin 133 RT 003 RW 001 Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

Menyatakan bahwa “skripsi” yang saya buat ini guna memenuhi persyaratan

kelulusan pada Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri Kudus dengan judul

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Kain Perca ( Dodotan )

Dengan Sistem Karungan”

( studi kasus di desa demangan kecamatan kota Kabupaten kudus )

Adalah hasil karya sendiri, bukan “Duplikasi” dari karya orang lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan

dari siapapun.

Kudus, 10 Juni 2013

Penulis

Abdul Aziz

NIM : 209 032

Page 5: skripsi kain perca

v

MOTTO

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan

tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”

(QS. Al Maidah ayat 2)

Page 6: skripsi kain perca

vi

P E R S E M B A H A N

“Engkaulah yang menuntun cucu-cucu Adam

menuju ke Tauhidan”

Dalam ketidak berdayaanku, kupanjatkan do’a

tuk sebuah Nur yang senantiasa

menunjukkanku ke jalan-MU.

Dalam ketidak mampuanku,,, ku memohon

akan belas kasih-MU yang selalu membimbingku

dalam keridhaan-MU.

Karya Ilmiah Ini Saya Persembahkan Kepada : Untuk Almarhum Bapak (H. Masmichan) dan Ibu (Hj.

Sulianah) tercinta semoga apa yang telah diajarkan

kepadaku bisa bermanfaat dan mewujudkan harapan

Bapak, Ibu serta mewujudkan cita-citaku.

Terkhusus untuk (Hj. Emma Sulistiani, S.Pdi) selaku kakak

dan sebagai penganti orang tua kandung, saya terimakasih

banyak atas support serta dukungan moral maupun materi

mulai dari awal kuliyah sampai akhir, dan semoga saya bisa

menjadi pribadi yang lebih baik.

Saudara-saudaraku (Hj. Emma Sulistiani, Farida Ariany,

Muhammad Effendi, Abdurrahman dan Ani Muflichati)

yang selama ini telah memotifasi dan memberikan dorongan

serta memberikan nasehat-nasehat yang akan aku jalankan.

Untuk adindaku tersayang yang selama ini selalu

mendampingiku memberikan motivasi dan menjadi motivasi

serta inspirasi dalam hidupku.

Page 7: skripsi kain perca

vii

Bapak dan Ibu Dosen yang senantiasa memberikan segenap

ilmu dan pengajaran serta pengalaman yang sangat berarti

dalam pendidikanku.

Seluruh sahabat-sahabatku senasib seperjuangan yang selalu

memberikanku support dan spirit persahabatan untukku.

Teman-temanku Prodi Syari’ah AS Angkatan 2009 kelas A

dan B yang telah memberikan kenangan baik, pahit dan

manis, akan tetap menjadi memory sendiri guna

menyongsong persahabatan yang berkesinabungan.

Teman-temanku yang tak bisa aku sebutkan satu per satu

dimanapun kalian berada. Akan tetap ada ruang khusus di

hatiku untuk semua kebersamaan kita.

Almamaterku STAIN Kudus Tercinta.

Para pembaca yang budiman, semoga skripsi ini dapat

menambah wawasan dan pengetahuan pendidikan.

Page 8: skripsi kain perca

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahir Rohmanir Rahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan

hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Kain

Perca (Dodotan) Dengan Sistem Karungan (Studi Kasus di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus) ini disusun guna memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Starata Satu (S1) Pada Prodi Syariah dan

Ekonomi Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terealisasikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hadi, MA, selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri Kudus yang telah merestui pembahasan skripsi ini.

2. Bapak Shobirin, S. Ag, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Syariah & Eknomi Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus yang telah memberikan arahan

tentang penulisan skripsi ini.

3. Bapak H. H. Fu’ad Riyadi, Lc, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan

bimbingan, pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. H. Masdi, M.Ag selaku Kepala Perpustakaan Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Kudus yang telah memberikan izin dan layanan

perpustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak H. Ma’ruf, H. Hariyanto, H. Ali Ridho dan Bapak H. Masmichan serta

segenap karyawan yang yang telah memnerikan izin guna melakukan

penelitian dalam penyelesaian skripsi.

6. Para Dosen atau Staf pengajar di lingkungan Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri Kudus yang membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: skripsi kain perca

ix

7. Saudara-saudaraku (Hj. Emma Sulistiani, Farida Ariany, Muhammad Effendi,

Abdurrahman dan Ani Muflichati) yang selama ini telah memotifasi dan

memberikan dorongan serta memberikan nasehat-nasehat guna terselesainya

skripsi ini.

8. Untuk adindaku tersayang yang selama ini selalu mendampingiku

memberikan motivasi dan menjadi motivasi serta inspirasi dalam hidupku

sehingga skripsi ini selesai.

9. Teman-temanku Prodi Syari’ah AS Angkatan 2009 kelas A dan B yang telah

memberikan kenangan baik, pahit dan manis, akan tetap menjadi memory

sendiri guna menyongsong persahabatan yang berkesinabungan.

Semoga amal baik beliau di atas dan juga semua pihak yang tidak dapat

sebutkan satu per satu mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda di sisi

Allah SWT. Amiiin.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa penyususnan skripsi ini masih jauh

mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Karena itu kritik konstruktif dari

siapapun diharapkan menjadi semacam suara yang dapat menyapa tulisan ini

sebagai bahan pertimbangan dalam proses kreatif berikutnya. Namun demikian

sekecil apapun makna yang terjelma dalam tulisan ini pun diharapkan ada

manfaatnya.

Kudus, 20 Desember 2013

Penulis

Abdul Aziz

NIM : 209 032

Page 10: skripsi kain perca

x

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul ……………………………………………………… i

Halaman Persetujuan Pembimbing ………………………………… ii

Halaman Pengesahan ………………………………………………. iii

Halaman Surat Pernyataan ………………………………………… iv

Halaman Motto ……………………………………………………. v

Halaman Persembahan …………………………………………….. vi

Kata Pengantar …………………………………………………….. viii

Daftar Isi …………………………………………………………… x

Abstrak …………………………………………………………….. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Penegasan Istilah 4

C. Fokus Penelitian 6

D. Rumusan Masalah 6

E. Tujuan Penelitian 7

F. Manfaat Penelitian 7

G. Sistematika Penulisan Skripsi 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Dalam Islam

1. Jual Beli Menurut Fiqih Muamalah 10

2. Jual Beli Menurut KUH Perdata 11

3. Jual Beli Menurut Bahasa 11

4. Jual Beli Menurut Syara’ 12

B. Dasar Hukum Jual Beli

1. Al-Qur’an 13

2. As-Sunnah 14

Page 11: skripsi kain perca

xi

3. Ijma’ 16

C. Rukun dan Syarat Jual Beli 17

1. Rukun Jual Beli 18

2. Syarat – syarat Sah Jual Beli 18

D. Macam – Macam Jual Beli 20

1. Jual Beli Yang Dilarang 21

2. Hukum dan Sifat Jual Beli 22

E. Gharar 23

1. Pengertian Gharar 23

2. Hukum Jual Beli Gharar 24

3. Jenis – Jenis Gharar 25

F. Manfaat Jual Beli 26

G. Hasil Penelitian Terdahulu 27

H. Hasil Dengan Penelitian Terdahulu 31

I. Kerangka Berfikir 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 36

1. Jenis Penelitian 36

2. Pendekatan Penelitian 36

3. Sifat Penelitian 37

4. Sumber Data 37.

5. Lokasi Penelitian 38

6. Tehnik Pengumpulan Data 38

7. Metode Pengolahan Data 40

8. Uji Keabsahan Data 40

9. Metode Analisis Data 41

Page 12: skripsi kain perca

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus.

1. Letak Geografis 44

2. Iklim 45

3. Jumlah Penduduk 46

4. Pemerintahan 46

5. Keadaan Pendidikan 49

6. Keadaan Ekonomi 51

7. Keadaan Sosial Keagamaan 53

8. Keadaan Sosial Budaya 57

B. Latar Belakang dan Alasan Jual Beli Kain Perca 59

Dengan System Karungan di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

C. Proses Pelaksanaan Praktek Jual Beli Kain Perca 62

Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

D. Deskripsi Data Faktor-faktor Yang Mempengaruhi 69

Jual Beli Kain Perca (dodotan) dengan Sistem

Karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus

1. Faktor Keuntungan 70

2. Faktor Ikut-ikutan 72

3. Faktor Trand Bisnis 74

4. Faktor Keindahan 75

E. Pendapat Ulama’ Terhadap Jual Beli Kain Perca 76

Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

F. Analisis Penggalian Hukum Islam Terhadap Transaksi 84

Jual Beli Kain Perca (dodotan) Yang Terjadi di Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

Page 13: skripsi kain perca

xiii

1. Pendekatan Normatif 86

2. Pendekatan Sosiologis 89

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 95

B. Saran – saran 97

C. Keterbatasan Penelitian 97

D. Penutup 97

Daftar Pustaka

Daftar Riwayat Hidup

Lampiran-lampiran

Page 14: skripsi kain perca

xiv

ABSTRAK

Kegiatan jual beli termasuk dalam kegiatan perdagangan dan merupakan

perbuatan yang diizinkan oleh ajaran Islam. Jual beli pun mempunyai syarat-syarat

dan ketentuan yang berlaku agar transaksi jual beli itu menjadi sah, terdapat pula

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam transaksi jual beli. Diantara hal-hal yang

harus diperhatikan yaitu mengenai masalah takaran dan ketentuan harga agar tidak

ada pihak-pihak yang diuntungkan secara sepihak Dalam skripsi ini penelitian dilakukan terhadap praktek jual beli kain perca

dengan sistem karungan yang terjadi di Desa Demangan. Kemudian menurut

pengamatan sementara Praktek Jual Beli Kain Perca di Desa Demangan, ijab

qabul dilakukan ketika jual beli sedang berlangsung serta tanpa alat bukti bisa

dikatakan hampir semua pedagang dan penjual tidak menggunakan dan hanya

mengunakan taksiran harga berdasarkan besar kecilnya kain perca yang berada

dalam karung. Sedangkan pedagang mencampur semua potongan kain dengan

plastik maupun kerdus sisa dari pemotongan kain tersebut. Selain itu, barang yang

tidak cocok atau ada cacat barang maka barang tersebut bisa dikembalikan dan

ada juga diganti dengan barang lain. Sehingga dalam praktek jual beli pakaian

tersebut terdapat satu hal yang meragukan bila ditinjau dari norma Hukum Islam.

Dalam buku-buku kajian fikih, mengenai jual beli telah dibahas aturan-aturannya

secara global seperti larangan menipu, menimbun, menyembunyikan cacat

barang, mengurangi timbangan dan lain sebagainya untuk keselamatan dunia

perdagangan. Akan tetapi pembahasan mengenai laba atau keuntungan yang boleh

diambil dalam jual beli masih sedikit, meskipun hal ini memiliki kedudukan yang

sangat penting.

Jenis penelitian yang digunakan untuk menyusun skripsi ini adalah jenis

penelitian lapangan (Field Research), adapun langkah-langkah yang digunakan

dalam pengumpulan data dengan observasi, interview kepada pihak penjual dan

pembeli. Setelah mendapatkan data penyusun menganalisa data dengan

pendekatan normatif yaitu, berdasarkan teks-teks al-Qur’an dan as-Sunnah serta

kaedah-kaedah Fiqhiyyah, dengan kerangka berfikir deduktif dan induktif.

Dari penelitian tersebut penyusun simpulkan, pandangan Hukum Islam

terhadap jual beli kain perca dengan sistem karungan yang terjadi di Desa

Demangan berdasarkan pendekatan normatif apabila ditinjau dari syarat dan

rukun jual beli yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus adalah sah karena sudah memenuhi syarat dan

rukun jual beli. dan melihat fenomena yang terjadi di Desa Demangan, yaitu

terjadinya jual beli kain perca dengan sistem karungan maka peneliti meninjau

dari sumber hukum Islam peneliti menyimpulkan bahwa transaksi jual beli kain

perca dengan sistem karungan tersebut adalah mubah (boleh). Karena presentasi

kerugiannya sangat kecil dan lebih banyak untungnya, karena yang namanya jual

beli berpotensi untuk untung dan rugi.

Taksiran = harga berdasarkan besar kecilnya kain perca yang berada dalam

karung.

Page 15: skripsi kain perca

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan Allah pada dasarnya adalah untuk saling

bermuamalah. Tidaklah mungkin manusia hidup di dunia tanpa saling

membutuhkan antara satu dengan yang lain, baik dalam jual beli, sewa

menyewa, bercocok tanam, dalam urusan pribadi maupun untuk

kemaslahatan umum. Islam sebagai agama yang rahmat lil‘alamin tidak

hanya memberikan perhatian kepada masalah ‘ubudiyah, tetapi juga

memberikan perhatian yang tinggi terhadap masalah mu’amalah. Banyak

ayat al-Quran yang menjelaskan, bahkan memberikan nilai yang sangat

tinggi dan positif secara hukum terhadap bidang tersebut, khususnya yang

berkaitan dengan aktifitas ekonomi. Hal ini dikarenakan hasil aktifitas

ekonomi dipandang dalam ajaran Islam mempunyaikaitan erat dengan

rahmat Allah SWT yang dilimpahkan kepada umat manusia.

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna di muka

bumi ini, karena manusia diberi kelebihan akal untuk berfikir dan

menjalankan kehidupannya, sehingga dengan kelebihan itu manusia

dituntut untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang halal

dan yang haram, yang diperintah dan yang dilarang serta segala sesuatu

yang berhubungan dengan kehidupan manusia yang memerlukan

pemilihan untuk dijalani atau ditinggalkan.1

Selain itu, Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing

saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong menolong,

tukar menukar keperluan dalam segala urusan kepentingan hidup masing-

masing, baik dalam jual beli, sewa menyewa, atau yang lainnya. Dalam

diri manusia terdapat pula fitrah yang dihiaskan kepada manusia yang

1Ahmad Azhar Basyir, Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta : BPFE, 1987),

hlm, 1.

Page 16: skripsi kain perca

2

merupakan bahan yang melahirkan dorongan bekerja dan bukanhanya

bekerja tetapi bekerja yang serius sehingga melahirkan keletihan.

Ketergantungan manusia terhadap manusia lain membuat mereka

berkumpul dan bersatu tidak terpisah-pisah, bertetangga dekat dan saling

berjauhan agar saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Hal

ini menunjukkan bahwa kerjasama antar manusia itu sangat dianjurkan

dalam Islam. Dengan demikian terjadilah jual beli, jalan yang

menimbulkan keseimbangan hidup sa’adah antara manusia dan dengan

jalan jual beli pulalah teratur penghidupan mereka masing-masing, mereka

dapat berusaha mencari rezeki dengan aman dan terang.

Dalam pelaksanaan jual beli, hal yang paling penting diperhatikan

ialah mencari barang yang halal dan dengan jalan yang halal pula. Artinya,

carilah barang yang halal untuk diperjualbelikan atau diperdagangkan

dengan cara yang sejujur-jujurnya. Bersih dari segala sifat yang dapat

merusak jual beli seperti,penipuan, pencurian, perampokan, riba dan lain-

lain.Salah satu segi aturan hukum jual beli yang terdapat dalam Al-Quran

surat Al-Baqarah ayat 275 dan Surat An-Nisa’ ayat 29:

…………..

Artinya : ”...Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba....”. (Surat Al-Baqarah ayat 275).2

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,

kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan

suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

2 Al-Qur’an, Surat Surat Al-Baqarah, ayat 275, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan

Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 84

Page 17: skripsi kain perca

3

membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu. (Qs. An-Nisa’ayat 29)3

Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan syara’ di atas maka

dapat dikatakan transaksi jual beli itu pada dasarnya diperbolehkan dengan

alasan bahwa manusia itu tidak dapat mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa

bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain

yang dibutuhkannya harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.

Dengan demikian setiap muslim yang melakukan transaksi jual beli

berkewajiban mentaati peraturan tersebut.

Kemudian menurut pengamatan sementara yang saya lakukan

Home Indusry pembuat Konveksi yang berada di Desa Demangan

sekarang ini berjumlah sekitar 18 Home Industri pembuat bahan Tekstil

dari berbagai kelas produksi, dan pedagang kecil sampai menengah

berjumlah 156 pedagang, selanjutnya praktek jual beli kain perca

(dodotan) di Desa Demangan dilakukan ketika jual beli sedang

berlangsung serta tanpa alat bukti timbangan maupun meteran bisa

dikatakan hampir semua pedagang tidak menggunakan. Sedangkan

pedagang mencampur barang sutiran dengan kertas dari sisa kain.

Sehingga dalam praktek jual beli pakaian tersebut terdapat satu hal yang

meragukan bila ditinjau dari norma Hukum Islam karena rukun dan syarat

jual beli belum terpenuhi secara penuh.

Sedangkan dalam buku-buku kajian fikih, mengenai jual beli telah

dibahas aturan-aturannya secara global seperti larangan menipu,

menimbun, menyembunyikan cacat barang, mengurangi timbangan dan

lain sebagainya untuk keselamatan dunia perdagangan. Akan tetapi

pembahasan mengenai laba atau keuntungan yang boleh diambil dalam

jual beli masih sedikit, meskipun hal ini memiliki kedudukan yang sangat

penting. Keuntungan merupakan buah darikegiatan bisnis yang dapat

digunakan untuk menjaga kelangsungan usaha juga sebagai pendorong

3 Al-Qur’an, Surat Al-Nisa’, ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir Al-

Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 47.

Page 18: skripsi kain perca

4

untuk bekerja lebih efisien. Akan tetapi sering terjadi ketidakstabilan harga

di pasar dan kurangnya pengetahuan tentang bagaimana menentukan

keuntungan, menjadikan kondisi seperti ini sering dimanfaatkan oleh

pihak penjual yang hanya memikirkan keuntungan materi dan

menonjolkan keegoisannya tanpa melihat lingkungan sekitar sehingga

ujung-ujungnya konsumen yang dirugikan.

Masih banyak masyarakat awam yang tidak mengerti faktor apa

saja yang harus diperhatikan dalam menentukan berapa besar keuntungan

yang boleh diambil dalam perdagangan kain perca dan bagaimana menjual

barang yang tidak merugikan pembeli atau konsumen. Sehingga banyak

terjadi harga yang ditentukan sesuai dengan kemauan masing-masing

individu tanpa melihat apakah keuntungan yang diambil dari barang yang

dijual tersebut sesuai atau tidak menurut Islam. Berangkat dari kenyataan

di atas, bahwa penulis tertarik untuk mengkaji tentang bagaimana Tinjauan

Hukum Islam agar memperoleh status Hukum Islam dengan jelas tentang

praktek transaksi jual beli kain perca (dodotan). Hal ini yang

melatarbelakangi penulis untuk meneliti lebih jauh terhadap praktek

transaksi jual beli kain perca tersebut dengan judul:

“ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Kain Perca (dodotan)

Dengan Sistem Karungan”

(Studi Kasus di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus).

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalah penafsiran tentang judul

skripsi ini, maka dibawah ini uraian masing-masing istilah yang dipakai

dalam skripsi ini yaitu :

1. Tinjauan Hukum Islam

Tinjauan adalah pandangan terhadap suatu kasus atau

perkara.4

4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka,Jakarta, 1991, hlm. 852

Page 19: skripsi kain perca

5

Hukum Islam adalah suatu norma atau atruran yang

mengatur pada tatanan zakat, wakaf, waris, pernikahan yang sesuai

dengan al-Quran dan al-Hadits.5

2. Jual Beli

Secara etimologis jual beli bersal dari bahasa arab al-Bai’ yang

makna dasarnya menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan

sesuatu yang lain. Dalam prakteknya, bahasa ini terkadang digunakan

untuk pengertian lawannya, yakni kata al-Syira’ (beli). Maka, kata

al-Bai’ berarti jual, tetapi sekaligus beli.6

Sedangkan secara therminologis, adalah tukar menukar harta

dengan harta berdasarkan keridhaan. Atau memindahkan kepemilikan

(harta) dengan adanya ganti yang diperbolehkan.Jual beli yang

dimaksud dalam skripsi ini adalah jual beli kain perca ( dodotan )

dengan sistem karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus.

3. Perca

Perca dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kain sisa

dalam pembuatan sesuatu misalkan baju, tirai, dll yang sudah tidak

terpakai dan biasanya dibikin kain lap atau majun dengan menyatukan/

menjahit beberapa kain perca.7

4. Karungan

Karung (Bal-balan) istilah dalam bahasa jawa yang artinya

barang yang dimasukkan dalam karung.8

5. Studi Kasus

Istilah studi kasus terdiri dari dua kata, yaitu studi dan kasus.

Study berasal dari bahasa Inggris “Study” yang berarti mempelajari

sessuatu. Dan kasus dalam bahasa Inggris “Case" yang berati hal,

5 Moh. Rifai, Konsep Syari’ah, Wicaksana Semarang, 2004, hlm. 45 6Afandi, Muhammad Yazid, 2009. Fiqh Muamalah (Dan Implementasinya Dalam

Lembaga Keuangan Syari’ah). Yogyakarata: Logung Pustaka. Hlm. 127 7 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jogjakarta, 2007, hlm. 125 8Ibid, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm 587

Page 20: skripsi kain perca

6

perkara, jadi yang dimaksud dalam studi kasus dalam skripsi ini adalah

telaah terhadap praktik jual beli kain perca (dodotan) dengan sistem

karungan dalam pandangan Hukum Islam yang terjadi di Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

Dari beberapa pengertian diatas maka yang dimaksud adalah

tentang pelaksanaan jual beli kain perca (dodotan) dalam pandangan

Hukum Islam yang terjadi di Desa Demangan Kecamtan Kota

Kabupaten Kudus.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian penulis dalam pembuatan skripsi kali ini adalah

untuk mentelaah terhadap praktik jual beli kain perca (dodotan) dengan

sistem karungan dalam pandangan Hukum Islam yang terjadi di Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini ada

permasalahan yang menjadi acuan dalam penelitian yang akan penulis

lakukan. Adapun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Praktek Jual Beli Kain Perca (dodotan) dengan Sistem

Karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus ?

2. Faktor – faktor Apa yang Mendorong Masyarakat Untuk Melakukan

Jual Beli Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan Kecamatan

Kota Kabupaten Kudus ?

3. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli

Dengan Sistem Karungan Yang Berada di Desa Demangan Kecamtan

Kota Kabupaten Kudus ?

Page 21: skripsi kain perca

7

E. Tujuan Penelitian

Sebagaimana telah dijelaskan secara implisit melalui rumusan

latarbelakang masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui praktek jual beli Kain Perca (dodotan) dengan

sistem karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten

Kudus.

2. Untuk mengetahui dan memahami Hukum Islam dalam praktek jual

beli kain perca di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten kudus.

3. Untuk mengetahui bagaimana persepsi ulama’ dan tokoh agama di Desa

Demangan Kecamatan Kota kabupaten Kudus terhadap pelaksanaan

jual beli kain perca (dodotan) dengan sistem karungan.

4. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program

sarjana strata satu dalam bidang ilmu syariah dan ekonomi islam.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini adalah :

a. Sebagai sumbangan dalam khasanah ilmu pengetahuan, terlebih

Hukum Islam dalam bidang mu’amalah.

b. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan bagi peneliti

selanjutnya dalam masalah jual beli.

c. Kajian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi para penjual bahan kain

perca dan bagi para pelaku bisnis pada umumnya.

Dari hasil penelitian ini, diharapkan bermanfaat minimal dalam

dua hal, yaitu:

a) Secara teoritis

Berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan atau

menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan proses

jual beli kain perca (dodotan) yang berada di Desa Demangan

Page 22: skripsi kain perca

8

Kecamatan kota Kabupaten Kudus, dan sekaligus dapat digunakan

sebagai bahan penelitian lebih lanjut.

b) Secara praktis

Diharapkan bisa menjadi masukan bagi para pembaca

untuk dapat dijadikan landasan berfikir dalam melakukan proses

jual beli dan sosialisasi sekaligus mempertajam analisis teori dan

praktek terhadap jual beli kain perca (dodotan) yang berada di

Desa Demangan Kecamatan kota Kabupaten Kudus.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-

masing bab membahas permasalahan yang diuraikan menjadi beberapa sub

bab. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas serta mempermudah dalam

pembahasan secara global. Sistematika penulisan skripsi ini sebagai

berikut:

1. Bagian awal

Dalam bagian ini terdiri dari bagian judul, Halaman nota

persetujuan pembimbing, Halaman pengesahan skripsi, Halaman

motto, Halaman persembahan, Halaman kata pengantar, abstrak dan

halaman daftar isi.

2. Bagian isi

Bagian isi ini terdiri dari beberapa bab yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan latarbelakang masalah, penegasan

istilah, fokus penilitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat kegunaan penelitian dan sistematika

penulisan skripisi.

Bab II : Landasan Teori

Dalam bab ini akan diuraiakan teori-teori yang berkaitan

dengan penelitian ini

Page 23: skripsi kain perca

9

Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang jenis penelitian, pendekatan

penelitian, sifat penelitian, sumber data, lokasi penelitian,

teknik pengumpulan data, metode pengolahan data, uji

keabsahan data dan metode analisis data.

Bab IV : Hasil Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang deskripsi penelitian, hasil

penelitian dan analisis dari hasil penelitian.

Bab V : Penutup

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan, saran dan

penutup.

3. Bagian akhir

Dalam bab ini berisi tentang daftar pustaka, daftar riwayat

pendidikan penulis dan lampiran – lampiran.

Page 24: skripsi kain perca

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Dalam Islam

1. Jual Beli Menurut Fiqih Muamalah

Secara etimologis jual beli bersal dari bahasa arab al-Bai’ yang

makna dasarnya menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan

sesuatu yang lain. Dalam prakteknya, bahasa ini terkadang digunakan

untuk pengertian lawannya, yakni kata al-Syira’ (beli). Maka, kata

al-Bai’ berarti jual, tetapi sekaligus beli.9

Sedangkan secara therminologis, adalah tukar menukar harta

dengan harta berdasarkan keridhaan. Atau memindahkan kepemilikan

(harta) dengan adanya ganti yang diperbolehkan.10 Sedangkan Para

Ulama memberikan definisi yang berbeda-beda.

a. Dikalangan Ulama Hanafi terdapat dua pengertian: yang pertama,

saling tukar menukar harta dengan harta melalui cara tertentu.

Yang kedua tukar menukar sesuatu yang diingini dengan sepadan

melalui cara tertentu yang bermanfaat.

b. Ulama Madzhab Maliki, Syafi’I, dan Hanbali memberikan

pengertian, jual beli adalah saling menukar harta dengan harta

dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan. Definisi ini

menekankan pada aspek milik pemilikan, untuk membedakan

dengan tukar menukar harta/barang yang tidak mempunyai akibat

milik kepemilikan, seperti sewa menyewa. Demikian juga harta

yang dimaksud adalah harta dalam pengertian luas, bisa barang dan

bisa uang.11

9Afandi, Muhammad Yazid, 2009. Fiqh Muamalah (Dan Implementasinya Dalam

Lembaga Keuangan Syari’ah). Yogyakarata: Logung Pustaka. Hlm. 127 10Al-Subaili, Yusuf, Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar fiqh muamalat dan aplikasinya

dalam ekonomi modern, th, 1986, hlm. 96 11Khairi, Miftahul, 2009. Ensiklopedi Fiqih Muamalah Dalam Pandangan 4 Madzhab.

Yogyakarta: Maktabah al-Hanif. Hlm. 79

Page 25: skripsi kain perca

11

2. Jual Beli Menurut KUH Perdata

Dalam pasal 1457 KUH Perdata:

“Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

mengikat dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak

yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan”.12

Pengertian hampir sama hanya saja di KUH Perdata pasal 1457

tidak disebutkan berdasarkan keridhaan atau kerelaan, akan tetapi pada

pasal 1323 dinyatakan bahwa perjanjian akan batal jika ada unsur

paksaan dengan redaksi sebagai berikut: “Paksaan yang dilakukan

terhadap orang yang membuat suatu perjanjian, merupakan alasan

untuk batalnya perjanjian, juga apabila paksaan itu dilakukan oleh

seorang pihak ketiga, untuk kepentingan siapa perjanjian tersebut

tidak telah dibuat”. Juga disebutkan dalam pasal 1449 KUH Perdata

yang berbunyi : “Perikatan-perikatan yang dibuat dengan paksaan,

kekhilafan atau penipuan, menerbitkan suatu tuntutan untuk

membatalkannya”.

3. Menurut Bahasa

Menurut etimolgi ( bahasa ) yang dalam Hukum Islam dikenal

dengan istilah al-bai’.Dalam istilah Islam, kata jual beli sebenarnya

mengandung suatu pengertian yang berasal dari bahasa arab yaitu dari

kata ba’iyang mempunyai arti menjual.

Pengertian jual beli sebagaimana ditegaskan oleh M. Hasbi Ash

Shiddieqi dalam bukunya Hukum-hukum Fiqh Islam, yaitu

mengalihkan hak milik kepada seseorang sesuatu barang dengan

menerima daripadanya harta ( harga) atas dasar keridhaaan kedua

belah pihak ( pihak penjual dan pihak pembeli ).13

Sebagaiman firman Allah SWT dalam Surat Yusuf ayat 20:

12Subekti dan Tjitrosudibio, 2008. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk

Wetboek). Jakarta: PT Prasnya Paramita. Hlm. 147 13 M. Hasbi Ash Shiddieqi, Hukum-hukum Fiqh Islam, cet.II, Semarang: Pustaka Rizqi

Putra, 2001, hlm. 32

Page 26: skripsi kain perca

12

Artinya : “dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, Yaitu

beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik

hatinya kepada Yusuf (Qs. Yusuf ayat 20).14

Dari berbagai pengertian diatas, dapatlah diketahi bahwa

pengertian jual beli secara istilah itu mengandung unsur-unsur sebagai

berikut :

a. Adanya tukar menukar

b. Adanya pengalihan benda atau hak milik

c. Adanya ganti

d. Adanya unsur rela sama rela

e. Adanya cara-cara tertentu yang dibenarkan syara’.

4. Menurut syara’

Pengertian jual beli (البيع) secara syara’ adalah tukar menukar

harta dengan harta untuk memiliki dan memberi kepemilikan.

Sebagian ulama lain memberi pengertian :

a. Menurut Ulama Hanafiyah : “Pertukaran harta (benda) dengan

harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan)”.15

b. Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ : “Pertukaran harta

dengan harta untuk kepemilikan”.16

c. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni : “ Pertukaran

harta dengan harta untuk saling menjadikan milik”.

d. Tukar menukar harta meskipun ada dalam tanggungan atau

kemanfaatan yang mubah dengan sesuatu yang semisal dengan

keduanya, untuk memberikan secara tetap.

14 Al-Qur’an, Surat Yusuf, Ayat 20, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir Al-

Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 73 15 Alauddin al-Kasani, Bada’i ash-Shana’I fi Tartib asy-Syara’i, juz 5, Cet. Ke III, th

1998, hal. 133 16 Muhammad asy-Syarbini, Mugni al-Muhtaj, juz 2, Cet, ke II, tahun 1996, hal. 2

Page 27: skripsi kain perca

13

e. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan

jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas

dasar saling ridha.

f. Saling tukar harta, saling menerima dapat dikelola dengan ijab dan

qabul dengan cara yang sesuai dengan syara.

g. Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan

dan memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara

yang dibolehkan.

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli

ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang

mempunyai nilai secara ridha di antara kedua belah pihak, yang satu

menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan

perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.

B. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli dibenarkan oleh al-Qur’an, al-Sunnah dan Ijma’ umat.

Jual beli merupakan usaha yang baik mencari rizqi dan pada hakikatnya

jual beli dapat berlangsung antara kedua belah pihak (pihak penjual dan

pihak pembeli ) dengan ijab dan qobul yang berdasar pada keadaan jiwa

yang tidak ada paksaan antara keduanaya. Adapun dasar hukum tentang

jual beli sebagai berikut :

1. Al-Qur’an

Allah SWT. Telah mengajarkan dengan firmanya dalam Surat

al-Baqarah 275

Artinya : “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS.

Al-Baqarah 275.)17

17 Al-Qur’an, Surat al-Baqarah, Ayat 275, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan

Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 69.

Page 28: skripsi kain perca

14

Dari ayat tersebut diatas telah memberikan pengertian

bahwa Allah telah menghalalkan jual beli kepada hambanya

dengan baik dan dilarang mengadakan jual beli yang mengandung

unsur riba atau merugikan orang lain. Dalam al-Qur’an telah

disebutkan :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu,

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Qs. Surat Al-Nisa’, ayat 29)18

2. As-Sunnah

عن رفاعة ابن رافع ان النب ص.م سئل أي الكسب أطيب ؟ قال رور )رواه البزر وصحح احلاكم( عمل الرجل بيده وكل ب يع مب

Artinya : Dari Rifa’ah r.a (katanya ) sesungguhnya Nabi

Muhammad saw. Pernah ditanyai manakah usaha yang

paling baik ? beliau menjawab : ialah amal usaha

seseorang dengan tangan sendiri dan semua jual beli yang

bersih. (Hadits riwayat Al Bazzar dan di nilai shahih oleh

Al Hakim).19

Hadits tersebut menjadi dalil yang menunjukkan adannya

penetapan suatu yang disenangi oleh tabi’at manusia diantara usaha

pengusaha (orang) Rasulullah saw. Hanya ditanyai usaha yang baik

18 Al-Qur’an, Surat Al-Nisa’, ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir

Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 122. 19 Abubakar Muhammad, Terjemahan Subulussalam, Cetakan ke I, Al-Ikhlas, Surabaya-

Indonesia, 1995, hlm. 14

Page 29: skripsi kain perca

15

yaitu usaha yang paling halal dan paling banyak berkahnya.

Didahulukan sebutan usaha tanggan itulah yang paling utama

keutamaan usaha tanggan itu ditunjukkan pula oleh hadits yang

diriwayatkan oleh Al-Bukhari.

ا الب يع عن ت راض )رواه ابرحبان وابن ماجه( ان

Artinya : Jual beli hannya dengan saling suka sama suka.20

Oleh karena kesukaan (kerelaan) itu adalah termasuk perkara

sembunyi tidak dapat diamati, maka wajiblah ketergantungan hukum

dengan cara-cara yang nampak yang menunjukkan suka sama suka

yaitu, ucapan penyerahan dan penerimaan jual beli itu harus dengan

ucapan yang tegas lafadnya agar sempurna dan mantap rasa suka sama

suka. Dikecualikan jual beli yang sedikit dari pernyataan jual beli itu

karena sudah berlaku tradisi orang-orang muslim tentang hal itu tanpa

pernyataan ijab dan qobul. Menurut pendapat jumhur ulama” ini,

menurut Imam Syafi’i harus ada pernyataan ijab dan qobuldari kedua

belah pihak (penjual dan pembeli) sebagaimana pada jual beli lainnya.

عن انس رضي هللا عنه قال ني رسل هللا ص.م عن المعاق لة المسة والمنابدة والمزاب نة )رواه البخاري(والمخاضرة والم

Artinya : dari Anas r.a beliau bekata : Rasulullah saw. Melarang

Muhaqalah (jual beli tanaman yang masih di ladang),

Mukhadlaroh (ijon), Mulamasah (jual beli dengan sistem

lempar) dan Muzabanah (jual beli dengan dorongan).

Diriwayatkan oleh : Al-Bukhari.21

20Ibid, Abubakar Muhammad, hlm. 12 21Op.Cit, Abubakar Muhammad, hlm. 18

Page 30: skripsi kain perca

16

3. Ijma

Para ulama telah sepakat bahwa hukum jual beli itu mubah

(dibolehkan) dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu

mencukupi kebutuhan dirinya tanpa bantuan orang lain. Namun

demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya

itu harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai. Hukumnya

berubah menjadi haram kalau meninggalkan kewajiban karena terlalu

sibuk sampai dia tidak menjalankan kewajiban ibadahnya.

Allah SWT berfirman (Q.S. Al-Jumu’ah 62 : 9-10)

Artinya :“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk

menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada

mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[1475]. Yang

demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di

muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah

banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Q.S. Al-Jumu’ah

62 : 9-10)22

Maksudnya: apabila imam telah naik mimbar dan muazzin

telah azan di hari Jum'at, maka kaum muslimin wajib bersegera

memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalkan semua

pekerjaannya. Hukumnya berubah menjadi haram apabila melakukan

jual beli dengan tujuan untuk membantu kemaksiatan atau melakukan

perbuatan haram.

Menurut Imam asy-Syatibi (ahli fiqih bermadzhab Maliki),

hukumnya bisa berubah menjadi wajib dalam kondisi tertentu seperti

22Al-Qur’an, Surat Al-Jumu’ah’, ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir

Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 374.

Page 31: skripsi kain perca

17

kalau terjadi ihtikar (penimbunan barang) sehingga persediaan barang

hilang dari pasar dan harga melonjak naik.

C. Rukun dan Syarat Jual Beli

Jual beli merupakan salah satu cara untuk memperoleh milik

sempurna dengan akad (perikatan) pemindahan mulai dari seseorang

kepada orang lain. Sebagai suatu akad jual beli tentunya mempunyai rukun

dan syarat yang harus dipenuhi sehinga jual beli tersebut sah dan

diperbolehkan oleh syara’.

Dalam menentukan jual beli ini terdapat perbedaan para ulama

fiqih, Rukun jual beli menurut madzhab Hanafi hanya satu, yaitu Ijab

(ungkapan menjual dari penjual) dan Qobul ( ungkapan membeli atau

menerima dari pembeli.) menurut yang menjadi rukun jual beli itu

hanyalah kerelaan (rida/taradi) kedua belah pihak untuk melakukan jual

beli. Namun karena unsur kerelaan itu merupakan undur hati yang tidak

kelihatan maka diperelukan indikator yang menentukaan kerelaan tersebut

yang bisa tergambar dalam ijab dan qobul, atau melalui cara saling

memberikan barang dan harga barang (ta’ati).23

Hal itu berbeda dengan pendapat ulama’ jumhur yang mengatakan

bahwa rukun jual beli itu ada empat yaitu :

1. Orang yang beraqad (penjual dan pembeli)

2. Sighat (lafadz ijab dan qabul)

3. Ada barang yang dibeli

4. Ada nilai tukar penganti barang.24

Syakh Muhammad Asy-syarbini Al Katib dalam kitabnya Al Iqna’

memberikan penjelasan bahwa rukun jual beli itu ada tiga, tetapi pada

hakikatnya ada enam, yaitu :

a. Ada aqid atau penjual dan pembeli

b. Adanya ma’qudalaih, yaitu harga dan barang

23 Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm.

250 24 Adiwarman Karim, Fiqih Muamalah, Gema Insani Press, Jakarta, 1999, hlm. 61

Page 32: skripsi kain perca

18

c. Adanya sighat, yaitu ijab dan qobul.25

Pendapat tersebut diperkuat oleh Abdurrahman Al-Jaziri yang

berpendapat bahwa rukun jual beli itu ada enam macam yaitu :

a) Penjual

b) Harga

c) Pembeli

d) Barang

e) Ijab

f) Qabul.26

1. Rukun Jual beli

Adapun yang menjadi rukun dalam perbuatan hukum jual beli

terdiri dari :

a. Adanaya pihak penjual dan pihak pembeli

b. Adanya barang yang dibeli

c. Adanya lafadz

d. Adanya nilai tukar penganti barang

Dalam suatu perbuatan jual beli, keempat rukun ini

hendakanya dipenuhi, sebab andai kata salah satu rukun tidak dapat

dipenuhi, maka perbuatan tersebut tidak dapat dikategrikan

perbuatan jual beli.27

2. Syarat-syarat Sahnya Jual Beli

Agar suatu jual beli yang dilakuakan oleh pihak penjual dan

pihak pembeli sah, maka harus memenuhi syarat-syaratnya yaitu:

1) Tentang subjeknya

Bahwa kedua belah pihak yang melakukan perjanjian jual beli

tersebut haruslah memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

25 Syekh Imam Taqyuddin Abi Bakar, Khifayatul Ahyar, .Bandung, th 1999, hlm. 57 26 Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Muamalah, Al-Ma’arif, Bandung, 1999, hlm.153 27 Nasrun Haeron, Fiqih Muamalah, cet, I, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000, hlm.114

Page 33: skripsi kain perca

19

(a) Hendaknya orang yang melakukan transaksi tersebut sudah

mumayyiz

(b) Hendaknya dilakukan oleh orang yang berakal atau tidak

hilang kesadarannya.

(c) Hendaknya transaksi ini di dasarkan pada prinsip-prinsip

taradli.

(d) Hendaknya keduanya tidak mubazir.

2) Tentang Objeknya

Tentang syarat-syarat yang boleh dan sah diperjualbelikannya

barang yang dijadikan sebagai objek akad atau ma’qud

alaihnya adalah sebagai berikut :

(a) Barang yang halal dipergunakan

(b) Barang yang bermanfaat

Bersandar pada Firman Allah SWT.

Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada

dibumi.” (Qs. Al-baqarah: 29)28

(c) Barang yang dimiliki

(d) Barang yang dapat diserahterimakan

(e) Barang dan harga yang jelas

(f) Barang yang dipegang

3) Tentang Lafadz ( kalimat ijab qabul)

Ijab adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi

perikatan yang diinginkan, sedang qabul adalah pernyataan

pihak kedua untuk menerimanya. Ijab qabul itu diadakan

dengan maksud untuk menunjukan adanya suka rela timbal

28 Al-Qur’an, Surat al-Baqarah, Ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir

Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 73.

Page 34: skripsi kain perca

20

balik terhadap perikatan yang dilakukan oleh kedua pihak yang

bersangkutan.

Adapun syarat yang harus dipenuhi pada syarat ijab

qabul dilangsungkan antara lain :

(1) satu sama lain berhubungan dalam satu tempat tanpa

pemisahan yang rusak.

(2) Ada kesepakatan antara ijab dan qabul pada barang berupa

barang yang dijual dan harga barang, apabila keduanya

tidak sepakat maka jual beli tersebut tidak sah.

(3) Ungkapan harus menunjukkan masa lalu, seperti perkataan

penjual, “saya telah membeli” dan perkataan pembeli “saya

telah terima”, atau masa sekarang jika yang diinginkan

pada waktu itu juga seperti, “aku sekarang jual dan aku

sekarang beli”.

D. Macam-macam Jual Beli

Dalam hukum islam dikenal beberapa macam dan bentuk jual beli.

Menurut Moh. Rifa’I dalam bukunya Fiqih menurut Madzhab Syafi’I

bahwa jual beli itu ada tiga macam, yaitu :

1. Jual beli barang yang bisa dilihat, maka boleh

2. Jual beli barang yang hanya menyembuyikan sifat-sifatnya saja.

3. Jual beli barang yang tidak dapat dilihat, maka tidak boleh.29

Sedangkan menurut jumhur ulama’ jual beli itu terbagi menjadi

dua macam, yaitu:

a. Jual beli yang shahih, yaitu apabila jual beli itu disyariatkan,

memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, barang yang

ditentukan, barang yang diperjual belikan bukan milik orang lain

dan tidak terkait dengan hak khiyar lagi.

b. Jual beli yang bathil, yang kebalikan dari yang shahih atau apabila

salah satu atau seluruh rukun dan syaratnya tidak terpenuhi, atau

29 Moh. Rifa’I, Fiqih Muamalah, Gema Insani Press Jakarta, 2000, hlm. 179

Page 35: skripsi kain perca

21

jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan. Seperti jual

beli barang-barang yang diharamkan oleh syara’ dan barang-

barang najis.30

sedang jual beli dapat dibedakan sebagai berikut :

a) Jual beli gharar, yaitu jual beli barang dengan cara menipu.

b) Jual beli salam, yaitu jual beli dengan bertempi atau jual beli

dengan berpesan barang terlebih dahulu dengan ditentukan

sifat-sifatnya, jenis barangnya serta ukuranya secara rinci

dengan harga yang telah ditetapkan.

c) Jual beli Mutlaq, yaitu jual beli barang dengan uang

d) Jual beli tauliyyah yaitu, penjualan dengan harga pembelian

barang berikut untung yang diketahui

e) Jual beli murabahah, yaitu penjualan dengan harga pembelian

barang berikut untung yang diketahui

f) Jual beli wadi’ah, yaitu penjualan dengan harga dibawah

pembelian

g) Jual beli Inah, yaitu seseorang menjual pada orang lainya

dengan harga tempo, lalu sesuatu diserahkan kepada pembeli,

kemudian penjul itu membeli kembali sesuatu tadi sebelum

harganya diterima dengan harga yang lebih rendah dari

penjualanya tadi.

h) Jual beli jizaf, yaitu sesuatu beenda yang belum diketahui

perkiraanya secara terperinci.31

1. Jual Beli Yang Dilarang

Jual beli ada yang dibolehkan dan ada yang dilarang,

berikut jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah:

- Barang yang dihukumkan najis oleh agama seperti anjing, babi,

berhala, bangkai dan khamar.

30 Ibid, Moh. Rifa’I, Fiqih Muamalah,hlm. 180 31Sayyid Syabiq, Terjemah Fiqih Sunnah Jilid III, Ma’arif, Bandung, 1994, hlm. 82-83

Page 36: skripsi kain perca

22

- Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya.

- Jual beli dengan mukhadharah yaitu menjual buah-buahan yang

belum pantas untuk dipanen.

- Jual beli dengan munabadzah yaitu jual beli secara lempar-

melempar.

- Jual beli gharar yaitu jual beli yang samar sehingga kemungkinan

adanya penipuan .

- Larangan menjual makanan sehingga dua kali ditakar, hal ini

menunjukkan kurang saling mempercayainya antara penjual dan

pembeli.32

2. Hukum dan Sifat Jual Beli

Ditinjau dari hukum dan sifat jual beli, jumhur ulama’

membagi jual beli menjadi dua macam, yaitu:

a. Jual beli yang dikategorikan sah (shahih), yaitu jual beli yang

memenuhi ketentuan syara’, baik syarat maupun rukunnya.

b. Jual beli yang dikategorikan tidak sah, yaitu jual beli yang tidak

memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual beli

menjadi rusak (fasid) atau batal. Dengan kata lain, menurut

jumhur ulama’, rusak atau batal memiliki arti yang sama.

Adapun Ulama Hanafiyah membagi hukum dan sifat jual

beli menjadi jual beli sah, batal, dan rusak.

a) Jual beli shahih adalah jual beli yang memenuhi ketentuan

syariat. Hukumnya sesuatu yang diperjualbelikan menjadi

milik yang melakukan akad.

b) Jual beli batal adalah jual beli yang tidak memenuhi salah

satu rukun, atau yang tidak sesuai dengan ketentuan syariat,

yakni orang yang akad bukan ahlinya, seperti jual beli yang

dilakukan oleh orang gila dan anak kecil.

32Ibid, hlm. 192

Page 37: skripsi kain perca

23

c) Jual beli rusak adalah jual beli yang sesuai dengan ketentuan

syariat pada asalnya, tetapi tidak sesuai dengan syariat pada

sifatnya, seperti jual beli yang dilakukan oleh orang yang

mumayyiz, tetapi bodoh sehingga menimbulkan

pertentangan.33

E. Gharar

1. Pengertian Gharar

Menurut bahasa Arab, makna al-gharar adalah, al-

khathr (pertaruhan) Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah

menyatakan, al-gharara adalah yang tidak jelas hasilnya (majhul al-

’aqibah). Sedangkan menurut Syaikh As-Sa’di, al-gharar adalah al-

mukhatharah (pertaruhan) dan al-jahalah (ketidak jelasan). Perihal ini

masuk dalam kategori perjudian. Dari penjelasan ini dapat diambil

pengertian, yang dimaksud jual beli gharar adalah, semua jual beli

yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan, atau perjudian.34

Sedangkan jula-beli gharar menurut keterangan Syaikh As-

Sa’di, termasuk dalam kategori perjudian. Syaikhul Islam Ibnu

Taimiyyah sendiri menyatakan, semua jual beli gharar seperti

menjual burung di udara, onta dan budak yang kabur, buah-buahan

sebelum tampak buahnya, dan jual beli al-hashaah (perjudian),

seluruhnya termasuk perjudian yang diharamkan Allah di dalam Al-

Qur’an.

Kemudian dijelaskan mengenai hukum gharar berdasarkan

hadits Rasululullah dan Firman Allah adalah sebagai berikut :

Dalam syari’at Islam, jual beli gharar ini terlarang. Dengan

dasar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits

Abu Hurairah yang berbunyi.

33Ibnu Mas’ud, Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafi’i, jilid I , Bandung: Pustaka Setia,

2007,hlm. 24 34Al-Waaji Fi Fiqhu Sunnah wa Kitab Al-Aziz, Abdul Azhim Badawi, Cet. I, Th.1416H,

Dari Ibnu Rajab, Hal. 332

Page 38: skripsi kain perca

24

“Artinya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli

al-hashah dan jual beli gharar.”35

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)

khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka

jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan. (Qs. Al-Maidah ayat 90)36

2. Hukum Jual Beli Gharar

Jual beli gharar dilarang dalam Islam berdasarkan al Qur’an

dan Hadis Nabi. Larangan jual beli gharar dalam al Qur’an didasarkan

kepada ayat-ayat yang melarang memakan harta orang lain dengan

cara batil, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)

khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka

jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan. (Qs. Al-Maidah ayat 90)37

Alasan pelarangan jual beli gharar menurut Syaikhul Islam Ibnu

Taimiyyah selain karena memakan harta orang lain dengan cara batil, juga

merupakan transaksi yang mengandung unsur judi, seperti menjual burung

di udara, onta dan budak yang kabur, buah- buahan sebelum tampak

35 HR Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab: Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi

Gharar, 1513 36 Al-Qur’an, Surat al-Maidah, Ayat 90, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir

Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 12 37 Al-Qur’an, Surat al-Maidah, Ayat 90, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir

Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 12

Page 39: skripsi kain perca

25

buahnya, dan jual beli hashah. Sedang judi dalam al Qur’an sangat jalas

pengharamannya.38

Adapun larangan jual beli gharar dalam hadis Nabi sesuai dengan

hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa, “Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa sallam melarang jual beli alhashahdan jual beli

riwayat lain yang diriwayatkan oleh jama’ah tsiqat para sahabat yang

terpercaya, bahwa Rasulullah saw telah melarang seluruh transaksi jual beli

gharar.

3. Jenis-jenis Gharar

Dilihat dari peristiwanya, jual-beli gharar bisa ditinjau dari tiga sisi

sebagai berikut :

a. Pertama: Jual-beli barang yang belum ada (ma’dum), seperti jual

beli habal al habalah (janin dari hewan ternak).

b. Kedua: Jual beli barang yang tidak jelas (majhul), baik yang

muthlak, seperti pernyataan seseorang: “Saya menjual barang

dengan harga seribu rupiah,” tetapi barangnya tidak diketahui

secara jelas, atau seperti ucapan seseorang: “Aku jual mobilku ini

kepadamu dengan harga sepuluh juta,” namun jenis dan sifat-

sifatnya tidak jelas. Atau bisa juga karena ukurannya tidak jelas,

seperti ucapan seseorang: “Aku jual tanah kepadamu seharga

lima puluh juta”, namun ukuran tanahnya tidak diketahui.

c. Ketiga: Jual-beli barang yang tidak mampu diserah terimakan.

Seperti jual beli budak yang kabur, atau jual beli mobil yang

dicuri. Ketidak jelasan ini juga terjadi pada harga, barang dan

pada akad jual belinya.

Ketidak jelasan pada harga dapat terjadi karena

jumlahnya, seperti segenggam dinar. Sedangkan ketidak jelasan

pada barang, yaitu sebagaimana dijelaskan di atas. Adapun

38Ibn Taimiyyah, Mukhtashar Al-Fatawa Al-Mishriyyah, tahqiq, Abdul Majid Sulaim,

(Kairo: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, tt), hlm. 342 39Imam Muslim, Shahih Muslim, ter. Ma’mur Daud, jilid III, Kitabul Buyu’, (Jakarta:

Widjaya, 1993), hlm. 139

Page 40: skripsi kain perca

26

ketidak-jelasan pada akad, seperti menjual dengan harga 10

Dinar bila kontan dan 20 Dinar bila diangsur, tanpa menentukan

salah satu dari keduanya sebagai pembayarannya.

Syaikh As-Sa’di menyatakan: “Kesimpulan jual-beli

gharar kembali kepada jual-beli ma’dum (belum ada wujudnya),

seperti habal al habalah dan as-sinin, atau kepada jual-beli yang

tidak dapat diserahterimakan, seperti budak yang kabur dan

sejenisnya, atau kepada ketidak-jelasan, baik mutlak pada

barangnya, jenisnya atau sifatnya.” 40

F. Manfaat Jual Beli

Terdapat banyak manfaat di dalam jual beli, diantaranya :

1. Dapat menta struktur kehidupan masyarakat yang menghargai hak

milik orang lain.

2. Dapat memenuhi kebutuhan atas dasar kerelaan atau suka sama suka.

3. Masing-masing pihak merasa puas.

4. Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang

haram (batil).

5. Penjual dan pembeli mendapat rahmat Allah.

6. Menumbuhkan ketentraman dan kebagiaan.

7. Melaksanakan Jual Beli yang benar dalam kehidupan.

Jual Beli itu merupakan bagian dari pada ta’awun (saling

tolong menolong). Bagi pembeli menolong penjual yang

membutuhkan uang, sedangkan bagi penjual juga berarti menolong

pembeli yang sedang membutuhkan barang. Karenanya jual beli itu

adalah perbuatan yang mulia dan pelakunya mendapatkan ridha dari

Allah, bahkan Rasulullah menegaskan bahwa penjual yang jujur dan

benar kelak diakhirat akan ditempatkan bersama para Nabi, syuhada

dan orang-orang shaleh. Akan tetapi lain halnya apabila didalam jual

beli itu terdapat unsur kedzaliman, seperti berdusta, mengurangi

40http://pemikirkaya.com/kewangan-islam/apa-itu-gharar/, diambil 2/20/2013

Page 41: skripsi kain perca

27

takaran, dan lainnya. Maka tidak lagi bernilai ibadah, tetapi sebaliknya

yaitu perbuatan dosa. Untuk menjadi pedagang yang jujur itu sangat

berat, tetapi harus disadari bahwa kecurangan dan kebohongan itu

tidak ada gunanya. Jadi usaha yang baik dan jujur itulah yang paling

menyenangkan yang nantinya akan mendatangkan keberuntungan,

kebahagiaan dan sekaligus Ridha Allah.41

G. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Nama : Khamdan

Nim : 20 20 39

Judul : “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pelaksanaan

Jual Beli Kain Kiloan di Toko Monica Tekstil Desa

Dari kesimpulan pembuat skripsi terdahulu antara lain sebagai

berikut :

1. Praktek jual beli kain kilon di toko monica tekstile Desa Ngaluran

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak dalam menentukan

harga tidak memakai meteran pada umumnya, namun mengunakan

patokan timbanagan.

2. Dalam pandangan hukum Islam pelaksanaan jual beli kain kilon di

Toko Monica Tekstil Desa Ngaluran Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Demak dengan memakai timbangan adalah boleh

karena atas pengetahuan dan kerelaan penjual dan pembeli.

2. Nama : Mohammad Toyib

Nim : 20 40 82

Judul : “Analisis Terhadap Jual Beli Buah – buahan

Dengan Jizaf ( Taksiran ) di Desa Kuwukan

Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus”

41Op. Cit, Ibnu Mas’ud, bnu Mas’ud, Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafi’i, jilid I, hlm

79

Page 42: skripsi kain perca

28

Penulis dalam membahas dan menguraiakan kajian dalam

skripsi yang berjudul “Analisis Terhadap Jual Beli Buah – buahan

Dengan Jizaf ( Taksiran ) di Desa Kuwukan Kecamatan Dawe

Kabupaten Kudus” judul skripsi tersebut menurut penulis relevan

kebanyakan warga masyarakat di Desa Kuwukan Berpenghasilan

dari buah-buahan.

Adapun kesimpulan dalam penelitian skripsi terdahulu sebagai

berikut :

1. Bahwa jual beli dengan jizaf ( taksiran ) merupakan jual beli

yang tidak mengunakan ukuran yang pasti, tidak memakai

timbanagan maupun ukuran ( Taksiran atau Kira-kira saja )

karena jual beli jizaf adalah jual beli yang tidak diketahui

kadarnya secara terperinci. Adapun caranya jual beli dengan

jizaf kedua belah pihak ( pihak penjual dan pihak pembeli )

melakukan akad mengenai perihal barang yang ada, tetapi

tidak diketahui kecuali dengan pikiran oleh para ahli yang

biasanya jarang meleset. Sekirannya nanti terjadi

ketidakpastian, biasanya pula bukan hal yang berat bisa saling

memaafkan karena kecilnya kekeliruan. Proses pelaksaan jual

beli jizaf itu seperti proses jual beli barang lainnya, yaitu harus

ada penjual, pembeli dan barang yang diperjualbelikan.

Adapun pelaksanaan jual beli jizaf itu sendiri dapat

dilaksanakan dimana buah-buahan itu berada baik dalam

keranjang maupun masih pada tangkainya, bahkan di dalam

rumahpun bisa asalkan si pembeli sudah melihat barang yang

dijadikan obyek jual beli.

2. Pengaruh timbulnya jual beli jizaf dikarenakan adanya panen

yang bersamaan ( panen secara serentak ) dengan panen

semacam ini akan sangat mempengaruhi sekali pada

perkembangan ekonomi para petani dan juga karena perawatan

yang cukup lama. Untuk itu agar tidak terjadi kerugian yang

Page 43: skripsi kain perca

29

lebih banyak lagi maka petani mengunakan jizaf (taksiran)

sebab dengan sistem ini petani tidak mengeluarkan biaya lebih

banyak lagi dalam memanen dan perawatanya, selain itu juga

jual beli dengan sistem jizaf juga merupakan adat kebiasaan

masyarakat yang sejak dulu dilakukan.

3. Transaksi jual beli jizaf yang dilakukan di Desa Kuwukan

Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus hukumnya diperbolehkan

karena sudah mengacu pada aspek syarat dan rukun jual beli,

dimana ada penjual ada pembeli dan ada barang yang

diperjualbelikan dan tidak menyimpang dari ketentuan Islam

serta berdasar pada Hukum adat. Syarat dan rukun jual beli

dengan sistem jizaf (taksiran) sudah sesuai dengan syarat

rukun yang telah digariskan dalam fiqih, karena prakteknya

sudah sesuai dengan apa yang ada dalam rukun tersebut.

Sehinga dapat dinyatakan sebagai akad yang sah meskipun

transaksi jual beli dilakukan tanpa menimbang dan menghitung

jumlah barang. Akan tetapi semaksimal mungkin

menghilangkan unsur-unsur gharar.

3. Nama : Yuliana Ria Dewi

Nim : 06380009

Judul : “Jual Beli Pakaian Jadi Secara Hutang di Konveksi

Andik Desa Kauman Kalitengah Wedi Klaten”.

ABSTRAK Jual beli merupakan salah satu bentuk ibadah

dalam rangka mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup

yang tidak terlepas dari hubungan sosial. Jual beli yang sesuai

dengan syari'at Islam adalah jual beli yang tidak mengandung

unsur penipuan, kekerasan, pemaksaan, kesamaran dan riba, juga

hal lain yang dapat menyebabkan kerugian dan penyesalan dari

pihak lain. Jual beli tidak selamanya dilakukan secara langsung,

tetapi ada juga yang pembayarannya dilakukan secara hutang yaitu

Page 44: skripsi kain perca

30

menjual sesuatu dengan pembayaran tertunda dengan perjanjian

pihak pembeli akan mengembalikan hutangnya dengan jumlah

yang sama sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Sistem ini

mulai diminati banyak kalangan, karena rata-rata manusia itu

datang dari kalangan menengah ke bawah, yang mana kadang-

kadang mereka terdesak untuk membeli barang tertentu yang tidak

bisa dia beli dengan kontan sehingga hutang adalah pilihan yang

mungkin dirasa tepat. Dalam hal ini penyusun ingin mengamati

dampak sosiologis yang ditimbulkan dari praktik jual beli pakaian

jadi secara hutang di Konveksi ANDIK Desa Kauman Kalitengah

Wedi Klaten dan pandangan sosiologi hukum dalam praktik jual

beli pakaian jadi secara hutang di Konveksi ANDIK halal atau

haram?pembelian secara tunai dengan hutang harganya sama atau

tidak? Dalam penelitian ini penyusun menggunakan metode

penelitian yaitu jenis penelitian lapangan (field research) dan sifat

penelitiannya deskriptif-analitik, pendekatan penelitian yaitu

sosiologi hukum Islam, populasi dan sampel, teknik pengumpulan

data yaitu dengan observasi partisipatif, interview, dokumentasi,

kepustakaan, sumber data yang dipakai adalah data primer dan

sekunder, serta menggunakan analisis data kualitatif. Setelah

penyusun melakukan penelitian hasilnya dapat diketahui bahwa

latar belakang penjual melakukan praktik jual beli pakaian jadi

secara hutang adalah karena penjual tidak mempunyai langganan

tetap untuk memasarkan dagangannya. Dari pihak pembeli

melakukan praktik pembelian secara hutang dilatarbelakangi oleh

kurangnya modal yang cukup, dagangannya kurang lancar, modal

yang terbatas. Dampak sosiologis dari praktik jual beli pakaian jadi

secara hutang di Konveksi ANDIK bagi penjual adalah usahanya

menjadi lancar, mendapatkan pelanggan yang tetap, dagangannya

menjadi laku terus, kalau mendapat pembeli yang sulit maka pihak

penjual akan rugi. Dampak sosiologis dari praktik jual beli pakaian

Page 45: skripsi kain perca

31

jadi secara hutang di Konveksi ANDIK bagi pembeli adalah

dagangannya menjadi lancar, dagangannya menjadi laku dan

bervariasi modelnya, apabila ingin membeli lagi tetapi belum dapat

melunasi hutangnya maka hutangnya menjadi bertambah, sudah

ada ikatan hutang sehingga mau tidak mau harus membeli lagi.

Praktik jual beli pakaian jadi secara hutang di Konveksi ANDIK

menurut pandangan sosiologi hukum adalah halal. Alasannya

selama kedua belah pihak sudah sepakat dengan persetujuan yang

telah dibuat dan selama kedua belah pihak tidak dirugikan satu

sama lain. Konveksi ANDIK tidak menerapkan penambahan harga

dalam praktik jual beli pakaian jadi secara hutang, sehingga harga

pembelian secara tunai dengan pembelian secara hutang harganya

sama dan pembeli yang melakukan praktik pembelian secara

hutang lebih banyak dari pada pembeli yang membeli secara tunai.

H. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Dari kesimpulan perbedaan pembuat skripsi terdahulu dengan

skripsi yang saya angkat antara lain sebagai berikut :

a. Praktek jual beli kain kilon di toko monica textile Desa Ngaluran

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak dalam menetukan harga

tidak memakai meteran pada umumnya, namun mengunakan patokan

timbanagan.

Sedangkan dalam penelitian skripsi yang saya angkat ini adalah jual

beli yang tidak mengunakan meteran dan timbangan, namun

mengunakan taksiran dalam karung

b. Dalam pandangan Hukum Islam pelaksanaan jual beli kain kilon di

Toko Monica Tekstil Desa Ngaluran Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Demak dengan memakai timbangan adalah boleh karena

atas pengetahuan dan kerelaan penjual dan pembeli.

c. jual beli dengan jizaf ( taksiran ) merupakan jual beli yang tidak

mengunakan ukuran yang pasti, tidak memakai timbanagan maupun

Page 46: skripsi kain perca

32

ukuran ( Taksiran atau Kira-kira saja ) karena jual beli jizzaf adalah

jual beli yang tidak diketahui kadarnya secara terperinci.

d. Timbulnya jual beli jizaf dikarenakan adanya panen yang bersamaan (

panen secara serentak ) dengan panen semacam ini akan sangat

mempengaruhi sekali pada perkembangan ekonomi para petani dan

juga karena perawatan yang cukup lama. Untuk itu agar tidak terjadi

kerugian yang lebih banyak lagi maka petani meengunkan jizaf

(taksiran) sebab dengan sistem ini petani tidak mengeluarkan biaya

lebih banyak lagi dalam memanen dan perawatanya, selain itu juga

jual beli dengan sistem jizaf juga merupakan adat kebiasaan

masyarakat yang sejak dulu dilakukan.

I. Kerangka Berfikir

Islam dalam praktek jual beli menganut mekanisme kebebasan

pasar yang diatur bahwa harga itu berdasarkan permintaan dan penawaran.

Hal itu untuk melindungi pihak-pihak yang terkait dalam jual beli agar

tidak ada yang didzalimi, seperti adanya pemaksaan untuk menjual dengan

harga yang tidak diinginkan.42

Dalam setiap wilayah mempunyai ciri khas dan roda ekonomi

tersendiri, itu terpaut dan terkondisi oleh kebutuhan masyarakat dan roda

perekonomian, terkadang pasar hanya ramai pada hari-hari tertentu

”pasaran” Di mana pasar itu hanya melakukan aktifitas pada gilirannya,

yaitu umunya terjadi di daerah pedesaan. Tetapi beda halnya dengan

wilayah yang berada di Desa Demangan Kecamatan Kota Kudus itu

terkenal dengan sektor Home Indusri Konveksi karena ada banyak

pembuat pakaian, celana serta aksesoris keperluan rumah tangga dari

jenis-jenis kain, semisal kain yang biasanya digunakan dalam pembuatan

baju, celana serta aksesoris rumah tangga adalah kain Cotton, TC (teteron

cotton), PE (polyester), Wool, Jersy dan kain Drill. Dalam proses

42Ahmad Azhar Basyir, Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta : BPFE, 1987)

hlm. 17

Page 47: skripsi kain perca

33

pembuatan bahan kain tersebut beroperasi setiap hari, tidak tergantung

pada kondisi apapun. Tentunya di Desa Demangan yang terkenal dengan

sektor konveksi terdapat salah satu perbuatan hukum yaitu adanya

transaksi jual beli kain sisa dari pembuatan pakaian maupun celana dll.

Kemudian menurut pengamatan sementara Praktek Jual Beli Kain

Perca (Dodotan) Di Desa Demangan, ijab qabul dilakukan ketika jual beli

sedang berlangsung serta alat bukti bisa dikatakan hampir semua pedagang

dan penjual tidak menggunakan. Sedangkan pedagang mencampur semua

potongan kain dengan plastik maupun kerdus sisa dari pemotongan kain

tersebut. Selain itu, barang yang tidak cocok atau ada cacat barang maka

barang tersebut bisa dikembalikan dan ada juga diganti dengan barang

lain. Sehingga dalam praktek jual beli pakaian tersebut terdapat satu hal

yang meragukan bila ditinjau dari norma Hukum Islam karena rukun dan

sayarat jual beli belum terpenuhi.

Sedangkan dalam buku-buku kajian fikih, mengenai jual beli telah

dibahas aturan-aturannya secara global seperti larangan menipu,

menimbun, menyembunyikan cacat barang, mengurangi timbangan dan

lain sebagainya untuk keselamatan dunia perdagangan. Akan tetapi

pembahasan mengenai laba atau keuntungan yang boleh diambil dalam

jual beli masih sedikit, meskipun hal ini memiliki kedudukan yang sangat

penting. Keuntungan merupakan buah dari kegiatan bisnis yang dapat

digunakan untuk menjaga kelangsungan usaha juga sebagai pendorong

untuk bekerja lebih efisien. Keuntungan yang dicapai merupakan ukuran

standar perbandingan dengan bisnis yang lainnya.

Untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan, ada banyak cara

yang dilakukan penjual sebagai upaya mempengaruhi konsumen agar

membeli barang yang dijualnya dan hal ini sangat wajar dilakukan. Akan

tetapi sering terjadi ketidakstabilan harga dalam penjualannya dan

kurangnya pengetahuan tentang bagaimana menentukan keuntungan,

menjadikan kondisi seperti ini sering dimanfaatkan oleh pihak penjual

yang hanya memikirkan keuntungan materi dan menonjolkan

Page 48: skripsi kain perca

34

keegoisannya tanpa melihat lingkungan sekitar sehingga ujung-ujungnya

konsumen yang dirugikan.

Masih banyak masyarakat awam yang tidak mengerti faktor apa

saja yang harus diperhatikan dalam menentukan berapa besar keuntungan

yang boleh diambil dalam perdagangan dan bagaimana menjual barang

yang tidak merugikan pembeli atau konsumen. Sehingga banyak terjadi

harga yang ditentukan sesuai dengan kemauan masing-masing individu

tanpa melihat apakah keuntungan yang diambil dari barang yang dijual

tersebut sesuai atau tidak menurut Islam.

Berangkat dari kenyataan di atas, bahwa penulis tertarik untuk

mengkaji tentang bagaimana praktek jual beli kain perca (dodotan) dengan

sistem karungan ditinjau dari Hukum Islam agar memperoleh status

Hukum Islam dengan jelas tentang praktek transaksi jual beli kain perca.

Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti lebih jauh terhadap

praktek transaksi jual beli kain perca tersebut dengan judul:

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Kain Perca (dodotan)

Dengan Sistem Karungan”

( Studi Kasus di Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus ).

Page 49: skripsi kain perca

35

1. Label kerangka

Produk Pemikiran HUkum Islam

Sumber Hukum

1. Fiqih 2. Fatwa 3. Kompilasi 4. Jurisprudensi 5. Undang - Undang

Al - Hadits Al –Qur’an

Jual – Beli Kain Perca

Tidak Boleh Haram

Boleh Halal

Page 50: skripsi kain perca

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sarana yang digunakan oleh manusia untuk

memperkuat serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Adapun fungsi atau

peran metode penelitian diantaranya adalah memberikan kemungkinan

yang lebih besar untuk meneliti hal-hal yang belum diketahui.43

Adapun metode yang terarah dan rasional adalah sebuah

keniscayaan dalam melakukan penelitian ilmiah sehingga diharapkan

dapat mencapai hasil yang optimal. Adapun metode penelitian yang

digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menguanakan penelitian ( field

research ) yaitu penelitian yang dilakuakan di lapangan atau di

lingkungan tertentu.44 Dalam penelitian ini penulis melakukan studi

langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang kongkrit. Adapun

yang menjadi obyek penelitian di sini adalah tentang praktek Jual Beli

Kain Perca (dootan) dengan Sistem Karungan di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Sedang subyek dalam penelitian

skripsi adalah penjual dan pembeli kain perca dengan mengunakan

unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan masalah yang ada,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian .

2. Pendekatan Penelitian

Pedekatatn masalah dalam penelitian ini mengunakan

pendekatan penelitian normatif Hukum Islam, pendekatan ini

43 Soerjono Soekanto, PengantarPenelitian Hukum, Cet. III, Universitas Indonesia (UI),

Jakarta, 1996, hlm. 3 44 Suharmini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatau Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,

Jakarta, 1998, hlm. 11

Page 51: skripsi kain perca

37

digunakan bertujuan untuk menemukan jawaban dalam bentuk kaidah-

kaidah Hukum Islam atau norma-norma Hukum Islam tentang jual beli

kain perca (dodotan) dengan sistem karungan di Desa Demangan Kec.

Kota Kab. Kudus.

3. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yaitu penelitian yang

mengambarkan secara objektif permasalahan-permasalahan yang ada

dalam penelitian dan bertujuan untuk mendeskriftipkan pelaksaan jual

beli kain perca dengan sistem karungan menurut Hukum Islam. Dan

selanjutnya diadakan analisis hukum islam ( fiqh ) untuk mendapatkan

penjelasan hukumnya.

4. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

subyek penelitian dengan mengunakan alat pengukur atau

pengambilan data langsung pada sumber obyek sebagai sumber

informasi yang dicari.45 Data ini diperoleh dilapangan dengan cara

wawancara dengan para pihak yang melakukan transaksi jual beli

kain perca (dodotan) dengan sistem karungan di Desa Demangan

Kecamatana Kota Kabupaten Kudus.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah yang diperoleh dari data lain sebagai

penunjang data primer. Dalam hal ini penulis mengambil data

sekunder dari studi kepustakaan dengan jalan mempelajari buku-

buku yang berkaitan dengan permasalahan dan pengumpulan data

lainya yang bersifat sebagai tambahan.

45 Syaifudin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm. 91

Page 52: skripsi kain perca

38

Adapun subjek dalam penelitian kali ini adalah orang yang

melakukan transaksi jual beli kain perca (dodotan) dengan sistem

karungan di wilayah atau daerah tersebut. Sedangkan yang menjadi

objeck dalam penelitian kali ini adalah orang yang menjual kain

perca.

5. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian kajian ilmiah ini yang menjadi lokasi

penelitian adalah Central Home Industri Konveksi yang berada di Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data penelitian, penulis mengunakan

beberpapa metode pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk

mendapatkan data-data yang kongrit. Adapun metode-metode tersebut

adalah :

a. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan adalah suatu tehnik yang

dilaksanakan dengan cara menagadakan pengamatan secara teliti

serta pencatatan secara sistematis. Metode ini digunakan untuk

mengali data dari sumber hidup atau data yang ada kaitanya

dengan obyek penelitian.46 Kaitannya dengan observasi penelitian

kali ini penulis akan melakuakn observasi di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Tentunya data-data yang

diperlukan selaku penulis yaitu tentang Praktek Jual Beli Kain

Perca (dodotan) Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

46 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, PT. Bumi Aksara, Jakarta,

1989, hlm 63

Page 53: skripsi kain perca

39

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang

digunakan penulis untuk memperoleh data yaitu dengan bercakap-

cakap dan berhadapan muka dengan orang yang memberikan

keterangan tentang praktek jual beli kain perca (dodotan) dengan

sistem karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten

Kudus.47 Sehubungan salah satu metode penelitian penulis

mengunakan metode wawancara, maka penlis akan mewawancarai

orang-orang yang bisa memberikan keteranagan kaitanya dengan

praktek jual beli kain perca (dodotan) dengan sistem karungan di

Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yaitu dengan

Kepala Desa, Tokoh Agama, Para Pelaku Bisnis dan orang-orang

yang melakukan transaksi jual beli itu sendiri dan masyarakat Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus pada umumnya.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan cacatan yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya cacatan harian, sejarah kehidupan cerita, biografi,

peraturan dan kebibjakan.48 Data yang penulis peroleh dalam

penelitian ini adalah sejarah, visi misi, letak geografis, luas wilayah

desa, pembagian wilayah dusun dan keadaan penduduk Desa

Demangan.

d. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data triangulasi dapat diartikan

sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat mengabungkan dari

berbagai tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

47Ibid, Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal,Hlm. 64 48 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),

Alfabeta, Bandung, 2010. Hlm. 239

Page 54: skripsi kain perca

40

Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang

beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman

peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

7. Metode Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan maka selanjutnya data tersebut diolah

yaitu data yang sudah dikumpulkan melalui observasi dan wawancara

di inventarisir, dikelompokkan setelah itu direduksi (pengsortiran),

mana data yang dipakai dan mana data yang tidak dipakai.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, mengfokusskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya dan membuang yang tidak perlu.49 Dengan demikian data

yang direduksi akan memberikan gambaran yang cukup jelas.

8. Uji Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data yang dikumpulkan, peneliti akan

melakukan :

a. Teknik Triangulasi

Tehnik triangulasi ini digunakan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai tehnik dan waktu.

1) Triangulasi Sumber

Yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber.

2) Triangulasi Teknik

Yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan

cara mengecek data pada sumber yang sama tetapi dengan

tehnik yang berbeda. Yaitu dengan pengumpulan data

diantaranya, observasi, wawancara dan dokumentasi.

49Ibid, Sugiono, hlm. 92

Page 55: skripsi kain perca

41

3) Triangulasi Waktu

Yaitu untuk menguji kredibilitas data dalam waktu atau situasi

yang berbeda yaitu pagi, siang, sore, waktu juga mempengaruhi

kredibilitas sebuah data.50

9. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data penelitian ini, peneliti mengunakan

penelitian induktif, yaitu dengan mengambil kesimpulan khusus ke

kesimpulan umum. Penulis dalam melakukan proses analisis

mengunakan tiga tahapan yaitu :

Tahap I : Sebelum memasuki lapangan, penulis mempelajari

studi pendahuluan dan data sekunder. Selanjutnya

penulis membuat daftar pertanyaan yang nantinya

akan digunakan sebagai bahan wawancara.

Tahap II : Selama dilapangan yaitu di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus penulis

melakukan wawancara kepada pelaku bisnis jual

beli kain perca (dodotan) dan masyarakat sekitar

pada umumnya. Apabila jawaban yang di

wawancarai belum memuaskan maka peneliti akan

melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu

diperoleh data yang dianggap kredibel.

Tahap III : Setelah selesai dilapangan, penulis memperoleh

data yang factual dan kredibel. Data tersebut penulis

gunakan untuk mengkaji dan menganalisis rumusan

masalah dalam bab IV skripsi ini.

50Ibid,Sugiono, hlm, 372-374

Page 56: skripsi kain perca

42

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, cacatan

lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan

temuanya dapat di informasikan kepada orang lain.51

Dalam menganalisis data penelitian ini penulis mengunakan

analisis deskriftif yaitu dengan cara mendeskripsikan dan

menginterpletasikan apa yang ada, pendapat yang sedang tumbuh,

proses yang sedang berlangsung, atau kecenderungan yang sedang

berkembang. Dan juga data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar dan bukan angka.

Adapun analisis yang peneliti lakukan selama dilapangan

adalah:

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

dan membuang yang tidak perlu.52 Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaikan data, sehingga data dapat terorganisikan dan dapat

semakin mudah dipahami.

c. Kesimpulan

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi,

kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi

apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung

51Op. Cit, Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm.334 52Ibid, Hlm. 338

Page 57: skripsi kain perca

43

oleh bukti-bukti yang falid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengmpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.53

53Ibid, Hlm. 345

Page 58: skripsi kain perca

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten

Kudus

Sebelum peneliti menjawab permasalahan yang terjadi di Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus terlebih dahulu peneliti

diskripsikan wilayah Desa Demangan yang menjadi tempat penelitian,

sehingga para pembaca dapat mengetahui sekilas deskripsi tentang Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabbupaten Kudus. Disini peneliti akan

mendeskripsikan beberapa aspek kehidupan yang terjadi di Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus dan perlu kiranya peneliti

laporkan, adapun hal-hal yang peneliti deskripsikan adalah sebagai

berikut:

1. Letak Geografis

Desa Demangan merupakan bagian dari salah satu Desa di

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yang memiliki luas wilayah ±

17,45 h², Desa Demangan terletak pada ketingian rata – rata 31.00

meter diatas permukaan air laut dengan iklim tropis dan bertemperatur

sedang bersuhu 30 derajat – 34 Derajat Celcius serta curah hujan ±

21.00 mm/tahun. Berdasarkan data dari profil Desa tahun 2012 Desa

Demangan mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Langgardalem,

Kelurahan Kerjasan

b. Sebelah Barat : berbatsan dengan Desa Janggalan,

Kelurahan Purwosari.

c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Sunggingan

d. Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Demaan,

Kelurahan Sunggingan.54

54 Data Monografi Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm.

5

Page 59: skripsi kain perca

45

Sedangkan jarak dari pusat pemerintahan ( orbitrasi ) adalah

sebagai berikut :

a. Jarak ke ibu kota Kecamatan : 2,5 Km

b. Jarak ke ibu Kota Kabupaten / Kota : 1,5 Km

c. Jarak ke ibu kota Profinsi : 53 Km

d. Jarak ke ibu kota Negara : 570 Km

Adapun Luas wilayah Desa Demangan menurut pengunaannya

dapat diketahui melalui tabel sebagai berikut :

Tabel A.1

PENGUNAAN LUAS WILAYAH

DESA DEMANGAN KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS55

Jenis Penggunaan Luas Tanah

Pemukiman 17. 42 ha

Persawahan -

Kuburan -

Pekarangan -

Perkantoran 0.03 ha

Prasarana Umum 17.45 ha

Total Luas 34.90 ha

2. Iklim

Berdasarkan data monografi Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus Tahun 20012, Desa Demangan merupakan daerah

tropis dengan suhu uadara rata-rata 30 derajat – 34 Derajat Celcius

serta curah hujan ± 21.00 mm/tahun. Sedangkan ketingian tanah dari

permukaan laut adalah 31.00 meter.56

55 Data Monografi Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm.

13 56 Data Profil Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm. 7

Page 60: skripsi kain perca

46

3. Jumlah Penduduk

Jumlah dan perkembangan penduduk di Desa Demangan pada

masa terkini berdasarkan Data dari Dinas kependudukan tahun 2012

sebanyak 2.043 jiwa, dengan jumlah kepala KK sebanyak 553 KK.

Adapun untuk lebih jelasnya jumlah penduduk dapat dilihat dalam

tabel berikut :

Tabel A.2

JUMLAH PENDUDUK DESA DEMANGAN KECAMATAN KOTA

KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012.57

No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk

1 Laki-laki 1.009 orang

2 Perempuan 1.034 orang

Jumlah total 2.043 orang

4. Pemerintahan

Desa Demangan terdiri dari 13 RT dan 4 RW, pada tahun ini

jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.009 orang (seribu sembila )

sedangkan perempuan sebanyak 1.034 orang (seribu tiga puluh empat)

sehingga total keseluruhan Penduduk Desa Demangan adalah 2.043

orang.

Desa Demangan dibawah pimpinan seorang Kepala Desa

(Kades) segala bentuk kegiatan pemerintahan dipusatkan di Kantor

Desa Demangan. Adapun kantor Kepala Desa terletak di RT 03 RW

01. Dalam memajukan Desa Demangan kepala desa dibantu oleh

beberapa staf pembantu yang biasa disebut sebagai pamong desa,

meliputi kadus atau kamituwo, sekretaris desa atau carik, kaur kesra

atau modin, kaur pemerintahan, kaur umum, kaur keuangan, anggota

BPD.

57 Data Monografi Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm.

17

Page 61: skripsi kain perca

47

Tabel A.3

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA DEMANGAN

KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS58

Adapun masa jabatan perangkat Desa Demangan itu

disesuaikan dengan peraturan daerah (PERDA) yang disahkan oleh

pejabat yang berwenang dalam hal ini. Adapun masa jabatan kepala

desa sekarang menjadi 5 tahun, dahulu masa jabatan kepala daerah

adalah 8 tahun. Sedangkan masa jabatan perangkat desa sebagai

pembantu tugas seorang Kades disesuaikan dengan usia saat dilantik

menjadi perangkat desa yaitu sampai usia 56 tahun. Kalau melebihi

usia tersebut akan dipurnakan.

Mengenai Visi dan Misi Pemerintahan Desa Demangan adalah

sebagai berikut :

58 Data Monografi Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm.

9

Kaur Pembangunan

IMTISAL

Kaur Keuangan

KHARIRI

Kaur Umum

NOOR SYAHID

Kepala Desa

INDRIYANTO

Pembantu Kasi

LINIAWATI

Kaur Kesra

KHOIRUL

Sekretaris Desa

KHURATUL AIN

BPD

1. ROZIKUN

2. AFIF

3. IRSYAD

4. DAYAT

5. AS’AD

Page 62: skripsi kain perca

48

a. Visi

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang

diinginkan pada akhir periode 2007-2013 adalah sebagai

beriku.59 :

“Mewujudkan masyarakat Desa Demangan yang religious,

demokratis, terkendali, sejahtera, aman, tertib, maju, demi

meningkatkan kehidupan ekonomi, social, dan berdaya

saing yang didukung oleh sumber daya manusia yang

berkualitas”

b. Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang

akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi. Adapun Misi

kami sebagai Kepala Desa Demangan Periode 2007-2013

adalah sebagai berikut :

i. Pewujudan pengalaman Pancasila dan UUD 1945

secara konsisten dalam setiap sendi kehidupan

masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

ii. Peningkatan iman dan taqwa di dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara demi pemantapan kerukunan

hidup umat beragama serta terciptanya kehidupan yang

bermoral dan berkepribadian.

iii. Peningkatan kinerja aparatur dalam memberikan

pelayanan berdasarkan hak dan kewajiban massyarakat

secara seimbang dan professional.

iv. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana, prasarana,

disemua lini kehidupan bermasyarakat untuk

mendukung kelancaran pelayanan msayarakat.

v. Mewujudkan sikap partisipasif yang dinamis dari

masyarakat terhadap pengembangan kebudayaan,

59 Buku Laporan Anggaran Pemerintah Desa Demangan tahun 2012, hlm. 21

Page 63: skripsi kain perca

49

kesenian, dan berbagai keolahragaan demi pemantapan

persatuan dan kesatuan.

5. Keadaan Pendidikan

Salah satu jalan untuk meningkatkan sumber daya manusia

adalah dengan jalur pendidikan, terutama bagi generasi muda, karena

dengan pendidikan masyarakat akan mampu mengatasi masalah-

masalah yang timbul dilingkungannya, terutama faktor kemiskinan dan

keterbelakangan, terlebih lagi zaman sekarang yang semakin komplek

dan pendidikan sendiri membutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai.

Di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

terdapat sarana dan prasarana yang bisa dikatakan memadai untuk

perkembangan ilmu masyarakatnya. Dari tahun ke tahun kesadaran

masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin meningkat, itu

ditandai dengan banyaknya masyarakat Desa Demangan yang

melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi negeri atau swasta, baik itu di

Kabupaten Kudus maupun di Luar Kota.

Tabel A. 4

JENJANG PENDIDIKAN PENDUDUK DESA DEMNAGAN

KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS60

No Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan

1 Tidak / Belum Tamat SD 13 10

2 Tamat SD / Sederajat 10 40

3 Tamat SLTP / Sederajat 145 144

4 Tamat SLTA / Sederajat 347 321

5 Tamat Perguruan / Akademik 10 4

60 Data Profil Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm. 16

Page 64: skripsi kain perca

50

Adapun tabel sarana pendidikan Desa Demangan adalah

sebagai berikut :

Tabel A.5

SARANA PENDIDIKAN DI DESA DEMANGAN KECAMATAN

KOTA KABUPATEN KUDUS

No Sarana Pendidikan Jumlah

1 Play Group / TK 1

2 SD / Sederajat 2

3 SMP / Sederajat -

4 SLTA / Sederajat -

Selain sarana pendidikan yang ada di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus juga memiliki sarana olah raga

yang digunakan untuk meningkatkan kebugaran masyarakat dan dapat

digunakan secara umum oleh masyarakat warga Demangan. Adapun

sarana olah raga yang dimiliki Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut :

Tabel A. 6

SARANA OLAHRAGA DI DESA DEMANGAN61

No Sarana Olah Raga Jumlah

1 Lapangan Sepakbola -

2 Lapangan Bulu Tangkis 2

3 Meja Pingpong 1

4 Lapangan Voli 1

5 Pusat Kebugaran 1

Total Sarana Olah Raga 5

61 Data Profil Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm. 39

Page 65: skripsi kain perca

51

6. Keadaan Ekonomi

Ekonomi menempati peranan yang sangat penting dalam

menjalani kehidupan ini, peran tersebut mengarah pada kesejahteraan

hidup seseorang, banyak orang menilai semakin ekonomi seorang

menempati tingkatan atas maka orang tersebut diangap telah mencapai

kesejahteraan, sehingga banyak orang berusaha mencapai tingkatan

ekonomi teratas dalam kehidupan bermasyarakat. Ini dapat dilihat pada

masyarakat Desa Demangan yang mempunyai mata pencaharian tidak

hanya satu profesi saja, masyarakat desa Demangan mempunyai

angapan bahwa kebutuhan semakin hari semakin meningkat dan satu

pekerjaan tetap dianggap tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan

tersebut, sehingga masyarakat Desa Demangan mencari inovasi usaha

yang mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.62 Salah

satunya melakukan kegiatan ekonomi dari kain sisa jahitan yang

awalnya tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi berbagai macam

produk kerajinan yang memiliki fungsi dan harga jual cukup tinggi.

Misalnya saja seperti bed cover, sarung bantal maupun sprei, keset,

serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil, dompet handpone, tas, dan

lain sebagainya.

Masyarakat Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten

Kudus berdasarkan mata pencaharian pokok dapat dilihat bahwa mata

pencaharian pokok yang paling besar adalah sebagai karyawan swasta.

Adapun data-data yang lengkap mengenai mata pencaharian pokok

masyarakat Desa Demangan Kecamatan Kota kabupaten Kudus adalah

sebagai berikut :

62Hasil Wawancara dengan Bapak Abdurrahman pada tanggl 07 Mei 2013.

Page 66: skripsi kain perca

52

Tabel A.7

RINCIAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DESA

DEMANGAN KEC. KOTA KAB. KUDUS

No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan

1 Petani - -

2 Buruh Tani - -

3 Buruh Migran Perempuan - 1

4 Buruh Migran Laki-laki 1 -

5 Pegawai Negeri Sipil 35 27

6 Pengrajin Home Industri 13 5

7 Pedagang Keliling - -

8 Dokter Swasta 3 -

9 Bidan Swasta - 4

10 Perawat Swasta - 2

11 TNI - -

12 POLRI 1 -

13 Pensiun PNS/TNI/POLRI 9 5

14 Pengusaha Kecil dan Menenggah 126 30

15 Dukun Kampung Terlatih - -

16 Jasa Pengobatan Alternatif - -

17 Karyawan Perusahaan Swasta 175 250

18 Karyawan Perusahaan Pemerintah 25 21

19 Dosen Swasta 1 -

20 Lain-lain 139 199

Jumlah Total Penduduk 1.111 orang

Ditinjau dari mata pencaharian diatas masyarakat Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus adalah bisa

dikategorikan sebagai Desa yang mana penduduknya melakukan

kegiatan usaha Home Industri mengingat memaksimalkan potensi

Page 67: skripsi kain perca

53

warga karena Desa Demangan berada dalam tengah kota yang mana

peluang untuk berjiwa mandiri. Pengrajin Home Industri tidak hanya

membuat satu bidang saja, akan tetapi banyak produk yang dihasilkan

dari jenis kain, salah satunya adalah pembuatan dari kain sisa jahitan

yang awalnya tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi berbagai macam

produk kerajinan yang memiliki fungsi dan harga jual cukup tinggi.

Misalnya saja seperti bed cover, sarung bantal maupun sprei, keset,

serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil, dompet handpone, tas, dan

lain sebagainya. sisa potongan untuk dijadikan sebagai alat kebersihan,

Keset, serta acsesoris boneka yang mana usaha tersebut dilakukan

sebagai penghasilan tambahan keluarga63

7. Sosial Keagamaan

Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus hampir

98% beragama islam, selebihnya menganut agama Kristen dan

Katholik. Adapun klasifikasi penduduk yang memeluk yang ada di

Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

Tabel A. 8

JUMLAH PENDUDUK PEMELUK AGAMA64

No Agama Laki-laki Perempuan

1 Islam 999 orang 1.024 orang

2 Kristen 6 orang 7 orang

3 Katholik 4 orang 3 orang

Jumlah 1.009 orang 1.034 orang

Di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus sudah ada

sarana untuk beribadah baik untuk orang islam maupun bagi pemeluk

63Hasil Wawancara dengan Bapak Mila selaku perangkat Desa Demangan pada tanggal

08 Mei 2013. 64 Data Profil Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus, Tahun 2012, hlm 19

Page 68: skripsi kain perca

54

agama lain. Adapun jumlah tempat peribadatan dapat diketahui

melalui tabel sebagai berikut :

Tabel. A. 10

SARANA PERIBADATAN DI DESA DEMANGAN

No Bangunan Jumlah

1 Masjid 6

2 Langgar / Musholla 3

3 Gereja -

4 Gereja Katholik -

5 Wihara -

Selanjutnya peneliti akan membahas tentang keadaan social

keagamaan umat islam saja, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk

Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus adalah beragama

islam.

Dalam suasana kehidupan social keagamaan masyarakat Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus tidak jauh berbeda

dengan masyarakat di tanah jawa pada umumnya. Mereka tidak bisa

lepas dari adat istiadat setempat yang telah ada sejak nenek moyang

mereka.65 Adapun kebiasaan masyarakat Desa Demangan melakukan

kegiatan social keagamaan sebagai berikut :

a. Mauludan

Mauludan merupakan salah satu adat budaya yang masih

berlaku di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

yang tujuannya adalah untuk mengenag lahirnya Nabi

Muhammad SAW. Mauludan atau biasa disebut dengan istilah

“Berjanjen” tersebut dilakukan setiap satu minggu dua kali yaitu

pada yang rutin dilakukan malam jumu’ah dan ada pula yang

65Hasil Wawancara dengan Modin Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

pada tanggal 07 Mei 2013.

Page 69: skripsi kain perca

55

pada malam senin, yang dilakukan di Masjid maupun Musholla

yang ada di Desa Demangan dengan tujuan untuk memperingati

hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, sejarah perjuangan beliau

dalam menyiarkan agama islam serta agar mendapatkan

syafaatnya kelak di yaumul qiyamah nantinya.

Tradisi mauludan ini tidak hanya dilakukan oleh orang tua

saja, tetapi dari mulai anak-anak, remaja, serta usia dewasa.

Namun kebanyakan dari jama’ah berjanjen yang hadir adalah

usia remaja, yang mana kegiatan tersebut dilakukan untuk

sekaligus latihan terbangan.66

b. Manaqiban

Manaqib merupakan salah satu adat budaya masyarakat

Desa Demangan yang dilaksanakan ketika ada Hajat dan

dilaksanakan sebagai rasa syukur atas nikmat yang diberikan

oleh Allah. Dalam acara manaqib ini orang yang punya hajat

mengundang para tetangga atau kerabat untuk membaca manaqib

atau sejarah Syaikh Abdul Qodir Jailani Waliyullah, kemudian

sajian berupa ayam dan makan tersebut dibagikan kepada para

tamu undangan yang meliputi para tetangga dan kerabat terdekat.

Budaya manaqiban ini dilaksanakan dengan harapan memperoleh

limpahan nikmat dari Allah SWT dengan melalui perantara

Syaikh Abdul Qadir Jailani.67

c. Hajatan

Khajatan merupakan salah satu tradidsi yang dilakukan

ketika akan dilaksanakan khajatan, khajatan ini dalam istilah

masyarakat sekitar “nyumbang atau dhuwe gawe” seperti contoh

khajatan yang biasa dilakukan di Desa Demangan adalah

Khajatan Nikahan, dan Sunatan sebelum khajatan dimulai

terlebih dahulu melaksanakan tahlilan atau mengirim do’a

66Hasil Wawancara dengan bapak Aziz Afnani pada tanggal 05 Mei 2013. 67Hasil Wawancara dengan Bpk Abdul Wahab, Tokoh Agama Desa Demangan pada

tanggal 10 Mei 2013.

Page 70: skripsi kain perca

56

kepada ahli kubur, memohon ampun kepada Allah SWT agar

khajat yang akan dilaksanakan dapat berjalan lancar dan tidak

ada halangan. Budaya khajatan ini merupakan perpaduan antara

tradisi masyarakat jawa dengan agama Islam, budaya ini pertama

kali dikenalkan oleh para Wali Allah di tanah Jawa , dalam

pengenalan budaya ini para wali mempunyai tujuan agar

mendoakan kepada ahli kubur yang sudah meninggal dan

memohon ampunan kepada Allah SWT.

d. Tahlilan

Tahlilan merupakan tradisi yang dulakukan masyarakat

Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yang

dilakukan ketika ada orang meninggal dunia, tujuh hari dari

kelahiran anak, sebelum melangsungkan perkawinan, sebelum

melaksanakan khitanan dan lain sebagainya.

Khusus tahlilan bagi orang yang meninggal dunia

dilakukan selama tujuh hari berturut-turut terhitung dari mulai

meninggal duniannya seseorang sampai hari ke tujuh. Dalam

tahlilan surat yang di baca adalah surat al-Ikhlas, surat al-Falaq,

Surat an-Nas, surat al-Baqoroh, dan surat ayat kursi. Tahlilan ini

dilakukan di rumah orang yang meninggal dunia dan biasanya

tahlilan dilaksanakan dengan dibantu oleh tetangga terdekat.68

e. Yasinan

Yasinan ialah suatu tradisi pertemuan jama’ah bapak-

bapak dan ibu-ibu, serta para jamaah yang ada juga usia anak-

anak dengan dewasa. Karena yasinan yang ada di Desa

Demangan bersifat umum pada masyarakat warga Demangan

dalam suatu tempat untuk membaca surat Yasin. Biasanya acara

yasinan dilaksanakan setiap selapan sekali tepatnya pada malam

ahad. Pada intinya tradisi yasinan ini adalah untuk mendoakan

68Hasil Wawancara dengan Bapak Ainurrofik pada tanggal 10 Mei 2013.

Page 71: skripsi kain perca

57

orang yang telah meninggal agar mendapatkan ampunan dari

Allah.

f. Istigosah

Istigosah merupakan salah satu tradidsi yang dilakukan

secara rutin pada setiap selapan sekali yaitu pada mala senin.

Istigosah ini dimaksudkan agar warga Desa Demangan selain

bergotong royong untuk melaksanakan kebajikan di jalan Allah

juga Istigosah ini dimaksudkan untuk berdoa secara bersama-

sama agar terhindar dari tolak balak serta memperlancar ekonomi

dengan memohon dan berdoa kepada Allah SWT.

8. Keadaan Sosial Budaya

Dalam suasana kehidupan berbudaya, masyarakat Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus tidak jauh berbeda

dengan masyarakat tanah jawa pada umumnya, mereka tidak lepas dari

adat istiadat setempat yang telah ada sejak nenek moyang mereka.

Kepercayaan akan hal-hal mistis masih melekat dalam suasana

kehidupan sehari-hari pada masyarakat Desa Demangan Kecamatan

Kota Kabupaten Kudus. Adapun adat budaya yang masih berlaku di

Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus adalah :

a. Sambatan

Sambatan ialah salah satu adat kebiasaan yang dilakukan

oleh masyarakat pada waktu salah satu tetangganya ada yang

sedang membangun rumah, masjid maupun musholla, serta

sambatan juga biasanya dilakukan untuk besih-bersih Desa. Dan

masyarakat warga Demangan datang dengan membawa

perlengkapan sendiri dan juga membawa berupa jajanan atau

makan ringan. Hal ini dilakukan karena dalam kehidupan

Page 72: skripsi kain perca

58

masyarakat pedesaan masih tertanam rasa kegotong royongan

antar warga masyarakat Desa Demangan.69

b. Mitoni

Ialah suatu adat kebiasaan yang dilakukan atau

dilaksanakan oleh masyarakat pada waktu seorang perempuan

yanag sedang mengandung dalam usia kandungan 7 (tujuh)

bulan. Mitoni ini mempunyai tujuan agar anak yang dikandung

tersebut dapat lahir dengan selamat dan menjadi anak seperti

yang diharapkan oleh setiap orang tua, yaitu anak yang sholeh,

taat pada orang tua, berahlakul karimah serta diharapkan

nantinya menjadikan anak yang berguna bagi masyarakat dan

Negara.70

c. Luru Dino

Ialah salah satu langkah awal yang dilakukan seseorang

ketika akan menghadapi hajat atau acara yang mengundang

banyak orang. Tradisi luru dino atau mencari hari yang baik

tersebut sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Luru dino atau

mencari hari yang baik hal ini mempunyai tujuan agar pada

waktu hari H (hari pelaksanaan hajat) tersebut dapat berjalan

lancer tanpa ada halangan suatu apapun, sebab menurut adat

masyarakat jawa setiap hari dan hari pasaran mempunyai niali

tersendiri. Apabila nilai hari dan pasaran dijumlahkan dan

hasilnya kurang baik maka hari tersebut di hindari, karena

menurut kepercayaan kalau tidak dihindari maka akan menjadi

sesuatu yang tidak baik.

69Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Wahab, Kapala RW 03 pada tanggal 12 Mei

2013 70Hasil Wawancara dengan Bapak Haji Ma’ruf pada tanggal 12 Mei 2013

Page 73: skripsi kain perca

59

Menghitung hari atau luru dino dihitung dari hari dan

tanggal lahir kedua pasangan yang akan menikah, dan juga pada

waktu khitanan yang dihitung adalah weton atau tanggal lahir

anak yang akan dikhitan. Dan masih banyak lagi contoh-contoh

lain, yang pada intinya tradisi luru dino di Desa Demangan

dilakukan oleh masyarakat jawa pada waktu mereka akan

mempunyai hajat agar terhindar dari hal-hal yang tidak

diinginkan.71

B. Latar Belakang dan Alasan Jual Beli Kain Perca Dengan Sistem

Karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

Manusia diciptakan Allah pada dasarnya adalah untuk saling

bermuamalah. Tidaklah mungkin manusia hidup di dunia tanpa saling

membutuhkan antara satu dengan yang lain, baik dalam jual beli, sewa

menyewa, bercocok tanam, dalam urusan pribadi maupun untuk

kemaslahatan umum. Hubungan antara sesama manusia dalam pergaulan

dunia sementara mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan

kemajuan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, aturan Allah yang

terdapat dalam al-Qur’an tidak mungkin menjangkau seluruh segi

pergaulan yang berubah itu. Itulah sebabnya ayat-ayat al-Qur’an yang

berkaitan dengan hal itu hanya bersifat prinsip dalam muamalah dan dalam

bentuk umum yang mengatur secara garis besar. Aturan yang lebih khusus

datang dalam hadits Nabi. Hal tersebut di atas menjadi indikator bahwa

manusia memerlukan orang lain. Salah satu kebutuhan yang memerlukan

interaksi dengan orang lain adalah akad jual beli. Peristiwa ini terjadi

dalam kehidupan sehari-hari dengan menimbulkan akibat hukum yaitu

akibat suatu tindakan hukum. Jual beli merupakan tindakan atau transaksi

yang telah disyariatkan, dalam arti telah ada hukumnya yang jelas dalam

71Hasil Wawancara dengan Bapak Abdul Wahab Kepala RW 03 pada tanggal 12 Mei

2013

Page 74: skripsi kain perca

60

Islam yang berkenaan dengan hukum taklifi. Hukumnya adalah boleh

(jawaz).

Menurut Ijma’ para Ulama’ telah bersepakat bahwa jual beli

diperbolehkan dengan alasan manusia tidak akan mampu mencukupi

kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan

atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu harus diganti dengan

barang lainnya yang sesuai.72

Jual beli adalah menukarkan sesuatu benda dengan benda lainnya

dengan akad yang telah diijinkan oleh syara’. Benda yang diperjualbelikan

harus ada di hadapan kedua belah pihak, dapat dilihat dan dapat dikuasai.

Apabila benda yang diperjualbelikan tidak di hadapan keduanya, tetapi

telah menjadi tanggungjawab orang yang menjualnya, penjualan ini sah.

Asalkan bendanya telah ditunjukkan sifat-sifatnya dan telah memenuhi

syarat-syaratnya. Jika benda yang diperjualbelikan tidak ada di hadapan

keduanya, dan belum pernah diketahui oleh calon si pembeli sama sekali,

serta tidak atas tanggung jawab dari si penjual. Atau bendanya ada di

hadapan keduanya tetapi tidak dapat dikuasainya, penjualan tersebut

hukumnya tidak sah karena termasuk penipuan

Jual beli merupakan akad yang umum digunakan oleh masyarakat,

karena dalam setiap pemenuhan kebutuhanya masyarakat tidak bisa

meningalkan makanan dan minuman misalnya, terkadang ia tidak mampu

memenuhi kebutuhan itu dengan sendirinya, tapi membutuhkan dan

berhubungan dengan orang lain, sehingga kemungkinan besar akan

terbentuk akad jual beli. Kajian tentang jual beli yang merupakan bagian

dari muamalah merupakan kajian yang terus berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman, bentuk dan model dalam sistem jual beli pun

semakin bervariatif, seperti halnya jual beli kain perca dengan sistem

karungan yang ada di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

jual beli ini ada karena perkembangan zaman yang semakin maju, serta

72 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2006, hlm. 75.

Page 75: skripsi kain perca

61

tuntutan kehidupan yang mana manusia dituntut untuk kreatif dan inovatif

untuk menciptakan sebuah karya usaha.

Untuk memahami lebih jauh tentang latar belakang jual jual beli

kain perca, hal yang paling penting diperhatikan ialah mencari barang

yang halal dan dengan jalan yang halal pula. Artinya, carilah barang yang

halal untuk diperjualbelikan atau diperdagangkan dengan cara yang

sejujur-jujurnya. Bersih dari segala sifat yang dapat merusak jual beli

seperti, penipuan, pencurian, perampokan, riba dan lain-lain.

Kemudian, menurut pengamatan sementara yang saya lakukan

Home Indusry pembuat Konveksi di Desa Demangan berjumlah yang ada

pada saat ini ada 18 Home Industri pembuat bahan Tekstil dari berbagai

kelas produksi, dan pedagang kecil sampai menengah berjumlah 156

pedagang, selanjutnya praktek jual beli kain perca (dodotan) dengan

sistem karungan di Desa Demangan dilakukan ketika jual beli sedang

berlangsung serta tanpa alat bukti timbangan maupun meteran bisa

dikatakan hampir semua pedagang tidak menggunakan alat tersebut.

Sedangkan pedagang mencampur barang sutiran dengan kertas dari sisa

kain. Sehingga dalam praktek jual beli pakaian tersebut terdapat satu hal

yang meragukan bila ditinjau dari norma Hukum Islam. Sedangkan dalam

buku-buku kajian fikih, mengenai jual beli telah dibahas aturan-aturannya

secara global seperti larangan menipu, menimbun, menyembunyikan cacat

barang, mengurangi timbangan dan lain sebagainya untuk keselamatan

dunia perdagangan. Akan tetapi pembahasan mengenai laba atau

keuntungan yang boleh diambil dalam jual beli masih sedikit, meskipun

hal ini memiliki kedudukan yang sangat penting. Keuntungan merupakan

buah dari kegiatan bisnis yang dapat digunakan untuk menjaga

kelangsungan usaha juga sebagai pendorong untuk bekerja lebih efisien.

Akan tetapi sering terjadi ketidakstabilan harga di dalam penjualanya dan

kurangnya pengetahuan tentang bagaimana menentukan keuntungan,

menjadikan kondisi seperti ini sering dimanfaatkan oleh pihak penjual

yang hanya memikirkan keuntungan materi dan menonjolkan

Page 76: skripsi kain perca

62

keegoisannya tanpa melihat lingkungan sekitar sehingga ujung-ujungnya

konsumen yang dirugikan.

Masih banyak masyarakat awam yang tidak mengerti faktor apa

saja yang harus diperhatikan dalam menentukan berapa besar keuntungan

yang boleh diambil dalam perdagangan dan bagaimana menjual barang

yang tidak merugikan pembeli atau konsumen. Sehingga banyak terjadi

harga yang ditentukan sesuai dengan kemauan masing-masing individu

tanpa melihat apakah keuntungan yang diambil dari barang yang dijual

tersebut sesuai atau tidak menurut Islam.

C. Proses Pelaksanaan Praktek Jual Beli Kain Perca (dodotan) dengan

Sistem Karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten

Kudus

Semua manusia mempunyai kebutuhan pokok dalam kehidupaanya

dan tidak bisa datang dengan sendirinya tanpa usaha dari manusia itu

sendiri, dalam menjalankan usahanya itu manusia diatur oleh sebuah

aturan yang mengikat, benar dan sah sesuai dengan aturan yang ada dalam

agama islam. Aturan yang ada dalam islam itu disebut syari’ah yang

bertujuan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia khususnya

umat Islam. Aturan ini telah termuat dalam dalam al-Quran dan al-Hadist

baik yang berhubungan dengan tuhan atau ibadah, dan aturan yang

berhubungan dengan manusia dan lingkungannya atau muamalah. Salah

satu bentuk muamalah adalah jual beli atau dikenal dalam ilmu fiqih

dengan istilah al ba’i. Dalam jual beli bisa dikatakan jual beli yang shahih

bila terpenuhinya syarat dan rukun yang digariskan al-Quran, hadist serta

ulama’ para ahli fiqih.

Dalam kehidupan kita terdapat bermacam-macam jenis jual beli,

salah satunya bentuk jual beli Kain Perca (dodotan) dengan sistem

karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Sistem

karungan yaitu transaksaksi yang mana barang itu berada dalam karung,

dan transaksi jual beli dilakukan dua orang atau lebih (salah satu pihak

Page 77: skripsi kain perca

63

sebagai penjual dan lainya sebagai pembeli) dilakukan setelah terjadinya

akad jual beli biasanya terhadap setelah barang-barang kain sisa potongan

dimasukan dalam karung sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Praktek jual beli kain perca dengan sistem karungan secara umum

dimaksudkan untuk memudahkan penjual atau pemiliknya dalam menjual

kain sisa potongan dan penentuan harga jual oleh pemilik, sedangkan

untuk pembeli dimaksudkan untuk memudahkan dalam mengira-gira biaya

atau harga yang dibeli apakah barang yang akan di beli sesuai dengan

harga atau tidak. Karena dalam transaksi jual beli kain perca tidak

mengunakan meteran maupun timbangan dan hanya mengunakan

perkiraan harga berdasarkan jumlah besar kecilnya kain perca yang ada

dalam besaran karung. Sedangkan praktek jual beli kain perca dengan

sistem karungan yang terjadi di Desa Demangan ini faktor yang paling

dominan sebagai alasan melakukan praktek ini adalah pihak pemilik atau

penjual ingin mendapatkan keuntungan yang maksimal guna mengurangi

pembayaran biaya produksi. Sedangkan bagi pihak pembeli (orang yang

membeli) disamping ingin mendapatkan hasil dari kain sisa potongan juga

dari kain sisa jahitan yang awalnya tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi

berbagai macam produk kerajinan yang memiliki fungsi dan harga jual

cukup tinggi. Misalnya saja seperti bed cover, sarung bantal maupun sprei,

keset, serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil, dompet handpone, tas,

dan lain sebagainya guna menciptakan ekonomi mandiri.

Adapun berdasarkan penelitian yang kami lakukan di lapangan

serta dari wawancara dengan pembeli yang mengolah kain perca untuk

produksi kembali guna mendapatkan keuntungan dengan menjual kain

perca sebagai berikut :

1. Salah satu kasus jual beli kain perca di Desa Demangan adalah yanag

dilakukan oleh Bapak H. Hariyantosebagai pemilik Home Industri

Konveksi Jaya yang mana sector produksinya meliputi pembuatan

baju, celana, pakaian anak-anak serta membuat pakain remaja putri

dan Bapak Effendibeserta kawan-kawannya sebagai pembeli atau

Page 78: skripsi kain perca

64

pemborong yang terjadi tanggal 11 Mei 2013.Setelah kedua belah

pihak mengadakan akad maka terjadi kesepakatan harga antara

keduanya, adapun kesepakatan harganya yaitu 20.000 untuk 1 (satu)

karungnya yang ukuran sedang dengan jumlah 25 sak karung kain

perca dan Bapak effendi jugamemborong 20 sak karung ukuran besar

kain perca dengan harga 35.000.73

Adapun akad yang digunakan dalam transaksi jual beli “barangku kain

perca iki tak dol itungane karungan dene rugi utowo untung iku wis

dadi bagianmu (saya menjual barang ini dengan hitungan karungan

untuk nantinya untung rugi itu bagian kamu) dan pembeli

mengucpkan saya beli barang kamu dan saya setuju untuk untung dan

ruginya dan antara penjual dan pembeli sudah sama ridho.

2. Contoh kasus yang kedua adalah dilakukan oleh Bapak H. Ma’ruf

sesbagai pemilik Tara’s Bordir dan Abdurrahman beserta kawan-

kawan sebagai pemborong kain perca yang terjadi pada tanggal 15 Mei

2013. Setelah kedua belah pihak mengadakan transaksi jual beli dan

terjadi kesepakatan harga yaitu, satu karung kain perca ukuran kecil

seharga 17.500, ukuran sedang 23.000 dan untuk ukuran karung besar

seharga 32.000.74

3. Sedangkan contoh kasus yang ketiga terjadi pada tanggal 18 Mei 2013

di Home Industry Aloha Textile H. Masmichan sekaligus sebagai

penjual, Bapak Firman sebagai pembeli atau pemborong. Setelah

terjadi kesepakatan harga yaitu untuk kain perca dalam karung ukuran

kecil 15.000, ukuran kain perca dalam karung sedang 25.000 dan kain

perca dalam karung ukuran besar dengan harga 35.000.75

Kemudian setelah adanya kesepakatan mengenai harganya dan

berapa banyak barang yang akan dibeli, kemudian pihak pembeli

73Hasil Wawancara dengan Bapak Effendi Selaku Pembeli dan Pengrajin Kain Perca

pada tanggal 11 Mei 2013 74Hasil Wawancara dengan Bapak Abdurrahman Selaku Pembeli dan Pengrajin Kain

Perca pada tanggal 15 Mei 2013 75Hasil Wawancara dengan Bapak Firman selaku pembeli dan Pengrajin Kain Perca pada

tanggal 18 Mei 2013

Page 79: skripsi kain perca

65

mengira-gira sendiri harga berdasarkan besar kecilnya karung, karena

dalam trtansaksi jual beli kain perca ini tidak ada ketentuan harga sama

halnya dengan jual beli lainya seperti beras dan sembako lainya yang

mana barang-barang tersebut ada patokan ketentuan harga. Adapun harga

per setiap 1 (satu) karung kain perca (dodotan) biasanya untuk ukuran

karung kecil Rp. 15.000,- karung sedang 22.000,- dan karung besar

33.000.- Namun berdasarkana hasil penelitian yang kami lakukan harga-

harga tersebut belum bisa dijadikan ukuran kesesuain harga dalam

menjualnya, karena persetiap Home Industri atau pengrajin yang ada di

Desa Demangan dalam menjual kain perca harganya berbeda-beda.

Adapun hasil wawancara dengan penjual yang menjual kain perca

dengan sistem karungan adalah sebagai berikut :

a. Bapak H. Hariyanto sebagai pemilik Home Industri Konveksi Jaya

yang beralamatkan di Desa Demangan Rt 01/03 yang mana sector

produksinya meliputi pembuatan baju, celana dan pakaian anak-anak

remaja putri, serta mempunyai pekerja sebanyak 18 orang, biasanya

dari hasil potongan kain Bapak H. Hariyanto menyuruh anak buahnya

untuk mengumpulkan kembali sisa potongan kain dalam sak karung

yang kemudian di jual kembali untuk ukuran karung kecil Rp. 17.000,-

sedang Rp. 20.000,- dan besar Rp. 35.000,-

dalam kasus ini peneliti mewawancarai Bapak Effendi selaku pembeli

yang mana Bapak Effendi sudah berlanganan dengan Bapak H.

Hariyanto ± 2.5 tahun terakhir. Dan dalam setiap transaksi yang

dilakukan harganya tidak selalu sama karena tergantung dari

barangnya karena tergantung dari pesanan konsumen Bapak H.

Hariyanto.76

b. Hasil wawancara yang ke 2 (dua) dengan Bapak H. Ma’ruf dan Bapak

Abdurrahman beserta kawan-kawan adalah sebagai pembeli, adapun

Bapak H. Ma’ruf adalah pemilik Tara’s Bordir yang beralamatkan di

76Hasil Wawancara dengan Bapak H. Hariyanto (Konveksi Jaya) selaku penjual pada

tanggal 16 Mei 2013.

Page 80: skripsi kain perca

66

Desa Demanagan Rt. 03 Rw. 03 dan bergerak dalam produksi

pembuatan kebayak yang mengunakan jenis kain TC, Sifon,

CottonCombed serta Cotton Carded, beliau juga mempunyai pekerja

sebanyak 15 orang dalam proses pembuatannya. Dari hasil wawancara

yang kami lakukan Bapak H. Ma’ruf menjual kain perca ukuran sak

kecil Rp. 17.500,- sak karung sedang Rp. 23.000,- dan sak karung

besar Rp. 32.000,- namun harga beliau juga menjelaskan bahwa harga

tersebut tidak bisa tetap, kadang mengalami kenaikan karena

barangnya susah, namun juga mengalami penurunan yang di sebabkan

harga kain di pasaran umum sedang jatuh.77

c. Hasil wawancara yang ke 3 (tiga) terjadi pada tanggal 18 Mei 2013 di

Home Industri Ryan Collection, sebagai pemilik tersebut adalah H.

Affandi yang bergerak di produksi pembuatan baju anak-anak serta

kaos-kaos olahraga yang mana dalam pembuatan tersebut mengunakan

bahan kain Cotton Combed serta Cotton Carded. Untuk Cotton

Combed bahannya lebih halus daripada Cotton Carded yang agak

kasar. Memang secara sepintas ketika memegang bahan Cotton

Carded terasa lebih tebal, tapi Cotton Combed ketika di pakai lebih

nyaman dan enteng. Sifat kedua jenis bahan tersebut bisa menyerap

keringat dan tidak panas, karena bahan baku dasarnya adalah serat

kapas dan mempunyai pekerja 25 oranng. Untuk harga jual kain peca

Bapak H. Affandi hanya menjual dengan sak ukuran besar dengan

harga Rp. 35.000,- mahalnya harga tersebut dipengaruhi harga kain

yang memang jenis kain-kain yang di gunakan harganya sudah

mahal.78

d. Wawancara selanjutnya terjadi di Home Industri Aloha Texstile

sebagai pemilik adalah Bapak H. Masmichan dan sebagai pembeli

adalah Bapak Firman yang kami wawancarai pada tanggal 16 Mei

2013. Bapak H. Masmichan beralamatkan di Jl. Dr. Wahidin 133 Desa

77Hasil Wawancara dengan Bapak H. Ma’rufselaku penjual pada tanggal 16 Mei 2013. 78Hasil Wawancara dengan Bapak H. Affandiselaku penjual pada tanggal 18 Mei 2013.

Page 81: skripsi kain perca

67

Demangan Rt 03 Rw 01 bergerak pada pembuatan konveksi berbagai

macam sesuai kebutuhan konsumen. Bapak H. Masmichan mempunyai

pekerja sebanyak 18 0rang dan setiap harinya membuat pakaian jadi

dari bahan jenis kain Cotton, Spandek, Poliester (PE), Woll dan

Shiffon, dari jenis-jenis kain tersebut nantinya setelah di potong-potong

hasil dari potongan kain tersebut dimasukan dalam karung dan di jual

dengan harga ukuran sak kecil 15.000,- ukuran sak sedang Rp.

25.000,- dan sak ukuran besar Rp. 35.000,- namun demikian beliau

juga memaparkan harga tersebut bisa berubah berdasarkan harga

pembelian kain.79

Peneliti juga mewawancarai mengenai kelemahan dari jual beli

kain perca ini adalah bahwa si pembeli (pemborong) bisa dirugikan

jika mereka tidak bisa menaksir atau memperkirakan besar kecilnya

kain potongan yang berada dalam karung. Oleh karenanya walaupun

jual beli kain perca dengan sistem karungan ini sudah bejalan cukup

lama ± 8 (delapan) tahun terakhir di Desa Demangan dan tidak ada

perjanjian secara tertulis untuk menghindari konflik atau kerugian

yang sangat besar dari salah satu pihak maka perlu ada kesepakatan

atau perjanjian lesan yang lebih detail dan lebih terperinci.

Hasil wawancara yang dapat peneliti interview terhadap

penjual dan pembeli yang mengalami kerugian secara materiil dalam

pembelian kain perca dengan sistem karungan dari hasil penelitian di

lapangan adalah sebagai berikut :

a) H. Hariyantosebagai pemilik Home Industri Konveksi Jaya dan Bapak

Sujonobeserta kawan-kawannya sebagai pembeli atau pemborong yang

terjadi tanggal 11 Mei 2013.Setelah kedua belah pihak mengadakan

akad maka terjadi kesepakatan harga antara keduanya, adapun

kesepakatan harganya yaitu 20.000 untuk 1 (satu) karungnya yang

ukuran sedang dengan jumlah 25 sak karung kain perca dan Bapak

79Hasil Wawancara dengan Bapak H. Masmichanselaku penjual pada tanggal 16 Mei

2013.

Page 82: skripsi kain perca

68

Sujono jugamemborong 20 sak karung ukuran besar kain perca dengan

harga 35.000. namun ternyata setelah dibeli dan diproses untuk

dijadikan kerajinan bed cover, sarung bantal maupun sprei, keset,

serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil, dompet handpone, dan tas,

barang yang dibeli berupa kain perca tersebut tidak sesuai dengan

taksiranya, karena biasanya dalam 25 (dua puluh lima ) karung sedang

dan 20 (dua puluh) kain perca bisa menghasilkan 1 bed cover, 5 sarung

bantal maupun sprei, 10 keset, 50 serbet, 10 taplak meja, dan 100

dompet handpone. namun setelah diproses barang yang dibeli tidak

sesuai dengan taksiranya. Dengan demikian para pembeli atau

pemborong bisa dirugikan dengan selisih yang besar. Walaupun

demikian pada akhirnya kedua belah pihak saling menerima karena

sama-sama menyadari belum adanya ketentuan harga jual kain perca

secara umum dan sama-sama ridho.80

b) Contoh kasus yang kedua adalah dilakukan oleh Bapak H. Ali Ridho

sesbagai pemilik Sahabat Busana dan Bapak Yusuf beserta kawan-

kawan sebagai pemborong kain perca yang terjadi pada tanggal 15 Mei

2013. Setelah kedua belah pihak mengadakan transaksi jual beli dan

terjadi kesepakatan harga yaitu, satu karung kain perca ukuran kecil

seharga 17.500, ukuran sedang 23.000 dan untuk ukuran karung besar

seharga 32.000. kemudian setelah dproses untuk dijadikan berbagai

aneka kerajinan Bapak Yusuf tidak puas karena kain perca yang ada

dalam karung tersebut banyak terdapat kelongsongan kain, sehingga

dalam proses pembuatan aneka kerajinan Bapak Yusuf tidak mencapai

target sehingga para pemborong secara materiil dirugikan karena tidak

bisa mendapatkan hasil yang optimal atas pembelian kain perca

tersebut.81 Namun demikian Bapak Yusuf menyadari karena akad yang

digunakan beliau membeli dengan system karungan dan apabila ada

kerugian produksinya itu bagian dari resiko kerja.

80Hasil Wawancara dengan Bapak Sujono selaku pembeli pada tanggal 11 Mei 2013 81Hasil Wawancara dengan Bapak Abdurrahman selaku pembeli pada tanggal 15 Mei

2013

Page 83: skripsi kain perca

69

c) Contoh kasus yang ketiga terjadi pada tanggal 18 Mei 2013 di Home

Industry Aloha Textile H. Masmichan sekaligus sebagai penjual, Bapak

Firman sebagai pembeli atau pemborong. Setelah terjadi kesepakatan

harga yaitu untuk kain perca dalam karung ukuran kecil 15.000,

ukuran kain perca dalam karung sedang 25.000 dan kain perca dalam

karung ukuran besar dengan harga 35.000. kemudian setelah diproses

untuk dijadikan aksesoris Bapak Firman mengalami kerugian secara

materiil karena kain yang ada dalam karung potongannya kecil-kecil

sehingga untuk dproses menjadi aneka aksesoris tidak bisa optimal.

Dalam hal ini Bapak Firman selaku pemborong sangat dirugikan.82

d) Sedangkan contoh kasus yang ke empat terjadi pada tanggal 19 Mei

2013 di Home Indusri Ryan Collection, sebagai pembeli atau

pemborong adalah Bapak Imtisal dan kawan-kawan memborong kain

perca dalam karung ukuran besar dengan harga 35.000,- kenudian

Bapak Imtisal dan kawan-kawan memproses kain perca tersebut dan

ternyata setelah diproses hasilnyapun kurang maksimal karena

banyaknya plastic dari kain yang ada di dalam karung. Dengan

demikian pembeli atau penebas dalam masalah ini sangat dirugikan

karena ada banyak plastic dalam karung dan proses yang dijadikan

aksesoris Handphonepun tidak sesuai dengan taksiranya. Walaupun

demikian saling menerima karena sebelumnya sudah ada akad antara

Bapak Imtisal selaku pemborong dan Bapak Irul selaku penjual.83

D. Deskripsi Data Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jual Beli Kain

Perca (dodotan) Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

Masyarakat Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

yang sebagian besar penduduknya beragama Islam sangat beragam dalam

memenuhi kebutuhan sehari-harinya, salah satu kegiatan ekonomi yang

82Hasil Wawancara dengan Bapak Firman selaku pembeli pada tanggal 18 Mei 2013 83Hasil Wawancara dengan Bapak Imtisal selaku pembeli pada tanggal 19 Mei 2013

Page 84: skripsi kain perca

70

dijalankan warga Desa Demangan adalah lewat jual beli. Jual beli yang

dilakukan warga sangat beragam dari menjual belikan makanan pokok

seperti beras, lauk pauk, pakaian, tas, sandal, sepatu dan kegiatan ekonomi

lainya guna memenuhi kebutuhan harian serta keperluan bagi keluarga.

Sebagian besar masyarakat Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus yang dalam sehari-harinya bekerja sebagai karyawan

swasta dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak hanya mengandalkan

gaji yang di dapatkan dari perusahaan tersebut., tidak jarang ada sebagian

karyawan yang mencari penghasilan tambahan dengan membeli kain perca

(dodotan) dengan sistem karungan yang nantinya dari hasil kain perca

tersebut bisa diolah atau dibuat menjadi berbagai acsesoris perlengkapan

kebutuhan rumah tangga semisal dengan kain perca tersebut diolah

menjadi keset, lap pel serta dibuat boneka, yangmana dari hasil pembuatan

kain perca tersebut digunakan untuk income tambahan keluarga. Adapun

faktor-faktor yang melatarbelakangi warga Demangan untuk melakukan

kegiatan jual beli kain perca berdasarkan wawancara dengan penjual

maupun pembeli kain perca yang berada di Desa Demangan Kecamatan

Kota kabupaten Kudus adalah sebagai berikut :

1. Faktor Keuntungan

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari ada sebagian

masyarakat Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

yang memiliki usaha sampingan yaitu dengan menjual dan membeli

kain perca (dodotan) khusus untuk penjual kain dari potongan

pembuatan baju, kaos maupun celana dikumpulkan dalam berbagai

karung yang nantinya dijual untuk menekan biaya produksi,

sedangkan khusus para pembeli kain perca mereka untuk menutupi

kebutuhan keluarga dari hasil pengolahan kain perca dan kemudian

di jual dalam bentuk aksesoris. Faktor-faktor keuntungan ini menjadi

alasan yang paling besar seseorang yang berada di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus untuk melakukan transaksi jual

beli kain perca (dodotan) dengan sistem karungan sebagai investasi

Page 85: skripsi kain perca

71

guna memacu pertumbuhan ekonomi mandiri.84 Karena dari kain sisa

jahitan yang awalnya tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi

berbagai macam produk kerajinan yang memiliki fungsi dan harga

jual cukup tinggi. Misalnya saja seperti bed cover, sarung bantal

maupun sprei, keset, serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil,

dompet handpone, tas, dan lain sebagainya. Adapun hasil wawancara

peneliti sebagai berikut :

a. Salah satu kasus jual beli kain perca di Desa Demangan adalah

yanag dilakukan oleh Bapak H. Hariyantosebagai pemilik Home

Industri Konveksi Jaya yang mana sector produksinya meliputi

pembuatan baju, celana, pakaian anak-anak serta membuat

pakain remaja putri dan Bapak Effendibeserta kawan-kawannya

sebagai pembeli atau pemborong yang terjadi tanggal 11 Mei

2013.Setelah kedua belah pihak mengadakan akad maka terjadi

kesepakatan harga antara keduanya, adapun kesepakatan

harganya yaitu 20.000 untuk 1 (satu) karungnya yang ukuran

sedang dengan jumlah 25 sak karung kain perca dan Bapak

effendi jugamemborong 20 sak karung ukuran besar kain perca

dengan harga 35.000.Namun ternyata kain perca yang di beli

sebanyak 25 karung dan diproses untuk dijadikan kerajinan bed

cover, sarung bantal maupun sprei, keset, serbet, taplak meja,

boneka, kotak pensil, dompet handpone dan tas, bisa

menghasilkan 1 bed cover, 5 sarung bantal maupun sprei, 10

keset, 50 serbet, 10 taplak meja, dan 100 dompet handpone. Dari

penjualan berbagai aksesoris tersebut Bapak Effendi biasanya

bisa mendapatkan keuntungan 30% bersih dari pembelian kain

perca serta dikurangi biaya produksi untuk membayar upah para

pekerja.85

84Hasil Wawancara dengan Yusrunada pada tanggal 12 Mei 2013 85Hasil Wawancara dengan Bapak Effendi Selaku Pembeli dan Pengrajin Kain Perca

pada tanggal 11 Mei 2013

Page 86: skripsi kain perca

72

b. Kasus yang kedua adalah dilakukan oleh Bapak H. Ma’ruf

sesbagai pemilik Tara’s Bordir dan Abdurrahman beserta kawan-

kawan sebagai pemborong kain perca yang terjadi pada tanggal

15 Mei 2013. Setelah kedua belah pihak mengadakan transaksi

jual beli dan terjadi kesepakatan harga yaitu, satu karung kain

perca ukuran kecil seharga 17.500, ukuran sedang 23.000 dan

untuk ukuran karung besar seharga 32.000. kemudian setelah

dproses untuk dijadikan berbagai aneka kerajinan untuk di jual

kembali biasanya Bapak Abdurrahman mendapatkan keuntungan

dengan margin 30% dari modal serta biaya produksi.86

c. Sedangkan contoh kasus yang ketiga terjadi pada tanggal 18 Mei

2013 di Home Industry Aloha Textile H. Masmichan sekaligus

sebagai penjual, Bapak Firman sebagai pembeli atau pemborong.

Setelah terjadi kesepakatan harga yaitu untuk kain perca dalam

karung ukuran kecil 15.000, ukuran kain perca dalam karung

sedang 25.000 dan kain perca dalam karung ukuran besar dengan

harga 35.000. kemudian setelah diproses untuk dibuat bahan

perlengkapan rumah tangga Bapak Firman menjual kembali

dengan harga eceran, beda dengan sistem penjualan yang

dilakukan oleh Bapak Effendi dan Bapak Abdurrahman yang

mana beliau menjual dengan harga grosir yang mana harga

grosir marginya lebih sedikit apabila dibandingkan dengan harga

eceran yang dilakukan oleh Bapak Firman, sehingga biasanya

Bapak Firman mendapatkan keuntungan lebih dari 50% setelah

dipotong biaya produksi dan pembelian kain perca.87

2. Faktor Ikut-ikutan

Sebagian besar dari orang-orang yang melakukan transaksi

jual beli kain perca (dodotan) di Desa Demangan Kecamatan Kota

86Hasil Wawancara dengan Bapak Abdurrahman Selaku Pembeli dan Pengrajin Kain

Perca pada tanggal 15 Mei 2013 87Hasil Wawancara dengan Bapak Firman selaku pembeli dan Pengrajin Kain Perca pada

tanggal 18 Mei 2013

Page 87: skripsi kain perca

73

Kabupaten Kudus awalnya adalah karena ikut-ikutan dari teman-

teman mereka atau dari saudaranya yang melakukan kegiatan

ekonomi tersebut karena tergiurnya dengan hasil pengolahan kain

perca yang dilakukan teman mereka, faktor ini terlihat ketika peneliti

mewawancarai penjual yang melakukan transaksi jual beli kain perca

(dodotan) dengan system karungan yang berada di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

a. Contoh kasus yang peneliti wawancarai mengenai jual beli kain

perca karena faktor ikut-ikutan adalah Nur Diansyah, umur 29

tahun pada tanggal 21 Mei 2013, Dian adalah pegawai swasta

yang mana dian hanya menerima upah bulanan, sehingga untuk

memenuhi kebutuhan harian Dian masih mencari-cari pekerjaan

sampingan. Dikemudian hari Dian bertemu dengan Jalaludin,

Jalaludin adalah seorang pengrajin pembuat acsesorisHanphone

dan Bonekayang mana dalam pembuatanya mengunakan bahan

perca, sehingga dalam angan-angannya Dian pun mulai tertarik

untuk membeli kain perca dan belajar dengan Jalaludin untuk

ikut-ikutan menekuni kerajinan aksesoris tersebut, dengan

harapan uang yang dihasilkan dari penjualan aksesoris yang

berbahan baku dari kain perca bisa memberikan keuntungan guna

memberikan income tambahan.88

b. Selanjutnya adalah wawancara dengan Yusrussana pada tanggal

24 Mei 2013, biasa dipanggil Yus adalah seorang pelajar yang

masih belajar di perguruan tinggi IAIN Walisonggo, awalnya

Yus tidak tertarik untuk membeli kain perca, karena diangapnya

tidak ada keuntungan yang diharapkan, namun setelah melihat-

lihat di Home Industri milik Bapak H. Ma’ruf atas ajakan dari

temanya, Yus pun merubah angan-angannya karena menurutnya

dari kain sisa yang tidak terpakai bisa menghasilkan keuntungan

guna membayar uang semesteran dan kebutuhan sehari-hari

88Hasil Wawancara dengan Nur Diansyah pada tanggal 21 mei 2013

Page 88: skripsi kain perca

74

karena margin dari pembelian kain perca yang setelah diproses

ulang bisa menghasilkan keuntungan 20-30% dari modal awal

karena bahan baku yang digunakan sangat murah karena berasal

dari sisa kain yang tidak digunakan lagi.89

3. Faktor Trand Bisnis

Kain perca yang di anggap sebagai limbah produksi bagi

perusahaan konveksi justru memiliki nilai yang cukup tinggi bila

didaur ulang menjadi barang yang bermanfaat bagi para pelaku

bisnis kreatif daur ulang. Memanfaatkan kain perca sebagai bahan

baku utama pembuatan aneka kerajinan ternyata bisa menjadi salah

satu peluang bisnis yang sangat menguntungkan. Dari kain sisa

jahitan yang awalnya tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi

berbagai macam produk kerajinan yang memiliki fungsi dan harga

jual cukup tinggi, misalnya saja seperti bros kain perca, sarung

bantal maupun sprei, keset, serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil,

dompet handpone, tas, dan lain sebagainya. Konsumen dengan

memproduksi aneka macam produk kerajinan kain perca, tentunya

bisa membidik pangsa pasar yang cukup luas. Sebut saja produk

kebutuhan rumah tangga seperti bed cover, sprei, keset, dan lain-lain

bisa dipasarkan untuk kalangan ibu-ibu. Sedangkan untuk produk

boneka, kotak pensil, tas, dan dompet handpone, bisa ditujukan

untuk konsumen anak-anak maupun kaum remaja

Quilts, Patchwork & Applique merupakan kerajinan tangan

berbahan dasar kain perca yang disusun dan ditata secara kompak,

serta terkombinasi dengan skill modern, sehingga menghasilkan

karya yang mempunyai cakupan nilai artistik dan seni tersendiri dan

sebagai trend bisnis secara terperinci dari arti Quilts, Patchwork &

Applique sbb: Patchwork adalah seni menyusun dan menggabungkan

kain perca aneka warna dan motif mengikuti pola berulang dengan

cara dijahit tangan atau mesin, sedangkan Applique adalah seni

89Hasil Wawancara dengan Yusrussana pada tanggal 24 mei 2013

Page 89: skripsi kain perca

75

membentuk gambar dari potongan kain dan ditempel diatas

permukaan kain dengan menggunakan jahitan tangan atau mesin

pula. Kedua seni ini kemudian disempurnakan dengan teknik jahit

tindas (Quilts). Teknik ini dilakukan setelah menyisipkan sejenis

busa yang disebut dakron/ silikon diantara lembaran kain yang

memiliki ukuran yang sama. Hasilnya akan lebih rapi dan memiliki

ketebalan yang memberikan keindahan dan keunikan tersendiri,

pemanfaatan kain perca ini selain dapat mengisi waktu bagi ibu-ibu

dan remaja putri juga dapat memberikan tambahan pemasukan bagi

mereka. Bahan baku yang digunakan sangat murah karena berasal

dari sisa kain yang tidak digunakan lagi. Quilting memiliki peluang

usaha yang cukup baik karena produk yang dihasilkan unik dan

kreatif. Di Indonesia pengrajin quilting masih sedikit, oleh karena itu

masih banyak kesempatan bagi ibu-ibu dan remaja putri untuk

mengembangkan usaha quilting ini.

Salah satu contoh yang membuat kerajianan dari kain perca

adalah Ibu Leny wawancara pada tanggal 15 Mei 2013, beliau adalah

Ibu Rumah tangga, namun sebagai ibu rumah tangga beliau tidak

hanya mengandalkan dari penghasilan suaminya, namun Ibu Leny

dengan peluang bisnis yang ada di Desa Demangan beliau membuat

aksesoris bros dari kain perca. Karena trand bisnis yang ada di usia

remaja sekarang adalah mereka sering menggunakan bros guna

mempercantik diri.90

4. Faktor keindahan

Ketertarikan seseorang untuk mengembangkan bisnis atau

memenuhi kebutuhanya tidak hanya karena faktor keuntungan

maupun ikut-ikutan saja, ada sebagian kecil dari orang yang

melakukan transaksi jual beli kain perca (dodotan) di Desa

Demangan Kcamatan Kota Kabupaten Kudus menyukai keindahan

90Hasil Wawancara dengan Ibu Leny selaku pengrajin aksesoris dari kain perca pada

tanggal 15 Mei 2013

Page 90: skripsi kain perca

76

dari pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan. Dari penelitian

yang di dapat oleh peneliti ternyata bisa dijadikan komoditi

keindahan ruang yang ada di rumah sekaligus memanfaatkan barang

bekas yang diolah kembali untuk dihadikan hiasan perabotan rumah.

E. Pendapat Ulama’ dan Tokoh Masyarakat Terhadap Jual Beli Kain

Perca Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus

Melihat realitas yang terjadi di Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus tentang jual beli kain perca dengan sistem karungan,

maka perlu sekali untuk mengali hukum apakah jual beli kain perca

dengan sistem karungan itu diperbolehkan atau tidak, sehingga hukum jual

beli kain perca tersebut dapat diketahui dengan jelas. Dalam kehidupan

sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari proses interaksi dan

bermuamalah, salah satunya yaitu jual beli. Pada dasarnya jual beli

diperbolehkan oleh syara’ asal memenuhi kriteria, syarat rukunya yang

telah digariskan oleh hukum syara’ dan berdasarkan al-Quran dan al-

Hadits. Dengan kata lain bahwa jual beli yang tidak memenuhi syarat

rukunya ataupun kurang syarat rukunya maka bisa disebut jual beli yang

tidak sah.

Jual beli kain perca dengan sistem karungan yang terjadi di Desa

Demangan sudah berjalan bertahun-tahun ± 8 (delapan) tahun terakhir dan

memang belum diketahui secara mendetail dan pasti status hukum

kaitanya dengan apakah jual beli kain perca dengan sistem karungan yang

berlaku di sektor konveksi yang berada di Desa Demangan itu

diperbolehkan atau tidak, dan apakah sistem karungan yang berlaku di

sektor konveksi itu sama dengan kasus-kasus dari jual beli kain dengan

sistem kiloan atau meteran di beberapa kasus sebelumnya.

Dengan demikian adanya penelitian dari penulis ini akan

mengetahui bagaimana pendapat para ulama setempat dan tokoh-tokoh

Page 91: skripsi kain perca

77

organisasi keagamaan, pengasuh pondok pesantren yang ada di Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yang antara lain adalah :

1. K Hanafi (Pengasuh Ponpes Al-Manzur)

Hukun jual beli menurut beliau pada dasarnya jual beli adalah

kegiatan muamalah yang diperbolehkan, karena merupakan sarana

interaksi antar sesama manusia dan selama tidak ada unsur riba.91

…………..

Artinya : ”...Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba....”. (Surat Al-Baqarah ayat 275).92

Serta tidak diperbolehkan dengan cara yang batil. Firman

Allah SWT (QS. An Nisa ayat 29) :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh

dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.” (QS. An Nisa ayat 29).93

Namun pada kenyataanya yang terjadi di sektor Home Industri

yang berada di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

jual beli kain perca dengan sistem karungan masih meragukan, karena

91 Kyai Hanafi, Pengasuh Ponpes Al-Mansur Wawancara Pribadi Tanggal 18 Mei 2013 92 Al-Qur’an, Surat Surat Al-Baqarah, ayat 275, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan

Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 84 93 Al-Qur’an, Surat Surat Al-Nisaa, ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan

Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 127

Page 92: skripsi kain perca

78

ma’qud alaihnya masih samar dan karena ma’qud (kainya) masih

berada di dalam sak karung, sehingga belum diketahui takaran dan

jumlahnya. Sehingga menurut beliau jual beli kain perca dengan

sistem karungan yang terjadi di Desa Demangan bisa dikategorikan

bai’ul gharar, dan konsekuensinya akadnya menjadi batal dan jual

beli itu dilarang, beliau memperkuat pendapatnya dengan hadits Nabi

Muhammad SAW :

ني عن بيع الغرر )رواه مسليم(Artinya : Dari Abi Hurairah r.a Rasulullah mencegah jual beli gharar

(H.R Muslim)

2. K. H Muhammad Syafiq Nashan, L.c

Menurut kyahi H. Muhammad Syafiq Nashan, L.c orang

awam dalam pandangan Hukum Islam tidak mempunyai madzhab,

meskipun di Indonesia mayoritas masyarakat menganut madzhab

Imam Syafi’I akan tetapi orang awam tidak secara mutlak mengikuti

madzhab Imam Syafi’I ketika terjadi khilafi terhadap prilaku orang

awam seperti kasus jual beli kain perca dengan sistem karungan yang

terjadi di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus maka

orang awam tersebut secara otomatis diikutkan oleh madzhab yang

membolehkan jual beli kain perca dengan sistem karungan dalam

berpindah madzhab yang dilakukan oleh orang awam tidak

disyariatkan niat karena pada dasarnya orang awam tidak mempunyai

madzhab dan tidak mengetahui aturan-aturan dalam madzhab

tersebut.94

3. K Abdul Wahab, S.Pdi ( Nadzhir Masjid Desa Demangan)

Beliau berpendapat bahwa pada dasarnya jual beli itu adalah

boleh, asalkan tidak termasuk riba. Sedang jika mengandung riba

94Hasil Wawancara dengan K.H Muhammad Syafiq Nashan, pada tangal 17 Mei 2013

Page 93: skripsi kain perca

79

maka haram. Beliau mendasarkan pendapatnya tersebut pada al-

Quran QS. Al-Baqarah 275 :

…………..

Artinya : ”...Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba....”. (Surat Al-Baqarah ayat 275).95

Beliau berpendapat bahwa semua jual beli itu halal jika

memang memenuhi syarat rukunnya dan tidak ada dalil yang

melarangnya. Jual beli dilakukan dengan saling ridho dan tidak

meerugikan salah satu pihak. Beliau juga mengajukan dasar dari kitab

Kifayatul Ahyar mengenai hal tersebut :

وال جيوز بيع الغرر

Artinya : “dan tidak diperbolehkan jual beli gharar.”

Dan hadits Nabi SAW :

ني عن بيع الغرر )رواه مسليم(Artinya : Rasulullah telah mencegah jual beli gharar (HR. Muslim).96

Dalam praktek jual beli kain perca dengan sistem karungan

yang terjadi di Desa Demangan jika memang ada salah satu pihak

yang dirugikan, maka jual beli kain perca dengan sistem karungan

tidak diperbolehkan.

95 Al-Qur’an, Surat Surat Al-Baqarah, ayat 275, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan

Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 84 96 Imam Taqiyudin Abi Bakr ibn Muhammad al-Husaini, hlm 172

Page 94: skripsi kain perca

80

4. Iin Ainurrofik (Imam Masjid Demangan)

Beliau juga berpendapat bahwa pada mulanya semua jual beli

itu diperbolehkan, asal memenuhi syarat dan rukunya dan tidak ada

dalil yang melarangnya.97

…………..

Artinya : ”...Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba....”. (Surat Al-Baqarah ayat 275).98

Beliau mengemukakan bahwa jual beli yang dilakukan dalam

jumlah banyak dan tanpa ditakar (system karungan) atau dalam kitab

Fiqih dikenal dengan istilah Jizaf / Jizafan itu hukumnya boleh.

Seperti contoh seorang membeli gandum dalam satu karung, pembeli

cukup melihat permukaan gandum itu diperbolehkan.

Dalam praktek jual beli kain perca dengan sistem karungan

yang terjadi di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

menurut beliau adalah boleh karena jual beli tersebut sudah

memenuhi rukun dan syarat jual beli, serta kedua belah pihak sudah

sama-sama rela.

Namun demikian beliau juga menjelaskan jual beli yang ada

unsur ghararnya dan ma’qud alaihnya dalam hal ini kain perca yang

berada dalam karung masih samar mengenai jumlahnya dan

banyaknya, sehingga bisa memungkinkan kerugian bagi salah satu

pihak terutama para pembeli. Beliau mendasarkan pendapatnya pada

kitab Al Muhadzab :

على تسليمه كالطري ىف اهلواء او السمك ىف املاء وال جيوز بيع ما ال يقدر واجلمال الشارد والفرس العانر والعبد اال بقواملال املفصوب ىف يد الغاصب

97Hasil Wawancara dengan Bapak Yai Ainurrafik, Tokoh Ulama Desa Demangan,

Tanggal 17 Mei 2013. 98 Al-Qur’an, Surat Surat Al-Baqarah, ayat 275, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan

Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 84

Page 95: skripsi kain perca

81

Artinya : “dan tidak diperbolehkan jual beli sesuatu yang tidak kuasa

untuk menyerahkanya, seperti burung di udara atau ikan di

dalam air, unta yang berlari dan budak yang melarikan diri

dan harta yang dighashab dari tanggan yang ghashab.”99

Dan hadits Nabi yang melarang jual beli gharar

لم نى عن بيع عن ايب هريرة رضي هللا عنه أن النب صلى هللا عليه وس) رواه مسليم( الغرر

Artinya : “dari Abi Hurairah r.a Rasulullah mencegah jual beli

gharar” (H.R Muslim).100

5. Mbah Woto (Tokoh Agama)

Beliau mengatakan bahwa jual beli pada asalnya boleh jika

memang objek jual belinya sudah jelas. Beliau mencontohkan seperti

tebasan padi yang telah menguning / sudah jelas isinya, maka jual beli

itu diperbolehkan dan juga beliau mencontoh dalam kasus jual beli

dengan sistem borongan seperti : jual beli terong, kacang dan bensin

yang dijual di botol. Adapaun menurut beliau hukum jual beli adalah

boleh karena semua unsur sudah terpenuhi dan baik penjual maupun

pembeli sudah sama-sama ridho. Dalam praktek jual beli kain perca

dengan sistem karungan yang terjadi di Desa Demangan Kecamatan

Kota Kabupaten Kudus menurutnya jual beli tersebut sah dan tidak

melangar aturan-aturan yang berdasarkan al-Quran dan hadits, serta

semua unsur sudah terpenuhi dan yang paling penting menurut beliau

antara penjual maupun pembeli sudah sama-sama ridho.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan para tokoh ulama

diatas dapat diambil kesimpulan 3 (tiga) kesimpulan bahwa jual beli

kain perca (dodotan) dengan sistem karungan sebagai berikut :

99 Syaikh Imam Abi Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf al Fairuz Asy Syairozi, Al

Muhadzab, Juz I, Al Hidayah, Surabaya, t.th, hlm. 263 100Ibid, Syaikh Imam Abi Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf al Fairuz Asy Syairozi, hlm.

79

Page 96: skripsi kain perca

82

1. Mubah

Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang

muslim mukallaf tidak akan mendapat dosa dan tidak mendapat

pahala. Contoh : makan dan minum, belanja, bercanda, melamun,

dan lain sebagainya. Suatu hal yang mubah dapat menjadi bernilai

pahala di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.

Syaikh Nadzim Muhammad Sulthan Rahimahullah

mengetengahkan sebuah sub-judul yang berkaitan dengan tema di

atas. Beliau mengatakan, batasan penting dalam hal yang

berhubungan perpindahan suatu hal yang mubah menjadi hal yang

bernilai ibadah dalam transaksi jual beli kain perca antara lain:

a) Tidaklah diperbolehkan menjadikan suatu hal yang mubah

menjadi bentuk ibadah secara dzatiyah atau semata-mata

melakukan hal mubah tersebut menjadi sebuah bentuk

peribadatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah.

b) Hendaklah hal yang mubah tersebut merupakan jalan atau

washilah menuju ibadah.

c) Hendaknya ketika melakukan hal yang mubah meyakini

bahwasanya hal itu merupakan bagian dari syari’at.

2. Haram

Suatu istilah dalam ilmu yang berhubungan dengan

ketentuan hukum, yaitu sesuatu atau perkara-perkara yang dilarang

oleh syara’. Berdosa jika mengerjakannya dan berpahala jika

meninggalkannya. Terhadap sesuatu barang yang diharamkan

dalam jual beli, baik haramzatnya, hasil dari yang haram, kita

disuruh Allah untuk menjauhi sejauh-jauhnya. Sebab dengan

makanan barang atau sesuatu yang haram berakibat terdindingnya

doa kita, sekaligus dapat menggelapkan hati kita untuk cenderung

kepada hal-hal yang baik, bahkan dapat mencampakkan diri ke

dalam neraka. Allah berfirman :

Page 97: skripsi kain perca

83

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang makan harta anak-

anak yatim secara dzalim, sebenarnya mereka itu menelan

api neraka sepenuh perut mereka dan mereka akan masuk

kedalam neraka sa’ir.(An-Nisa’ : 10)

Muamalah-muamalah yang diharamkan dalam jual beli kain

perca dengan sistem karungan apabila meliputi perkara-perkara

sebagai berikut :

i. Riba dengan tiga macamnya, yaitu riba al-fadhl, an-nasi’ah

dan al-qardhu.

ii. Ketidaktahuan dan penipuan dengan berbagai macam ragam

dan jenisnya karena barang yang di jual disembunyikan

cacatnya.

iii. Membohongi dan memperdayai dengan segala ragam dan

jenisnya dalam menjualnya.

3. Syubhat (meragukan)

Syubhat artinya samar atau kurang jelas. Maksudnya disini

ialah setiap perkara/persoalan yang tidak begitu jelas antara halal

dan haramnya bagi manusia. Adapun yang syubhat yaitu setiap hal

yang dalilnya masih dalam pembicaraan atau perselisihkan, maka

menjauhi perbuatan semacam itu termasuk sifat wara’.

Nabi bersabda :

عن الحسن بن علي رضي هللا عنها قال : حفظت من رسو ل هللا صلي هللا

عليه وسلم دع ما يريبك الي ما ال يريبك. رواه الترمزي

Artinya :“Dari Al-Husain bin Ali r.a ia berkata : Saya selalu ingat

pada sabda Rasulullah Saw, yaitu: Tinggalkanlah sesuatu

Page 98: skripsi kain perca

84

yang meragukanmu dan kerjakanlah sesuatu yang

tidak meragukanmu. (Riwayat Tirmizy).

Dalam praktenya jual beli kain perca dengan sistem

karungan yang berjalan di Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus hukumnya bisa menjadi syubhat apabila Jual

beli barang yang tidak jelas (majhul), baik yang muthlak, seperti

pernyataan seseorang: “Saya menjual barang dengan harga seribu

rupiah,” tetapi barangnya tidak diketahui secara jelas, atau seperti

ucapan seseorang: “Aku jual mobilku ini kepadamu dengan harga

sepuluh juta,” namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas. Atau bisa

juga karena ukurannya tidak jelas, seperti ucapan seseorang: “Aku

jual tanah kepadamu seharga lima puluh juta”, namun ukuran

tanahnya tidak diketahui.

F. Analisis Penggalian Hukum Islam Terhadap Transaksi Jual Beli Kain

Perca (dodotan) Yang Terjadi di Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus.

Jual beli merupakan salah satu bentuk muamalah antar manusia

dengan manusia dalam bidang ekonomi yang disyariatkan oleh Islam.

Dengan adanya jual beli manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan pasti membutuhkan orang

lain. Jual beli bagi kehidupan manusia merupakan pemberian dari Allah

SWT sebab manusia mempunyai kebutuhan yang tidak pernah ada

putusnya, disamping itu jual beli merupakan perwujudan hubungan antar

sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana telah diketahui

bahwa agama islam mensyariatkan jual beli dengan baik tanpa ada unsur

kesamaran, penipuan, riba dan sebagainya.

Disyariatkan jual beli dimaksudkan agar manusia sebagai mahluk

sosial dapat menerima dan memberikan keadilan kepada orang lain, saling

bermu’amalah untuk memenuhi hajat hidup dan mencapai kemajuan

Page 99: skripsi kain perca

85

dalam hidupnya. Oleh karena itu aturan-aturan yang ada dalam jual beli

telah tegas diatur dalam Syariat Islam.

Pada dasarnya Allah SWT menghalalkan yang baik-baik kepada

hambanya dan mengharamkan kepada mereka hal-hal yang jelek-jelek

meskipun ada keuntungan dan hal yang menarik serta menganiurkan

baginya dan seharusnya mereka tidak tergelincir hanya mengejar

keuntungan, sehingga membuat mereka berpaling dari hal yang dihalalkan

oleh Allah SWT dan mengejar yang diharamkan oleh Allah SWT.

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 157 yaitu

sebagai berikut :

Artinya :“ (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang

Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam

Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh

mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka

dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi

mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka

segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-

beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka[574].

Maka orang-orang yang beriman kepadanya.

memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang

terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka

Itulah orang-orang yang beruntung.101

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT menghalalkan

segala sesuatu yang baik-baik untuk hambanya yang sesuai dengan

tuntunan dari al-Quran dan al-Hadist dan mengharamkan segalasesuatu

101 Al-Qur’an, Surat Surat Al-Araf, ayat 157, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan

Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 138

Page 100: skripsi kain perca

86

yang buruk bagi hambanya. Maka dari itu ummat Islam diharuskan

untuk mengikuti aturan-aturan yang telah Allah SWT turunkan,

sehingga ummat Islam mendapatkan ridho dari Allah SWT dalam

menjalankan kehidupannya. Dalam mengali hukum tentang jual beli

kain perca dengan sistem karungan yang terjadi di Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus maka peneliti mengunakan 2 (dua)

pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif ini peneliti melihat pada akar

permasalahan berdasarkan dalil yang digunakan oleh Hukum Islam

yaitu al-Quran, Hadits dan rukun jual beli serta kaidah ushul fiqih.

adapun syarat dan rukun jual beli adalah sebagai berikut :

a. Rukun jual beli meliputi

i. Penjual

ii. Pembeli

iii. Barang yang dijual

iv. Harga

v. Ucapan ijab qobul.102

b. Syarat penjual dan Pembeli meliputi :

i. Berakal

ii. Baligh

iii. Adanya pihak penjual dan pembeli

iv. Ada nilai tukar penganti barang.

v. Adanya lafadz

vi. Adanya barang yang dibeli.103

102Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Muamalah, Al-Ma’arif, Bandung, 1999, hlm.153 103Nasrun Haeron, Fiqih Muamalah, cet, I, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000, hlm.114

Page 101: skripsi kain perca

87

Adapun dalam proses jual beli para pihak harus

memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus dijunjung

tinggi dan dilaksanakan antara lain :

a) Suka Sama Suka

Prinsip ini harus selalu dipegang untuk menghindari

dari keterpaksaan antara pihak-pihak yang melakukan aqad

jual beli. Hadits Nabi Muhammad SAW :

ا الب يع عن ت راض ابرحبان وابن ماجه()رواه ان

Artinya : “jual beli itu atas dasar suka sama suka”

(HR. Abi Hiban)

Dari dalil diatas mengisaratkan bahwa jual beli itu

harus suka sama suka antara pihak-pihaknya dalam

prakteknya jual beli di sektor Home Industri Konveksi itu

sudah berdasarakan suka sama suka, saling ada kerelaan

dan kesepakatan antara para pihak.104

b) Tidak Boleh Mendzalimi

Allah menciptakan manusia dengan suatu sifat

saling membutuhkan antara satu dengan yang lainya tidak

ada seorangpun yang dapat menguasai seluruh apa yang

diinginkannya. Tetapi manusia hanya dapat mencapai

sebagian yang dihajatkannya itu. Dia mesti memerlukan

apa yang menjadi kebutuhan orang lain. Untuk itu Allah

memberi inspirasi (ilham) kepada mereka untuk

mengadakan kegiatan muamalah yang kirannya bermanfaat

dengan cara jual beli sehingga hidup manusia bisa lurus dan

104Hasil Wawancara dengan Bapak Wahyu Santoso warga Demangan pada tanggal 07

Mei 2013

Page 102: skripsi kain perca

88

mekanisme hidup berjalan dengan baik dan produktif.105

Dalam perilaku jual beli agama islam juga melarang dengan

cara batil dan zalim.

Firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 29.

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah

kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu. dan janganlah kamu

membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An

Nisa ayat 29).106

Ayat diatas menjelaskan diharamkanya kepada kita

memakan harta sesama dalam hal ini ketika berjual beli

dengan cara bathil, jalan yang tidak dibenarkan oleh syara’.

c) Keterbukaan

Dalam berbagai hal keterbukaan dalam jual beli

harus ada untuk menghindari kecurangan, para pihak juga

harus jujur dan menghindari penghianatan. Sabda

Rasulullah SAW :

قال: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم التاجر الصدوق عن ايب عمر االمني املسلم مع الشهداء يوم القيامة ) رواه الدرقتىن(

Artinya : dari Ibnu Umar r.a berkata : Rasulullah SAW

bersabda “pedagang yang jujur dan dapat

105 M. Ali Hasan, Berbagi Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 116-117 106 Al-Qur’an, Surat Surat Al-Nisaa, ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan

Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 127

Page 103: skripsi kain perca

89

dipercaya yang muslim bersama para syuhada

di hari kiamat.” (HR. Ad Daruquthni).107

2. Pendekatan Sosiologis

Pada pendekatan sosiologis ini peneliti melihat fenomena

yang menyebabkan munculnya transaksi jual beli kain perca

dengan sistem karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus. Munculnya transaksi jual beli ini karena melihat

adanya peluang bisnis karena dari kain sisa jahitan yang awalnya

tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi berbagai macam produk

kerajinan yang memiliki fungsi dan harga jual cukup tinggi.

Misalnya saja seperti bed cover, sarung bantal maupun sprei,

keset, serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil, dompet handpone,

tas dan lain sebagainya, melihat peluang bisnis baru dengan

keuntungan yang lumayan untuk dijadikan income tambahan maka

sebagian masyarakat yang ada di Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus mulai menekuni jual beli kain perca.

Bisnis kain perca yang dikembangkan oleh sebagian

masyarakat di Desa Demangan dengan mengolah dan

memproduksi ulang kain perca menjadi berbagai aneka aksesoris

yang indah dan mempunyai harga jual kembali dengan

memperoleh keuntungan. Bisnis kain perca ini sudah ada dan

berjalan 4 (empat) sampai 8 (delapan) tahun terakhir ini dan

mendapatkan keuntungan yang lumayan guna memberikan income

tambahan serta menciptakan peluang kerja bagi pemuda Desa

Demangan dan menciptakan ekonomi mandiri Desa Demangan,

sehingga banyak masyarakat Desa Demangan yang mulai tertarik

untuk menekuni bisnis kain perca ini dengan harapan bahwa

dengan menjual kain tersebut dapat memperoleh keuntungan yang

lumayan guna pekerjaan sampingan dan menambah income untuk

meningkatkan perekonomian keluarga mereka.

107 Imam Daruquthni, Sunan Daruquthni, Jilid II, Darul Fikr, Beirut, t.th, hlm 6

Page 104: skripsi kain perca

90

Perkembangan bisnis jual beli kain perca yang terjadi di

Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus tergolong

sangat cepat, hal ini terlihat dari banyaknya orang (warga

demangan) yang menekuni bisnis tersebut mulai dari Ibu rumah

tangga, pekerja salon, pedagang sampai karyawan di Perusahaan

swasta. Bisnis yang dilakukan oleh masyarakat Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus ini bukan sebagai mata

pencaharian pokok akan tetapi sebagai mata pencaharian

sampingan yang digunakan untuk meningkatkan penghasilan

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menciptakan ekonomi

mandiri bagi kemakmuran dan kesejahteraan Desa Demangan.

Melihat fenomena tersebut peneliti berusaha mengali

hukum jual beli kain perca dengan sistem karungan ditinjau dari

aspek sosiologis sehingga masyarakat dapat memenuhi hukum

tentang jual beli kain perca dengan sistem karungan yang mereka

lakukan. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan hukum jual

beli kain perca dengan sistem karungan adalah boleh ditinjau dari

berbagai aspek anatara lain :

1. Akad

akad yang digunakan adalah akad jual beli tapi dengan

sistem borongan seperti diibaratkan jual beli kacang panjang

yang mana kacang tersebut dijual dengan ikatan tanpa ada

hitungan berapa jumlahnya dan berapa banyak hitungan dalam

kiloan. Adapun teknis memindah kepemilikan ini dengan cara

orang yang mengiginkan kain perca tersebut mengucapkan

“barangku kain perca iki tak dol itungane karungan dene rugi

utowo untung iku wis dadi bagianmu (saya menjual barang ini

dengan hitungan karungan untuk nantinya untung rugi itu

bagian kamu) dan pembeli mengucpkan saya beli barang kamu

dan saya setuju untuk untung dan ruginya dan antara penjual

dan pembeli sudah sama ridho.

Page 105: skripsi kain perca

91

Dari penjelasan diatas peneliti berpendapat bahwa jual

beli kain perca dengan sistem karungan yang terjadi di Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus hukumnya bisa

menjadi boleh apabila akad yang digunakan jual beli akan

tetapi memindah kepemilikan, kemudian yang kedua sah

dengan menggunakan akad jual beli dengan catatan yang dibeli

bukan barang yang sudah terpakai, tetapi yang di beli kain

perca tersebut dijual dengan sistem karungan atau borongan.

2. Objeknya

Tentang syarat-syarat yang boleh dan sah diperjual

belikannya barang yang dijadikan sebagai objek akad atau

ma’qud alaihnya adalah sebagai berikut :

(a) Barang yang halal dipergunakan

(b) Barang yang bermanfaat

Bersandar pada Firman Allah SWT.

Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di

bumi.” (Qs. Al-baqarah: 29)108

(c) Barang yang dimiliki

(d) Barang yang dapat diserahterimakan

(e) Barang dan harga yang jelas

(f) Barang yang dipegang

3. Manfaat

Kemudian memanfaatkanya bila ditinjau dari aspek

sosiologis masyarakat melakukan transaksi jual beli kain perca

dengan asumsi bahwa dengan melakukan transaksi jual beli

108 Al-Qur’an, Surat al-Baqarah, Ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan

Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1989, hlm 73.

Page 106: skripsi kain perca

92

kain perca akan mendapatkan keuntungan yang mana

keuntungan tersebut guna menambah income keluarga guna

memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat, selain itu banyaknya keuntungan

yang diperoleh dari bisnis jual beli kain perca maka

menimbulkan ketertarikan kepada masyarakat dari golongan

menengah dan golongan menengah kebawah untuk meraup

keuntungan Terdapat banyak manfaat di dalam jual beli

diantaranya :

a. Dapat menata struktur kehidupan masyarakat yang

menghargai hak milik orang lain.

b. Dapat memenuhi kebutuhan atas dasar kerelaan atau suka

sama suka.

c. Masing-masing pihak merasa puas.

d. Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang

yang haram (batil).

e. Penjual dan pembeli mendapat rahmat Allah.

Dalam kajian Qowaid Fiqh“adat kebiasaan dapat

dijadikan hukum” kaidah tersebut adalah :

العادة مكمة “Adat kebiasaan dapat dijadikan hukum”

Kaidah fiqih asasi kelima adalah tentang adat atau

kebiasaan, dalam bahasa Arab terdapat dua istilah yang

berkenaan dengan kebiasaan yaitu al-‘adat dan al-‘urf. Adat

adalah suatu perbuatan atau perkataan yang terus menerus

dilakukan oleh manusia lantaran dapat diterima akal dan secara

continue manusia mau mengulanginya. Sedangkan ‘Urf ialah

sesuatu perbuatan atau perkataan dimana jiwa merasakan suatu

Page 107: skripsi kain perca

93

ketenangan dalam mengerjakannya karena sudah sejalan

dengan logika dan dapat diterima oleh watak kemanusiaannya.

Suatu adat atau ‘urf dapat diterima jika memenuhi

syarat-syarat berikut:

1. Tidak bertentangan dengan syari'at.

2. Tidak menyebabkan kemafsadatan dan tidak

menghilangkan kemashlahatan.

3. Telah berlaku pada umumnya orang muslim.

4. Tidak berlaku dalam ibadah mahdlah.

5. Urf tersebut sudah memasyarakat ketika akan ditetapkan

hukumnya.

6. Tidak bertentangan dengan yang diungkapkan dengan

jelas.109

Adapun dasar hukum firman Allah (QS. Al-A’raf:

199) dan Hadits

Artinya : Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang

mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari

pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al-A’raf:

199).110

سلمونسيئاف هوعندااللهسيء سلمونسناف هوعنداللهحسن ومارءاهامل

مارءاهامل

Artinya : Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam

maka baik pula di sisi Allah, dan apa saja yang

dipandang buruk oleh orang Islam maka menurut

Allah pun digolongkan sebagai perkara yang buruk"

(HR. Ahmad, Bazar, Thabrani dalam Kitab Al-

Kabiir dari Ibnu Mas'ud)

109Burhanudin, Fiqih Ibadah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001, h. 263. 110Al-Qur’an, Surat Al-A’raf, ayat 199, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir

Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1989, hlm 74.

Page 108: skripsi kain perca

94

Berdasarkan penggalian hukum dan melihat

fenomena yang terjadi di Desa Demangan Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus yaitu terjadinya jual beli kain perca

dengan sistem karungan maka peneliti meninjau dari

sumber hukum Islam peneliti menyimpulkan bahwa

transaksi jual beli kain perca dengan sistem karungan

tersebut adalah mubah (boleh). Karena presentasi

kerugiannya sangat kecil dan lebih banyak untungnya,

karena yang namanya jual beli berpotensi untuk untung dan

rugi.

Page 109: skripsi kain perca

95

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis yang telah peneliti kemukakan dalam

pembahasan mengeanai “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kain

Perca (dodotan) Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan Kecamatan

Kota Kabupaten Kudus” maka peneliti selanjutnya dalam bab penutup ini

akan peneliti sampaikan beberapa kesimpulan yang peneliti peroleh yaitu :

1. Dalam praktek jual beli kain perca dengan sistem karungan di Desa

Demangan Kecamtan Kota Kabupaten Kudus belum sepenuhnya

memenuhi rukun dan syarat jual beli yang shahih. Karena dalam kasus ini

ma’qudalaihnya merupakan benda yang tidak boleh diperjual belikan

dikarenakan masih ada unsur samar (gharar) dan barang kain tersebut

berada dalam karung. Walaupun prinsip suka sama suka, prinsip tidak

boleh mendzalimi dan prinsip keterbukaan sudah dilaksanakan,, namun

antara pembeli dan penjual sudah sama-sama ridho serta saling menyadari

dan membutuhkan maka jual beli adalah boleh asal rukun dan syarat jual

sudah terpenuhi

2. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari lapangan, ada beberapa faktor

yang peneliti temukan sebagai pengaruh yang besar terhadap sebagian

masyarakat Desa Demangan Kecamtan Kota Kabupaten Kudus dalam

melakukan transaksi jual beli kain perca dengan sistem karungan, adapun

faktor-faktor tersebut adalah :

a. Faktor Keuntungan

b. Faktor Ikut-ikutan

c. Faktor Trand Bisnis

d. Faktor Keindahan

Dari keempat faktor itulah yang menyebabkan munculnya tradisi jual

beli kain perca dengan sistem karungan.

Page 110: skripsi kain perca

96

3. Pandangan Hukum Islam terhadap jual beli kain perca dengan sistem

karungan yang terjadi di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten

Kudus berdasarkan pendekatan normatif apabila ditinjau dari syarat dan

rukun jual beli yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Desa Demangan

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus adalah sah karena sudah memenuhi

syarat dan rukun jual beli.

Melihat fenomena tersebut peneliti berusaha mengali hukum jual beli

kain perca dengan sistem karungan ditinjau dari aspek sosiologis

sehingga masyarakat dapat memenuhi hukum tentang jual beli kain perca

dengan sistem karungan yang mereka lakukan. Berdasarkan penelitian

yang kami lakukan hukum jual beli kain perca dengan sistem karungan

adalah boleh karena akad yang digunakan adalah akad jual beli tapi

dengan sistem borongan seperti di ibaratkan jual beli kacang panjang

yangmana kacang tersebut dijual dengan ikatan tanpa tahu berapa

jumlahnya dan berapa banyak hitungan dalam kiloan. Adapun teknis

memindah kepemilikan ini dengan cara orang yang mengiginkan kain

perca tersebut mengucapkan “barangku kain perca iki tak dol itungane

karungan dene rugi utowo untung iku wis dadi bagianmu (saya menjual

barang ini dengan hitungan karungan untuk nantinya untung rugi itu

bagian kamu) dan pembeli mengucapkan saya beli barang kamu dan saya

setuju untuk untung dan ruginya dan antara penjual dan pembeli sudah

sama ridho.

Berdasarkan pengalian hukum dan melihat fenomena yang terjadi di Desa

Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yaitu terjadinya jual beli

kain perca dengan sistem karungan maka peneliti meninjau dari sumber

hukum Islam peneliti menyimpulkan bahwa transaksi jual beli kain perca

dengan sistem karungan tersebut adalah mubah (boleh). Karena presentasi

kerugiannya sangat kecil dan lebih banyak untungnya, karena yang

namanya jual beli berpotensi untuk untung dan rugi.

Page 111: skripsi kain perca

97

B. Saran-saran

Saran-saran kami sebagai peneliti dan berharap untuk kedepan jual

beli kain perca (dodotan) dengan sistem karung sebagai berikut :

1. Bagi para penjual kain perca (dodotan) hendaknya ada ketetapan harga

secara pasti dan tidak mengunakan jual beli tersebut dengan taksiran,

karena apabila sistem taksiran masih dilakukan maka mengakibatkan

kerugian bagi salah satu pihak.

2. Jika jual beli kain perca masih mengunakan sistem karungan hendaknya

kain yang berada dalam karung di timbang dengan mengunakan

timbangan biar besar kecilnya bisa di samaratakan.

3. Kepada para pembeli hendaknya sebelum di bayar barang tersebut di cek

ulang untuk memastikan isinya.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat

dalam penelitian ini, yang meliputi :

a. Keterbatasan literatur hasil penelitian sebelumnya yang masih kurang

yang peneliti dapatkan.

b. Keterbatasan waktu, biaya dan tenaga sehingga membuat penelitian ini

kurang maksimal.

c. Keterbatasan pengetahuan penelitian dalam membuat dan menyusun

tulisan ini, sehingga perlu diuji kembali kendalanya kedepannya.

D. Penutup

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, shalawat dan

salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad

SAW. Dengan karunia Allah SWT., penulis telah dapat menyelesaikan

skripsi ini, dengan diiringi kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa

meskipun usaha maksimal telah ditempuh, namun kekurangan dan kekeliruan

sebagai keterbatasan wawasan penulis sangat disadari. Kritik dan saran yang

bersifat membangun menjadi harapan penulis. Alhamdulillah.

Page 112: skripsi kain perca

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Muamalah, Al-Ma’arif, Bandung, 1999.

Adiwarman Karim, Fiqih Muamalah, Gema Insani Press, Jakarta, 1999.

Ahmad Azhar Basyir, Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta : BPFE,

1987)

Al-Qur’an, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an

dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989.

Al-Waaji Fi Fiqhu Sunnah wa Kitab Al-Aziz, Abdul Azhim Badawi, Cet. I,

Th.1416H, Dar Ibnu Rajab.

Buku Laporan Anggaran Pemerintah Desa Demangan tahun 2012.

Burhanudin, Fiqih Ibadah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001.

Data Monografi Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012.

Data Profil Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta, 1991

Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995.

HR Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab: Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi

Gharar, 1513

http://pemikirkaya.com/kewangan-islam/apa-itu-gharar/, diambil 2/20/2013

Ibnu Mas’ud, Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafi’i, jilid 2 Bandung: Pustaka

Setia, 2007.

Imam Daruquthni, Sunan Daruquthni, Jilid II, Darul Fikr, Beirut, t.th. 1987.

Imam Taqiyudin Abi Bakr ibn Muhammad al-Husaini. Th. 2003

M. Ali Hasan, Berbagi Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

M. Hasbi Ash Shiddieqi, Hukum-hukum Fiqh Islam, cet.II, Semarang: Pustaka

Rizqi Putra, 2001.

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, PT. Bumi Aksara,

Jakarta, 1989.

Moh. Rifa’I, Fiqih Muamalah, Gema Insani Press Jakarta, 2000.

Page 113: skripsi kain perca

Moh. Rifai, Konsep Syari’ah, Wicaksana Semarang, 2004.

Nasrun Haeron, Fiqih Muamalah, cet, I, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000.

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2006.

Sayyid Syabiq, Fiqih Sunnah Jilid III, Ma’arif, Bandung, 1994.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D), Alfabeta, Bandung, 2010.

Suharmini Arikunto, Prsedur Penelitian Suatau Pendekatan Praktik, Rineka

Cipta, Jakarta, 1998.

Syaifudin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001.

Syaikh Imam Abi Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf al Fairuz Asy Syairozi, Al

Muhadzab, Juz I, Al Hidayah, Surabaya, t.th. 1998

Syekh Imam Taqyuddin Abi Bakar, Khifayatul Ahyar, t.th..

Wawancara dengan Bapak Abdul Wahab Kepala RW 03

Wawancara dengan Bapak Abdurrahman Selaku Pembeli dan Pengrajin Kain

Perca

Wawancara dengan Bapak Ainurrofik

Wawancara dengan bapak Aziz Afnani

Wawancara dengan Bapak Effendi Selaku Pembeli dan Pengrajin Kain Perca

Wawancara dengan Bapak Firman selaku pembeli dan Pengrajin Kain Perca

Wawancara dengan Bapak H. Affandi selaku penjual

Wawancara dengan Bapak H. Hariyanto (Konveksi Jaya) selaku penjual

Wawancara dengan Bapak H. Ma’ruf selaku penjual pada tanggal 16 Mei 2013.

Wawancara dengan Bapak H. Masmichan selaku penjual

Wawancara dengan Bapak Haji Ma’ruf

Wawancara dengan Bapak Imtisal selaku pembeli

Wawancara dengan Bapak Mila selaku perangkat Desa Demangan

Wawancara dengan Bapak Sujono selaku pembeli

Wawancara dengan Bapak Wahyu Santoso warga Demangan

Wawancara dengan Bapak Yai Ainurrafik, Tokoh Ulama Desa Demangan,

Wawancara dengan Bpk Abdul Wahab, Tokoh Agama Desa Demangan

Wawancara Pribadi Kyai Hanafi, Pengasuh Ponpes Al-Mansur

Page 114: skripsi kain perca

Wawancara dengan Ibu Leny selaku pengrajin aksesoris dari kain perca

Wawancara dengan K.H Muhammad Syafiq Nashan

Wawancara dengan Modin Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

Wawancara dengan Nur Diansyah

Wawancara dengan Yusrunada

Page 115: skripsi kain perca
Page 116: skripsi kain perca

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Abdul Aziz

Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 09 Nopember 1988

Agama : Islam

Alamat : Jl. Dr. Wahidin, SH 133 Demangan.

Telephon : 085 641 927 204

Jenjang Pendidikan :

1994 – 2000 : MI TBS Kudus

2000 – 2003 : MTs TBS Kudus

2003 – 2006 : SMA Muhammadiyah 01 Bangsri, Jepara

2009 – 2013 : STAIN KUDUS

Page 117: skripsi kain perca

TRANSKIP WAWANCARA

DRAF PERTANYAAN DALAM WAWANCARA UNTUK PENJUAL DI

HOME INDUSTRI TARA’AS BORDIR

A. Identitas Responden

Nama : H. Ma’ruf

Umur : 53 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SLTA

Kepemilikan : Owner

1. Tanya : Apakah yang menjadi tujuan anda dalam berdagang kain

perca (dodotan ) sebagai profesi usaha ?

Jawab : Untuk mengurangi biaya produksi para pekerja, karena

hasil dari penjualan kain perca lumayan

2. Tanya : faktor apa yang membuat anda berdagang bahan - bahan

kain perca dengan sistem karungan ?

Jawab : Untuk memanfaatkan limbah kain yang sudah tidak

terpakai

3. Tanya : Apakah ada organisasi yang membawahi para penjual kain

perca ?

Jawab : Belum ada, karena masih bersifat Home Industri rumahan

dan pembuatanya masih bersifat inisiatif pribadi.

4. Tanya : Biasanya dalam satu karung berisi jenis kain apa saja ?

Jawab : Macam-macam mas, biasanya kain Woll, PC, Catton TC.

5. Tanya : Dalam satu sak karung berisi berapa Kilo Gram dan di

jual dengan harga berapa ?

Jawab : karung kecil ± 15-18 Kg dengan harga 17.000,- karung

besar ± 25-28 Kg dengan harga 32.000,-

6. Tanya : Digunakan untuk apa bahan-bahan kain perca ?

Page 118: skripsi kain perca

Jawab : Biasanya para pembeli di buat kerajinan aksesoris

perlengkapan rumah tangga, tapi juga tergantung

musimnya.

7. Tanya : Bagaimana gambaran jual beli kain perca yang anda

lakukan ?

Jawab : Saya simple mas, kain potongan saya suruh masukan ke

dalam karung, nanti setelah penuh saya tumpuk di gudang

untuk nantinya saya jual setelah banyak jumlahnya.

8. Tanya : Apakah yang membeli kain perca pelangan tetap atau

tidak ?

Jawab : Kebanyakan pelangan tetap

9. Tanya : Apakah terjadi persaingan harga dalam penjualan kain

perca ?

Jawab : namanya jualan dimanapun pasti ada mas, yang namanya

persaingan harga, namun juga tergantung musimnya kadang

naik, kadang turun

10. Tanya : Permasalahan apa saja yang timbul dalam jual beli kain

perca ?

Jawab : Belum adanya pengorganisasian dari pemerintah daerah

karena mestinya sangat prospektif untuk dijadikan

UMKM karena bisa membantu ekonomi Desa Demangan.

11. Tanya : Bagaimana anda menagapi jika ada konsumen yang

complain ?

Jawab : Apabila banyak yang kurang sesuai ya saya ganti mas.

12. Tanya : Menurut anda dalam transaksi jual beli kain perca dengan

sistem karungan tersebut apakah sudah sesuai dengan

aturan jual beli dalam islam ?

Jawab : Sejauh ini yang saya tahu ya sudah mas, karena antara

saya dan pembeli kan sudah ada akad dan sama-sama

ridhlo.

Page 119: skripsi kain perca

TRANSKIP WAWANCARA

DRAF PERTANYAAN DALAM WAWANCARA DENGAN PENJUAL DI

HOME INDUSTRI KONVEKSI JAYA

A. Identitas Responden

Nama : H. Hariyanto

Umur : 58 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SLTA

Kepemilikan : Owner

1. Tanya : Apakah yang menjadi tujuan anda dalam berdagang kain

perca (dodotan ) sebagai profesi usaha ?

Jawab : Sebetulnya hanya sampingan saya menjual kain perca

karena untuk mengurangi biaya produksi para pekerja dan

memanfaatkan limbahnya saja.

2. Tanya : faktor apa yang membuat anda berdagang bahan-bahan

kain perca dengan sistem karungan ?

Jawab : Untuk memanfaatkan limbah kain yang sudah tidak

terpakai.

3. Tanya : Apakah ada organisasi yang membawahi para penjual kain

perca ?

Jawab : Belum ada, masih inisiatif pribaddi.

4. Tanya : Biasanya dalam satu karung berisi jenis kain apa saja ?

Jawab : Macam-macam mas, biasanya biasanya saya tergantung

pesanan konsumen mengunakan kain Woll, PC, Catton

TC dan Polyester.

5. Tanya : Dalam satu sak karung berisi berapa Kilo Gram dan di

jual dengan harga berapa ?

Jawab : karung kecil ± 15-18 Kg dengan harga 17.000,- karung

sedang ± 20-23 Kg dengan harga 25.000,- dan karung

besar ± 28-30 Kg dengan harga 32.000,-

Page 120: skripsi kain perca

6. Tanya : Digunakan untuk apa bahan-bahan kain perca ?

Jawab : Biasanya para pembeli di buat kerajinan aksesoris

perlengkapan rumah tangga, tapi juga tergantung

musimnya.

7. Tanya : Bagaimana gambaran jual beli kain perca yang anda

lakukan ?

Jawab : saya simple mas, kain potongan saya suruh masukan ke

dalam karung, nanti setelah penuh saya tumpuk di gudang

untuk nantinya saya jual setelah banyak jumlahnya.

8. Tanya : Apakah yang membeli kain perca pelangan tetap atau

tidak ?

Jawab : Kebanyakan pelangan tetap namun kadang ada yang baru

tapi bersifat ikut-ikutan.

9. Tanya : Apakah terjadi persaingan harga dalam penjualan kain

perca ?

Jawab : Ada mas, karungan yang saya jual biasanya saya

sesuaikan dengan jenis kainya, makanya harganya tidak

sama dengan yang lain.

10. Tanya : Permasalahan apa saja yang timbul dalam jual beli kain

perca ?

Jawab : Belum adanya pengorganisasian dari pemerintah daerah

karena mestinya sangat prospektif untuk dijadikan

UMKM karena bisa membantu ekonomi Desa Demangan.

11. Tanya : Bagaimana anda menagapi jika ada konsumen yang

complain ?

Jawab : Apabila banyak yang kurang sesuai ya saya ganti mas.

12. Tanya : Pernahkah ada konsumen yang mengeluh mengenai

masalah karungan?

Jawab : Biasanya soal harganya mas, ya karena saya jualnya

sesuai kain yang ada di dalamnya.

Page 121: skripsi kain perca

13. Tanya : Menurut anda dalam transaksi jual beli kain perca dengan

sistem karungan tersebut apakah sudah sesuai dengan

aturan jual beli dalam islam ?

Jawab : menurut saya ya sudah sah, karena kan tidak ada unsure

penipuannya.

Page 122: skripsi kain perca

TRANSKIP WAWANCARA

DRAF PERTANYAAN DALAM WAWANCARA DENGAN PENJUAL DI

HOME INDUSTRI SAHABAT BUSANA KUDUS

A. Identitas Responden

Nama : H. Ali Ridho

Umur : 54 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SLTA

Kepemilikan : Owner

1. Tanya : Apakah yang menjadi tujuan anda dalam berdagang kain

perca (dodotan ) sebagai profesi usaha ?

Jawab : memanfaatkan limbah kain dan memberdayakan

masyarakat agar kreatif dalam wirausaha.

2. Tanya : faktor apa yang membuat anda berdagang bahan-bahan

kain perca dengan sistem karungan ?

Jawab : Untuk mengurangi biaya produksi karyawan.

3. Tanya : Apakah ada organisasi yang membawahi para penjual kain

perca ?

Jawab : yang saya tahu sampai kini belum ada

4. Tanya : Biasanya dalam satu karung berisi jenis kain apa saja ?

Jawab : saya mengunakan kain Woll, Polyester dan Catton.

5. Tanya : Dalam satu sak karung berisi berapa Kilo Gram dan di

jual dengan harga berapa ?

Jawab : karung kecil ± 15-18 Kg dengan harga 17.000,- karung

sedang ± 20-23 Kg dengan harga 28.000,- dan karung besar

± 28-30 Kg dengan harga 35.000,-

6. Tanya : Digunakan untuk apa bahan-bahan kain perca ?

Jawab : Biasanya para pembeli memproduksi kembali untuk

dijadikan lap pell atau keset rumah tangga.

Page 123: skripsi kain perca

7. Tanya : Bagaimana gambaran jual beli kain perca yang anda

lakukan ?

Jawab : saya simple mas, kain potongan saya suruh masukan ke

dalam karung, nanti setelah penuh saya tumpuk di gudang untuk

nantinya saya jual setelah banyak jumlahnya.

8. Tanya : Apakah yang membeli kain perca pelangan tetap atau

tidak ?

Jawab : Kebanyakan pelangan tetap namun kadang ada yang baru

tapi bersifat ikut-ikutan atau musimnya.

9. Tanya : Apakah terjadi persaingan harga dalam penjualan kain

perca ?

Jawab : Kurang tahu saya mas, karena memang belum ada harga

yang pasti dalam hitungannya

10. Tanya : Permasalahan apa saja yang timbul dalam jual beli kain

perca ?

Jawab : Belum adanya pengorganisasian dari pemerintah daerah

11. Tanya : Bagaimana anda menagapi jika ada konsumen yang

complain ?

Jawab : Apabila banyak yang kurang sesuai ya saya ganti

barangnya.

12. Tanya : Pernahkah ada konsumen yang mengeluh mengenai

masalah karungan?

Jawab : Biasanya soal harganya mas, ya karena saya jualnya

sesuai kain yang ada di dalamnya.

13. Tanya : Menurut anda dalam transaksi jual beli kain perca dengan

sistem karungan tersebut apakah sudah sesuai dengan aturan jual beli

dalam islam ?

Jawab : menurut saya ya sudah sah, karena rukun dan syarat jual

sudah terpenuhi.

Page 124: skripsi kain perca

TRANSKIP WAWANCARA

DRAF PERTANYAAN DALAM WAWANCARA DENGAN PENJUAL DI

HOME INDUSTRI ALOHA TEKSTILE KUDUS

A. Identitas Responden

Nama : H. Masmichan

Umur : 64 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SLTA

Kepemilikan : Owner

1. Tanya : Apakah yang menjadi tujuan anda dalam berdagang kain

perca (dodotan ) sebagai profesi usaha ?

Jawab : Memanfaatkan limbah kain dan memberdayakan

masyarakat agar kreatif dalam wirausaha.

2. Tanya : faktor apa yang membuat anda berdagang bahan-bahan

kain perca dengan sistem karungan ?

Jawab : Untuk mengurangi biaya produksi karyawan.

3. Tanya : Apakah ada organisasi yang membawahi para penjual kain

perca ?

Jawab : Yang saya tahu sampai kini belum ada

4. Tanya : Biasanya dalam satu karung berisi jenis kain apa saja ?

Jawab : saya mengunakan kain Woll, Polyester dan Catton.

5. Tanya : Dalam satu sak karung berisi berapa Kilo Gram dan di

jual dengan harga berapa ?

Jawab : Karung kecil ± 15-18 Kg dengan harga 17.000,- karung

sedang ± 20-23 Kg dengan harga 28.000,- dan karung

besar ± 28-30 Kg dengan harga 35.000,-

6. Tanya : Digunakan untuk apa bahan-bahan kain perca ?

Jawab : Biasanya para pembeli memproduksi kembali untuk

dijadikan lap pell atau keset rumah tangga dan aksesoris

handphone.

Page 125: skripsi kain perca

7. Tanya : Bagaimana gambaran jual beli kain perca yang anda

lakukan ?

Jawab : saya jual dengan hitungan per setiap karung.

8. Tanya : Apakah yang membeli kain perca pelangan tetap atau

tidak ?

Jawab : Kebanyakan pelangan tetap.

9. Tanya : Apakah terjadi persaingan harga dalam penjualan kain

perca ?

Jawab : Kurang tahu saya mas, karena memang belum ada harga

yang pasti dalam hitungannya

10. Tanya : Permasalahan apa saja yang timbul dalam jual beli kain

perca ?

Jawab : Belum adanya pengorganisasian dari pemerintah daerah

11. Tanya : Bagaimana anda menagapi jika ada konsumen yang

complain ?

Jawab : Apabila banyak yang kurang sesuai ya saya ganti

barangnya.

12. Tanya : Pernahkah ada konsumen yang mengeluh mengenai

masalah karungan?

Jawab : Biasanya soal harganya mas, ya karena saya jualnya

sesuai kain yang ada di dalamnya.

13. Tanya : Menurut anda dalam transaksi jual beli kain perca dengan

sistem karungan tersebut apakah sudah sesuai dengan

aturan jual beli dalam islam ?

Jawab : Menurut saya ya sudah sah, karena ketentuan yang

berkaitan dengan rukun dan syarat jual sudah terpenuhi.

Page 126: skripsi kain perca

TRANSKIP WAWANCARA

DRAF PERTANYAAN DALAM WAWANCARA PEMBELI KAIN PERCA

(Dodotan) DENGAN SISTEM KARUNGAN DI DESA DEMANGAN KEC.

KOTA KAB. KUDUS

A. Identitas Responden

Nama : Wahyu Santoso

Umur : 45 Tahun

Profesi : Satpam

Alamat : Desa Demangan

1. Apakah anda sering membeli kain perca (dodotan) dengan system

karungan disini ?

2. Mengapa anda memilih membeli kain perca sebagai sebagai kegiatan

usaha anda ?

3. Bagaimana menurut anda kualitas bahan kain perca disini ?

4. Faktor apa yang mendorong anda untuk membeli kain perca ?

5. Berapa banyak biasanya anda membeli kain perca ?

6. Untuk per satu karung anda membeli dengan harga berapa ?

7. Pernahkah anda complain karena tidak puas dengan ukuran

karungannya ?

8. Bagaimana tanggungjawab penjual terhadap barang yang tidak sesuai

dengan ukuran karungannya ?

9. Apakah anda merasa puas dengan system karungan pada jual beli kain

perca ?

10. Apakah anda pernah merasa dirugikan dalam membeli kain perca

secara karungan ?

11. Menurut anda dalam transaksi jual beli kain perca dengan system

karungan tersebut sudah sesuai dengan syari’at islam ?

Page 127: skripsi kain perca

TRANSKIP WAWANCARA

DRAF PERTANYAAN DALAM WAWANCARA UNTUK PEMBELI KAIN

PERCA (DODOTAN) DENGAN SISTEM KARUNGAN DI DESA

DEMANGAN KEC. KOTA KAB. KUDUS

A. Identitas Responden

Nama : Nordiansyah Wicaksono

Umur : 37 th

Profesi : Karyawan Swasta

Alamat : Getas Serabi

1. Apa pekerjaan bapak sehari-hari ?

2. Apa yang bapak ketahui tentang jual beli ?

3. Factor-faktor apa yang mendorong bapak untuk melakukan jual beli kain

perca dengan system karungan ?

4. Sejak kapan bapak melakukan transaksi jual beli kain perca ?

5. Menurut bapak apakah jual beli kain perca dengan system karungan

diperbolehkan ?