teknologi konservasi lingkungan

3
TEKNOLOGI KONSERVASI LINGKUNGAN Produksi kompos kebanyakan berasal dari sampah-sampah organik. Di beberapa tempat seperti perkebunan dan pengusaha kecil masi memproduksi kompos untuk digunakan sendiri, sehingga tidak ada masalah dalam hal pemanfaatan dan pemasaran kompos. Masalah muncul pada pengolahan sampah organik menjadi kompos di rumah tangga. Perencanaan awwal biasanya dibuat dengan menghitung potensi kompos yang dihasilkan dan dibuat prediksi nilai (harga) kompos terebut. Kemudian dibuat asumsi bahwa jika semua kompos bias dijual, maka keuntungan yang didapatkan akan meningkat. Permasalahan muncul ketika realita di lapangan tidak seperti yang direncanakan. Penjualan kompos tidak berjalan dengan lancar, bahkan banyak kompos yang terbuang karena kompos terlalu lama didalam karung kompos yang pada akhirnya juga dapat lapuk. Penjualan yang tidak berjalan dengan lancar ini dapat disebabkan beberapa factor juga. Misalkan, promosi penjualan kompos tidak tersebar dengan baik. Salah satu faktor utama pengomposan adalah masalah lingkungan. Motivasi utamanya adalah mengolah sampah organic menjadi kompos tanpa memberikan masalah bagi lingkungan. Dengan komposisi yang tepat, kompos dapat dimanfaatkan kembali dan memiliki nilai lebih dari pada sampah asalnya. Biaya yang harus ditanggung masyarakat dan pemerintah akibat kerusakan lingkungan sangat besar. Dalam skala kecil saja, misalkan biaya yang diperlukan untuk mengangkat sampah, membersihkan sampah yang menumpuk. Masalah ini bisa berakibat

Upload: estasaragih

Post on 31-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Produksi kompos kebanyakan berasal dari sampah-sampah organik. Di beberapa tempat seperti perkebunan dan pengusaha kecil masi memproduksi kompos untuk digunakan sendiri, sehingga tidak ada masalah dalam hal pemanfaatan dan pemasaran kompos. Masalah muncul pada pengolahan sampah organik menjadi kompos di rumah tangga.

TRANSCRIPT

Page 1: Teknologi Konservasi Lingkungan

TEKNOLOGI KONSERVASI LINGKUNGAN

Produksi kompos kebanyakan berasal dari sampah-sampah organik. Di beberapa

tempat seperti perkebunan dan pengusaha kecil masi memproduksi kompos untuk digunakan

sendiri, sehingga tidak ada masalah dalam hal pemanfaatan dan pemasaran kompos. Masalah

muncul pada pengolahan sampah organik menjadi kompos di rumah tangga.

Perencanaan awwal biasanya dibuat dengan menghitung potensi kompos yang

dihasilkan dan dibuat prediksi nilai (harga) kompos terebut. Kemudian dibuat asumsi bahwa

jika semua kompos bias dijual, maka keuntungan yang didapatkan akan meningkat.

Permasalahan muncul ketika realita di lapangan tidak seperti yang direncanakan. Penjualan

kompos tidak berjalan dengan lancar, bahkan banyak kompos yang terbuang karena kompos

terlalu lama didalam karung kompos yang pada akhirnya juga dapat lapuk. Penjualan yang

tidak berjalan dengan lancar ini dapat disebabkan beberapa factor juga. Misalkan, promosi

penjualan kompos tidak tersebar dengan baik.

Salah satu faktor utama pengomposan adalah masalah lingkungan. Motivasi utamanya

adalah mengolah sampah organic menjadi kompos tanpa memberikan masalah bagi

lingkungan. Dengan komposisi yang tepat, kompos dapat dimanfaatkan kembali dan

memiliki nilai lebih dari pada sampah asalnya.

Biaya yang harus ditanggung masyarakat dan pemerintah akibat kerusakan

lingkungan sangat besar. Dalam skala kecil saja, misalkan biaya yang diperlukan untuk

mengangkat sampah, membersihkan sampah yang menumpuk. Masalah ini bisa berakibat

dengan munculnya berbagai macam penyakit akibat lingkungan yang menjadi kotor dan tidak

sehat. Dalam skala yang lebih besar, misalkan terjadi perubahan cuaca/iklim, hujan/panas

yang berkepanjangan, naiknya suhu bumi, mencairnya es di kutub dan lain-lain. Dapat

dipikirkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi kerusakan lingkungan akibat

sampah jauh lebih besar daripada biaya untuk mengelola sampah.

Kompos yang dihasilkan memang memiliki nilai/harga walaupun harganya cenderung

sangat murah. Di tingkat produsen harganya hanya berkisar Rp 200 – 300 /kg. Tapi, kalau

sudah dibungkus dengan rapi dan dijual ke supermarket, harganya bisa mencapai Rp

5000/kantong. Dalam skala kecil, nilai ini tidak ekonomis dan belum bisa menutupi biaya

operasional. Disarankan agar nilai jual kompos tidak dijadikan faktor utama dalam

Page 2: Teknologi Konservasi Lingkungan

pengolahan sampah. Nilai jual kompos dimasukkan sebagai pemasukan tambahan dari

pengolahan sampah.

Pemanfaatan dan pemasaran kompos juga dapat dilakukan sesederhana mungkin.

Pemanfaatan kompos yang dihasilkan sendiri dapat digunakan untuk menanam tanaman hias,

tanaman bunga ataupun buah-buahan. Pada akhirnya, mereka sendiri juga yang akan dapat

merasakan hasil dari tanaman atau buah-buahan yang mereka tanam sebelumnya. Oleh

Pemerintah Daerah, kompo juga dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman-tanaman

di taman kota ataupun di pinggir jalan. Dengan demikian tanaman dapat tumbuh dengan su

bur dan menarik.

Cara pemasaran kompos yang paling sederhana adalah dengan membuka pasar

kompos. Misalnya, dengan membuat demplot-demplot pemanfaatan kompos. Demplot bisa

dibuat di sawah-sawah atau di ladang-ladang. Atau dibagikan secara gratis untuk promosi ke

pasar-pasar kompos potensial, seperti para pedagang tanaman hias. Demplot harus dikelola

dengan baik agar hasilnya maksimal. Tujuannya adalah agar petani/pekebun/pedagang mau

membeli kompos-kompos ini.

Nila kompos juga dapat ditingkatkan dengan mengubahnya menjadi pupuk organic.

Kompos dikeringkan dan kemudian diayak. Dapat juga diperkaya dengan hara mineral atau

biofertilizer. Pembuatan pupuk organic kualitas tinggi harus diimbangi dengan pencarian

pasar-pasar baru.