teknologi konservasi lingkungan
DESCRIPTION
Produksi kompos kebanyakan berasal dari sampah-sampah organik. Di beberapa tempat seperti perkebunan dan pengusaha kecil masi memproduksi kompos untuk digunakan sendiri, sehingga tidak ada masalah dalam hal pemanfaatan dan pemasaran kompos. Masalah muncul pada pengolahan sampah organik menjadi kompos di rumah tangga.TRANSCRIPT
TEKNOLOGI KONSERVASI LINGKUNGAN
Produksi kompos kebanyakan berasal dari sampah-sampah organik. Di beberapa
tempat seperti perkebunan dan pengusaha kecil masi memproduksi kompos untuk digunakan
sendiri, sehingga tidak ada masalah dalam hal pemanfaatan dan pemasaran kompos. Masalah
muncul pada pengolahan sampah organik menjadi kompos di rumah tangga.
Perencanaan awwal biasanya dibuat dengan menghitung potensi kompos yang
dihasilkan dan dibuat prediksi nilai (harga) kompos terebut. Kemudian dibuat asumsi bahwa
jika semua kompos bias dijual, maka keuntungan yang didapatkan akan meningkat.
Permasalahan muncul ketika realita di lapangan tidak seperti yang direncanakan. Penjualan
kompos tidak berjalan dengan lancar, bahkan banyak kompos yang terbuang karena kompos
terlalu lama didalam karung kompos yang pada akhirnya juga dapat lapuk. Penjualan yang
tidak berjalan dengan lancar ini dapat disebabkan beberapa factor juga. Misalkan, promosi
penjualan kompos tidak tersebar dengan baik.
Salah satu faktor utama pengomposan adalah masalah lingkungan. Motivasi utamanya
adalah mengolah sampah organic menjadi kompos tanpa memberikan masalah bagi
lingkungan. Dengan komposisi yang tepat, kompos dapat dimanfaatkan kembali dan
memiliki nilai lebih dari pada sampah asalnya.
Biaya yang harus ditanggung masyarakat dan pemerintah akibat kerusakan
lingkungan sangat besar. Dalam skala kecil saja, misalkan biaya yang diperlukan untuk
mengangkat sampah, membersihkan sampah yang menumpuk. Masalah ini bisa berakibat
dengan munculnya berbagai macam penyakit akibat lingkungan yang menjadi kotor dan tidak
sehat. Dalam skala yang lebih besar, misalkan terjadi perubahan cuaca/iklim, hujan/panas
yang berkepanjangan, naiknya suhu bumi, mencairnya es di kutub dan lain-lain. Dapat
dipikirkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi kerusakan lingkungan akibat
sampah jauh lebih besar daripada biaya untuk mengelola sampah.
Kompos yang dihasilkan memang memiliki nilai/harga walaupun harganya cenderung
sangat murah. Di tingkat produsen harganya hanya berkisar Rp 200 – 300 /kg. Tapi, kalau
sudah dibungkus dengan rapi dan dijual ke supermarket, harganya bisa mencapai Rp
5000/kantong. Dalam skala kecil, nilai ini tidak ekonomis dan belum bisa menutupi biaya
operasional. Disarankan agar nilai jual kompos tidak dijadikan faktor utama dalam
pengolahan sampah. Nilai jual kompos dimasukkan sebagai pemasukan tambahan dari
pengolahan sampah.
Pemanfaatan dan pemasaran kompos juga dapat dilakukan sesederhana mungkin.
Pemanfaatan kompos yang dihasilkan sendiri dapat digunakan untuk menanam tanaman hias,
tanaman bunga ataupun buah-buahan. Pada akhirnya, mereka sendiri juga yang akan dapat
merasakan hasil dari tanaman atau buah-buahan yang mereka tanam sebelumnya. Oleh
Pemerintah Daerah, kompo juga dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman-tanaman
di taman kota ataupun di pinggir jalan. Dengan demikian tanaman dapat tumbuh dengan su
bur dan menarik.
Cara pemasaran kompos yang paling sederhana adalah dengan membuka pasar
kompos. Misalnya, dengan membuat demplot-demplot pemanfaatan kompos. Demplot bisa
dibuat di sawah-sawah atau di ladang-ladang. Atau dibagikan secara gratis untuk promosi ke
pasar-pasar kompos potensial, seperti para pedagang tanaman hias. Demplot harus dikelola
dengan baik agar hasilnya maksimal. Tujuannya adalah agar petani/pekebun/pedagang mau
membeli kompos-kompos ini.
Nila kompos juga dapat ditingkatkan dengan mengubahnya menjadi pupuk organic.
Kompos dikeringkan dan kemudian diayak. Dapat juga diperkaya dengan hara mineral atau
biofertilizer. Pembuatan pupuk organic kualitas tinggi harus diimbangi dengan pencarian
pasar-pasar baru.